¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤
22:08¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤
. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
Episode #10
Myungsoo dan Ai masih berhadapan. Keduanya menatap sinis satu sama lain.
“Ok! Tolong dengarkan baik-baik. Kami, Dewan Senior akan mengundang Viceroy dan YOWL untuk mengikuti rapat terbuka membahas Hwaseong Festival. Rapat akan dipercepat dan kami akan mengadakan secara terbuka.” Terang Daehyun. Murid-murid yang berkerumun ikut ribut mendengarnya. “Aku harap kalian bisa menahan diri.”
Viceroy pergi lebih dulu. Daehyun tersenyum menatap Ai sebelum ia pergi. Murid-murid yang berkerumun mulai bubar. Taemin menyambut Daehyun dengan senyum lebarnya. Ia merangkul Daehyun dan keduanya pergi bersama. Jieun masih menatap YOWL, ia tersenyum kemudian menyusul Taemin dan Daehyun.
“Daehyun, hari ini dia keren sekali,” Joonghun menepuk pundak Jinwoon.
“Ah, jadi perang ini diresmikan?” komentar Sungyeol.
“Em, pasti akan sangat seru,” Jonghyun tersenyum menatap keluar jendela.
Jieun tersenyum ketika memasuki ruang Dewan Senior. Daehyun meneguk habis air mineral dalam botol sedang itu.
“Hah, mereka pikir Dewan Senior tak punya wibawa apa? Sekarang sa’atnya kita mengeluarkan taring kita dan mengendalikan dua band musuh bebuyutan itu!” ungkap Daehyun.
“Aku akui, hari ini Jung Daehyun benar-benar keren,” puji Jieun.
“Ah, tidak juga…” Daehyun tersipu malu menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Ini berkat dukungan kalian.”
“Kita harus memanfa’atkan momen ini dengan baik. Kita harus benar-benar membuat rencana yang matang.” Kata Taemin.
***
Keesokan harinya. Murid-murid masih sama, tak ada bosannya membahas kiriman dalam Hwaseong Academy Community. Pagi ini mereka juga sibuk menggosip. Hyuri yang baru sampai di sekolah merasa sedikit risih. Pagi ini semua mata seolah tertuju padanya. Hyuri menundukan kepala dan mempercepat langkahnya. Tak disengaja Hyuri bertabrakan dengan seseorang. Buku-buku dalam dekapan Hyuri berserakan di lantai dan Hyuri duduk terjatuh. Hyuri memungut buku-bukunya dan baru menyadari enam pasang kaki yang berdiri di hadapannya. Hyuri menggigit bibirnya, ia tahu itu adalah Viceroy dan yang ia tabrak pasti Myungsoo. Hyuri ketakutan. Ia sendirian kini dan tanpa sengaja menabrak seorang Kim Myungsoo pangeran sedingin es itu. Tiba-tiba tangan itu menyentuh pundak Hyuri. Jaejoong membantu Hyuri berdiri. Hyuri tersenyum lega melihat Jaejoong, Wonbin, Minhyuk dan Jaejin sudah berada di sekitarnya.
“Kalian ini laki-laki macam apa? Melihat gadis jatuh terduduk demikian hanya berdiri melihatnya.” Tegur Jaejoong.
“Sunbaenim, ini salah ku,” Hyuri menyela, “Kim Myungsoo Sunbaenim, mohon ma’afkan aku,” ia segera membungkuk.
“Sebaiknya kau menjauh saja dari golongan sesat ini.” Jawab Myungsoo.
“Nee??”
“Mereka adalah golongan hitam yang sewaktu-waktu bisa menyeret mu dalam kegelapan. Kau tidak menyadari imbasnya pada mu? Kau disebut-sebut tidak normal. Sebaiknya kau segera menarik diri dan kembali ke jalur yang benar,” imbuh Byunghun.
“KAU!!!” Jaejoong emosi namun Wonbin segera menahannya.
“Siapa yang sedang bicara ini? Para Bangau?” sahut Ai. Semua menatap Ai. Mereka tak tahu sejak kapan Ai berdiri disana, di belakang YOWL. Ai berjalan maju dan berhenti disamping kanan Hyuri. “Kalian pernah mendengar cerita tentang burung bangau dan burung gagak? Hyuri, apa masalah bagi kalian jika aku punya hubungan khusus dengannya?”
“Burung gagak dan burung bangau?” Tanya Minhwan. Myungsoo menggeleng lalu memimpin pergi.
“Hyuri, kau tidak apa-apa?” Tanya Minhyuk.
“Aku baik saja. Terima kasih kalian datang menolong ku.”
“Menolong mu? Mereka tidak melakukan apa-apa,” protes Ai.
“Ck! Kau tidak lihat tadi?” Jaejoong tak terima.
“Anee.” Ai menggeleng membuat Jaejoong makin kesal.
“Mereka mulai memojokan mu,” kata Wonbin.
“Iya. Kau harus kuat Song Hyuri,” Jaejin menyemangati.
Minhyuk bersiul ketika empat member Red Venus melintas. Mata Jaejoong langsung tertuju pada Yiyoung. Ia selalu terpana pada gadis itu. Ai memperhatikan ekspresi Jaejoong begitu juga Hyuri.
“Malang sekali,” komentar Ai.
“Tidak berguna. Jaejoong seolah terkena sihir setiap kali menatap gadis itu.” Sahut Minhyuk.
“Jaejoong sudah cukup menjual murah harga dirinya untuk mengejar Yiyoung,” imbuh Jaejin.
“Memang dia mengejarnya? Yang aku perhatikan, tidak. Orang ini hanya berani diam, memandang tanpa ada tindakan,” Ai memukul kepala Jaejoong dengan buku milik Hyuri.
“Auw!” pekik Jaejoong mengelus kepalanya. “Kau! Itu sakit!” Jaejoong kesal sedang Minhyuk dan Jaejin menertawakannya. “YOWL harus melamar Red Venus. Ai, kau setuju?”
“Melamar?”
“Yang aku dengar, perang kali ini akn berlaku demikian. Kita harus melamar patner kita,” Kibum menjelaskan. “Semalam hal itu ramai dibicarakan di dalam Hwaseong Academy Community. Jadi apa YOWL akan turut memperebutkan Red Venus? Bagaimana lead?”
“Aku mau saja tapi mereka?”
“Nona!” Wooyoung sampai dengan nafas terengah-engah. “Nona baik-baik saja?” semua kompak menatap Wooyoung lalu pergi meninggalkannya. “Ais! Nona!!” Wooyoung berlari mengejar.
-------
“Fujiwara Ayumu?” Gahee mengintip berkas yang sedang di baca Junki. “Dia murid fenomenal itu? Gadis yang menolak bergabung dengan kelas khusus itu kan? Dia benar-benar hidup di jalurnya sendiri, sesuai arti namanya Fujiwara Ayumu, walk your own way.”
“Kau tahu banyak tentangnya?”
“Tidak. Baru kemarin melihat-lihat tentangnya di komunitas murid. Kenapa kau membaca file gadis ini?”
“Kau percaya cinta pada pandangan pertama?”
“Tidak juga, menurut ku semua itu hanya factor kebetulan. Omo! Jangan katakan ikebana dan cerita mu tempo hari itu… dia??”
Junki menghela nafas menutup buku di tangannya, “iya. Dia benar-benar membuat ku salang tingkah. Ini tidak bisa dibiarkan.”
“Kalian sudah dengar tentang keputusan Ibu Presedir?” Shihoo datang bergabung, “bagaimana menurut kalian?”
“Itu bagus. Aku tidak menyangka Jung Daehyun melakukannya. Itu ide brilian dan bersyukur Nyonya Shin menyetujuinya.” Jawab Gahee.
“Apakah anak-anak ini bisa melakukan dengan baik?”
“Kenapa kau ragu? Kau ragu pada YOWL?” Tanya Junki.
“Iya. Mereka masih terpojok. Dan ketenaran Viceroy bisa jadi membuat mereka bertindak licik.”
“Kita harus mempercayai mereka dan tetap memantau mereka. Andai semua guru seperti Shihoo Hyung, aku bisa bernafas lega.”
“Hah, semoga mereka bisa bermain sportif.”
-------
Jaejoong berjalan sendiri dan berpapasan dengan Kim Young Duk –Kim Jay TRAX-. Jaejoong tetap cuek bahkan tak menoleh menatap Youngduk.
“Sampai kapan kau akan bersikap begini?” Tanya Youngduk menghentikan langkahnya.
Jaejoong juga berhenti. “Bukankah memang begini seharusnya? Kau pada jalan mu dan aku pada jalan ku.”
“Omma merindukan mu.”
“Bukankah Kim Jaejoong sudah mati baginya?”
“Kau benar-benar tidak bisa mema’afkan kami? Bagaimana pun juga kita adalah saudara satu ayah. Jenguklah Omma sesekali.”
“Saudara satu ayah?? Ish! Sejak kapan kau mengakuinya? Aku bukanlah anak Omma dan juga adik mu karena aku, Kim Jaejoong hanya pembuat onar. Jangan berlagak sok peduli.”
“Appa… belakangan ini sering bertanya tentang mu.”
Jaejoong tak menjawab dan pergi. Youngduk berbalik dan menatap punggung Jaejoong. Ia menghela nafas, menggeleng kemudian pergi.
-------
“Gagak dan bangau? Apa ada dongeng tentang mereka?” Byunghun masih memikirkan kata-kata Ai.
“Aku rasa tidak ada.” Jawab Minhwan.
“Lalu apa maksud Fujiwara?”
“Burung gagak, hitam legam namun hati dari burung ini bersih dan bisa menjadi obat sedangkan burung bangau, dia putih bersih dan cantik namun ia gemar sekali berada di tempat becek dan kotor, berlumpur.” Ungkap Sunghyun.
“Para bangau?? Itu kita?? Jadi maksud Ai kita ini orang-orang kotor??”
“Dia benar-benar menghina kita!” Minhwan juga kesal.
“Bukan demikian. Jika kita tidak berhati-hati menjaga sikap kita, maka burung bangau yang terkenal dengan keelokannya bisa menjadi seburuk lumpur yang becek tempat para cacing hidup. Bangau adalah simbol panjang umur dan filsafat, bukankah sangat indah?”
“Lalu bagaimana dengan gagak? Kenapa Fujiwara memposisikan YOWL sebagai gagak?” Tanya Jungshin.
“Ess, panjang juga penjelasannya. Gagak ada mengatakan lambang dari kekosongan namun dia juga utusan, gagak juga dinyatakan sebagai pencipta dan penipu.”
“Penipu?? Hahaha…” Byunghun tertawa mendengarnya.
“Gagak juga dikatakan alternatif untuk berbagai dewa dan roh, kematian dan perang. Namun burung ini juga di kenal sebagai burung yang ramah. Mereka cenderung untuk membentuk kelompok sosial. Menurut ku gagak dan juga bangau punya kesamaan. Sama-sama hewan ramah yang suka berkelompok, setia kawan.”
“Ah, aku tidak paham. Itu memusingkan.” Minhwan mengacak rambutnya.
“Bangau dan gagak?? Itu terdengar lebih bagus bukan? Ini pasti akan jadi sangat menarik.” Kata Myungsoo.
“Ah, aku akan mencoba membuat kiriman tentang ini dalam Hwaseong Academy Community dan kita lihat bagaimana hasilnya.”
“Cepat-cepat!” Minhwan mendukung rencana Byunghun.
-------
“Wowowow, Byunghun menggila. Lihat kirimannya. Viecory vs YOWL, bangau vs gagak, how do you think? Ck, anak itu.” Chaerin mengomel sendiri sambil sibuk memainkan tab-nya. “Ajang besar akan dimulai, ini menyenangkan. Jieun, apa rencana Dewan Senior?”
“Itu rahasia.”
“Ih! Masak membocorkan sedikit saja kau tidak mau?”
“Ma’af aku tidak bisa. Tolong pahami posisi ku sekarang.”
“Kau sendiri yang memposisikan diri mu seperti ini,” cela Gyuri.
“Kompetisi kali ini akan lebih terbuka dan tidak terikat. Apakah itu artinya Viceroy dan YOWL bisa melamar satu sama lain?” Tanya Soojung.
“Nee. Viceroy boleh melamar YOWL dan begitu juga sebaliknya.”
“Aku rasa tidak mungkin Viceroy melamar YOWL,” sahut Gyuri.
“Jika itu terjadi, maka bencana besar bagi kita.” Soojung khawatir.
“Aku yakin Viceroy akan jadi patner kita.”
“Jujur saja, aku ingin duet dengan Myungsoo,” ungkap Yiyoung malu-malu.
“Itu ide bagus. Kalian sama-sama main gitar dan bernyanyi, hah… indahnya….” Gyuri benar mengkhayalkan hal itu. “Chaerin, coba bicara pada Byunghun.”
“Iya, nanti aku akan bicara pada Byunghun.”
-------
Ai, Hyuri, Kibum dan Wooyoung berkumpul di free computering area. Kibum dan Wooyoung sibuk berkutat dengan komputer, sementara Ai dan Hyuri berdiri di depan meja membelakangi Kibum dan Wooyoung. Ai menatap lurus dan datar pada setiap murid yang melintas didepan mereka.
“Tatapan mereka itu, mengerikan. Bagaimana bisa mereka menyebarkan omong kosong itu? Kita lesbian?? Foto itu, ck!” sesal Hyuri.
“Mudah saja. Kau memeluk ku dan seseorang dengan otak usil yang kerdil mengambil foto kita dan menyebarkannya. Perilaku menyimpang dua murid perempuan ini, haha itu lucu. Yang memberikan reaksi juga komentar sama bodohnya dan yang membela, membuang waktu saja.”
“Semua mudah bagi mu, bagi ku?”
“Kau hanya perlu menatap balik pada mereka, tanpa ragu. Tunjukan kekuatan mu lewat tatapan itu. Tegaskanlah jika inilah aku!”
“Apa aku perlu berpenampilan seperti mu? Smokey eyes gothic itu.”
“Kau yakin itu akan membantu? Walau kau berias layaknya hantu dalam film sekali pun tapi kau tak berani membalas tatapan mereka, percuma.”
“Nona, votingnya sudah di mulai.” Sela Wooyoung. Hyuri segera bergabung. “Stardust, Jung Jinwoon juga ada dalam jajaran ini.”
“Akhirnya YOWL bisa disejajarkan dengan Viceroy, Red Venus dan Stardust.” Jaejin kemudian menoleh dan meringis pada Kibum, Hyuri dan Wooyoung yang menatap heran padanya.
“Kami sudah lama disini, kalian saja yang tidak menyadarinya,” kata Minhyuk. “Hah, apa-apa’an ini? Bangau vs gagak? Percaya diri sekali mereka menyebut diri mereka bangau.”
“Eh, itu kan kata-kata Ai pagi ini,” kata Kibum.
“Dasar tidak kreatif,” gumam Hyuri.
“Kau yang melakukan ini semua?” Wonbin sudah berada disamping Ai.
“Kau pikir siapa aku hingga bisa mengendalikan sekolah sebesar ini?”
“Kompensasi.” Wonbin melirik Hyuri.
“Begitu menurut mu?”
“Nyonya Shin yang memperkenalkan YOWL padanya, itu sedkit yang aku dengar darinya.”
“Kalian disini rupanya.” Jaejoong baru tiba.
“Hi, Lead! Kau tidak ingin melihat ini?” Tanya Jaejin. Jaejoong pun bergabung.
“Bangau vs gagak?? Kita gagak?? Ya, Ai! Kenapa kau memposisikan kita sebagai gagak? Kau pikir kita penganut ilmu hitam apa?” protes Jaejoong.
“Cari dulu filosofinya, baru komentar.” Jawab Ai.
“Bukankah ini terlalu menonjol?” Tanya Wonbin.
“Tapi mereka menikmatinya.” Jawab Ai santai.
“Lalu, kau berencana akan melamar siapa? Jaejoong benar menginginkan Red Venus.”
“Entahlah. Belum terpikir oleh ku.”
***
Ai kaget ketika ia memasuki rumahnya. Minki duduk bersama Hyunjung, menunggunya. Minki kemudian pergi, memberi ruang untuk Hyunjung dan Ai.
“Aku tidak menyangka rooftop bisa jadi demikian indah dan nyaman.” Hyunjung memulai obrolan.
“Mengejutkan melihat Anda disini. Ada apa hingga Anda sendiri kemari?”
“Kenapa kau melakukan semua itu?”
“Ma’af?”
“Kemarin pengurus yayasan White Lotus datang menemui ayah mu. Mereka memberikan hadiah dalam kunjungan itu sebagai ucapan terima kasih karena Jung Jinyoung telah menjadi donatur yayasan. Itu ulah mu bukan? Mereka mengatakan yang selalu datang adalah gadis cantik yang mengaku sebagai kurir pribadi Presedir Jung.”
“Appa terus berusaha hidup secara lurus dan bersih, aku mendukungnya. Hanya itu tujuan ku.”
“Apa itu kata lain dari penolakan uang yang diberikan ayah mu setiap bulannya?”
“Ma’af jika ini sangat menyinggung. Aku tidak merasa hebat karena bisa hidup mandiri tanpa menggunakan uang pemberian Appa. Aku… aku minta ma’af jika itu melukai persaan Anda juga Appa.”
“Itu hak mu, mau menggunakan uang itu untuk apa saja. Aku juga minta ma’af jika ini membuat mu tidak nyaman.” Ai tersenyum kecil. “Jiyoo, apa kau tidak ingin bertemu dengan ayah mu?”
“Itu…”
-------
Jinwoon membaca kertas-kertas ditangannya. “Hanya itu yang berhasil kami kumpulan,” kata salah seorang kepercayaan Jinwoon.
“Kalian boleh pergi.”
“Baik Tuan.” Ketiga orang itu pun pamit pergi.
Jinwoon kembali membaca informasi tentang Ai yang berhasil dikumpulkan orang kepercayannya. Mata sipit Jinwoon melebar ketika ia sampai pada lembar ketiga. Jinwoon membaca ulang isi lembaran ketiga.
“Kemarin perwalikan dari yayasan White Lotus datang menemui Appa,” Euichul membuyarkan konsentrasi Jinwoon. Jinwoon segera menutup map ditangannya. “Kau mencurigai Jiyoo menghabiskan uang pemberian Appa dan kau membenci sikapnya bukan? Karena itu kau membawa informasi tentang Ai ke dalam rumah ini.”
“Bukan urusan Hyung.” Jinwoon memeluk map biru ditangannya dan bangkit dar duduknya.
“Apa yang sudah kita lakukan? Sebagai sesama anak kandung, apa yang sudah kita lakukan untuk Appa? Sebagai sesama anak kandung, apa kita sudah melalukan sebaik yang Jiyoo lakukan?” Jinwoon urung beranjak. “Jiyoo tak pernah lupa memberikan ucapan selamat ulang tahun pada Appa, dia selalu menjadi anak yang pertama kali memberi ucapan selamat. Aku? Jiyoo selalu mengingatkan aku, bahkan untuk ulang tahun pernikahan Appa dan Omma. Bagaimana dengan mu?”
“Apa maksudnya sesama anak kandung?”
“Akan aku beri tahu kau kebenaran yang sebenarnya. Aku sudah tidak tahan melihat sikap-sikap mu pada Jiyoo. Kau pikir Jiyoo adalah anak pungut? Kau salah Jung Jinwoon. Kau, aku dan Jiyoo adalah saudara satu ayah.”
Jinwoon tak percaya mendengarnya. Benarkah itu? Benarkah jika ia saudara satu ayah dengan Ai? Tubuh Jinwoon bergetar hingga telinganya berdenging.
“Kita saudara sedarah.” Imbuh Euichul.
“Hyung sengaja mengarang kisah itu untuk membuat ku menerima gadis itu?” Jinwoon berusaha menyangkal.
“Appa membuat kesalahan, bukan, cinta bukanlah kesalahan. Appa jatuh hati kepada seorang perangkai bunga bernama Lee So Yeon dan Appa menikahi wanita itu secara diam-diam, tanpa sepengetahuan Omma. Appa ingin sekali mempunyai anak gadis namun Omma tidak bisa hamil lagi, dan setelah Omma mengetahui pernikahan rahasia, Omma menerimnya dan berjanji akan menerima anak dari pernikahan Appa dengan Lee So Yeon. Kekacauan terjadi, dan Lee Soyeon menghilang bersama orang kepercayaan Appa, Bibi Jang, ibu dari Lee Min Ki, pemuda yang ada bersama Jiyoo sekarang. Setahun kemudian Appa menemukan Bibi Jang, namun Bibi Jang kembali membawa berita buruk,. Bibi Jang mengatakan Lee So Yeon meninggal berserta anak dalam kandungannya. Appa putus asa dan menganggapnya benar. Beberapa tahun kemudian Bibi Jang kembali dan menceritkan kebenaran, Lee So Yeon meninggal sa’at melahirkan anak pertamanya namun bayi itu selamat dan di adopsi pasangan suami Jepang, keluarga Fujiwara. Gadis itu bernama Fujiwara Ayumu dan ia tumbuh dengan baik bersama keluarga Jepang itu. Namun nasib buruk menimpa gadis itu, kedua orang tua adopsinya meninggal dalam kecelakaan mobil. Fujiwara Ayumu menjadin yatim piatu diusianya yang ketujuh. Appa sangat senang ketika tahu anaknya selamat dan akhirnya Appa mempunyai seorang anak gadis. Mendiang Lee So Yeon memberinya nama Jung Jiyoo. Appa menemukan anak bungsunya dan gadis itu tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan mandiri dua tahun yang lalu. Awalnya aku sempat merasa seperti mu, marah dan membenci Fujiwara Ayumu ketika Appa membawa gadis itu untuk bertemu kita. Tapi setelah secara tidak sengaja mendengar obrolan Appa dan Omma hingga aku tahu fakta bahwa Fujiwara Ayumu adalah saudara sedarah dengan ku… hati ku luluh. Aku tidak bisa membencinya dan bertahan dengan rasa itu. Bagaimana pun juga dia adalah adik ku, Jung Jiyoo, sama seperti mu, Jung Jinwoon. Sekarang terserah pada mu. Menurut ku sikap mu itu konyol, sangat kekanak-kanakan sekali.” Euichul pergi meninggalkan Jinwoon yang berdiri mematung.
Jinwoon menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Ia masih tak percaya pada apa yang baru didengarnya dari Euichul. Benarkah Fujiwara Ayumu adalah anak kandung Appa?
-------
Ai mengelus gitarnya memainkan melodi SUM 41-Pieces sendiri diatas panggung. Yongbae diam memperhatikan. Ia tahu Ai sedang memiliki perasaan kurang baik sejak gadis itu datang, namun Yongbae tak berani bertanya dan hanya diam memperhatikan. Ai meluapkan rasa sesak didadanya dengan menggenjreng gitar. Jaejoong, Wonbin, Jaejin, Kibum dan Minhyuk tiba di basecamp. Mereka turut menyaksikan pertunjukan solo Ai. Minhyuk bertanya pada Yongbae ada apa gerangan, namun Yongbae hanya bisa mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu. Mereka bertepuk tangan ketika Ai selesai memainkan gitarnya.
“Curang! Kenapa kau tidak menunggu kami?” protes Jaejin.
Ai tersenyum dan duduk diujung panggung, “kalian terlalu lama.” Jaejoong dan yang lain turut bergabung.
“Rapat terbuka akan di gelar besok. Pengumuman resminya sudah keluar.” Kata Kibum.
“Kau sudah menyusun rencana?” Tanya Jaejin yang duduk disamping kiri Ai. “Apakah YOWL akan turut memperebutkan Red Venus?”
“Jaejoong, apa kau benar ingin Red Venus jadi patner YOWL?” Tanya Ai pada Jaejoong yang duduk disamping kanannya.
“Ingin tapi tak ingin. Aku tidak mau YOWL mempermalukan diri. Terserah kau saja.”
“Hey, lead disini kau atau Ai?” sela Minhyuk.
“Kalian lebih patuh pada Ai daripada pada ku.”
“Hahaha…” tawa Minhyuk pecah. “Kau jarang bisa diandalkan, kecuali urusan berkelahi.”
“Kau ini. Lihat Jaejoong jadi cemberut. Minta ma’af padanya.” Perintah Wonbin. “Dia yang paling tua diantara kita, hormatilah Jaejoong.”
“Ish! Kalian ini! Aku tidak marah kok.” Jaejoong tersenyum tulus. “Hah… beginikah rasanya di sejajarkan dengan Stardust, Viceroy dan Red Venus? Mereka yang selalu dikatakan hebat.”
“YOWL juga hebat! Kau tidak bangga pada band mu ini?” protes Minhyuk.
“Tentu saja YOWL yang terbaik.” Ai tersenyum melihat dua rekannya itu berdebat.
“Aku tetap bangga pada YOWL, apapun keadaannya dan aku bangga memiliki Ai disini. Aku tidak akan melirik gadis lain lagi.”
“Tidak akan melirik gadis lain?? Lalu bagaimana dengan peristiwa di kebun bunga waktu itu? Oh, kau tidak melirik Kang Jiyoung tapi kau melihat Kang Jiyoung. Hahaha…” Jaejin tertawa puas lalu tos dengan Jaejoong. Minhyuk langsung cemberut dibuatnya.
“Nona, ini yang Anda minta.” Yongbae menyela sambil membawa kardus. Jaejoong dan yang lain mengamati kardus yang berisi amplop merah itu.
“Apa ini?” Jaejoong hendak menyentuhnya namun dengan sigap Ai menyingkirkan tangan Jaejoong.
“Ini benda keramat!” kata Ai.
“Benda keramat???” Jaejoong dan Jaejin kompak.
“Ai, kau jangan bercanda.” kata Minhyuk.
“Ini adalah masa depan YOWL.”
“Masa depan YOWL??” Tanya Kibum. Ai hanya tersenyum dan mengangguk,
***
Taemin dan Daehyun juga beberapa anggota Dewan Senior lembur sampai malam untuk mempersiapkan rapat terbuka esok. Daehyun berkacak pinggang melihat aula serbaguna di tata sedemikian rupa sedang Taemin tersenyum puas.
“Viceroy, Red Venus, Stardust dan YOWL, hah… empat band besar ini ada dalam kendali kita sekarang.” Kata Daehyun.
“Ide mu, memang keren.”
“Sebenarnya tak sepenuhnya ide ku.”
“Apa??”
“Ini hasil diskusi ku dengan Nyonya Shin.”
“Nyonya Shin?? Bagaimana kau bisa??”
“Secara tidak sengaja, usai pentas seni untuk penyambutan murid baru. Aku sedang menggerutu sendiri, Nyonya Shin lewat dan menghampiri ku. Beliau bertanya ada apa? Lalu aku menceritkan tentang Viceroy dan YOWL. Beliau bertanya, apa aku punya ide? Dan inilah kesempatan dari Nyonya Shin, perang resmi dan terbuka.”
“Woa… Nyonya Shin, wanita itu benar-benar keren. Pantas saja kau begitu berani ternyata kau punya pendukung kuat.”
“Hehehe… kau lah pendukung kuat ku itu. Hah! Aku berharap ini juga bisa membantu Jiyoo Fujiwara dan Jinwoon Hyung.”
“Mwo??”
“Ah, tidak ada. Ayo pulang! Besok kita akan perang, ” Daehyun merangkul Taemin pergi.
-------
Hyuri melompat kecil berusaha meraih buku di rak teratas. Sekuat tenaga Hyuri berusaha namun nihil, ia tak mampu meraih buku yang ia inginkan. Hyuri menghela nafas panjang dan putus asa. Tiba-tiba seseorang membantunya mengambil buku itu dan memberikannya pada Hyuri. Hyuri mengangkat kepala tak percaya pada apa yang dilihatnya. Hanbyul tersenyum manis dan menyodorkan buku ditangannya pada Hyuri. Hyuri mengerjapkan matanya, benar ini Jang Hanbyul, ‘The Glorious Pince Jang Hanbyul’.
“Kam-kamsahamnida, Sunbaenim.” kata Hyuri sedikit membungkukkan badan.
“Nee,” Hanbyul tersenyum sebelum pergi.
Hyuri selesai membayar buku-buku yang ia inginkan. Hanbyul berada jarak satu orang dibelakang Hyuri. Hyuri keluar dan menunggu Joongki menjemputnya. Hyuri menghentakan kakinya kesal. Joongki mengirim pesan bahwa ia akan terlambat.
“Kau sendirian?” Hanbyul menghampiri Hyuri.
“Oh, nee.” Hyuri tersenyum kaku. Hanbyul, pemuda tampan yang selalu berdiri dibelakang bersama Sunghyun dan Jungshin dalam formasi Viceroy.
“Kau menunggu seseorang?”
“Aku menunggu Joongki Oppa, tapi sepertinya dia sedikit terlambat.” Ungkap Hyuri polos.
“Kau bisa pulang dengan ku.”
“Nee??” Hyuri sampai menoleh menatap Hanbyul.
“Dokter Song terlambat bukan? Lebih baik kau pulang dengan ku. Aku tahu dimana kediaman Nyonya Shin.”
“Sunbae-nim tahu tentang ku?”
“Kami semua tahu, kau Song Hyuri cucu dari Nyonya Shin pemilik Hwaseong Academy.”
“Oh, begitu…”
“Ayo! Aku antar kau pulang. Kau takut pada ku?”
“Tidak, tapi…”
“Ayo!” Hanbyul menuntun Hyuri.
Hyuri lebih banyak diam selama perjalanan. Namun pikiran Hyuri berkecamuk. Hyuri merasa hutang budi pada Hanbyul. Harusnya Hyuri menolak Hanbyul namun menunggu Joongki akan sangat membosankan. Joongki jika terlambat bisa lebih dari satu jam, Hyuri kapok jika harus menunggu Joongki. Naik bus atau taksi, tentu Hyuri tak berani. Ia tak pernah melakukannya. Selama ini Hyuri selalu antar-jemput jika ia berpergian. Menerima tawaran Hanbyul adalah pilihan yang tepat. Lalu sekarang, bagaimana Hyuri harus membayar hutang budi ini? Hyuri berpikir keras dan tiba-tiba ia teringat peristiwa ketika ia menabrak Myungsoo. Hyuri ingat betul bagaimana ekspresi keenam member Viceroy waktu itu. Ia hanya menerima kesan ramah pada wajah Sunghyun yang berdiri diantara Hanbyul dan Jungshin. Tunggu! Hyuri kembali mengingat ekspresi Hanbyul kala itu. Wajah Hanbyul, ekspresinya berubah ketika Ai tiba-tiba muncul. Hanbyul berubah berseri dan terus menatap Ai. Hyuri tersenyum seolah mendapat berkah dari surga.
“Sampai disini saja.” pinta Hyuri. Hanbyul menghentikan mobilnya didekat tikungan menuju kediaman Nyonya Shin. “Kamsahamnida, Sunbaenim.” Hyuri menunduk lalu turun. Hyuri berlari kecil dan segera menghilang dari pandangan Hanbyul.
Hanbyul tersenyum melihatnya. Lalu pandangannya tertuju pada secarik kertas yang tertinggal. Nota pembelian buku milik Hyuri tertinggal. Hanbyul memungutnya dan ia kaget ketika melihat tulisan dibelakang nota itu.
Ini nomer ponsel Ai 010-XXXX-XXXX semoga bisa membantu. Kamsahamnida Sunbaenim.
Hanbyul tersenyum lebar usai membaca pesan yang ditinggalkan Hyuri dibalik nota pembelian buku. Ia menggelengkan kepala lalu kembali melajukan mobilnya.
“Babo! Babo!” Hyuri memukul pelan kepalanya sendiri. “Apa yang baru kau lakukan Song Hyuri? Kau tahu siapa itu Jang Hanbyul? Iya, dia The Glorious Pince Jang Hanbyul, dia Viceroy! Kenapa kau memberikan nomer ponsel Ai pada Hanbyul? Apa begini caranya balas budi?” Hyuri bicara sendiri, memaki dirinya sendiri. “Apa yang ada dalam pikiran mu sampai kau melakukan ini? Hanbyul menyukai Ai?? Ck! Hyuri, babo! Oh!” Hyuri menghentikan langkahnya sa’at terdengar mobil Hanbyul pergi. Hyuri membalikan badan dan berlari kecil mengejar mobil Hanbyul yang telah pergi. Hyuri menunduk kan kepala dan menghela nafas panjang.
“Mati aku! Jika terjadi sesuatu pada Ai, apa aku bisa mempertanggung jawabkannya pada YOWL?? Tapi, bukankah ini bagus juga? Jika ada pria menyukai Ai, dengan begini gossip jika kami lesbian bisa redam. Tapi, bukankah selama ini Ai sudah di kelilingi pria-pria tampan. Aaa, ottoke??”
-------
Hanbyul membaringkan tubuh lelahnya di ranjang. Ia diam menatap langit-langit kamarnya. Hanbyul teringat pada pesan yang sengaja ditinggalkan Hyuri untuknya. Hanbyul bangkit dan mencari nota itu. Ia lalu menyalin nomer ponsel pemberiam Hyuri dalam kontak ponselnya. Hanbyul menatap layar ponselnya. Ia mengetik pesan namun menghapusnya kembali.
“Bagaimana kalau ini hanya jebakan?” gumam Hanbyul. “Bagaimana pun juga Hyuri sangat dekat dengan YOWL. Ah, kenapa aku berpikir sepicik ini? Jang Hanbyul! Jangan bertindak bodoh. Jika terjadi sesuatu, apa kau bisa mempertanggung jawabkannya? Hah!” Hanbyul kembali merebahkan tubuhnya dan berusaha tidur.
***
Red Venus, Stardust, Viceroy dan YOWL telah duduk di kursi yang disediakan untuk mereka. Tatanan kursi dibentuk persegi dimana perwakilan Dewan Senior selaku pemimpin rapat terbuka duduk ditengah-tengah persegi itu. Meja Red Venus berhadapan dengan meja Stardust, sedang meja Viceroy berhadapan dengan YOWL. Kursi-kursi yang disediakan dibelakang meja empat band ternama Hwaseong Academy itu disediakan untuk murid-murid yang ingin mengikuti jalannya rapat terbuka. Kibum, Hyuri dan Wooyoung duduk dibelakang YOWL. Hanya ada mereka disini sedangkan kursi dibelakang Viceroy dan Red Venus sudah penuh dan kursi dibelakang Stardust hampir penuh. Ketiga pendukung setia YOWL ini dibuat sedikit risih namun member YOWL tetap tenang dalam duduknya terlebih Ai yang cuek dan sibuk mengotak-atik ponselnya. Yoojin ikut masuk aula serbaguna dan ia muncul tepat didepan Ai. Yoojin tersenyum lebar dan membungkuk.
“Ai-chan! Hwaiting!” Yoojin menyemangati. Ai tersenyum. Yoojin balas senyum dan segera melayang kemudian duduk di kursi paling belakang.
“Baru kali ini rapat terbuka dihadiri arwah,” bisik Ai pada Jaejoong.
“Nee??? Odie???” Jaejoong berubah panik dan mengamati sekitar.
“Dia duduk mendukung YOWL.”
“Ssh! Kau membuat ku takut!” kata Jaejin yang duduk disamping kiri Ai. Ai tersenyum puas melihat kedua temannya panik.
Diseberang sana Myungsoo mengamati dengan tatapan mata elangnya. Ai membalas tatapan itu tanpa ragu. Sedang Hanbyul terus memperhatikan Ai, lalu Hyuri yang duduk tepat dibelakang Ai. Tak lama kemudian beberapa murid yang masuk mengisi kursi dibelakang YOWL dan menyisakan satu deret terakhir. Ai menoleh dan melihat Yoojin masih duduk disana, tersenyum lebar dan melambaikan tangan padanya. Ai menggeleng dan kembali menatap ke depan.
Melihat semua sudah siap, Daehyun pun berdiri membuka rapat. Daehyun membacakan agenda rapat hari ini. Kemudian Taemin membacakan rencana pelaksanaan festival tahunan sekolah, Hwaseong Festival, yang di gelar setiam musim panas tiba, tepatnya pada bulan juni. Daehyun kembali berdiri.
“Kali ini kita akan memainkan permainan ‘Be My Star’, peraturan permainan untuk melamar rekan yang akan Anda pilih untuk menjadi patner,” terang Daehyun.
“Dia itu gila dan membuat permainan gila untuk kita.” komentar Byunghun.
“Siapa yang berkenan melamar lebih dahulu?” Tanya Daehyun. Namun tidak ada perwakilan yang berdiri. Daehyun menatap Viceroy, Red Venus, Stardust lalu YOWL. Daehyun kembali menatap Stardust, Jinwoon, namun pemuda itu malah asik memainkan kertas ditangannya. Daehyun kesal. Lalu ia kembali menatap YOWL, Ai. Gadis itu duduk diam dan balas menatapnya, datar. Daehyun lelah menghadapi orang-orang ini. ‘Kenapa mereka sok dan merasa hebat begini?’ batin Daehyun. Emosinya hampir memuncak namun tiba-tiba Myungsoo berdiri.
“Viceroy akan melamar lebih dulu,” kata Myungsoo.
“Baiklah. Viceroy Kim Myungsoo akan melamar lebih dahulu. Viceroy, siapakah yang akan Anda lamar?”
Suasana menjadi tegang. Peserta rapat dibelakang sana saling berbisik. Mereka yakin Viceroy akan melamar Red Venus karena dua band ini adalah pasangan yang sempurna, pangeran dan putri.
“Fujiwara Ayumu, YOWL, would you be my star?” kata Myungsoo mengejutkan seisi aula. Myungoo menatap lurus pada Ai yang balas menatapnya datar.
-------TBC--------
matur suwun
.shytUrtle_yUi.
Myungsoo dan Ai masih berhadapan. Keduanya menatap sinis satu sama lain.
“Ok! Tolong dengarkan baik-baik. Kami, Dewan Senior akan mengundang Viceroy dan YOWL untuk mengikuti rapat terbuka membahas Hwaseong Festival. Rapat akan dipercepat dan kami akan mengadakan secara terbuka.” Terang Daehyun. Murid-murid yang berkerumun ikut ribut mendengarnya. “Aku harap kalian bisa menahan diri.”
Viceroy pergi lebih dulu. Daehyun tersenyum menatap Ai sebelum ia pergi. Murid-murid yang berkerumun mulai bubar. Taemin menyambut Daehyun dengan senyum lebarnya. Ia merangkul Daehyun dan keduanya pergi bersama. Jieun masih menatap YOWL, ia tersenyum kemudian menyusul Taemin dan Daehyun.
“Daehyun, hari ini dia keren sekali,” Joonghun menepuk pundak Jinwoon.
“Ah, jadi perang ini diresmikan?” komentar Sungyeol.
“Em, pasti akan sangat seru,” Jonghyun tersenyum menatap keluar jendela.
Jieun tersenyum ketika memasuki ruang Dewan Senior. Daehyun meneguk habis air mineral dalam botol sedang itu.
“Hah, mereka pikir Dewan Senior tak punya wibawa apa? Sekarang sa’atnya kita mengeluarkan taring kita dan mengendalikan dua band musuh bebuyutan itu!” ungkap Daehyun.
“Aku akui, hari ini Jung Daehyun benar-benar keren,” puji Jieun.
“Ah, tidak juga…” Daehyun tersipu malu menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Ini berkat dukungan kalian.”
“Kita harus memanfa’atkan momen ini dengan baik. Kita harus benar-benar membuat rencana yang matang.” Kata Taemin.
***
Keesokan harinya. Murid-murid masih sama, tak ada bosannya membahas kiriman dalam Hwaseong Academy Community. Pagi ini mereka juga sibuk menggosip. Hyuri yang baru sampai di sekolah merasa sedikit risih. Pagi ini semua mata seolah tertuju padanya. Hyuri menundukan kepala dan mempercepat langkahnya. Tak disengaja Hyuri bertabrakan dengan seseorang. Buku-buku dalam dekapan Hyuri berserakan di lantai dan Hyuri duduk terjatuh. Hyuri memungut buku-bukunya dan baru menyadari enam pasang kaki yang berdiri di hadapannya. Hyuri menggigit bibirnya, ia tahu itu adalah Viceroy dan yang ia tabrak pasti Myungsoo. Hyuri ketakutan. Ia sendirian kini dan tanpa sengaja menabrak seorang Kim Myungsoo pangeran sedingin es itu. Tiba-tiba tangan itu menyentuh pundak Hyuri. Jaejoong membantu Hyuri berdiri. Hyuri tersenyum lega melihat Jaejoong, Wonbin, Minhyuk dan Jaejin sudah berada di sekitarnya.
“Kalian ini laki-laki macam apa? Melihat gadis jatuh terduduk demikian hanya berdiri melihatnya.” Tegur Jaejoong.
“Sunbaenim, ini salah ku,” Hyuri menyela, “Kim Myungsoo Sunbaenim, mohon ma’afkan aku,” ia segera membungkuk.
“Sebaiknya kau menjauh saja dari golongan sesat ini.” Jawab Myungsoo.
“Nee??”
“Mereka adalah golongan hitam yang sewaktu-waktu bisa menyeret mu dalam kegelapan. Kau tidak menyadari imbasnya pada mu? Kau disebut-sebut tidak normal. Sebaiknya kau segera menarik diri dan kembali ke jalur yang benar,” imbuh Byunghun.
“KAU!!!” Jaejoong emosi namun Wonbin segera menahannya.
“Siapa yang sedang bicara ini? Para Bangau?” sahut Ai. Semua menatap Ai. Mereka tak tahu sejak kapan Ai berdiri disana, di belakang YOWL. Ai berjalan maju dan berhenti disamping kanan Hyuri. “Kalian pernah mendengar cerita tentang burung bangau dan burung gagak? Hyuri, apa masalah bagi kalian jika aku punya hubungan khusus dengannya?”
“Burung gagak dan burung bangau?” Tanya Minhwan. Myungsoo menggeleng lalu memimpin pergi.
“Hyuri, kau tidak apa-apa?” Tanya Minhyuk.
“Aku baik saja. Terima kasih kalian datang menolong ku.”
“Menolong mu? Mereka tidak melakukan apa-apa,” protes Ai.
“Ck! Kau tidak lihat tadi?” Jaejoong tak terima.
“Anee.” Ai menggeleng membuat Jaejoong makin kesal.
“Mereka mulai memojokan mu,” kata Wonbin.
“Iya. Kau harus kuat Song Hyuri,” Jaejin menyemangati.
Minhyuk bersiul ketika empat member Red Venus melintas. Mata Jaejoong langsung tertuju pada Yiyoung. Ia selalu terpana pada gadis itu. Ai memperhatikan ekspresi Jaejoong begitu juga Hyuri.
“Malang sekali,” komentar Ai.
“Tidak berguna. Jaejoong seolah terkena sihir setiap kali menatap gadis itu.” Sahut Minhyuk.
“Jaejoong sudah cukup menjual murah harga dirinya untuk mengejar Yiyoung,” imbuh Jaejin.
“Memang dia mengejarnya? Yang aku perhatikan, tidak. Orang ini hanya berani diam, memandang tanpa ada tindakan,” Ai memukul kepala Jaejoong dengan buku milik Hyuri.
“Auw!” pekik Jaejoong mengelus kepalanya. “Kau! Itu sakit!” Jaejoong kesal sedang Minhyuk dan Jaejin menertawakannya. “YOWL harus melamar Red Venus. Ai, kau setuju?”
“Melamar?”
“Yang aku dengar, perang kali ini akn berlaku demikian. Kita harus melamar patner kita,” Kibum menjelaskan. “Semalam hal itu ramai dibicarakan di dalam Hwaseong Academy Community. Jadi apa YOWL akan turut memperebutkan Red Venus? Bagaimana lead?”
“Aku mau saja tapi mereka?”
“Nona!” Wooyoung sampai dengan nafas terengah-engah. “Nona baik-baik saja?” semua kompak menatap Wooyoung lalu pergi meninggalkannya. “Ais! Nona!!” Wooyoung berlari mengejar.
-------
“Fujiwara Ayumu?” Gahee mengintip berkas yang sedang di baca Junki. “Dia murid fenomenal itu? Gadis yang menolak bergabung dengan kelas khusus itu kan? Dia benar-benar hidup di jalurnya sendiri, sesuai arti namanya Fujiwara Ayumu, walk your own way.”
“Kau tahu banyak tentangnya?”
“Tidak. Baru kemarin melihat-lihat tentangnya di komunitas murid. Kenapa kau membaca file gadis ini?”
“Kau percaya cinta pada pandangan pertama?”
“Tidak juga, menurut ku semua itu hanya factor kebetulan. Omo! Jangan katakan ikebana dan cerita mu tempo hari itu… dia??”
Junki menghela nafas menutup buku di tangannya, “iya. Dia benar-benar membuat ku salang tingkah. Ini tidak bisa dibiarkan.”
“Kalian sudah dengar tentang keputusan Ibu Presedir?” Shihoo datang bergabung, “bagaimana menurut kalian?”
“Itu bagus. Aku tidak menyangka Jung Daehyun melakukannya. Itu ide brilian dan bersyukur Nyonya Shin menyetujuinya.” Jawab Gahee.
“Apakah anak-anak ini bisa melakukan dengan baik?”
“Kenapa kau ragu? Kau ragu pada YOWL?” Tanya Junki.
“Iya. Mereka masih terpojok. Dan ketenaran Viceroy bisa jadi membuat mereka bertindak licik.”
“Kita harus mempercayai mereka dan tetap memantau mereka. Andai semua guru seperti Shihoo Hyung, aku bisa bernafas lega.”
“Hah, semoga mereka bisa bermain sportif.”
-------
Jaejoong berjalan sendiri dan berpapasan dengan Kim Young Duk –Kim Jay TRAX-. Jaejoong tetap cuek bahkan tak menoleh menatap Youngduk.
“Sampai kapan kau akan bersikap begini?” Tanya Youngduk menghentikan langkahnya.
Jaejoong juga berhenti. “Bukankah memang begini seharusnya? Kau pada jalan mu dan aku pada jalan ku.”
“Omma merindukan mu.”
“Bukankah Kim Jaejoong sudah mati baginya?”
“Kau benar-benar tidak bisa mema’afkan kami? Bagaimana pun juga kita adalah saudara satu ayah. Jenguklah Omma sesekali.”
“Saudara satu ayah?? Ish! Sejak kapan kau mengakuinya? Aku bukanlah anak Omma dan juga adik mu karena aku, Kim Jaejoong hanya pembuat onar. Jangan berlagak sok peduli.”
“Appa… belakangan ini sering bertanya tentang mu.”
Jaejoong tak menjawab dan pergi. Youngduk berbalik dan menatap punggung Jaejoong. Ia menghela nafas, menggeleng kemudian pergi.
-------
“Gagak dan bangau? Apa ada dongeng tentang mereka?” Byunghun masih memikirkan kata-kata Ai.
“Aku rasa tidak ada.” Jawab Minhwan.
“Lalu apa maksud Fujiwara?”
“Burung gagak, hitam legam namun hati dari burung ini bersih dan bisa menjadi obat sedangkan burung bangau, dia putih bersih dan cantik namun ia gemar sekali berada di tempat becek dan kotor, berlumpur.” Ungkap Sunghyun.
“Para bangau?? Itu kita?? Jadi maksud Ai kita ini orang-orang kotor??”
“Dia benar-benar menghina kita!” Minhwan juga kesal.
“Bukan demikian. Jika kita tidak berhati-hati menjaga sikap kita, maka burung bangau yang terkenal dengan keelokannya bisa menjadi seburuk lumpur yang becek tempat para cacing hidup. Bangau adalah simbol panjang umur dan filsafat, bukankah sangat indah?”
“Lalu bagaimana dengan gagak? Kenapa Fujiwara memposisikan YOWL sebagai gagak?” Tanya Jungshin.
“Ess, panjang juga penjelasannya. Gagak ada mengatakan lambang dari kekosongan namun dia juga utusan, gagak juga dinyatakan sebagai pencipta dan penipu.”
“Penipu?? Hahaha…” Byunghun tertawa mendengarnya.
“Gagak juga dikatakan alternatif untuk berbagai dewa dan roh, kematian dan perang. Namun burung ini juga di kenal sebagai burung yang ramah. Mereka cenderung untuk membentuk kelompok sosial. Menurut ku gagak dan juga bangau punya kesamaan. Sama-sama hewan ramah yang suka berkelompok, setia kawan.”
“Ah, aku tidak paham. Itu memusingkan.” Minhwan mengacak rambutnya.
“Bangau dan gagak?? Itu terdengar lebih bagus bukan? Ini pasti akan jadi sangat menarik.” Kata Myungsoo.
“Ah, aku akan mencoba membuat kiriman tentang ini dalam Hwaseong Academy Community dan kita lihat bagaimana hasilnya.”
“Cepat-cepat!” Minhwan mendukung rencana Byunghun.
-------
“Wowowow, Byunghun menggila. Lihat kirimannya. Viecory vs YOWL, bangau vs gagak, how do you think? Ck, anak itu.” Chaerin mengomel sendiri sambil sibuk memainkan tab-nya. “Ajang besar akan dimulai, ini menyenangkan. Jieun, apa rencana Dewan Senior?”
“Itu rahasia.”
“Ih! Masak membocorkan sedikit saja kau tidak mau?”
“Ma’af aku tidak bisa. Tolong pahami posisi ku sekarang.”
“Kau sendiri yang memposisikan diri mu seperti ini,” cela Gyuri.
“Kompetisi kali ini akan lebih terbuka dan tidak terikat. Apakah itu artinya Viceroy dan YOWL bisa melamar satu sama lain?” Tanya Soojung.
“Nee. Viceroy boleh melamar YOWL dan begitu juga sebaliknya.”
“Aku rasa tidak mungkin Viceroy melamar YOWL,” sahut Gyuri.
“Jika itu terjadi, maka bencana besar bagi kita.” Soojung khawatir.
“Aku yakin Viceroy akan jadi patner kita.”
“Jujur saja, aku ingin duet dengan Myungsoo,” ungkap Yiyoung malu-malu.
“Itu ide bagus. Kalian sama-sama main gitar dan bernyanyi, hah… indahnya….” Gyuri benar mengkhayalkan hal itu. “Chaerin, coba bicara pada Byunghun.”
“Iya, nanti aku akan bicara pada Byunghun.”
-------
Ai, Hyuri, Kibum dan Wooyoung berkumpul di free computering area. Kibum dan Wooyoung sibuk berkutat dengan komputer, sementara Ai dan Hyuri berdiri di depan meja membelakangi Kibum dan Wooyoung. Ai menatap lurus dan datar pada setiap murid yang melintas didepan mereka.
“Tatapan mereka itu, mengerikan. Bagaimana bisa mereka menyebarkan omong kosong itu? Kita lesbian?? Foto itu, ck!” sesal Hyuri.
“Mudah saja. Kau memeluk ku dan seseorang dengan otak usil yang kerdil mengambil foto kita dan menyebarkannya. Perilaku menyimpang dua murid perempuan ini, haha itu lucu. Yang memberikan reaksi juga komentar sama bodohnya dan yang membela, membuang waktu saja.”
“Semua mudah bagi mu, bagi ku?”
“Kau hanya perlu menatap balik pada mereka, tanpa ragu. Tunjukan kekuatan mu lewat tatapan itu. Tegaskanlah jika inilah aku!”
“Apa aku perlu berpenampilan seperti mu? Smokey eyes gothic itu.”
“Kau yakin itu akan membantu? Walau kau berias layaknya hantu dalam film sekali pun tapi kau tak berani membalas tatapan mereka, percuma.”
“Nona, votingnya sudah di mulai.” Sela Wooyoung. Hyuri segera bergabung. “Stardust, Jung Jinwoon juga ada dalam jajaran ini.”
“Akhirnya YOWL bisa disejajarkan dengan Viceroy, Red Venus dan Stardust.” Jaejin kemudian menoleh dan meringis pada Kibum, Hyuri dan Wooyoung yang menatap heran padanya.
“Kami sudah lama disini, kalian saja yang tidak menyadarinya,” kata Minhyuk. “Hah, apa-apa’an ini? Bangau vs gagak? Percaya diri sekali mereka menyebut diri mereka bangau.”
“Eh, itu kan kata-kata Ai pagi ini,” kata Kibum.
“Dasar tidak kreatif,” gumam Hyuri.
“Kau yang melakukan ini semua?” Wonbin sudah berada disamping Ai.
“Kau pikir siapa aku hingga bisa mengendalikan sekolah sebesar ini?”
“Kompensasi.” Wonbin melirik Hyuri.
“Begitu menurut mu?”
“Nyonya Shin yang memperkenalkan YOWL padanya, itu sedkit yang aku dengar darinya.”
“Kalian disini rupanya.” Jaejoong baru tiba.
“Hi, Lead! Kau tidak ingin melihat ini?” Tanya Jaejin. Jaejoong pun bergabung.
“Bangau vs gagak?? Kita gagak?? Ya, Ai! Kenapa kau memposisikan kita sebagai gagak? Kau pikir kita penganut ilmu hitam apa?” protes Jaejoong.
“Cari dulu filosofinya, baru komentar.” Jawab Ai.
“Bukankah ini terlalu menonjol?” Tanya Wonbin.
“Tapi mereka menikmatinya.” Jawab Ai santai.
“Lalu, kau berencana akan melamar siapa? Jaejoong benar menginginkan Red Venus.”
“Entahlah. Belum terpikir oleh ku.”
***
Ai kaget ketika ia memasuki rumahnya. Minki duduk bersama Hyunjung, menunggunya. Minki kemudian pergi, memberi ruang untuk Hyunjung dan Ai.
“Aku tidak menyangka rooftop bisa jadi demikian indah dan nyaman.” Hyunjung memulai obrolan.
“Mengejutkan melihat Anda disini. Ada apa hingga Anda sendiri kemari?”
“Kenapa kau melakukan semua itu?”
“Ma’af?”
“Kemarin pengurus yayasan White Lotus datang menemui ayah mu. Mereka memberikan hadiah dalam kunjungan itu sebagai ucapan terima kasih karena Jung Jinyoung telah menjadi donatur yayasan. Itu ulah mu bukan? Mereka mengatakan yang selalu datang adalah gadis cantik yang mengaku sebagai kurir pribadi Presedir Jung.”
“Appa terus berusaha hidup secara lurus dan bersih, aku mendukungnya. Hanya itu tujuan ku.”
“Apa itu kata lain dari penolakan uang yang diberikan ayah mu setiap bulannya?”
“Ma’af jika ini sangat menyinggung. Aku tidak merasa hebat karena bisa hidup mandiri tanpa menggunakan uang pemberian Appa. Aku… aku minta ma’af jika itu melukai persaan Anda juga Appa.”
“Itu hak mu, mau menggunakan uang itu untuk apa saja. Aku juga minta ma’af jika ini membuat mu tidak nyaman.” Ai tersenyum kecil. “Jiyoo, apa kau tidak ingin bertemu dengan ayah mu?”
“Itu…”
-------
Jinwoon membaca kertas-kertas ditangannya. “Hanya itu yang berhasil kami kumpulan,” kata salah seorang kepercayaan Jinwoon.
“Kalian boleh pergi.”
“Baik Tuan.” Ketiga orang itu pun pamit pergi.
Jinwoon kembali membaca informasi tentang Ai yang berhasil dikumpulkan orang kepercayannya. Mata sipit Jinwoon melebar ketika ia sampai pada lembar ketiga. Jinwoon membaca ulang isi lembaran ketiga.
“Kemarin perwalikan dari yayasan White Lotus datang menemui Appa,” Euichul membuyarkan konsentrasi Jinwoon. Jinwoon segera menutup map ditangannya. “Kau mencurigai Jiyoo menghabiskan uang pemberian Appa dan kau membenci sikapnya bukan? Karena itu kau membawa informasi tentang Ai ke dalam rumah ini.”
“Bukan urusan Hyung.” Jinwoon memeluk map biru ditangannya dan bangkit dar duduknya.
“Apa yang sudah kita lakukan? Sebagai sesama anak kandung, apa yang sudah kita lakukan untuk Appa? Sebagai sesama anak kandung, apa kita sudah melalukan sebaik yang Jiyoo lakukan?” Jinwoon urung beranjak. “Jiyoo tak pernah lupa memberikan ucapan selamat ulang tahun pada Appa, dia selalu menjadi anak yang pertama kali memberi ucapan selamat. Aku? Jiyoo selalu mengingatkan aku, bahkan untuk ulang tahun pernikahan Appa dan Omma. Bagaimana dengan mu?”
“Apa maksudnya sesama anak kandung?”
“Akan aku beri tahu kau kebenaran yang sebenarnya. Aku sudah tidak tahan melihat sikap-sikap mu pada Jiyoo. Kau pikir Jiyoo adalah anak pungut? Kau salah Jung Jinwoon. Kau, aku dan Jiyoo adalah saudara satu ayah.”
Jinwoon tak percaya mendengarnya. Benarkah itu? Benarkah jika ia saudara satu ayah dengan Ai? Tubuh Jinwoon bergetar hingga telinganya berdenging.
“Kita saudara sedarah.” Imbuh Euichul.
“Hyung sengaja mengarang kisah itu untuk membuat ku menerima gadis itu?” Jinwoon berusaha menyangkal.
“Appa membuat kesalahan, bukan, cinta bukanlah kesalahan. Appa jatuh hati kepada seorang perangkai bunga bernama Lee So Yeon dan Appa menikahi wanita itu secara diam-diam, tanpa sepengetahuan Omma. Appa ingin sekali mempunyai anak gadis namun Omma tidak bisa hamil lagi, dan setelah Omma mengetahui pernikahan rahasia, Omma menerimnya dan berjanji akan menerima anak dari pernikahan Appa dengan Lee So Yeon. Kekacauan terjadi, dan Lee Soyeon menghilang bersama orang kepercayaan Appa, Bibi Jang, ibu dari Lee Min Ki, pemuda yang ada bersama Jiyoo sekarang. Setahun kemudian Appa menemukan Bibi Jang, namun Bibi Jang kembali membawa berita buruk,. Bibi Jang mengatakan Lee So Yeon meninggal berserta anak dalam kandungannya. Appa putus asa dan menganggapnya benar. Beberapa tahun kemudian Bibi Jang kembali dan menceritkan kebenaran, Lee So Yeon meninggal sa’at melahirkan anak pertamanya namun bayi itu selamat dan di adopsi pasangan suami Jepang, keluarga Fujiwara. Gadis itu bernama Fujiwara Ayumu dan ia tumbuh dengan baik bersama keluarga Jepang itu. Namun nasib buruk menimpa gadis itu, kedua orang tua adopsinya meninggal dalam kecelakaan mobil. Fujiwara Ayumu menjadin yatim piatu diusianya yang ketujuh. Appa sangat senang ketika tahu anaknya selamat dan akhirnya Appa mempunyai seorang anak gadis. Mendiang Lee So Yeon memberinya nama Jung Jiyoo. Appa menemukan anak bungsunya dan gadis itu tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan mandiri dua tahun yang lalu. Awalnya aku sempat merasa seperti mu, marah dan membenci Fujiwara Ayumu ketika Appa membawa gadis itu untuk bertemu kita. Tapi setelah secara tidak sengaja mendengar obrolan Appa dan Omma hingga aku tahu fakta bahwa Fujiwara Ayumu adalah saudara sedarah dengan ku… hati ku luluh. Aku tidak bisa membencinya dan bertahan dengan rasa itu. Bagaimana pun juga dia adalah adik ku, Jung Jiyoo, sama seperti mu, Jung Jinwoon. Sekarang terserah pada mu. Menurut ku sikap mu itu konyol, sangat kekanak-kanakan sekali.” Euichul pergi meninggalkan Jinwoon yang berdiri mematung.
Jinwoon menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Ia masih tak percaya pada apa yang baru didengarnya dari Euichul. Benarkah Fujiwara Ayumu adalah anak kandung Appa?
-------
Ai mengelus gitarnya memainkan melodi SUM 41-Pieces sendiri diatas panggung. Yongbae diam memperhatikan. Ia tahu Ai sedang memiliki perasaan kurang baik sejak gadis itu datang, namun Yongbae tak berani bertanya dan hanya diam memperhatikan. Ai meluapkan rasa sesak didadanya dengan menggenjreng gitar. Jaejoong, Wonbin, Jaejin, Kibum dan Minhyuk tiba di basecamp. Mereka turut menyaksikan pertunjukan solo Ai. Minhyuk bertanya pada Yongbae ada apa gerangan, namun Yongbae hanya bisa mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu. Mereka bertepuk tangan ketika Ai selesai memainkan gitarnya.
“Curang! Kenapa kau tidak menunggu kami?” protes Jaejin.
Ai tersenyum dan duduk diujung panggung, “kalian terlalu lama.” Jaejoong dan yang lain turut bergabung.
“Rapat terbuka akan di gelar besok. Pengumuman resminya sudah keluar.” Kata Kibum.
“Kau sudah menyusun rencana?” Tanya Jaejin yang duduk disamping kiri Ai. “Apakah YOWL akan turut memperebutkan Red Venus?”
“Jaejoong, apa kau benar ingin Red Venus jadi patner YOWL?” Tanya Ai pada Jaejoong yang duduk disamping kanannya.
“Ingin tapi tak ingin. Aku tidak mau YOWL mempermalukan diri. Terserah kau saja.”
“Hey, lead disini kau atau Ai?” sela Minhyuk.
“Kalian lebih patuh pada Ai daripada pada ku.”
“Hahaha…” tawa Minhyuk pecah. “Kau jarang bisa diandalkan, kecuali urusan berkelahi.”
“Kau ini. Lihat Jaejoong jadi cemberut. Minta ma’af padanya.” Perintah Wonbin. “Dia yang paling tua diantara kita, hormatilah Jaejoong.”
“Ish! Kalian ini! Aku tidak marah kok.” Jaejoong tersenyum tulus. “Hah… beginikah rasanya di sejajarkan dengan Stardust, Viceroy dan Red Venus? Mereka yang selalu dikatakan hebat.”
“YOWL juga hebat! Kau tidak bangga pada band mu ini?” protes Minhyuk.
“Tentu saja YOWL yang terbaik.” Ai tersenyum melihat dua rekannya itu berdebat.
“Aku tetap bangga pada YOWL, apapun keadaannya dan aku bangga memiliki Ai disini. Aku tidak akan melirik gadis lain lagi.”
“Tidak akan melirik gadis lain?? Lalu bagaimana dengan peristiwa di kebun bunga waktu itu? Oh, kau tidak melirik Kang Jiyoung tapi kau melihat Kang Jiyoung. Hahaha…” Jaejin tertawa puas lalu tos dengan Jaejoong. Minhyuk langsung cemberut dibuatnya.
“Nona, ini yang Anda minta.” Yongbae menyela sambil membawa kardus. Jaejoong dan yang lain mengamati kardus yang berisi amplop merah itu.
“Apa ini?” Jaejoong hendak menyentuhnya namun dengan sigap Ai menyingkirkan tangan Jaejoong.
“Ini benda keramat!” kata Ai.
“Benda keramat???” Jaejoong dan Jaejin kompak.
“Ai, kau jangan bercanda.” kata Minhyuk.
“Ini adalah masa depan YOWL.”
“Masa depan YOWL??” Tanya Kibum. Ai hanya tersenyum dan mengangguk,
***
Taemin dan Daehyun juga beberapa anggota Dewan Senior lembur sampai malam untuk mempersiapkan rapat terbuka esok. Daehyun berkacak pinggang melihat aula serbaguna di tata sedemikian rupa sedang Taemin tersenyum puas.
“Viceroy, Red Venus, Stardust dan YOWL, hah… empat band besar ini ada dalam kendali kita sekarang.” Kata Daehyun.
“Ide mu, memang keren.”
“Sebenarnya tak sepenuhnya ide ku.”
“Apa??”
“Ini hasil diskusi ku dengan Nyonya Shin.”
“Nyonya Shin?? Bagaimana kau bisa??”
“Secara tidak sengaja, usai pentas seni untuk penyambutan murid baru. Aku sedang menggerutu sendiri, Nyonya Shin lewat dan menghampiri ku. Beliau bertanya ada apa? Lalu aku menceritkan tentang Viceroy dan YOWL. Beliau bertanya, apa aku punya ide? Dan inilah kesempatan dari Nyonya Shin, perang resmi dan terbuka.”
“Woa… Nyonya Shin, wanita itu benar-benar keren. Pantas saja kau begitu berani ternyata kau punya pendukung kuat.”
“Hehehe… kau lah pendukung kuat ku itu. Hah! Aku berharap ini juga bisa membantu Jiyoo Fujiwara dan Jinwoon Hyung.”
“Mwo??”
“Ah, tidak ada. Ayo pulang! Besok kita akan perang, ” Daehyun merangkul Taemin pergi.
-------
Hyuri melompat kecil berusaha meraih buku di rak teratas. Sekuat tenaga Hyuri berusaha namun nihil, ia tak mampu meraih buku yang ia inginkan. Hyuri menghela nafas panjang dan putus asa. Tiba-tiba seseorang membantunya mengambil buku itu dan memberikannya pada Hyuri. Hyuri mengangkat kepala tak percaya pada apa yang dilihatnya. Hanbyul tersenyum manis dan menyodorkan buku ditangannya pada Hyuri. Hyuri mengerjapkan matanya, benar ini Jang Hanbyul, ‘The Glorious Pince Jang Hanbyul’.
“Kam-kamsahamnida, Sunbaenim.” kata Hyuri sedikit membungkukkan badan.
“Nee,” Hanbyul tersenyum sebelum pergi.
Hyuri selesai membayar buku-buku yang ia inginkan. Hanbyul berada jarak satu orang dibelakang Hyuri. Hyuri keluar dan menunggu Joongki menjemputnya. Hyuri menghentakan kakinya kesal. Joongki mengirim pesan bahwa ia akan terlambat.
“Kau sendirian?” Hanbyul menghampiri Hyuri.
“Oh, nee.” Hyuri tersenyum kaku. Hanbyul, pemuda tampan yang selalu berdiri dibelakang bersama Sunghyun dan Jungshin dalam formasi Viceroy.
“Kau menunggu seseorang?”
“Aku menunggu Joongki Oppa, tapi sepertinya dia sedikit terlambat.” Ungkap Hyuri polos.
“Kau bisa pulang dengan ku.”
“Nee??” Hyuri sampai menoleh menatap Hanbyul.
“Dokter Song terlambat bukan? Lebih baik kau pulang dengan ku. Aku tahu dimana kediaman Nyonya Shin.”
“Sunbae-nim tahu tentang ku?”
“Kami semua tahu, kau Song Hyuri cucu dari Nyonya Shin pemilik Hwaseong Academy.”
“Oh, begitu…”
“Ayo! Aku antar kau pulang. Kau takut pada ku?”
“Tidak, tapi…”
“Ayo!” Hanbyul menuntun Hyuri.
Hyuri lebih banyak diam selama perjalanan. Namun pikiran Hyuri berkecamuk. Hyuri merasa hutang budi pada Hanbyul. Harusnya Hyuri menolak Hanbyul namun menunggu Joongki akan sangat membosankan. Joongki jika terlambat bisa lebih dari satu jam, Hyuri kapok jika harus menunggu Joongki. Naik bus atau taksi, tentu Hyuri tak berani. Ia tak pernah melakukannya. Selama ini Hyuri selalu antar-jemput jika ia berpergian. Menerima tawaran Hanbyul adalah pilihan yang tepat. Lalu sekarang, bagaimana Hyuri harus membayar hutang budi ini? Hyuri berpikir keras dan tiba-tiba ia teringat peristiwa ketika ia menabrak Myungsoo. Hyuri ingat betul bagaimana ekspresi keenam member Viceroy waktu itu. Ia hanya menerima kesan ramah pada wajah Sunghyun yang berdiri diantara Hanbyul dan Jungshin. Tunggu! Hyuri kembali mengingat ekspresi Hanbyul kala itu. Wajah Hanbyul, ekspresinya berubah ketika Ai tiba-tiba muncul. Hanbyul berubah berseri dan terus menatap Ai. Hyuri tersenyum seolah mendapat berkah dari surga.
“Sampai disini saja.” pinta Hyuri. Hanbyul menghentikan mobilnya didekat tikungan menuju kediaman Nyonya Shin. “Kamsahamnida, Sunbaenim.” Hyuri menunduk lalu turun. Hyuri berlari kecil dan segera menghilang dari pandangan Hanbyul.
Hanbyul tersenyum melihatnya. Lalu pandangannya tertuju pada secarik kertas yang tertinggal. Nota pembelian buku milik Hyuri tertinggal. Hanbyul memungutnya dan ia kaget ketika melihat tulisan dibelakang nota itu.
Ini nomer ponsel Ai 010-XXXX-XXXX semoga bisa membantu. Kamsahamnida Sunbaenim.
Hanbyul tersenyum lebar usai membaca pesan yang ditinggalkan Hyuri dibalik nota pembelian buku. Ia menggelengkan kepala lalu kembali melajukan mobilnya.
“Babo! Babo!” Hyuri memukul pelan kepalanya sendiri. “Apa yang baru kau lakukan Song Hyuri? Kau tahu siapa itu Jang Hanbyul? Iya, dia The Glorious Pince Jang Hanbyul, dia Viceroy! Kenapa kau memberikan nomer ponsel Ai pada Hanbyul? Apa begini caranya balas budi?” Hyuri bicara sendiri, memaki dirinya sendiri. “Apa yang ada dalam pikiran mu sampai kau melakukan ini? Hanbyul menyukai Ai?? Ck! Hyuri, babo! Oh!” Hyuri menghentikan langkahnya sa’at terdengar mobil Hanbyul pergi. Hyuri membalikan badan dan berlari kecil mengejar mobil Hanbyul yang telah pergi. Hyuri menunduk kan kepala dan menghela nafas panjang.
“Mati aku! Jika terjadi sesuatu pada Ai, apa aku bisa mempertanggung jawabkannya pada YOWL?? Tapi, bukankah ini bagus juga? Jika ada pria menyukai Ai, dengan begini gossip jika kami lesbian bisa redam. Tapi, bukankah selama ini Ai sudah di kelilingi pria-pria tampan. Aaa, ottoke??”
-------
Hanbyul membaringkan tubuh lelahnya di ranjang. Ia diam menatap langit-langit kamarnya. Hanbyul teringat pada pesan yang sengaja ditinggalkan Hyuri untuknya. Hanbyul bangkit dan mencari nota itu. Ia lalu menyalin nomer ponsel pemberiam Hyuri dalam kontak ponselnya. Hanbyul menatap layar ponselnya. Ia mengetik pesan namun menghapusnya kembali.
“Bagaimana kalau ini hanya jebakan?” gumam Hanbyul. “Bagaimana pun juga Hyuri sangat dekat dengan YOWL. Ah, kenapa aku berpikir sepicik ini? Jang Hanbyul! Jangan bertindak bodoh. Jika terjadi sesuatu, apa kau bisa mempertanggung jawabkannya? Hah!” Hanbyul kembali merebahkan tubuhnya dan berusaha tidur.
***
Red Venus, Stardust, Viceroy dan YOWL telah duduk di kursi yang disediakan untuk mereka. Tatanan kursi dibentuk persegi dimana perwakilan Dewan Senior selaku pemimpin rapat terbuka duduk ditengah-tengah persegi itu. Meja Red Venus berhadapan dengan meja Stardust, sedang meja Viceroy berhadapan dengan YOWL. Kursi-kursi yang disediakan dibelakang meja empat band ternama Hwaseong Academy itu disediakan untuk murid-murid yang ingin mengikuti jalannya rapat terbuka. Kibum, Hyuri dan Wooyoung duduk dibelakang YOWL. Hanya ada mereka disini sedangkan kursi dibelakang Viceroy dan Red Venus sudah penuh dan kursi dibelakang Stardust hampir penuh. Ketiga pendukung setia YOWL ini dibuat sedikit risih namun member YOWL tetap tenang dalam duduknya terlebih Ai yang cuek dan sibuk mengotak-atik ponselnya. Yoojin ikut masuk aula serbaguna dan ia muncul tepat didepan Ai. Yoojin tersenyum lebar dan membungkuk.
“Ai-chan! Hwaiting!” Yoojin menyemangati. Ai tersenyum. Yoojin balas senyum dan segera melayang kemudian duduk di kursi paling belakang.
“Baru kali ini rapat terbuka dihadiri arwah,” bisik Ai pada Jaejoong.
“Nee??? Odie???” Jaejoong berubah panik dan mengamati sekitar.
“Dia duduk mendukung YOWL.”
“Ssh! Kau membuat ku takut!” kata Jaejin yang duduk disamping kiri Ai. Ai tersenyum puas melihat kedua temannya panik.
Diseberang sana Myungsoo mengamati dengan tatapan mata elangnya. Ai membalas tatapan itu tanpa ragu. Sedang Hanbyul terus memperhatikan Ai, lalu Hyuri yang duduk tepat dibelakang Ai. Tak lama kemudian beberapa murid yang masuk mengisi kursi dibelakang YOWL dan menyisakan satu deret terakhir. Ai menoleh dan melihat Yoojin masih duduk disana, tersenyum lebar dan melambaikan tangan padanya. Ai menggeleng dan kembali menatap ke depan.
Melihat semua sudah siap, Daehyun pun berdiri membuka rapat. Daehyun membacakan agenda rapat hari ini. Kemudian Taemin membacakan rencana pelaksanaan festival tahunan sekolah, Hwaseong Festival, yang di gelar setiam musim panas tiba, tepatnya pada bulan juni. Daehyun kembali berdiri.
“Kali ini kita akan memainkan permainan ‘Be My Star’, peraturan permainan untuk melamar rekan yang akan Anda pilih untuk menjadi patner,” terang Daehyun.
“Dia itu gila dan membuat permainan gila untuk kita.” komentar Byunghun.
“Siapa yang berkenan melamar lebih dahulu?” Tanya Daehyun. Namun tidak ada perwakilan yang berdiri. Daehyun menatap Viceroy, Red Venus, Stardust lalu YOWL. Daehyun kembali menatap Stardust, Jinwoon, namun pemuda itu malah asik memainkan kertas ditangannya. Daehyun kesal. Lalu ia kembali menatap YOWL, Ai. Gadis itu duduk diam dan balas menatapnya, datar. Daehyun lelah menghadapi orang-orang ini. ‘Kenapa mereka sok dan merasa hebat begini?’ batin Daehyun. Emosinya hampir memuncak namun tiba-tiba Myungsoo berdiri.
“Viceroy akan melamar lebih dulu,” kata Myungsoo.
“Baiklah. Viceroy Kim Myungsoo akan melamar lebih dahulu. Viceroy, siapakah yang akan Anda lamar?”
Suasana menjadi tegang. Peserta rapat dibelakang sana saling berbisik. Mereka yakin Viceroy akan melamar Red Venus karena dua band ini adalah pasangan yang sempurna, pangeran dan putri.
“Fujiwara Ayumu, YOWL, would you be my star?” kata Myungsoo mengejutkan seisi aula. Myungoo menatap lurus pada Ai yang balas menatapnya datar.
-------TBC--------
matur suwun
.shytUrtle_yUi.
0 comments