¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤
04:36¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤
. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
Episode
#21
Ai
membuntuti Wonbin lalu mengamatinya dari jarak dekat. Ai beralih pada Minhyuk,
Jaejin dan Kibum. Hasilnya sama, jantung Ai tetap berdetub normal. Ai menghela
nafas dan menunduk. Jaejoong baru tiba dan berhadapan dengan Ai. Keduanya
sama-sama diam dan memandang satu sama lain.
“Wae?”
tanya Jaejoong memulai.
“Oh,
anee.”
“Benarkah?”
“Em.”
“Oh,
uri sarangeun Leader baru sampai. Tidak bisakah kau datang tepat waktu?” sela
Minhyuk.
“Ada
sedikit halangan, mian.” Jaejoong tanpa ekspresi bersalah sedikit pun.
“Kau
tampak lesu. Kau baik saja?” tanya Jaejin memperhatikan Jaejoong.
“Hanya
sedikit lelah. Jadi apa yang akan kita lakukan hari ini?”
“Membuat
video perform kita.” jawab Ai.
“Ok.
Ayo kita mulai.”
“Apa
yang akan kita mainkan?” tanya Wonbin sa’at kelima member YOWL ini sudah diatas
panggung.
“Helloween-If
I Could Fly,” kata Jaejoong menatap Ai.
“YOWL
yorobun, kameranya sudah siap.” Seru Kibum dari bawah panggung. Ia siap merekam
penampilan YOWL.
“Kaja!
Kaja! YOWL cover Helloween-If I Could Fly!” Jaejin antusias.
Kelima
member YOWL bersiap diatas panggung. Handycam di pasang lurus di depan panggung
dan Kibum berdiri di belakangnya fokus merekam penampilan YOWL. Ai mulai
memainkan keyboardnya dan YOWL membawakan lagu ‘Helloween-If I Could Fly’ di
basecamp mereka.
Kibum
dan keempat member YOWL mengitari Ai yang memutar ulang video rekaman
penampilan YOWL dalam laptopnya.
“That’s
perfect! We do it just in one take.” Komentar Ai.
“Look
at Jaejoong expression!” tunjuk Kibum. “He’s look like Jack Sparrow right?”
Ai
tertawa bersama yang lain. “He’s trying to copy me. Those make up, on his eye.”
Kata Ai.
“Ya!
Ya! Puaskan saja mengolok ku! Memangnya kenapa jika aku meniru riasan Jack
Sparrow? Riasan mata ini membuat ku semakin keren bukan? Mata indah ku semakin
terlihat tajam.” Jaejoong membanggakan dirinya sendiri.
“Mata
indah?? Mwoya??” Minhyuk mencibir.
“Dia
tidak percaya diri jika tampil secara lugu.” Imbuh Jaejin.
“Whatever
you say!” Jaejoong kesal. “Riasan Ai juga meniru Amy Lee. Orang yang lebih dulu
tenar memang menjadi inspirasi bagi orang yang akan tenar. Benarkan Ai?”
“Nee,
kurae! Bagi ku, kau lebih tampan dan lebih keren dari Jack Sparrow, my Yew of
YOWL, Kim Jaejoong.”
“See!”
Jaejoong merangkul Ai dan tersenyum bangga. Membuat rekan-rekannya merasa geli.
“Lalu,
kita membuat rekaman ini untuk apa?” tanya Wonbin.
“CSE
Rock Music Festival.” Jawab Ai.
“CSE
Rock Music Festival?” tanya Jaejin.
“Nee,
Caliptra Seta Entertaintment Rock Music Festival.”
“Mwo??
Itu kan agensi tempat Road Sky bernaung.” Kata Minhyuk.
“Nee. Sa’at
Dokter Song memberi ku cuti, aku menemukan informasi tentang pencarian band
rock ini dan aku mendaftarkan YOWL. Lamaran kita di terima, selanjutnya kita
harus menyerahkan CD demo dan rincian data tertulis YOWL. Aku akan segera
menyelesaikannya, agar kita bisa liburan dengan tenang.” Ai tersenyum lega.
“Anak
ini benar-benar!” Minhyuk menepuk pundak Ai.
Jaejoong
menatap kagum pada Ai. Ini adalah impiannya. Jaejoong ingin membuat dunia tahu
dan mengenal YOWL, dan kini Ai telah memulai langkah itu untuknya. Ia tak bisa
berkata apa-apa lagi.
“Jika
lolos 10 besar, kita akan mengisi album kompilasi, itu akan membuka pintu bagi
YOWL untuk di kenal masyarakat luas. Jika kita menang, maka kita akan
mendapatkan kontrak eksklusif dengan CSE. YOWL akan di kenal masyarakat Korea,”
Ai tersenyum membayangkannya.
“Tapi,
kita tidak punya lagu sendiri.” Kata Jaejin.
“Kita
punya, segera.” Ai penuh keyakinan.
“Jadi
kau sudah menyelesaikannya?” tanya Minhyuk.
“Kurang
sedikit saja. Jaejoong akan menyempurnakannya.”
“Kalian
benar-benar pasangan klop, aku yakin akan sangat bagus jadinya.” Puji Kibum.
“Tetap
saja, aku butuh bantuan Wonbin,” Jaejoong merendah.
“Kita
lakukan bersama-sama,” Wonbin tersenyum berangkulan dengan Jaejoong.
-------
Ai
sibuk mengetik dalam laptopnya. Jari-jarinya berhenti bergerak, Ai terdiam. Ia
kembali teringat pada Hanbyul. Pada semua yang di lakukan Hanbyul pada Ai tempo
hari. Tak lewat pula sa’at Hanbyul menyatakan cintanya kepada Ai di depan umum.
Ai tersenyum sendiri. Sejenak ia merasa berarti dan di inginkan. Ai merasa jika
ia adalah seorang gadis yang sebenarnya. Ai kembali tersadar.
“Aku
pasti sudah gila! Ini tidak mungkin!” Ai menggoyang kepalanya.
“Apa
yang tidak mungkin?” tanya Minki.
“Oppa
sudah pulang?”
“Sejak
10 menit yang lalu. Kau terlalu serius menatap laptop mu.” Minki kemudian duduk
di depan Ai. “Wae?”
“Wae??”
“Tingkah
mu aneh. Ada apa dengan adik ku ini?”
“Aku
butuh udara segar.”
“Kau
mau kita jalan-jalan?”
“Em.”
Ai mengangguk antusias.
Minki
membawa Ai berkeliling dengan motornya. Lalu Minki dan Ai duduk di bangku taman
menatap gemerlap lampu kota Seoul.
“Hah…
dari sini tampak indah sekali. Itu nyata kan Oppa?”
“Apa
yang membebani mu?”
Ai
menghela nafas panjang lalu menceritakan semua pada Minki. Apa yang
membebaninnya, membuatnya gundah. “Apa arti semua ini? Aku menerima cinta
Hanbyul? Karena kasihan dia malu? Tapi disini…” Ai meletakan tangan di dadanya,
“selalu berdetub kencang, secara tiba-tiba, sa’at aku berada dekat dengannya.
Aku tak merasakannya pada Lee Junki Songsaengnim. Ini tak wajar.”
“Apanya
yang tak wajar? Kenapa kau terus memungkirinya? Berpura-pura bodoh menepis
sesuatu yang sebenarnya kau sudah tahu jawabannya. Bisakah kau berhenti berlari
dan berpura-pura, Jung Jiyoo?” Minki diam sejenak. “Hah! Jung Jiyoo yang aku
kenal, menurut ku dia gadis yang sangat frontal. Memang terkadang ia suka
melarikan diri tapi Jung Jiyoo akan menolak apa yang ia tak suka dan menerima
apa yang ia suka, dimana pun itu. Kau tidak pernah berpura-pura sebelumnya atau
membohongi diri mu sendiri. Sejauh yang aku tahu, Jung Jiyoo selalu mengambil
keputusan berdasarkan logika dan rasa, pertimbangan keduanya.”
“Jadi…
apa ini berarti aku juga menyukai Jang Hanbyul?”
“Jawabannya
hanya Jung Jiyoo yang tahu. Tanyakan pada hati mu, yang terdalam.”
“Efek
apel ranum malam itu, aku rasa.”
“Ess,
berarti aku juga. Aku ikut memakannya, apel pemberian Jang Hanbyul.”
“Lalu,
apa yang Oppa rasa? Ada begitu banyak pria tampan di sekitar ku, Oppa,
Jaejoong, Wonbin, Minhyuk, Jaejin, Kibum, Wooyoung, Yongbae, kenapa Jang
Hanbyul?”
“Jika
salah satu dari mereka, apa kau akan lebih tenang?”
“Tentu
tidak. Makin sulit pastinya. Hah! Ini membuat ku gila!”
“Jang
Hanbyul datang di sa’at yang tepat, bukan?”
“Eum?
Tentang Jaejoong dan yang lain…”
“Apa
mereka memberi mu seperti yang Hanbyul berikan pada mu? Coba ingat kembali,
bagaimana tentang Jang Hanbyul hadir dalam hidup mu.”
Ai
mencoba mengingat semua dari awal pertemuannya dengan Viceroy. “Kim Myungsoo,
Lee Junki lalu Jang Hanbyul, oh tidak, bukan demikian, aku mengenal Sunghyun
lebih dulu, lalu bertemu Kim Myungsoo secara tidak sengaja di Hongdae, dan
tergila-gila pada Lee Junki Songsaengnim merasa jika benar aku jatuh cinta pada
pandangan pertama dan tak sengaja melihat Jang Hanbyul datang ke Jeonggu Dong.
Ck, kenapa Jang Hanbyul? Pasti benar efek apel ranum itu. Seperti dalam
dongeng.”
“Kau
ini!” Minki mengelus kepala ini.
“Oppa
memberinya ruang.”
“Karena
aku melihat rina bahagia itu.”
“Rona
bahagia?”
“Sa’at
kau bersama Hanbyul.”
“Disini
bersama Oppa lebih baik dan aku bahagia.”
“Aku
tidak bisa melakukan seperti apa yang Hanbyul lakukan untuk mu. Sudahlah,
berhenti bertanya ini itu. Sebaiknya kita pulang dan istirahat. Tidakkah kau
lelah?”
“Kurae!
Ayo kita pulang!” Ai bangkit dari duduknya dan berjalan mendahului.
Minki
menghela nafas dan memandang punggung Ai. “Pada akhirnya, kepadanya kah hati mu
berlabuh, Nona Jung Jiyoo?” gumam Minki.
“Oppa!”
panggil Jiyoo.
Minki
tersenyum segera bangkit dari duduknya dan berlari menyusul Ai.
Ai
berusaha keras memejamkan matanya namun sia-sia, ia tetap terjaga. Ai kembali
bangun dan menyalakan laptopnya. Ai kembali memutar CD pemberian Hanbyul di
hari ulang tahunnya. Ai menekan tombol ‘pause’ dan di tatapnya lekat-lekat
wajah Hanbyul. Ai mengelus monitor laptopnya dan tersenyum.
“Haruskah
aku mengatakan iya dan mebiarkan mu tetap tinggal di sisi ku untuk menjaga ku?”
gumam Ai lirih.
***
Hari
terakhir sekolah. Esok liburan musim panas akan di mulai. Murid-murid mulai
merencanakan liburan masing-masing. Bahkan ada kelas yang merencanakan liburan
bersama.
Daehyun
merentangkan kedua tangannya. Ia menghirup udara dalam-dalam dan melepasnya
cepat. “Ah! Senangnya merasakan sekolah begitu damai.” Ia tersenyum lebar. “Apa
YOWL dan Viceroy berdamai? Tidak ada baku hantam lagi?”
“Ck!
Kau ini. Dulu kau di buat pusing oleh pertikaian mereka, sekarang?” cela
Taemin.
“Hehehe…”
“Mau
ikut dengan ku? Liburan bersama club dance.”
“Aku
akan menemani Jinwoon Hyung.”
“Baiklah.
Kita berpisah disini. Annyeong.”
“Apa
kita akan liburan bersama lagi?” tanya Chaerin.
“Kami
akan ke Bali.” Imbuh Gyuri.
“Bali?
Wow, Paradise Island, kedengarannya sangar menarik.” Komentar Minhwan.
“Jika
Myungsoo setuju kami akan menyusul,” Byunghun menyanggupi.
“Baiklah.
Kami menunggu kabar selanjutnya,” tutup Soojung yang kemudian pergi bersama
ketiga member Red Venus yang lain.
“Myungsoo
benar tidak punya rencana liburan? Apa kita ikut mereka saja? ke Bali?” tanya
Minhwan.
“Myungsoo
punya rencana, itu yang aku dengar.”
“Baguslah.
Liburan kemana?”
Ai
menyerahkan CD demo beserta kelengkapan lainnya ke kantor Caliptra Seta
Entertaintment.
“Fujiwara
Ayumu??”
“Nee.
Itu saya.” Ai tersenyum manis.
“Baiklah.
Kau bisa pergi. Kami akan menghubungi kalian jika kalian lolos seleksi.”
“Nee.
Kamsahamnida.” Ai emmbungkuk lalu berjalan keluar. Ai berhenti di halaman
kantor Calpitra Seta Entertainment. Ia menghela nafas dan tersenyum lega sambil
memandang gedung megah itu.
***
Jinwoon
mengunjungi ‘Morning Glory Florist’ di temani Daehyun. Yongbae menyambut
keduanya.
“Tuan
Muda kemari, ada yang bisa saya bantu?” tanya Yongbae ramah.
“Apa
Jiyoo Fujiwara disini?” tanya Daehyun.
“Nona
Besar pagi ini berangkat ke pulau Jeju. Nona Besar juga YOWL dan Minki Hyung
akan camping di sana.”
“Camping?”
tanya Jinwoon.
“Tuan
Muda tidak tahu? Karena Nona Besar pergi, maka saya selaku tangan kanannya
untuk sementara bertanggung jawab atas florist juga basecamp.”
“Tangan
kanan? Mwoya??” gumam Daehyun lirih.
“Ada
apa gerangan hingga Tuan Muda Jung datang kemari?”
Jinwoon
menghela nafas, “animnida.”
“Chamkan!
Jiyoo Fujiwara, ke Jeju?” tanya Daehyun.
“Nee.”
Jawab Yongbae sopan.
“Ah,
Hyung! Bagaimana kalau kita menyusul Jiyoo? Masih ada waktu, kita bisa
mengejarnya, otte? Aa, Dong Yong Bae~ssi, kau tahu mereka liburan bersama
kemana?”
“Seongsan
Ilchulbong.”
“Seongsan
Ilchulbong.” Daehyun manggut-manggut.
-------
Sejak
berada di pesawat Hyuri duduk dekat bersama Wooyoung. Sa’at dalam bus. Hyuri
juga memilih Wooyoung sebagai patnernya. Minki dan Joongki duduk bersama.
Jaejin bersama Kibum, Wonbin dan Minhyuk lalu Ai dan Jaejoong. Ai terjaga
sepanjang perjalanan. Ia sibuk mengambil gambar dengan kameranya. Kepala
Jaejoong yang tertidur jatuh menimpa pundak Ai. Ai tersenyum, menggeleng pelan
lalu membetulkan letak kepala Jaejoong agar ia nyaman dalam tidurnya.
“Welcome
to paradise!” kata Joongki sa’at turun dari bus.
“Aa,
bahu ku sakit sekali!” keluh Ai sa’at turun. “Kepala mu terbuat dari batu ya?
Berat sekali.”
“Mian,”
Jaejoong sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Annyeong
haseyo!” sapa pemuda jangkung itu menghampiri rombongan Joongki. Joongki
menyambutnya ramah, keduanya berpelukan.
“Sahabat
ku, Lee Kwangsoo. Dia bekerja disini.” Joongki mengenalkan temannya.
“Annyeong,
jonun Lee Kwangsoo imnida,” pemuda jangkung itu membungkuk sopan. “Mari kita
pergi.”
Kwangsoo
menjemput rombongan ini dan mengantar mereka ke kawasan camping ground yang
sudah di pesan Joongki sebelumnya. Pemandangan nan indah memanjakan mata setiap
pengunjung yang datang ke kawasan ini. Kwangsoo memimpin rombongan Joongki.
Joongki dan yang lain kaget ketika sampai karena tiga tenda telah berdiri
disana.
“Mereka…
siapa?” tanya Joongki.
“Anggota
kelompok mu yang datang lebih dulu,” terang Kwangsoo.
“Anggota
kelompok ku?”
“Mm-mwoya
igo?” tunjuk Jaejoong ketika melihat Hanbyul keluar dari salah satu tenda.
Pemuda itu tersenyum melihat rombongan Joongki tiba. Kemudian kelima member Viceroy
keluar tenda, membuat rombongan Joongki kaget juga bingung.
Joongki,
Minki, Kwangsoo, Sunghyun dan Myungsoo menjauh. Kubu YOWL berkumpul sendiri dan
Viceroy duduk di dekat tenda mereka. Ai menatap curiga satu per satu member
Viceroy. Tatapan menelisik yang membuat siapa saja yang menerimanya risih.
“Bukankah
ini aneh?” tanya Jaejin, “walau kebetulan ini sangat aneh. Bagaimana mungkin
ada kebetulan yang 100% akurat seperti ini?”
“Siapa
saja yang mengetahui rencana ini?” tanya Jaejoong.
“Hanya
aku, Joongki Oppa dan kalian,” jawab Hyuri.
“Ya,
Kim Kibum, apa kau berkoar pada yang lain?” Minhyuk menatap curiga Kibum.
“Mwoya!
Aku tutup mulut karena Hyuri bilang ini rahasia.” Bantah Kibum.
“Lalu
bagaimana bisa mereka tahu?” Minhyuk menatap tenda Viceroy.
“Ketidaksengajaan.”
Jawab Ai. “Song Hyuri, kau pernah membicarakan tentang ini di sekolah?”
“Eum…”
Hyuri mencoba mengingat, “dengan mu, itu pun di tempat sepi.” Hyuri kembali
diam mencoba mengingat dengan lebih detail lagi.
“Aa!
Joongki Oppa membahasnya sa’at kami berjalan pulang bersama. wae?”
Ai tak
menjawab hanya tersenyum sinis yakin pada dugaannya.
“Mianhae,
Dokter Song. Aku tidak sengaja mendengar obrolan Dokter Song dan Song Hyuri.
Seongsan Ilchulbong, kalian akan berlibur kemari dan aku… aku mengikutinya,”
Myungsoo dengan kepala tertunduk. “Ini murni rencana ku, yang lain tak tahu
jika kalian akan kemari.”
“Mereka
menyatakan jika mereka anggota kelompok mu, karenanya aku membawa mereka
kemari,” sela Kwangsoo.
“Ini
bukan kesalahan mu. Kau percaya karena mereka juga punya lencana Hwaseong
Academy seperti yang aku tunjukan pada mu.” Joongki masih menatap Myungsoo juga
Sunghyun.
“Apa
Dokter Song keberatan kami bergabung?” tanya Sunghyun.
“Hah!
Aku tidak tahu apa rencana kalian, tapi yang pasti ini akan membuat YOWL tidak
nyaman.”
“Jadi
Dokter Song ingin kami pergi?” tanya Myungsoo kemudian menatap Minki.
“Minki~ssi, percayalah, kami tidak punya renacana buruk, sungguh.”
“Apa
kalian sudah berdamai dengan YOWL?” tanya Joongki.
“Belum.
Maksud ku status kami…”
“Aku
rasa bukan masalah besar,” potong Minki. “Bagaimana pun juga kalian memang
salah, mencuri informasi dan menerobosnya lebih dulu. Dokter Song, biarkan
mereka tinggal.”
“Mwo??
Ini YOWL dan Viceroy.”
“Arayo.
Mereka yang memulai. Ini kawasan YOWL, jadi jangan mengeluh jika nanti
anak-anak YOWL berbuat sesuatu yang membuat kalian tak nyaman. Aku hanya bisa
melakukan ini untuk kalian, urusan di sana nanti, aku tidak bisa jamin.”
“Ya,
Lee Minki~ssi, kau yakin?” Joongki memastikan.
“Nee.
Aku mengenal bagaimana anak-anak YOWL, ini tak akan jadi masalah bagi mereka.
Biarkan mereka tinggal sampai tiga hari ke depan.”
“Baiklah.
Kalau begitu aku akan mengatakan jika area penuh dan kita harus berbagi tempat
dengan Viceroy.”
“Kamsahamnida,
Dokter.” Myungsoo membungkuk.
Joongki
dan yang lain kembali. Obrolan YOWL, mereka berharap Joongki tak bersikap lunak
dan mengusir Viceroy dari tempat mereka.
“Mwo??
Bukankah Oppa memesannya lebih dulu?” protes Hyuri. “Berbagi dengan mereka?
Oppa yakin??”
“Mereka
mencuri informasi dan menyerobot area kita, Dokter Song masih bersikap lunak?”
tanya Minhyuk heran.
“Aku
yang meminta Dokter Song untuk mengijinkan mereka tinggal.” Jawab Minki membuat
yang lain, kecuali Ai, makin terkejut.
“Mwo??
Hyung, Hyung sadar akan tindakan Hyung? Mereka, Viceroy!” protes Jaejoong.
“Arayo.
Welas asihlah sedikit karena kalian bukan mereka jadi jangan membalas mereka
dengan cara mereka, em? Bagaimana pun juga, area ini milik kalian, jadi kuasa
tetap ada di tangan kalian.”
“Kita
akan mengerjai mereka habis-habisan?” Jaejin menyela.
“Geumanhae!”
sela Ai. “Ayo kita dirikan tenda. Aku ingin satu tenda dengan Minki Oppa.”
“Mwo??”
Jaejoong dan Hyuri kompak.
Ai
terkekeh,” Song Hyuri, kaja!”
Walau
keberatan, mereka pun pasrah dan pergi untuk mendirikan tenda masing-masing.
“Fujiwara,
dia tahu sesuatu kan? Anak itu, instingnya, mengerikan,” komentar Joongki.
Minki
hanya tersenyum, “ayo kita dirikan tenda.”
Kelompok
Joongki mulai sibuk mendirikan tenda. Hyuri yang tak pernah camping sebelumnya
terlihat kesulitan ketika membantu Ai. Melihatnya, Hanbyul segera membantu
Hyuri. Sunghyun menyusul Hanbyul dan membantu Ai. Jaejoong tak mengapa melihat
Sunghyun membantu Ai, namun yang ia benci adalah Hanbyul juga berada disana
membantu Hyuri. Jaejoong hendak pergi, namun Kibum menahannya karena tenda
untuk mereka belum berdiri sempurna. Senada dengan Jaejoong, Myungsoo hanya
bisa menatap kesal melihat kearah tenda Ai-Hyuri. Lima tenda untuk 10 orang
kelompok Joongki sudah berdiri sempurna. Masing-masing mulai merapikan barang-barang
mereka ke dalam tenda begitu juga Ai dan Hyuri.
“Ya,
menurut mu siapa yang mencuri informasi liburan ini?” bisik Hyuri.
“Benar
ingin tahu?”
“Nee.
Bukankah ini aneh?”
“Kim
Myungsoo.”
“Mwo??
Kim Myungsoo?? Bagaimana bisa?”
“Dia
sasaeng fans dari Song Hyuri, bisa saja kan?”
“Ya,
Fujiwara, jangan bercanda.”
“Terserah.”
“Annyeong
haseyo yorobun!” terdengar suara Kwangsoo dari luar.
“Oppa
jangkung itu datang lagi?” bisik Hyuri.
Ai ikut
keluar tenda menyusuk Hyuri. “Oppa??” Ai benar kaget melihat Jinwoon dan
Daehyun.
“Jiyoo
Fujiwara!” Daehyun segera berlari menghampiri Ai yang masih tampak shock.
“Kal-kalian
disini??”
Jaejin
dan Kibum membantu Daehyun mendirikan tenda. Sementara itu Jinwoon menunggu di tenda Ai membuat member Viceroy, kecuali Myungsoo dan Hanbyul, makin
bertanya-tanya, apa hubungan sebenarnya Ai dan Jinwoon?
“Ma’a
jika ini membuat mu tidak nyaman,” Jinwoon merasa sungkan.
“Gwaenchanna.
Oppa bilang ingin pergi bersama, harusnya aku menawarkan ini pada Oppa
sebelumnya, mian.”
“Lalu
bagaimana Viceroy bisa bersama kalian?”
“Kebetulan
yang 100% akurat, aneh memang, tapi ini terjadi.”
“Oh…”
Jinwoon mengangguk paham.
“Jiyoo
Fujiwara? Apa maksud dari nama itu? Jung Daehyun dan Jung Jinwoo, lalu Fujiwara
memanggil Jinwoon Sunbae, Oppa? Tsk! Ini membuat ku pusing! Atau jangan-jangan
skandal foto itu benar adanya?” gumam Minhwan sendiri.
“Percayalah,
tidak demikian.” Bela Hanbyul.
“Terjebak
dalam situasi ini, siapa yang merasa paling beruntung?” tanya Byunghun kemudian
melirik Hanbyul dan Myungsoo.
“Aku tidak
meminta kalian ikut, aku hanya mengajak Hanbyul.” Myungsoo membela diri.
“Kau
ini sama sekali tidak menghargai solidaritas kami. Bagaimana jika anak-anak
YOWL itu menjahili kalian? Berbuat jahat pada kalian?”
“Memang
sebelumnya kau tahu YOWL juga akan kemari?”
“Aa-anee.”
Byunghun menunduk.
“ya,
Kim Myungsoo, jauh-jauh kau menipu kami untuk ikut kemari hanya untuk melihat
mu menatapnya demikian?” sela Jungshin.
“Nee??
Mwoya…” Myungsoo tersipu paham arah pembicaraan Jungshin.
“Jika
kau tidak cepat bergerak, maka aku yang akan maju.” Goda Sunghyun.
“Andwae!!”
protes Myungsoo membuat kelima rekannya menertawakannya.
“Aku
akan dekat-dekat pada Fujiwara dan memintanya menemani ku berburu,” kata
Jungshin.
“Mwo??
Ya! Apa maksudnya berburu?!” giliran Hanbyul di buat gusar.
Jungshin
sibuk dengan kameranya, “sebaiknya aku menemuinya sekarang,” ia bangkit dari
duduknya dan pergi mengabaikan protes Hanbyul.
“Anak
ini! Ya! Lee Jungshin! Kau harus mengajak ku juga!” Hanbyul segera menyusul
Jungshin.
Sunghyun
tersenyum dan menggeleng. “Ada apa dengan kalian?” tanya Byunghun kemudian.
“Jadi beginikah akhirnya? Viceroy dan YOWL?”
“Mianhae,
tapi aku tidak bisa menyerah lagi dan melawan rasa ini.” jawab Myungsoo.
“Ess,
pernahkah kalian berpikir kenapa kita bermusuhan dengan YOWL?” tanya Sunghyun.
Suasana menjadi hening, semua terdiam dan berpikir. “Bukankah ini menggelikan?
Jika di pikir ulang, kita tampak seperti raja muda tamak yang takut tersaingi
oleh YOWL ketika mereka hadir di sekolah. Pada akhirnya memang terbukti jika
mereka yang terlihat buruk di mata kita, justru kenyataannya lebih baik dari
kita. Jujur aku merasa malu.”
“Benar
juga yang di katakan Sunghyun. Aku juga tidak tahu alasan ku kenapa aku benci
mereka,” komentar Minhwan.
“Memiliki
pesaing itu memang menyenangkan, tapi aku sadar jika aku tak mahir dalam banyak
hal, bahkan aku kalah dari seorang gadis, itu memalukan,” kenang Byunghun dan
ia tersenyum. “Fujiwara… hah, aku rasa dia teman yang belum aku temukan.”
“Ya!
Itu kata-kata dalam film Barbie Fairytopia bukan?” protes Minhwan. “Ah, tapi
benar juga adanya. Walau aku jahat pada YOWL, tapi di sa’at aku susah dia malah
membantu ku.”
“Ma’af
ini semua salah ku.” kata Myungsoo. “Aku merasa hebat atas segalanya yang aku
miliki. Tapi benar kata Fujiwara, aku hebat hanya karena mendompleng kehebatan
orang tua ku, berbeda dengan gadis ini. Jujur aku mengakui, aku pernah menyukai
Fujiwara tapi aku terlalu takut untuk maju, tidak seperti Hanbyul. Jang
Hanbyul, dia itu… hebat. Aku telah memikirkannya, aku akan mengakhiri ini
semua, bagaimana? Bersama seperti ini, bukankah lebih menyenangkan?”
***
Ai
berjalan sendiri di tepi pantai menikmati indahnya pemandangan sore di pantai.
Minki menyusulnya karena Joongki telah menyiapkan hidangan makan malam. Ai dan
Minki kembali dan duduk bergabung bersama yang lain. Joongki meminta bantuan
Jaejin agar mengundang Viceroy turut serta. Kibum sibuk membantu Joongki
membakar daging dan sayuran, sementara itu Daehyun dan Minhyuk sibuk
menyiapkann perlatan makan. Ai duduk memainkan gitarnya menemani Jinwoon,
sementara Hyuri masih nyaman bersama Wooyoung. Viceroy datang bergabung dan
masih terlihat canggung. Ai memetik gitarnya memainkan instrumen “Falling
Slowly-Ost. Once”. Hanbyul terus menatap kagum pada Ai yang menggenjreng
gitarnya tanpa bernyanyi.
“Ganti
lagu. Itu membuat ku tak semangat saja.” protes Kibum.
Ai
menghentikan permainan gitarnya. “Song Hyuri ayo kita duet.”
“Mwo??”
“Menyanyilah,
untuk kami.”
“Anee,
aku tidak mau, kau tahu suara ku jelek, sangat jelek.”
“A
Thousand Years-Christina Perri, kalau kau tidak mau menyanyi maka aku akan
membiarkan mu tidur sendiri di tenda.” Ancam Ai sambil bersiap memainkan
gitarnya.
“Ya,
mwoya!!!”
“Song
Hyuri! Song Hyuri!!” Minhyuk menyemangati kemudian di ikuti Jaejin, Kibum,
Wooyoung juga Jaejoong.
“Baiklah,
baiklah! Jangan salahkan aku jika nanti telinga kalian sakit karena suara ku.”
Ai
mulai memetik gitarnya. Hyuri kemudian menyanyikan ‘A Thousand Years-Christina
Perri’ di iringi permainan gitar Ai. Myungsoo fokus menatap Hyuri. Ia benar
kagum pada gadis ini, Myungsoo yakin jika ia benar menyukai Hyuri. Sementara
Myungsoo menikmati pertunjukan Hyuri, Hanbyul tak hentinya menatap Ai. Jinwoon
yang duduk tepat disamping Ai tersenyum melihat tingkah Hanbyul. Jaejoong
menatap sinis Hanbyul. Ia benar tak menyukainya, cara Hanbyul menatap Ai.
“Hyuri
mendapatkan banyak keberanian karena Fujiwara,” kata Joongki. “Dulu dia itu
pemalu sekali, sampai pada akhirnya Nyonya Shin mengenalkannya pada YOWL, band
jalanan yang tak sengaja Beliau kenal dari dunia maya. Hyuri membaca banyak
tentang YOWL dan Fujiwara, mengikuti perkembangan mereka. Dan ketika mengetahui
member kelima YOWL akan bergabung ke dalam Hwaseong Academy, Hyuri merengek
minta masuk ke sekolah ini, padahal dia sudah mendaftar di SMA lain. Ia bertemu
Fujiwara dan memberikan apel merah padanya, setelah mengumpulkan keberaniannya.
Butuh waktu yang sangat lama, tapi inilah Song Hyuri yang sekarang.”
“Kenapa
selalu apel merah? Apa mereka benar berpikir Jiyoo itu… Ryuk?” gumam Minki.
“Mwo??”
“Aniya.
Mendengar jika orang-orang mencoba dekat dengannya dengan memberi apel merah,
aku jadi teringat ketika Ai mengatakan apakah dirinya dianggap sama dengan Dewa
Kematian dalam Death Note, Ryuk.”
“Ryuk??
Ahhaha… Fijiwara itu, bisa saja.” Joongki tersenyum menatap Ai.
“Jujur
aku senang dengan kebersamaan ini,” sela Kibum.
“Jiyoo
Fujiwara dan Jinwoon Hyung?” sahut Daehyun.
“Mwoya!
Ya, bisakah kau berhenti memanggil Ai dengan sebutan Jiyoo Fujiwara? Beberapa
Yowlism mulai bertanya tentang itu dalam akun kami, kau membuat ku pusing
saja.”
“Apa
salahnya jika dunia tahu kalau Jiyoo Fujiwara aka Jung Jiyoo Fujiwara Ayumu
adalah saudara seayah dengan Jung Jinwoon?”
“Mwo??”
sela Joongki. “Saudara seayah??”
“Nee,”
Minki membenarkan. “Panjang ceritanya tapi itulah kenyataannya. Jung Daehyun,
tolong hentikan memanggil Jiyoo seperti itu, dia belum siap jika dunia tahu
tentang kenyataan itu.”
“Oh,
mianhamnida Hyung. Aku sudah terbiasa, tapi aku akan berusaha tak memanggilnya
demikian lagi.”
“Ayo
bantu aku bawa ini,” ajak Kibum.
“Lee
Minki-ssi, bagaimana bisa?” Joongki masih kebingungan.
“Akan
aku ceritakan, nanti.” Minki tersenyum dan menyusul Kibum dan Daehyun.
Mereka
membaur makan malam bersama di bawah langit malam mengitari api unggun.
Jungshin menemui Ai usai makan malam. Hanbyul tak mau kalah dan menyusul
Jungshin, ikut bergabung. Jinwoon ikut pergi menemani Ai yang hendak
berjalan-jalan malam bersama Jungshin dan Hanbyul. Jaejoong memilih tinggal. Ia
ingin sekali ikut, tapi melihat Jungshin ada bersama Ai, ia tahu jika mereka
tidak hanya sekedar jalan-jalan namun juga berburu penampakan. Karenanya
Jaejoong memilih tinggal dengan perasaan kesal itu.
-------
Hyuri
senyum-senyum sendiri sambil sibuk dengan ponselnya. Hal itu berlangsung sejak
Ai kembali ke tenda. Ai sibuk dengan gitar, kertas dan pensil. Ai menggeleng
melihat Hyuri.
“Kenapa
kalian tidak bertemu saja? Pemandangan malam di tepi pantai sangat indah.” Kata
Ai. “Romantis bukan?”
“Mwoya…”
“Daripada
SMS-an seperti ini, kau dan Myungsoo.”
“Kau
tahu??” Hyuri duduk dan menatap Ai yang bersikap cuek dan tetap sibuk dengan
gitarnya. “Hah… kita terkesan sembunyi-sembunyi ya?”
“Bukan
kita, tapi hanya kau dan Myungsoo.”
“Bagaimana
dengan kau dan Hanbyul?”
Ai
tetap acuh dan kembali menggenjreng gitarnya dan bersenandung. “Kau sedang
membuat lagu?”
“Em.”
“Waa,
keren! Lagu apa? Cinta?”
“Kita
tidur!” Ai merapikan peralatannya.
“Kau
ini.”
“Aku
tak ingin terlambat melihat indahnya matahari terbit esok,” Ai merebahkan
tubuhnya membelakangi Hyuri.
Hyuri
tersenyum dan ikut merebahkan tubuhnya.
Myungsoo
menatap kesalnya ponselnya. Tak ada sms balasan lagi dari Hyuri.
“Sebaiknya
kau tidur agar esok kau bisa menikmati indahnya matahari terbit bersama Song
Hyuri,” kata Sunghyun dengan mata terpejam.
Myungsoo
menatapnya kesal lalu mulai berbaring dan berusaha memejamkan mata.
***
Ai
terbangun karena mimpi buruknya. Ia duduk terbangun dengan nafas terengah-engah
dan wajah penuh peluh. Ai menghela nafas lalu mengusap wajahnya. Ia kemudian
melihat jam di ponselnya. Sebentar lagi matahari terbit, Ai memilih keluar
tenda. Masih gelap dan tatapan Ai langsung tertuju pada tenda Hanbyul. Selama
beberapa detik Ai berdiri diam menatapnya. Ai menggelengkan kepala dan menghela
nafas lalu ia berjalan pergi. Dengan membawa buku notenya Ai menuju pantai. Ai berjalan
sendirian di pagi buta menyusuri pantai. Setelah menemukan tempat yang cocok,
ia pun duduk menghadap pantai. Dengan di temani mp3 player Ai menikmati
kesendiriannya duduk menatap laut.
Hanbyul
terbangun. Ia menggeliat dan keluar tenda. Tatapan Hanbyul lagsung tertuju pada
tenda tempat Ai dan Hyuri tidur. Tenda itu tak tertutup rapat. Hanbyul
penasaran dan berjalan pelan mendekati tenda Ai. Hanbyul mengintip dari celah
resleting tenda yang tidak tertutup rapat. Hanbyul hanya melihat Hyuri yang masih
terlelap dalam tidurnya di dalam tenda.
“Jiyoo
tidak ada disana?” bisik Hanbyul. Ia kemudian bergegas pergi mencari Ai.
Hanbyul
memeriksa sekita area tempat mereka camping, namun hasilnya nihil. Hanbyul
segera menuju pantai dan berkeliling mencari Ai. Hanbyul tersenyum lega melihat
Ai sedang berdiri menatap laut. Walau Ai menutup kepalanya dengan topi
jaketnya, Hanbyul bisa mengenali jika seseorang yang sedang berdiri menatap
laut itu adalah Ai. Hanbyul berjalan mendekat dan berhenti sejenak tak jauh
dari Ai. Ai membentuk kotak dengan jari-jarinya dan seolah sedang memotret
panorama pantai di pagi buta itu. Hanbyul tersenyum nakal, ia berjalan
mengendap-endap mendekati Ai lalu memeluk gadis itu dari belakang. Karena
kaget, spontan Ai melayangkan pukulannya pada perut Hanbyul hingga pemuda itu
duduk terjatuh.
“Omo!
Jang Hanbyul??” Ai panik melihat Hanbyul memegang perutnya dan meringis
kesakitan. “Gwaenchannayo?”
“Aa,
gwaenchanna, tapi pukulan mu itu.. keras sekali.”
“Mianhae,
salah sendiri mengejutkan aku.”
“Pejuang
sejati, selalu waspada.”
Ai
hanya tersenyum menanggapinya. Ia lalu mengulurkan tangan membantu Hanbyul
kembali berdiri. “Kau kemari sepagi ini?”
“Aku
melihat tenda mu tak tertutup rapat dan kau tidak disana.”
“Kau
benar hobi mengintip ya.”
“Mwo?? Ya!
Itu tidak benar.”
Ai
kembali tersenyum dan duduk, “sebentar lagi. Kenapa Jungshin belum kemari?”
“Jungshin?”
Hanbyul ikut duduk.
“Dia
fotografer handal bukan?”
Hanbyul
diam menatap Ai yang duduk disampingnya. Ia tersenyum lalu ikut menatap laut.
Semua
berkumpul untuk melihat indahnya matahari terbit yang amat terkenal di kawasan
ini. Mereka benar di buat terpesona oleh keindahannya, lukisan alam pagi ini.
Sa’at
hari terang, usai sarapan Ai berencana untuk hiking. Ia ingin melihat indahnya
hamparan bunga warna kuning yang juga terkenal sebagai penarik wisatawan di
daerah ini. Hanbyul, Hyuri, Myungsoo, Jungshin, Kibum dan Wooyoung bergabung
bersama Ai. Jaejoong hanya bisa menatap kesal rombongan itu. Ia memilih untuk
tetap tinggal karena Jaejoong yakin tak akan sanggup bertahan bersama Ai dan
Hanbyul. Hyuri benar-benar ketika menemukan hamparan bunga berwarna kuning itu.
Ia segera meminta Ai untuk mengambil beberapa foto untuknya.
Puas
jalan-jalan, rombongan Ai menyusul yang lain yang sedang bermain di pantai.
Jaejoong cemberut melihat Ai dan Hanbyul berjalan bersama. Sementara yang lain
asik bermain air, Ai memilih berteduh. Ia masih menutup kepalanya dengan topi
jaketnya dan bertahan di tempat teduh itu. Ai yang tak terlalu suka
berlama-lama di bawah sinar matahari tersenyum sendiri melihat teman-temannya
bermain bersama. Minki menarik Ai bergabung bersama timnya melawan tim Joongki
untuk bermain voli. Minki, Ai, Jaejoong dan Wonbin melawan Joongki, Hyuri,
Sunghyun dan Daehyun. Yang lain duduk menonton dan menyemangati tim yang mereka
dukung masing-masing.
Sa’at
Ai lengah, Jaejin dan Minhyuk kompak mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya
ke pantai. Jaejin dan Minhyuk menjeburkan Ai ke air mengabaikan ocehan protes
gadis itu. Jaejin dan Minhyuk tertawa puas sa’at Ai basah kuyup dan terus
mengomel. Hyuri dan Kibum ikut menyerang Ai semakin membawa gadis itu untuk
bermain air bersama. Joongki tersenyum merangkul Minki melihat keakraban adik
mereka. Hari ini YOWL dan Viceroy membaur, mereka bermain air bersama. Joongki
juga Minki senang melihatnya.
***
Hyuri
berdiri di tepi pantai menikmati senja sore. Warna langit jingga dan biru
lautan dihadapannya benar membuatnya tenang. Myungsoo menemui Hyuri lalu
keduanya jalan-jalan di tepi pantai. Myungsoo dan Hyuri berhenti, berdiri
berdampingan menatap laut.
“Liburan
kali ini benar-benar menyenangkan.” ungkap Hyuri. “Aku mendapatkan banyak teman
dalam hidup ku,” ia menghela nafas panjang dan tersenyum masih menatap laut.
Myungsoo
beralih ke hadapan Hyuri membuat gadis itu terkejut. Myungsoo menatap lekat
Hyuri. “Song Hyuri, tolong dengarkan apa yang akan aku katakan ini dengan baik.
Aku menyukai mu Song Hyuri. Semakin aku meliaht mu semakin tak bisa aku tahan
lagi rasa ini dan semakin aku tak ingin jauh dari mu. Bolehkah aku tetap
tinggal di sisi mu? Ijinkan aku mencintai mu dan menjaga mu, Song Hyuri.”
Hyuri
terharu, ia tersenyum. “Kau juga harus dengar yang aku katakan dengan baik,
karena aku tidak akan mengulanginya lagi, Kim Myungsoo. Aku juga menyukai mu,
entah darimana rasa itu muncul, yang aku rasa dan aku tahu sekarang hanya aku
ingin kau selalu ada di dekat ku. Kau boleh mencintai aku dan tinggal di sisi
ku.”
Myungsoo
tersenyum lebar, sangat senang mendengarnya. Ia kemudian memeluk Hyuri.
“Gomawo,” bisik Myungsoo kemudian mengecup kening Hyuri untuk beberapa sa’at.
Myungsoo
dan Hyuri bertatapan sedemikian dekat. Myungsoo menatap bibir merah Hyuri.
Perlahan ia bergerak lalu mengecup cepat bibir Hyuri. Myungsoo kembali menatap
Hyuri. Kemudian ia kembali mencium bibir Hyuri. Hyuri melingkarkan kedua
tangannya di leher Myungsoo.
Ai
menghentikan langkahnya melihat Myungsoo dan Hyuri sedang berciuman. Ai
berhenti, diam masih menatap Myungsoo dan Hyuri. Ia kemudian tersenyum dan
berbalik lalu berjalan pergi. Ai menemukan tempat yang nyaman untuk menyendiri.
Ia duduk menatap laut. Headset masih bertengger di kedua telinganya. Memori
otak Ai berjalan mundur, mengingatkan Ai pada pertemuan pertamanya dengan
Myungsoo di Hongdae lalu cerita awal ia masuk Hwaseong Academy dan perlahan
mulai membalas perlakuan Viceroy pada YOWL. Ai tersenyum mengingat semuanya,
perseteruan juga skandal dan Junki. Ingatan Ai beralih pada Hanbyul. Bagaimana
ia pertama kali bertemu Hanbyul namun tak begitu memperhatikan pemuda ini.
Kenangan pertemuan Ai dan Hanbyul di Jeonggu Dong juga muncul. Lalu semua
kenangan setelah itu, semua perlakuan Hanbyul hingga ketika ia memeluk Ai pagi
ini. Ai terharu dan merasa berarti atas semua perlakuan Hanbyul.
Hanbyul
tiba-tiba duduk di sisi Ai, tersenyum menatap gadis itu. Ai menatap Hanbyul
yang duduk dekat di sampingnya. Tiba-tiba air mata Ai meluncur pelan menuruni
pipinya yang pucat. Hanbyul heran daan bingung melihat Ai tiba-tiba menitikan
air mata. Hanbyul mengusap air mata Ai lalu memeluk gadis itu. Ai merasa aman
dalam dekapan Hanbyul. Ia membenamkan wajahnya yang bersandar di dada Hanbyul
dalam dekapan hangatnya.
Jaejoong
berdiri mematung melihat Hanbyul memeluk Ai. Dadanya terasa penuh sesak hingga
kedua mata Jaejoong berkaca-kaca.
-------TBC--------
matur suwun ^_^
.shytUrtle_yUi.
0 comments