¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤
05:13¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤
. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
Episode #16
“Aku pulang!” Ai memasuki rumah.
“Darimana saja? Kenapa kau begitu berkeringat?” tanya Minki.
“Duel dengan Bibi Han. Wanita itu, kuat sekali.” Ai menjatuhkan tubuhnya di sofa.
“Dengan hadiah sebuah apel?” Minki melihat apel di tangan Ai. Minki kemudian duduk di samping Ai.
“Oppa, apa maksudnya jika tiba-tiba seorang lelaki menyerah?”
“Em? Apel itu, apa ada hubungannya dengan pertanyaan mu?”
“Memberikan apel merah ini pada ku, memangnya aku ini Ryuk apa?”
“Ryuk??”
“Oppa tahu shinigami, dewa kematian dalam film Death Note? Ryuk, dia suka sekali apel merah, apel...”
“Berarti memang mirip dengan mu bukan?”
“Oppa...” Ai memukul lengan Minki yang tertawa geli.
“Apel itu pemberian siapa?”
“Jang Hanbyul. Memberikan apel ini dan... apa maksudnya? Orang-orang aneh.”
“Kau yang aneh.”
“Aku?? Hah, Viceroy Jang Hanbyul, aku rasa ada yang salah pada saraf otaknya.”
Minki menghela nafas. “Jang Hanbyul, dari pertama melihatnya, aku tahu dia menyukai mu.”
“Mwo?? Oppa yakin sekali?? Itu tidak mungkin. Memang banyak kejadian kebetulan yang kami alami, tapi... aku rasa tidak mungkin dia menyukai ku. Aku rasa ini hanya taruhan Viceroy.”
“Ok, kau anggap hanya taruhan. Oppa bicara pada mu dengan melihat Jang Hanbyul sebagai sama-sama lelaki. Oppa melihatnya dengan jelas, dia, Jang Hanbyul menyukai mu.”
“Op-pa...”
“Em??”
“Tidak ada harapan bagi ku untuk Lee Junki Songsaengnim?”
“Dua laki-laki ini mulai membuat mu bimbang?”
“Hanya satu, Lee Junki Songsaengnim.”
“Kenapa kau mengelak? Sebenarnya yang membuat pikiran mu kalut adalah Jang Hanbyul bukan Lee Junki, benar tidak? Kau mengejar Lee Junki namun dia bersikap datar, lalu orang yang sering kau anggap kebetulan, Jang Hanbyul, datang di antara kalian.”
“Pertanyaan di otak ku, kenapa aku begitu menyukai Lee Junki Songsaengnim? Aku ingin dia melihat ku, memperhatikan aku. Aku melakukan semua untuk mendapatkan hal itu. Lalu ada apa dengan Jang Hanbyul?”
Minki merangkul Ai. “Cinta itu terkadang memang suka seenaknya sendiri. Seperti kupu-kupu yang bebas terbang dan hinggap pada bunga-bunga yang mekar. Kita sering kali tidak menyadari sa’at cinta hadir menyentuh hati kita, sa’at kita tahu, kita sudah berada dalam lingkaran merah cinta. Satu yang harus kau yakini, cinta itu tidak pernah menuntun kita ke jalan yang salah. Sering kali Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta, tapi Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan. Cinta adalah salah satu wujud tangan Tuhan. Bisa jadi tangan Tuhan ini tidak memberi mu orang yang kau minta namun Ia memberikan orang yang kau butuhkan. Jangan terlalu terobsesi pada Lee Junki dan jangan terlalu antipati pada Jang Hanbyul. Kau tidak akan pernah tahu bagaimana akhirnya nanti.”
“Hah... benar juga.”
“Bagaimana kalau akhirnya nanti kau malah kembali pada cinta pertama mu? Itu aku.”
“Oppa...” Ai kembali memukul lengan Minki. “Oppa, ayo kita makan apel ranum ini.”
“Kau yakin mau membaginya dengan ku? Apel merah ranum ini ibaratnya adalah hati Jang Hanbyul yang ia serahkan pada mu.”
“Ish! Oppa berlebihan.”
“Tidak mungkin dia memberi mu apel secara tiba-tiba, iya walau dia tahu shinigami Fujiwara Ayumu ini suka sekali apel merah. Menurut ku Hanbyul melambangkan hatinya adalah apel merah ranum ini dan dia telah memberikannya pada mu, sepenuhnya. Masih mau membaginya dengan ku?”
“Tentu saja. Jika apel ini mengandung guna-guna, agar tak aku sendiri yang menanggungnya.”
“Ish! Kau ini!”
“Oppa benar. Kenapa aku mengacaukan diri ku sendiri? Aku juga tidak tahu bagaimana perasaan ku esok, lusa dan hari-hari selanjutnya. Apakah aku akan tetap menyukai Lee Junki Songsaengnim atau justru akan membencinya. Begitu juga Jang Hanbyul. Jika benar Jang Hnabyul menyukai aku, maka dia juga harus menyukai Oppa juga, karena Oppa adalah orang yang sangat aku sayangi.”
“Hemm, jadi besar kemungkinan kau akan bersamanya? Jang Hanbyul?”
“Besar kemungkinan aku akan bersama Oppa karena ini kenyataan.” Keduanya tersenyum lalu Ai membagi dua apel pemberian Hanbyul dan memakannya bersama Minki.
***
Hari berganti. Sampai pada awal bulan mei. Setelah skandal di bulan april kemarin, awal bulan mei ini Hwaseong Academy Community sedikit sepi. Sekolah pun tenang. Viceroy dan YOWL seolah sedang mengalami masa tidur, perang dingin.
Pengumuman resmi di gelarnya Hwaseong Festival telah keluar. Festival akan di gelar sehari penuh pada tanggal 15 juni mendatang. Akan ada bazar dan pentas seni dari pihak sekolah dan terbuka bagi pengunjung dari murid sekolah lain dan umum. Masing-masing kelas harus berpartisipasi dalam bazar, termasuk kelas X-F.
“Kita masih punya waktu banyak untuk mempersiapkan stan kita. Lalu kalian ingin menjual produk apa untuk kelas X-F?” tanya Junki.
“Songsaengnim,” Yang Yoseob si ketua kelas angkat tangan.
“Yang Yoseob, kau ada usul?”
“Nee.” Yoseob berdiri. “Kita kelas X-F sudah mempunyai maskot, saya rasa alangkah baiknya jika kita menggunakannya.”
“Maskot?”
“Nee.” Yoseob menoleh. “Itu Fujiwara Ayumu.”
Ai yang sedari tadi sibuk membuat coretan dalam bindernya menangkat kepala mendengar namanya di sebut. Ai menatap Yoseob. “Maskot?”
“Nee. Kau dan Morning Glory Florist.” Seisi kelas menjadi ribut. “Mohon tenang.” Pinta Yoseob dan kelas menjadi tenang. “Kau adalah member kelima YOWL, ini menjadi sorotan, setidaknya kelas kita memiliki satu poin untuk di lirik. Dan belakangan baru aku tahu kau punya toko bunga, Morning Glory Florist.”
“Kau ingin kelas kita menjual bunga?” tanya Ai.
“Nee. Say With Flower, bagaimana? Setahu ku belum pernah ada yang membuka stan florist sepanjang Hwaseong Festival di gelar.”
“Ikebana, itu sangat menarik.” Sela Junki. “Aku setuju usul Yoseob.”
Mendengar Junki setuju, Ai pun tak mau menolak. “Ok. Aku akan bantu.”
“Tapi bukankah ada club Bahasa Jepang, bagaimana jika mereka juga menampilkan Ikebana?” Kibum angkat bicara.
“Kau tidak perlu khawatir. Kita tidak hanya akan menampilkan Ikebana. Ada beberapa negara yang mempunyai ciri khas dalam merangkai bunga. Kita juga akan menampilakn rangkaian bunga khas Cina, Eropa, Amerika dan beberapa negara lainnya. Kita juga bisa menampilkan mahkota bunga ala Yunani atau mencoba rangkaian ala Mesir.” Jawab Ai.
“Woa~ itu terdengar sangat menarik.” Yoseob tersenyum kagum. “Itu sangat cocok untuk Hwaseong Festival.”
“Lalu siapa yang bersedia menjadi relawan untuk membantu ku?” tanya Ai.
Wooyoung dan Kibum kompak mengangkat tangan. “Jang Wooyoung, Kim Kibum, siapa lagi?” tanya Yoseob.
Lee Chanhee –Chunji Ten Top- mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Di susul kemudian Lee Sungjeong, Lee Hongki dan terakhir pemuda paling jangkung di kelas X-F Lee Kyumin.
“Daebak! Kuartet Lee,” bisik Kibum.
“Lee Chanhee, Lee Sungjeong, Lee Hongki dan Lee Kyumin, apa ini cukup?” tanya Junki.
“Jadi hanya aku satu-satunya wanita dalam tim ini?” komentar Ai membuat seisi teman-teman sekelasnya tertawa. “Gadis di kelas ini tidak ada yang suka bunga ya?” imbuhnya membuat para gadis menunduk. “Ini cukup, Songsaengnim.” Ai tersenyum manis.
“Aku juga akan membantu.” Yoseob kemudian duduk.
“Baiklah. Ayo kita tampilkan yang terbaik, Say With Flower.” Tutup Junki.
-------
“Jadi kelas X-F akan membuka stan florist?” tanya Joongki.
“Nee. Kami akan menjual rangkaian bunga. Seperti apa Hwaseong Festival itu?”
“Ini festival budaya sekolah, dimana hal modern dan tradisi lama Korea akan di tampilkan bersama. Kau akan menemui permainan tradisional seperti ssireum (gulat), permainan khusus wanita, geunetagi (ayunan) dan tioban (jungkitan), dan ada juga kompetisi memanah.”
“Ini seperti festival Danoje?”
“Iya. Mungkin Nyonya Shin terinspirasi dari itu.”
“Woa, pasti sangat keren. Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya.”
“Sebentar lagi, kau akan melihatnya. Oya, kenapa hari ini kau ke klinik?”
“Mereka akan dengan mudah menemukan aku di tiga titik itu, aku sedikit jenuh. Lagipula ruangan Dokter tak berbau obat, disini wangi aroma terapinya, aku suka.”
Joongki tersenyum lebar. “Ayo makan.” Ia kemudian membagi bekalnya untuk Ai.
“Eum, rasa masakannya sama seperti masakan Nyonya Shin. Ini rasa masakan khas Beliau.”
Joongki terlihat shock menatap Ai. “Kau jeli sekali?”
“Tidak juga. Hanya saja Hyuri membuat ku terbiasa dengan masakan neneknya, Nyonya Shin.”
“Ini karena aku juga mendapatkan bekal dari Beliau.”
“Menyenangkan punya Nenek yang begini baik dan perhatian.”
“He’em. Makanlah.”
-------
“Say With Flower, kelas X-F sudah mengirimkan tema stan mereka. Mereka akan membuka stan florist? Apa ini ide Jiyoo Fujiwara?” Daehyun mengomel sendiri.
“Ma’af, Jiyoo Fujiwara?” tanya Myungsoo yang kebetulan sedang menyerahkan tema stan kelasnya.
“Kau menguping ku?” Daehyun menatap curiga Myungsoo.
“Kau menggerutu terlalu keras.” Myungsoo membela diri.
“Ck! Hah, apa Jiyoo Fujiwara akan menampilkan ikebana?” gumam Daehyun lagi.
“Ikebana?” sahut Joonghun yang juga berada di kantor Dewan Senior. “Apakah stan club Bahasa Jepang bisa berdampingan dengan kelas X-F?” pintanya.
“Ma’af, kami tidak bisa. Ibu Presedir meminta urutan sesuai kelas tidak acak seperti tahun kemarin.” Jawab Taemin. “Untuk club di beri stan sendiri bersama club sekolah lainnya.”
“Wah, sayang sekali.” Sesal Joonghun.
-------
“Ya, apa benar yang aku dengar jika Joonghun Sunbaenim meminta stan club Bahasa Jepang di sandingkan dengan stan kelas X-F?” tanya Chaerin.
“Kenapa sampai seperti itu?” tanya Gyuri.
“Kelas X-F membuka stan apa sampai ketua club Bahasa Jepang meminta bersanding dengan kelas X-F?” sambung Soojung.
“Say With Flower, itu tema stan kelas X-F. Mereka akan membuka stan florist dan ini akan menjadi stan florist pertama sepanjang sejarah di gelarnya Hwaseong Festival.” Terang Jieun.
“Begitu saja di buat heboh.” Komentar Chaerin.
“Lalu kenapa Joonghun Sunbaenim ingin bersanding dengan stan kelas X-F?” tanya Yiyoung.
“Yang aku dengar mereka akan menampilkan Ikebana.”
“Ikebana? Seni merangkai bunga dari Jepang?” sela Soojung.
“Nee. Kalian tidak tahu jika Fujiwara Ayumu itu punya toko bunga yang terkenal dengan keindahan Ikebananya? Morning Glory Florist dan Fujiwara sendiri yang membuat Ikebana di sana.”
Keempat member Red Venus kaget mendengarnya.
***
Sejak berjanji tidak akan terus mengejar Ai, Hanbyul hanya memperhatikan gadis itu dari kejauhan saja. Hanbyul selalu memperhatikan segala tingkah Ai dan tak jarang mengambil foto-foto gadis itu.
Hari berganti hari. Viceroy dan Red Venus makin giat berlatih. Gerakan dance mereka semakin sempurna begitu juga permainan band mereka.
Begitu juga YOWL dan timnya. YOWL dan timnya juga semakin rapi mengemas persiapana pertunjukan mereka. Semua duduk beristirahat. Wonbin duduk di ujung panggung memperhatikan semua. Ia tersenyum sendiri melihat Ai sibuk ngobrol dengan Gahee dan Junki. Wonbin kemudian menatap Minhyuk yang asik bercengkrama dengan Hyuri, Jaeki, Luhan, Chaebin dan Sunggyu. Wonbin beralih pada Jaejoong yang ngobrol bersama Himchan dan Hyebyul. Sejenak pandangan Wonbin terhenti pada Hyebyul.
“Apa tidak ada yang mengingatnya?” keluh Jaejin membuyarkan lamunan Wonbin. Wonbin beralih menatap Jaejin yang memasang ekspresi kesal. “Bahkan yang punya hajat juga terlihat santai. Apa dia juga tidak mengingatnya?” Jaejin memperhatikan Ai. “Minki Hyung, Kibum dan Wooyoung, mereka lama sekali, ck!”
“Ya Tuhan! Baru aku ingat.” Ucap Wonbin tiba-tiba membuat Jaejin beralih menatapnya heran.
Wonbin kemudian berdiri di atas panggung dan meraih gitarnya. Jaejin duduk di pinggir panggung memperhatikan Wonbin. Wonbin mulai mengelus gitar rock elektriknya dan menyita perhatian semua orang yang berada dalam basecamp. Wonbin memainkan lagu selamat ulang tahun versi rock. Jaejin tersenyum lebar dan memberikan dua jempolnya untuk Wonbin yang masih beraksi di atas panggung. Minhyuk langsung menepuk jidatnya sendiri. Jaejoong pun terlihat baru menyadari sesuatu. Ai tersenyum melihat Wonbin melakukan aksi solo guitar di atas panggung. Wonbin menampilkan solo permainan gitarnya selama 00.02.09. Semua pun bertepuk tangan sa’at Wonbin mengakhiri permainan gitarnya.
“Saengil chukae, Wacky Way, Ai,” ucap Wonbin sambil tersenyum manis membuat semua mata tertuju pada Ai. Mereka tidak tahu jika hari ini adalah hari ulang tahun Ai, 5 mei.
Minki masuk bersama Kibum dan Wooyoung membawa tart dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Sunggyu ikut bernyanyi kemudian di ikuti oleh yang lain. Mereka kompak menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Ai. Ai terharu dan berusaha menahan air matanya agar tak jatuh. Minki membawa tart di tangannya ke hadapan Ai. Ai tersenyum dan terharu lalu meniup lilin pada tart. Semua bertepuk tangan. Yongbae kemudian membawa masuk timnya yang menbawa hidangan lezat dan segera menatanya di atas meja yang sudah di siapkan sebelumnya. Satu per satu member YOWL bergantian memberi ucapan selamat dan memeluk Ai. Semua pun menikmati hidangan yang sudah di sajikan.
Ai duduk di ujung panggung dan tersenyum melihat rekan-rekannya. Ponsel Ai berdering. Muncul nama Jinyoung di layar. Ai menraik nafas lalu membuangnya cepat dan meneriman panggilan itu. Jinyoung dan Hyunjung memberi ucapan selamat pada Ai. Jinyoung lah yang mengirim masakan lezat itu untuk mendukung tim YOWL tepat di hari ulang tahun Ai.
“Gomawo, Appa,” Ai mengusap air matanya yang menetes dan segera beralih membelakangi rekan-rekannya. “Nee, jika aku butuh sesuatu, aku akan bilang. Nee, kamsahamnida.” Ai mengakhiri panggilan dan menunduk mengusap air matanya.
---------
Ai mengantar Junki dan Gahee keluar. Gahee memeluk Ai dan kembali mengucapkan selamat ulang tahun lalu masuk lebih dulu ke mobil.
“Selamat ulang tahun, Fujiwara. Ma’af aku tidak bisa memberi mu kado apa-apa,” Junki sebelum pergi.
“Kehadiran Bapak setiap kami latihan adalah hadiah yang sangat besar bagi ku. Terima kasih,” Ai membungkuk di depan Junki.
“Aku pergi.”
Ai mengangguk. Rekan-rekan YOWL juga mulai berpamitan. Mereka memberi selamat pada Ai yang berdiri di dekat pintu. Ai tersenyum lebar dan menghela nafas melihat rekan-rekan YOWL berjalan pulang.
“Kau senang?” Jaejin berdiri di samping Ai.
“Ini yang terindah, sungguh.”
“Aku bisa melihatnya dari senyum mu itu. Senyum seperti ini sangat jarang terlihat di wajah mu.”
“Ish!” Ai merangkul Jaejin. “Sobat ku, terima kasih.”
“Ck! Kau itu payah! Bagaimana bisa kau lupa pada hari ulang tahun mu sendiri? Padahal hari ulang tahun mu bertepatan dengan perayaan Danoje dan hari terbaik sepanjang tahun!”
“Mianhae, tapi kalian sudah mengingatkan aku.”
Jaejin tersenyum lebar dan merangkul Ai berjalan masuk.
-------
Ai membuka pintu rumahnya. “Saengil chukae!!!” Daehyun tiba-tiba muncul mengejutkan Ai. Ai benar di buat shock melihat Daehyun dan Euichul berada di dalam rumahnya.
“Bagaimana kalian bisa disini?”
“Aku yang meminta mereka tinggal.” Terang Minki. “Gawat jika tim YOWL melihat Daehyun datang.” Daehyun tersenyum dan mengangguk antusias membenarkan.
“Selamat ulang tahun adik ku,” Euichul memeluk Ai.
“Selamat ulang tahun Jiyoo Fujiwara,” gantian Daehyun memeluk Ai.
“Bisakah kau berhenti memanggilnya Jiyoo Fujiwara?” protes Minki dan Daehyun hanya nyengir menanggapinya.
“Jiyoo, Omma membuat sup untuk mu. Aku sudah memanaskannya, ayo kita makan.” Ajak Euichul.
“Eum... sedap sekali. Ayo kita makan!” Ai bersemangat.
“Oya, Jiyoo Fujiwara, tadi ada seseorang yang mengirim ini.” Daehyun memberikan amplop coklat itu pada Ai. “Kado dari fans mu juga terus berdatangan. Daebak.”
Ai hanya tersenyum menanggapinya dan melanjutkan makan.
Jinwoon sibuk menatap monitor laptopnya. Hyunjung menghampiri Jinwoon. “Apa ini?” tanya Hyunjung.
“Fanpage YOWL.”
“YOWL? Oh. Kau tidak ikut bersama Euichul dan Daehyun?”
“Aku tidak seberani itu Omma. Aku belum siap.”
Hyunjung mengelus pundak Jinwoon. “Jiyoo pasti memahaminya lebih dari yang kau duga.”
“Nee. Pasti sangat menyenangkan di sana.”
--------
Ai berkutat dengan laptopnya. Ia melihat halaman resmi YOWL. Begitu banyak kiriman selamat ulang tahun untuknya. Hal serupa juga menyerbu akun pribadi Ai. Ai berusaha membalas semua ucapan selamat yang sampai padanya. Ia kemudian teringat pada amplop coklat yang di berikan Daehyun. Ai membuka amplop itu yang ternyata berisi satu keping CD. Ai mengamati CD itu dan menduga-duga apa isinya. Ai penasaran dan memutarnya.
To my black shining star The Wacky Way of YOWL, Ai ^_^
Tulisan itu menyambut Ai. Ai mengerutkan dahi, penasaran apa sebenarnya isi dari CD ini. Mata bulat Ai melebar melihat Hanbyul muncul di video rekaman dalam CD itu.
“Annyeong...” Hanbyul tersenyum dan melambaikan tangan. “Kau ingat aku? Iya ini aku Jang Hanbyul. Hah, jujur saja aku ingin menemui mu secara langsung tapi aku sudah janji karenanya aku menahan diri. Happy birthday nae saranghaneun chingu, Fujiwara Ayumu.”
Hanbyul kemudian menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Ai. Senyum kecil terkembang di wajah Ai melihat Hanbyul menyanyi untuknya.
“Yeah, once again, happy birthday Fujiwara Ayumu. Wish you all the best. Dan harapan terbesar ku adalah, kau akan selalu mengingat ku. Segeralah kembali seperti Fujiwara yang sebelumnya. Bicara pada ku.” Hanbyul kembali tersenyum. “Ma’af. Tapi aku ingin kau kembali mengingatnya, aku sudah mendapatkan mu Fujiwara Ayumu. Aku tidak akan mundur dan tetap menunggu mu.” Hanbyul menuding lalu melakukan wink.
Berikutnya adalah kumpulan foto-foto Ai yang berhasil di kumpulkan Hanbyul. Hanbyul merangkumnya dalam sebuah video dengan menggunakan backsound lagu ‘LED Apple-Yeah’ lengkap dengan liriknya. Ai tercengang melihat foto-fotonya. Ada foto sa’at di Namsan juga.
“Anak ini. Pasti benar telah terjadi kesalahan pada saraf otaknya,” gumam Ai setelah melihat keseluruhan isi dari hadiah yang di kirim Hanbyul untuknya.
***
Ai terkejut sa’at terbangun pagi ini. Ruang tamu di penuhi beberapa kado. Jumlah kiriman kado tahun ini lebih banyak dari tahun sebelumnya. Minki masuk sambil membawa tumpukan kado lagi membuat Ai ternganga.
Pos Moonsik tempat ia menjaga gerbang juga di penuhi kado membuat murid yang berjalan masuk menatapnya heran.
“Woa! Paman, kenapa begitu banyak kado di sini?” Daehyun yang baru datang bersama Taemin.
“Sejak gerbang di buka, banyak yang menitipkan kado-kado ini.”
“Apa ini kado-kado yang di kirim untuk pertandingan persahabatan nanti?” tanya Taemin.
“Sebanyak ini?” Daehyun balik bertanya.
“Lumayan banyak yang mengidolakan tim basket sekolah kita.”
Moonsik tersenyum lebar, “Nona Fujiwara!” panggilnya pada Ai yang baru sampai bersama Kibum dan Wooyoung. Ai pun mendekat. Ia juga Kibum dan Wooyoung menatap heran tumpukan kado-kado itu. “Kado-kado ini di kirim untuk mu.”
“Nee??” Ai terkejut begitu juga Daehyun dan Taemin.
“Jiyoo Fujiwara, semua ini... untuk mu?? Daebak!!” Daehyun menggelengkan kepala.
“Di rumah juga sudah penuh,” Kibum menggelengkan kepala.
“Sepertinya akan terus bertambah.” Kata Moonsik.
“Paman bisa bantu aku mengurusnya?” pinta Ai.
“Dengan senang hati. Aku akan menampung semua yang datang untuk Nona.”
Ai tersenyum tulus, “kamsahamnida. Nanti aku akan meminta Minki Oppa mengambilnya.”
“Jiyoo Fujiwara, ayo kita foto!” Daehyun mengajak Ai foto di depan tumpukan kado yang sengaja di kirim untuk Ai. Mereka pun foto bersama.
Rising star or rising sun of Hwaseong Academy? Lihat! Begitu banyak perhatian untuknya, Fujiwara Ayumu. Bahkan Paman Lee mengatakan, “Sepertinya akan terus bertambah.” Benar-benar membuat iri :3
Daehyun menulis kata-kata itu di atas foto yang ia unggah ke dalam Hwaseong Academy Community. Foto Daehyun bersama Ai di depan tumpukan kado ini pun segera menjadi pusat perhatian para pengunjung setia Hwaseong Academy Community. Komentar pun bermunculan.
“Menurut perkembangan berita yang aku terima, jumlah kado yang di kirim untuk Fujiwara sudah melebihi jumlah kiriman kado untuk Myungsoo juga member Stardust.” Kata Minhwan.
“Benarkah? Wah, itu keren!” puji Sunghyun.
“Ada yang dari Jepang, Cina dan Thailand. Benarkah dia setenar ini?”
“Bukankah itu wajar? Fujiwara berasal dri Jepang dan sebelumnya ia menghilang selama delapan bulan untuk mencari jati diri. Yang aku dengar dia mengunjung Jepang, Cina dan Thailand selama delapan bulan itu.” Komentar Jungshin.
“Dalam waktu sesingkat itu bisa mendapatkan begini banyak perhatian? Apa ini bukan rekayasa?” Byunghun sangsi.
“Apa untungnya merekayasa hal demikian? Membuang banyak biaya. Itu bukan kebiasaan Ai yang aku kenal,” bela Sunghyun.
“Jumlah kiriman kado untuk Fujiwara melebihi jumlah kiriman kado untuk Yiyoung?” Chaerin tak percaya usai membaca update news terbaru.
“Bahkan melebihi Myungsoo dan Stardust.” Soojung menimpali.
“Ada kiriman dari Jepang, Cina dan Thailand juga.” Imbuh Gyuri.
“Kalian berlebihan sekali. Bukankah itu wajar? Selama delapan bulan Ai meninggalkan Korea, ia menghabiskan waktunya di Jepang, Cina dan Thailand. Pasti dia mendapat banyak teman di sana.” Terang Jieun.
“Ya! Kau ini Yowlism kah?” tanya Chaerin.
“Bukan. Itu fakta yang di ketahui banyak orang, walau bukan Yowlism.” Jieun tersenyum manis lalu pergi.
Soojung memperhatikan Yiyoung yang terlihat kesal.
***
Sementara murid-murid meributkan masalahsepele tentang kado untuk Ai, club basket sekolah sedang mempersiapkan diri untuk pertandingan persahabatan hari ini.
“Aku mohon bantu aku, please.....” Hyuri memelas di depan Ai.
“Tidak mau!” tolak Ai.
“Ya, Ai. Kau ini pelit sekali! Apa susahnya menemani Hyuri meliput jalannya pertandingan persahabatan hari ini? Dan membantunya mengambil beberapa foto. Bukankah kau memang punya bakat di sana?” Kibum membela Hyuri. “Sewaktu SMP kau juga tergabung dalam tim wartawan sekolah. Hasil jepretan mu selalu mendapat pujian.” Imbuhnya.
“Ayolah Ai bantu aku. Bantu memotret saja... ya... ya... please....” Hyuri kembali memelas.
“Nona...” Wooyoung ikut memelas.
“Ayolah Ai...” Kibum pun ikut mendesak.
“Huft... baiklah!”
“Hore!!!” Hyuri bertepuk tangan riang begitu juga Kibum.
Hyuri memimpin langkah Ai, Kibum dan Wooyoung. Lapangan basket indoor sudah di penuhi penonton. Kibum dan Wooyoung mencari tempat duduk di tribun yang masih kosong. Hanbyul dan timnya sudah bersiap di pinggir lapangan. Begitu juga tim lawan. Hyuri meminta izin untuk meliput jalannya pertandingan di pinggir lapangan dan sekaligus memperkenalkan Ai sebagai fotografernya. Hanbyul tersenyum lebar melihat Ai datang. Ini adalah tugas pertama yang Hyuri terima dari club jurnalistik. Hyuri menolak bantuan rekan sesama clubnya karena ia sebenarnya ingin membawa Ai untuk melihat pertandingan ini, Hanbyul. Member Viceroy dan Red Venus duduk bersama untuk memberi dukungan. Mereka heran melihat Hyuri dan Ai muncul lengkap dengan tanda pengenal dari club jurnalistik. Myungsoo terus memperhatikan Ai lalu Hanbyul. Entah kenapa ia kesal di buatnya. Sunghyun yang menyadari hal itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Myungsoo lalu menatap Hyuri. Ia memperhatikan gadis itu terus dan terus.
Pertandingan pun di mulai. Wooyoung dan Kibum duduk di tribun penonton. Hyuri berdiri di tepi lapangan siap dengan notenya sedang Ai yang sedari tadi sudah sibuk mengambil beberapa gambar terlihat sibuk dengan kameranya. Empat member Red Venus menatap kesal Ai yang leluasa berjalan kesana-kemari dan sibuk mengambil foto-foto para pemain yang berlaga di tengah lapangan basket. Member Stardust baru sampai. Jinwoon tersenyum melihat Ai yang sibuk sendiri dengan kameranya. Berulang kali Hanbyul mencuri pandang menatap Ai. Dan tak jarang tatapan keduanya saling bertemu. Jika Ai tetap cuek, Hanbyul tersenyum sendiri.
Ai beralih ke dekat ring. Pertandingan akan segera berakhir. Ai menuruti bisikan kata hatinya dan menunggu di dekat ring. Tak lama kemudian tim basket Hwaseong Academy melakukan serangan dan Hanbyul mencetak skor terkahir. Hanbyul melayang di udara, lalu memasukan bola dalam ring. Ai berhasil mengabadikan detik demi detik momen itu. Para pendukung tim basket Hwaseong Academy bersorak karena pertandingan persahabatan kali ini kembali di menangkan tim tuan rumah. Ai menyerahkan kamera pada Hyuri dan meninggalkan lapangan basket. Hanbyul yang sedang merayakan kemenangan menatapnya kecewa. Ia berharap Ai tetap tinggal untuk mengambil foto tim dari dua kubu. Hyuri menatap Hanbyul dan pemuda itu tersenyum tulus padanya. Hyuri pun ikut tersenyum.
***
Hanbyul dan Hyuri janjian untuk bertemu di toko buku. Keduanya bertemu dan berkeliling bersama. Tanpa di duga keduanya bertemu Myungsoo. Myungsoo diam dan menatap Hyuri juga Hanbyul yang terlihat benar terkejut melihat Myungsoo di sana.
“Myungsoo, kau juga di sini?” sapa Hanbyul.
“Apa ini?” Myungsoo balik bertanya.
“Kami janji bertemu di sini untuk mencari buku bersama.” Myungsoo masih menatap tajam Hanbyul, tatapan curiga. “Ini tak seperti yang kau pikirkan.”
“Apa yang aku pikirkan, kau tahu?”
“Kau mencurigai kami, benar kan?” tandas Hyuri. “Kau pikir aku dan Hanbyul, kami punya hubungan khusus di belakang kalian?”
“Siapa pun yang melihat keakraban kalian pasti akan berpikir demikian.”
“Aku dan Hyuri memang berteman, kami lumayan dekat.” Hanbyul kembali bicara.
“Song Hyuri.” Myungsoo menggelengkan kepala.
Hyuri berusaha menutupi rasa gugupnya dengan bersikap tenang. Ia terus mengingat bagaimana Ai bersikap.
“Song Hyuri?” suara Ai mengejutkan ketiganya.
Hanbyul dan Hyuri kompak menoleh. Keduanya terkejut melihat Ai sudah berdiri di belakang mereka dan lurus menatap keduanya.
-------TBC-------
matur suwun
.shytUrtle_yUi.
“Aku pulang!” Ai memasuki rumah.
“Darimana saja? Kenapa kau begitu berkeringat?” tanya Minki.
“Duel dengan Bibi Han. Wanita itu, kuat sekali.” Ai menjatuhkan tubuhnya di sofa.
“Dengan hadiah sebuah apel?” Minki melihat apel di tangan Ai. Minki kemudian duduk di samping Ai.
“Oppa, apa maksudnya jika tiba-tiba seorang lelaki menyerah?”
“Em? Apel itu, apa ada hubungannya dengan pertanyaan mu?”
“Memberikan apel merah ini pada ku, memangnya aku ini Ryuk apa?”
“Ryuk??”
“Oppa tahu shinigami, dewa kematian dalam film Death Note? Ryuk, dia suka sekali apel merah, apel...”
“Berarti memang mirip dengan mu bukan?”
“Oppa...” Ai memukul lengan Minki yang tertawa geli.
“Apel itu pemberian siapa?”
“Jang Hanbyul. Memberikan apel ini dan... apa maksudnya? Orang-orang aneh.”
“Kau yang aneh.”
“Aku?? Hah, Viceroy Jang Hanbyul, aku rasa ada yang salah pada saraf otaknya.”
Minki menghela nafas. “Jang Hanbyul, dari pertama melihatnya, aku tahu dia menyukai mu.”
“Mwo?? Oppa yakin sekali?? Itu tidak mungkin. Memang banyak kejadian kebetulan yang kami alami, tapi... aku rasa tidak mungkin dia menyukai ku. Aku rasa ini hanya taruhan Viceroy.”
“Ok, kau anggap hanya taruhan. Oppa bicara pada mu dengan melihat Jang Hanbyul sebagai sama-sama lelaki. Oppa melihatnya dengan jelas, dia, Jang Hanbyul menyukai mu.”
“Op-pa...”
“Em??”
“Tidak ada harapan bagi ku untuk Lee Junki Songsaengnim?”
“Dua laki-laki ini mulai membuat mu bimbang?”
“Hanya satu, Lee Junki Songsaengnim.”
“Kenapa kau mengelak? Sebenarnya yang membuat pikiran mu kalut adalah Jang Hanbyul bukan Lee Junki, benar tidak? Kau mengejar Lee Junki namun dia bersikap datar, lalu orang yang sering kau anggap kebetulan, Jang Hanbyul, datang di antara kalian.”
“Pertanyaan di otak ku, kenapa aku begitu menyukai Lee Junki Songsaengnim? Aku ingin dia melihat ku, memperhatikan aku. Aku melakukan semua untuk mendapatkan hal itu. Lalu ada apa dengan Jang Hanbyul?”
Minki merangkul Ai. “Cinta itu terkadang memang suka seenaknya sendiri. Seperti kupu-kupu yang bebas terbang dan hinggap pada bunga-bunga yang mekar. Kita sering kali tidak menyadari sa’at cinta hadir menyentuh hati kita, sa’at kita tahu, kita sudah berada dalam lingkaran merah cinta. Satu yang harus kau yakini, cinta itu tidak pernah menuntun kita ke jalan yang salah. Sering kali Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta, tapi Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan. Cinta adalah salah satu wujud tangan Tuhan. Bisa jadi tangan Tuhan ini tidak memberi mu orang yang kau minta namun Ia memberikan orang yang kau butuhkan. Jangan terlalu terobsesi pada Lee Junki dan jangan terlalu antipati pada Jang Hanbyul. Kau tidak akan pernah tahu bagaimana akhirnya nanti.”
“Hah... benar juga.”
“Bagaimana kalau akhirnya nanti kau malah kembali pada cinta pertama mu? Itu aku.”
“Oppa...” Ai kembali memukul lengan Minki. “Oppa, ayo kita makan apel ranum ini.”
“Kau yakin mau membaginya dengan ku? Apel merah ranum ini ibaratnya adalah hati Jang Hanbyul yang ia serahkan pada mu.”
“Ish! Oppa berlebihan.”
“Tidak mungkin dia memberi mu apel secara tiba-tiba, iya walau dia tahu shinigami Fujiwara Ayumu ini suka sekali apel merah. Menurut ku Hanbyul melambangkan hatinya adalah apel merah ranum ini dan dia telah memberikannya pada mu, sepenuhnya. Masih mau membaginya dengan ku?”
“Tentu saja. Jika apel ini mengandung guna-guna, agar tak aku sendiri yang menanggungnya.”
“Ish! Kau ini!”
“Oppa benar. Kenapa aku mengacaukan diri ku sendiri? Aku juga tidak tahu bagaimana perasaan ku esok, lusa dan hari-hari selanjutnya. Apakah aku akan tetap menyukai Lee Junki Songsaengnim atau justru akan membencinya. Begitu juga Jang Hanbyul. Jika benar Jang Hnabyul menyukai aku, maka dia juga harus menyukai Oppa juga, karena Oppa adalah orang yang sangat aku sayangi.”
“Hemm, jadi besar kemungkinan kau akan bersamanya? Jang Hanbyul?”
“Besar kemungkinan aku akan bersama Oppa karena ini kenyataan.” Keduanya tersenyum lalu Ai membagi dua apel pemberian Hanbyul dan memakannya bersama Minki.
***
Hari berganti. Sampai pada awal bulan mei. Setelah skandal di bulan april kemarin, awal bulan mei ini Hwaseong Academy Community sedikit sepi. Sekolah pun tenang. Viceroy dan YOWL seolah sedang mengalami masa tidur, perang dingin.
Pengumuman resmi di gelarnya Hwaseong Festival telah keluar. Festival akan di gelar sehari penuh pada tanggal 15 juni mendatang. Akan ada bazar dan pentas seni dari pihak sekolah dan terbuka bagi pengunjung dari murid sekolah lain dan umum. Masing-masing kelas harus berpartisipasi dalam bazar, termasuk kelas X-F.
“Kita masih punya waktu banyak untuk mempersiapkan stan kita. Lalu kalian ingin menjual produk apa untuk kelas X-F?” tanya Junki.
“Songsaengnim,” Yang Yoseob si ketua kelas angkat tangan.
“Yang Yoseob, kau ada usul?”
“Nee.” Yoseob berdiri. “Kita kelas X-F sudah mempunyai maskot, saya rasa alangkah baiknya jika kita menggunakannya.”
“Maskot?”
“Nee.” Yoseob menoleh. “Itu Fujiwara Ayumu.”
Ai yang sedari tadi sibuk membuat coretan dalam bindernya menangkat kepala mendengar namanya di sebut. Ai menatap Yoseob. “Maskot?”
“Nee. Kau dan Morning Glory Florist.” Seisi kelas menjadi ribut. “Mohon tenang.” Pinta Yoseob dan kelas menjadi tenang. “Kau adalah member kelima YOWL, ini menjadi sorotan, setidaknya kelas kita memiliki satu poin untuk di lirik. Dan belakangan baru aku tahu kau punya toko bunga, Morning Glory Florist.”
“Kau ingin kelas kita menjual bunga?” tanya Ai.
“Nee. Say With Flower, bagaimana? Setahu ku belum pernah ada yang membuka stan florist sepanjang Hwaseong Festival di gelar.”
“Ikebana, itu sangat menarik.” Sela Junki. “Aku setuju usul Yoseob.”
Mendengar Junki setuju, Ai pun tak mau menolak. “Ok. Aku akan bantu.”
“Tapi bukankah ada club Bahasa Jepang, bagaimana jika mereka juga menampilkan Ikebana?” Kibum angkat bicara.
“Kau tidak perlu khawatir. Kita tidak hanya akan menampilkan Ikebana. Ada beberapa negara yang mempunyai ciri khas dalam merangkai bunga. Kita juga akan menampilakn rangkaian bunga khas Cina, Eropa, Amerika dan beberapa negara lainnya. Kita juga bisa menampilkan mahkota bunga ala Yunani atau mencoba rangkaian ala Mesir.” Jawab Ai.
“Woa~ itu terdengar sangat menarik.” Yoseob tersenyum kagum. “Itu sangat cocok untuk Hwaseong Festival.”
“Lalu siapa yang bersedia menjadi relawan untuk membantu ku?” tanya Ai.
Wooyoung dan Kibum kompak mengangkat tangan. “Jang Wooyoung, Kim Kibum, siapa lagi?” tanya Yoseob.
Lee Chanhee –Chunji Ten Top- mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Di susul kemudian Lee Sungjeong, Lee Hongki dan terakhir pemuda paling jangkung di kelas X-F Lee Kyumin.
“Daebak! Kuartet Lee,” bisik Kibum.
“Lee Chanhee, Lee Sungjeong, Lee Hongki dan Lee Kyumin, apa ini cukup?” tanya Junki.
“Jadi hanya aku satu-satunya wanita dalam tim ini?” komentar Ai membuat seisi teman-teman sekelasnya tertawa. “Gadis di kelas ini tidak ada yang suka bunga ya?” imbuhnya membuat para gadis menunduk. “Ini cukup, Songsaengnim.” Ai tersenyum manis.
“Aku juga akan membantu.” Yoseob kemudian duduk.
“Baiklah. Ayo kita tampilkan yang terbaik, Say With Flower.” Tutup Junki.
-------
“Jadi kelas X-F akan membuka stan florist?” tanya Joongki.
“Nee. Kami akan menjual rangkaian bunga. Seperti apa Hwaseong Festival itu?”
“Ini festival budaya sekolah, dimana hal modern dan tradisi lama Korea akan di tampilkan bersama. Kau akan menemui permainan tradisional seperti ssireum (gulat), permainan khusus wanita, geunetagi (ayunan) dan tioban (jungkitan), dan ada juga kompetisi memanah.”
“Ini seperti festival Danoje?”
“Iya. Mungkin Nyonya Shin terinspirasi dari itu.”
“Woa, pasti sangat keren. Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya.”
“Sebentar lagi, kau akan melihatnya. Oya, kenapa hari ini kau ke klinik?”
“Mereka akan dengan mudah menemukan aku di tiga titik itu, aku sedikit jenuh. Lagipula ruangan Dokter tak berbau obat, disini wangi aroma terapinya, aku suka.”
Joongki tersenyum lebar. “Ayo makan.” Ia kemudian membagi bekalnya untuk Ai.
“Eum, rasa masakannya sama seperti masakan Nyonya Shin. Ini rasa masakan khas Beliau.”
Joongki terlihat shock menatap Ai. “Kau jeli sekali?”
“Tidak juga. Hanya saja Hyuri membuat ku terbiasa dengan masakan neneknya, Nyonya Shin.”
“Ini karena aku juga mendapatkan bekal dari Beliau.”
“Menyenangkan punya Nenek yang begini baik dan perhatian.”
“He’em. Makanlah.”
-------
“Say With Flower, kelas X-F sudah mengirimkan tema stan mereka. Mereka akan membuka stan florist? Apa ini ide Jiyoo Fujiwara?” Daehyun mengomel sendiri.
“Ma’af, Jiyoo Fujiwara?” tanya Myungsoo yang kebetulan sedang menyerahkan tema stan kelasnya.
“Kau menguping ku?” Daehyun menatap curiga Myungsoo.
“Kau menggerutu terlalu keras.” Myungsoo membela diri.
“Ck! Hah, apa Jiyoo Fujiwara akan menampilkan ikebana?” gumam Daehyun lagi.
“Ikebana?” sahut Joonghun yang juga berada di kantor Dewan Senior. “Apakah stan club Bahasa Jepang bisa berdampingan dengan kelas X-F?” pintanya.
“Ma’af, kami tidak bisa. Ibu Presedir meminta urutan sesuai kelas tidak acak seperti tahun kemarin.” Jawab Taemin. “Untuk club di beri stan sendiri bersama club sekolah lainnya.”
“Wah, sayang sekali.” Sesal Joonghun.
-------
“Ya, apa benar yang aku dengar jika Joonghun Sunbaenim meminta stan club Bahasa Jepang di sandingkan dengan stan kelas X-F?” tanya Chaerin.
“Kenapa sampai seperti itu?” tanya Gyuri.
“Kelas X-F membuka stan apa sampai ketua club Bahasa Jepang meminta bersanding dengan kelas X-F?” sambung Soojung.
“Say With Flower, itu tema stan kelas X-F. Mereka akan membuka stan florist dan ini akan menjadi stan florist pertama sepanjang sejarah di gelarnya Hwaseong Festival.” Terang Jieun.
“Begitu saja di buat heboh.” Komentar Chaerin.
“Lalu kenapa Joonghun Sunbaenim ingin bersanding dengan stan kelas X-F?” tanya Yiyoung.
“Yang aku dengar mereka akan menampilkan Ikebana.”
“Ikebana? Seni merangkai bunga dari Jepang?” sela Soojung.
“Nee. Kalian tidak tahu jika Fujiwara Ayumu itu punya toko bunga yang terkenal dengan keindahan Ikebananya? Morning Glory Florist dan Fujiwara sendiri yang membuat Ikebana di sana.”
Keempat member Red Venus kaget mendengarnya.
***
Sejak berjanji tidak akan terus mengejar Ai, Hanbyul hanya memperhatikan gadis itu dari kejauhan saja. Hanbyul selalu memperhatikan segala tingkah Ai dan tak jarang mengambil foto-foto gadis itu.
Hari berganti hari. Viceroy dan Red Venus makin giat berlatih. Gerakan dance mereka semakin sempurna begitu juga permainan band mereka.
Begitu juga YOWL dan timnya. YOWL dan timnya juga semakin rapi mengemas persiapana pertunjukan mereka. Semua duduk beristirahat. Wonbin duduk di ujung panggung memperhatikan semua. Ia tersenyum sendiri melihat Ai sibuk ngobrol dengan Gahee dan Junki. Wonbin kemudian menatap Minhyuk yang asik bercengkrama dengan Hyuri, Jaeki, Luhan, Chaebin dan Sunggyu. Wonbin beralih pada Jaejoong yang ngobrol bersama Himchan dan Hyebyul. Sejenak pandangan Wonbin terhenti pada Hyebyul.
“Apa tidak ada yang mengingatnya?” keluh Jaejin membuyarkan lamunan Wonbin. Wonbin beralih menatap Jaejin yang memasang ekspresi kesal. “Bahkan yang punya hajat juga terlihat santai. Apa dia juga tidak mengingatnya?” Jaejin memperhatikan Ai. “Minki Hyung, Kibum dan Wooyoung, mereka lama sekali, ck!”
“Ya Tuhan! Baru aku ingat.” Ucap Wonbin tiba-tiba membuat Jaejin beralih menatapnya heran.
Wonbin kemudian berdiri di atas panggung dan meraih gitarnya. Jaejin duduk di pinggir panggung memperhatikan Wonbin. Wonbin mulai mengelus gitar rock elektriknya dan menyita perhatian semua orang yang berada dalam basecamp. Wonbin memainkan lagu selamat ulang tahun versi rock. Jaejin tersenyum lebar dan memberikan dua jempolnya untuk Wonbin yang masih beraksi di atas panggung. Minhyuk langsung menepuk jidatnya sendiri. Jaejoong pun terlihat baru menyadari sesuatu. Ai tersenyum melihat Wonbin melakukan aksi solo guitar di atas panggung. Wonbin menampilkan solo permainan gitarnya selama 00.02.09. Semua pun bertepuk tangan sa’at Wonbin mengakhiri permainan gitarnya.
“Saengil chukae, Wacky Way, Ai,” ucap Wonbin sambil tersenyum manis membuat semua mata tertuju pada Ai. Mereka tidak tahu jika hari ini adalah hari ulang tahun Ai, 5 mei.
Minki masuk bersama Kibum dan Wooyoung membawa tart dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Sunggyu ikut bernyanyi kemudian di ikuti oleh yang lain. Mereka kompak menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Ai. Ai terharu dan berusaha menahan air matanya agar tak jatuh. Minki membawa tart di tangannya ke hadapan Ai. Ai tersenyum dan terharu lalu meniup lilin pada tart. Semua bertepuk tangan. Yongbae kemudian membawa masuk timnya yang menbawa hidangan lezat dan segera menatanya di atas meja yang sudah di siapkan sebelumnya. Satu per satu member YOWL bergantian memberi ucapan selamat dan memeluk Ai. Semua pun menikmati hidangan yang sudah di sajikan.
Ai duduk di ujung panggung dan tersenyum melihat rekan-rekannya. Ponsel Ai berdering. Muncul nama Jinyoung di layar. Ai menraik nafas lalu membuangnya cepat dan meneriman panggilan itu. Jinyoung dan Hyunjung memberi ucapan selamat pada Ai. Jinyoung lah yang mengirim masakan lezat itu untuk mendukung tim YOWL tepat di hari ulang tahun Ai.
“Gomawo, Appa,” Ai mengusap air matanya yang menetes dan segera beralih membelakangi rekan-rekannya. “Nee, jika aku butuh sesuatu, aku akan bilang. Nee, kamsahamnida.” Ai mengakhiri panggilan dan menunduk mengusap air matanya.
---------
Ai mengantar Junki dan Gahee keluar. Gahee memeluk Ai dan kembali mengucapkan selamat ulang tahun lalu masuk lebih dulu ke mobil.
“Selamat ulang tahun, Fujiwara. Ma’af aku tidak bisa memberi mu kado apa-apa,” Junki sebelum pergi.
“Kehadiran Bapak setiap kami latihan adalah hadiah yang sangat besar bagi ku. Terima kasih,” Ai membungkuk di depan Junki.
“Aku pergi.”
Ai mengangguk. Rekan-rekan YOWL juga mulai berpamitan. Mereka memberi selamat pada Ai yang berdiri di dekat pintu. Ai tersenyum lebar dan menghela nafas melihat rekan-rekan YOWL berjalan pulang.
“Kau senang?” Jaejin berdiri di samping Ai.
“Ini yang terindah, sungguh.”
“Aku bisa melihatnya dari senyum mu itu. Senyum seperti ini sangat jarang terlihat di wajah mu.”
“Ish!” Ai merangkul Jaejin. “Sobat ku, terima kasih.”
“Ck! Kau itu payah! Bagaimana bisa kau lupa pada hari ulang tahun mu sendiri? Padahal hari ulang tahun mu bertepatan dengan perayaan Danoje dan hari terbaik sepanjang tahun!”
“Mianhae, tapi kalian sudah mengingatkan aku.”
Jaejin tersenyum lebar dan merangkul Ai berjalan masuk.
-------
Ai membuka pintu rumahnya. “Saengil chukae!!!” Daehyun tiba-tiba muncul mengejutkan Ai. Ai benar di buat shock melihat Daehyun dan Euichul berada di dalam rumahnya.
“Bagaimana kalian bisa disini?”
“Aku yang meminta mereka tinggal.” Terang Minki. “Gawat jika tim YOWL melihat Daehyun datang.” Daehyun tersenyum dan mengangguk antusias membenarkan.
“Selamat ulang tahun adik ku,” Euichul memeluk Ai.
“Selamat ulang tahun Jiyoo Fujiwara,” gantian Daehyun memeluk Ai.
“Bisakah kau berhenti memanggilnya Jiyoo Fujiwara?” protes Minki dan Daehyun hanya nyengir menanggapinya.
“Jiyoo, Omma membuat sup untuk mu. Aku sudah memanaskannya, ayo kita makan.” Ajak Euichul.
“Eum... sedap sekali. Ayo kita makan!” Ai bersemangat.
“Oya, Jiyoo Fujiwara, tadi ada seseorang yang mengirim ini.” Daehyun memberikan amplop coklat itu pada Ai. “Kado dari fans mu juga terus berdatangan. Daebak.”
Ai hanya tersenyum menanggapinya dan melanjutkan makan.
Jinwoon sibuk menatap monitor laptopnya. Hyunjung menghampiri Jinwoon. “Apa ini?” tanya Hyunjung.
“Fanpage YOWL.”
“YOWL? Oh. Kau tidak ikut bersama Euichul dan Daehyun?”
“Aku tidak seberani itu Omma. Aku belum siap.”
Hyunjung mengelus pundak Jinwoon. “Jiyoo pasti memahaminya lebih dari yang kau duga.”
“Nee. Pasti sangat menyenangkan di sana.”
--------
Ai berkutat dengan laptopnya. Ia melihat halaman resmi YOWL. Begitu banyak kiriman selamat ulang tahun untuknya. Hal serupa juga menyerbu akun pribadi Ai. Ai berusaha membalas semua ucapan selamat yang sampai padanya. Ia kemudian teringat pada amplop coklat yang di berikan Daehyun. Ai membuka amplop itu yang ternyata berisi satu keping CD. Ai mengamati CD itu dan menduga-duga apa isinya. Ai penasaran dan memutarnya.
To my black shining star The Wacky Way of YOWL, Ai ^_^
Tulisan itu menyambut Ai. Ai mengerutkan dahi, penasaran apa sebenarnya isi dari CD ini. Mata bulat Ai melebar melihat Hanbyul muncul di video rekaman dalam CD itu.
“Annyeong...” Hanbyul tersenyum dan melambaikan tangan. “Kau ingat aku? Iya ini aku Jang Hanbyul. Hah, jujur saja aku ingin menemui mu secara langsung tapi aku sudah janji karenanya aku menahan diri. Happy birthday nae saranghaneun chingu, Fujiwara Ayumu.”
Hanbyul kemudian menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Ai. Senyum kecil terkembang di wajah Ai melihat Hanbyul menyanyi untuknya.
“Yeah, once again, happy birthday Fujiwara Ayumu. Wish you all the best. Dan harapan terbesar ku adalah, kau akan selalu mengingat ku. Segeralah kembali seperti Fujiwara yang sebelumnya. Bicara pada ku.” Hanbyul kembali tersenyum. “Ma’af. Tapi aku ingin kau kembali mengingatnya, aku sudah mendapatkan mu Fujiwara Ayumu. Aku tidak akan mundur dan tetap menunggu mu.” Hanbyul menuding lalu melakukan wink.
Berikutnya adalah kumpulan foto-foto Ai yang berhasil di kumpulkan Hanbyul. Hanbyul merangkumnya dalam sebuah video dengan menggunakan backsound lagu ‘LED Apple-Yeah’ lengkap dengan liriknya. Ai tercengang melihat foto-fotonya. Ada foto sa’at di Namsan juga.
“Anak ini. Pasti benar telah terjadi kesalahan pada saraf otaknya,” gumam Ai setelah melihat keseluruhan isi dari hadiah yang di kirim Hanbyul untuknya.
***
Ai terkejut sa’at terbangun pagi ini. Ruang tamu di penuhi beberapa kado. Jumlah kiriman kado tahun ini lebih banyak dari tahun sebelumnya. Minki masuk sambil membawa tumpukan kado lagi membuat Ai ternganga.
Pos Moonsik tempat ia menjaga gerbang juga di penuhi kado membuat murid yang berjalan masuk menatapnya heran.
“Woa! Paman, kenapa begitu banyak kado di sini?” Daehyun yang baru datang bersama Taemin.
“Sejak gerbang di buka, banyak yang menitipkan kado-kado ini.”
“Apa ini kado-kado yang di kirim untuk pertandingan persahabatan nanti?” tanya Taemin.
“Sebanyak ini?” Daehyun balik bertanya.
“Lumayan banyak yang mengidolakan tim basket sekolah kita.”
Moonsik tersenyum lebar, “Nona Fujiwara!” panggilnya pada Ai yang baru sampai bersama Kibum dan Wooyoung. Ai pun mendekat. Ia juga Kibum dan Wooyoung menatap heran tumpukan kado-kado itu. “Kado-kado ini di kirim untuk mu.”
“Nee??” Ai terkejut begitu juga Daehyun dan Taemin.
“Jiyoo Fujiwara, semua ini... untuk mu?? Daebak!!” Daehyun menggelengkan kepala.
“Di rumah juga sudah penuh,” Kibum menggelengkan kepala.
“Sepertinya akan terus bertambah.” Kata Moonsik.
“Paman bisa bantu aku mengurusnya?” pinta Ai.
“Dengan senang hati. Aku akan menampung semua yang datang untuk Nona.”
Ai tersenyum tulus, “kamsahamnida. Nanti aku akan meminta Minki Oppa mengambilnya.”
“Jiyoo Fujiwara, ayo kita foto!” Daehyun mengajak Ai foto di depan tumpukan kado yang sengaja di kirim untuk Ai. Mereka pun foto bersama.
Rising star or rising sun of Hwaseong Academy? Lihat! Begitu banyak perhatian untuknya, Fujiwara Ayumu. Bahkan Paman Lee mengatakan, “Sepertinya akan terus bertambah.” Benar-benar membuat iri :3
Daehyun menulis kata-kata itu di atas foto yang ia unggah ke dalam Hwaseong Academy Community. Foto Daehyun bersama Ai di depan tumpukan kado ini pun segera menjadi pusat perhatian para pengunjung setia Hwaseong Academy Community. Komentar pun bermunculan.
“Menurut perkembangan berita yang aku terima, jumlah kado yang di kirim untuk Fujiwara sudah melebihi jumlah kiriman kado untuk Myungsoo juga member Stardust.” Kata Minhwan.
“Benarkah? Wah, itu keren!” puji Sunghyun.
“Ada yang dari Jepang, Cina dan Thailand. Benarkah dia setenar ini?”
“Bukankah itu wajar? Fujiwara berasal dri Jepang dan sebelumnya ia menghilang selama delapan bulan untuk mencari jati diri. Yang aku dengar dia mengunjung Jepang, Cina dan Thailand selama delapan bulan itu.” Komentar Jungshin.
“Dalam waktu sesingkat itu bisa mendapatkan begini banyak perhatian? Apa ini bukan rekayasa?” Byunghun sangsi.
“Apa untungnya merekayasa hal demikian? Membuang banyak biaya. Itu bukan kebiasaan Ai yang aku kenal,” bela Sunghyun.
“Jumlah kiriman kado untuk Fujiwara melebihi jumlah kiriman kado untuk Yiyoung?” Chaerin tak percaya usai membaca update news terbaru.
“Bahkan melebihi Myungsoo dan Stardust.” Soojung menimpali.
“Ada kiriman dari Jepang, Cina dan Thailand juga.” Imbuh Gyuri.
“Kalian berlebihan sekali. Bukankah itu wajar? Selama delapan bulan Ai meninggalkan Korea, ia menghabiskan waktunya di Jepang, Cina dan Thailand. Pasti dia mendapat banyak teman di sana.” Terang Jieun.
“Ya! Kau ini Yowlism kah?” tanya Chaerin.
“Bukan. Itu fakta yang di ketahui banyak orang, walau bukan Yowlism.” Jieun tersenyum manis lalu pergi.
Soojung memperhatikan Yiyoung yang terlihat kesal.
***
Sementara murid-murid meributkan masalahsepele tentang kado untuk Ai, club basket sekolah sedang mempersiapkan diri untuk pertandingan persahabatan hari ini.
“Aku mohon bantu aku, please.....” Hyuri memelas di depan Ai.
“Tidak mau!” tolak Ai.
“Ya, Ai. Kau ini pelit sekali! Apa susahnya menemani Hyuri meliput jalannya pertandingan persahabatan hari ini? Dan membantunya mengambil beberapa foto. Bukankah kau memang punya bakat di sana?” Kibum membela Hyuri. “Sewaktu SMP kau juga tergabung dalam tim wartawan sekolah. Hasil jepretan mu selalu mendapat pujian.” Imbuhnya.
“Ayolah Ai bantu aku. Bantu memotret saja... ya... ya... please....” Hyuri kembali memelas.
“Nona...” Wooyoung ikut memelas.
“Ayolah Ai...” Kibum pun ikut mendesak.
“Huft... baiklah!”
“Hore!!!” Hyuri bertepuk tangan riang begitu juga Kibum.
Hyuri memimpin langkah Ai, Kibum dan Wooyoung. Lapangan basket indoor sudah di penuhi penonton. Kibum dan Wooyoung mencari tempat duduk di tribun yang masih kosong. Hanbyul dan timnya sudah bersiap di pinggir lapangan. Begitu juga tim lawan. Hyuri meminta izin untuk meliput jalannya pertandingan di pinggir lapangan dan sekaligus memperkenalkan Ai sebagai fotografernya. Hanbyul tersenyum lebar melihat Ai datang. Ini adalah tugas pertama yang Hyuri terima dari club jurnalistik. Hyuri menolak bantuan rekan sesama clubnya karena ia sebenarnya ingin membawa Ai untuk melihat pertandingan ini, Hanbyul. Member Viceroy dan Red Venus duduk bersama untuk memberi dukungan. Mereka heran melihat Hyuri dan Ai muncul lengkap dengan tanda pengenal dari club jurnalistik. Myungsoo terus memperhatikan Ai lalu Hanbyul. Entah kenapa ia kesal di buatnya. Sunghyun yang menyadari hal itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Myungsoo lalu menatap Hyuri. Ia memperhatikan gadis itu terus dan terus.
Pertandingan pun di mulai. Wooyoung dan Kibum duduk di tribun penonton. Hyuri berdiri di tepi lapangan siap dengan notenya sedang Ai yang sedari tadi sudah sibuk mengambil beberapa gambar terlihat sibuk dengan kameranya. Empat member Red Venus menatap kesal Ai yang leluasa berjalan kesana-kemari dan sibuk mengambil foto-foto para pemain yang berlaga di tengah lapangan basket. Member Stardust baru sampai. Jinwoon tersenyum melihat Ai yang sibuk sendiri dengan kameranya. Berulang kali Hanbyul mencuri pandang menatap Ai. Dan tak jarang tatapan keduanya saling bertemu. Jika Ai tetap cuek, Hanbyul tersenyum sendiri.
Ai beralih ke dekat ring. Pertandingan akan segera berakhir. Ai menuruti bisikan kata hatinya dan menunggu di dekat ring. Tak lama kemudian tim basket Hwaseong Academy melakukan serangan dan Hanbyul mencetak skor terkahir. Hanbyul melayang di udara, lalu memasukan bola dalam ring. Ai berhasil mengabadikan detik demi detik momen itu. Para pendukung tim basket Hwaseong Academy bersorak karena pertandingan persahabatan kali ini kembali di menangkan tim tuan rumah. Ai menyerahkan kamera pada Hyuri dan meninggalkan lapangan basket. Hanbyul yang sedang merayakan kemenangan menatapnya kecewa. Ia berharap Ai tetap tinggal untuk mengambil foto tim dari dua kubu. Hyuri menatap Hanbyul dan pemuda itu tersenyum tulus padanya. Hyuri pun ikut tersenyum.
***
Hanbyul dan Hyuri janjian untuk bertemu di toko buku. Keduanya bertemu dan berkeliling bersama. Tanpa di duga keduanya bertemu Myungsoo. Myungsoo diam dan menatap Hyuri juga Hanbyul yang terlihat benar terkejut melihat Myungsoo di sana.
“Myungsoo, kau juga di sini?” sapa Hanbyul.
“Apa ini?” Myungsoo balik bertanya.
“Kami janji bertemu di sini untuk mencari buku bersama.” Myungsoo masih menatap tajam Hanbyul, tatapan curiga. “Ini tak seperti yang kau pikirkan.”
“Apa yang aku pikirkan, kau tahu?”
“Kau mencurigai kami, benar kan?” tandas Hyuri. “Kau pikir aku dan Hanbyul, kami punya hubungan khusus di belakang kalian?”
“Siapa pun yang melihat keakraban kalian pasti akan berpikir demikian.”
“Aku dan Hyuri memang berteman, kami lumayan dekat.” Hanbyul kembali bicara.
“Song Hyuri.” Myungsoo menggelengkan kepala.
Hyuri berusaha menutupi rasa gugupnya dengan bersikap tenang. Ia terus mengingat bagaimana Ai bersikap.
“Song Hyuri?” suara Ai mengejutkan ketiganya.
Hanbyul dan Hyuri kompak menoleh. Keduanya terkejut melihat Ai sudah berdiri di belakang mereka dan lurus menatap keduanya.
-------TBC-------
matur suwun
.shytUrtle_yUi.
0 comments