Fan Fiction FF

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

05:24

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 

. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
 
 Episode #12

Would you be my star? Kami YOWL secara resmi melamar Anda. Kami mengaharapkan kerjasama ini. Menerima atau menolak, kami menunggunya 010-XXXX-XXXX
                                                                                                            -YOWL-

Hyebyul menghela nafas usai membaca ulang isi dari amplop merah yang ia dapatkan pagi ini.

“Aku sudah mengirim pesan pada nomer itu,” kata Himchan, “ayo kita pulang!”
“Secepat itu kau memutuskannya? Kau akan bergabung dengan YOWL?”
“Kenapa jika itu YOWL? Apa kau berharap Viceroy yang melamar kita? Itu tidak akan pernah terjadi. Aku tidak ingin mempengaruhi pikiran mu. Terserah kau mau menerima atau menolaknya. Ayo pulang!” Himchan berjalan keluar.
 Hyebyul kembali menghela nafas panjang. Ia merapikan barang-barangnya lalu menyusul langkah Himchan.
-------

Suasana sekolah mulai sepi. Jaeki dan Luhan duduk dibangku yang terletak dibawah denah sekolah. Keduanya memperhatikan murid-murid yang berjalan keluar meninggalkan sekolah.

“Oh Sehun dan Park Chaebin Sunbaenim, apa mereka menerima lamaran YOWL ini? Apa mereka mengirim SMS pada nomer ini?” Tanya Luhan.
“Entahlah. Aku hanya tahu keduanya mendapatkan amplop yang sama, seperti kita. Luhan, sekarang bagaimana? Menurut mu, apa yang harus kita lakukan?”
“Aku akan menerimanya.”
“Mwo??”
“Terlibat dalam even besar tahunan sekolah, siapa yang tak tertarik?”
“Tapi ini YOWL.”
“Kau berharap Viceroy? Terus saja bermimpi. Viceroy hanya untuk Red Venus dan begitu sebaliknya.”
“Bukan begitu. Kenapa YOWL melamar kita? Kau, aku, Sehun dan Chaebin Sunbaenim, kita semua, apa yang YOWL inginkan dari kita?”
Chaebin dan Sunggyu melintas. Tak lama kemudian Hyebyul dan Himchan juga pulang bersama, melintas didepan Jaeki dan Luhan.
“Rencana apa yang mereka susun?” gumam Luhan.
“Lihat! Itu YOWL!” tuding Jaeki pada kelima member YOWL yang pulang bersama Kibum, Wooyoung dan Hyuri. “Song Hyuri tampak begitu nyaman bersama mereka.”
“Mungkin YOWL benar-benar orang-orang yang bisa membuat nyaman.”
“Nee??”
“Ayo kita pulang!”
***

Hyuri memasuki rumahnya. Ia menghentikan langkahnya dan mengamati Nyonya Shin. Nenek itu senyum-senyum sambil memperhatikan ikebana di depannya.

“Halmoni mendapatkannya lagi?” Tanya Hyuri.
“Kemarilah.” Hyuri pun mendekat. “Bukan mendapatkannya tapi aku menjadi pelanggan Morning Glory Florist sekarang.”
“Nee??”
“Aku bercanda. Hari ini Fujiwara kembali mengirim ikebana krisan kuning ini untuk ku. Dia meminta restu untuk memulai pertarungan YOWL dengan Viceroy. Kau turut andil?”
“Ai menolak lamaran Viceroy dan juga urung melamar Stardust, aku tidak tahu apa rencananya. Dan jika andil, aku bisa jadi apa? Ah, Halmoni benar mengawasi semua ini?”
“Bukankah ini sangat menyenangkan? Aku sangat bersemangat menyambutnya, kau tidak? lekas ganti baju dan temani nenek.”
“Nee.” Hyuri bergegas menuju kamarnya. Usai ganti baju, Hyuri memuntahkan seluruh isi tasnya. “Apa ini?” Hyuri memungut amplop merah dengan inisial Y dan membukanya. Mata Hyuri melebar, ia terkejut membaca isi surat amplop tersebut.
-------

“Ess, aku masih tidak paham pada pernyataan Fujiwara. Pandangannya tertuju pada Sunghyun lalu Myungsoo. Apa terjadi sesuatu juga pada kalian?” tanya Byunghun.
“Ok! Aku akan jujur sekarang. Aku sebenarnya sering melihat pertunjukan YOWL di club kecil milik Paman Yoo Jaesuk, tempat YOWL biasa manggung. Aku boleh di katakan mengenal Ai sejak setahun yang lalu, sebelum dia pergi meninggalkan Korea dan YOWL.” terang Sunghyun membuat teman-temannya melongo.
“Jadi kau banyak tahu tentang berandalan itu namun kau pura-pura tidak tahu, ha?!”
“Ma’af, aku tak sengaja melihat pertunjukan mereka lalu aku tertarik dan beberapa kali datang berkunjung. Aku tak banyak tahu tentang mereka, tapi mereka memang sangat tenar, dijalanan. Lagi pula jika aku mengatakan aku mengenal salah satu personel YOWL, apa kalian akan percaya?”
“Kau bahkan diam sa’at YOWL berulah menyembunyikan member kelima mereka.”
“Jika aku mengatakan semua maka permainan tidak akan seru bukan?”
“Ck! Anak ini!” Byunghun beralih menatap Myungsoo. “Lalu, apa yang terjadi padamu?”
“Sunghyun sudah berkata jujur. Aku juga Hanbyul juga sama. Kau jika ada sesuatu dengan YOWL, Fujiwara khususnya, tak mau kah kau jujur pada kami?” Minhwan urun suara.
Sunghyun tersenyum menatap Myungsoo. “Gadis pengamen misterius di Hongdae yang menarik perhatian Myungsoo adalah Fujiwara Ayumu, Ai, member kelima YOWL,” terang Sunghyun tanpa seijin Myungsoo. Myungsoo menatap tajam Sunghyun. “Kau atau aku yang akan melanjutkannya?”
Myungsoo menghela nafas, “benar yang dikatakan Sunghyun, begitulah adanya. Aku terkesan pada pertunjukan gadis itu. Dia terlihat misterius, bahkan aku tidak bisa melihat wajahnya,” Myungsoo tersenyum mengenang pertemuan pertamanya dengan Ai. “Aku membayar untuk pertunjukannya, dia mengatakan itu terlalu banyak dan aku menolak, lalu dia mengatakan jika dia berhutang pertunjukan pada ku. Lalu baik aku juga dia tahu jika aku adalah Viceroy dan dia YOWL, dia mengembalikan uang itu pada ku dan mengatakan untuk bersiap pada perang baru kita.”
“Wah, Romeo and Juliet?” komentar Minhwan. “Apa kalian jatuh cinta?” Minhwan dengan polosnya dan segera ditertawakan oleh rekan-rekannya.
“Ckckck! Apa yang terjadi padamu? Kau tidak pernah bersikap demikian sebelumnya pada gadis-gadis disekitar mu.” Byunghun heran.
“Karena dia berbeda, dia jadi menarik,” komentar Hanbyul.
“Aku hanya menyukai pertunjukannya, itu saja.” bantah Myungsoo.
“Bagaimana dengan kesan misterius?” goda Sunghyun.
“Itu cover yang semakin memperindah tampilannya bukan?” sambung Jungshin.
“Kalian!” Myungsoo kesal.
“Kalau aku, pertama kali melihatnya, aku terkesan. Dia tidak pernah ragu setiap bertatap muka dengan seseorang, sikapnya tegas, dingin dan datar, tidak akan mudah meraba bagaimana dia. Itu membuat ku penasaran. Gadis seperti apa Fujiwara Ayumu itu?” Ungkap Byunghun. “Ya, bagaimana kalau kita taruhan?”
“Mwo??” mulut Minhwan membulat. “Taruhan??”
“Diantara kita berenam, siapa yang berhasil menakhlukan gadis itu, Fujiwara Ayumu.”
“Itu tidak adil untuknya.” Tolak Sunghyun.
“Kau sadar pada ucapan mu itu?” tanya Myungsoo.
“Tapi kedengarannya menarik.” Sahut Jungshin. “Yang aku dengar dia bisa melihat hantu bukan? Dia berbicara dengan hantu di toilet siswi kelas X. Aku tidak yakin ini akan berhasil, tapi aku akan mencobanya.”
“Kau ikut? That’s good!” Byunghun menyambut baik.
“Apa yang harus aku lakukan?” gumam Minhwan.
“Bagaimana dengan kalian? Woo Sunghyun, Kim Myungsoo, Jang Hanbyul?” tanya Byunghun.
“Permainan konyol!” kata Sunghyun.
“Itu gila!” komentar Myungsoo.
“Ini benar tidak adil untuk Fujiwara, seperti kata Sunghyun.” Komentar Hanbyul.
“Ya, Byunghun, jika benar taruhan, lalu saatu diantara kita ada yang benar menyukai Fujiwara dan Fujiwara juga menyukainya, bagaimana? Itu semacam karma mengerikan bukan? Seorang Viceroy jatuh cinta pada seorang YOWL? Romeo and Juliet versi Hwaseong Academy.” Minhwan menggelengkan kepalanya.
“Jika itu terjadi…” Byunghun diam sejenak, “yang lain harus merelakan. Kita bukan penjajah, jika itu terjadi maka Tuhan sedang menunjukan kuasa-Nya yaitu cinta bisa tumbuh dimana saja baik itu diatas perbedaan sekali pun. Perasaan itu sangat hakus dan cinta itu layaknya angin yang bisa berhembus ke dalam hati siapa saja.”
“Dan itu tandanya semua manusia adalah sama, kenapa kita jadi bersitegang dengan YOWL?” kata Sunghyun.
“Ok! Kita akan bekerja individual, sendiri-sendiri. Dan ingat, ini hanya permainan jadi jangan sampai kalian melibatkan perasaan kalian tapi jika itu terjadi,,, ah, kita pikirkan nanti. Kita harus sportif.”
“Bukannya yang lain harus merelakan?” Minhwan meralat.
“Oh, iya, yang lain harus sportif dan merelakan. Yang setuju atau tidak, semua punya hak untuk maju. Perang akan di mulai besok. So, good luck guys!” tutup Byunghun.
***

Ai sibuk dengan kartu-kartu diatas meja. Ia sedang meramal. Ai terlihat sangat serius. “Kau sedang meramal? Ramal aku juga ya?” pinta Jaejin yang sudah duduk tepat didepan Ai.
“Kau masih melakukannya? Setelah pengembaraan mu, kau kembali dan masih percaya dengan semua ini?” tanya Minhyuk.
“Beberapa yang pernah Ai baca dari kartu-kartu ini benar adanya bukan?”
“Itu kebetulan saja, menurut ku.”
“Kau sedang meramal YOWL?” tanya Wonbin.
“Global. Hah, apa-apa’an ini?” Ai menggerutu.
“Buruk ya?” tanya Jaejin.
“Ai, apa ini?” Jaejoong datang membawa binder yang seharian ini di bawa kemana-mana oleh Ai.
“Mereka adalah orang-orang yang kita lamar.” Ai membereskan kartu-kartunya. “Yang aku beri tanda centang yang sudah memberikan respon.”
Jaejin dan Minhyuk merebut binder Ai dan membacanya bersama. “Centang berarti setuju bergabung?” tanya Jaejin.
“Bukan, tapi yang sudah mengirim pesan saja pada ku.”
“Tidak ada yang terkenal kecuali Oh Sehun. Dia mengirim pesan pada mu?” tanya Minhyuk.
“Nee, tapi belum pasti gabung.”
“Tapi, kapan kau melamar mereka?” tanya Jaejoong.
“Kau ingat kardus yang di bawa Yongbae waktu itu?”
“Amplop merah keramat?” kata Jaejin.
“Nee, itu adalah amplop berisi lamaran YOWL untuk mereka.”
“Aa, sistem gerilya? Anak ini benar-benar. Tapi apa benar kau memantrainya?” tanya Minhyuk.
“Kau pikir aku ini penyihir apa? Memantrai amplop-amplop itu.” Minhyuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Aku hanya menggunakan kekuatan warna merah dari YOWL. Keberanian dan cinta yang tulus, itu saja. Semoga berhasil.”
“Lalu, apa yang harus kami lakukan?” tanya Wonbin.
“Kau merencanakan semua ini dan perlahan membayar keterpurukan YOWL, apa yang bisa aku lakukan?” kata Jaejoong.
“Ini hanya apa yang ada di otak ku, Daehyun atas nama sekolah sudah memberi wadah jadi kita harus memanfa’atkannya dengan baik. Dua bulan efektif, itu yang perlu kita lakukan bersama patner kita. Dan aku tidak mau melihat ekspresi buruk kalian lagi.”
“Ekspresi buruk kami?” tanya Minhyuk.
“Sa’at pertama kali tampil di sekolah, ada apa dengan kalian?”
“Oh, itu. Melihat penonton itu, kita di sekolah, aku jadi sedikit canggung.” Jawab Jaejoong.
“Jujur saja memang sedikit gugup. Selama ini YOWL di pandang miring dan hari itu adalah pertama kali kita menunjukan siapa kita.” sambung Jaejin.
“Sedikit merasa di adili.” Imbuh Wonbin.
“Memangnya kau tidak merasa demikian?” tanya Jaejoong.
“Entahlah. Terasa biasa saja.” jawab Ai.
“Kau itu wanita bukan? Datar sekali pada segala hal.” Jaejin merangkul Ai yang hanya tersenyum menanggapi olokannya.
“Lalu, apa isi ramalan tadi? Buruk ya?” tanya Wonbin.
“Ah, tidak ada.” Ai tersenyum manis.
***

Hyuri melemparkan amplop merah ke meja tempat Ai merangkai bunga. Ai tak bergeming dan tetap melanjutkan merangkai bunga. Hyuri menghela nafas kesal menarik kursi dan duduk disamping Ai.

“Menolak atau menerima, kau tahu aturannya bukan?” kata Ai.
“Kenapa aku juga di lamar?”
“Tidak bisa di jelaskan sekarang.”
“Jadi, aku juga harus mengikuti aturan mainnya?”
“Em.” Ai mengangguk.
“Ck! Anak ini!” Hyuri mengambil ponselnya dan sibuk mengetik pesan.

Ai bangkit dari duduknya karena ada pelanggan yang datang. “Selamat datang di Morning Glory Florist, ada yang bisa saya bantu?” sapa Ai ramah. Jungshin berbalik menghadap Ai dan tersenyum manis. Melihat salah satu member Viceroy mengunjungi toko bunga miliknya, Ai tetap bereaksi datar.
“Anda mencari bunga? Untuk hadiah? Atau ucapan selamat? Atau yang lain?” tanya Ai sopan.
“Aku sedang mengagumi seseorang, bunga apa yang pantas untuk aku berikan padanya?”
Hyuri mengintip dan kaget melihat Jungshin datang berkunjung ke florist milik Ai. “Untuk apa dia kemari? Hanya kebetulan atau sengaja?” gumam Hyuri.
“Dia perempuan?”
“Tentu saja, apa mungkin dia laki-laki dan aku memberinya bunga?”
“Bunga bisa diberikan pada siapa saja, baik laki-laki atau perempuan.” Ai tersenyum tulus.
“Oh, ma’af. Iya dia perempuan.”
“Eum, bunga matahari, mewakili jika Anda selalu mengaguminya, aku selalu memandang mu dimana pun kau berada. Tapi memberi kiriman bunga matahari bukan hal umum. Bagaimana kalau bunga daisy kuning? Bentuknya lebih kecil dan lebih cantik tampilannya dari bunga matahari. Artinya matahari bersinar di wajah mu, kuning lambang semangat dan kegembiraan, keceriaan. Aku rasa itu cocok mewakili perasaan Anda sa’at ini.”
“Baiklah. Aku ambil daisy kuning. Lalu berapakah jumlah yang harus aku beli untuk menyatakan jika aku tertarik pada gadis itu?”
“Lima tangkai.”
“Baiklah, aku ambil lima tangkai bunga daisy kuning.”
“Baik, mohon tunggu sebentar. Ah, Anda ingin pita warna apa?”
“Kuning saja.”
“Baiklah. Mohon ditunggu sebentar.”


“Untuk apa dia kemari?” tanya Hyuri usai Ai melayani Jungshin.
“Membeli bunga.”
“Iya aku tahu! Mana mungkin dia kemari untuk membeli buku!” Hyuri sewot dan Ai tersenyum melihatnya. “Aku sudah mengikuti prosedur YOWL.”
“Nee, gomapsseumnida.”
“Jiyoo, sepertinya bunga ini untuk mu.” Minki masuk sambil membawa bunga daisy kuning yang terbungkus rapi dalam plastik lengkap dengan pita warna kuning. Minki mengamati bunga itu, “sepertinya bunga ini di beli disini?”
Hyuri menatap Ai. Ia sadar itu pasti ulah Jungshin yang baru saja membelu bunga di florist Ai. Jungshin membeli bunga itu lalu sengaja meninggalkannya.
“Pasti orang ini sangat mengagumi mu dan ia sangat tertarik pada mu, itu arti dari daisy kuning bukan?” imbuh Minki.
“Mengagumi? Sangat tertarik?” Hyuri menatap Ai. Ai tak menjawab dan kembali merangkai bunga membuat Hyuri kesal.
-------

Sabtu malam YOWL menggelar konser jalanan di Hongdae. Mereka berlima tampil bersama disana. Wooyoung, Hyuri dan Kibum turut berdiri diantara kerumunan penonton. Ai bersama YOWL membawakan ‘Things I’ll Never Say-Avril Lavigne’. Myungsoo sempat melihat pada kerumunan ini ketika ia tiba namun ia langsung masuk ke dalam restorannya.

Myungsoo menjatuhkan diri di sofa. Entah perasaan apa ini. Myungsoo sangat ingin melihat pertunjukan itu namun ia gengsi. Myungsoo kembali mengambil amplop berisi uang 10.000 Won miliknya yang di kirim kembali oleh Ai. Myungsoo kemudian tersenyum sendiri.

“Jieun??” Minhyuk kaget melihat Jieun. Ia masih bertahan ditempat ia berdiri usai penonton bubar. Ketiga member YOWL yang lain juga Wooyoung, Hyuri dan Kibum ikut menatap heran Jieun.
“Gadis cantik itu sering melihat pertunjukan ku. Baru aku tahu dia adalah member Red Venus Lee Ji Eun ketika aku masuk Hwaseong Academy.” Terang Ai kemudian tersenyum manis pada Jieun yang segera mendekat.
“Annyeong…” sapa Jieun.
“Aneh rasanya melihat member Red Venus melihat pertunjukan YOWL,” kata Jaejin masih menatap heran Jieun.
“Kau sendirian?” tanya Jaejoong.
“Nee. Yiyoung dan yang lain mana ada waktu, jika ada mereka tak akan memilih Hongdae.”
“Iya, kau benar.”
“Sobat! Hari ini aku akan mentraktir kalian semua makan malam.” Ai sudah menyangklet gitarnya. “Termasuk Lee Jieun Sunbaenim.”
“Aku juga?? Ah, gomawo.” Jieun tersenyum riang.
“Ai, jangan katakan kau…” belum selesai Kibum bicara, Ai sudah memasuki restoran milik Nyonya Kim, Ibunda Myungsoo.
“Anak itu!” Minhyuk menyusul masuk.
Ai memilih meja panjang di pojok yang cukup untuk mereka bersembilan. Jieun terlihat nyaman berada diantara YOWL dan teman-temannya.
“Apa??” Myungsoo kaget mendengar laporan salah satu pelayannya. Pelayan itu mengatakan bahwa teman-teman Myungsoo sedang makan bersama di restoran. Myungsoo penasaran, apakah mungkin itu YOWL? Diam-diam Myungsoo mengintip. Ia keget melihat Jieun duduk diantara geng YOWL. Pantas saja jika si pelayan mengatakan teman-teman Myungsoo karena ia melihat Jieun disana. Jantung Myungsoo terasa copot ketika ia menyadari jika Ai menatap ke arahnya dan menyadari keberadaan Myungsoo. Ai tersenyum pada Myungsoo yang segera menarik diri kembali ke kantornya.
“Hah… gadis macam apa dia?? Bagaimana bisa dia menemukannku?” gumam Myungsoo sendiri.
-------

Sunghyun tersenyum usai membaca pesan singkat yang dikirim Myungsoo padanya. “Ai dan YOWL makan malam di restoran Myungsoo,” kata Sunghyun.
“Mwo?? Mereka di Hongdae??” tanya Minhwan.
“Mereka makan malam bersama di restoran Bibi Kim usai menggelar pertunjukan di Hongdae dan… Jieun ada bersama mereka.”
“Jieun?? Untuk apa dia bersama YOWL?? Ah, jangan-jangan YOWL memaksa Jieun untuk mentraktir mereka makan malam?”
“Byunghun, tujuan mu mengadakan taruhan itu, apakah ini?” tanya Sunghyun. “Kau menduga Myungsoo menyukai Fujiwara?”
“Kau tidak bodoh kan? Iya, karena itu.” Byunghun membenarkan.
“Tapi melibatkan yang lain bukanlah ide baik.”
“Simpel saja, jika benar dia suka, biarkan dia bertindak. Karena jika tidak, dia akan kalah dari yang lain.”
“Kau ini! Apa kau sudah memperhitungkan resikonya?”
“Aku luput dan tak mengetahui perihal kau dan Fujiwara, aku tidak mau lalai lagi.”
“Dasar!”
“Hari ini kau berkunjung ke Morning Glory Florist, Lee Jungshin?” tanya Byunghun.
“Kau menyebar mata-mata?” tanya Jungshin.
“Hanya penasaran pada tempat itu, aku sendiri ke sana dan melihat mu keluar dari toko bunga itu. Aku urung untuk masuk. Kau benar tertarik pada Fujiwara?”
“Aku hanya membeli bunga.”
“Tapi kau meninggalkannya disana dan seorang pria memungutnya kembali.”
“Itu pasti Lee Minki Hyung.” Sahut Sunghyun.
“Lee Minki??”
“Legenda rock jalanan. Dia adalah mantan member Road Sky.”
“Mwo?? Road Sky?? Band rock kebanggaan Korea??” Minhwan benar tak percaya.
“Nee, tentunya sebelum Road Sky tenar seperti sekarang.”
“Oh, satu lagi fakta mengejutkan dari Fujiwara dan YOWL.” komentar Byunghun. “Jadi kau hanya membeli bunga? Lalu untuk apa kau tinggalkan lagi?”
“Aku tertarik pada kemampuan Fujiwara. Benarkah dia bisa bicara dengan hantu?”
“Wow! Teman-teman ku mulai bergerak? Jadi hanya aku yang ketinggalan?”
“Aku belum melakukan apa-apa dan aku tak tahu harus melakukan apa.” Kata Minhwan pesimis.
“Walau aku orang yang tak punya motif tapi aku mulai khawatir pada hokum wanita menarik pria.”
“Hah, Hanbyul. Kemana dia pergi?” Sunghyun mengalihkan obrolan.
-------

Minki baru sampai. Ia kaget melihat mobil sport warna merah terpakir didepan kediamannya. Minki mengamati pemuda jangkung yang berdiri menyandarkan punggung pada tembok. Minki segera menghampirinya.

“Kau teman Ai?” tanya Minki.
“Oh, nee.” Hanbyul tersenyum manis.
“Kau pasti sudah lama disini.” Minki sambil mengamati Hanbyul dari atas ke bawah. “Ai dan YOWL menggelar konser jalanan di Hongdae, harusnya sudah selesai. Mereka mungkin ada di basecamp kini. Kau mau aku mengantar mu kesana? Karena kemungkinan Ai akan pulang karut atau mungkin tidak pulang dan tidur di basecamp.”
“Mwo??” Hanbyul kaget mendengar penjelasan Minki.
“Sepertinya kau bukan teman dekat Ai ya? Kenapa kau kaget mendengarnya? Siapa kau ini?”
“Ah, aku… aku Jang Hanbyul dan benar aku belum terlalu mengenal Fujiwara. Kalau begitu aku pergi dulu.” Hanbyul pamit pergi.
“Hah! Bukankah dia Viceroy? Ada apa dengan anak-anak ini?” Minki kemudian menaiki tangga.
“Oppa!” Ai berlari kecil menyusul. “Oppa baru pulang?”
“Kau juga.”
“Ma’af, aku memberikan layanan pada seorang fans malam ini hehehe…” Ai berjalan dibelakang Minki.
“Jang Hanbyul, dia baru saja pergi. Sepertinya dia sudah lama berdiri menunggu disini.”
“Nee?? Jang Han-byul??”
“Em.” Minki melanjutkan berjalan membelakangi Ai.
“Jang Hanbyul? Untuk apa dia kemari?” gumam Ai.
“Sepertinya mencari mu.”
“Mencari ku??”
***

Drap! Drap! Drap! Ai berlari menghindari Joongki. Ia masuk ke dalam ruang ganti dan segera menuju celah paling pojok diantara deretan lemari (loker). Ai menghentikan langkahnya disana, duduk mengatur nafas.

“Oh, kapchagi!” Ai benar kaget ketika menoleh dan mendapati Hanbyul duduk disana menatap heran padanya.
“Fujiwara?” Hanbyul melepas headset yang bertengger di kedua telinganya. Ai memberi isyarat agar Hanbyul diam. Hanbyul menurut dan diam. Setelah beberapa sa’at Ai memastikan kondisi aman.
“Hah…” Ai menyamankan posisi duduknya.
“Bagaimana bisa kau masuk ruang ganti pria?” tanya Hanbyul.
Ai mengamati ruangan dimana dia berada. Baru ia sadari jika ia masuk ruang ganti murid laki-laki. “Aku sedang menghindari seseorang dan ruangan ini sedikit terbuka, aku masuk saja. Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini?”
“Sama seperti mu, aku juga sedang menghindari seseorang. Ada guru yang tak kau suka?”
“Nee. Aku pura-pura sakit, sialnya Dokter Song berada di klinik hari ini, susah payah aku kabur darinya. Dokter itu lebih mengerikan dari guru killer di sekolah ini. Ini benar-benar sial, keluar dari mulut harimau masuk ke mulut singa.”
Hanbyul tersenyum memperhatikan Ai. Gadis ini, Hanbyul mengagumi kesederhanaan Ai. “Kau berhasil lolos, itu hebat.”
“Oh, hehe… menurut mereka itu keahlian ku, melarikan diri dan menghilang. Predikat yang buruk bukan?”
“Apa kau benar sakit?”
Ai melepas tangan kanannya yang memegang perutnya.  “Aku baik saja,” Ai mengamati ponselnya.

From Song Hyuri: Joongki Oppa bilang kau kabur? Dimana kau sekarang? Oppa bilang kau sakit? Cepatlah kembali ke klinik!!!

“Anak ini! Apa dia sama sekali tak merasa menyesal telah berbuat ini pada ku?” gerutu Ai dan lagi-lagi sukses membuat Hanbyul tersenyum kagum. “Ma’af, apa kau punya air? Aku harus minum obat ku, aku lupa sarapan pagi ini dan… akhirnya aku harus minum obat lagi… aku tidak bisa mengunyahnya begitu saja, itu akan membuat ku muntah.”
Hanbyul berdiri dan mengulurkan tangan. “Kaja! Aku jamin kau aman. Melarikan diri di jam pelajaran adalah keahlian ku.”

Ai tersenyum dan meraih tangan Hanbyul. Hanbyul menggenggam tangan Ai dan membawanya keluar dari ruang ganti pria. Hanbyul masih menggandeng tangan Ai, mengendap-endap untuk menghindari petugas tata tertib. Hanbyul menarik Ai kebawah tangga dan membawa gadis itu masuk keruang sempit tempat menyimpan alat kebersihan ketika ia melihat petugas tata tertib. Ruangan ini terlalu sempit untuk mereka berdua. Dan entah sadar atau tidak, Hanbyul memeluk Ai dengan tangan kirinya sedang tangan kananya masih menggenggam tangan Ai. Suara langkah itu semakin jauh kemudian tak terdengar lagi. Hanbyul juga Ai tersenyum lega dan baru mereka sadari bagaimana posisi mereka dalam ruangan sempit ini. Hanbyul dan Ai sama-sama menarik diri membuat alat-alat kebersihan disekitar mereka berantakan. Hanbyul kembali membawa Ai keluar dari ruang sempit dan pengap itu.

Hanbyul berhasil membawa Ai tanpa ketahuan petugas tata tertib. Hanbyul kembali menemui Ai dan membawa sebotol air mineral. Ai segera meminum obatnya.

“Gomawo,” Ai tersenyum manis. Baru Hanbyul menyadari jika gadis itu memiliki lesung pipit di pipi kanannya.
“Kau juga punya itu?” Hanbyul menuding pipi kanan Ai.
“Nee. Kau juga bukan? Di pipi kiri mu, itu terlihat jelas walau kau tida sedang tersenyum.” Ai melihat jam tangannya. “Omo! Sebentar lagi kelas Bahasa Inggris, Junki Songsaengnim. Hanbyul Sunbaenim, kamsahamnida,” Ai membungkuk di depan Hanbyul. “Aku harus pergi!” ia segera berlari dan menghilang dari pandangan Hanbyul.
Hanbyul tertawa sendiri dibuatnya dan menggelengkan kepala melihat tingkah Ai. “Oh?” Hanbyul menemukan ponsel Ai tergeletak di dekat botol mineral.
-------

Kelas Junki hari ini di kuasai penuh oleh Ai. Setiap kali Junki mengajukan pertanyaan, Ai langsung mengangkat tangan dan menjawab dengan benar setiap pertanyaan itu. Bel tanda istirahat berdering. Murid kelas X-F berhamburan keluar kelas.

“Are you enjoy my class today?” tanya Junki sa’at Ai membantu menghapus papan tulis, “I like your English ability, that’s great.”
“Do you like me, Songsaengnim?” tanya Ai membuat kaget Junki.
“I like all my student who joined my class. Excuse me.” Junki pun pergi lebih dulu.
Ai tersenyum puas lalu merogoh sakunya. “Oh! Omo! Ponsel ku!” Ai berubah panik dan segera keluar kelas.

Ai tak menemukan ponselnya. Ai segera menuju kantin untuk mencari Kibum dan Wooyoung namun melihat antrian panjang murid-murid itu, Ai menjadi pusing. Ai memilih pergi. Ia berjalan lesu menyusuri koridor berusaha mengingat dimana terakhir kali ia menaruh ponselnya.

“Hah, pasti terjatuh sa’at aku lari menuju kelas…” Ai menunduk putus asa.
“Ai!” Hyuri merangkul Ai. “Disini kau rupanya. Kita ke taman belakang sekolah dan makan siang disana? Lalu kau harus minum obat mu, ya?”
“Ponsel ku, hilang…”
“Mwo?? Bagaimana bisa??”
“Entahlah, mungkin terjatuh sa’at aku berlari kembali ke kelas.”
Tanpa di perintah Hyuri langsung menelfon nomer Ai. “Di matikan.”
“Gawat!”
“Wae??”
“Nomer semua calon patner ku disana dan aku belum membalas satu pun pesan mereka.”
“Mwo?? Bagaimana kau bisa begini ceroboh?? Sekarang bagaimana??”
“Entahlah, aku tidak bisa berpikir jernih. Aku mau ke toilet saja.”

Dari arah berlawanan Hanbyul berjalan berdampingan dengan Sunghyun yang sibuk dengan buku ditangannya. Hyuri melihat Hanbyul yang berjalan disamping kanan Sunghyun namun mengabaikannya. Hanbyul-Sunghyun berpapasan dengan Ai-Hyuri. Hanbyul menyelipkan kertas ditangannya pada tangan Ai sa’at keduanya berpapasan. Ai terkejut namun menyembunyikan hal itu dari Hyuri.

Ponsel mu ada pada ku. Nanti sore aku tunggu di depan gang utama Jeonggu Dong. –Hanbyul-

Ai tersenyum lega membaca isi pesan dalam kertas kecil yang ditulis Hanbyul.
“Apa itu?” tanya Yoojin mengejutakan Ai yang segera melipat ulang kertas itu dan menyembunyikannya.
“Bukan apa-apa. Ah, aku lapar.”


Hari ini pertama kalinya Ai berada di kantin sekolah. Suasana sudah tak begitu ramai. Wooyoung dan Kibum turut menemani Ai dan Hyuri di kantin. Hanbyul dan Sunghyun masuk bersama ke kantin. Sunghyun sempat tersenyum pada Ai namun tak menyapa dan langsung memilih menu makan siangnya. Hanbyul pun sama langsung memilih menu makan siangnya.

“Suasana sore di taman, bukankah itu menyenangkan?” kata Ai hingga terdengar oleh Hanbyul yang sedang memilih menu makan siang tepat di dekat meja tempat Ai dan teman-temannya duduk.

“Iya. Lama tak menghabiskan waktu disana.” Jawab Kibum. “Ai, dulu kau suka bermain ayunan di taman bermain dekat Jeonggu Dong bukan?? Kapan-kapan kita nikmati waktu sore ditaman bersama, seperti dulu, kau mau kan?”

“Aku ikut…” rengek Hyuri.

“Boleh. Iya kan Ai?”

“Nee…” Ai tersenyum.

Hanbyul tersenyum dan kemudian pergi mencari meja kosong untuk makan siang bersama Sunghyun.


-------TBC--------

matur suwun
.shytUrtle_yUi.

Fan Fiction FF

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

04:15

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤


 



 


. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
 
 Episode #11

Suasana dalam aula sedikit gaduh mendengar pernyataan Myungsoo. Daehyun sendiri dibuat ternganga karenanya. Daehyun menggelengkan kepala.

“Kim Myungsoo-ssi, Anda serius akan melamar Fujiwara dan YOWL?” Daehyun memastikan.
“Nee, aku melamar Fujiwara Ayumu dan YOWL untuk menjadi patner Viceroy.” Myungsoo menegaskan. Hal itu membuat member Viceroy yang lain bingung dan membuat Red Venus kesal.
Dari ekspresinya terlihat jika Jaejoong berusaha keras menahan emosinya. Ai menggenggam tangan Jaejoong bermaksud menenangkan leader YOWL itu.
“Lalu bagaimana dengan YOWL? Anda menerima atau menolak lamaran Viceroy Kim Myungsoo?” Daehyun beralih pada YOWL.
Jaejoong hendak berdiri namun Wonbin menahannya. Ai berdiri mengambil alih tugas Jaejoong yang seharusnya menjadi juru bicara YOWL. “Terima kasih untuk kesempatan ini. Terima kasih telah melamar YOWL, ini sangat mengejutkan dan membuat kami tersanjung.”
“Lalu Fujiwara, apa Anda akan menerima lamaran Viceroy?” Daehyun mengulang pertanyaannya.
“Tidak, ma’af. Secara pribadi aku ingin melamar Stardust.” Pernyataan penolakan Ai kembali membuat aula gaduh. Myungsoo menatap sengit pada Ai begitu juga Byunghun dan member Red Venus. “Stardust, would you be my star?” Jinwoon menatap tajam Ai sedang Joonghun tersenyum lebar.
“Mohon tenang!” pinta Daehyun. “Jadi Anda menolak lamaran Viceroy dan memilih melamar Stardust?”
“Tidak. Sekali lagi ma’af. Kami tidak akan menerima lamaran Viceroy dan juga tidak akan melamar Stardust.” Ai sukses meramaikan suasana dalam aula kembali. Myungsoo makin dibuat geram, begitu juga Red Venus. “Jika kami melamar Stardust, kami pasti akan tertolak.” Imbuh Ai membuat Joonghun menatapnya heran, begitu juga Jonghyun dan Sungyeol. “Dan jika kami menerima lamaran Viceroy, kami tidak akan sanggup bekerja sama dengan orang-orang sempurna ini.”
“Kau!!!” Byunghun bangkit berdiri dan geram pada sikap Ai.
“Lee Byunghun-ssi, mohon tenang.” Pinta Daehyun dan Byunghun pun kembali duduk. “Lalu, apa keputusan YOWL, Fujiwara Ayumu?”
“Biarkan YOWL dan Viceroy sama-sama tertolak dan mencari patner kami sendiri.”
“Mencari patner sendiri?”
“Baiklah!” Myungsoo kembali berdiri. “Biarkan kami sama-sama tertolak dan mencari patner sendiri. Red Venus, would you be my star?”
Semua menatap ke kubu Red Venus. Yiyoung berdiri, “Yes, with pleasure, let us be your star.” Yiyoung menerima lamaran Viceroy sambil menatap sengit pada Ai yang tetap bereaksi datar. Kubu pendukung Viceroy dan Red Venus menyambut baik hal ini.
“Jadi Red Venus menerima lamaran Viceroy?” Tanya Daehyun.
“Nee.” Yiyoung dengan yakin kemudian kembali duduk bersamaan dengan Myungsoo.
Daehyun beralih menatap Stardust, “bagaimana dengan Stardust?”
Joonghun berdiri mewakili Stardust, “terima kasih pada YOWL yang sempat memiliki niat melamar kami. Karena tidak ada yang ingin bekerja sama dengan Stardust, maka kami akan bersikap netral. Namun kami akan memberi kesempatan jika YOWL berubah pikiran dan benar ingin melamar kami.” Joonghun menatap Ai, ia tersenyum pada gadis itu dan kembali duduk.
“Baiklah. Lalu bagaimana dengan YOWL?” Daehyun kembali menatap YOWL.
“Kami akan bekerja sendiri, jadi tolong biarkan golongan minoritas ini bekerja dijalan mereka.”
“Baiklah. Jika berubah pikiran dan YOWL kembali melamar Stardust, beri tahu kami.”
“Nee.” Ai kembali duduk.
“Baiklah! Setelah rapat terbuka ini digelar hari ini, keputusannya Viceroy dan Red Venus resmi menjadi patner. Dan pertarungan di mulai sekarang!” Daehyun membacakan keputusan Dewan Senior.
***

“Kami akan bekerja sendiri, jadi tolong biarkan golongan minoritas ini bekerja dijalan mereka. Ish! Mereka itu benar-benar menyebalkan!” Byunghun meluapkan kekesalannya. “Ya, Myungsoo, kenapa kau melakukannya? Melamar YOWL? Kau sengaja ingin mempermalukan diri mu sendiri? Oh, kau sudah melakukannya dan sukses. Selamat!”
“Kau menjatuhkan harga diri Viceroy saja,” imbuh Minhwan.
“Sesekali mencoba kegilaan itu tak mengapa, tapi jangan pernah menyesalinya.” Sunghyun menepuk pundak Myungsoo.
“Gadis itu, dia sangat percaya diri sekali. Kalian lihat bagaimana sikapnya? Datar namun tidak ada keraguan yang terpancar di wajahnya.” Ungkap Jungshin.
“Dia itu seperti orang tanpa perasaan.” Byunghun kembali bicara. “Lihat bagaimana ia bertindak, semaunya sendiri, pantas saja jika ia bernama Fujiwara Ayumu.”
“Memang apa artinya?” Tanya Minhwan.
“Walk your own way,” jawab Sunghyun.
“Wah, cocok sekali untuknya.”
“Kita lihat, apa yang bisa mereka buat.” Kata Myungsoo.
-------

“Bagaimana melakukannya? Apa kau yakin YOWL bisa bekerja sendiri melawan Viceroy dan Red Venus?” Tanya Jaejin. Kelima member YOWL ini berkumpul di atap sekolah. Mereka melihat murid-murid dibawah sana.
“Jika kau tidak yakin pada diri mu sendiri, bagaimana kau akan melawan mereka?” Ai balik bertanya.
“Jadi, apa rencana mu?” Tanya Wonbin.
“Bukan rencana lagi, ini sudah dijalankan. Pertama Viceroy ingin mengacaukan kita dan kita mengacaukan Viceroy. Aku yakin Myungsoo akan melakukan itu, tapi tidak menyangka ia nekat melakukannya, melamar YOWL.”
“Dijalankan? Hanya itu? Selanjutnya?” Tanya Minhyuk.
“Kenapa kau tidak melamar Yiyoung?” Tanya Jaejoong melenceng.
“Ish! Anak ini!” Minhyuk langsung menyikutnya. “Pikirkan rencana kita! Konsep apa yang akan kita usung dan kita tampilkan nanti. Dua bulan bisa jadi waktu yang lama namun bisa jadi sangat singkat juga!”
“Ai, apa kau sudah memikirkannya? Semua yang dikatakan Minhyuk.” Tanya Jaejin.
“Nee. Nanti kalian akan tahu, siapa-siapa yang akan jadi patner kita.”
“Jadi, kita juga akan melamar??”
“Em.”
“Melamar Yiyoung juga tidak?” Tanya Jaejoong yang segera mendapat serangan dari Minhyuk.
-------

“Jika tadi Fujiwara benar melamar Stardust, aku tidak akan menolaknya,” ungkap Joonghun. “Anak itu, apa rencananya?”
“Gadis itu benar-benar keren. Kau lihat tadi bagaimana ia bersikap? Dingin dan tenang, hah…” Jonghyun menggelengkan kepala.
“Dia itu benar misterius, sulit ditebak. Aku penasaran apa yang akan mereka buat.” Sungyeol ikut bicara.
Ketiga pemuda tampan itu menatap Jinwoon. “Apa terjadi sesuatu?” Tanya Joonghun.
“Anee. Hanya sedikit lelah.” Jinwoon tersenyum kecil.
-------

“Viceroy dan Red Venus, baguslah. Mereka memang cocok bersama. YOWL, apa rencana mereka?” gumam Daehyun.
“Fujiwara Ayumu, anak itu benar-benar menarik perhatian ku sejak aku melihatnya di Hongdae,” kenang Jieun.
“Bagaimana itu terjadi? Jadi itu artinya kau sudah lama mengenal Fujiwara?” Tanya Taemin.
“Hanya tahu, bukan mengenal. Dia sering menggelar pertunjukan solo di Hongdae. Aku kagum pada gadis itu, cara ia mengekspresikan dirinya dalam bermusik. Hah, dia keren. Aku sendiri terkejut waktu ia tampil bersama YOWL. Ternyata gadis pengamen di Hongdae itu adalah member kelima YOWL.”
“Lalu kau kecewa?” Tanya Daehyun.
“Anee. Setelah mengetahui hal itu, aku malah ingin mengenal Fujiwara lebih dekat. Tapi aku takut untuk mendekatinya. Tadi, aku benar berharap YOWL melamar Red Venus.”
“Itu wajar kok. Eh, sebentar.” Daehyun permisi untuk menerima panggilan masuk diponselnya. “Ada apa Hyung?” Daehyun diam mendengarkan, “nee??”
-------

“Kemana Chaerin?” Tanya Soojung.
“Mencari Byunghun,” jawab Gyuri.
“Jieun belum kembali?”
“Belum. Sebenarnya dia itu Red Venus atau bukan? Aku benci pada sikapnya belakangan ini.”
“Baru kali ini aku merasa terbuang,” Yiyoung menghela nafas panjang. Soojung dan Gyuri menatap heran padanya. “Mereka hanya menatap pada gadis itu, Fujiwara Ayumu, apa istimewanya dia? Dan Viceroy melamar Red Venus setelah tertolak oleh YOWL. Sangat menggelikan.”
“Tenanglah. Ini baru awal, bukan akhir. Gadis itu tidak ada apa-apanya disbanding Red Venus.” Gyuri mengelus lengan Yiyoung.
“Kita harus segera berunding tentang konsep pertunjukan nanti, em?” Soojung turut menenangkan.
***

Hanbyul sembunyi-sembunyi terus mengamati Ai yang duduk sendiri di taman belakang sekolah. Gadis itu duduk menghadap danau buatan dan fokus pada netbooknya dengan headphone bertengger dikepala menutup kedua telinganya. Hanbyul kembali menatap ponselnya, melihat nomer pemberian Hyuri. Hanbyul menelfon nomer itu sambil memperhatikan Ai. Konsentrasi sepertinya terganggu, ia meraih ponsel di sakunya. Hanbyul segera mengakhiri panggilannya. Hanbyul terlihat kaget. Ditatapnya ponsel miliknya lalu Hanbyul kembali mengamati Ai.

“Benarkah itu dia?” gumamnya.
“Disini kau rupanya.” Hyuri langsung duduk didepan Ai. “Ini, makanlah. Bekal untuk mu.” Hyuri menyodorkan kotak bekalnya untuk Ai.
“Kau sekarang ini bersekongkol dengan Dokter Song ya? Lama-lama aku takut padanya.”
“Ish! Bekal ini Nenek yang membuatnya.”
“Untuk ku juga?”
“Em. Aku yang memintanya. Ayo, makanlah.”
“Jadi bukan kau sendiri yang membuatnya? Aku pikir Song Hyuri itu gadis rumahan yang pandai memasak seperti gadis dalam cerita kebanyakan.”
“Sayangnya aku tidak demikian. Kau kecewa?” Ai hanya tersenyum menanggapinya. “Lekas makan. Atau aku akan bilang pada Nenek jika kau menolak pemberiannya? Ck! Itu terdengar sangat kejam dan Nenek pasti kecewa.”
“Iya, iya aku makan.” Ai membuka kotak bekal pemberian Hyuri. “Wah, Nyonya Shin juga vegetarian?”
“Oh, nee. Hehehe…”
“Eum… ini sepertinya enak.”
Hyuri tersenyum lalu pandangannya menangkap sosok Hanbyul. Hyuri terkejut namun Hanbyul memberi isyarat agar Hyuri pura-pura tak tahu keberadaan dirinya. Hanbyul menunjukan ponsel ditangannya dan kembali menelfon nomer Ai. hyuri menatap ponsel Ai yang ia biarkan tergeletak di meja.
“Ai, ponsel mu!” tunjuk Hyuri.
“Sedari tadi, nomer asing it uterus menelfon. Kau mau menerimanya?”
“Boleh.” Hyuri meraih ponsel Ai. “Yeoboseyo?”
Hanbyul tersenyum lega dan mengakhiri panggilannya.
***

Daehyun memasuki café. Ia mengawasi semua sudut dan menemukan Ai. Daehyun tersenyum lebar dan segera menuju meja tempat Ai duduk.

“Ma’af membuat mu menunggu,” Daehyun duduk didepan Ai. “Kau sudah lama?”
“Ada apa hingga ingin bertemu dengan ku?”
“Kau ini! Tidak bisa basa-basi dulu ya?”
“Aku sangat sibuk dan tidak punya banyak waktu. Katakan, ada apa?”
“Ck! Benar-benar tidak ada toleransi. Jinwoon Hyung, dia yang meminta ku menemui mu.”
“Jung Jinwoon?”
“Nee. Dia bertanya, apa kau benar ingin melamar Stardust untuk menjadi patner.”
“Jung Jinwoon, atau rencana mu sendiri?”
“An-anee… itu benar Jinwoon Hyung.”
“Dia tidak punya nyali untuk bicara pada ku sendiri? Jung Daehyun, untuk apa kau berusaha membuatnya menyukai ku? Kau sendiri tahu itu akan membuang waktu bukan?”
“Jiyoo Fujiwara, bukan begitu…”
“Jika aku mau, apa yang akan dilakukannya?”
“Jinwoon Hyung akan menerima lamaran YOWL. Jiyoo Fujiwara, bukankah ini jalan yang baik untuk mu dan Jinwoon Hyung?”
“Ada lagi yang ingin kau sampaikan?”
“Ji-jiyoo…”
“Berhenti bertindak menjadi pahlawan.”
“Kalian ini saudara tapi kenapa bersikap demikian? Aku tidak suka melihatnya.”
“Aku tidak berminat lagi pada Stardust. Dan aku tidak suka jika ada orang lain yang mencoba ikut campur urusan ku.” Ai menatap tajam Daehyun.
Daehyun menelan ludah. Ekspresi Ai sangat serius dan ia paham ini adalah peringatan baginya. “Baiklah. Akan aku sampaikan pada Jinwoon Hyung. Jiyoo Fujiwara, jujur aku salut pada sikap mu. Itu penuh percaya diri. Jika kau butuh bantuan, katakan saja pada ku.”
“Kau lupa siapa diri mu? Kau wasit dalam pertarungan ini, jadi bersikaplah adil.”
“Ck! Kau itu gemar sekali melakukan skak mat!”
Ai tersenyum kecil. “Hah… aku ingin, tapi itu akan menyusahkan mu, Oppa.”
“Oppa??” Daehyun tersenyum lebar mendengarnya. “Jiyoo, kita ini seumuran, jangan memanggil ku Oppa.”
“Tetaplah jadi hakim yang adil dan terima kasih telah mendukung YOWL.”
“Nee. Hehehe…”


Hanbyul memasuki café yang sama. Ia memesan kopi dan cake. Usai membayar, Hanbyul mencari tempat duduk untuk menunggu pesanannya tiba. Ia menangkap sosok Ai yang duduk sendirian di meja dekat dinding kaca. Gadis itu duduk sambil melihat keluar. Hanbyul tersenyum lebar, namun ia ragu untuk menghampiri Ai. Diamatinya seluruh sudut café, sepertinya Ai benar-benar sendiri disana. Hanbyul memantabkan langkahnya dan berjalan menuju meja Ai.

“Annyeong.” Sapa Hanbyul membuyarkan lamunan Ai.
Ai menoleh dan menatap heran pada Hanbyul. “Sejak kapan dia disini?” batin Ai. “Annyeong.” Jawab Ai datar.
Hanbyul tersenyum, “boleh aku duduk disini?” Ai mengangguk dan Hanbyul segera duduk dihadapan Ai. “Kau sendirian?”
“Daehyun baru saja pergi.”
“Daehyun??”
“Nee. Jung Daehyun, wae?”
“Anee. Kau juga kenal baik dengannya? Jung Daehyun.”
“Dia Yowlism dan hampir membuat ku gila.”
Hanbyul tersenyum melihatnya. Pelayan datang untuk mengantar pesanan Hanbyul. Hanbyul kembali memperhatikan Ai usai berterima kasih. Ai tetap bersikap dingin dan cuek meski Hanbyul duduk dihadapannya. Ai kembali menatap keluar dinding kaca.
“Kenapa terus menatap ku?” Tanya Ai tanpa mengalihkan pandangannya.
“Oh, apa aku mengganggu mu?”
“Kenapa kau ingin duduk disini?”
“Nee??” Hanbyul kemudian mengamati sekitar, banyak meja kosong disana.
“Apa ini meja favorit mu?” Ai beralih menatap Hanbyul.
“Anee.”
“Kau ingin aku membalas tindakan mu waktu itu?”
“Anee. Aku bilang kita impas bukan? Kau menolong ku sa’at aku tersesat di Jeonggu Dong dan aku menolong mu di sekolah. Jadi kita impas.”
“Lalu?”
“Aku melihat mu, aku mengenal mu dan aku ingin duduk disini, mengobrol dengan mu. Tapi jika kau merasa terganggu, aku bisa pergi.”
“Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan.” Ai kembali menatap keluar jendela.
“Kau sedang mengintai seseorang?”
“Bukan urusan mu.”
“Tadi, nomer baru itu, aku yang menelfon mu.” Ai menoleh menatap datar Hanbyul. “Aku telah mendapatkan mu, Fujiwara Ayumu!” Hanbyul tersenyum dan menyuapkan sesendok kue ke dalam mulutnya.
-------

Minhyuk asik menggebuk drum diiringi permainan gitar Wonbin dan bass Jaejin ketika Jaejoong sampai di basecamp. Jaejoong mengedarkan pandangannya, namun ia tak menemukan sosok yang ia cari disana.

“Ya, Yongbae! Ai, dimana dia?” Tanya Jaejoong pada Yongbae yang melintas.
“Nona? Dia belum kemari.”
“Sama sekali?”
“Em, tadi kemari sebentar lalu…” Yongbae diam sejenak, “…lalu meminta ku menunggu disini sampai dia kembali.”
“Benar begitu?” Jaejoong curiga Yongbae berbohong.
“Terserah kau mau percaya atau tidak.” Yongbae berlalu pergi.
“Anak itu. Ck! Dimana vampire itu?”
-------

Moonsik menyambut Ai yang datang bersama Minki. Moonsik memimpin keduanya memasuki sekolah yang sepi dan gelap. Moonsik memastikan sekolah telah benar-benar kosong. Ai segera menjalankan misinya, di bantu Minki. Minki yang membawa kardus mengekor dibelakang Ai dan Moonsik. Terakhir Ai meminta Moonsik mengantarnya ke kantor guru. Ai kembali meletakan ikebana di meja Junki. Ai tersenyum puas lalu pamit pergi.

Minki membonceng Ai menuju rumah pemakaman tempat abu mendiang Lee So Yeon disimpan. Hari ini bukan hari peringatan kematian Ibu kandung Ai, namun gadis itu ingin berkunjung ke makam Sang Ibu. Usai melakukan upacara penghormatan, Ai dan Minki pun kembali pulang. Di tengah perjalanan, tanpa sengaja Ai melihat Minhwan.

“Oppa berhenti!” pinta Ai dan Minki segera menghentikan motornya.
“Wae??”
“Sepertinya mobil teman ku mogok.”
“Teman mu?” Minki membawa motornya menghampiri Minhwan. Minhwan kaget ketika Ai tiba-tiba saja muncul.
“Mogok?” Tanya Ai.
“Nn-nee.” Minhwan was-was.
“Oppa, tolong bantu dia.” Pinta Ai dan Minki langsung memeriksa mobil Minhwan. Minki mengotak-atik mobil Minhwan selama beberapa menit.
“Coba nyalakan.” Pinta Minki. Minhwan bergegas masuk dan berhasil. Mobil Minhwan kembali menyala. Minhwan tersenyum lega dan kembali keluar.
“Kamsahamnida.” Minhwan memnbungkuk di depan Minki.
“Punya mobil sebagus ini namun kau acuhkan. Kasihan sekali dia. Kau harus lebih memperhatikannya.” Saran Minki.
“Nee.” Minhwan menatap Ai. “Fujiwara, gomawo.” Ai mengangguk. “Aku pergi dulu.”
“Go a head.” Ai mempersilahkan Minhwan pergi.
“Teman ku?” goda Minki.
“Sudah tahu dia Viceroy, kenapa Oppa tetap mau membantu?”
Minki tersenyum dan mengelus kepala Ai. “Kaja! Jaejoong dan yang lain pasti sudah menunggu mu.”
***

Pagi ini untuk pertama kalinya kelima member YOWL berangkat bersama. Ai berada ditengah berjalan bersama Wonbin, Jaejoong, Jaejin dan Minhyuk. Moonsik tersenyum melihat kelimanya yang segera menjadi pusat perhatian murid yang lain. Beberapa murid pendukung YOWL tanpa sungkan mengambil foto YOWL berlima. Ini momen termasuk langka bagi mereka di sekolah karena YOWL jarang sekali tampil bersama seperti Viceroy atau Red Venus.

Jung Hyebyul. Gadis cantik ini duduk diatas meja di kelasnya menatap keluar jendela. Ia memperhatikan kelima member YOWL yang pagi ini berjalan bersama. Benar-benar menarik perhatian.

“Ribut sekali diluar sana.” Kim Himchan –Himchan B.A.P- memasuki kelas XI-G. “Kau sudah datang, Byul?”
“Nee. Baru saja.” Hyebyul menganggukan kepala.
“Oh? Apa ini??” Himchan menemukan amplop merah dengan inisial Y di lacinya.
Hyebyul turun dari meja dan melihat lacinya. “Aku juga dapat!”
-------

Park Chaebin menghela nafas usai YOWL melintas didepannya. Gadis ini siswi kelas XI-F dan ia sangat mengagumi Minhyuk, sejak ia melihat penampilan YOWL setahun yang lalu dalam konser jalanan yang digelar YOWL.

“Pagi!” Kim Sunggyu –Sunggyu Infinite- menghampiri Chaebin. “Aigoo, pagi ini YOWL benar-benar menyita perhatian ya?”
“Nee.” Chaebin dan Sunggyu menuju kelas mereka bersama. “YOWL keren jika bersama seperti itu,” puji Chaebin.
“YOWL atau hanya Minhyuk?”
“Sunggyu Oppa!”
“Hehehe…”

Keduanya berpisah menuju kelas masing-masing. Kelas XI-F masih kosong sa’at Chaebin tiba. Chaebin duduk dan terdiam sejenak. Ia kemudian menarik laci mejanya. Sebuah amplop merah dengan inisial Y menyambutnya. Chaebin memungut amplop itu dan heran. Apakah semua dikelas XI-F mendapatkan ini? Atau hanya Chaebin seorang?

Sunggyu tiba dikelas XII-C. Jinwoon, Joonghun, Jonghyun dan Sungyeol sudah duduk diatas meja dan menatap keluar jendela sambil ngobrol. Sunggyu langsung duduk dibangkunya dan menarik laci mejanya. Mata sipit Sunggyu melebar melihat amplop merah dengan inisial Y yang tergeletak di laci mejanya.
-------

“Pertarungan sudah dimulai sepertinya.” Lee Jaeki sa’at berjalan menuju kelasnya.
“Iya. Pagi ini YOWL berangkat bersama. YOWL itu selalu mengejutkan dan keren!” puji Xi Luhan –Luhan EXO- siswa yang berasal dari Cina ini. “Kira-kira apa rencana YOWL?” Luhan dan Jaeki berhenti dipintu kelas X-E dan menatap Hyuri.
Jaeki membetulakan letak kaca matanya, “mungkin dia tahu karena hanya dia yang berani berada dekat dengan YOWL.”
“Em.” Luhan memimpin masuk.
Jaeki duduk dibangkunya yang berada tepat dihadapan Luhan. Jaeki menarik laci mejanya dan ia terkejut melihat amplop merah dengan inisial Y yang berada di lacinya. Jaeki menoleh dan menatap Luhan dengan ekspresi shock itu.
“Kau, kenapa?” Tanya Luhan heran.
“Coba buka laci mu!”
“Nee??”
“Cepat buka!” pinta Jaeki dan Luhan segera menarik lacinya. “Ada sesuatu disana?” buru Jaeki penasaran.
“Tidak ada.” Luhan menggelengkan kepala.
“Tidak ada?”
“Nee. Tidak ada apa-apa. Wae?”
“Anee…” Jaeki kembali menghadap ke depan. “Apa hanya aku saja yang mendapatkannya?” batin Jaeki sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas. Tatapannya bertemu dengan tatapan Hyuri. Kedua gadis ini saling menatap selama beberapa detik lalu kompak menunduk. “Apa dia juga?” batin Jaeki lalu kembali memperhatikan Hyuri yang sudah sibuk dengan novelnya.
-------

Pemuda ini berjalan dengan penuh percaya diri. Siapa yang tidak mengenalnya? Oh Sehun. Pemuda dengan wajah tampan dan postur tubuh nyaris sempurna ini. Sehun, siswa kelas XI-A ini lumayan banyak mendapat perhatian dari para gadis. Ia tak pernah terlihat berkelompok, selalu saja terlihat sendiri kemana pun ia pergi. Hanya sesekali ia tampak bersama satu atau dua orang teman sekelasnya. Kelas XI-A adalah kelas khusus. Sehun tiba dikelasnya dan langsung duduk dibangkunya. Ia menghela nafas merasa lega lepas dari tatapan gadis-gadis itu. Sehun menarik laci mejanya dan menemukan amplop merah dengan inisial Y. Sehun mengamati amplop itu lalu melihat teman-teman sekelasnya. Mereka terlihat biasa saja. Sehun berpikir, apakah hanya ia yang mendapatkan amplop merah itu? Dan apa isi dari amplop merah ini?
***

Jam isrirahat. Murid berhamburan keluar kelas. Hyebyul dan Himchan sudah membawa baki berisi menu makan siang mereka. Keduanya berdiri mengamati murid-murid yang berada dikantin sekolah.

“Menurut mu, apa hanya kita?” Tanya Hyebyul.
“Entahlah. Tapi aku yakin bukan hanya kita. Diantara 570 murid Hwaseong Academy, kita dua diantaranya, yang terpilih.” Keduanya kemudian memilih meja dipojok.
-------

Jaeki sibuk melihat-lihat buku di perpustakaan. Ia melihat judul-judul buku yang tertata rapi dalam rak. “Omo!” Jaeki menarik tubuhnya dan bersembunyi ketika melihat Sehun yang sedang berdiri sendirian di pojok perpustakaan. Jaeki kembali mengintip Sehun. Ia mengerjapkan matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat. Sehun memainkan amplop merah, amplop yang sama seperti yang ia dapatkan pagi ini. “Dia juga mendapatkannya?” gumam Jaeki.

Jaeki bergegas keluar. “Taemin Oppa? Ah, haruskah aku bertanya padanya? Apa dia tahu tentang ini? Ck! Luhan tak mendapatkan amplop itu. Amplop merah itu, bencana atau…”
“Aau!” pekik Jaeki yang tak sengaja menabrak seseorang. Karena berjalan sambil mengoceh dalam hati, Jaeki tak memperhatikan jalan dan tak sengaja menabrak Chaebin. “Oh, jeosonghamnida, Sunbaenim.” Jaeki segera meminta ma’af.
“Lain kali hati-hati,” Chaebin memungut buku-bukunya yang terjatuh.
“Nee. Jongmal jeosonghamnida Sunbaenim.” Jaeki kemudian terkejut melihat amplop merah yang terselip dibuku Chaebin dan gadis itu segera menyembunyikannya kembali. Jaeki menelan ludah dan membetulkan letak kacamatanya menatap punggung Chaebin. “Oh Sehun dan Park Chaebin?” Tanya Jaeki sendiri.
-------

Ai duduk ditempat favoritya, taman belakang sekolah dan menghadap danau. Ponselnya ia letakan begitu saja diatas meja. Ai terus memainkan bolpoint ditangannya. Setiap kali ada pesan masuk, Ai membukanya dan segera memberi tanda centang pada deretan nama yang ia tulis rapi dalam bindernya. Jinwoon terus memperhatikan Ai dari tempat persembunyiaannya.

Junki duduk melipat tangan menatap ikebana di mejanya. Ini ikebana ketiga yang dikirim Ai. Kali ini ikebana itu disertai amplop merah dengan inisial Y. Junki menghela nafas. Ia tak bisa membiarkan hal ini berlarut-larut. Junki tak boleh membiarkan Ai memupuk subur rasa sukanya padanya.
-------

Luhan berlari menyusuri koridor dan akhirnya menemukan Jaeki. Luhan menyeret Jaeki untuk minggir. “Aku, aku menemukan ini, di loker ku!” Luhan menunjukan amplop merah berinisial Y, sama persis seperti milik Jaeki.
Mata Jaeki melebar, “kau juga?”
“Nee?? Omo, kau juga dapat?”
“Itu kenapa aku meminta mu segera membuka laci mu pagi tadi.”
“Oh. Kau dan aku, kita mendapatkannya.”
“Luhan, apa yang harus kita lakukan?”
-------

Ai hendak kembali ke kelas. Ia berjalan pelan sambil memeluk bindernya.

“Fujiwara.” Hanbyul tiba-tiba mencegat Ai.
Ai mengerutkan keningnya, “kau lagi. Sebaiknya kau tidak muncul didepan ku lagi.”
“Sudah aku katakan, aku telah mendapatkan mu, Fujiwara Ayumu! Aku tidak akan mundur lagi, mulai dari sekarang.”
Ai mengalihkan pandangannya pada Myungsoo yang datang bersama Byunghun dan Minhwan. Ketiga pemuda ini menghampiri Hanbyul dan Ai.
“Semalam kau menolong Minhwan?” Tanya Byunghun.
“Em.” Ai mengangguk.
“Hanbyul lalu Minhwan, kebetulan sekali?”
“Nee. Kebetulan itu bisa terjadi dimana saja. Iya kan, Kim Myungsoo?”
“Mwo?? Myungsoo??” Byunghun menatap Myungsoo lalu Ai.
Myungsoo maju selangkah tepat dihadapan Ai. “Sebaiknya kau tidak memakai jati diri mu sebagai wanita untuk perang ini.”
“Myungsoo, sudahlah.” Hanbyul mencoba melerai.
Ai menyincingkan senyumnya, “kau pikir aku ini Yeo-woo??” (Yeo-Woo, kata untuk rubah, merupakan kata yang oleh orang Korea diberikan kepada wanita yang terjemahan kasarnya adalah si licik pemakan pria). “You sly fox??” (You sly fox=kamu rubah licik). “Aku tidak percaya kata itu muncul dari seorang Viceroy Kim Myungsoo.”

Hanbyul menatap Minhwan dan Byunghun memberi isyarat agar mereka membantunya melerai Myungsoo dan Ai. Namun dua pemuda itu malah mengacuhkannya.

“The Vigorous Prince Kim Myungsoo, sebaiknya kau berhati-hati pada rasa penasaran mu itu dan berhenti menguntit ku.” imbuh Ai sambil tersenyum mencibir. Myungsoo benar di buat shock mendengarnya. “Let love lead the way and let the music heal your soul, the wars begin.” Ai pun pergi.
“Dia itu!” umpat Byunghun. “Hanbyul, kau, tadi apa yang kau bicarakan dengannya?”
“Sebaiknya kita mulai mempersiapkan rencana untuk Viceroy dan Red Venus. Kalian tahu, YOWL tidak bisa diremehkan begitu saja.” sahut Jungshin.
“Perangnya benar dimulai ya?” Sunghyun menatap punggung Ai. “Ini semakin menarik bukan?”
“Gadis itu, Fujiwara Ayumu, dia benar-benar mengerikan.” Ungkap Byunghun. “Ya, Myungsoo, apa benar kau menguntit Fujiwara?”
“Mwo??” Myungsoo kaget. Semua member Viceroy menatapnya heran.



-------TBC-------

matur suwun
.shytUrtle_yUi.

Bilik shytUrtle

¤ Bilik shytUrtle - Happy 3rd Anniversary ¤

05:57

¤ Bilik shytUrtle - Happy 3rd Anniversary ¤

 

 tempurung kUra-kUra, 12.10.2012

Happy 3rd anniversary ^^

Alhamdulillah, after all I can standing still and said welcome to this friday october 12th 2012. Today is my 3rd anniversary as a writer on facebook :)

Hah.. I think I would die, after all those mess through this year, but I'm a live, alhamdulillah. I can standing here :-)
That's all because of all support from all my lovely shi-gUi. Thanks for all. I love you all my lovely shi-gUi.

My october wish, I hope I can do all better than before, than yesterday. And I hope I can make a new book this year, hopefully :-)
And I hope I can win one of three competition that I've been follow. I hope I can get all of them but that sound feel so greedy ya? Hehehe... I hope I can win the big one and my book will appear at all bookstore in Indonesia. Woa~ that sound good. Amin ya ALLOH.

Actually I would write all clearly here, what I've been got and I've been through along this year. But I think about it again, should I do that? What would I've got after I wrote all here? Am I would be famous? Or would all people understand the situation? I don't need it. I think that's very unused :)

2012, the hard year of my life. I've got all pain, mock, fake and tears. I cry and feel so drop. I make all of my friends suffering because of me. They all also got the mocking too. Hah... please forgive me, dear friend. They stand beside me and defend me. They didn't think how they'll get hurt and still defend me. All they do is me cry and more cry. When I get hurt, they get hurt too. And they said, that's ok! God, how great they are. People that I never know them before, we just know each other from SMS and facebook, but we become closer each other. They call me 'Omma' and that's so precious for me. I've got them in my life, all my amazing daughter. I love you all, Beby, Va, Pika. And also Hilda and Puput. Especially for Beby, Va and Pika, we stand against the mudase together right?

Oh, ralat! Sok banget pakek Bahasa Inggris. Wong English-nya belepotan begitu kok ya PD bikin note pakek Bahasa Inggris.

Intinya tadi saya curhat on note (¿), pengen nulis cerita sepanjang 2012 yang menjadi tahun terberat saya, menulisnya secara gamblang tanpa tedeng aling-aling. Tapi saya berpikir kembali, apakah ini penting? Apa untungnya buat saya menjabarkan kelemahan seseorang disini? Jika saya melakukannya, apa bedanya saya sama mereka?
Sekali lagi ma'af, saya mengurungkannya. Biarkan kita saja yang tahu kebenaran ini dan cukup bagi kita.

Spesial buat ketiga putri ajaib ku, hehehe... Beby, Va, Cha... Sa'at omma terpuruk, terima kasih, kalian telah menopang omma, berdiri disekitar omma dan tanpa lelah membela omma. Setiap kali mengingatnya, omma menangis. Sa'at kita bertarung bersama melawan mudase, itu sa'at-sa'at yang indah dan omma benar merasakan kita sebagai keluarga yang sebenarnya. Jika satu terluka, semua terluka, dan kalian membela omma tanpa lelah. Terima kasih. Proud of you all.

Terima kasih juga buat dua putri ku, Hilda dan Puput yang juga tak lelah memberi dukungan. Hilda, thanks uda download file suara omma kekeke~
Puput, terima kasih atas dukungannya ^^

Terima kasih adik-adik ku Aiyu, Dhila, Beby Minhozy 'Danic', Yana, Ading, Innay, Novi, Ina, Sari dan semua adik yang udah dukung aku, terima kasih. Terima kasih juga buat Tika Onni aka Yoonhee Onni. Aku bener-bener pengen ke Bali hehehe...Mbak Nur, makasih udah setia baca ff gaje ku setiap kali aku print out tuh karya ohok-ohok hehehee...

Terima kasih, geng Mujigae, Si Lebah Vie, Si Kelinci Ticka, Si Marmut April dan Si Kucing Anna. Kita hanya berlima sekarang tapi aku tetep bangga sama kalian. Terima kasih udah berdiri mendukung dan membela ku.

Terima kasih buat Peri Capung Kanata dan Putri Kelinci 'JC Kim' Aishi. Hah, kita melewatkan kegajean bersama walau hanya sesa'at. I miss U all.

Terima kasih buat seseorang bernama Kwon Yijung yang masih membuat saya penasaran hingga kini. Like I said before, you always make me envy hehehe...

And..... thanks for all people arround me. Orang-orang yang 'diam-diam' selalu memperhatikan saya dan akun fb saya beserta kegajeannya.

Then, thanks to my great enemy and also great teacher, mudase. Kamu mengajarkan banyak hal sehingga aku belajar dan memahami banyak hal pula. Terima kasih uda mampir dalam hidup saya dan memberikan pembelajaran berharga pada saya.

Terima kasih pada keluarga dan keluarga besar penghuni Sarang Clover, especially 7 Clover Witch, Dree, Jeff and Tick. Thanks for all support.
Thanks to Momy and my sista, Bidha Rara. Special for you, Bidha Rara. Thanks always give me power to stand up tall. And also thanks to my little angel, Rara.

Thanks to all my lovely shi-gUi. Thanks for always support me, thanks for read all my unperfect note. Thanks for silent reader too.

Last. Matur suwun ingkang agung dateng Gusti ALLOH SWT. Terima kasih telah mendatangkan karunia ini dalam hidup saya. Masalah-masalah itu mengajarkan banyak hal pada saya dan semakin meyakinkan saya betapa besar kuasa-Mu. Hanya pada-Mu ya ALLOH, hamba kembali dan hanya Engkau lah Maha Pemilik Segalanya. Ketika mengembalikan semua kepada Mu, langkah ku pun menjadi ringan. I love ALLOH.

That's all. Pokoknya terima kasih buat semua. Ma'af jika ada yang gak kesebut. Otak saya random hingga note ini ikut random. Oh iya, ada yang lupa. Thanks to CEO Kim, CEO of Dreamsweaver Entertainment that always support me and never give up to dig up our creativity. G.O.T's got their power because of your hard work to support us. Thank you ^^

Hah! Sebenarnya pengen banget merayakan ini bareng kalian hehehe...


Love you all
.shytUrtle.

Fan Fiction FF

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

22:08

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 

. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
 
Episode #10

Myungsoo dan Ai masih berhadapan. Keduanya menatap sinis satu sama lain.

“Ok! Tolong dengarkan baik-baik. Kami, Dewan Senior akan mengundang Viceroy dan YOWL untuk mengikuti rapat terbuka membahas Hwaseong Festival. Rapat akan dipercepat dan kami akan mengadakan secara terbuka.” Terang Daehyun. Murid-murid yang berkerumun ikut ribut mendengarnya. “Aku harap kalian bisa menahan diri.”

Viceroy pergi lebih dulu. Daehyun tersenyum menatap Ai sebelum ia pergi. Murid-murid yang berkerumun mulai bubar. Taemin menyambut Daehyun dengan senyum lebarnya. Ia merangkul Daehyun dan keduanya pergi bersama. Jieun masih menatap YOWL, ia tersenyum kemudian menyusul Taemin dan Daehyun.

“Daehyun, hari ini dia keren sekali,” Joonghun menepuk pundak Jinwoon.
“Ah, jadi perang ini diresmikan?” komentar Sungyeol.
“Em, pasti akan sangat seru,” Jonghyun tersenyum menatap keluar jendela.

Jieun tersenyum ketika memasuki ruang Dewan Senior. Daehyun meneguk habis air mineral dalam botol sedang itu.
“Hah, mereka pikir Dewan Senior tak punya wibawa apa? Sekarang sa’atnya kita mengeluarkan taring kita dan mengendalikan dua band musuh bebuyutan itu!” ungkap Daehyun.
“Aku akui, hari ini Jung Daehyun benar-benar keren,” puji Jieun.
“Ah, tidak juga…” Daehyun tersipu malu menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Ini berkat dukungan kalian.”
“Kita harus memanfa’atkan momen ini dengan baik. Kita harus benar-benar membuat rencana yang matang.” Kata Taemin.
***

Keesokan harinya. Murid-murid masih sama, tak ada bosannya membahas kiriman dalam Hwaseong Academy Community. Pagi ini mereka juga sibuk menggosip. Hyuri yang baru sampai di sekolah merasa sedikit risih. Pagi ini semua mata seolah tertuju padanya. Hyuri menundukan kepala dan mempercepat langkahnya. Tak disengaja Hyuri bertabrakan dengan seseorang. Buku-buku dalam dekapan Hyuri berserakan di lantai dan Hyuri duduk terjatuh. Hyuri memungut buku-bukunya dan baru menyadari enam pasang kaki yang berdiri di hadapannya. Hyuri menggigit bibirnya, ia tahu itu adalah Viceroy dan yang ia tabrak pasti Myungsoo. Hyuri ketakutan. Ia sendirian kini dan tanpa sengaja menabrak seorang Kim Myungsoo pangeran sedingin es itu. Tiba-tiba tangan itu menyentuh pundak Hyuri. Jaejoong membantu Hyuri berdiri. Hyuri tersenyum lega melihat Jaejoong, Wonbin, Minhyuk dan Jaejin sudah berada di sekitarnya.

“Kalian ini laki-laki macam apa? Melihat gadis jatuh terduduk demikian hanya berdiri melihatnya.” Tegur Jaejoong.
“Sunbaenim, ini salah ku,” Hyuri menyela, “Kim Myungsoo Sunbaenim, mohon ma’afkan aku,” ia segera membungkuk.
“Sebaiknya kau menjauh saja dari golongan sesat ini.” Jawab Myungsoo.
“Nee??”
“Mereka adalah golongan hitam yang sewaktu-waktu bisa menyeret mu dalam kegelapan. Kau tidak menyadari imbasnya pada mu? Kau disebut-sebut tidak normal. Sebaiknya kau segera menarik diri dan kembali ke jalur yang benar,” imbuh Byunghun.
“KAU!!!” Jaejoong emosi namun Wonbin segera menahannya.
“Siapa yang sedang bicara ini? Para Bangau?” sahut Ai. Semua menatap Ai. Mereka tak tahu sejak kapan Ai berdiri disana, di belakang YOWL. Ai berjalan maju dan berhenti disamping kanan Hyuri. “Kalian pernah mendengar cerita tentang burung bangau dan burung gagak? Hyuri, apa masalah bagi kalian jika aku punya hubungan khusus dengannya?”
“Burung gagak dan burung bangau?” Tanya Minhwan. Myungsoo menggeleng lalu memimpin pergi.
“Hyuri, kau tidak apa-apa?” Tanya Minhyuk.
“Aku baik saja. Terima kasih kalian datang menolong ku.”
“Menolong mu? Mereka tidak melakukan apa-apa,” protes Ai.
“Ck! Kau tidak lihat tadi?” Jaejoong tak terima.
“Anee.” Ai menggeleng membuat Jaejoong makin kesal.
“Mereka mulai memojokan mu,” kata Wonbin.
“Iya. Kau harus kuat Song Hyuri,” Jaejin menyemangati.
Minhyuk bersiul ketika empat member Red Venus melintas. Mata Jaejoong langsung tertuju pada Yiyoung. Ia selalu terpana pada gadis itu. Ai memperhatikan ekspresi Jaejoong begitu juga Hyuri.
“Malang sekali,” komentar Ai.
“Tidak berguna. Jaejoong seolah terkena sihir setiap kali menatap gadis itu.” Sahut Minhyuk.
“Jaejoong sudah cukup menjual murah harga dirinya untuk mengejar Yiyoung,” imbuh Jaejin.
“Memang dia mengejarnya? Yang aku perhatikan, tidak. Orang ini hanya berani diam, memandang tanpa ada tindakan,” Ai memukul kepala Jaejoong dengan buku milik Hyuri.
“Auw!” pekik Jaejoong mengelus kepalanya. “Kau! Itu sakit!” Jaejoong kesal sedang Minhyuk dan Jaejin menertawakannya. “YOWL harus melamar Red Venus. Ai, kau setuju?”
“Melamar?”
“Yang aku dengar, perang kali ini akn berlaku demikian. Kita harus melamar patner kita,” Kibum menjelaskan. “Semalam hal itu ramai dibicarakan di dalam Hwaseong Academy Community. Jadi apa YOWL akan turut memperebutkan Red Venus? Bagaimana lead?”
“Aku mau saja tapi mereka?”
“Nona!” Wooyoung sampai dengan nafas terengah-engah. “Nona baik-baik saja?” semua kompak menatap Wooyoung lalu pergi meninggalkannya. “Ais! Nona!!” Wooyoung berlari mengejar.
-------

“Fujiwara Ayumu?” Gahee mengintip berkas yang sedang di baca Junki. “Dia murid fenomenal itu? Gadis yang menolak bergabung dengan kelas khusus itu kan? Dia benar-benar hidup di jalurnya sendiri, sesuai arti namanya Fujiwara Ayumu, walk your own way.”
“Kau tahu banyak tentangnya?”
“Tidak. Baru kemarin melihat-lihat tentangnya di komunitas murid. Kenapa kau membaca file gadis ini?”
“Kau percaya cinta pada pandangan pertama?”
“Tidak juga, menurut ku semua itu hanya factor kebetulan. Omo! Jangan katakan ikebana dan cerita mu tempo hari itu… dia??”
Junki menghela nafas menutup buku di tangannya, “iya. Dia benar-benar membuat ku salang tingkah. Ini tidak bisa dibiarkan.”
“Kalian sudah dengar tentang keputusan Ibu Presedir?” Shihoo datang bergabung, “bagaimana menurut kalian?”
“Itu bagus. Aku tidak menyangka Jung Daehyun melakukannya. Itu ide brilian dan bersyukur Nyonya Shin menyetujuinya.” Jawab Gahee.
“Apakah anak-anak ini bisa melakukan dengan baik?”
“Kenapa kau ragu? Kau ragu pada YOWL?” Tanya Junki.
“Iya. Mereka masih terpojok. Dan ketenaran Viceroy bisa jadi membuat mereka bertindak licik.”
“Kita harus mempercayai mereka dan tetap memantau mereka. Andai semua guru seperti Shihoo Hyung, aku bisa bernafas lega.”
“Hah, semoga mereka bisa bermain sportif.”
-------

Jaejoong berjalan sendiri dan berpapasan dengan Kim Young Duk –Kim Jay TRAX-. Jaejoong tetap cuek bahkan tak menoleh menatap Youngduk.

“Sampai kapan kau akan bersikap begini?” Tanya Youngduk menghentikan langkahnya.
Jaejoong juga berhenti. “Bukankah memang begini seharusnya? Kau pada jalan mu dan aku pada jalan ku.”
“Omma merindukan mu.”
“Bukankah Kim Jaejoong sudah mati baginya?”
“Kau benar-benar tidak bisa mema’afkan kami? Bagaimana pun juga kita adalah saudara satu ayah. Jenguklah Omma sesekali.”
“Saudara satu ayah?? Ish! Sejak kapan kau mengakuinya? Aku bukanlah anak Omma dan juga adik mu karena aku, Kim Jaejoong hanya pembuat onar. Jangan berlagak sok peduli.”
“Appa… belakangan ini sering bertanya tentang mu.”
Jaejoong tak menjawab dan pergi. Youngduk berbalik dan menatap punggung Jaejoong. Ia menghela nafas, menggeleng kemudian pergi.
-------

“Gagak dan bangau? Apa ada dongeng tentang mereka?” Byunghun masih memikirkan kata-kata Ai.
“Aku rasa tidak ada.” Jawab Minhwan.
“Lalu apa maksud Fujiwara?”
“Burung gagak, hitam legam namun hati dari burung ini bersih dan bisa menjadi obat sedangkan burung bangau, dia putih bersih dan cantik namun ia gemar sekali berada di tempat becek dan kotor, berlumpur.” Ungkap Sunghyun.
“Para bangau?? Itu kita?? Jadi maksud Ai kita ini orang-orang kotor??”
“Dia benar-benar menghina kita!” Minhwan juga kesal.
“Bukan demikian. Jika kita tidak berhati-hati menjaga sikap kita, maka burung bangau yang terkenal dengan keelokannya bisa menjadi seburuk lumpur yang becek tempat para cacing hidup. Bangau adalah simbol panjang umur dan filsafat, bukankah sangat indah?”
“Lalu bagaimana dengan gagak? Kenapa Fujiwara memposisikan YOWL sebagai gagak?” Tanya Jungshin.
“Ess, panjang juga penjelasannya. Gagak ada mengatakan lambang dari kekosongan namun dia juga utusan, gagak juga dinyatakan sebagai pencipta dan penipu.”
“Penipu?? Hahaha…” Byunghun tertawa mendengarnya.
“Gagak juga dikatakan alternatif untuk berbagai dewa dan roh, kematian dan perang. Namun burung ini juga di kenal sebagai burung yang ramah. Mereka cenderung untuk membentuk kelompok sosial. Menurut ku gagak dan juga bangau punya kesamaan. Sama-sama hewan ramah yang suka berkelompok, setia kawan.”
“Ah, aku tidak paham. Itu memusingkan.” Minhwan mengacak rambutnya.
“Bangau dan gagak?? Itu terdengar lebih bagus bukan? Ini pasti akan jadi sangat menarik.” Kata Myungsoo.
“Ah, aku akan mencoba membuat kiriman tentang ini dalam Hwaseong  Academy Community dan kita lihat bagaimana hasilnya.”
“Cepat-cepat!” Minhwan mendukung rencana Byunghun.
-------

“Wowowow, Byunghun menggila. Lihat kirimannya. Viecory vs YOWL, bangau vs gagak, how do you think? Ck, anak itu.” Chaerin mengomel sendiri sambil sibuk memainkan tab-nya. “Ajang besar akan dimulai, ini menyenangkan. Jieun, apa rencana Dewan Senior?”
“Itu rahasia.”
“Ih! Masak membocorkan sedikit saja kau tidak mau?”
“Ma’af aku tidak bisa. Tolong pahami posisi ku sekarang.”
“Kau sendiri yang memposisikan diri mu seperti ini,” cela Gyuri.
“Kompetisi kali ini akan lebih terbuka dan tidak terikat. Apakah itu artinya Viceroy dan YOWL bisa melamar satu sama lain?” Tanya Soojung.
“Nee. Viceroy boleh melamar YOWL dan begitu juga sebaliknya.”
“Aku rasa tidak mungkin Viceroy melamar YOWL,” sahut Gyuri.
“Jika itu terjadi, maka bencana besar bagi kita.” Soojung khawatir.
“Aku yakin Viceroy akan jadi patner kita.”
“Jujur saja, aku ingin duet dengan Myungsoo,” ungkap Yiyoung malu-malu.
“Itu ide bagus. Kalian sama-sama main gitar dan bernyanyi, hah… indahnya….” Gyuri benar mengkhayalkan hal itu. “Chaerin, coba bicara pada Byunghun.”
“Iya, nanti aku akan bicara pada Byunghun.”
-------

Ai, Hyuri, Kibum dan Wooyoung berkumpul di free computering area. Kibum dan Wooyoung sibuk berkutat dengan komputer, sementara Ai dan Hyuri berdiri di depan meja membelakangi Kibum dan Wooyoung. Ai menatap lurus dan datar pada setiap murid yang melintas didepan mereka.

“Tatapan mereka itu, mengerikan. Bagaimana bisa mereka menyebarkan omong kosong itu? Kita lesbian?? Foto itu, ck!” sesal Hyuri.
“Mudah saja. Kau memeluk ku dan seseorang dengan otak usil yang kerdil mengambil foto kita dan menyebarkannya. Perilaku menyimpang dua murid perempuan ini, haha itu lucu. Yang memberikan reaksi juga komentar sama bodohnya dan yang membela, membuang waktu saja.”
“Semua mudah bagi mu, bagi ku?”
“Kau hanya perlu menatap balik pada mereka, tanpa ragu. Tunjukan kekuatan mu lewat tatapan itu. Tegaskanlah jika inilah aku!”
“Apa aku perlu berpenampilan seperti mu? Smokey eyes gothic itu.”
“Kau yakin itu akan membantu? Walau kau berias layaknya hantu dalam film sekali pun tapi kau tak berani membalas tatapan mereka, percuma.”
“Nona, votingnya sudah di mulai.” Sela Wooyoung. Hyuri segera bergabung. “Stardust, Jung Jinwoon juga ada dalam jajaran ini.”
“Akhirnya YOWL bisa disejajarkan dengan Viceroy, Red Venus dan Stardust.” Jaejin kemudian menoleh dan meringis pada Kibum, Hyuri dan Wooyoung yang menatap heran padanya.
“Kami sudah lama disini, kalian saja yang tidak menyadarinya,” kata Minhyuk. “Hah, apa-apa’an ini? Bangau vs gagak? Percaya diri sekali mereka menyebut diri mereka bangau.”
“Eh, itu kan kata-kata Ai pagi ini,” kata Kibum.
“Dasar tidak kreatif,” gumam Hyuri.
“Kau yang melakukan ini semua?” Wonbin sudah berada disamping Ai.
“Kau pikir siapa aku hingga bisa mengendalikan sekolah sebesar ini?”
“Kompensasi.” Wonbin melirik Hyuri.
“Begitu menurut mu?”
“Nyonya Shin yang memperkenalkan YOWL padanya, itu sedkit yang aku dengar darinya.”

“Kalian disini rupanya.” Jaejoong baru tiba.
“Hi, Lead! Kau tidak ingin melihat ini?” Tanya Jaejin. Jaejoong pun bergabung.
“Bangau vs gagak?? Kita gagak?? Ya, Ai! Kenapa kau memposisikan kita sebagai gagak? Kau pikir kita penganut ilmu hitam apa?” protes Jaejoong.
“Cari dulu filosofinya, baru komentar.” Jawab Ai.
“Bukankah ini terlalu menonjol?” Tanya Wonbin.
“Tapi mereka menikmatinya.” Jawab Ai santai.
“Lalu, kau berencana akan melamar siapa? Jaejoong benar menginginkan Red Venus.”
“Entahlah. Belum terpikir oleh ku.”
***

Ai kaget ketika ia memasuki rumahnya. Minki duduk bersama Hyunjung, menunggunya. Minki kemudian pergi, memberi ruang untuk Hyunjung dan Ai.

“Aku tidak menyangka rooftop bisa jadi demikian indah dan nyaman.” Hyunjung memulai obrolan.
“Mengejutkan melihat Anda disini. Ada apa hingga Anda sendiri kemari?”
“Kenapa kau melakukan semua itu?”
“Ma’af?”
“Kemarin pengurus yayasan White Lotus datang menemui ayah mu. Mereka memberikan hadiah dalam kunjungan itu sebagai ucapan terima kasih karena Jung Jinyoung telah menjadi donatur yayasan. Itu ulah mu bukan? Mereka mengatakan yang selalu datang adalah gadis cantik yang mengaku sebagai kurir pribadi Presedir Jung.”
“Appa terus berusaha hidup secara lurus dan bersih, aku mendukungnya. Hanya itu tujuan ku.”
“Apa itu kata lain dari penolakan uang yang diberikan ayah mu setiap bulannya?”
“Ma’af jika ini sangat menyinggung. Aku tidak merasa hebat karena bisa hidup mandiri tanpa menggunakan uang pemberian Appa. Aku… aku minta ma’af jika itu melukai persaan Anda juga Appa.”
“Itu hak mu, mau menggunakan uang itu untuk apa saja. Aku juga minta ma’af jika ini membuat mu tidak nyaman.” Ai tersenyum kecil. “Jiyoo, apa kau tidak ingin bertemu dengan ayah mu?”
“Itu…”
-------

Jinwoon membaca kertas-kertas ditangannya. “Hanya itu yang berhasil kami kumpulan,” kata salah seorang kepercayaan Jinwoon.
“Kalian boleh pergi.”
“Baik Tuan.” Ketiga orang itu pun pamit pergi.

Jinwoon kembali membaca informasi tentang Ai yang berhasil dikumpulkan orang kepercayannya. Mata sipit Jinwoon melebar ketika ia sampai pada lembar ketiga. Jinwoon membaca ulang isi lembaran ketiga.

“Kemarin perwalikan dari yayasan White Lotus datang menemui Appa,” Euichul membuyarkan konsentrasi Jinwoon. Jinwoon segera menutup map ditangannya. “Kau mencurigai Jiyoo menghabiskan uang pemberian Appa dan kau membenci sikapnya bukan? Karena itu kau membawa informasi tentang Ai ke dalam rumah ini.”
“Bukan urusan Hyung.” Jinwoon memeluk map biru ditangannya dan bangkit dar duduknya.
“Apa yang sudah kita lakukan? Sebagai sesama anak kandung, apa yang sudah kita lakukan untuk Appa? Sebagai sesama anak kandung, apa kita sudah melalukan sebaik yang Jiyoo lakukan?” Jinwoon urung beranjak. “Jiyoo tak pernah lupa memberikan ucapan selamat ulang tahun pada Appa, dia selalu menjadi anak yang pertama kali memberi ucapan selamat. Aku? Jiyoo selalu mengingatkan aku, bahkan untuk ulang tahun pernikahan Appa dan Omma. Bagaimana dengan mu?”
“Apa maksudnya sesama anak kandung?”
“Akan aku beri tahu kau kebenaran yang sebenarnya. Aku sudah tidak tahan melihat sikap-sikap mu pada Jiyoo. Kau pikir Jiyoo adalah anak pungut? Kau salah Jung Jinwoon. Kau, aku dan Jiyoo adalah saudara satu ayah.”
Jinwoon tak percaya mendengarnya. Benarkah itu? Benarkah jika ia saudara satu ayah dengan Ai? Tubuh Jinwoon bergetar hingga telinganya berdenging.
“Kita saudara sedarah.” Imbuh Euichul.
“Hyung sengaja mengarang kisah itu untuk membuat ku menerima gadis itu?” Jinwoon berusaha menyangkal.
“Appa membuat kesalahan, bukan, cinta bukanlah kesalahan. Appa jatuh hati kepada seorang perangkai bunga bernama Lee So Yeon dan Appa menikahi wanita itu secara diam-diam, tanpa sepengetahuan Omma. Appa ingin sekali mempunyai anak gadis namun Omma tidak bisa hamil lagi, dan setelah Omma mengetahui pernikahan rahasia, Omma menerimnya dan berjanji akan menerima anak dari pernikahan Appa dengan Lee So Yeon. Kekacauan terjadi, dan Lee Soyeon menghilang bersama orang kepercayaan Appa, Bibi Jang, ibu dari Lee Min Ki, pemuda yang ada bersama Jiyoo sekarang. Setahun kemudian Appa menemukan Bibi Jang, namun Bibi Jang kembali membawa berita buruk,. Bibi Jang mengatakan Lee So Yeon meninggal berserta anak dalam kandungannya. Appa putus asa dan menganggapnya benar. Beberapa tahun kemudian Bibi Jang kembali dan menceritkan kebenaran, Lee So Yeon meninggal sa’at melahirkan anak pertamanya namun bayi itu selamat dan di adopsi pasangan suami Jepang, keluarga Fujiwara. Gadis itu bernama Fujiwara Ayumu dan ia tumbuh dengan baik bersama keluarga Jepang itu. Namun nasib buruk menimpa gadis itu, kedua orang tua adopsinya meninggal dalam kecelakaan mobil. Fujiwara Ayumu menjadin yatim piatu diusianya yang ketujuh. Appa sangat senang ketika tahu anaknya selamat dan akhirnya Appa mempunyai seorang anak gadis. Mendiang Lee So Yeon memberinya nama Jung Jiyoo. Appa menemukan anak bungsunya dan gadis itu tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan mandiri dua tahun yang lalu. Awalnya aku sempat merasa seperti mu, marah dan membenci Fujiwara Ayumu ketika Appa membawa gadis itu untuk bertemu kita. Tapi setelah secara tidak sengaja mendengar obrolan Appa dan Omma hingga aku tahu fakta bahwa Fujiwara Ayumu adalah saudara sedarah dengan ku… hati ku luluh. Aku tidak bisa membencinya dan bertahan dengan rasa itu. Bagaimana pun juga dia adalah adik ku, Jung Jiyoo, sama seperti mu, Jung Jinwoon. Sekarang terserah pada mu. Menurut ku sikap mu itu konyol, sangat kekanak-kanakan sekali.” Euichul pergi meninggalkan Jinwoon yang berdiri mematung.

Jinwoon menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Ia masih tak percaya pada apa yang baru didengarnya dari Euichul. Benarkah Fujiwara Ayumu adalah anak kandung Appa?
-------

Ai mengelus gitarnya memainkan melodi SUM 41-Pieces sendiri diatas panggung. Yongbae diam memperhatikan. Ia tahu Ai sedang memiliki perasaan kurang baik sejak gadis itu datang, namun Yongbae tak berani bertanya dan hanya diam memperhatikan. Ai meluapkan rasa sesak didadanya dengan menggenjreng gitar. Jaejoong, Wonbin, Jaejin, Kibum dan Minhyuk tiba di basecamp. Mereka turut menyaksikan pertunjukan solo Ai. Minhyuk bertanya pada Yongbae ada apa gerangan, namun Yongbae hanya bisa mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu. Mereka bertepuk tangan ketika Ai selesai memainkan gitarnya.

“Curang! Kenapa kau tidak menunggu kami?” protes Jaejin.
Ai tersenyum dan duduk diujung panggung, “kalian terlalu lama.” Jaejoong dan yang lain turut bergabung.
“Rapat terbuka akan di gelar besok. Pengumuman resminya sudah keluar.” Kata Kibum.
“Kau sudah menyusun rencana?” Tanya Jaejin yang duduk disamping kiri Ai. “Apakah YOWL akan turut memperebutkan Red Venus?”
“Jaejoong, apa kau benar ingin Red Venus jadi patner YOWL?” Tanya Ai pada Jaejoong yang duduk disamping kanannya.
“Ingin tapi tak ingin. Aku tidak mau YOWL mempermalukan diri. Terserah kau saja.”
“Hey, lead disini kau atau Ai?” sela Minhyuk.
“Kalian lebih patuh pada Ai daripada pada ku.”
“Hahaha…” tawa Minhyuk pecah. “Kau jarang bisa diandalkan, kecuali urusan berkelahi.”
“Kau ini. Lihat Jaejoong jadi cemberut. Minta ma’af padanya.” Perintah Wonbin. “Dia yang paling tua diantara kita, hormatilah Jaejoong.”
“Ish! Kalian ini! Aku tidak marah kok.” Jaejoong tersenyum tulus. “Hah… beginikah rasanya di sejajarkan dengan Stardust, Viceroy dan Red Venus? Mereka yang selalu dikatakan hebat.”
“YOWL juga hebat! Kau tidak bangga pada band mu ini?” protes Minhyuk.
“Tentu saja YOWL yang terbaik.” Ai tersenyum melihat dua rekannya itu berdebat.
“Aku tetap bangga pada YOWL, apapun keadaannya dan aku bangga memiliki Ai disini. Aku tidak akan melirik gadis lain lagi.”
“Tidak akan melirik gadis lain?? Lalu bagaimana dengan peristiwa di kebun bunga waktu itu? Oh, kau tidak melirik Kang Jiyoung tapi kau melihat Kang Jiyoung. Hahaha…” Jaejin tertawa puas lalu tos dengan Jaejoong. Minhyuk langsung cemberut dibuatnya.
“Nona, ini yang Anda minta.” Yongbae menyela sambil membawa kardus. Jaejoong dan yang lain mengamati kardus yang berisi amplop merah itu.
“Apa ini?” Jaejoong hendak menyentuhnya namun dengan sigap Ai menyingkirkan tangan Jaejoong.
“Ini benda keramat!” kata Ai.
“Benda keramat???” Jaejoong dan Jaejin kompak.
“Ai, kau jangan bercanda.” kata Minhyuk.
“Ini adalah masa depan YOWL.”
“Masa depan YOWL??” Tanya Kibum. Ai hanya tersenyum dan mengangguk,
***

Taemin dan Daehyun juga beberapa anggota Dewan Senior lembur sampai malam untuk mempersiapkan rapat terbuka esok. Daehyun berkacak pinggang melihat aula serbaguna di tata sedemikian rupa sedang Taemin tersenyum puas.

“Viceroy, Red Venus, Stardust dan YOWL, hah… empat band besar ini ada dalam kendali kita sekarang.” Kata Daehyun.
“Ide mu, memang keren.”
“Sebenarnya tak sepenuhnya ide ku.”
“Apa??”
“Ini hasil diskusi ku dengan Nyonya Shin.”
“Nyonya Shin?? Bagaimana kau bisa??”
“Secara tidak sengaja, usai pentas seni untuk penyambutan murid baru. Aku sedang menggerutu sendiri, Nyonya Shin lewat dan menghampiri ku. Beliau bertanya ada apa? Lalu aku menceritkan tentang Viceroy dan YOWL. Beliau bertanya, apa aku punya ide? Dan inilah kesempatan dari Nyonya Shin, perang resmi dan terbuka.”
“Woa… Nyonya Shin, wanita itu benar-benar keren. Pantas saja kau begitu berani ternyata kau punya pendukung kuat.”
“Hehehe… kau lah pendukung kuat ku itu. Hah! Aku berharap ini juga bisa membantu Jiyoo Fujiwara dan Jinwoon Hyung.”
“Mwo??”
“Ah, tidak ada. Ayo pulang! Besok kita akan perang, ” Daehyun merangkul Taemin pergi.
-------

Hyuri melompat kecil berusaha meraih buku di rak teratas. Sekuat tenaga Hyuri berusaha namun nihil, ia tak mampu meraih buku yang ia inginkan. Hyuri menghela nafas panjang dan putus asa. Tiba-tiba seseorang membantunya mengambil buku itu dan memberikannya pada Hyuri. Hyuri mengangkat kepala tak percaya pada apa yang dilihatnya. Hanbyul tersenyum manis dan menyodorkan buku ditangannya pada Hyuri. Hyuri mengerjapkan matanya, benar ini Jang Hanbyul, ‘The Glorious Pince Jang Hanbyul’.

“Kam-kamsahamnida, Sunbaenim.” kata Hyuri sedikit membungkukkan badan.
“Nee,” Hanbyul tersenyum sebelum pergi.

Hyuri selesai membayar buku-buku yang ia inginkan. Hanbyul berada jarak satu orang dibelakang Hyuri. Hyuri keluar dan menunggu Joongki menjemputnya. Hyuri menghentakan kakinya kesal. Joongki mengirim  pesan bahwa ia akan terlambat.

“Kau sendirian?” Hanbyul menghampiri Hyuri.
“Oh, nee.” Hyuri tersenyum kaku. Hanbyul, pemuda tampan yang selalu berdiri dibelakang bersama Sunghyun dan Jungshin dalam formasi Viceroy.
“Kau menunggu seseorang?”
“Aku menunggu Joongki Oppa, tapi sepertinya dia sedikit terlambat.” Ungkap Hyuri polos.
“Kau bisa pulang dengan ku.”
“Nee??” Hyuri sampai menoleh menatap Hanbyul.
“Dokter Song terlambat bukan? Lebih baik kau pulang dengan ku. Aku tahu dimana kediaman Nyonya Shin.”
“Sunbae-nim tahu tentang ku?”
“Kami semua tahu, kau Song Hyuri cucu dari Nyonya Shin pemilik Hwaseong Academy.”
“Oh, begitu…”
“Ayo! Aku antar kau pulang. Kau takut pada ku?”
“Tidak, tapi…”
“Ayo!” Hanbyul menuntun Hyuri.

Hyuri lebih banyak diam selama perjalanan. Namun pikiran Hyuri berkecamuk. Hyuri merasa hutang budi pada Hanbyul. Harusnya Hyuri menolak Hanbyul namun menunggu Joongki akan sangat membosankan. Joongki jika terlambat bisa lebih dari satu jam, Hyuri kapok jika harus menunggu Joongki. Naik bus atau taksi, tentu Hyuri tak berani. Ia tak pernah melakukannya. Selama ini Hyuri selalu antar-jemput jika ia berpergian. Menerima tawaran Hanbyul adalah pilihan yang tepat. Lalu sekarang, bagaimana Hyuri harus membayar hutang budi ini? Hyuri berpikir keras dan tiba-tiba ia teringat peristiwa ketika ia menabrak Myungsoo. Hyuri ingat betul bagaimana ekspresi keenam member Viceroy waktu itu. Ia hanya menerima kesan ramah pada wajah Sunghyun yang berdiri diantara Hanbyul dan Jungshin. Tunggu! Hyuri kembali mengingat ekspresi Hanbyul kala itu. Wajah Hanbyul, ekspresinya berubah ketika Ai tiba-tiba muncul. Hanbyul berubah berseri dan terus menatap Ai. Hyuri tersenyum seolah mendapat berkah dari surga.

“Sampai disini saja.” pinta Hyuri. Hanbyul menghentikan mobilnya didekat tikungan menuju kediaman Nyonya Shin. “Kamsahamnida, Sunbaenim.” Hyuri menunduk lalu turun. Hyuri berlari kecil dan segera menghilang dari pandangan Hanbyul.

Hanbyul tersenyum melihatnya. Lalu pandangannya tertuju pada secarik kertas yang tertinggal. Nota pembelian buku milik Hyuri tertinggal. Hanbyul memungutnya dan ia kaget ketika melihat tulisan dibelakang nota itu.

Ini nomer ponsel Ai 010-XXXX-XXXX semoga bisa membantu. Kamsahamnida Sunbaenim.

Hanbyul tersenyum lebar usai membaca pesan yang ditinggalkan Hyuri dibalik nota pembelian buku. Ia menggelengkan kepala lalu kembali melajukan mobilnya.

“Babo! Babo!” Hyuri memukul pelan kepalanya sendiri. “Apa yang baru kau lakukan Song Hyuri? Kau tahu siapa itu Jang Hanbyul? Iya, dia The Glorious Pince Jang Hanbyul, dia Viceroy! Kenapa kau memberikan nomer ponsel Ai pada Hanbyul? Apa begini caranya balas budi?” Hyuri bicara sendiri, memaki dirinya sendiri. “Apa yang ada dalam pikiran mu sampai kau melakukan ini? Hanbyul menyukai Ai?? Ck! Hyuri, babo! Oh!” Hyuri menghentikan langkahnya sa’at terdengar mobil Hanbyul pergi. Hyuri membalikan badan dan berlari kecil mengejar mobil Hanbyul yang telah pergi. Hyuri menunduk kan kepala dan menghela nafas panjang.

“Mati aku! Jika terjadi sesuatu pada Ai, apa aku bisa mempertanggung jawabkannya pada YOWL?? Tapi, bukankah ini bagus juga? Jika ada pria menyukai Ai, dengan begini gossip jika kami lesbian bisa redam. Tapi, bukankah selama ini Ai sudah di kelilingi pria-pria tampan. Aaa, ottoke??”
-------

Hanbyul membaringkan tubuh lelahnya di ranjang. Ia diam menatap langit-langit kamarnya. Hanbyul teringat pada pesan yang sengaja ditinggalkan Hyuri untuknya. Hanbyul bangkit dan mencari nota itu. Ia lalu menyalin nomer ponsel pemberiam Hyuri dalam kontak ponselnya. Hanbyul menatap layar ponselnya. Ia mengetik pesan namun menghapusnya kembali.

“Bagaimana kalau ini hanya jebakan?” gumam Hanbyul. “Bagaimana pun juga Hyuri sangat dekat dengan YOWL. Ah, kenapa aku berpikir sepicik ini? Jang Hanbyul! Jangan bertindak bodoh. Jika terjadi sesuatu, apa kau bisa mempertanggung jawabkannya? Hah!” Hanbyul kembali merebahkan tubuhnya dan berusaha tidur.
***

Red Venus, Stardust, Viceroy dan YOWL telah duduk di kursi yang disediakan untuk mereka. Tatanan kursi dibentuk persegi dimana perwakilan Dewan Senior selaku pemimpin rapat terbuka duduk ditengah-tengah persegi itu. Meja Red Venus berhadapan dengan meja Stardust, sedang meja Viceroy berhadapan dengan YOWL. Kursi-kursi yang disediakan dibelakang meja empat band ternama Hwaseong Academy itu disediakan untuk murid-murid yang ingin mengikuti jalannya rapat terbuka. Kibum, Hyuri dan Wooyoung duduk dibelakang YOWL. Hanya ada mereka disini sedangkan kursi dibelakang Viceroy dan Red Venus sudah penuh dan kursi dibelakang Stardust hampir penuh. Ketiga pendukung setia YOWL ini dibuat sedikit risih namun member YOWL tetap tenang dalam duduknya terlebih Ai yang cuek dan sibuk mengotak-atik ponselnya. Yoojin ikut masuk aula serbaguna dan ia muncul tepat didepan Ai. Yoojin tersenyum lebar dan membungkuk.

“Ai-chan! Hwaiting!” Yoojin menyemangati. Ai tersenyum. Yoojin balas senyum dan segera melayang kemudian duduk di kursi paling belakang.
“Baru kali ini rapat terbuka dihadiri arwah,” bisik Ai pada Jaejoong.
“Nee??? Odie???” Jaejoong berubah panik dan mengamati sekitar.
“Dia duduk mendukung YOWL.”
“Ssh! Kau membuat ku takut!” kata Jaejin yang duduk disamping kiri Ai. Ai tersenyum puas melihat kedua temannya panik.

Diseberang sana Myungsoo mengamati dengan tatapan mata elangnya. Ai membalas tatapan itu tanpa ragu. Sedang Hanbyul terus memperhatikan Ai, lalu Hyuri yang duduk tepat dibelakang Ai. Tak lama kemudian beberapa murid yang masuk mengisi kursi dibelakang YOWL dan menyisakan satu deret terakhir. Ai menoleh dan melihat Yoojin masih duduk disana, tersenyum lebar dan melambaikan tangan padanya. Ai menggeleng dan kembali menatap ke depan.
Melihat semua sudah siap, Daehyun pun berdiri membuka rapat. Daehyun membacakan agenda rapat hari ini. Kemudian Taemin membacakan rencana pelaksanaan festival tahunan sekolah, Hwaseong Festival, yang di gelar setiam musim panas tiba, tepatnya pada bulan juni. Daehyun kembali berdiri.

“Kali ini kita akan memainkan permainan ‘Be My Star’, peraturan permainan untuk melamar rekan yang akan Anda pilih untuk menjadi patner,” terang Daehyun.
“Dia itu gila dan membuat permainan gila untuk kita.” komentar Byunghun.
“Siapa yang berkenan melamar lebih dahulu?” Tanya Daehyun. Namun tidak ada perwakilan yang berdiri. Daehyun menatap Viceroy, Red Venus, Stardust lalu YOWL. Daehyun kembali menatap Stardust, Jinwoon, namun pemuda itu malah asik memainkan kertas ditangannya. Daehyun kesal. Lalu ia kembali menatap YOWL, Ai. Gadis itu duduk diam dan balas menatapnya, datar. Daehyun lelah menghadapi orang-orang ini. ‘Kenapa mereka sok dan merasa hebat begini?’ batin Daehyun. Emosinya hampir memuncak namun tiba-tiba Myungsoo berdiri.

“Viceroy akan melamar lebih dulu,” kata Myungsoo.
“Baiklah. Viceroy Kim Myungsoo akan melamar lebih dahulu. Viceroy, siapakah yang akan Anda lamar?”
Suasana menjadi tegang. Peserta rapat dibelakang sana saling berbisik. Mereka yakin Viceroy akan melamar Red Venus karena dua band ini adalah pasangan yang sempurna, pangeran dan putri.
“Fujiwara Ayumu, YOWL, would you be my star?” kata Myungsoo mengejutkan seisi aula. Myungoo menatap lurus pada Ai yang balas menatapnya datar.


-------TBC--------


matur suwun
.shytUrtle_yUi.

Search This Blog

Total Pageviews