The White Prince and The Red Princess.
05:18
The White Prince and The Red Princess.
* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.
Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.
#1
Romeo: "If I profane with my unworthiest hand, This holy shrine, the gentle fine is this: My lips, two blushing pilgrims, ready stand
To smooth that rough touch with a tender kiss.
Juliet: "Good pilgrim, you do wrong your hand too much, Which mannerly devotion shows in this; For saints have hands that pilgrims' hands do touch,
And palm to palm is holy palmers' kiss."
Romeo: "Have not saints lips, and holy palmers too?"
Juliet: "Ay, pilgrim, lips that they must use in prayer."
Romeo: "O, then, dear saint, let lips do what hands do; They pray, grant thou, lest faith turn to despair."
Juliet: "Saints do not move, though grant for prayers' sake."
Romeo: !Then move not, while my prayer's effect I take. Thus from my lips, by yours, my sin is purged."
Juliet: "Then have my lips the sin that they have took."
Romeo: "Sin from thy lips? O trespass sweetly urged! Give me my sin again.
Juliet: "You kiss by the book."
Taemin melempar lembaran kertas di tangannya usai menyimak percakapan antara kedua teman satu kelompoknya Jinki dan Luna.
"Ya! Kenapa kau lemparkan kertasnya seperti itu!" protes Luna. "Kau harus melafalkannya dengan benar!"
Taemin semakin merengut. Kesal menatap Luna.
"Ya! Aku dan Jinki hanya membantumu! Kenapa kau menatapku seperti itu?"
"Aku hanya perlu mengumpulkannya. Untuk apa susah payah membacanya?" Taemin menjatuhkan punggungnya pada punggung sofa tempat ia duduk.
"Taemin-aa, kau tahu bagaimana Lee Junki Sonsaengnim, kan? Dia akan tahu kalau semua ini kita dapat dari internet. Luna sudah meringkasnya, jadi sebaiknya kau pelajari atau kau akan kena hukuman yang lebih berat dari ini." Jinki menasehati.
"Jinki benar. Kau selalu membuat masalah, Lee Junki Sonsaengnim tak akan percaya begitu saja. Seorang Lee Taemin membaca novel roman? Itu pasti Luna yang melakukan untuknya." Luna mendukung Jinki.
"Kenapa berbahasa Inggris sih? Kau tahu kan kalau Bahasa Inggris-ku sangat buruk!" Taemin bersikukuh tak mau mempelajari lembaran kertas berisi ringkasan lengkap kisah Romeo dan Juliet yang dibuat Luna untuknya. "Itu membuatku pusing!" ia menggerakan tangan kanannya memutar di dekat kepala.
"Itu hanya bumbu penyedap. Rayuan untuk Lee Junki Sonsaengnim. Yang aku baca terjemahannya kok. Dengan rayuan itu aku harap kau lolos dari hukuman kali ini."
Melihat ekspresi Luna, Taemin kembali memungut lembaran-lembaran kertas yang tergeletak di atas meja dan mulai membacanya walau dengan malas-malasan. Luna tersenyum lebar melihatnya. Jinki pun turut tersenyum.
***
Luna menepuk keningnya sendiri. Jinki menghela napas dan menundukan kepala. Sedang murid lain penghuni kelas XI-7 saling berbisik sambil menatap ke depan kelas. Junki menghela napas menatap Taemin yang berdiri di sampingnya dengan wajah tak bersalah.
"Pergi ke perpustakaan sekarang juga. Baca novelnya dan buat ringkasannya sendiri," perintah Junki pada Taemin. "Luna Park! Ambil naskahmu kembali!" kemudian ia memanggil Luna dan merebut lembaran kertas di tangan Taemin.
"Ne!" Luna bangkit dari duduknya dan maju ke depan. Ia mengambil ringkasan yang ia buat dari tangan Junki. Sebelum kembali ke bangkunya, Luna sempat beradu pandang dengan Taemin yang tetap terlihat tenang walau ia telah dijatuhi hukuman baru.
"Lee Taemin! Kenapa kau masih berdiri di sana?! Cepat ke perpustakaan dan selesaikan tugasmu. Aku tunggu sampai jam sekolah usai!"
Taemin mendesah pelan dan dengan langkah malas berjalan meninggalkan kelas. Luna menatapnya dengan khawatir, namun tak ada yang bisa ia lakukan. Ia sudah berusaha membantu, tapi Taemin bandel. Itulah konsekuensi yang harus diterima Taemin. Luna menghela napas dan menundukan kepala ketika Taemin menghilang dari kelas XI-7. Sedang Jinki masih menatap pintu yang baru saja kembali menutup usai Taemin melewatinya dan menghilang.
***
"Kenapa pelajaran Sastra ada di jam terakhir, sih? Dan kenapa harus ke perpustakaan? Di jam terakhir dan tahun ajaran baru begini, biasanya murid-murid kelas X akan sering melakukan kegiatan di perpustakaan. Apa sebaiknya aku pergi kantin saja? Atau rumah Jaesuk Ajushi?" Taemin bergumam dalam hati. Ia membelokan langkahnya menuju kantin dan mengerutkan dahi. "Kenapa begitu ramai? Apa banyak kelas yang kosong hari ini?" sambil kembali melangkahkan kakinya. Ia berhenti di persimpangan koridor. Jika ia belok ke kanan, koridor itu akan membawanya menuju taman dan jika ia berbelok ke kiri, jalan itu akan membawanya menuju kediaman Yoo Jaesuk si penjaga sekolah. Entah kenapa Taemin malah melangkahkan kakinya lurus ke depan dan berjalan menuju perpustakaan. Sebaiknya melihat situasi di perpustakaan dahulu, begitu pikir Taemin.
Seperti kesehariannya suasana di perpustakaan sangat hening seperti tak berpenghuni. Taemin melepas sepatunya dan berjalan masuk. Kim Junsu si penjaga perpustakaan menurunkan buku di tangannya ketika menyadari seseorang memasuki perpustakaan. Taemin menatap pria kutu buku itu dengan malas.
"Sepi ya?" tanya Taemin.
"Lee Junki Sonsaengnim?" Junsu balik bertanya dan hanya dijawab anggukan kepala oleh Taemin. "Tugas apa?" tanya Junsu lagi.
"Novel terjemahan. Romeo and Juliet."
"Blok H, rak nomer tiga."
Taemin menatap ragu pada Junsu. "Kalau tidak menemukannya, kau boleh menghukumku." Junsu meyakinkan.
"Gomawo." kata Taemin sembari berjalan pergi. Junsu tak menjawab dan kembali fokus pada buku yang ia baca.
Taemin menyusuri perpustakaan dan menuju blok H. Ia menemukannya dan segera menuju rak nomer tiga. Taemin mengamati punggung-punggung buku yang tertata rapi. Membaca satu per satu judulnya untuk mencari novel terjemahan Romeo dan Juliet. Ia tersenyum ketika menemukan buku yang ia cari. Segera ia menarik buku itu dari rak dan mulai memeriksa isinya.
Perhatian Taemin terganggu ketika salah satu buku yang berada di seberang tempat buku di tangannya tadi berada tiba-tiba ditarik keluar. Taemin mengerutkan kening dan sedikit menundukkan kepala mengintip dari celah rak. Kedua mata Taemin melebar ketika ia menemukan seorang gadis di seberang rak. Gadis yang sedang tertunduk itu menyita perhatiannya. Ia pun tersenyum lebar lalu berdehem membuat gadis yang berada di seberang rak mengangkat kepala dan menatapnya.
Gadis bermata bulat dengan bola mata berwarna coklat itu menatap Taemin dengan heran. Kemudian ia menuding batang hidungnya sendiri memberi isyarat bertanya apakah deheman Taemin berlaku untuknya. Taemin mengangguk mengiyakan membuat gadis itu terlihat bingung.
"Aku kelas XI, kau kelas berapa?" tanya Taemin dengan lirih.
"X." jawab siswi itu singkat.
"Kau suka baca?" tanya Taemin lagi dan gadis itu hanya mengangguk. "Bisa bantu aku?" pinta Taemin tanpa basa-basi membuat gadis itu melebarkan kedua matanya ketika menatap Taemin.
"Tunggu disitu!" Taemin menuding gadis yang berada di balik rak dengan tatapan serius. Ia berjalan cepat segera beralih menuju gadis kelas X itu berada.
Entah karena takut pada senior atau karena benar ingin membantu, gadis kelas X itu tetap berada di tempatnya ketika Taemin sampai di seberang rak. Taemin mengamati adik kelasnya itu dari atas ke bawah. Mata bulat bersinar, rambut coklat panjang ikal yang diikat sebagian dengan postur tubuh tinggi, tak terlalu kurus, sintal, berisi. Kulitnya putih. Ada semu merah di kedua pipi gadis itu. Taemin tersenyum dan merangkumnya dalam satu kata yaitu cantik.
"Sunbaenim butuh bantuanku?" tanya gadis itu dengan suara lembut dan sopan membuyarkan lamunan Taemin.
"Oh. Iya!" Taemin kelincutan. Aneh, kenapa gadis itu begitu tenang dihadapannya? Padahal selama ini hampir seluruh gadis di sekolah selalu heboh dan dibuat kelincutan ketika Taemin lewat di depan mereka. Maklum, Taemin yang dijuluki sebagai "Pengeran Putih" karena ketampanannya yang di atas rata-rata itu tak pernah mendapat perlakuan sedatar itu dari seorang gadis. Karenanya ia semakin penasaran.
"Bantuan seperti apa yang Sunbaenim butuhkan dariku?" tanya gadis itu lagi. Masih dengan suara lembutnya juga nada bicara sopan.
"Kau suka membaca pasti kau bisa mengarang kan? Bantu aku membuat ringkasan buku ini?" Taemin menggerakan buku di tangannya.
Siswi kelas X itu menatapnya sambil memeluk buku yang ia pegang. "Oh, Romeo and Juliet ya? Tugas sastra?"
Taemin mengangguk. "Sebenarnya kena hukuman sih." ralatnya kemudian.
"Hukuman?"
"Mau bantu tidak? Aku benar-benar tidak bisa mengarang."
"Sebatas yang saya bisa ya. Saya juga tak mahir mengarang." siswi kelas X itu tersenyum manis.
Taemin turut tersenyum. "Kita duduk?"
Siswi itu mengangguk dan berjalan mendahului.
Walau semua kursi di dalam perpustakaan kosong, siswi kelas X itu memilih kursi paling pojok yang berada dekat dengan jendela. Taemin mengikutinya. Gadis itu duduk di kursi di dekat jendela, sedang Taemin duduk di samping kanannya.
"Sunbaenim bawa buku catatan?" tanya siswi kelas X itu.
"Oh iya. Ini." Taemin menyerahkan beberapa lembaran kertas yang diberikan Junki padanya sebelum ia keluar kelas.
Siswi kelas X itu meraih kertas yang disodorkan Taemin, menata di hadapannya dan mulai menulis.
"Eh, tidak dibaca dulu?" tanya Taemin menyela.
"Saya sudah pernah membacanya. Saya buatkan ringkasan sebisa saya ya. Oya, boleh pinjam sebentar novelnya? Ada beberapa kutipan yang harus saya tulis."
Taemin mendorong novel Romeo and Juliet yang ada di hadapannya pada siswi kelas X dan gadis itu segera membukanya. Sepertinya siswi kelas X itu sudah hafal dengan novel Romeo and Juliet sehingga dengan mudah ia bisa menemukan di halaman berapa saja kutipan yang ingin ia tulis dalam ringkasan yang ia buat.
Taemin terus memandang siswi kelas X yang duduk dekat di samping kirinya. Di amatinya terus adik kelas yang sedang sibuk membuat coretan di kertas itu. Tiba-tiba Taemin tersenyum sendiri dibuatnya.
"Selesai!" seru siswi kelas X membuyarkan lamunan Taemin.
Taemin yang duduk menyangga dagu dengan tangan kanannya sambil memperhatikan adik kelasnya terkejut.
"Silahkan dibaca dahulu. Maaf kalau jelek." Siswi kelas X itu menyodorkan kertas di tangannya pada Taemin.
"Cepat sekali," Taemin tersenyum kagum menerima kertas di tangannya. "Tiga lembar saja?"
"Em," Siswi kelas X itu mengangguk. "Yang penting isinya jelas meringkas semua cerita dari awal hingga akhir dengan bahasa yang bisa membuat orang yang membaca ringkasan itu jadi penasaran dengan novel yang kita ringkas. Setau saya sih begitu."
"Kalau begitu aku akan menyalinnya."
"Tidak di koreksi dahulu?"
"Aku percaya padamu." Taemin tersenyum tulus dan manis. Senyum yang sangat jarang ia tunjukan pada orang lain. Siswi kelas X itu membalas senyum. Taemin terkesima melihat lesung pipi muncul di pipi kanan siswi kelas X itu ketika ia tersenyum.
"Silahkan disalin."
"Oh iya."
Taemin mulai menulis, menyalin ringkasan yang dibuat siswi kelas X untuknya, sedang adik kelasnya itu mulai membaca buku di hadapannya.
Taemin merasa bersemangat menulis, menyalin ringkasan novel Romeo and Juliet. Sebelumnya ia tak pernah merasa begini semangat dalam menulis. Apalagi untuk pelajaran Sastra.
"Oya, menurutmu kisah Romeo and Juliet ini apa benar-benar nyata?" Taemin kembali memulai obrolan.
"Eum, entahlah. Tapi menurut saya kisah di dalam novel itu dibuat karena terinspirasi kisah di dunia nyata." Siswi kelas X itu mengutarakan pendapatnya tanpa mengalihkan pandangannya dari menatap buku yang terbuka di hadapannya.
Taemin menghentikan gerak tangannya dan kembali menatap adik kelas yang duduk di sampingnya. "Lalu apakah kau percaya dengan cinta pada pandangan pertama?"
Siswi kelas X itu menoleh. Ia bertemu pandang dengan Taemin yang menatap lurus padanya. "Bagaimana dengan Sunbaenim?"
"Kenapa kau balik bertanya?"
"Sama ingin tahunya dengan Sunbaenim."
"Eh?"
Siswi kelas X itu tersenyum geli melihat ekspresi Taemin. "Saya percaya."
"Oh, seperti kebanyakan gadis ya?"
"Ketika melihat sebuah tas bagus pada pandangan pertama, saya akan langsung membelinya. Begitu juga termasuk cinta pada pandangan pertama kan?"
"Eh?"
Lagi-lagi siswi kelas X itu dibuat tersenyum dengan ekspresi Taemin, tapi kemudian ada sesuatu yang mengalihkan perhatiannya. Gadis itu mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya dan melihatnya. "Oh, maaf. Saya harus pergi. Permisi." Siswi kelas X itu buru-buru pergi.
"Hey!" seruan Taemin tak berhasil menghentikan langkah gadis itu. "Aish!" desah Taemin melihat buku terbuka yang ditinggalkan gadis itu. "Baiklah. Aku akan mengembalikannya. Anggap saja balasan untuk ringkasan ini."
Tiba-tiba siswi kelas X itu kembali muncul. Berlari kecil mendekati Taemin. "Maaf. Ketinggalan!" kata gadis itu sembari mengambil buku yang ia tinggalkan lalu pergi begitu saja.
"Hagh!" Taemin yang sempat diam, melongo karena terkejut tersenyum sambil menggelengkan kepala. Setelah kesadarannya kembali, ia segera menyelesaikan tulisannya.
***
Tidak adakah keberuntungan yang berulang seperti dalam drama televisi? Misalnya pagi ini kau bertemu seseorang yang membuatmu tertarik, lalu di hari yang sama kau akan bertemu dengannya selama beberapa kali seolah takdir benar-benar berpihak padamu.
Taemin mengharapkan ada keberuntungan seperti itu untuknya. Tapi sejak perpisahan di perpustakaan kemaren, ia tak bertemu lagi dengan siswi kelas X yang membantunya membuat ringkasan novel Romeo and Juliet. Sialnya lagi Taemin kembali tertolak oleh Junki ketika ia menyerahkan ringkasan novel yang ia buat. Junki yakin jika ringkasan itu bukanlah hasil karya Taemin. Akhirnya Junki pun menjatuhkan hukuman baru untuk Taemin.
"Ini bagus. Kenapa bisa ditolak?" komentar Luna usai membaca ringkasan yang dibuat Taemin dan telah ditolak oleh Junki. "Benar ini kau yang buat? Kemampuan menulismu bagus. Jadi selama ini malas ya?"
"Itu bukan buatanku sendiri." jawab Taemin sambil kemudian meneguk isi minuman kaleng di tangannya.
"Bukan kau? Lalu siapa?" buru Luna penasaran.
"Siswi kelas X."
"Wah, pantas saja Lee Junki Sonsaengnim menolaknya. Bagus begini. Aku curiga memang bukan kau. Siapa dia?"
"Tidak tahu."
"Tidak tanya nama dan kelasnya?"
"Tidak."
"Ah, kau payah Lee Taemin. Lalu sudah bilang terima kasih?"
"Belum."
"Benar-benar payah!"
"Lalu, hukuman barunya apa?" tanya Jinki menyela obrolan Luna dan Taemin.
"Aku bisa mengurusnya." Taemin bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Jinki dan Luna.
"Semoga bukan bergabung dengan klub Sastra." Luna masih menatap punggung Taemin yang berjalan menjauh.
***
Taemin berjalan menyusuri koridor sekolah. Tas punggungnya bertengger di pundak kanannya. Tangan kanannya ia simpan rapi dalam saku celana, sedang tangan kirinya memegang secarik kertas putih yang terlipat rapi. Langkahnya terhenti di depan pintu basecamp klub teater. Ia mendesah pelan lalu membuka pintu basecamp.
Dua siswi yang sedang bercanda terkejut menatap Taemin yang tiba-tiba muncul dari balik pintu. Keduanya berdiri mematung menatap Taemin.
"Annyeong," sapa Taemin. "Apa Victoria Nuna ada?"
Salah satu gadis menjerit hiteris lalu berlari dan menghilang di dalam ruangan, sedang satu gadis yang tersisa masih berdiri dan hanya menganggukan kepala menjawab pertanyaan Taemin.
"Bisa kau antar aku padanya?" pinta Taemin.
Lagi-lagi gadis itu hanya mengangguk kemudian berjalan. Taemin buru-buru mengikutinya.
Taemin dan tiba di ruangan utama dari basecamp teater. Ruangan yang luasnya sama dengan ruang kelas namun di dalamnya hanya ada satu meja dan kursi. Gadis yang sebelumnya berlari histeris duduk di lantai bersama beberapa gadis lainnya yang seketika membeku ketika Taemin muncul.
Teater Soul adalah nama dari klub teater sekolah. Anggotanya tak sebanyak klub lain. Anggotanya hanya ada 23 orang dan di dominasi murid perempuan. Senada dengan klub Sastra, klub teater ada di bawah bimbingan Lee Junki, tetapi yang bertindak sebagai pelatih adalah Victoria Song.
Victoria muncul memecah kebekuan di dalam basecamp teater Soul. Ia muncul bersama Amber, ketua klub teater. Gadis yang mengantar Taemin segera duduk bersama teman-temannya ketika Victoria muncul. Kerumunan gadis-gadis itu kembali berbisik-bisik sambil sesekali melirik Taemin dan kemudian cekikikan bersama.
"Aku senang kau datang. Lee Junki Sonsaengnim sudah memberitahuku perihal hukumanmu." Victoria menyambut kedatangan Taemin.
"Yakin mau bergabung?" Amber menatap ragu pada Taemin.
"Kan ada kau." jawab Taemin sembari menyerahkan kertas putih yang terlipat rapi di tangannya pada Victoria.
"Wah, kalian sudah saling kenal ya?" tanya Victoria sembari membuka lipatan kertas putih yang diberikan Taemin.
"Kami teman SMP. Dulu sih satu klub. Klub dance. Tapi Taemin selalu mengolokku. Akhirnya saat masuk SMA aku memilih klub teater." jawab Amber.
"Memang dance-mu sangat buruk." Taemin mengolok Amber seperti sebelumnya.
"Tuh kan mulai. Kalau begitu aku tak akan membantumu. Apa peduliku jika nilai pelajaran Sastramu buruk dan kau harus mendapat banyak hukuman."
"Sudah-sudah. Kalian ini." Victoria menengahi. "Kenapa tidak dimasukan klub Sastra saja?" Victoria membaca isi surat pengantar yang dibuat Junki.
"Itu tidak akan bekerja untuknya." jawab Amber.
"Lee Junki Sonsaengnim bilang padaku klub teater sedang mengerjakan proyek untuk festival sekolah. Beliau memintaku bergabung agar aku bisa belajar pada penulis naskahnya." Taemin menyambung jawaban Amber.
"Oh, begitu ya. Aku paham. Jadi intinya kau ini orang yang kurang disiplin, tidak bisa bekerjasama, kurang bisa menghargai orang lain walau kau cerdas dan penuh percaya diri," Victoria mengungkapkan penilaiannya pada Taemin membuat Amber tersenyum geli dan Taemin merengut. "Karenanya Lee Junki Sonsaengnim ingin kau ada di sini bersama kami. Jangan khawatir. Kami akan membantumu. Di sini kau juga bisa menari kok. Bahkan menyanyi juga. Aku jamin kau pasti senang." Victoria tersenyum lebar.
"Ada berapa murid lelaki di sini?" tanya Taemin.
"Dari 23 anggota ada delapan siswa. Itu kenapa aku sering memerankan tokoh lelaki." jawab Amber.
"Oh." Taemin mengangguk paham. "Lalu, siapa penulis naskah kali ini?"
"Penasaran ya?"
"Tidak. Lee Junki Sonsaengnim memintaku belajar padanya kan? Jadi aku butuh bantuannya untuk bisa lulus hukuman ini. Dan tentunya butuh bantuanmu juga." Taemin tak lupa merayu Amber yang segera mencibir.
"Sepertinya tak di sini," Victoria mengamati anak didiknya yang tidak lengkap dan kesemuanya adalah murid perempuan. "Murid laki-laki juga belum datang."
"Dia pergi ke kantin untuk membeli snack dan minuman. Sebentar lagi kembali." sahut gadis yang sebelumnya mengantar Taemin masuk sambil tersenyum tersipu menatap Taemin.
"Ayo, duduk!" Amber menepuk lengan Taemin lalu memimpinnya untuk duduk di dekat tembok sedikit jauh dari gerombolan anggota perempuan yang duduk membuat lingkaran.
"Kau harus tahan dengan mereka. Rata-rata gadis di sekolah ini begitu kan padamu." kata Amber yang sudah duduk bersila di atas lantai. "Satu lagi. Tempat kami tak semewah klub dance atau klub musik." imbuh Amber yang tahu jika Taemin bergabung dengan klub dance dan musik.
"Kemana para pria?"
"Nanti juga datang. Aku harap kali ini kau tak main-main lagi. Apa kau tidak capek berseteru dengan Lee Junki Sonsaengnim? Beliau guru yang baik loh."
"Dan juga tampan!" sahut seorang gadis menyita perhatian Amber dan Taemin.
Gadis cantik bak dewi itu berdiri melipat tangan menatap lurus pada Taemin yang balas menatapnya dengan datar.
"Jadi ini murid yang terhukum itu?" Krystal masih berdiri dengan angkuh menatap Taemin.
"Iya. Inilah dia. Kau sudah tahu?" respon Amber santai.
"Victoria Eonni bersamaku di basecamp saat menerima pesan dari Lee Junki Sonsaengnim saat istirahat tadi. Aku tak percaya murid terhukum ini membuat masalah dengan guruku tersayang." Krystal menggelengkan kepala dengan tatapan memicing pada Taemin.
"Bisakah kau tak menggunakan kata murid terhukum itu padaku?" protes Taemin. "Kau siswi kelas X, kan? Harusnya kau bersikap sopan pada seniormu!"
"Kau sendiri sebagai senior tidak bisa menjadi contoh yang baik bagi juniormu. Berani sekali minta di hormati. Di sini kedudukan kita sama. Anggota baru. Oh, tidak. Kau bukan anggota baru tapi kau murid terhukum. Hanya anggota sementara."
"Kau!" Taemin serta merta berdiri dari duduknya karena kesal mendengar olokan Krystal. "Ya! Apa kau penulis naskah itu? Jadi gadis sombong seperti ini yang tadi dipuji-puji Lee Junki Sonsaengnim. Apa beliau tidak salah orang?" Taemin menggelengkan kepala mengamati Krystal dari atas ke bawah.
"Bukan Krystal penulis naskahnya," sela Amber yang turut berdiri. "Tapi dia!" ia menggerakan kepala menunjuk arah di mana Victoria berada. " Penulis naskah yang kau cari adalah gadis yang sedang berbicara dengan Victoria Eonni."
Taemin mengikuti arah pandangan Amber. Mata Taemin berubah berbinar ketika menatap gadis yang dimaksud Amber. Gadis itu tak lain adalah siswi kelas X yang kemarin membantunya membuat ringkasan novel Romeo and Juliet. Senyum lebar terkembang di wajah Taemin yang berbinar ketika menatap siswi kelas X yang ia cari-cari dari kemaren.
------- TBC --------
.shytUrtle.
* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.
Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.
#1
Romeo: "If I profane with my unworthiest hand, This holy shrine, the gentle fine is this: My lips, two blushing pilgrims, ready stand
To smooth that rough touch with a tender kiss.
Juliet: "Good pilgrim, you do wrong your hand too much, Which mannerly devotion shows in this; For saints have hands that pilgrims' hands do touch,
And palm to palm is holy palmers' kiss."
Romeo: "Have not saints lips, and holy palmers too?"
Juliet: "Ay, pilgrim, lips that they must use in prayer."
Romeo: "O, then, dear saint, let lips do what hands do; They pray, grant thou, lest faith turn to despair."
Juliet: "Saints do not move, though grant for prayers' sake."
Romeo: !Then move not, while my prayer's effect I take. Thus from my lips, by yours, my sin is purged."
Juliet: "Then have my lips the sin that they have took."
Romeo: "Sin from thy lips? O trespass sweetly urged! Give me my sin again.
Juliet: "You kiss by the book."
Taemin melempar lembaran kertas di tangannya usai menyimak percakapan antara kedua teman satu kelompoknya Jinki dan Luna.
"Ya! Kenapa kau lemparkan kertasnya seperti itu!" protes Luna. "Kau harus melafalkannya dengan benar!"
Taemin semakin merengut. Kesal menatap Luna.
"Ya! Aku dan Jinki hanya membantumu! Kenapa kau menatapku seperti itu?"
"Aku hanya perlu mengumpulkannya. Untuk apa susah payah membacanya?" Taemin menjatuhkan punggungnya pada punggung sofa tempat ia duduk.
"Taemin-aa, kau tahu bagaimana Lee Junki Sonsaengnim, kan? Dia akan tahu kalau semua ini kita dapat dari internet. Luna sudah meringkasnya, jadi sebaiknya kau pelajari atau kau akan kena hukuman yang lebih berat dari ini." Jinki menasehati.
"Jinki benar. Kau selalu membuat masalah, Lee Junki Sonsaengnim tak akan percaya begitu saja. Seorang Lee Taemin membaca novel roman? Itu pasti Luna yang melakukan untuknya." Luna mendukung Jinki.
"Kenapa berbahasa Inggris sih? Kau tahu kan kalau Bahasa Inggris-ku sangat buruk!" Taemin bersikukuh tak mau mempelajari lembaran kertas berisi ringkasan lengkap kisah Romeo dan Juliet yang dibuat Luna untuknya. "Itu membuatku pusing!" ia menggerakan tangan kanannya memutar di dekat kepala.
"Itu hanya bumbu penyedap. Rayuan untuk Lee Junki Sonsaengnim. Yang aku baca terjemahannya kok. Dengan rayuan itu aku harap kau lolos dari hukuman kali ini."
Melihat ekspresi Luna, Taemin kembali memungut lembaran-lembaran kertas yang tergeletak di atas meja dan mulai membacanya walau dengan malas-malasan. Luna tersenyum lebar melihatnya. Jinki pun turut tersenyum.
***
Luna menepuk keningnya sendiri. Jinki menghela napas dan menundukan kepala. Sedang murid lain penghuni kelas XI-7 saling berbisik sambil menatap ke depan kelas. Junki menghela napas menatap Taemin yang berdiri di sampingnya dengan wajah tak bersalah.
"Pergi ke perpustakaan sekarang juga. Baca novelnya dan buat ringkasannya sendiri," perintah Junki pada Taemin. "Luna Park! Ambil naskahmu kembali!" kemudian ia memanggil Luna dan merebut lembaran kertas di tangan Taemin.
"Ne!" Luna bangkit dari duduknya dan maju ke depan. Ia mengambil ringkasan yang ia buat dari tangan Junki. Sebelum kembali ke bangkunya, Luna sempat beradu pandang dengan Taemin yang tetap terlihat tenang walau ia telah dijatuhi hukuman baru.
"Lee Taemin! Kenapa kau masih berdiri di sana?! Cepat ke perpustakaan dan selesaikan tugasmu. Aku tunggu sampai jam sekolah usai!"
Taemin mendesah pelan dan dengan langkah malas berjalan meninggalkan kelas. Luna menatapnya dengan khawatir, namun tak ada yang bisa ia lakukan. Ia sudah berusaha membantu, tapi Taemin bandel. Itulah konsekuensi yang harus diterima Taemin. Luna menghela napas dan menundukan kepala ketika Taemin menghilang dari kelas XI-7. Sedang Jinki masih menatap pintu yang baru saja kembali menutup usai Taemin melewatinya dan menghilang.
***
"Kenapa pelajaran Sastra ada di jam terakhir, sih? Dan kenapa harus ke perpustakaan? Di jam terakhir dan tahun ajaran baru begini, biasanya murid-murid kelas X akan sering melakukan kegiatan di perpustakaan. Apa sebaiknya aku pergi kantin saja? Atau rumah Jaesuk Ajushi?" Taemin bergumam dalam hati. Ia membelokan langkahnya menuju kantin dan mengerutkan dahi. "Kenapa begitu ramai? Apa banyak kelas yang kosong hari ini?" sambil kembali melangkahkan kakinya. Ia berhenti di persimpangan koridor. Jika ia belok ke kanan, koridor itu akan membawanya menuju taman dan jika ia berbelok ke kiri, jalan itu akan membawanya menuju kediaman Yoo Jaesuk si penjaga sekolah. Entah kenapa Taemin malah melangkahkan kakinya lurus ke depan dan berjalan menuju perpustakaan. Sebaiknya melihat situasi di perpustakaan dahulu, begitu pikir Taemin.
Seperti kesehariannya suasana di perpustakaan sangat hening seperti tak berpenghuni. Taemin melepas sepatunya dan berjalan masuk. Kim Junsu si penjaga perpustakaan menurunkan buku di tangannya ketika menyadari seseorang memasuki perpustakaan. Taemin menatap pria kutu buku itu dengan malas.
"Sepi ya?" tanya Taemin.
"Lee Junki Sonsaengnim?" Junsu balik bertanya dan hanya dijawab anggukan kepala oleh Taemin. "Tugas apa?" tanya Junsu lagi.
"Novel terjemahan. Romeo and Juliet."
"Blok H, rak nomer tiga."
Taemin menatap ragu pada Junsu. "Kalau tidak menemukannya, kau boleh menghukumku." Junsu meyakinkan.
"Gomawo." kata Taemin sembari berjalan pergi. Junsu tak menjawab dan kembali fokus pada buku yang ia baca.
Taemin menyusuri perpustakaan dan menuju blok H. Ia menemukannya dan segera menuju rak nomer tiga. Taemin mengamati punggung-punggung buku yang tertata rapi. Membaca satu per satu judulnya untuk mencari novel terjemahan Romeo dan Juliet. Ia tersenyum ketika menemukan buku yang ia cari. Segera ia menarik buku itu dari rak dan mulai memeriksa isinya.
Perhatian Taemin terganggu ketika salah satu buku yang berada di seberang tempat buku di tangannya tadi berada tiba-tiba ditarik keluar. Taemin mengerutkan kening dan sedikit menundukkan kepala mengintip dari celah rak. Kedua mata Taemin melebar ketika ia menemukan seorang gadis di seberang rak. Gadis yang sedang tertunduk itu menyita perhatiannya. Ia pun tersenyum lebar lalu berdehem membuat gadis yang berada di seberang rak mengangkat kepala dan menatapnya.
Gadis bermata bulat dengan bola mata berwarna coklat itu menatap Taemin dengan heran. Kemudian ia menuding batang hidungnya sendiri memberi isyarat bertanya apakah deheman Taemin berlaku untuknya. Taemin mengangguk mengiyakan membuat gadis itu terlihat bingung.
"Aku kelas XI, kau kelas berapa?" tanya Taemin dengan lirih.
"X." jawab siswi itu singkat.
"Kau suka baca?" tanya Taemin lagi dan gadis itu hanya mengangguk. "Bisa bantu aku?" pinta Taemin tanpa basa-basi membuat gadis itu melebarkan kedua matanya ketika menatap Taemin.
"Tunggu disitu!" Taemin menuding gadis yang berada di balik rak dengan tatapan serius. Ia berjalan cepat segera beralih menuju gadis kelas X itu berada.
Entah karena takut pada senior atau karena benar ingin membantu, gadis kelas X itu tetap berada di tempatnya ketika Taemin sampai di seberang rak. Taemin mengamati adik kelasnya itu dari atas ke bawah. Mata bulat bersinar, rambut coklat panjang ikal yang diikat sebagian dengan postur tubuh tinggi, tak terlalu kurus, sintal, berisi. Kulitnya putih. Ada semu merah di kedua pipi gadis itu. Taemin tersenyum dan merangkumnya dalam satu kata yaitu cantik.
"Sunbaenim butuh bantuanku?" tanya gadis itu dengan suara lembut dan sopan membuyarkan lamunan Taemin.
"Oh. Iya!" Taemin kelincutan. Aneh, kenapa gadis itu begitu tenang dihadapannya? Padahal selama ini hampir seluruh gadis di sekolah selalu heboh dan dibuat kelincutan ketika Taemin lewat di depan mereka. Maklum, Taemin yang dijuluki sebagai "Pengeran Putih" karena ketampanannya yang di atas rata-rata itu tak pernah mendapat perlakuan sedatar itu dari seorang gadis. Karenanya ia semakin penasaran.
"Bantuan seperti apa yang Sunbaenim butuhkan dariku?" tanya gadis itu lagi. Masih dengan suara lembutnya juga nada bicara sopan.
"Kau suka membaca pasti kau bisa mengarang kan? Bantu aku membuat ringkasan buku ini?" Taemin menggerakan buku di tangannya.
Siswi kelas X itu menatapnya sambil memeluk buku yang ia pegang. "Oh, Romeo and Juliet ya? Tugas sastra?"
Taemin mengangguk. "Sebenarnya kena hukuman sih." ralatnya kemudian.
"Hukuman?"
"Mau bantu tidak? Aku benar-benar tidak bisa mengarang."
"Sebatas yang saya bisa ya. Saya juga tak mahir mengarang." siswi kelas X itu tersenyum manis.
Taemin turut tersenyum. "Kita duduk?"
Siswi itu mengangguk dan berjalan mendahului.
Walau semua kursi di dalam perpustakaan kosong, siswi kelas X itu memilih kursi paling pojok yang berada dekat dengan jendela. Taemin mengikutinya. Gadis itu duduk di kursi di dekat jendela, sedang Taemin duduk di samping kanannya.
"Sunbaenim bawa buku catatan?" tanya siswi kelas X itu.
"Oh iya. Ini." Taemin menyerahkan beberapa lembaran kertas yang diberikan Junki padanya sebelum ia keluar kelas.
Siswi kelas X itu meraih kertas yang disodorkan Taemin, menata di hadapannya dan mulai menulis.
"Eh, tidak dibaca dulu?" tanya Taemin menyela.
"Saya sudah pernah membacanya. Saya buatkan ringkasan sebisa saya ya. Oya, boleh pinjam sebentar novelnya? Ada beberapa kutipan yang harus saya tulis."
Taemin mendorong novel Romeo and Juliet yang ada di hadapannya pada siswi kelas X dan gadis itu segera membukanya. Sepertinya siswi kelas X itu sudah hafal dengan novel Romeo and Juliet sehingga dengan mudah ia bisa menemukan di halaman berapa saja kutipan yang ingin ia tulis dalam ringkasan yang ia buat.
Taemin terus memandang siswi kelas X yang duduk dekat di samping kirinya. Di amatinya terus adik kelas yang sedang sibuk membuat coretan di kertas itu. Tiba-tiba Taemin tersenyum sendiri dibuatnya.
"Selesai!" seru siswi kelas X membuyarkan lamunan Taemin.
Taemin yang duduk menyangga dagu dengan tangan kanannya sambil memperhatikan adik kelasnya terkejut.
"Silahkan dibaca dahulu. Maaf kalau jelek." Siswi kelas X itu menyodorkan kertas di tangannya pada Taemin.
"Cepat sekali," Taemin tersenyum kagum menerima kertas di tangannya. "Tiga lembar saja?"
"Em," Siswi kelas X itu mengangguk. "Yang penting isinya jelas meringkas semua cerita dari awal hingga akhir dengan bahasa yang bisa membuat orang yang membaca ringkasan itu jadi penasaran dengan novel yang kita ringkas. Setau saya sih begitu."
"Kalau begitu aku akan menyalinnya."
"Tidak di koreksi dahulu?"
"Aku percaya padamu." Taemin tersenyum tulus dan manis. Senyum yang sangat jarang ia tunjukan pada orang lain. Siswi kelas X itu membalas senyum. Taemin terkesima melihat lesung pipi muncul di pipi kanan siswi kelas X itu ketika ia tersenyum.
"Silahkan disalin."
"Oh iya."
Taemin mulai menulis, menyalin ringkasan yang dibuat siswi kelas X untuknya, sedang adik kelasnya itu mulai membaca buku di hadapannya.
Taemin merasa bersemangat menulis, menyalin ringkasan novel Romeo and Juliet. Sebelumnya ia tak pernah merasa begini semangat dalam menulis. Apalagi untuk pelajaran Sastra.
"Oya, menurutmu kisah Romeo and Juliet ini apa benar-benar nyata?" Taemin kembali memulai obrolan.
"Eum, entahlah. Tapi menurut saya kisah di dalam novel itu dibuat karena terinspirasi kisah di dunia nyata." Siswi kelas X itu mengutarakan pendapatnya tanpa mengalihkan pandangannya dari menatap buku yang terbuka di hadapannya.
Taemin menghentikan gerak tangannya dan kembali menatap adik kelas yang duduk di sampingnya. "Lalu apakah kau percaya dengan cinta pada pandangan pertama?"
Siswi kelas X itu menoleh. Ia bertemu pandang dengan Taemin yang menatap lurus padanya. "Bagaimana dengan Sunbaenim?"
"Kenapa kau balik bertanya?"
"Sama ingin tahunya dengan Sunbaenim."
"Eh?"
Siswi kelas X itu tersenyum geli melihat ekspresi Taemin. "Saya percaya."
"Oh, seperti kebanyakan gadis ya?"
"Ketika melihat sebuah tas bagus pada pandangan pertama, saya akan langsung membelinya. Begitu juga termasuk cinta pada pandangan pertama kan?"
"Eh?"
Lagi-lagi siswi kelas X itu dibuat tersenyum dengan ekspresi Taemin, tapi kemudian ada sesuatu yang mengalihkan perhatiannya. Gadis itu mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya dan melihatnya. "Oh, maaf. Saya harus pergi. Permisi." Siswi kelas X itu buru-buru pergi.
"Hey!" seruan Taemin tak berhasil menghentikan langkah gadis itu. "Aish!" desah Taemin melihat buku terbuka yang ditinggalkan gadis itu. "Baiklah. Aku akan mengembalikannya. Anggap saja balasan untuk ringkasan ini."
Tiba-tiba siswi kelas X itu kembali muncul. Berlari kecil mendekati Taemin. "Maaf. Ketinggalan!" kata gadis itu sembari mengambil buku yang ia tinggalkan lalu pergi begitu saja.
"Hagh!" Taemin yang sempat diam, melongo karena terkejut tersenyum sambil menggelengkan kepala. Setelah kesadarannya kembali, ia segera menyelesaikan tulisannya.
***
Tidak adakah keberuntungan yang berulang seperti dalam drama televisi? Misalnya pagi ini kau bertemu seseorang yang membuatmu tertarik, lalu di hari yang sama kau akan bertemu dengannya selama beberapa kali seolah takdir benar-benar berpihak padamu.
Taemin mengharapkan ada keberuntungan seperti itu untuknya. Tapi sejak perpisahan di perpustakaan kemaren, ia tak bertemu lagi dengan siswi kelas X yang membantunya membuat ringkasan novel Romeo and Juliet. Sialnya lagi Taemin kembali tertolak oleh Junki ketika ia menyerahkan ringkasan novel yang ia buat. Junki yakin jika ringkasan itu bukanlah hasil karya Taemin. Akhirnya Junki pun menjatuhkan hukuman baru untuk Taemin.
"Ini bagus. Kenapa bisa ditolak?" komentar Luna usai membaca ringkasan yang dibuat Taemin dan telah ditolak oleh Junki. "Benar ini kau yang buat? Kemampuan menulismu bagus. Jadi selama ini malas ya?"
"Itu bukan buatanku sendiri." jawab Taemin sambil kemudian meneguk isi minuman kaleng di tangannya.
"Bukan kau? Lalu siapa?" buru Luna penasaran.
"Siswi kelas X."
"Wah, pantas saja Lee Junki Sonsaengnim menolaknya. Bagus begini. Aku curiga memang bukan kau. Siapa dia?"
"Tidak tahu."
"Tidak tanya nama dan kelasnya?"
"Tidak."
"Ah, kau payah Lee Taemin. Lalu sudah bilang terima kasih?"
"Belum."
"Benar-benar payah!"
"Lalu, hukuman barunya apa?" tanya Jinki menyela obrolan Luna dan Taemin.
"Aku bisa mengurusnya." Taemin bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Jinki dan Luna.
"Semoga bukan bergabung dengan klub Sastra." Luna masih menatap punggung Taemin yang berjalan menjauh.
***
Taemin berjalan menyusuri koridor sekolah. Tas punggungnya bertengger di pundak kanannya. Tangan kanannya ia simpan rapi dalam saku celana, sedang tangan kirinya memegang secarik kertas putih yang terlipat rapi. Langkahnya terhenti di depan pintu basecamp klub teater. Ia mendesah pelan lalu membuka pintu basecamp.
Dua siswi yang sedang bercanda terkejut menatap Taemin yang tiba-tiba muncul dari balik pintu. Keduanya berdiri mematung menatap Taemin.
"Annyeong," sapa Taemin. "Apa Victoria Nuna ada?"
Salah satu gadis menjerit hiteris lalu berlari dan menghilang di dalam ruangan, sedang satu gadis yang tersisa masih berdiri dan hanya menganggukan kepala menjawab pertanyaan Taemin.
"Bisa kau antar aku padanya?" pinta Taemin.
Lagi-lagi gadis itu hanya mengangguk kemudian berjalan. Taemin buru-buru mengikutinya.
Taemin dan tiba di ruangan utama dari basecamp teater. Ruangan yang luasnya sama dengan ruang kelas namun di dalamnya hanya ada satu meja dan kursi. Gadis yang sebelumnya berlari histeris duduk di lantai bersama beberapa gadis lainnya yang seketika membeku ketika Taemin muncul.
Teater Soul adalah nama dari klub teater sekolah. Anggotanya tak sebanyak klub lain. Anggotanya hanya ada 23 orang dan di dominasi murid perempuan. Senada dengan klub Sastra, klub teater ada di bawah bimbingan Lee Junki, tetapi yang bertindak sebagai pelatih adalah Victoria Song.
Victoria muncul memecah kebekuan di dalam basecamp teater Soul. Ia muncul bersama Amber, ketua klub teater. Gadis yang mengantar Taemin segera duduk bersama teman-temannya ketika Victoria muncul. Kerumunan gadis-gadis itu kembali berbisik-bisik sambil sesekali melirik Taemin dan kemudian cekikikan bersama.
"Aku senang kau datang. Lee Junki Sonsaengnim sudah memberitahuku perihal hukumanmu." Victoria menyambut kedatangan Taemin.
"Yakin mau bergabung?" Amber menatap ragu pada Taemin.
"Kan ada kau." jawab Taemin sembari menyerahkan kertas putih yang terlipat rapi di tangannya pada Victoria.
"Wah, kalian sudah saling kenal ya?" tanya Victoria sembari membuka lipatan kertas putih yang diberikan Taemin.
"Kami teman SMP. Dulu sih satu klub. Klub dance. Tapi Taemin selalu mengolokku. Akhirnya saat masuk SMA aku memilih klub teater." jawab Amber.
"Memang dance-mu sangat buruk." Taemin mengolok Amber seperti sebelumnya.
"Tuh kan mulai. Kalau begitu aku tak akan membantumu. Apa peduliku jika nilai pelajaran Sastramu buruk dan kau harus mendapat banyak hukuman."
"Sudah-sudah. Kalian ini." Victoria menengahi. "Kenapa tidak dimasukan klub Sastra saja?" Victoria membaca isi surat pengantar yang dibuat Junki.
"Itu tidak akan bekerja untuknya." jawab Amber.
"Lee Junki Sonsaengnim bilang padaku klub teater sedang mengerjakan proyek untuk festival sekolah. Beliau memintaku bergabung agar aku bisa belajar pada penulis naskahnya." Taemin menyambung jawaban Amber.
"Oh, begitu ya. Aku paham. Jadi intinya kau ini orang yang kurang disiplin, tidak bisa bekerjasama, kurang bisa menghargai orang lain walau kau cerdas dan penuh percaya diri," Victoria mengungkapkan penilaiannya pada Taemin membuat Amber tersenyum geli dan Taemin merengut. "Karenanya Lee Junki Sonsaengnim ingin kau ada di sini bersama kami. Jangan khawatir. Kami akan membantumu. Di sini kau juga bisa menari kok. Bahkan menyanyi juga. Aku jamin kau pasti senang." Victoria tersenyum lebar.
"Ada berapa murid lelaki di sini?" tanya Taemin.
"Dari 23 anggota ada delapan siswa. Itu kenapa aku sering memerankan tokoh lelaki." jawab Amber.
"Oh." Taemin mengangguk paham. "Lalu, siapa penulis naskah kali ini?"
"Penasaran ya?"
"Tidak. Lee Junki Sonsaengnim memintaku belajar padanya kan? Jadi aku butuh bantuannya untuk bisa lulus hukuman ini. Dan tentunya butuh bantuanmu juga." Taemin tak lupa merayu Amber yang segera mencibir.
"Sepertinya tak di sini," Victoria mengamati anak didiknya yang tidak lengkap dan kesemuanya adalah murid perempuan. "Murid laki-laki juga belum datang."
"Dia pergi ke kantin untuk membeli snack dan minuman. Sebentar lagi kembali." sahut gadis yang sebelumnya mengantar Taemin masuk sambil tersenyum tersipu menatap Taemin.
"Ayo, duduk!" Amber menepuk lengan Taemin lalu memimpinnya untuk duduk di dekat tembok sedikit jauh dari gerombolan anggota perempuan yang duduk membuat lingkaran.
"Kau harus tahan dengan mereka. Rata-rata gadis di sekolah ini begitu kan padamu." kata Amber yang sudah duduk bersila di atas lantai. "Satu lagi. Tempat kami tak semewah klub dance atau klub musik." imbuh Amber yang tahu jika Taemin bergabung dengan klub dance dan musik.
"Kemana para pria?"
"Nanti juga datang. Aku harap kali ini kau tak main-main lagi. Apa kau tidak capek berseteru dengan Lee Junki Sonsaengnim? Beliau guru yang baik loh."
"Dan juga tampan!" sahut seorang gadis menyita perhatian Amber dan Taemin.
Gadis cantik bak dewi itu berdiri melipat tangan menatap lurus pada Taemin yang balas menatapnya dengan datar.
"Jadi ini murid yang terhukum itu?" Krystal masih berdiri dengan angkuh menatap Taemin.
"Iya. Inilah dia. Kau sudah tahu?" respon Amber santai.
"Victoria Eonni bersamaku di basecamp saat menerima pesan dari Lee Junki Sonsaengnim saat istirahat tadi. Aku tak percaya murid terhukum ini membuat masalah dengan guruku tersayang." Krystal menggelengkan kepala dengan tatapan memicing pada Taemin.
"Bisakah kau tak menggunakan kata murid terhukum itu padaku?" protes Taemin. "Kau siswi kelas X, kan? Harusnya kau bersikap sopan pada seniormu!"
"Kau sendiri sebagai senior tidak bisa menjadi contoh yang baik bagi juniormu. Berani sekali minta di hormati. Di sini kedudukan kita sama. Anggota baru. Oh, tidak. Kau bukan anggota baru tapi kau murid terhukum. Hanya anggota sementara."
"Kau!" Taemin serta merta berdiri dari duduknya karena kesal mendengar olokan Krystal. "Ya! Apa kau penulis naskah itu? Jadi gadis sombong seperti ini yang tadi dipuji-puji Lee Junki Sonsaengnim. Apa beliau tidak salah orang?" Taemin menggelengkan kepala mengamati Krystal dari atas ke bawah.
"Bukan Krystal penulis naskahnya," sela Amber yang turut berdiri. "Tapi dia!" ia menggerakan kepala menunjuk arah di mana Victoria berada. " Penulis naskah yang kau cari adalah gadis yang sedang berbicara dengan Victoria Eonni."
Taemin mengikuti arah pandangan Amber. Mata Taemin berubah berbinar ketika menatap gadis yang dimaksud Amber. Gadis itu tak lain adalah siswi kelas X yang kemarin membantunya membuat ringkasan novel Romeo and Juliet. Senyum lebar terkembang di wajah Taemin yang berbinar ketika menatap siswi kelas X yang ia cari-cari dari kemaren.
------- TBC --------
.shytUrtle.
0 comments