¤ Parofiction - The White Prince and The Red Princess 2017 ¤
05:53
Pangeran Putih dan Putri Merah 2017.
*
Tokoh dalam cerita
-
Taemin as Pangeran Putih
-
Reader as Putri Merah
-
Key as Pangeran Pink/Kakek Petapa
-
Minho as Bocah Ijo/pemuda keturuan raksasa, sekutu pangeran jahat
-
Jonghyun as Ksatria Hitam/pengawal pribadi pangeran
-
Onew as Kakek Petapa
-
Luna as Kuning
-
Krystal as Biru
-
Amber as Grey
-
Victoria as Peri Jingga/narrator
-
Guest star Lee Jaejin FT. Island as pengawal
*
Karakter tokoh
-
Pangeran Putih: Pemuda tampan yang naik tahta di usia muda. Percaya pada
ramalan dan lugu hingga mudah dibodohi oleh pangeran jahat yang tak lain adalah
sepupunya.
-
Putri Merah: Putri yang tumbuh dan dibesarkan di luar istana. Menguasai ilmu
bela diri dan bijak.
-
Pangeran pink: berhati sirik. Dengan menyamar menjadi kakek peramal, ia berniat
merebut kekuasaan Pangeran Putih.
-
Bocah Ijo: Pemuda keturunan raksasa yang kuat namun sedikit bodoh. Di peralat
oleh Pangeran Pink agar membantunya merebut tahta.
-
Ksatria Hitam: Pengikut setia Pangeran Putih.
***
Victoria
muncul di atas panggung untuk membacakan narasi pembuka cerita.
Victoria:
“Alkisah ada sebuah negeri yang kaya raya, gemah ripah loh jinawi. Negeri yang
luas. Raja terdahulu dari negeri yang termahsyur karena kekayaannya itu
meninggal dunia setahun yang lalu. Sejak saat itu, Pangeran Putih naik tahta
menggantikan kedudukan sang ayah di usianya yang masih muda. Sejak Pangeran
Putih naik tahta, mulai muncul pergolakan. Rakyat tak lagi bisa hidup damai.
Ada teror yang meresahkan mereka. Pihak kerajaan di bawah pimpinan Pangeran
Putih pun terus mencari solusi untuk mengatasi teror. Aku, Peri Jingga, akan
membawa kalian menyaksikan kisah tentang Pangeran Putih dan negerinya.
Inilah... Pangeran Putih dan Putri Merah 2017.”
Victoria
meninggalkan panggung. Tata panggung diganti menyerupai ruang pertemuan
kerajaan. Ada satu kursi raja di atas panggung. Taemin muncul di atas panggung.
Victoria:
(Hanya terdengar suaranya) “Pangeran Putih semakin dibuat tertekan dengan
adanya teror yang membuat rakyatnya resah. Ia telah membentuk tim khusus untuk
menyelidiki dan mengatasi teror. Dengan gelisah ia menunggu laporan dari
orang-orang pilihannya. Orang-orang kepercayaannya.”
Taemin
berjalan mondar-mandir di depan kursi singgasananya. Wajahnya menunjukan
ekspresi gelisah. Sesekali is berhenti sejenak dan mengelus dagunya. Lalu, kembali
berjalam mondar-mandir.
Victoria:
“Di tengah kegalauannya menanti kabar dari pengawal pribadi kepercayaannya yang
bernama Bukan Ksatria Baja Hitam, si ksatria yang ditunggu-tunggu akhirnya
muncul juga. Pangeran Putih pun menyambutnya dengan senyuman lebar dan
antusias.”
Jonghyun
yang memakai baju serba hitam muncul diikuti empat pemuda dengan kostum pengawal
kerajaan. Taemin menghentikan langkahnya, tersenyum lebar menyambut ksatria
kepercayaannya tiba.
Jonghyun:
(Memberi hormat pada Taemin.)
Taemin:
(Sudah duduk di singgasananya, menerima salam hormat dari orang kepercayaannya.)
Jonghyun:
“Maaf, Yang Mulia. Sebelum saya bicara panjang lebar melaporkan misi dari Yang
Mulia, saya ingin meralat nama saya. Tadi Peri Jingga salah tuh nyebutin nama
saya. Mohon diizinkan.”
Taemin:
(Tersenyum dan mengangguk) “Silahkan, Ksatriaku.”
Jonghyun:
(Menghadap penonton) “Halo! Nama saya Ksatria Hitam. Bukan, Bukan Ksatria Baja
Hitam. Eh!” (Menunjukan ekspresi bingung) “Pokoknya nama saya itu Ksatria
Hitam. Bukan Ksatria Baja Hitam, bukanlah nama saya. Udah gitu aja.”
Victoria:
(Menyahut) “Eike kan cuman baca naskah! Udah, lanjut aja aktingnya!”
Taemin:
“Bagaimana perkembangan dari misi yang aku berikan? Ada titik terang?”
Jonghyun:
“Ada Yang Mulia. Pelaku teror sudah di ketahui.”
Taemin:
“Iya kah? Siapa? Apa seperti dugaan beberapa pejabat kerajaan?”
Jonghyun:
“Sangat jauh dari dugaan.”
Taemin:
“Jauh dari dugaan? Jadi, bukan kudeta?”
Jonghyun:
“Bukan, Yang Mulia.”
Taemin:
“Lalu, apa dong?”
Jonghyun:
“Penyebar teror itu adalah Bocah Ijo.”
Taemin:
“Ha?? Bocah Ijo?? Siapa itu?”
Jonghyun:
“Katanya sih masih turunane buto. Keturunannya raksasa. Dia sakti. Para jawara
yang kita kirim untuk melumpuhkan dia, gagal.”
Taemin:
“Lalu, bagaimana solusinya? Dia bikin onar tuntutannya apa? Tahtaku? Apa kita
nggak bisa nego sama dia dulu? Dinego aja say. Pasti bisa say. Dinego sampai
okay!” (Nyanyi ala iklan di TV)
Jonghyun
dan para prajurit bengong. Mulut mereka ternganga menatap Taemin. Taemin pun
berdehem.
Victoria:
“Di tengah kebengongan itu, terdengar suara pengawal penjaga gerbang masuk
ruang raja mengumumkan kedatangan Pangeran Pink. Saudara sepupu Pangeran Putih.
Pangeran Putih pun bangkit dari duduknya untuk menyambut kehadiran sang kakak
sepupu.”
Suara:
“Pangeran Pink memasuki istana!”
Key
yang mengenakan kostum serba pink naik ke atas panggung. Ia berjalan mendekati
Taemin dan ajudannya.
Taemin:
“Mas Pink. Tumben mampir, Mas.”
Key:
“Repot. Ada orang mampir, ditumbenin. Nanti kalau nggak mampir dibilang
sombong.
Taemin:
“Loh! Kapan aku pernah ngatain sampean sombong?”
Key:
“Nggak pernah sih!”
Taemin:
“Sampean juga nggak pernah mampir sejak aku naik tahta. Padahal aku kangen sama
sampean, Mas. Kangen main kelereng bareng kayak jaman kita kecil dulu.”
Key:
“Kamu udah jadi raja, masak masih mau main kelereng sama aku? Lagi pula, apa
kamu ndak denger gosipan di luar sana? Mereka bilang, aku mau ngrebut tahtamu.”
Taemin:
“Aku dengar. Tapi, aku ndak percaya sama gosipan itu.”
Key:
“Kalau kenyataannya benar, gimana?”
Suasana
berubah hening. Semua yang berada di panggung menatap Taemin.
Taemin:
“Kalau sampean benar menginginkan tahtaku, aku rela memberikannya. Bukan hanya
karena sampean lebih tua dari aku, tapi juga karena aku merasa ndak becus ngurus
negeriku tercinta ini.”
Key:
(Tersenyum mencibir) “Yakin mau serahin tahtamu buat aku? Tapi, para tetua
kerajaan nggak akan setuju. Karena aku bukan pewaris sah. Udah ah! Jangan
ngomongin masalah tahta.”
Taemin:
“Kan mas yang mulai.”
Key:
“Iya, sih. Ganti topik aja.”
Victoria:
(Hanya terdengar suaranya) “Disaat Pangeran Putih dan Pangeran Pink mengobrol,
seorang pengawal datang menyela. Pengawal itu membawa kabar penting untuk
kerajaan.”
Taemin:
“Ada apa wahai pengawalku? Kenapa kau begitu terburu-buru?”
Jaejin:
“Hamba datang membawa pesan penting Yang Mulia.”
Taemin:
“Apakah itu? Apa tentang teror yang meresahkan rakyat kita belakangan ini?”
Victoria:
“Pengawal ragu-ragu untuk bicara. Karena ia menyadari keberadaan Pangeran Pink
bersama mereka.”
Jaejin:
“Bukan tentang itu Yang Mulia. Ini tentang... harus kah hamba mengatakannya
sekarang juga?”
Key:
“Heh! Jongos! Lapo umak lirik-lirik ayas? Umak mau ngomong takut ono ayas?”
Jaejin:
“Maafkan hamba Yang Mulia Pangeran Pink. Hamba tidak bermaksud begitu.”
Key:
“Lha iku buktine. Lirak-lirik. Atau... atau jangan-jangan umak naksir ayas?
Wong bagus atiku ketarik. Lintange melu lirak lirik. Wong bagus ojo
njiwat-njiwit. Lintange melu mobat-mabit.” (Key menyanyikan lagu Lintang Duwur
Kutho).
Jaejin:
“Duh! Amit-amit! Ganteng-ganteng gini hamba masih normal.”
Taemin:
“Wes! Wes! Ojo gelut ae! Katakan sekarang. Kabar apa yang kamu bawa.”
Jaejin:
“Anu... Itu Yang Mulia, Kakek Petapa dalam perjalanan menuju kemari. Beliau
merasa miris mendengar apa yang menimpa negeri kita tercinta ini. Beliau turun
gunung untuk bertemu Yang Mulia langsung.”
Taemin:
“Kakek Petapa mau berkunjung? Wah! Ini berita bagus. Kita harus bersiap-siap.
Ayo! Kita siapkan semuanya!”
Taemin
dan para pengikutnya meninggalkan Key sendirian.
Key:
“Kakek Petapa mau berkunjung?” (Diam sejenak, lalu menyeringai dan berjalan
meninggalkan panggung).
***
Tata
panggung berubah. Kali ini tampilannya dibuat menyerupai hutan. Victoria
kembali muncul di atas panggung. Ia berjalan dan berhenti di tengah-tengah panggung.
Victoria:
“Pangeran Pink yang tidak sengaja mendengar kabar tentang akan datangnya Kakek
Petapa mengunjungi negerinya pun turut pergi untuk melakukan persiapan. Ia
bergegas pergi ke hutan yang menjadi rute perjalanan Kakek Petapa dan menunggu
di sana. Kira-kira apa ya yang direncanakan Pangeran Pink? Kita lihat aja yuk!”
Victoria
meninggalkan panggung dan Key naik ke atas panggung. Key duduk di bawah replika
pohon. Ia meletakan ransel yang ia bawa di sampingnya. Tak lama kemudian,
munculah Kakek Petapa yang sedang ia tunggu-tunggu. Key menyeringai lebar
melihat Kakek Petapa pergi tanpa di kawal siapapun. Key pun bangkit dari
duduknya dan berdiri menyambut kedatangan Kakek Petapa.
Key:
“Selamat sore, Mbah.”
Onew:
(Menghentikan langkah) “Sore. Oh! Pangeran Pink. Apa yang pangeran lakukan di
tengah hutan sendirian?”
Key:
“Solo hiking.” (menuding ranselnya). “Dan, sedang beristirahat di sini. Lalu,
melihat Mbah. Mbah mau ke mana? Kok sendirian?”
Onew:
“Ape njenguk adimu, Pangeran Putih.”
Key:
“Oh, begitu. Kelihatannya sampean lelah. Bagaimana kalau kita duduk dan ngopi
dulu?”
Onew:
“Boleh.”
Key
segera menggelar tikar yang terselip di ranselnya. Lalu menyiapkan peralatan
ngopi bersama. Ia lalu duduk di atas tikar dan mempersilahkan Onew untuk duduk.
Key:
“Silahkan duduk, Mbah.”
Onew:
(Duduk bergabung. Melihat Pangeran Pink yang menuangkan kopi untuknya). “Suatu
kehormatan bisa ngopi bareng Pangeran.”
Key:
“Suatu kerhormatan juga bagi saya, bisa ngopi bareng sampean. Kebetulan yang
langka.”
Onew:
“Tapi, kopi buatan Yang Mulia tak mengandung racun, kan?”
Key:
“Ndak lah. Paling cuman obat tidur. Nggak bakalan bikin sampean mati.”
Onew:
“Hahaha. Guyon lho, Pang.”
Key:
“Iya, Mbah. Woles aja. Monggo kopine.” (Memberikan secangkir kopi pada Onew).
Onew:
“Matur nuwun.” (menghirup aroma kopi). “Hmmm... aromanya luar biasa. Kopi racikan
Pangeran kayaknya enak nih.”
Key:
“Kayaknya ya? Semoga sampean nggak nyesel minum kopi racikan saya. Hehehe.”
Onew:
“Saya mah lillahita'ala. Terserah Yang Maha Suci aja. Saya mah nggak mikir
macem-macem. Kopi ini rejeki. Mana mungkin saya tolak. Kalaupun nanti
seandainya saya kenapa-napa sehabis minum kopi ini. Saya pasrahin semua ke Yang
Maha Suci. Semua sudah ada yang atur. Semua udah ada hitungannya. Setiap
perbuatan, baik atau buruk. Pasti akan dapat balasan.”
Key:
(Diam menatap Kakek Petapa, lalu menelan ludah).
Onew:
“Kok Pangeran bengong?”
Key:
“Kata-kata sampean, ngeplak banget Mbah. Sampean pancen oye!” (Mengacungkan
jempol tangan kanannya).
Onew:
“Umak kiro aku obat sakit kepala?”
Key
dan Onew terbahak bersama.
Key:
“Mari bersulang!”
Onew:
“Untuk pertemuan kita!”
Onew
dan Key meminum kopi di dalam gelas masing-masing. Onew meneguk habis isi
gelasnya. Beberapa detik kemudian ia mulai merasa ada yang aneh pada dirinya.
Key:
(Menyeringai melihat reaksi Kakek Petapa). “Sampean opo’o, Mbah?”
Onew:
“Gatau nih. Tiba-tiba pusing. Ngantuk.”
Key:
“Kok aneh? Kopi kan bikin melek. Sampean kok malah ngantuk? Oh! Mungkin karena
sampean capek. Habis jalan jauh. Tidur aja dulu, Mbah. Di sini. Jangan
khawatir. Saya jagain. Paling-paling sepuluh menit udah ilang ngantuknya.”
Onew:
“Tak buate meditasi aja.”
Key:
“Monggo! Monggo! Silahkan.”
Onew
mengambil posisi meditasi. Tak lama kemudian, ia jatuh ke sisi kanan.
Key:
(Mengamati Kakek Petapa sejenak. Lalu, perlahan mendekati Onew) “Dia ngorok!
Hihihi! (Berujar dengan suara lirih)
Key:
“Jo! Ijo! Paijo! Umak ndek endi?”
Minho
naik ke atas panggung.
Minho:
“Aku di sini!” (Menunjukkan ekspresi riang ala anak-anak.)
Key:
“Wes! Ra usah megaya! Ra usah akting! Cepet angkut mbah iki. Singitno! Ojo
sampek ucul.”
Minho:
“Lhah! Kok mbah-mbah? Endi mbakku?”
Key:
“Hush! Ojo protes ae! Mbah iki aset! Jalan terang buat nemuin mbakmu.”
Minho:
“Tenan e?”
Key:
“Tenan. Lapo lho aku goroh?”
Minho:
“Aku sampean PHP terus. Padahal aku wes lakuin semua seng sampean minta.”
Key:
“Duh! Aku bilang ini juga aset. Umak pikir gampang apa masuk istana?”
Minho:
“Gampang lah! Sampean kan pangeran. Pasti gampang buat blusak-blusuk ke istana.”
Key:
“Masalahnya, istana itu luas. Dan, aku nggak tahu mbakmu di sandera di mana.
Sekarang, umak jalanin aja perintahku. Aku punya rencana baru. Buat kita. Buat
nemuin mbakmu.”
Minho:
(Diam dan berpikir sejenak) “Baiklah! Aku percaya. Jadi, tugasku sekarang hanya
jaga mbah ini? Trus, apa aku masih harus nakut-nakutin warga?”
Key:
“Itu tetep. Tapi, jangan sekali-kali bilang kalau motifmu nakut-nakutin warga
adalah buat nyari mbakmu. Atau rencana kita gagal karena Pangeran Putih
mendengar alasanmu dan memindahkan mbakmu dari tempat dia berada sekarang.
Pokoknya, kamu manut aja apa kataku.”
Minho:
“Okelah kalau begitu. Tak tunggu kabar selanjutnya.”
Key:
“Sip! Wes! Ndang gowoen mbah iki nang tempat seng aman.”
Minho:
“Ok!” (Lalu, menggendong Kakek Petapa di punggungnya dan membawanya turun
panggung)
Key:
“Akhirnya keadaan berpihak padaku. Sekarang, aku punya kesempatan untuk
menjalankan rencana baruku. Pangeran Putih, kita akan bertemu lagi. Hahaha.”
***
Tata
panggung kembali menyajikan pemandangan di istana. Victoria kembali muncul di
atas panggung.
Victoria:
“Pangeran Pink berhasil menjalankan rencananya. Ia membegal dan menyandera
Kakek Petapa yang sedang dalam perjalanan menuju istana. Sementara itu,
Pangeran Putih yang berada di istana dan tak mengetahui musibah yang menimpa
Kakek Petapa, tetap melakukan persiapan untuk menyambut kedatangan Kakek
Petapa.”
Tata
panggung kembali dibuat seperti ruang pertemuan. Taemin dan Jonghyun serta
beberapa orang berpakaian ala prajurit Jawa zaman dahulu ada di atas panggung.
Tak lama kemudian, terdengar sebuah suara.
Suara:
“Kakek Petapa memasuki istana.”
Taemin
dan para punggawanya pun tersenyum. Menyambut kedatangan Kakek Petapa. Key
memasuki panggung. Kostumnya berubah. Ia memakai kostum Kakek Petapa. Baju
putih, rambut putih panjang dan jenggot putih. Taemin dan para punggawanya
segera memberi salam pada Kakek Petapa. Key mengangkat tangan kanannya setara
dada, tersenyum dan menganggukkan kepala.
Taemin:
“Selamat datang di istana, Mbah.”
Key:
(Hanya menganggukkan kepala)
Taemin:
“Apa benar Mbah datang, karena ada ramalan baru untuk negeri kita? Apakah itu berupa
solusi untuk negeri kita?”
Key:
“Tentu saja.”
Key
lupa merubah suaranya. Taemin, Jonghyun, dan para prajurit kompak melongo
menatapnya.
Key:
(Berdehem) “Maaf, agak nggak enak badan. Kadang berpengaruh juga ke suara.”
Taemin,
Jonghyun, dan para prajurit kompak berkata, "Oh..." sambil tersenyum
dan mengangguk-anggukkan kepala.
Key:
“Benar sekali! Saya datang membawa ramalan untuk Yang Mulia Raja.”
Taemin:
(Wajahnya berbinar) “Apa itu?”
Key:
“Tahu kenapa negeri ini terus saja bermasalah? Alasannya karena Yang Mulia Raja
masih jomblo.”
(Semua
kompak melongo)
Jonghyun:
“Tuan Petapa, apa hubungannya jomblo sama kekisruhan negeri? Teror Bocah Ijo
itu, nggak mungkin kan dia bikin ulah dengan tuntutan menikah dengan Yang Mulia
Raja?”
Key:
“Ngomongmu ngawur!” (Menimpuk kepala Jonghyun dengan buntelan kain yang ia
bawa) “Drama ini ada pemeran ceweknya tahu!”
Jonghyun:
“Oh ya ya. Maaf, saya khilaf.” (Sambil mengusuk puncak kepalanya)
Taemin:
“Menjadi jomblo bukanlah pilihan saya, Mbah. Tapi, kesibukan mengurus negara
yang membuat saya lupa untuk mencari pacar.”
Key:
“Apa mau saya cariin?”
Taemin:
“Boleh!”
Jonghyun:
“Tuan!” (Menyela). “Saya tetep nggak mudeng sama hubungan antara jomblo dan
kekisruhan negara.”
Key:
“Aduh! Kamu itu goblok dipelihara ya! Malu sama gelar! Biar eike jelaskan
hubungannya apa! Bukankah Tuhan itu menciptakan manusia saling berpasangan,
yes? Laki-perempuan. Semacam yin dan yang, saling memperngaurhi. Saling
menyeimbangkan. Lelaki nggak ada perempuan, nggak ada guna. Pun sebaliknya!
Cewek nggak ada cowok, juga nggak guna. Karena ini yang jomblo Raja, ya ngaruh
lah ke negara dan rakyatnya!”
Jonghyun:
“Oh... begitu. Trus, apa hubungannya sama teror Bocah Ijo?”
Key:
“Bisa aja dia frustasi, yes. Karena rajanya jomblo, dia pun jadi jomblo.
Mungkin maksudnya neror itu biar Yang Mulia Raja sadar. Agar segera mengakhiri
masa jomblonya. Mungkin, mungkin nie ye, pemikiran si Bocah Ijo itu, kalau Raja
udah nggak jomblo. Para rakyat jelata seperti dirinya, bisa ketularan dapet
jodohnya juga. Jadi, ndak jomblo lagi. Gitu!”
Jonghyun:
“Oh... Ada ya teror yang tujuannya kayak gitu. Amazing!”
Key:
“Ada dong! Namanya aja di panggung sandiwara. Apa yang nggak mungkin, jadi
mungkin.”
Jonghyun:
“Oke lah kalau begitu. Manut apa kata penulis saja.”
Taemin:
“Lalu, solusinya bagaimana? Apa saya harus melamar putri dari negeri dongeng atau
dari negeri antah barantah?”
Key:
“Emang bisa gitu kamu nemuin negeri dongeng? Mikir dikit dong, Ja!”
Jonghyun:
“Kok, Ja??”
Key:
“Kan Raja. Aku panggil Ja, masalah??”
Jonghyun:
“Suka-suka deh! Lu kan sesepuh. Tapi, suer. Ini Kakek Petapa rada aneh. Alay
dan juga... aneh!”
Key:
“Kan udah aku bilang, aku sakit. Rada nggak enak badan. Itu mempengaruhi mood,
suara, dan kepribadianku.”
Jonghyun:
“Penyakit langka ya? Gitu banget efeknya.”
Key:
“Gue lagi PMS! Puas loe!!!”
Taemin:
“Udah, udah. Berantem mulu ini. Mbah istirahat aja dulu. Nanti kita bahas lagi.”
Key:
“Nggak! Nggak! Ini harus segera disampaikan. Kalau nggak, bisa jerawatan eike.”
Taemin:
“Ya udah. Sampaikan saja sekarang.”
Key:
“Jadi, Yang Mulia Raja harus segera mencari dan menemukan jodohnya.”
Jonghyun:
“Bukankah itu tugas para tetua kerajaan?”
Key:
(Mengibaskan tangannya) “Kali ini beda. Yang Mulia Raja harus mencari jodohnya
yang sudah aku terawang keberadaannya. Dia bakal jadi jodoh yang baik bagi
Raja. Jodoh yang pas.”
Taemin:
“Siapa dia, Mbah? Ke mana saya harus mencarinya?”
Key:
“Dia ada di ujung tertimur negeri kita ini. Dia mutiara yang tersembunyi di
sana. Di lereng sebuah gunung bernama...”
Jonghyun:
(Memotong) “Wilayah timur kan sarang penyamun? Di sana sedang konflik. Tidak
akan aman bagi Yang Mulia Raja untuk pergi ke sana.”
Key:
“Kamu takut? Bukan kah sesuatu yang berharga itu memang sulit untuk
mendapatkannya? Lagi pula, kalau kalian pergi diam-diam. Mana ada yang tahu
kalau itu Raja?”
Jonghyun:
“Bagaimana Yang Mulia?”
Taemin:
“Kalau syaratnya memang aku harus pergi sendiri untuk menjemput jodohku, kenapa
tidak?”
Jonghyun:
“Kalau begitu, saya akan menemani Yang Mulia.”
Key:
“Nah! Gitu dong!”
Taemin:
“Lalu, kapan kami harus berangkat?”
Key:
“Waktu yang terbaik adalah malam ini. Ingat! Kalian harus pergi diam-diam.”
Jonghyun:
“Lalu, bagaimana dengan istana?”
Key:
“Selama kalian pergi, aku akan tetap tinggal di sini. Membantu mengawasi. Sampaikan
saja titahmu, Yang Mulia.”
Jonghyun:
“Tumben Tuan mau berlama-lama di ibukota?”
Key:
“Demi Yang Mulia Raja dan negeriku, aku rela berkorban. Untuk sementara
meninggalkan pertapaanku.”
Taemin:
“Baiklah. Kami akan berangkat malam ini.”
Key:
“Kamu memang anak baik, Pangeran Putih. Eh? Yang Mulia Raja.”
Taemin:
“Lalu, bagaimana ciri-ciri gadis yang harus saya jemput?”
Key:
“Putih adalah lambang kesucian. Gandengannya ya merah, si berani. Baru kalian
bisa jadi pasangan hebat untuk memimpin negeri ini.”
Taemin:
“Jadi, namanya Merah?”
Key:
“Iya.”
Taemin:
“Baiklah. Saya akan mencarinya. Sebaiknya Kakek beristirahat. Saya pun akan
bersiap-siap.”
Key:
“Ok. Ok!”
(Semua
meninggalkan panggung)
Victoria:
“Semua percaya pada ramalan Pangeran Pink yang menyamar jadi Kakek Petapa.
Pangeran Putih pun mempersiapkan keberangkatannya untuk berkelana mencari si
Merah. Ditemani Ksatria Hitam, malam itu Pangeran Putih pun pergi meninggalkan
istana.”
(Key,
Taemin, dan Jonghyun kembali ke atas panggung)
Taemin:
“Mbah, saya titip istana nggeh. Saya sudah meninggalkan surat kepada Sekretaris
Kerajaan. Selama saya tidak ada, Mbah lah yang bertanggung jawab atas istana.
Sebenarnya saya ingin minta bantuan Pangeran Pink untuk merawat istana. Tapi,
Mbah melarangnya.”
Key:
“Dampaknya akan buruk. Rakyat berpendapat Pangeran Pink akan merebut tahtamu.
Kalau sampai kau pergi dan mempercayakan istananya padanya, rakyat bisa murka.
Walau aku tahu kau sama sekali tak berpikir Pangeran Pink akan merebut tahtamu.”
Taemin:
“Saya percaya Mas Pink nggak akan melakukan itu. Dia, orang baik.”
Key:
“Sudah pergi sana. Kau harus sudah keluar dari ibukota saat fajar. Jika
terlewat, keberuntunganmu pun akan terlewat.”
Taemin:
“Kami berangkat dulu Mbah.”
(Taemin
dan Jonghyun berjalan menuruni panggung. Key berjalan mondar-mandir di atas
panggung)
Key:
“Akhirnya dia pergi juga. Perlahan, tapi pasti aku akan menduduki tahta.
Hahaha. Otakku pinter juga ngarang cerita. Bocah Ijo nyari mbaknya, si Putri
Merah. Sekarang, Pangeran Putih pun mencari Putri Merah. Kalau mereka ketemu,
mampuslah Pangeran Putih. Selamat datang pada kematianmu Pangeran Putih. Para
penjahat wilayah timur sudah menunggumu. Hahaha.”
(Key
berjalan menuruni panggung. Victoria kembali muncul di atas panggung)
***
Victoria:
“Pangeran Putih dan Ksatria Hitam pun pergi menuju ke wilayah tertimur dari
negerinya. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa hari. Mereka pun sampai
di tepian hutan wilayah timur. Mereka bermalam di sana dan berencana
melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Karena banyaknya rumor tentang
penjahat di wilayah timur, mereka pun sengaja tidak membuat api unggun walau
mereka kedinginan. Dan cerita selanjutnya... Silahkan disimak saja! Hehehe.”
(Layar
background panggung menampilkan gambar pepohonan. Taemin dan Jonghyun kembali
naik ke atas panggung. Duduk berdampingan di dekat layar. Berakting seolah-olah
mereka kedinginan)
Jonghyun:
“Makin ke sini makin merasa aneh. Sepanjang perjalanan kita diserang beberapa
kali. Apa separah ini negeri kita, Yang Mulia? Tapi, berdasarkan laporan.
Rakyat resah karena teror Bocah Ijo. Tidak ada laporan penyerangan atau
perampokan. Saya merasa, penyerangan terhadap kita ini sengaja. Sepertinya
mereka mengincar Yang Mulia. Dari awal saya merasa ada yang nggak beres sama
Kakek Petapa."
Taemin:
“Nggak beres gimana?”
Jonghyun:
“Seperti yang saya bilang sebelumnya. Saya merasa dia bukan Kakek Petapa yang
sebenarnya.”
Taemin:
“Lalu, dia siapa? Bajunya, rambutnya, jenggotnya. Itu semua Kakek Petapa
banget.”
Jonghyun:
“Tapi, tingkah lakunya itu lho Yang Mulia. Mengingatkan aku pada seseorang.”
Taemin:
“Siapa?”
(Tiba-tiba
terdengar suara perempuan.)
Suara:
“Kenapa kalian duduk dan berbisik dalam kegelapan. Katakan! Siapa kalian!”
(Taemin
dan Jonghyun bingung. Mencari suara tanpa rupa itu)
Jonghyun:
“Kau! Siapa? Tunjukkan wujudmu! Apa kau hantu? Ada suara tak ada rupa.”
Suara:
“Kau yang siapa? Beraninya memasuki wilayahku!”
Jonghyun:
“Wilayahmu?! Hey! Ini negeri milik Pangeran Putih! Wilayah ini pun miliknya.”
Suara:
“Raja Muda yang tak becus mengurus rakyatnya itu?”
Jonghyun:
“Jaga bicaramu! Sini! Tunjukkan wujudmu! Jangan bicara tanpa wujud! Ada suara nggak
ada rupa kayak kentut aja!”
(Luna
dan Krystal naik ke atas panggung. Luna memakai kostum Kuning dan Krystal
memakai kostum biru. Kemunculan keduanya membuat Jonghyun dan Taemin terkejut)
Luna:
“Kentutmu, bau! Enak aja ngata-ngatain orang kayak kentut! Emang kenyataannya
kan Raja Muda itu nggak becus ngurus rakyatnya? Rakyat dibiarkan menderita!”
Jonghyun:
“Kamu! Siapa?!”
Luna
dan Krystal: “Kami bidadari turun dari surge. Eaaa…”
Luna;
“Aku, Kuning! Dan, dia temanku Biru. Kenapa kalian memasuki wilayah kami? Apa
kalian mata-mata?”
Krystal:
“Sepertinya mereka bukan golongan orang biasa. Katakan! Kalian siapa? Berani
sekali memasuki wilayah kami!”
Jonghyun:
“Ini mbak-mbak cantik dari tadi ngotot wilayah kami! Apa jangan-jangan kalian
para pengacau yang hendak melakukan kudeta?”
Luna:
“Bisa jadi.”
Jonghyun:
“Yang bener apa?”
Krystal:
“Yang pasti kami adalah pembela rakyat jelata.”
Taemin:
“Maaf. Penyebab konflik di wilayah ini, apakah kalian?”
Luna:
“Konflik? Tidak ada konflik di sini.”
Krystal:
“Memang tersebar rumor itu sampai ke ibukota. Ketua kami sampai turun tangan
untuk melakukan penyelidikan. Tapi, di tengah perjalanan mereka diserang. Mereka
terpisah.”
Taemin:
“Kalau boleh tahu, siapa ketuamu?”
Luna:
“Putri Merah. Kau pasti sudah dengar tentang dia kan?”
(Wajah
Jonghyun dan Taemin berubah sumringah)
Krystal:
“Kenapa dengan ekspresi kalian?”
Taemin:
“Jadi, kalian teman dari Putri Merah?”
Luna:
“Kenapa kau bertanya perihal ketua kami?”
Jonghyun:
“Aku dan Tuanku, datang jauh-jauh kemari untuk bertemu Putri Merah. Walau kami
mendengar rumor wilayah timur sedang konflik, kami tetap pergi.”
Krystal:
“Bukan hanya konflik. Rumor yang beredar, istana akan mengirim pasukan untuk
menyerang kami. Apa kau tahu jika kami dicap pemberontak?”
(Taemin
dan Jonghyun kompak melongo)
Taemin:
“Kami hanya tahu wilayah timur sedang konflik. Itu saja.”
Krystal:
“Kalian ini sebenarnya siapa sih?!”
Taemin:
“Kalau aku bilang, aku adalah raja negeri ini. Apa kalian akan percaya?”
Jonghyun:
“Yang Mulia!”
Luna:
“Raja?? Ok! Penampilan kalian memang tampak seperti bukan orang biasa. Tapi,
apa nggak kelewatan tuh ngaku kamu raja negeri ini?”
Jonghyun:
“Beraninya, kamu!”
Amber:
“Ada apa ini?”
(Amber
naik ke atas panggung. Ia memakai kostum abu-abu)
Krystal:
“Ini ada yang ngaku raja negeri kita. Mereka gelap-gelapan berdua di wilayah
kita.”
Amber:
“Astaghfirullahalazim!!! Ngapain kalian?! Cowok-cowok berduaan dalam
kegelapaan??”
Jonghyun:
“Jemblong singit! Sadis bener komentar lu! Ganteng-ganteng gini kami masih
normal!”
Amber:
“Sapa juga yang bilang lu nggak normal? Gua kan cuman nanya, ngapain kalian
cowok-cowok, dua-duaan dalam gelap? Pikiran lu yang aneh, Bang!”
Luna:
“Umak ke sini malah ngisruh! Nggak bantuan kita. Duh!”
Amber:
“Sorry! Sorry! Jadi, yang mana yang ngaku raja?”
Krystal:
“Itu! Yang putih!”
Amber:
“Gini aja, kita bawa aja mereka ke markas.”
Luna:
“Gila lu, Ndro?! Berbahaya bawa dia ke markas!”
Krystal:
“Kalau mereka ini mata-mata, gimana?”
Amber:
“Mereka udah masuk wilayah kita! Kita bawa ke markas, kasih liat ketua. Baru
eksekusi di sana.”
Luna:
“Iya juga sih.”
Krystal:
“Aku ngikut aja wes. Apa kata kalian.”
Luna:
“Ok! Mari kita bawa mereka ke markas. Karena kalian sudah memasuki wilayah
kami! Jadi, kalian harus ikut kami! Mau ikut secara suka rela atau dibawa
paksa?”
Taemin:
“Secara suka rela. Karena, tujuan kami ke mari adalah untuk bertemu Nona
Merah.” (Tersenyum tulus)
Krystal:
“Kita lihat saja! Apa kau masih bisa tersenyum seperti itu saat tiba di markas.”
(Amber,
Luna, Krystal, Taemin, dan Jonghyun meninggalkan panggung. Victoria si peri
jingga kembali muncul di atas panggung)
***
Victoria:
“Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Pangeran Putih tertangkap pengikut Putri Merah.
Kira-kira, apa yang akan terjadi selanjutnya? Yuk, mari kita saksikan bersama!”
(Beberapa
orang figuran naik ke atas panggung. Bersama seorang gadis yang mengenakan
kostum serba merah. Mereka duduk berkerumun, berakting seolah-olah sedang
mengobrol. Rombongan Amber CS menaiki panggung. Menyita perhatian Putri Merah
dan para punggawanya)
Amber:
“Ketua, kami datang membawa dua orang asing ini. Mereka tertangkap sedang
dua-duaan dalam gelap.”
Putri
Merah: “Ngapain dua-duaan dalam gelap?”
Amber:
“Tahu lah!”
Krystal:
“Yang putih ngaku raja tuh.”
Luna:
“Mereka masuk wilayah kita. Kami khawatir mereka mata-mata. Jadi, kami bawa ke
markas.”
Krystal:
“Mereka ikut secara suka rela. Katanya, mereka ke sini buat ketemu ketua.”
Putri
Merah: “Buat ketemu saya? (Mengamati Taemin, lalu Jonghyun) Kalian utusan
istana?”
Taemin:
(Sumringah ketika melihat Putri Merah)
Jonghyun:
“Yang Mulia!” (Sambil menyikut Taemin)
Taemin:
“Ah ya! Bukan! Kami bukan utusan istana. Tapi, aku lah raja negeri ini.”
Krystal:
“Tuh kan! Dia ngotot kalau dia raja. Putri Merah: Baiklah. Jika kamu adalah
raja negeri ini, apa tujuanmu jauh-jauh datang ke markas kami?”
Taemin:
“Aku datang untuk melamarmu, Nona Merah.”
(Semua
terkejut)
Amber,
Luna, Krystal: “MELAMAR?!!!”
Putri
Merah: “Tunggu! Tunggu! Melamar? Maaf, ini maksudnya apa ya?”
Krystal:
“Iya nih. Nggak ada hujan, nggak ada angin. Kenal pun nggak, tiba-tiba melamar.
Lha kowe kuwi sopo?”
Jonghyun:
“Duh! Cah iki ayu tapi jan puedes lek ngomong! Jangan-jangan bakul lombok mbak
iki. Makanya kalau ngomong pedes!”
Krystal:
“Kulo raupi sambel purun?”
Luna:
“Udah! Udah! Berantem mulu ih!”
Amber:
“Iya nih. Tahan emosimu wahai Peri Biru.”
Taemin:
“Jadi gini, saya datang kemari atas perintah Kakek Petapa.”
Putri
Merah: “Kakek Petapa sudah sampai di istana? Syukurlah.”
Taemin:
“Iya. Dan, beliau lah yang memerintahkan aku kemari untuk melamarmu, Nona
Merah.”
Putri
Merah: “Loh kok, melamar?”
Jonghyun:
“Maaf saya menyela. Sebenarnya Nona Merah dan Kakek Petapa merencanakan apa?”
Putri
Merah: “Saya meminta bantuan Kakek Petapa untuk mengirim bukti-bukti kejahatan
orang-orang yang berusaha merong-rong negara.”
Taemin:
“Benar kah? Tapi, Kakek Petapa datang dengan maksud menyampaikan ramalannya.”
Putri
Merah: “Ramalan?”
Taemin:
“Iya.”
Putri
Merah: “Apa isi ramalannya?”
Taemin:
“Aku harus mengakhiri masa kejombloanku agar negeri ini bebas dari segala masalah
yang menjerat saat ini.”
Amber:
“Apa hubungannya jomblo sama masalah negara?”
Krystal:
“Kayaknya ada yang aneh deh.”
Luna:
“Jangan-jangan setelah Kakek Petapa mengirim pesan WhatsApp, benar-benar
terjadi sesuatu.”
Taemin
& Jonghyun: “Pesan WhatsApp??”
Krystal:
“Dih! Gitu amat sih ekspresinya. Kita kan hidup di desa maju bernama Konoha.”
(Lalu mengeluarkan smartphone dan memainkannya)
Taemin
& Jonghyun:” Oh iya ya. Lupa! Kita kan sedang berada di negeri khayalan.
Jadi, apa-apa bisa. Hahaha.”
Luna:
“Udah! Aduh! Ngaco mulu dari tadi.”
Taemin:
“Kakek Petapa ngirim pesan apa?”
Putri
Merah: “Di tengah jalan, ketemu orang mencurigakan dan diajak ngopi.”
Taemin:
“Gitu aja?”
Putri
Merah: “Iya. Sejak saat itu aku nggak bales pesan Kakek. Lalu, aku coba miscol,
nomernya udah nggak aktif.”
Amber:
“Karena itu kami kesulitan melacaknya.”
Jonghyun:
“Benar kan dugaan hamba, Yang Mulia. Ada yang aneh dan nggak biasa pada Kakek
Petapa.”
Putri
Merah: “Tunggu! Kalau benar kau adalah raja negeri ini, apa buktinya?
Jangan-jangan orang mencurigakan itu adalah kalian.”
Krystal:
“Nah! Aku juga mikir gitu.”
Taemin:
(Menunjukkan lencana kerajaan yang ia bawa. Lencana berbentuk bulat dan berwarna
emas dengan gambar burung garuda)
Amber:
“Maaf, boleh aku periksa lencananya?”
Taemin:
“Tentu saja.” (Memberikan lencana pada Amber)
Amber:
(Memeriksa lencana pemberian Taemin dengan memperhatikan gambarnya, menciumnya,
lalu menggigitnya. Ia bolak-balik lagi lencana di tangannya)
Krystal:
“Gimana? Asli nggak?”
Amber:
(Menyerahkan kembali lencana pada Taemin. Lalu ia berjalan mendekati Putri
Merah)
Putri
Merah: “Bagaimana?” (Berbisik)
Amber:
“Itu asli, Ketua.”
Putri
Merah: (Terkejut) “Beri hormat kepada Yang Mulia Raja!”
(Putri
Merah dan para pengikutnya segera berlutut dan menundukkan kepala di hadapan
Taemin)
Taemin:
“Tolong! Berdiri lah. Ini bukan istana.”
Putri
Merah: “Maafkan atas ketidaksopanan kami, Yang Mulia.”
Taemin:
“Aku terima maaf kalian. Aku mohon, jangan seperti ini. Ini perintah!”
(Putri
Merah dan pengikutnya kembali berdiri)
Taemin:
“Maafkan aku. Tapi, sebenarnya apa yang terjadi? Bukti kejahatan apa yang
dibawa Kakek Petapa?”
Putri
Merah: “Sebenarnya kami telah lama melakukan penyelidikan. Sejak Yang Mulia
naik tahta, ada banyak kekisruhan. Penyelidikan kami menemukan bahwa,
sebelumnya maaf Yang Mulia. Bahwa benar adanya bahwa Pangeran Pink turut andil
dalam kekacauan itu. Rumor tentang Pangeran Pink yang akan merebut tahta, bukan
isapan jempol belaka. Beliau memang telah menyusun skenario sedemikian rupa
untuk menjalankan rencananya. Rumor itu pun, skenario beliau. Kami telah
mengumpulkan bukti-bukti. Ketika kami hendak mengirimnya sendiri ke istana,
kami diserang. Ada bagian dari kelompok kami yang hilang. Lalu, Kakek Petapa
menghubungi kami secara diam-diam. Beliau bersedia mengantarkan bukti-bukti itu
pada Yang Mulia Raja. Tapi, bagaimana sekarang bisa seperti ini?”
Krystal:
“Benar kan kataku! Pasti terjadi sesuatu sama Kakek Petapa.”
Luna:
“Konspirasi.”
Amber:
“Sabotase.”
Jonghyun:
“Kita harus melakukan sesuatu. Saya rasa, Pangeran Pink lah dalang dibalik ini
semua.”
Putri
Merah: “Maaf, Yang Mulia. Perintah penyerangan ke wilayah kami. Apakah itu
titah Yang Mulia?”
Jonghyun:
“Istana menerima laporan adanya kekacauan dan percobaan kudeta di wilayah ini.
Jadi, istana mengirim perintah untuk menghentikan pemberontakan ini.”
Krystal:
“Tuh kan! Pangeran Pink lagi tuh kayaknya yang bikin kacau.”
Luna:
“Dia pandai banget sih ngarang, bikin skenario kayak gini. Kenapa nggak jadi
penulis aja? Daripada ngacau kayak gini.”
Amber:
“Kita butuh rencana. Jika benar ini semua adalah ulah Pangeran Pink, akan
sangat berbahaya. Saya rasa, dia sengaja mengirim Yang Mulia kemari agar Yang
Mulia terbunuh.”
Jonghyun:
“Kami beberapa kali mendapat penyerangan selama perjalanan.”
Taemin:
“Tapi, apa benar ini semua ulah Mas Pink?”
Putri
Merah: “Memang sulit dipercaya. Tapi, beginilah kenyataannya Yang Mulia.
Pangeran Pink merasa dia lah yang lebih berhak menduduki tahta. Mungkin karena
dia merasa lebih tua dan lebih mumpuni daripada Yang Mulia. Maaf.”
Taemin:
(Tersenyum menatap Putri Merah) “Aku punya rencana. Tapi, aku butuh bantuanmu
juga para pengikutmu.”
Putri
Merah: “Dengan senang hati. Demi kesatuan negeri ini, kami siap membantu Yang
Mulia.”
Taemin:
“Aku pergi karena perintah Kakek Petapa, untuk mencarimu. Karenanya, aku harus
membawamu ke istana. Kita akan membuat kejutan untuk siapa pun itu yang kini
tinggal di istana menjadi Kakek Petapa. Apa kau mau pergi bersamaku, Nona
Merah?”
Amber:
“Aku akan mengawal Ketua.”
Luna:
“Aku juga.”
Krystal:
“Aku juga. Kita pergi bersama-sama. Siapa tahu kita bisa menemukan dia.”
Taemin:
“Dia?”
Putri
Merah: “Bagian dari kami yang hilang.”
Taemin:
“Baiklah. Apakah kau setuju untuk pergi bersamaku?”
Putri
Merah: “Iya. Yang Mulia.”
Taemin:
“Terima kasih.”
Putri
Merah: “Sebaiknya Yang Mulia istirahat dulu. Besok kita diskusikan lagi rencana
keberangkatan ke ibu kota. Saya rasa lebih cepat lebih baik. Kami akan
menyiapkan tempat istirahat untuk Yang Mulia. Mari ikuti kami.”
Putri
Merah dan para pengikutnya memimpin Taemin untuk turun panggung. Victoria
kembali naik ke atas panggung.
***
Victoria:
Akhirnya Pangeran Putih bertemu dengan Putri Merah. Sepertinya sih Pangeran
Putih jatuh cinta pada pandangan pertama sama Putri Merah. Tapi, nggak tahu
juga sih! Simak aja kelanjutan kisahnya yuk!
(Dancing
time!!! Bayangkan bagaimana Kpop idol seorang Taemin cs dance Bollywood.
Kekeke... Ini bagian dari kegilaan dalam otak zodiak cancer ku)
Amber
dan beberapa penari latar pria naik ke atas panggung. Disusul Putri Merah,
Luna, dan Krystal. Terdengar alunan lagu Ost. Asoka - Ore Kanchi. Amber mulai
menari dan lipsync bersama para penari latar. Putri Merah lipsync dan menari
bersama Luna dan Krsytal, juga beberapa penari latar perempuan. Taemin dan
Jonghyun naik ke atas panggung menonton Putri Merah dan pengikutnya menari.
Amber mengajak Taemim dan Jonghyun untuk bergabung menari. Walau awalnya
menolak, Taemin dan Jonghyun pun akhirnya bergabung dan ikut menari. Taemin
menari berpasangan dengan Putri Merah, Jonghyun dengan Luna, dan Amber dengan
Krystal. Usai menari bersama, Taemin dan Putri Merah tampak malu-malu satu sama
lain.
Amber:
“Menari memang olah raga terbaik.”
Krystal:
“Benar sekali! Beberapa hari terakhir kita dibuat stres dengan persiapan
keberangkatan ke istana. Tarian baru saja, berhasil merefresh segalanya.”
Luna:
“Yap! Benar sekali. Ketua, kita siap berangkat?”
Putri
Merah: “Tentu saja. Bagaimana Yang Mulia? Kita berangkat hari ini?”
Taemin:
“Iya. Aku sudah tidak sabar untuk memberi kejutan pada Kakek Petapa.”
Amber:
“Baiklah! Ayo kita ambil perbekalan dan berangkat!”
Semua
menuruni panggung. Victoria kembali naik.
***
Victoria:
“Pangeran Putih dan rombongannya memulai perjalanan kembali ke istana. Mereka
pun berencana dalam perjalanan akan mencari keberadaan Kakek Petapa yang di
duga hilang setelah ngopi bersama orang mencurigakan yang tak lain adalah
Pangeran Pink. Kita saksikan aja kelanjutannya. Monggo!!!”
Taemin,
Jonghyun, Amber, Putri Merah, Luna, dan Krystal kembali naik ke atas panggung.
Mereka berjalan-jalan di atas panggung.
Amber:
“Bagaimana kalau kita istirahat dulu? Udah dua hari lho kita jalan!”
Jonghyun:
“Perasaan baru dua kali putaran dah.”
Luna:
“Dua kali putaran di atas panggung tuh artinya dua hari tau!”
Jonghyun:
“Gitu ya? Ok! Mari kita ngaso dulu.”
(Semua
duduk di di atas lantai panggung. Luna membagikan air dalam botol. Mereka
gantian meneguk air itu)
Amber:
“Segarnya.....”
Krystal:
“Sebentar!” (Mengendus-endus) “Bau ini kayaknya nggak asing deh.”
Luna:
“Bau apa? Jangan gitu dong! Kita kan emang pada bau karena dua hari jalan kaki
dan belum mandi sama sekali.”
Krystal:
“Bukan itu! Tapi, bau ini.” (Bangkit dari duduknya dan terus mengendus-endus,
mencari sumber bau)
Amber:
“Maafkan kelakuam teman kami Yang Mulia. Tapi, indera penciumannya memang
mbois.”
Luna:
“Berkat kemampuannya itu, kami menemukan Yang Mulia walau Yang Mulia berada
dalam kegelapan. Dia mencium aroma asing, katanya waktu itu.”
Taemin:
“Wah! Kemampuan yang langka dan unik. Aku merasa beruntung kalian berada di
pihakku.”
(Krystal
Mendekati replika pohon, masih dengan mengendus-endus. Ia lalu menarik Minho
yang bersembunyi di balik replika pohon)
Krystal:
“Ijo?”
Minho:
“Biru?”
Krystal:
“Ngapain kamu di sini?”
Minho:
“Kamu yang ngapain di sini?”
Krystal:
“Kamu ke mana aja?”
Minho:
“Aku hampir tertangkap. Untung saja Pangeran Pink menolongku.”
Krystal:
“Pangeran Pink nolong kamu?”
Minho:
“Iya. Waktu itu aku terpisah sama Mbak Merah. Kata mereka Mbak Merah udah
ketangkep. Aku putus asa dan hampir nyerah. Untung Pangeran Pink datang dan
menolong. Kata dia, Pangeran Putih yang nangkep Mbak Merah.”
Krystal:
“Duh! Begonya tetap aja ini orang. Noh! Ketua di sana!” (Nuding Putri Merah)
Minho:
“Mbak Merah? Mbak Merah!” (Berlari mendekati Putri Merah) “Mbak Merah!”
Putri
Merah: “Ijo?”
Minho:
“Mbak Merah selamat?”
Putri
Merah: (Bangkit dari duduknya) “Iya, aku selamat. Aku lega kamu juga selamat.”
Minho:
“Bagaimana Mbak Merah bisa ketemu Biru, Grey, dan Kuning? Bukannya Mbak Merah
di sandera Pangeran Putih di istana?”
Semua
melongo menatap Minho.
Minho:
“Mbak ketangkep kan setelah penyerangan itu?”
Putri
Merah: “Aku selamat. Justeru kamu lah yang ketangkep. Kami nggak berhasil
nemuin kamu.”
Krystal:
“Dia di tolong Pangeran Pink katanya. Pangeran Pink bilang Ketua disandera
Pangeran Putih di istana.”
Minho:
“Itu alasan kenapa aku mau disuruh bikin kekacauan. Untuk meneror istana agar mereka
mengembalikan Mbak Merah.”
Putri
Merah: “Astaga Ijo! Kamu dibodohin sama Pangeran Pink. Aku baik-baik aja dan
kembali ke markas. Pangeran Pink udah bikin kacau sana-sini. Kita harus
menghentikan Pangeran Pink.”
Minho:
“Jadi, yang jahat Pangeran Pink? Bukan Pangeran Putih?”
Putri
Merah: “Ini anak o'onnya setengah idup dah! Hey, Ijo! Kamu lupa kita diserang
itu saat menjalankan misi apa?”
Minho:
“Mengantar bukti-bukti kejahatan Pangeran Pink.” (Diam sejenak) “Oh! Astaga!
Iya ya! Kan kita mau laporin dia ke istana. Kok aku malah percaya dan bantu dia
sih.”
Putri
Merah: “Lha mboh, umak iki!”
Minho:
“Sekarang Mbak mau ke mana? Aku ikut!’
Putri
Merah: “Mau nyerbu istana!”
Minho:
“Aku ikut!! Tapi, gimana dengan mbah itu?”
Krystal:
“Mbah siapa?”
Minho:
“Pangeran Pink menyuruhku menjaga seorang kakek. Katanya, aku harus jaga kakek
itu sampai Pangeran Pink kembali dari misi membantuku mencari sampean, Mbak.”
Luna:
“Kakek? Jangan-jangan...”
Amber:
“Bawa aja kakeknya ke mari. Kita ajak ke istana.”
Minho:
“Nggak papa emang?”
Krystal:
“Nggak papa. Buruan bawa kakeknya ke sini!”
Minho:
“Ok! Tunggu sebentar!”
Minho
pergi ke belakang panggung. Lalu kembali ke panggung dengan menggendong Onew di
punggungnya. Onew masih mengenankan jenggot dan rambut panjang warna putih.
Tapi, ia memakai pakaian training warna hijau.
Putri
Merah: “Kakek Petapa!”
Taemin:
“Kakek Petapa!”
Minho:
(Menurunkan Onew) “Kakek Petapa?”
Taemin:
“Iya.”
Putri
Merah; “Kalian memang belum pernah bertemu langsung dengan Kakek Petapa. Beliau
ini lah Kakek Petapa.”
Onew:
“Yang Mulia. Senang bisa bertemu dengan Anda.”
Minho:
“Yang Mulia?”
Krystal:
“Beliau ini Pangeran Putih. Raja kita.”
Minho:
“Oh! Jadi, Yang Mulia Raja? Dan, Kakek Petapa?”
Luna:
“Mending lu diem aja deh, Jo! Begonya elu kebangetan! Bikin malu partai aja!”
Putri
Merah: “Kakek Petapa kenapa pakaiannya kayak gini?”
Onew:
“Dipinjemin Bocah Ijo ini. Pakaianku di rampok sama Pangeran Pink. Dia ngajak
aku ngopi. Tahu-tahu aku bangun udah di gubuknya si Bocah Ijo.”
Putri
Merah: “Ijo jahatin, Kakek?”
Onew:
“Nggak kok. Bagaimana kamu bisa bersama Yang Mulia Raja?”
Taemin:
“Bukankah Kakek Petapa yang memintaku pergi untuk melamar Nona Merah?”
Onew:
“Jadi, begitu. Sepertinya Pangeran Pink menyamar jadi aku. Makanya dia merampok
pakaianku juga segala yang aku bawa.”
Putri
Merah: “Termasuk buku catatan kejahatan dia?”
Onew:
“Dan buku diary-ku. Buktinya dia menggunakan catatanku tentang rencanaku untuk
meminta Yang Mulia Raja melamarmu.”
Taemin
dan Putri Merah saling memandang.
Onew:
“Menurut hitungan dan ramalanku, kalian ada jodoh. Hasil hitungannya pun bagus.
Kalian akan saling menopang dan melengkapi. Negeri ini akan semakin maju
dibawah pimpinan kalian. Negeri ini akan hancur jika jatuh ke tangan Pangeran
Pink.”
Taemin:
“Karena kita sudah bersama, sebaiknya kita segera ke istana dan menghentikan
rencana Mas Pink.”
Onew:
“Juga mengambil kembali pakaianku.”
Taemin:
“Ya tentu saja.”
Onew:
“Ya sudah! Ayo pergi!”
Onew
berjalan mendahului. Semua menyusul di belakangnya dan berjalan menuruni
panggung. Victoria naik lagi ke atas panggung.
***
Victoria:
“Rombongan Pangeran Putih berhasil menemukan Kakek Petapa berkat kemampuan
indera penciuman si Biru yang tajam. Mereka pun bersama-sama menuju istana.
Sementara itu, di istana Pangeran Pink tidak tahu menahu perihal akan datangnya
Pangeran Putih kembali ke istananya. Ia menikmati kekuasaan sementaranya di
istana. Selama sebulan kepergian Pangeran Putih, banyak kekacauan yang dibuat
Pangeran Pink di istana. Perlahan ia mulai menyusun rencana untuk merebut
tahta. Kira-kira bagaimana reaksinya ketika tahu Pangeran Putih kembali ya?
Kita liat aja yuk!”
Victoria
turun panggung. Key yang masih berdandan ala Kakek Petapa naik ke atas panggung.
Key:
“Aku semakin dekat dengan keberhasilan rencanaku. Aku sudah menyewa jawara
terbaik untuk membunuh Pangeran Putih. Selama Bocah Ijo di bawah kendaliku,
semua akan baik-baik saja. Jawara yang baru saja aku kirim belum pernah
terkalahkan. Hanya Bocah Ijo tandingannya. Sekarang semua beres. Setelah
rencanaku berhasil, aku akan membuat wasiat agar tahta Pangeran Putih yang
gugur dalam tugas negara diberikan padaku. Hahaha. Aku memang brilian. Hanya
dengan jadi stalker akun para pemeran utama, aku bisa menulis skenario
perebutan tahta ini. Kalian yang punya sosmed hati-hati kalau posting atau
update ya. Belajar dari apa yang aku lakukan. Hahaha.”
Taemin:
“Assalamualaikum!”
Taemin
naik ke atas panggung bersama Jonghyun, Putri Merah, Amber, Luna, dan Krystal. Membuat
Key terkejut.
Key:
“Wa'... wa'alaikumsalam. Yang Mulia kembali?”
Taemin:
“Iya. Apa kabar, Mbah? Lama tak jumpa hatiku rindu?” (Hendak memeluk Key)
Key:
“Stop! Stop! Engkau mencuri hatiku! Hatiku! Stop engkau mencuri hatiku.”
Krystal:
“Yelah! Malah nyanyi!”
Key:
“Sorry! Aku terlampau senang melihat Yang Mulia kembali. Jadi, mereka ini siapa
Yang Mulia?”
Taemin:
“Putri Merah dan koloninya. Aku berhasil menemukannya dan membawanya ke istana.”
Key:
“Oh! Hahaha. Bagus! Hanya dalam waktu sebulan? Hebat! Biasanya masa training
kan tiga bulan ya.”
Taemin:
“Aku kan raja. Jadi, ada jalur khusus dong.”
Key+Taemin:
“Hahaha.”
Taemin:
“Aku juga punya kejutan lain buat Kakek.”
Key:
“Oya? Apakah itu?”
Taemin:
“Kalian! Kemarilah!”
Onew
dan Minho naik ke atas panggung. Key makin dibuat kaget.
Key:
“Siapa mereka itu Yang Mulia?”
Onew:
“Akhiri saja sandiwaramu anak muda. Biar drama ini lekas kelar. Kamu nggak tahu
gimana menderitanya aku dengan jenggot dan wig ini?!”
Key:
“Nasib kita sama kalau soal itu! Jenggot dan wig panjang ini benar-benar
menyiksa.”
Onew:
“Nah! Ketahuan kan? Dia emang palsu! Dia adalah Pangeran Pink yang meracuniku
dan mencuri pakaianku. Oh! Sungguh terlalu! Teganya dirimu! Sungguh teganya!
Teganya! Teganya! Pada diriku!”
Krystal:
“Nyanyi lagi. Naskahnya udah kepanjangan ini! Buruan kelarin!”
Taemin:
“Mas Pink, buka dulu topengmu. Buka dulu topengmu. Biar ku lihat warnamu. Biar
ku lihat warnamu.”
Key:
“Aku bukan Mas Pink.”
Taemin:
“Kamu nggak bisa mengelak lagi, Mas. Semua saksi udah ada di sini. Menyerahlah,
Mas.”
Onew:
“Tahta diberikan pada orang yang mampu mengemban tugas. Kamu berani mencelakai
orang tua sepertiku. Apa jadinya negeri ini jika kau yang jadi raja?”
Key:
“Tapi, aku lebih tua! Lebih pengalaman! Lebih brilian dari Putih!”
Onew:
“Lebih tua dan lebih berpengalaman dan juga lebih brilian belum tentu bisa
memimpin negara dengan baik jika kamu tidak bijak dan tidak pengertian. Banyak
orang pintar, orang brilian di dunia ini. Tapi, sangat sedikit dari mereka yang
bijaksana dan pengertian. Pangeran Putih mungkin memang tidak lebih baik darimu
Pangeran Pink. Tapi, dia adalah keturunan dan penerus tahta sah. Dia pun tengah
berusaha untuk menjadi pemimpin yang bijak dan pengertian pada rakyatnya.”
Key:
“Jika dia diberi kesempatan untuk belajar dan menjadi pantas, kenapa aku tidak?
Bagaimana jika rakyat saja yang memilih? Raja akan ditentukan berdasarkan
pilihan rakyat. Bukan karena garis keturunan sah.”
Minho:
“Siapa yang akan memilih pangeran seperti Anda untuk menjadi raja? Anda yang
seharusnya melindungi rakyat yang lemah, justeru memanfaatkan dan membodohi
mereka. Saya salah satu korbannya. Saya sudah meminta maaf di depan rakyat.”
Key:
“Dan, kamu nyebut aku yang memerintahmu untuk buat kekacauan?”
Minho:
“Nggak.”
Onew:
“Kembalilah pada siapa dirimu yang sebelumnya, Pangeran. Jika kamu merasa
brilian dan lebih berpengalaman. Bantu adikmu, Pangeran Putih. Bimbing dia.
Bekerja samalah untuk negeri ini. Untuk rakyat. Jangan biarkan ketamakan dan
keserakahan menguasai dirimu dan menjadikanmu bodoh.”
Key:
“Aku? Masak sih aku begitu?”
Krystal:
“Seteres!”
Luna:
“Kumat!”
Amber:
“Dah lu nyerah aja deh, Bang! Udah ketangkep basah juga masih sok bergaya
ala-ala Darmi Sudarmi. Kena pelanggaran hak cipta kapok lho! Di penjara mampus
lho!”
Minho:
“Penjarain aja deh Yang Mulia. Biar kapok itu Pangeran Pink.”
Krystal:
“Setuju.”
Key:
“Ini yang banyak dialognya kok malah para pemeran pembantu ya? Pemeran utamanya
malah banyak diam. Ah! Author e gimana se iki? Kok pinteran aku lek mengarang.”
Jonghyun:
“Aku peran pembantu kebagian dialog dikit.”
Key:
“Nasibmu! Kapok!”
Putri
Merah: “Ini ending-nya mau dibuat gimana sih? Begini aja dari tadi. Bibi peri
mana se ini?”
Key:
“Karena aku udah ketangkap basah, ketahuan. Gimana kalau kamu nikah aja sama
aku?”
Taemin:
“Woy! Dia jodohku! Kalau berani nyentuh Putri Merah, tawur karo aku purun
sampean?”
Key:
“Siji lawan wolu yo kalah tah rek aku! Yowes tak ngalah ae aku.” (Melepas
jenggotnya)
Jonghyun:
“Ini mau diapain si Pangeran Pink? Di hukum gantung?”
Key:
“Kasih... Sampai kapan kau gantung cerita cintaku memberi harapan. Hingga
mungkin ku tak sanggup lagi dan meninggalkan dirimu.” (Nyanyi)
Jonghyun:
“Hyek!”
Onew:
“Kalau diizinkan, saya mau membawa Pangeran Pink untuk dikarantina. Sepertinya
dia sedang terjangkit virus berbahaya yang berpotensi merusak kedamaian hidup
Yang Mulia Raja.”
Taemin:
“Yang terbaik buat kita semua, saya setuju saja. Tapi, Putri Merah tetep nikah
sama saya kan?”
Onew:
“Iya. Itu pasti. Merah memang pasangannya putih.”
Jonghyun:
“Padahal dipasangin sama hitam juga pantes lho! Asal jangan sama hijau.”
Luna:
“Merah, hijau, kuning dipasangin bagus lho!”
Krystal:
“Poligami?”
Amber:
“Ngawur ae! Warnae rasta iku!”
Krystal:
“Oyo lali!”
Taemin:
“Baiklah! Saya percayakan Pangeran Pink pada Kakek Petapa.”
Key:
“Lu mau bales dendam ke gua?”
Onew:
“Iyalah!”
Key:
“Mampus gua!”
Onew:
“Deal ya?”
Semua
kecuali Key: “Deal!”
Key:
“Itu tanya dulu si Merah mau nggak nikah sama Putih?”
Putri
Merah: “Mau nggak mau harus mau! Kata penulis skenarionya begitu.”
Key:
“Sian deh lu!”
Minho:
“Kok makin nggak jelas gini ya?”
Jonghyun:
“Iya. Bingung juga aku. Hahaha.”
Minho:
“Bibi Peri, segera tutup aja deh.”
(Victoria
naik ke atas panggung)
Victoria:
“Ok. Eike juga udah capek. Mbulet mulu. Jadi, begitulah akhirnya. Pangeran Pink
tertangkap basah menipu Pangeran Putih. Ia pun diberi hukuman berupa di
asingkan dari istana. Pangeran Pink diharuskan mengabdi pada Kakek Petapa.
Pangeran Putih dan Putri Merah pun menikah dan hidup bahagia selama-lamanya.
Maaf kalau endingnya amat sangat gaje sekali pakek banget. Author-nya lagi kena
block writer deh kayaknya. Ok! Papai!!!”
Semua
cast berkumpul di atas panggung dan menyanyikan lagu Indonesia Pusaka.
Dilanjutkan dengan bernyanyi dan menari lagu Aku Bangga Jadi Anak Indonesia
(Duta Cinta feat. Titiek Puspa
------ The End -----
Maafkan
atas ketidaksempurnaan cerita dari parofiction atau drama khayalan ini.
Pict source from Google search image.
Tempurung kura-kura, 04 September 2017.
. shytUrtle .
0 comments