¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤
04:15¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤
. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
Episode #11
Suasana dalam aula sedikit gaduh mendengar pernyataan Myungsoo. Daehyun sendiri dibuat ternganga karenanya. Daehyun menggelengkan kepala.
“Kim Myungsoo-ssi, Anda serius akan melamar Fujiwara dan YOWL?” Daehyun memastikan.
“Nee, aku melamar Fujiwara Ayumu dan YOWL untuk menjadi patner Viceroy.” Myungsoo menegaskan. Hal itu membuat member Viceroy yang lain bingung dan membuat Red Venus kesal.
Dari ekspresinya terlihat jika Jaejoong berusaha keras menahan emosinya. Ai menggenggam tangan Jaejoong bermaksud menenangkan leader YOWL itu.
“Lalu bagaimana dengan YOWL? Anda menerima atau menolak lamaran Viceroy Kim Myungsoo?” Daehyun beralih pada YOWL.
Jaejoong hendak berdiri namun Wonbin menahannya. Ai berdiri mengambil alih tugas Jaejoong yang seharusnya menjadi juru bicara YOWL. “Terima kasih untuk kesempatan ini. Terima kasih telah melamar YOWL, ini sangat mengejutkan dan membuat kami tersanjung.”
“Lalu Fujiwara, apa Anda akan menerima lamaran Viceroy?” Daehyun mengulang pertanyaannya.
“Tidak, ma’af. Secara pribadi aku ingin melamar Stardust.” Pernyataan penolakan Ai kembali membuat aula gaduh. Myungsoo menatap sengit pada Ai begitu juga Byunghun dan member Red Venus. “Stardust, would you be my star?” Jinwoon menatap tajam Ai sedang Joonghun tersenyum lebar.
“Mohon tenang!” pinta Daehyun. “Jadi Anda menolak lamaran Viceroy dan memilih melamar Stardust?”
“Tidak. Sekali lagi ma’af. Kami tidak akan menerima lamaran Viceroy dan juga tidak akan melamar Stardust.” Ai sukses meramaikan suasana dalam aula kembali. Myungsoo makin dibuat geram, begitu juga Red Venus. “Jika kami melamar Stardust, kami pasti akan tertolak.” Imbuh Ai membuat Joonghun menatapnya heran, begitu juga Jonghyun dan Sungyeol. “Dan jika kami menerima lamaran Viceroy, kami tidak akan sanggup bekerja sama dengan orang-orang sempurna ini.”
“Kau!!!” Byunghun bangkit berdiri dan geram pada sikap Ai.
“Lee Byunghun-ssi, mohon tenang.” Pinta Daehyun dan Byunghun pun kembali duduk. “Lalu, apa keputusan YOWL, Fujiwara Ayumu?”
“Biarkan YOWL dan Viceroy sama-sama tertolak dan mencari patner kami sendiri.”
“Mencari patner sendiri?”
“Baiklah!” Myungsoo kembali berdiri. “Biarkan kami sama-sama tertolak dan mencari patner sendiri. Red Venus, would you be my star?”
Semua menatap ke kubu Red Venus. Yiyoung berdiri, “Yes, with pleasure, let us be your star.” Yiyoung menerima lamaran Viceroy sambil menatap sengit pada Ai yang tetap bereaksi datar. Kubu pendukung Viceroy dan Red Venus menyambut baik hal ini.
“Jadi Red Venus menerima lamaran Viceroy?” Tanya Daehyun.
“Nee.” Yiyoung dengan yakin kemudian kembali duduk bersamaan dengan Myungsoo.
Daehyun beralih menatap Stardust, “bagaimana dengan Stardust?”
Joonghun berdiri mewakili Stardust, “terima kasih pada YOWL yang sempat memiliki niat melamar kami. Karena tidak ada yang ingin bekerja sama dengan Stardust, maka kami akan bersikap netral. Namun kami akan memberi kesempatan jika YOWL berubah pikiran dan benar ingin melamar kami.” Joonghun menatap Ai, ia tersenyum pada gadis itu dan kembali duduk.
“Baiklah. Lalu bagaimana dengan YOWL?” Daehyun kembali menatap YOWL.
“Kami akan bekerja sendiri, jadi tolong biarkan golongan minoritas ini bekerja dijalan mereka.”
“Baiklah. Jika berubah pikiran dan YOWL kembali melamar Stardust, beri tahu kami.”
“Nee.” Ai kembali duduk.
“Baiklah! Setelah rapat terbuka ini digelar hari ini, keputusannya Viceroy dan Red Venus resmi menjadi patner. Dan pertarungan di mulai sekarang!” Daehyun membacakan keputusan Dewan Senior.
***
“Kami akan bekerja sendiri, jadi tolong biarkan golongan minoritas ini bekerja dijalan mereka. Ish! Mereka itu benar-benar menyebalkan!” Byunghun meluapkan kekesalannya. “Ya, Myungsoo, kenapa kau melakukannya? Melamar YOWL? Kau sengaja ingin mempermalukan diri mu sendiri? Oh, kau sudah melakukannya dan sukses. Selamat!”
“Kau menjatuhkan harga diri Viceroy saja,” imbuh Minhwan.
“Sesekali mencoba kegilaan itu tak mengapa, tapi jangan pernah menyesalinya.” Sunghyun menepuk pundak Myungsoo.
“Gadis itu, dia sangat percaya diri sekali. Kalian lihat bagaimana sikapnya? Datar namun tidak ada keraguan yang terpancar di wajahnya.” Ungkap Jungshin.
“Dia itu seperti orang tanpa perasaan.” Byunghun kembali bicara. “Lihat bagaimana ia bertindak, semaunya sendiri, pantas saja jika ia bernama Fujiwara Ayumu.”
“Memang apa artinya?” Tanya Minhwan.
“Walk your own way,” jawab Sunghyun.
“Wah, cocok sekali untuknya.”
“Kita lihat, apa yang bisa mereka buat.” Kata Myungsoo.
-------
“Bagaimana melakukannya? Apa kau yakin YOWL bisa bekerja sendiri melawan Viceroy dan Red Venus?” Tanya Jaejin. Kelima member YOWL ini berkumpul di atap sekolah. Mereka melihat murid-murid dibawah sana.
“Jika kau tidak yakin pada diri mu sendiri, bagaimana kau akan melawan mereka?” Ai balik bertanya.
“Jadi, apa rencana mu?” Tanya Wonbin.
“Bukan rencana lagi, ini sudah dijalankan. Pertama Viceroy ingin mengacaukan kita dan kita mengacaukan Viceroy. Aku yakin Myungsoo akan melakukan itu, tapi tidak menyangka ia nekat melakukannya, melamar YOWL.”
“Dijalankan? Hanya itu? Selanjutnya?” Tanya Minhyuk.
“Kenapa kau tidak melamar Yiyoung?” Tanya Jaejoong melenceng.
“Ish! Anak ini!” Minhyuk langsung menyikutnya. “Pikirkan rencana kita! Konsep apa yang akan kita usung dan kita tampilkan nanti. Dua bulan bisa jadi waktu yang lama namun bisa jadi sangat singkat juga!”
“Ai, apa kau sudah memikirkannya? Semua yang dikatakan Minhyuk.” Tanya Jaejin.
“Nee. Nanti kalian akan tahu, siapa-siapa yang akan jadi patner kita.”
“Jadi, kita juga akan melamar??”
“Em.”
“Melamar Yiyoung juga tidak?” Tanya Jaejoong yang segera mendapat serangan dari Minhyuk.
-------
“Jika tadi Fujiwara benar melamar Stardust, aku tidak akan menolaknya,” ungkap Joonghun. “Anak itu, apa rencananya?”
“Gadis itu benar-benar keren. Kau lihat tadi bagaimana ia bersikap? Dingin dan tenang, hah…” Jonghyun menggelengkan kepala.
“Dia itu benar misterius, sulit ditebak. Aku penasaran apa yang akan mereka buat.” Sungyeol ikut bicara.
Ketiga pemuda tampan itu menatap Jinwoon. “Apa terjadi sesuatu?” Tanya Joonghun.
“Anee. Hanya sedikit lelah.” Jinwoon tersenyum kecil.
-------
“Viceroy dan Red Venus, baguslah. Mereka memang cocok bersama. YOWL, apa rencana mereka?” gumam Daehyun.
“Fujiwara Ayumu, anak itu benar-benar menarik perhatian ku sejak aku melihatnya di Hongdae,” kenang Jieun.
“Bagaimana itu terjadi? Jadi itu artinya kau sudah lama mengenal Fujiwara?” Tanya Taemin.
“Hanya tahu, bukan mengenal. Dia sering menggelar pertunjukan solo di Hongdae. Aku kagum pada gadis itu, cara ia mengekspresikan dirinya dalam bermusik. Hah, dia keren. Aku sendiri terkejut waktu ia tampil bersama YOWL. Ternyata gadis pengamen di Hongdae itu adalah member kelima YOWL.”
“Lalu kau kecewa?” Tanya Daehyun.
“Anee. Setelah mengetahui hal itu, aku malah ingin mengenal Fujiwara lebih dekat. Tapi aku takut untuk mendekatinya. Tadi, aku benar berharap YOWL melamar Red Venus.”
“Itu wajar kok. Eh, sebentar.” Daehyun permisi untuk menerima panggilan masuk diponselnya. “Ada apa Hyung?” Daehyun diam mendengarkan, “nee??”
-------
“Kemana Chaerin?” Tanya Soojung.
“Mencari Byunghun,” jawab Gyuri.
“Jieun belum kembali?”
“Belum. Sebenarnya dia itu Red Venus atau bukan? Aku benci pada sikapnya belakangan ini.”
“Baru kali ini aku merasa terbuang,” Yiyoung menghela nafas panjang. Soojung dan Gyuri menatap heran padanya. “Mereka hanya menatap pada gadis itu, Fujiwara Ayumu, apa istimewanya dia? Dan Viceroy melamar Red Venus setelah tertolak oleh YOWL. Sangat menggelikan.”
“Tenanglah. Ini baru awal, bukan akhir. Gadis itu tidak ada apa-apanya disbanding Red Venus.” Gyuri mengelus lengan Yiyoung.
“Kita harus segera berunding tentang konsep pertunjukan nanti, em?” Soojung turut menenangkan.
***
Hanbyul sembunyi-sembunyi terus mengamati Ai yang duduk sendiri di taman belakang sekolah. Gadis itu duduk menghadap danau buatan dan fokus pada netbooknya dengan headphone bertengger dikepala menutup kedua telinganya. Hanbyul kembali menatap ponselnya, melihat nomer pemberian Hyuri. Hanbyul menelfon nomer itu sambil memperhatikan Ai. Konsentrasi sepertinya terganggu, ia meraih ponsel di sakunya. Hanbyul segera mengakhiri panggilannya. Hanbyul terlihat kaget. Ditatapnya ponsel miliknya lalu Hanbyul kembali mengamati Ai.
“Benarkah itu dia?” gumamnya.
“Disini kau rupanya.” Hyuri langsung duduk didepan Ai. “Ini, makanlah. Bekal untuk mu.” Hyuri menyodorkan kotak bekalnya untuk Ai.
“Kau sekarang ini bersekongkol dengan Dokter Song ya? Lama-lama aku takut padanya.”
“Ish! Bekal ini Nenek yang membuatnya.”
“Untuk ku juga?”
“Em. Aku yang memintanya. Ayo, makanlah.”
“Jadi bukan kau sendiri yang membuatnya? Aku pikir Song Hyuri itu gadis rumahan yang pandai memasak seperti gadis dalam cerita kebanyakan.”
“Sayangnya aku tidak demikian. Kau kecewa?” Ai hanya tersenyum menanggapinya. “Lekas makan. Atau aku akan bilang pada Nenek jika kau menolak pemberiannya? Ck! Itu terdengar sangat kejam dan Nenek pasti kecewa.”
“Iya, iya aku makan.” Ai membuka kotak bekal pemberian Hyuri. “Wah, Nyonya Shin juga vegetarian?”
“Oh, nee. Hehehe…”
“Eum… ini sepertinya enak.”
Hyuri tersenyum lalu pandangannya menangkap sosok Hanbyul. Hyuri terkejut namun Hanbyul memberi isyarat agar Hyuri pura-pura tak tahu keberadaan dirinya. Hanbyul menunjukan ponsel ditangannya dan kembali menelfon nomer Ai. hyuri menatap ponsel Ai yang ia biarkan tergeletak di meja.
“Ai, ponsel mu!” tunjuk Hyuri.
“Sedari tadi, nomer asing it uterus menelfon. Kau mau menerimanya?”
“Boleh.” Hyuri meraih ponsel Ai. “Yeoboseyo?”
Hanbyul tersenyum lega dan mengakhiri panggilannya.
***
Daehyun memasuki café. Ia mengawasi semua sudut dan menemukan Ai. Daehyun tersenyum lebar dan segera menuju meja tempat Ai duduk.
“Ma’af membuat mu menunggu,” Daehyun duduk didepan Ai. “Kau sudah lama?”
“Ada apa hingga ingin bertemu dengan ku?”
“Kau ini! Tidak bisa basa-basi dulu ya?”
“Aku sangat sibuk dan tidak punya banyak waktu. Katakan, ada apa?”
“Ck! Benar-benar tidak ada toleransi. Jinwoon Hyung, dia yang meminta ku menemui mu.”
“Jung Jinwoon?”
“Nee. Dia bertanya, apa kau benar ingin melamar Stardust untuk menjadi patner.”
“Jung Jinwoon, atau rencana mu sendiri?”
“An-anee… itu benar Jinwoon Hyung.”
“Dia tidak punya nyali untuk bicara pada ku sendiri? Jung Daehyun, untuk apa kau berusaha membuatnya menyukai ku? Kau sendiri tahu itu akan membuang waktu bukan?”
“Jiyoo Fujiwara, bukan begitu…”
“Jika aku mau, apa yang akan dilakukannya?”
“Jinwoon Hyung akan menerima lamaran YOWL. Jiyoo Fujiwara, bukankah ini jalan yang baik untuk mu dan Jinwoon Hyung?”
“Ada lagi yang ingin kau sampaikan?”
“Ji-jiyoo…”
“Berhenti bertindak menjadi pahlawan.”
“Kalian ini saudara tapi kenapa bersikap demikian? Aku tidak suka melihatnya.”
“Aku tidak berminat lagi pada Stardust. Dan aku tidak suka jika ada orang lain yang mencoba ikut campur urusan ku.” Ai menatap tajam Daehyun.
Daehyun menelan ludah. Ekspresi Ai sangat serius dan ia paham ini adalah peringatan baginya. “Baiklah. Akan aku sampaikan pada Jinwoon Hyung. Jiyoo Fujiwara, jujur aku salut pada sikap mu. Itu penuh percaya diri. Jika kau butuh bantuan, katakan saja pada ku.”
“Kau lupa siapa diri mu? Kau wasit dalam pertarungan ini, jadi bersikaplah adil.”
“Ck! Kau itu gemar sekali melakukan skak mat!”
Ai tersenyum kecil. “Hah… aku ingin, tapi itu akan menyusahkan mu, Oppa.”
“Oppa??” Daehyun tersenyum lebar mendengarnya. “Jiyoo, kita ini seumuran, jangan memanggil ku Oppa.”
“Tetaplah jadi hakim yang adil dan terima kasih telah mendukung YOWL.”
“Nee. Hehehe…”
Hanbyul memasuki café yang sama. Ia memesan kopi dan cake. Usai membayar, Hanbyul mencari tempat duduk untuk menunggu pesanannya tiba. Ia menangkap sosok Ai yang duduk sendirian di meja dekat dinding kaca. Gadis itu duduk sambil melihat keluar. Hanbyul tersenyum lebar, namun ia ragu untuk menghampiri Ai. Diamatinya seluruh sudut café, sepertinya Ai benar-benar sendiri disana. Hanbyul memantabkan langkahnya dan berjalan menuju meja Ai.
“Annyeong.” Sapa Hanbyul membuyarkan lamunan Ai.
Ai menoleh dan menatap heran pada Hanbyul. “Sejak kapan dia disini?” batin Ai. “Annyeong.” Jawab Ai datar.
Hanbyul tersenyum, “boleh aku duduk disini?” Ai mengangguk dan Hanbyul segera duduk dihadapan Ai. “Kau sendirian?”
“Daehyun baru saja pergi.”
“Daehyun??”
“Nee. Jung Daehyun, wae?”
“Anee. Kau juga kenal baik dengannya? Jung Daehyun.”
“Dia Yowlism dan hampir membuat ku gila.”
Hanbyul tersenyum melihatnya. Pelayan datang untuk mengantar pesanan Hanbyul. Hanbyul kembali memperhatikan Ai usai berterima kasih. Ai tetap bersikap dingin dan cuek meski Hanbyul duduk dihadapannya. Ai kembali menatap keluar dinding kaca.
“Kenapa terus menatap ku?” Tanya Ai tanpa mengalihkan pandangannya.
“Oh, apa aku mengganggu mu?”
“Kenapa kau ingin duduk disini?”
“Nee??” Hanbyul kemudian mengamati sekitar, banyak meja kosong disana.
“Apa ini meja favorit mu?” Ai beralih menatap Hanbyul.
“Anee.”
“Kau ingin aku membalas tindakan mu waktu itu?”
“Anee. Aku bilang kita impas bukan? Kau menolong ku sa’at aku tersesat di Jeonggu Dong dan aku menolong mu di sekolah. Jadi kita impas.”
“Lalu?”
“Aku melihat mu, aku mengenal mu dan aku ingin duduk disini, mengobrol dengan mu. Tapi jika kau merasa terganggu, aku bisa pergi.”
“Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan.” Ai kembali menatap keluar jendela.
“Kau sedang mengintai seseorang?”
“Bukan urusan mu.”
“Tadi, nomer baru itu, aku yang menelfon mu.” Ai menoleh menatap datar Hanbyul. “Aku telah mendapatkan mu, Fujiwara Ayumu!” Hanbyul tersenyum dan menyuapkan sesendok kue ke dalam mulutnya.
-------
Minhyuk asik menggebuk drum diiringi permainan gitar Wonbin dan bass Jaejin ketika Jaejoong sampai di basecamp. Jaejoong mengedarkan pandangannya, namun ia tak menemukan sosok yang ia cari disana.
“Ya, Yongbae! Ai, dimana dia?” Tanya Jaejoong pada Yongbae yang melintas.
“Nona? Dia belum kemari.”
“Sama sekali?”
“Em, tadi kemari sebentar lalu…” Yongbae diam sejenak, “…lalu meminta ku menunggu disini sampai dia kembali.”
“Benar begitu?” Jaejoong curiga Yongbae berbohong.
“Terserah kau mau percaya atau tidak.” Yongbae berlalu pergi.
“Anak itu. Ck! Dimana vampire itu?”
-------
Moonsik menyambut Ai yang datang bersama Minki. Moonsik memimpin keduanya memasuki sekolah yang sepi dan gelap. Moonsik memastikan sekolah telah benar-benar kosong. Ai segera menjalankan misinya, di bantu Minki. Minki yang membawa kardus mengekor dibelakang Ai dan Moonsik. Terakhir Ai meminta Moonsik mengantarnya ke kantor guru. Ai kembali meletakan ikebana di meja Junki. Ai tersenyum puas lalu pamit pergi.
Minki membonceng Ai menuju rumah pemakaman tempat abu mendiang Lee So Yeon disimpan. Hari ini bukan hari peringatan kematian Ibu kandung Ai, namun gadis itu ingin berkunjung ke makam Sang Ibu. Usai melakukan upacara penghormatan, Ai dan Minki pun kembali pulang. Di tengah perjalanan, tanpa sengaja Ai melihat Minhwan.
“Oppa berhenti!” pinta Ai dan Minki segera menghentikan motornya.
“Wae??”
“Sepertinya mobil teman ku mogok.”
“Teman mu?” Minki membawa motornya menghampiri Minhwan. Minhwan kaget ketika Ai tiba-tiba saja muncul.
“Mogok?” Tanya Ai.
“Nn-nee.” Minhwan was-was.
“Oppa, tolong bantu dia.” Pinta Ai dan Minki langsung memeriksa mobil Minhwan. Minki mengotak-atik mobil Minhwan selama beberapa menit.
“Coba nyalakan.” Pinta Minki. Minhwan bergegas masuk dan berhasil. Mobil Minhwan kembali menyala. Minhwan tersenyum lega dan kembali keluar.
“Kamsahamnida.” Minhwan memnbungkuk di depan Minki.
“Punya mobil sebagus ini namun kau acuhkan. Kasihan sekali dia. Kau harus lebih memperhatikannya.” Saran Minki.
“Nee.” Minhwan menatap Ai. “Fujiwara, gomawo.” Ai mengangguk. “Aku pergi dulu.”
“Go a head.” Ai mempersilahkan Minhwan pergi.
“Teman ku?” goda Minki.
“Sudah tahu dia Viceroy, kenapa Oppa tetap mau membantu?”
Minki tersenyum dan mengelus kepala Ai. “Kaja! Jaejoong dan yang lain pasti sudah menunggu mu.”
***
Pagi ini untuk pertama kalinya kelima member YOWL berangkat bersama. Ai berada ditengah berjalan bersama Wonbin, Jaejoong, Jaejin dan Minhyuk. Moonsik tersenyum melihat kelimanya yang segera menjadi pusat perhatian murid yang lain. Beberapa murid pendukung YOWL tanpa sungkan mengambil foto YOWL berlima. Ini momen termasuk langka bagi mereka di sekolah karena YOWL jarang sekali tampil bersama seperti Viceroy atau Red Venus.
Jung Hyebyul. Gadis cantik ini duduk diatas meja di kelasnya menatap keluar jendela. Ia memperhatikan kelima member YOWL yang pagi ini berjalan bersama. Benar-benar menarik perhatian.
“Ribut sekali diluar sana.” Kim Himchan –Himchan B.A.P- memasuki kelas XI-G. “Kau sudah datang, Byul?”
“Nee. Baru saja.” Hyebyul menganggukan kepala.
“Oh? Apa ini??” Himchan menemukan amplop merah dengan inisial Y di lacinya.
Hyebyul turun dari meja dan melihat lacinya. “Aku juga dapat!”
-------
Park Chaebin menghela nafas usai YOWL melintas didepannya. Gadis ini siswi kelas XI-F dan ia sangat mengagumi Minhyuk, sejak ia melihat penampilan YOWL setahun yang lalu dalam konser jalanan yang digelar YOWL.
“Pagi!” Kim Sunggyu –Sunggyu Infinite- menghampiri Chaebin. “Aigoo, pagi ini YOWL benar-benar menyita perhatian ya?”
“Nee.” Chaebin dan Sunggyu menuju kelas mereka bersama. “YOWL keren jika bersama seperti itu,” puji Chaebin.
“YOWL atau hanya Minhyuk?”
“Sunggyu Oppa!”
“Hehehe…”
Keduanya berpisah menuju kelas masing-masing. Kelas XI-F masih kosong sa’at Chaebin tiba. Chaebin duduk dan terdiam sejenak. Ia kemudian menarik laci mejanya. Sebuah amplop merah dengan inisial Y menyambutnya. Chaebin memungut amplop itu dan heran. Apakah semua dikelas XI-F mendapatkan ini? Atau hanya Chaebin seorang?
Sunggyu tiba dikelas XII-C. Jinwoon, Joonghun, Jonghyun dan Sungyeol sudah duduk diatas meja dan menatap keluar jendela sambil ngobrol. Sunggyu langsung duduk dibangkunya dan menarik laci mejanya. Mata sipit Sunggyu melebar melihat amplop merah dengan inisial Y yang tergeletak di laci mejanya.
-------
“Pertarungan sudah dimulai sepertinya.” Lee Jaeki sa’at berjalan menuju kelasnya.
“Iya. Pagi ini YOWL berangkat bersama. YOWL itu selalu mengejutkan dan keren!” puji Xi Luhan –Luhan EXO- siswa yang berasal dari Cina ini. “Kira-kira apa rencana YOWL?” Luhan dan Jaeki berhenti dipintu kelas X-E dan menatap Hyuri.
Jaeki membetulakan letak kaca matanya, “mungkin dia tahu karena hanya dia yang berani berada dekat dengan YOWL.”
“Em.” Luhan memimpin masuk.
Jaeki duduk dibangkunya yang berada tepat dihadapan Luhan. Jaeki menarik laci mejanya dan ia terkejut melihat amplop merah dengan inisial Y yang berada di lacinya. Jaeki menoleh dan menatap Luhan dengan ekspresi shock itu.
“Kau, kenapa?” Tanya Luhan heran.
“Coba buka laci mu!”
“Nee??”
“Cepat buka!” pinta Jaeki dan Luhan segera menarik lacinya. “Ada sesuatu disana?” buru Jaeki penasaran.
“Tidak ada.” Luhan menggelengkan kepala.
“Tidak ada?”
“Nee. Tidak ada apa-apa. Wae?”
“Anee…” Jaeki kembali menghadap ke depan. “Apa hanya aku saja yang mendapatkannya?” batin Jaeki sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas. Tatapannya bertemu dengan tatapan Hyuri. Kedua gadis ini saling menatap selama beberapa detik lalu kompak menunduk. “Apa dia juga?” batin Jaeki lalu kembali memperhatikan Hyuri yang sudah sibuk dengan novelnya.
-------
Pemuda ini berjalan dengan penuh percaya diri. Siapa yang tidak mengenalnya? Oh Sehun. Pemuda dengan wajah tampan dan postur tubuh nyaris sempurna ini. Sehun, siswa kelas XI-A ini lumayan banyak mendapat perhatian dari para gadis. Ia tak pernah terlihat berkelompok, selalu saja terlihat sendiri kemana pun ia pergi. Hanya sesekali ia tampak bersama satu atau dua orang teman sekelasnya. Kelas XI-A adalah kelas khusus. Sehun tiba dikelasnya dan langsung duduk dibangkunya. Ia menghela nafas merasa lega lepas dari tatapan gadis-gadis itu. Sehun menarik laci mejanya dan menemukan amplop merah dengan inisial Y. Sehun mengamati amplop itu lalu melihat teman-teman sekelasnya. Mereka terlihat biasa saja. Sehun berpikir, apakah hanya ia yang mendapatkan amplop merah itu? Dan apa isi dari amplop merah ini?
***
Jam isrirahat. Murid berhamburan keluar kelas. Hyebyul dan Himchan sudah membawa baki berisi menu makan siang mereka. Keduanya berdiri mengamati murid-murid yang berada dikantin sekolah.
“Menurut mu, apa hanya kita?” Tanya Hyebyul.
“Entahlah. Tapi aku yakin bukan hanya kita. Diantara 570 murid Hwaseong Academy, kita dua diantaranya, yang terpilih.” Keduanya kemudian memilih meja dipojok.
-------
Jaeki sibuk melihat-lihat buku di perpustakaan. Ia melihat judul-judul buku yang tertata rapi dalam rak. “Omo!” Jaeki menarik tubuhnya dan bersembunyi ketika melihat Sehun yang sedang berdiri sendirian di pojok perpustakaan. Jaeki kembali mengintip Sehun. Ia mengerjapkan matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat. Sehun memainkan amplop merah, amplop yang sama seperti yang ia dapatkan pagi ini. “Dia juga mendapatkannya?” gumam Jaeki.
Jaeki bergegas keluar. “Taemin Oppa? Ah, haruskah aku bertanya padanya? Apa dia tahu tentang ini? Ck! Luhan tak mendapatkan amplop itu. Amplop merah itu, bencana atau…”
“Aau!” pekik Jaeki yang tak sengaja menabrak seseorang. Karena berjalan sambil mengoceh dalam hati, Jaeki tak memperhatikan jalan dan tak sengaja menabrak Chaebin. “Oh, jeosonghamnida, Sunbaenim.” Jaeki segera meminta ma’af.
“Lain kali hati-hati,” Chaebin memungut buku-bukunya yang terjatuh.
“Nee. Jongmal jeosonghamnida Sunbaenim.” Jaeki kemudian terkejut melihat amplop merah yang terselip dibuku Chaebin dan gadis itu segera menyembunyikannya kembali. Jaeki menelan ludah dan membetulkan letak kacamatanya menatap punggung Chaebin. “Oh Sehun dan Park Chaebin?” Tanya Jaeki sendiri.
-------
Ai duduk ditempat favoritya, taman belakang sekolah dan menghadap danau. Ponselnya ia letakan begitu saja diatas meja. Ai terus memainkan bolpoint ditangannya. Setiap kali ada pesan masuk, Ai membukanya dan segera memberi tanda centang pada deretan nama yang ia tulis rapi dalam bindernya. Jinwoon terus memperhatikan Ai dari tempat persembunyiaannya.
Junki duduk melipat tangan menatap ikebana di mejanya. Ini ikebana ketiga yang dikirim Ai. Kali ini ikebana itu disertai amplop merah dengan inisial Y. Junki menghela nafas. Ia tak bisa membiarkan hal ini berlarut-larut. Junki tak boleh membiarkan Ai memupuk subur rasa sukanya padanya.
-------
Luhan berlari menyusuri koridor dan akhirnya menemukan Jaeki. Luhan menyeret Jaeki untuk minggir. “Aku, aku menemukan ini, di loker ku!” Luhan menunjukan amplop merah berinisial Y, sama persis seperti milik Jaeki.
Mata Jaeki melebar, “kau juga?”
“Nee?? Omo, kau juga dapat?”
“Itu kenapa aku meminta mu segera membuka laci mu pagi tadi.”
“Oh. Kau dan aku, kita mendapatkannya.”
“Luhan, apa yang harus kita lakukan?”
-------
Ai hendak kembali ke kelas. Ia berjalan pelan sambil memeluk bindernya.
“Fujiwara.” Hanbyul tiba-tiba mencegat Ai.
Ai mengerutkan keningnya, “kau lagi. Sebaiknya kau tidak muncul didepan ku lagi.”
“Sudah aku katakan, aku telah mendapatkan mu, Fujiwara Ayumu! Aku tidak akan mundur lagi, mulai dari sekarang.”
Ai mengalihkan pandangannya pada Myungsoo yang datang bersama Byunghun dan Minhwan. Ketiga pemuda ini menghampiri Hanbyul dan Ai.
“Semalam kau menolong Minhwan?” Tanya Byunghun.
“Em.” Ai mengangguk.
“Hanbyul lalu Minhwan, kebetulan sekali?”
“Nee. Kebetulan itu bisa terjadi dimana saja. Iya kan, Kim Myungsoo?”
“Mwo?? Myungsoo??” Byunghun menatap Myungsoo lalu Ai.
Myungsoo maju selangkah tepat dihadapan Ai. “Sebaiknya kau tidak memakai jati diri mu sebagai wanita untuk perang ini.”
“Myungsoo, sudahlah.” Hanbyul mencoba melerai.
Ai menyincingkan senyumnya, “kau pikir aku ini Yeo-woo??” (Yeo-Woo, kata untuk rubah, merupakan kata yang oleh orang Korea diberikan kepada wanita yang terjemahan kasarnya adalah si licik pemakan pria). “You sly fox??” (You sly fox=kamu rubah licik). “Aku tidak percaya kata itu muncul dari seorang Viceroy Kim Myungsoo.”
Hanbyul menatap Minhwan dan Byunghun memberi isyarat agar mereka membantunya melerai Myungsoo dan Ai. Namun dua pemuda itu malah mengacuhkannya.
“The Vigorous Prince Kim Myungsoo, sebaiknya kau berhati-hati pada rasa penasaran mu itu dan berhenti menguntit ku.” imbuh Ai sambil tersenyum mencibir. Myungsoo benar di buat shock mendengarnya. “Let love lead the way and let the music heal your soul, the wars begin.” Ai pun pergi.
“Dia itu!” umpat Byunghun. “Hanbyul, kau, tadi apa yang kau bicarakan dengannya?”
“Sebaiknya kita mulai mempersiapkan rencana untuk Viceroy dan Red Venus. Kalian tahu, YOWL tidak bisa diremehkan begitu saja.” sahut Jungshin.
“Perangnya benar dimulai ya?” Sunghyun menatap punggung Ai. “Ini semakin menarik bukan?”
“Gadis itu, Fujiwara Ayumu, dia benar-benar mengerikan.” Ungkap Byunghun. “Ya, Myungsoo, apa benar kau menguntit Fujiwara?”
“Mwo??” Myungsoo kaget. Semua member Viceroy menatapnya heran.
-------TBC-------
matur suwun
.shytUrtle_yUi.
Suasana dalam aula sedikit gaduh mendengar pernyataan Myungsoo. Daehyun sendiri dibuat ternganga karenanya. Daehyun menggelengkan kepala.
“Kim Myungsoo-ssi, Anda serius akan melamar Fujiwara dan YOWL?” Daehyun memastikan.
“Nee, aku melamar Fujiwara Ayumu dan YOWL untuk menjadi patner Viceroy.” Myungsoo menegaskan. Hal itu membuat member Viceroy yang lain bingung dan membuat Red Venus kesal.
Dari ekspresinya terlihat jika Jaejoong berusaha keras menahan emosinya. Ai menggenggam tangan Jaejoong bermaksud menenangkan leader YOWL itu.
“Lalu bagaimana dengan YOWL? Anda menerima atau menolak lamaran Viceroy Kim Myungsoo?” Daehyun beralih pada YOWL.
Jaejoong hendak berdiri namun Wonbin menahannya. Ai berdiri mengambil alih tugas Jaejoong yang seharusnya menjadi juru bicara YOWL. “Terima kasih untuk kesempatan ini. Terima kasih telah melamar YOWL, ini sangat mengejutkan dan membuat kami tersanjung.”
“Lalu Fujiwara, apa Anda akan menerima lamaran Viceroy?” Daehyun mengulang pertanyaannya.
“Tidak, ma’af. Secara pribadi aku ingin melamar Stardust.” Pernyataan penolakan Ai kembali membuat aula gaduh. Myungsoo menatap sengit pada Ai begitu juga Byunghun dan member Red Venus. “Stardust, would you be my star?” Jinwoon menatap tajam Ai sedang Joonghun tersenyum lebar.
“Mohon tenang!” pinta Daehyun. “Jadi Anda menolak lamaran Viceroy dan memilih melamar Stardust?”
“Tidak. Sekali lagi ma’af. Kami tidak akan menerima lamaran Viceroy dan juga tidak akan melamar Stardust.” Ai sukses meramaikan suasana dalam aula kembali. Myungsoo makin dibuat geram, begitu juga Red Venus. “Jika kami melamar Stardust, kami pasti akan tertolak.” Imbuh Ai membuat Joonghun menatapnya heran, begitu juga Jonghyun dan Sungyeol. “Dan jika kami menerima lamaran Viceroy, kami tidak akan sanggup bekerja sama dengan orang-orang sempurna ini.”
“Kau!!!” Byunghun bangkit berdiri dan geram pada sikap Ai.
“Lee Byunghun-ssi, mohon tenang.” Pinta Daehyun dan Byunghun pun kembali duduk. “Lalu, apa keputusan YOWL, Fujiwara Ayumu?”
“Biarkan YOWL dan Viceroy sama-sama tertolak dan mencari patner kami sendiri.”
“Mencari patner sendiri?”
“Baiklah!” Myungsoo kembali berdiri. “Biarkan kami sama-sama tertolak dan mencari patner sendiri. Red Venus, would you be my star?”
Semua menatap ke kubu Red Venus. Yiyoung berdiri, “Yes, with pleasure, let us be your star.” Yiyoung menerima lamaran Viceroy sambil menatap sengit pada Ai yang tetap bereaksi datar. Kubu pendukung Viceroy dan Red Venus menyambut baik hal ini.
“Jadi Red Venus menerima lamaran Viceroy?” Tanya Daehyun.
“Nee.” Yiyoung dengan yakin kemudian kembali duduk bersamaan dengan Myungsoo.
Daehyun beralih menatap Stardust, “bagaimana dengan Stardust?”
Joonghun berdiri mewakili Stardust, “terima kasih pada YOWL yang sempat memiliki niat melamar kami. Karena tidak ada yang ingin bekerja sama dengan Stardust, maka kami akan bersikap netral. Namun kami akan memberi kesempatan jika YOWL berubah pikiran dan benar ingin melamar kami.” Joonghun menatap Ai, ia tersenyum pada gadis itu dan kembali duduk.
“Baiklah. Lalu bagaimana dengan YOWL?” Daehyun kembali menatap YOWL.
“Kami akan bekerja sendiri, jadi tolong biarkan golongan minoritas ini bekerja dijalan mereka.”
“Baiklah. Jika berubah pikiran dan YOWL kembali melamar Stardust, beri tahu kami.”
“Nee.” Ai kembali duduk.
“Baiklah! Setelah rapat terbuka ini digelar hari ini, keputusannya Viceroy dan Red Venus resmi menjadi patner. Dan pertarungan di mulai sekarang!” Daehyun membacakan keputusan Dewan Senior.
***
“Kami akan bekerja sendiri, jadi tolong biarkan golongan minoritas ini bekerja dijalan mereka. Ish! Mereka itu benar-benar menyebalkan!” Byunghun meluapkan kekesalannya. “Ya, Myungsoo, kenapa kau melakukannya? Melamar YOWL? Kau sengaja ingin mempermalukan diri mu sendiri? Oh, kau sudah melakukannya dan sukses. Selamat!”
“Kau menjatuhkan harga diri Viceroy saja,” imbuh Minhwan.
“Sesekali mencoba kegilaan itu tak mengapa, tapi jangan pernah menyesalinya.” Sunghyun menepuk pundak Myungsoo.
“Gadis itu, dia sangat percaya diri sekali. Kalian lihat bagaimana sikapnya? Datar namun tidak ada keraguan yang terpancar di wajahnya.” Ungkap Jungshin.
“Dia itu seperti orang tanpa perasaan.” Byunghun kembali bicara. “Lihat bagaimana ia bertindak, semaunya sendiri, pantas saja jika ia bernama Fujiwara Ayumu.”
“Memang apa artinya?” Tanya Minhwan.
“Walk your own way,” jawab Sunghyun.
“Wah, cocok sekali untuknya.”
“Kita lihat, apa yang bisa mereka buat.” Kata Myungsoo.
-------
“Bagaimana melakukannya? Apa kau yakin YOWL bisa bekerja sendiri melawan Viceroy dan Red Venus?” Tanya Jaejin. Kelima member YOWL ini berkumpul di atap sekolah. Mereka melihat murid-murid dibawah sana.
“Jika kau tidak yakin pada diri mu sendiri, bagaimana kau akan melawan mereka?” Ai balik bertanya.
“Jadi, apa rencana mu?” Tanya Wonbin.
“Bukan rencana lagi, ini sudah dijalankan. Pertama Viceroy ingin mengacaukan kita dan kita mengacaukan Viceroy. Aku yakin Myungsoo akan melakukan itu, tapi tidak menyangka ia nekat melakukannya, melamar YOWL.”
“Dijalankan? Hanya itu? Selanjutnya?” Tanya Minhyuk.
“Kenapa kau tidak melamar Yiyoung?” Tanya Jaejoong melenceng.
“Ish! Anak ini!” Minhyuk langsung menyikutnya. “Pikirkan rencana kita! Konsep apa yang akan kita usung dan kita tampilkan nanti. Dua bulan bisa jadi waktu yang lama namun bisa jadi sangat singkat juga!”
“Ai, apa kau sudah memikirkannya? Semua yang dikatakan Minhyuk.” Tanya Jaejin.
“Nee. Nanti kalian akan tahu, siapa-siapa yang akan jadi patner kita.”
“Jadi, kita juga akan melamar??”
“Em.”
“Melamar Yiyoung juga tidak?” Tanya Jaejoong yang segera mendapat serangan dari Minhyuk.
-------
“Jika tadi Fujiwara benar melamar Stardust, aku tidak akan menolaknya,” ungkap Joonghun. “Anak itu, apa rencananya?”
“Gadis itu benar-benar keren. Kau lihat tadi bagaimana ia bersikap? Dingin dan tenang, hah…” Jonghyun menggelengkan kepala.
“Dia itu benar misterius, sulit ditebak. Aku penasaran apa yang akan mereka buat.” Sungyeol ikut bicara.
Ketiga pemuda tampan itu menatap Jinwoon. “Apa terjadi sesuatu?” Tanya Joonghun.
“Anee. Hanya sedikit lelah.” Jinwoon tersenyum kecil.
-------
“Viceroy dan Red Venus, baguslah. Mereka memang cocok bersama. YOWL, apa rencana mereka?” gumam Daehyun.
“Fujiwara Ayumu, anak itu benar-benar menarik perhatian ku sejak aku melihatnya di Hongdae,” kenang Jieun.
“Bagaimana itu terjadi? Jadi itu artinya kau sudah lama mengenal Fujiwara?” Tanya Taemin.
“Hanya tahu, bukan mengenal. Dia sering menggelar pertunjukan solo di Hongdae. Aku kagum pada gadis itu, cara ia mengekspresikan dirinya dalam bermusik. Hah, dia keren. Aku sendiri terkejut waktu ia tampil bersama YOWL. Ternyata gadis pengamen di Hongdae itu adalah member kelima YOWL.”
“Lalu kau kecewa?” Tanya Daehyun.
“Anee. Setelah mengetahui hal itu, aku malah ingin mengenal Fujiwara lebih dekat. Tapi aku takut untuk mendekatinya. Tadi, aku benar berharap YOWL melamar Red Venus.”
“Itu wajar kok. Eh, sebentar.” Daehyun permisi untuk menerima panggilan masuk diponselnya. “Ada apa Hyung?” Daehyun diam mendengarkan, “nee??”
-------
“Kemana Chaerin?” Tanya Soojung.
“Mencari Byunghun,” jawab Gyuri.
“Jieun belum kembali?”
“Belum. Sebenarnya dia itu Red Venus atau bukan? Aku benci pada sikapnya belakangan ini.”
“Baru kali ini aku merasa terbuang,” Yiyoung menghela nafas panjang. Soojung dan Gyuri menatap heran padanya. “Mereka hanya menatap pada gadis itu, Fujiwara Ayumu, apa istimewanya dia? Dan Viceroy melamar Red Venus setelah tertolak oleh YOWL. Sangat menggelikan.”
“Tenanglah. Ini baru awal, bukan akhir. Gadis itu tidak ada apa-apanya disbanding Red Venus.” Gyuri mengelus lengan Yiyoung.
“Kita harus segera berunding tentang konsep pertunjukan nanti, em?” Soojung turut menenangkan.
***
Hanbyul sembunyi-sembunyi terus mengamati Ai yang duduk sendiri di taman belakang sekolah. Gadis itu duduk menghadap danau buatan dan fokus pada netbooknya dengan headphone bertengger dikepala menutup kedua telinganya. Hanbyul kembali menatap ponselnya, melihat nomer pemberian Hyuri. Hanbyul menelfon nomer itu sambil memperhatikan Ai. Konsentrasi sepertinya terganggu, ia meraih ponsel di sakunya. Hanbyul segera mengakhiri panggilannya. Hanbyul terlihat kaget. Ditatapnya ponsel miliknya lalu Hanbyul kembali mengamati Ai.
“Benarkah itu dia?” gumamnya.
“Disini kau rupanya.” Hyuri langsung duduk didepan Ai. “Ini, makanlah. Bekal untuk mu.” Hyuri menyodorkan kotak bekalnya untuk Ai.
“Kau sekarang ini bersekongkol dengan Dokter Song ya? Lama-lama aku takut padanya.”
“Ish! Bekal ini Nenek yang membuatnya.”
“Untuk ku juga?”
“Em. Aku yang memintanya. Ayo, makanlah.”
“Jadi bukan kau sendiri yang membuatnya? Aku pikir Song Hyuri itu gadis rumahan yang pandai memasak seperti gadis dalam cerita kebanyakan.”
“Sayangnya aku tidak demikian. Kau kecewa?” Ai hanya tersenyum menanggapinya. “Lekas makan. Atau aku akan bilang pada Nenek jika kau menolak pemberiannya? Ck! Itu terdengar sangat kejam dan Nenek pasti kecewa.”
“Iya, iya aku makan.” Ai membuka kotak bekal pemberian Hyuri. “Wah, Nyonya Shin juga vegetarian?”
“Oh, nee. Hehehe…”
“Eum… ini sepertinya enak.”
Hyuri tersenyum lalu pandangannya menangkap sosok Hanbyul. Hyuri terkejut namun Hanbyul memberi isyarat agar Hyuri pura-pura tak tahu keberadaan dirinya. Hanbyul menunjukan ponsel ditangannya dan kembali menelfon nomer Ai. hyuri menatap ponsel Ai yang ia biarkan tergeletak di meja.
“Ai, ponsel mu!” tunjuk Hyuri.
“Sedari tadi, nomer asing it uterus menelfon. Kau mau menerimanya?”
“Boleh.” Hyuri meraih ponsel Ai. “Yeoboseyo?”
Hanbyul tersenyum lega dan mengakhiri panggilannya.
***
Daehyun memasuki café. Ia mengawasi semua sudut dan menemukan Ai. Daehyun tersenyum lebar dan segera menuju meja tempat Ai duduk.
“Ma’af membuat mu menunggu,” Daehyun duduk didepan Ai. “Kau sudah lama?”
“Ada apa hingga ingin bertemu dengan ku?”
“Kau ini! Tidak bisa basa-basi dulu ya?”
“Aku sangat sibuk dan tidak punya banyak waktu. Katakan, ada apa?”
“Ck! Benar-benar tidak ada toleransi. Jinwoon Hyung, dia yang meminta ku menemui mu.”
“Jung Jinwoon?”
“Nee. Dia bertanya, apa kau benar ingin melamar Stardust untuk menjadi patner.”
“Jung Jinwoon, atau rencana mu sendiri?”
“An-anee… itu benar Jinwoon Hyung.”
“Dia tidak punya nyali untuk bicara pada ku sendiri? Jung Daehyun, untuk apa kau berusaha membuatnya menyukai ku? Kau sendiri tahu itu akan membuang waktu bukan?”
“Jiyoo Fujiwara, bukan begitu…”
“Jika aku mau, apa yang akan dilakukannya?”
“Jinwoon Hyung akan menerima lamaran YOWL. Jiyoo Fujiwara, bukankah ini jalan yang baik untuk mu dan Jinwoon Hyung?”
“Ada lagi yang ingin kau sampaikan?”
“Ji-jiyoo…”
“Berhenti bertindak menjadi pahlawan.”
“Kalian ini saudara tapi kenapa bersikap demikian? Aku tidak suka melihatnya.”
“Aku tidak berminat lagi pada Stardust. Dan aku tidak suka jika ada orang lain yang mencoba ikut campur urusan ku.” Ai menatap tajam Daehyun.
Daehyun menelan ludah. Ekspresi Ai sangat serius dan ia paham ini adalah peringatan baginya. “Baiklah. Akan aku sampaikan pada Jinwoon Hyung. Jiyoo Fujiwara, jujur aku salut pada sikap mu. Itu penuh percaya diri. Jika kau butuh bantuan, katakan saja pada ku.”
“Kau lupa siapa diri mu? Kau wasit dalam pertarungan ini, jadi bersikaplah adil.”
“Ck! Kau itu gemar sekali melakukan skak mat!”
Ai tersenyum kecil. “Hah… aku ingin, tapi itu akan menyusahkan mu, Oppa.”
“Oppa??” Daehyun tersenyum lebar mendengarnya. “Jiyoo, kita ini seumuran, jangan memanggil ku Oppa.”
“Tetaplah jadi hakim yang adil dan terima kasih telah mendukung YOWL.”
“Nee. Hehehe…”
Hanbyul memasuki café yang sama. Ia memesan kopi dan cake. Usai membayar, Hanbyul mencari tempat duduk untuk menunggu pesanannya tiba. Ia menangkap sosok Ai yang duduk sendirian di meja dekat dinding kaca. Gadis itu duduk sambil melihat keluar. Hanbyul tersenyum lebar, namun ia ragu untuk menghampiri Ai. Diamatinya seluruh sudut café, sepertinya Ai benar-benar sendiri disana. Hanbyul memantabkan langkahnya dan berjalan menuju meja Ai.
“Annyeong.” Sapa Hanbyul membuyarkan lamunan Ai.
Ai menoleh dan menatap heran pada Hanbyul. “Sejak kapan dia disini?” batin Ai. “Annyeong.” Jawab Ai datar.
Hanbyul tersenyum, “boleh aku duduk disini?” Ai mengangguk dan Hanbyul segera duduk dihadapan Ai. “Kau sendirian?”
“Daehyun baru saja pergi.”
“Daehyun??”
“Nee. Jung Daehyun, wae?”
“Anee. Kau juga kenal baik dengannya? Jung Daehyun.”
“Dia Yowlism dan hampir membuat ku gila.”
Hanbyul tersenyum melihatnya. Pelayan datang untuk mengantar pesanan Hanbyul. Hanbyul kembali memperhatikan Ai usai berterima kasih. Ai tetap bersikap dingin dan cuek meski Hanbyul duduk dihadapannya. Ai kembali menatap keluar dinding kaca.
“Kenapa terus menatap ku?” Tanya Ai tanpa mengalihkan pandangannya.
“Oh, apa aku mengganggu mu?”
“Kenapa kau ingin duduk disini?”
“Nee??” Hanbyul kemudian mengamati sekitar, banyak meja kosong disana.
“Apa ini meja favorit mu?” Ai beralih menatap Hanbyul.
“Anee.”
“Kau ingin aku membalas tindakan mu waktu itu?”
“Anee. Aku bilang kita impas bukan? Kau menolong ku sa’at aku tersesat di Jeonggu Dong dan aku menolong mu di sekolah. Jadi kita impas.”
“Lalu?”
“Aku melihat mu, aku mengenal mu dan aku ingin duduk disini, mengobrol dengan mu. Tapi jika kau merasa terganggu, aku bisa pergi.”
“Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan.” Ai kembali menatap keluar jendela.
“Kau sedang mengintai seseorang?”
“Bukan urusan mu.”
“Tadi, nomer baru itu, aku yang menelfon mu.” Ai menoleh menatap datar Hanbyul. “Aku telah mendapatkan mu, Fujiwara Ayumu!” Hanbyul tersenyum dan menyuapkan sesendok kue ke dalam mulutnya.
-------
Minhyuk asik menggebuk drum diiringi permainan gitar Wonbin dan bass Jaejin ketika Jaejoong sampai di basecamp. Jaejoong mengedarkan pandangannya, namun ia tak menemukan sosok yang ia cari disana.
“Ya, Yongbae! Ai, dimana dia?” Tanya Jaejoong pada Yongbae yang melintas.
“Nona? Dia belum kemari.”
“Sama sekali?”
“Em, tadi kemari sebentar lalu…” Yongbae diam sejenak, “…lalu meminta ku menunggu disini sampai dia kembali.”
“Benar begitu?” Jaejoong curiga Yongbae berbohong.
“Terserah kau mau percaya atau tidak.” Yongbae berlalu pergi.
“Anak itu. Ck! Dimana vampire itu?”
-------
Moonsik menyambut Ai yang datang bersama Minki. Moonsik memimpin keduanya memasuki sekolah yang sepi dan gelap. Moonsik memastikan sekolah telah benar-benar kosong. Ai segera menjalankan misinya, di bantu Minki. Minki yang membawa kardus mengekor dibelakang Ai dan Moonsik. Terakhir Ai meminta Moonsik mengantarnya ke kantor guru. Ai kembali meletakan ikebana di meja Junki. Ai tersenyum puas lalu pamit pergi.
Minki membonceng Ai menuju rumah pemakaman tempat abu mendiang Lee So Yeon disimpan. Hari ini bukan hari peringatan kematian Ibu kandung Ai, namun gadis itu ingin berkunjung ke makam Sang Ibu. Usai melakukan upacara penghormatan, Ai dan Minki pun kembali pulang. Di tengah perjalanan, tanpa sengaja Ai melihat Minhwan.
“Oppa berhenti!” pinta Ai dan Minki segera menghentikan motornya.
“Wae??”
“Sepertinya mobil teman ku mogok.”
“Teman mu?” Minki membawa motornya menghampiri Minhwan. Minhwan kaget ketika Ai tiba-tiba saja muncul.
“Mogok?” Tanya Ai.
“Nn-nee.” Minhwan was-was.
“Oppa, tolong bantu dia.” Pinta Ai dan Minki langsung memeriksa mobil Minhwan. Minki mengotak-atik mobil Minhwan selama beberapa menit.
“Coba nyalakan.” Pinta Minki. Minhwan bergegas masuk dan berhasil. Mobil Minhwan kembali menyala. Minhwan tersenyum lega dan kembali keluar.
“Kamsahamnida.” Minhwan memnbungkuk di depan Minki.
“Punya mobil sebagus ini namun kau acuhkan. Kasihan sekali dia. Kau harus lebih memperhatikannya.” Saran Minki.
“Nee.” Minhwan menatap Ai. “Fujiwara, gomawo.” Ai mengangguk. “Aku pergi dulu.”
“Go a head.” Ai mempersilahkan Minhwan pergi.
“Teman ku?” goda Minki.
“Sudah tahu dia Viceroy, kenapa Oppa tetap mau membantu?”
Minki tersenyum dan mengelus kepala Ai. “Kaja! Jaejoong dan yang lain pasti sudah menunggu mu.”
***
Pagi ini untuk pertama kalinya kelima member YOWL berangkat bersama. Ai berada ditengah berjalan bersama Wonbin, Jaejoong, Jaejin dan Minhyuk. Moonsik tersenyum melihat kelimanya yang segera menjadi pusat perhatian murid yang lain. Beberapa murid pendukung YOWL tanpa sungkan mengambil foto YOWL berlima. Ini momen termasuk langka bagi mereka di sekolah karena YOWL jarang sekali tampil bersama seperti Viceroy atau Red Venus.
Jung Hyebyul. Gadis cantik ini duduk diatas meja di kelasnya menatap keluar jendela. Ia memperhatikan kelima member YOWL yang pagi ini berjalan bersama. Benar-benar menarik perhatian.
“Ribut sekali diluar sana.” Kim Himchan –Himchan B.A.P- memasuki kelas XI-G. “Kau sudah datang, Byul?”
“Nee. Baru saja.” Hyebyul menganggukan kepala.
“Oh? Apa ini??” Himchan menemukan amplop merah dengan inisial Y di lacinya.
Hyebyul turun dari meja dan melihat lacinya. “Aku juga dapat!”
-------
Park Chaebin menghela nafas usai YOWL melintas didepannya. Gadis ini siswi kelas XI-F dan ia sangat mengagumi Minhyuk, sejak ia melihat penampilan YOWL setahun yang lalu dalam konser jalanan yang digelar YOWL.
“Pagi!” Kim Sunggyu –Sunggyu Infinite- menghampiri Chaebin. “Aigoo, pagi ini YOWL benar-benar menyita perhatian ya?”
“Nee.” Chaebin dan Sunggyu menuju kelas mereka bersama. “YOWL keren jika bersama seperti itu,” puji Chaebin.
“YOWL atau hanya Minhyuk?”
“Sunggyu Oppa!”
“Hehehe…”
Keduanya berpisah menuju kelas masing-masing. Kelas XI-F masih kosong sa’at Chaebin tiba. Chaebin duduk dan terdiam sejenak. Ia kemudian menarik laci mejanya. Sebuah amplop merah dengan inisial Y menyambutnya. Chaebin memungut amplop itu dan heran. Apakah semua dikelas XI-F mendapatkan ini? Atau hanya Chaebin seorang?
Sunggyu tiba dikelas XII-C. Jinwoon, Joonghun, Jonghyun dan Sungyeol sudah duduk diatas meja dan menatap keluar jendela sambil ngobrol. Sunggyu langsung duduk dibangkunya dan menarik laci mejanya. Mata sipit Sunggyu melebar melihat amplop merah dengan inisial Y yang tergeletak di laci mejanya.
-------
“Pertarungan sudah dimulai sepertinya.” Lee Jaeki sa’at berjalan menuju kelasnya.
“Iya. Pagi ini YOWL berangkat bersama. YOWL itu selalu mengejutkan dan keren!” puji Xi Luhan –Luhan EXO- siswa yang berasal dari Cina ini. “Kira-kira apa rencana YOWL?” Luhan dan Jaeki berhenti dipintu kelas X-E dan menatap Hyuri.
Jaeki membetulakan letak kaca matanya, “mungkin dia tahu karena hanya dia yang berani berada dekat dengan YOWL.”
“Em.” Luhan memimpin masuk.
Jaeki duduk dibangkunya yang berada tepat dihadapan Luhan. Jaeki menarik laci mejanya dan ia terkejut melihat amplop merah dengan inisial Y yang berada di lacinya. Jaeki menoleh dan menatap Luhan dengan ekspresi shock itu.
“Kau, kenapa?” Tanya Luhan heran.
“Coba buka laci mu!”
“Nee??”
“Cepat buka!” pinta Jaeki dan Luhan segera menarik lacinya. “Ada sesuatu disana?” buru Jaeki penasaran.
“Tidak ada.” Luhan menggelengkan kepala.
“Tidak ada?”
“Nee. Tidak ada apa-apa. Wae?”
“Anee…” Jaeki kembali menghadap ke depan. “Apa hanya aku saja yang mendapatkannya?” batin Jaeki sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas. Tatapannya bertemu dengan tatapan Hyuri. Kedua gadis ini saling menatap selama beberapa detik lalu kompak menunduk. “Apa dia juga?” batin Jaeki lalu kembali memperhatikan Hyuri yang sudah sibuk dengan novelnya.
-------
Pemuda ini berjalan dengan penuh percaya diri. Siapa yang tidak mengenalnya? Oh Sehun. Pemuda dengan wajah tampan dan postur tubuh nyaris sempurna ini. Sehun, siswa kelas XI-A ini lumayan banyak mendapat perhatian dari para gadis. Ia tak pernah terlihat berkelompok, selalu saja terlihat sendiri kemana pun ia pergi. Hanya sesekali ia tampak bersama satu atau dua orang teman sekelasnya. Kelas XI-A adalah kelas khusus. Sehun tiba dikelasnya dan langsung duduk dibangkunya. Ia menghela nafas merasa lega lepas dari tatapan gadis-gadis itu. Sehun menarik laci mejanya dan menemukan amplop merah dengan inisial Y. Sehun mengamati amplop itu lalu melihat teman-teman sekelasnya. Mereka terlihat biasa saja. Sehun berpikir, apakah hanya ia yang mendapatkan amplop merah itu? Dan apa isi dari amplop merah ini?
***
Jam isrirahat. Murid berhamburan keluar kelas. Hyebyul dan Himchan sudah membawa baki berisi menu makan siang mereka. Keduanya berdiri mengamati murid-murid yang berada dikantin sekolah.
“Menurut mu, apa hanya kita?” Tanya Hyebyul.
“Entahlah. Tapi aku yakin bukan hanya kita. Diantara 570 murid Hwaseong Academy, kita dua diantaranya, yang terpilih.” Keduanya kemudian memilih meja dipojok.
-------
Jaeki sibuk melihat-lihat buku di perpustakaan. Ia melihat judul-judul buku yang tertata rapi dalam rak. “Omo!” Jaeki menarik tubuhnya dan bersembunyi ketika melihat Sehun yang sedang berdiri sendirian di pojok perpustakaan. Jaeki kembali mengintip Sehun. Ia mengerjapkan matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat. Sehun memainkan amplop merah, amplop yang sama seperti yang ia dapatkan pagi ini. “Dia juga mendapatkannya?” gumam Jaeki.
Jaeki bergegas keluar. “Taemin Oppa? Ah, haruskah aku bertanya padanya? Apa dia tahu tentang ini? Ck! Luhan tak mendapatkan amplop itu. Amplop merah itu, bencana atau…”
“Aau!” pekik Jaeki yang tak sengaja menabrak seseorang. Karena berjalan sambil mengoceh dalam hati, Jaeki tak memperhatikan jalan dan tak sengaja menabrak Chaebin. “Oh, jeosonghamnida, Sunbaenim.” Jaeki segera meminta ma’af.
“Lain kali hati-hati,” Chaebin memungut buku-bukunya yang terjatuh.
“Nee. Jongmal jeosonghamnida Sunbaenim.” Jaeki kemudian terkejut melihat amplop merah yang terselip dibuku Chaebin dan gadis itu segera menyembunyikannya kembali. Jaeki menelan ludah dan membetulkan letak kacamatanya menatap punggung Chaebin. “Oh Sehun dan Park Chaebin?” Tanya Jaeki sendiri.
-------
Ai duduk ditempat favoritya, taman belakang sekolah dan menghadap danau. Ponselnya ia letakan begitu saja diatas meja. Ai terus memainkan bolpoint ditangannya. Setiap kali ada pesan masuk, Ai membukanya dan segera memberi tanda centang pada deretan nama yang ia tulis rapi dalam bindernya. Jinwoon terus memperhatikan Ai dari tempat persembunyiaannya.
Junki duduk melipat tangan menatap ikebana di mejanya. Ini ikebana ketiga yang dikirim Ai. Kali ini ikebana itu disertai amplop merah dengan inisial Y. Junki menghela nafas. Ia tak bisa membiarkan hal ini berlarut-larut. Junki tak boleh membiarkan Ai memupuk subur rasa sukanya padanya.
-------
Luhan berlari menyusuri koridor dan akhirnya menemukan Jaeki. Luhan menyeret Jaeki untuk minggir. “Aku, aku menemukan ini, di loker ku!” Luhan menunjukan amplop merah berinisial Y, sama persis seperti milik Jaeki.
Mata Jaeki melebar, “kau juga?”
“Nee?? Omo, kau juga dapat?”
“Itu kenapa aku meminta mu segera membuka laci mu pagi tadi.”
“Oh. Kau dan aku, kita mendapatkannya.”
“Luhan, apa yang harus kita lakukan?”
-------
Ai hendak kembali ke kelas. Ia berjalan pelan sambil memeluk bindernya.
“Fujiwara.” Hanbyul tiba-tiba mencegat Ai.
Ai mengerutkan keningnya, “kau lagi. Sebaiknya kau tidak muncul didepan ku lagi.”
“Sudah aku katakan, aku telah mendapatkan mu, Fujiwara Ayumu! Aku tidak akan mundur lagi, mulai dari sekarang.”
Ai mengalihkan pandangannya pada Myungsoo yang datang bersama Byunghun dan Minhwan. Ketiga pemuda ini menghampiri Hanbyul dan Ai.
“Semalam kau menolong Minhwan?” Tanya Byunghun.
“Em.” Ai mengangguk.
“Hanbyul lalu Minhwan, kebetulan sekali?”
“Nee. Kebetulan itu bisa terjadi dimana saja. Iya kan, Kim Myungsoo?”
“Mwo?? Myungsoo??” Byunghun menatap Myungsoo lalu Ai.
Myungsoo maju selangkah tepat dihadapan Ai. “Sebaiknya kau tidak memakai jati diri mu sebagai wanita untuk perang ini.”
“Myungsoo, sudahlah.” Hanbyul mencoba melerai.
Ai menyincingkan senyumnya, “kau pikir aku ini Yeo-woo??” (Yeo-Woo, kata untuk rubah, merupakan kata yang oleh orang Korea diberikan kepada wanita yang terjemahan kasarnya adalah si licik pemakan pria). “You sly fox??” (You sly fox=kamu rubah licik). “Aku tidak percaya kata itu muncul dari seorang Viceroy Kim Myungsoo.”
Hanbyul menatap Minhwan dan Byunghun memberi isyarat agar mereka membantunya melerai Myungsoo dan Ai. Namun dua pemuda itu malah mengacuhkannya.
“The Vigorous Prince Kim Myungsoo, sebaiknya kau berhati-hati pada rasa penasaran mu itu dan berhenti menguntit ku.” imbuh Ai sambil tersenyum mencibir. Myungsoo benar di buat shock mendengarnya. “Let love lead the way and let the music heal your soul, the wars begin.” Ai pun pergi.
“Dia itu!” umpat Byunghun. “Hanbyul, kau, tadi apa yang kau bicarakan dengannya?”
“Sebaiknya kita mulai mempersiapkan rencana untuk Viceroy dan Red Venus. Kalian tahu, YOWL tidak bisa diremehkan begitu saja.” sahut Jungshin.
“Perangnya benar dimulai ya?” Sunghyun menatap punggung Ai. “Ini semakin menarik bukan?”
“Gadis itu, Fujiwara Ayumu, dia benar-benar mengerikan.” Ungkap Byunghun. “Ya, Myungsoo, apa benar kau menguntit Fujiwara?”
“Mwo??” Myungsoo kaget. Semua member Viceroy menatapnya heran.
-------TBC-------
matur suwun
.shytUrtle_yUi.
0 comments