The White Prince and The Red Princess #2
05:23The White Prince and The Red Princess.
* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.
Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan
senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang
sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.
Part #2
Krystal mencibir ketika menyadari ekspresi Taemin. "Murid terhukum tak pantas menatap bidadari seperti itu!" cela Krystal yang masih berdiri melipat kedua tangannya di dada dengan angkuh.
"Oh, aku tak menyesal jika dia adalah bidadari penyelamatku. Bukan kau!" Taemin membalas olokan Krystal dengan kesal.
"Kau!" Krystal menurunkan kedua tangannya karena kesal pada Taemin. Di saat yang sama Victoria berseru agar seluruh anak didiknya berkumpul.
Anggota klub teater sedikit gaduh karena kehadiran Taemin. Bukan hanya para gadis, anggota pria pun turut bertanya-tanya ada apa gerangan hingga Taemin berada di dalam klub mereka. Taemin yang sedang dibicarakan tetap acuh. Ia malah asik menatap siswi kelas X yang dari kemaren ia cari-cari. Aku mendapatkan keberuntungan seperti dalam drama, begitu gumam di batinnya.
"Pasti sedikit aneh ya melihat seorang Lee Taemin ada di sini," Victoria angkat bicara membuat suasana dalam basecamp klub teater menjadi hening. "Dia butuh bantuan kita untuk lulus dari hukuman Lee Junki Sonsaengnim." ia melanjutkan.
"Aku butuh bantuan si penulis naskah." Taemin meralat pernyataan Victoria membuat Krystal yang duduk di samping kiri siswi kelas X--yang tak lain adalah penulis naskah yang dimaksud Taemin-memutar kedua bola matanya dengan kesal.
"Minhee saja tidak akan cukup untuk bisa membuatmu lulus dari hukuman Lee Junki Sonsaengnim." komentar Krystal.
"Oh, jadi namanya Minhee." Taemin tersenyum masih menatap Minhee si penulis naskah yang duduk di samping kanan Krystal.
Minhee tetap tenang duduk di samping kiri Victoria. Tanpa ragu pula ia membalas tatapan Taemin.
"Ya! Hati-hati dengan tatapanmu itu!" tegur Krystal geram melihat tingkah Taemin yang tak berhenti menatap Minhee sejak Amber memberitahunya jika Minhee-lah si penulis naskah.
"Kenapa? Kau cemburu?" balas Taemin mengolok Krystal di depan seluruh anggota klub teater.
"Sudah-sudah!" Amber yang duduk di samping Taemin menengahi. "Eonni, jadwal hari ini adalah pembagian tokoh kan?" lanjutnya mengingatkan tujuan dari pertemuan hari ini.
"Iya, benar. Sebenarnya kemaren lusa semua setuju Krystal kan yang jadi pemeran utama?" Victoria memulai diskusi. "Jadi kita tinggal menentukan siapa pemeran utama laki-lakinya."
"Bukankah kita punya Lee Taemin sekarang?" usul Amber membuat para gadis menganggukan kepala.
"Aku mau jadi tokoh utama pria asal Minhee yang jadi pemeran wanitanya." Taemin langsung angkat bicara tanpa basa-basi membuat semua yang ada dalam basecamp teater melotot kaget. Terlebih Krystal.
"Aku rasa aku telah membuat kesalahan dengan menyerahkan tokoh utama wanita padamu, Minhee. Kau akan beradu akting dengan pemuda menyebalkan itu." ucap Krystal lirih yang hanya bisa ia dengar dengan Minhee saja.
"Oh iya aku lupa, kemaren Krystal mengatakan padaku jika ia ingin Minhee saja yang jadi tokoh utama," rupanya Victoria mendengar bisikan Krystal pada Minhee membuat Taemin tersenyum penuh kemenangan ketika mendengarnya. "Tapi aku belum tanya apa Minhee setuju. Jadi bagaimana? Minhee, apa Krystal sudah bicara padamu?" Victoria menoleh, menaruh perhatian penuh pada Minhee.
"Kenapa Krystal meminta Minhee menggantikannya?" sela Amber yang penasaran pada alasan di balik permintaan Krystal.
"Di SMP Minhee selalu membantuku untuk mendapatkan peran utama dari setiap drama yang kami pentaskan. Dia menulis naskahnya dan aku yang jadi pemeran utama wanitanya. Minhee selalu membantuku hingga aku bisa memerankan dengan baik setiap tokoh yang dipercayakan padaku. Aku menjadi terkenal di sekolah karena Minhee. Kali ini, di sekolah baru ini, aku ingin orang tahu bahwa Minhee tak hanya berbakat menulis naskah dan menyutradarainya saja. Minhee juga punya bakat akting yang bagus. Karenanya aku mau dia yang jadi pemeran utama untuk naskah perdananya di sekolah ini. Itu saja." Krystal berpidato singkat menjelaskan maksud dibalik permohonannya.
"Manis sekali..." puji salah seorang anggota laki-laki. "Kalian benar-benar dua bidadari yang saling mendukung." imbuhnya dengan ekspresi berseri-seri.
"Wah, kalau Krystal maunya begitu dan yang lain setuju, aku hanya bisa menunggu bagaimana keputusan Minhee." Victoria mengungkapkan rangkuman dari diskusi ulang tentang penentuan peran itu.
"Bukankah lebih baik para senior saja yang ambil bagian dulu. Kami masih baru." Minhee memberikan usulan lain.
"Aku senior dan kau junior. Bukankah itu kombinasi yang sempurna? Audience pasti suka pada sesuatu yang baru." Taemin antusias mengikuti jalannya diskusi. Ia harus berhasil membuat Minhee menjadi lawan mainnya karena yang lain telah setuju ia menjadi pemeran tokoh utama pria.
"Tapi kau hanya murid terhukum walau kau murid senior!" sanggah Krystal dengan ketus. "Lagi pula banyak anggota pria di sini. Siapa yang bersedia?" Krystal menatap satu per satu delapan murid laki-laki anggota klub teater namum kesemuanya diam. "Tidak ada yang berminat jadi pemeran utama pria? Lalu untuk apa kalian bergabung klub teater ini?!" Krystal mulai hilang kesabaran.
Sebelumnya hanya ada murid perempuan yang menjadi anggota klub teater. Itu pula yang menjadi alasan kenapa Amber dan beberapa rekannya sering memerankan tokoh pria saat pertunjukan. Di tahun ajaran baru ini ada delapan siswa kelas X yang bergabung dalam klub teater. Hal itu mengejutkan Victoria dan sekaligus membuatnya senang. Akan tetapi pada diskusi sebelumnya para anggota laki-laki itu menolak ketika ditawari kesempatan untuk menjadi pemeran utama tokoh pria beradu akting dengan Krystal. Masing-masing mengutarakan berbagai alasan untuk menolak.
"Saat jam istirahat aku sempat berdiskusi dengan Krystal dan kami akan meminta ketua klub kita Amber untuk menjadi pemeran tokoh pria seperti sebelumnya, tapi saat Lee Junki Sonsaengnim memberitahuku perihal Lee Taemin... aku jadi punya harapan baru," Victoria menyibakan rambut hitam panjangnya yang terurai. "Tapi sekarang sepertinya makin sulit ya."
"Aku mau kok jadi pemeran utama pria. Asal Minhee yang jadi pemeran utama wanitanya." Taemin kembali tersenyum lebar pada Minhee.
"Astaga. Dia benar-benar!" Krystal menggeleng heran.
"Minhee, kau mau kan bantu aku lagi?" Taemin tak mau menyerah membujuk Minhee.
"Bantu aku lagi??" Krystal menatap Taemin lalu Minhee.
"Kemaren Taemin Sunbaenim meminta bantuanku di perpustakaan. Kebetulan aku luang dan membantunya." Minhee memberi penjelasan.
"Ah, that the reason why you late until I text you? Oh my God! You know each other before this. I'm dizzy!" Krystal memegang kepalanya. Minhee meletakan tangannya di paha Krystal sambil menggeleng, membantah tuduhan Krystal.
"Kalian setuju Krystal dan aku atau Taemin dan Minhee? Voting! Angkat tangan kalian yang setuju pemeran utama untuk pertunjukan kita adalah Taemin dan Minhee?" Amber tiba-tiba mengajukan dua calon dan mengadakan voting.
Mengejutkan. Krystal yang sebelumnya antipati pada Taemin tiba-tiba mengangkat tangan membuat semua mata tertuju padanya.
"Senior dan junior. Murid terhukum dari klub paling ramai di sekolah dan klub teater yang minim anggota. Ini pasti menyenangkan. Menurut Victoria Eonni, Lee Taemin sangat terkenal di sekolah ini. Ayolah! Tunggu apalagi? Ini saatnya bagi kita untuk menjadikannya boneka mainan." Krystal memicing melirik Taemin.
"Boneka mainan?!" pekik Taemin.
"Baiklah!" Minhee angkat bicara. "Aku setuju!" ia yang sebelumnya terkesan kalem tiba-tiba berubah tegas. "Sunbaenim telah mendapatkan apa yang Sunbaemim inginkan. Jadi Sunbaenim harus bekerja dengan serius."
"Kalau tidak, jangan harap kami akan membantumu untuk lulus dari hukuman Lee Junki Sonsaengnim." Krystal menambahkan ancamannya.
"Aku sudah mendapatkan bidadari penyelamatku. Aku tidak akan khawatir lagi sekarang." ucap Taemin sambil tersenyum menatap Minhee.
***
Taemin terusik. Ia yang sedang berbaring di sebuah bangku di taman merasakan goyangan cepat di bangkunya. Ia mengangkat tangan kanannya yang menjadi penutup wajahnya dan menengok ke bagian belakang bangku dengan malas tanpa menegakan badannya. Ada seseorang yang duduk di bangku yang menempel dengan bangku tempat Taemin merebahkan badan. Bangkunya bergoyang pasti karena seseorang di seberang itu duduk menjatuhkan tubuhnya dengan keras.
"Aish!" keluh seseorang yang duduk berseberangan--beradu punggung-dengan Taemin. "Ne, Oppa," selanjutnya terdengar suara gadis berbicara. Sepertinya ia sedang berbicara dalam telefon. "Aku sedang latihan. Belajar bersama," suara gadis itu kembali terdengar setelah beberapa detik terdiam.
Taemin tersenyum mendengarnya sambil kembali merebahkan badan di bangku taman. "Dasar pembohong!" gumamnya lirih mengolok perbuatan gadis itu.
"Tentu saja aku bersama Krystal!"
Taemin terkejut mendengar nama Krystal disebut. Ia langsung duduk menegakan badan dan mengamati gadis yang duduk membelakanginya.
"Krystal sedang sibuk dengan yang lain. Nanti kalau sudah selesai aku telefon."
Taemin tersenyum lebar menyadari jika gadis yang duduk membelakanginya itu adalah Minhee. Ia diam, duduk tepat di belakang Minhee dan mengamati gadis berambut ikal itu dari sisi belakang. Minhee menghela napas panjang dan menundukan kepala usai mengakhiri obrolannya di telefon.
"Krystal sedang sibuk dengan yang lain," ucap Taemin membuat Minhee tersentak kaget dan serta merta menoleh dengan tatapan melotot. Taemin tersenyum lebar melihat Minhee yang kini menatapnya. "Kaget ya? Kau ketahuan berbohong!"
"Sun-sunbaenim? Sejak kapan Sunbaenim di sana?" tanya Minhee dengan ekspresi terkejutnya.
"Oppa? Siapa dia? Pacarmu?" bukannya menjawab, Taemin malah mengajukan pertanyaan lain pada Minhee. "Kau kabur darinya sampai tidak datang ke klub teater? Aku tadi ke sana mencarimu, tapi kau tak ada. Ya sudah aku pergi."
"Yang lain sedang berlatih di basecamp, kenapa Sunbaenim tak bergabung?"
"Bukankah Lee Junki Sonsaengnim memintaku belajar pada si penulis naskah? Jika si penulis naskah tak ada, untuk apa aku bergabung?"
Minhee diam. Ia tahu tak akan menang jika berdebat dengan Taemin. Ia kembali meluruskan badannya membelakangi Taemin.
Taemin naik ke atas bangku taman lalu turun dan duduk di samping kiri Minhee yang terlihat gusar sambil melihat jam di tangan kanannya. Ia memerhatikan setiap gerak tubuh Minhee.
"Jam tangan kan seharusnya dipakai di tangan kiri. Kenapa kau di tangan kanan?" saat mengamati Minhee, mata Taemin terhenti pada jam tangan yang dikenakan Minhee di tangan kanannya.
"Karena waktu sangat penting dan berharga. Kata Appa, segala sesuatu yang penting dan berharga harus diletakan di tangan kanan karena tangan kanan adalah tanda dari semua kebaikan."
"Jika semua benda adalah baik dan harus kau letakkan pada bagian kanan tubuhmu, apa jadinya?" Taemin sambil tersenyum geli membayangkan bagaimana seorang Minhee meletakan segala sesuatu di bagian kanan tubuhnya.
"Tidak ada benda yang kesemuanya baik, karena itulah ada sisi kiri yang menjadi penyeimbang bagi sisi kanan agar semuanya bisa berjalan dengan sempurna."
"Eum, kau benar. Jadi seperti kau dan aku, kita dipertemukan untuk saling menyeimbangkan. Agar hidupmu, juga hidupku bisa berjalan dengan sempurna. Aku benar kan?" Taemin dengan wajah berseri.
Minhee hanya menanggapinya dengan senyum dan gelengan kepala.
"Kenapa kau ke sini? Krystal juga tak ada di basecamp," Taemin kembali mencari bahan obrolan.
"Nah, itu dia!" Minhee menuding Krystal yang berjalan buru-buru menuju ke bangku tempat Minhee dan Taemin duduk.
"Kenapa dia juga di sini?" tanya Krystal saat sampai di depan Minhee.
"Kami..."
"Sengaja janjian bertemu di sini." sahut Taemin memotong Minhee yang mulai bicara.
"Benarkah? Hagh! Aku tak percaya. Aku paham siapa dan bagaimana Minhee!" sanggah Krystal membuat Minhee tersenyum bangga menatapnya. "Kau kenapa mengganggu Minhee terus?"
"Dia bidadari penyelamatku. Aku sedang menjalankan hukuman Lee Junki Sonsaengnim."
"Hukuman itu hanya berlaku di sekolah untuk klub teater."
"Aku tidak menemukannya di basecamp. Tapi takdir membawanya kemari."
"Hagh! Takdir? Kau memang pandai berkelit Lee Taemin!"
"Ya! Aku ini seniormu!"
"Oppa?" kata Minhee di tengah-tengah perdebatan Krystal dan Taemin.
Minhee bangkit dari duduknya, Krystal yang berdiri melipat tangan turut menggeser posisi tubuhnya menghadap sisi yang sama dengan Minhee. Seorang pemuda berkacamata mendekati Minhee dan Krystal.
"Maaf terlambat." ucap pemuda itu seraya sedikit membungkukan badan.
"Aku juga baru sampai." Krystal tersenyum manis. Dia tak lagi ketus seperti ketika berhadapan dengan Taemin.
"Kalian siap?" tanya pemuda itu.
"Sangat siap!" jawab Krystal di dukung anggukan antusias Minhee.
"Kita pergi sekarang?"
"Ayo!" seru Krystal.
"Tunggu!" Taemin bangkit dari duduknya. "Kalian melupakan aku!" tanyanya dengan ekspresi serius seolah ia benar menjadi bagian dari kelompok Minhee.
"Ya! Siapa yang mau kau ikut?" tanya Krystal kembali dengan nada ketus.
"Dia siapa?" tanya pemuda berkacamata yang berdiri di samping Minhee.
"Annyeong hasimnikka. Jonun Lee Taemin imnida. Aku teman baru Minhee dan Krystal di sekolah. Kami teman satu tim di teater. Bahkan saat ini, kami sedang menggarap sebuah pertunjukan bersama." Taemin memperkenalkan diri dengan sopan.
"Wah, kebetulan sekali kalian bawa teman. Aku Kim Kibum. Teman Minhee dan Krystal. Senang bertemu denganmu." pemuda berkacamata itu turut memperkenalkan diri. "Kau ikut untuk membantu kami ya?"
"Oppa! Dia itu..." sela Krystal.
"Krystal!" Minhee menarik lengan Krystal dan menunjukan layar ponselnya yang menyala-nyala tanda ada panggilan masuk.
"Ough..." Krystal memutar bola matanya yang cantik sambil meraih ponsel Minhee lalu berjalan sedikit menjauh untuk menerima panggilan di ponsel Minhee.
"Oppa, sebenarnya Lee Taemin ini adalah senior kami dan karena kebetulan tadi bertemu denganku di sini." Minhee memberi penjelasan.
"Oh," Kibum mengangguk.
"Tapi aku benar sedang ada proyek dengannya,"Taemin menuding Minhee. "Sebenarnya apa yang akan kalian lakukan? Boleh aku ikut?"
"Ya! Sebaiknya kita segera pergi atau Minho Oppa akan menemukan kita di sini," sela Krystal. "Dia akan melewati taman ini untuk sampai ke tujuannya. Ayo!" ia menggaet tangan Minhee dan menuntunnya pergi.
"Ayo!" Kibum menepuk lengan Taemin memberi isyarat agar pemuda itu juga ikut.
Taemin tersenyum lebar dan menyambar tasnya yang masih tergeletak di bangku kemudian berlari kecil menyusul Kibum.
***
Minhee tersenyum puas melihat gereja kecil yang selesai dihias. Krystal yang berdiri di sampingnya menunjukan ekspresi yang sama.
"Lelah sekali!" Krystal memukul-mukul pelan pundak kanannya dengan tangan kirinya. "Dia lumayan membantu ya," imbuhnya sembari tersenyum menatap Taemin yang baru saja selesai meletakan sebuah tanaman dalam pot di salah satu sudut gereja.
"Mungkin dia benar-benar ingin lulus dari hukuman Lee Junki Sonsaengnim." komentar Minhee.
"Aku rasa bukan. Tapi sepertinya dia menyukaimu."
"Eh?" mata bulat Minhee melebar mendengarnya.
"Pemuda yang sedang tertarik pada gadis, ciri-cirinya ada pada dia semua. Itu ketika ia menatapmu."
"Krystal? Itu tak mungkin."
"Tak mungkin? Hey, pria hanya butuh delapan detik saja untuk jatuh hati. Jadi itu mungkin saja. White Prince and Red Princess, keren ya?" Krystal tersenyum bangga.
"Dia White Prince?"
"According to Victoria Eonni. He's very famous at our school. Girls like call him White Prince because he look like a prince with white horse in fantasy land."
"What a crazy thing? Prince with white horse?"
"Yeah. You ever wrote a story about it, right?"
"That's the reason why I'm laughing."
"Omo! Jangan-jangan benar seperti itu visualisasi pangeran dalam naskah drama parodi yang kau buat?" Krystal tiba-tiba merubah posisi menghadap Minhee. "Choi Minhee, apa sebelumnya kau pernah bertemu dengannya? Di dalam mimpi mungkin?"
"Krystal? Kau sedang mengigau?"
"Tulisanmu membuatku menjadi suka berkhayal." Krystal tersenyum geli.
"Dasar!"
"Krystal! Bisa bantu aku?" panggil Kibum.
"Ne, Oppa!" Krystal segera berlari menuju Kibum.
"Ada lagi yang harus di angkat ke dalam?" Taemin menghampiri Minhee usai menyelesaikan tugas terakhirnya.
Minhee membalikkan badan menghadap Taemin yang berdiri berkacak pinggang sambil mengamati sekeliling di dalam gereja. Ia tersenyum. "Sunbaenim, itu..." menuding pipi Taemin.
"Kenapa?"
"Permisi ya." Minhee mengusap pipi kiri Taemin.
Jantung Taemin berdetub kencang ketika Minhee tiba-tiba menyentuh lembut pipinya. Waktu seolah terhenti dan Taemin merasakan seolah ada sengatan listrik yang menjalari tubuhnya. Ia mematung, menatap Minhee yang berdiri di hadapannya mengulurkan tangan mengusap pipi kirinya.
------- TBC --------
.shytUrtle.
Krystal mencibir ketika menyadari ekspresi Taemin. "Murid terhukum tak pantas menatap bidadari seperti itu!" cela Krystal yang masih berdiri melipat kedua tangannya di dada dengan angkuh.
"Oh, aku tak menyesal jika dia adalah bidadari penyelamatku. Bukan kau!" Taemin membalas olokan Krystal dengan kesal.
"Kau!" Krystal menurunkan kedua tangannya karena kesal pada Taemin. Di saat yang sama Victoria berseru agar seluruh anak didiknya berkumpul.
Anggota klub teater sedikit gaduh karena kehadiran Taemin. Bukan hanya para gadis, anggota pria pun turut bertanya-tanya ada apa gerangan hingga Taemin berada di dalam klub mereka. Taemin yang sedang dibicarakan tetap acuh. Ia malah asik menatap siswi kelas X yang dari kemaren ia cari-cari. Aku mendapatkan keberuntungan seperti dalam drama, begitu gumam di batinnya.
"Pasti sedikit aneh ya melihat seorang Lee Taemin ada di sini," Victoria angkat bicara membuat suasana dalam basecamp klub teater menjadi hening. "Dia butuh bantuan kita untuk lulus dari hukuman Lee Junki Sonsaengnim." ia melanjutkan.
"Aku butuh bantuan si penulis naskah." Taemin meralat pernyataan Victoria membuat Krystal yang duduk di samping kiri siswi kelas X--yang tak lain adalah penulis naskah yang dimaksud Taemin-memutar kedua bola matanya dengan kesal.
"Minhee saja tidak akan cukup untuk bisa membuatmu lulus dari hukuman Lee Junki Sonsaengnim." komentar Krystal.
"Oh, jadi namanya Minhee." Taemin tersenyum masih menatap Minhee si penulis naskah yang duduk di samping kanan Krystal.
Minhee tetap tenang duduk di samping kiri Victoria. Tanpa ragu pula ia membalas tatapan Taemin.
"Ya! Hati-hati dengan tatapanmu itu!" tegur Krystal geram melihat tingkah Taemin yang tak berhenti menatap Minhee sejak Amber memberitahunya jika Minhee-lah si penulis naskah.
"Kenapa? Kau cemburu?" balas Taemin mengolok Krystal di depan seluruh anggota klub teater.
"Sudah-sudah!" Amber yang duduk di samping Taemin menengahi. "Eonni, jadwal hari ini adalah pembagian tokoh kan?" lanjutnya mengingatkan tujuan dari pertemuan hari ini.
"Iya, benar. Sebenarnya kemaren lusa semua setuju Krystal kan yang jadi pemeran utama?" Victoria memulai diskusi. "Jadi kita tinggal menentukan siapa pemeran utama laki-lakinya."
"Bukankah kita punya Lee Taemin sekarang?" usul Amber membuat para gadis menganggukan kepala.
"Aku mau jadi tokoh utama pria asal Minhee yang jadi pemeran wanitanya." Taemin langsung angkat bicara tanpa basa-basi membuat semua yang ada dalam basecamp teater melotot kaget. Terlebih Krystal.
"Aku rasa aku telah membuat kesalahan dengan menyerahkan tokoh utama wanita padamu, Minhee. Kau akan beradu akting dengan pemuda menyebalkan itu." ucap Krystal lirih yang hanya bisa ia dengar dengan Minhee saja.
"Oh iya aku lupa, kemaren Krystal mengatakan padaku jika ia ingin Minhee saja yang jadi tokoh utama," rupanya Victoria mendengar bisikan Krystal pada Minhee membuat Taemin tersenyum penuh kemenangan ketika mendengarnya. "Tapi aku belum tanya apa Minhee setuju. Jadi bagaimana? Minhee, apa Krystal sudah bicara padamu?" Victoria menoleh, menaruh perhatian penuh pada Minhee.
"Kenapa Krystal meminta Minhee menggantikannya?" sela Amber yang penasaran pada alasan di balik permintaan Krystal.
"Di SMP Minhee selalu membantuku untuk mendapatkan peran utama dari setiap drama yang kami pentaskan. Dia menulis naskahnya dan aku yang jadi pemeran utama wanitanya. Minhee selalu membantuku hingga aku bisa memerankan dengan baik setiap tokoh yang dipercayakan padaku. Aku menjadi terkenal di sekolah karena Minhee. Kali ini, di sekolah baru ini, aku ingin orang tahu bahwa Minhee tak hanya berbakat menulis naskah dan menyutradarainya saja. Minhee juga punya bakat akting yang bagus. Karenanya aku mau dia yang jadi pemeran utama untuk naskah perdananya di sekolah ini. Itu saja." Krystal berpidato singkat menjelaskan maksud dibalik permohonannya.
"Manis sekali..." puji salah seorang anggota laki-laki. "Kalian benar-benar dua bidadari yang saling mendukung." imbuhnya dengan ekspresi berseri-seri.
"Wah, kalau Krystal maunya begitu dan yang lain setuju, aku hanya bisa menunggu bagaimana keputusan Minhee." Victoria mengungkapkan rangkuman dari diskusi ulang tentang penentuan peran itu.
"Bukankah lebih baik para senior saja yang ambil bagian dulu. Kami masih baru." Minhee memberikan usulan lain.
"Aku senior dan kau junior. Bukankah itu kombinasi yang sempurna? Audience pasti suka pada sesuatu yang baru." Taemin antusias mengikuti jalannya diskusi. Ia harus berhasil membuat Minhee menjadi lawan mainnya karena yang lain telah setuju ia menjadi pemeran tokoh utama pria.
"Tapi kau hanya murid terhukum walau kau murid senior!" sanggah Krystal dengan ketus. "Lagi pula banyak anggota pria di sini. Siapa yang bersedia?" Krystal menatap satu per satu delapan murid laki-laki anggota klub teater namum kesemuanya diam. "Tidak ada yang berminat jadi pemeran utama pria? Lalu untuk apa kalian bergabung klub teater ini?!" Krystal mulai hilang kesabaran.
Sebelumnya hanya ada murid perempuan yang menjadi anggota klub teater. Itu pula yang menjadi alasan kenapa Amber dan beberapa rekannya sering memerankan tokoh pria saat pertunjukan. Di tahun ajaran baru ini ada delapan siswa kelas X yang bergabung dalam klub teater. Hal itu mengejutkan Victoria dan sekaligus membuatnya senang. Akan tetapi pada diskusi sebelumnya para anggota laki-laki itu menolak ketika ditawari kesempatan untuk menjadi pemeran utama tokoh pria beradu akting dengan Krystal. Masing-masing mengutarakan berbagai alasan untuk menolak.
"Saat jam istirahat aku sempat berdiskusi dengan Krystal dan kami akan meminta ketua klub kita Amber untuk menjadi pemeran tokoh pria seperti sebelumnya, tapi saat Lee Junki Sonsaengnim memberitahuku perihal Lee Taemin... aku jadi punya harapan baru," Victoria menyibakan rambut hitam panjangnya yang terurai. "Tapi sekarang sepertinya makin sulit ya."
"Aku mau kok jadi pemeran utama pria. Asal Minhee yang jadi pemeran utama wanitanya." Taemin kembali tersenyum lebar pada Minhee.
"Astaga. Dia benar-benar!" Krystal menggeleng heran.
"Minhee, kau mau kan bantu aku lagi?" Taemin tak mau menyerah membujuk Minhee.
"Bantu aku lagi??" Krystal menatap Taemin lalu Minhee.
"Kemaren Taemin Sunbaenim meminta bantuanku di perpustakaan. Kebetulan aku luang dan membantunya." Minhee memberi penjelasan.
"Ah, that the reason why you late until I text you? Oh my God! You know each other before this. I'm dizzy!" Krystal memegang kepalanya. Minhee meletakan tangannya di paha Krystal sambil menggeleng, membantah tuduhan Krystal.
"Kalian setuju Krystal dan aku atau Taemin dan Minhee? Voting! Angkat tangan kalian yang setuju pemeran utama untuk pertunjukan kita adalah Taemin dan Minhee?" Amber tiba-tiba mengajukan dua calon dan mengadakan voting.
Mengejutkan. Krystal yang sebelumnya antipati pada Taemin tiba-tiba mengangkat tangan membuat semua mata tertuju padanya.
"Senior dan junior. Murid terhukum dari klub paling ramai di sekolah dan klub teater yang minim anggota. Ini pasti menyenangkan. Menurut Victoria Eonni, Lee Taemin sangat terkenal di sekolah ini. Ayolah! Tunggu apalagi? Ini saatnya bagi kita untuk menjadikannya boneka mainan." Krystal memicing melirik Taemin.
"Boneka mainan?!" pekik Taemin.
"Baiklah!" Minhee angkat bicara. "Aku setuju!" ia yang sebelumnya terkesan kalem tiba-tiba berubah tegas. "Sunbaenim telah mendapatkan apa yang Sunbaemim inginkan. Jadi Sunbaenim harus bekerja dengan serius."
"Kalau tidak, jangan harap kami akan membantumu untuk lulus dari hukuman Lee Junki Sonsaengnim." Krystal menambahkan ancamannya.
"Aku sudah mendapatkan bidadari penyelamatku. Aku tidak akan khawatir lagi sekarang." ucap Taemin sambil tersenyum menatap Minhee.
***
Taemin terusik. Ia yang sedang berbaring di sebuah bangku di taman merasakan goyangan cepat di bangkunya. Ia mengangkat tangan kanannya yang menjadi penutup wajahnya dan menengok ke bagian belakang bangku dengan malas tanpa menegakan badannya. Ada seseorang yang duduk di bangku yang menempel dengan bangku tempat Taemin merebahkan badan. Bangkunya bergoyang pasti karena seseorang di seberang itu duduk menjatuhkan tubuhnya dengan keras.
"Aish!" keluh seseorang yang duduk berseberangan--beradu punggung-dengan Taemin. "Ne, Oppa," selanjutnya terdengar suara gadis berbicara. Sepertinya ia sedang berbicara dalam telefon. "Aku sedang latihan. Belajar bersama," suara gadis itu kembali terdengar setelah beberapa detik terdiam.
Taemin tersenyum mendengarnya sambil kembali merebahkan badan di bangku taman. "Dasar pembohong!" gumamnya lirih mengolok perbuatan gadis itu.
"Tentu saja aku bersama Krystal!"
Taemin terkejut mendengar nama Krystal disebut. Ia langsung duduk menegakan badan dan mengamati gadis yang duduk membelakanginya.
"Krystal sedang sibuk dengan yang lain. Nanti kalau sudah selesai aku telefon."
Taemin tersenyum lebar menyadari jika gadis yang duduk membelakanginya itu adalah Minhee. Ia diam, duduk tepat di belakang Minhee dan mengamati gadis berambut ikal itu dari sisi belakang. Minhee menghela napas panjang dan menundukan kepala usai mengakhiri obrolannya di telefon.
"Krystal sedang sibuk dengan yang lain," ucap Taemin membuat Minhee tersentak kaget dan serta merta menoleh dengan tatapan melotot. Taemin tersenyum lebar melihat Minhee yang kini menatapnya. "Kaget ya? Kau ketahuan berbohong!"
"Sun-sunbaenim? Sejak kapan Sunbaenim di sana?" tanya Minhee dengan ekspresi terkejutnya.
"Oppa? Siapa dia? Pacarmu?" bukannya menjawab, Taemin malah mengajukan pertanyaan lain pada Minhee. "Kau kabur darinya sampai tidak datang ke klub teater? Aku tadi ke sana mencarimu, tapi kau tak ada. Ya sudah aku pergi."
"Yang lain sedang berlatih di basecamp, kenapa Sunbaenim tak bergabung?"
"Bukankah Lee Junki Sonsaengnim memintaku belajar pada si penulis naskah? Jika si penulis naskah tak ada, untuk apa aku bergabung?"
Minhee diam. Ia tahu tak akan menang jika berdebat dengan Taemin. Ia kembali meluruskan badannya membelakangi Taemin.
Taemin naik ke atas bangku taman lalu turun dan duduk di samping kiri Minhee yang terlihat gusar sambil melihat jam di tangan kanannya. Ia memerhatikan setiap gerak tubuh Minhee.
"Jam tangan kan seharusnya dipakai di tangan kiri. Kenapa kau di tangan kanan?" saat mengamati Minhee, mata Taemin terhenti pada jam tangan yang dikenakan Minhee di tangan kanannya.
"Karena waktu sangat penting dan berharga. Kata Appa, segala sesuatu yang penting dan berharga harus diletakan di tangan kanan karena tangan kanan adalah tanda dari semua kebaikan."
"Jika semua benda adalah baik dan harus kau letakkan pada bagian kanan tubuhmu, apa jadinya?" Taemin sambil tersenyum geli membayangkan bagaimana seorang Minhee meletakan segala sesuatu di bagian kanan tubuhnya.
"Tidak ada benda yang kesemuanya baik, karena itulah ada sisi kiri yang menjadi penyeimbang bagi sisi kanan agar semuanya bisa berjalan dengan sempurna."
"Eum, kau benar. Jadi seperti kau dan aku, kita dipertemukan untuk saling menyeimbangkan. Agar hidupmu, juga hidupku bisa berjalan dengan sempurna. Aku benar kan?" Taemin dengan wajah berseri.
Minhee hanya menanggapinya dengan senyum dan gelengan kepala.
"Kenapa kau ke sini? Krystal juga tak ada di basecamp," Taemin kembali mencari bahan obrolan.
"Nah, itu dia!" Minhee menuding Krystal yang berjalan buru-buru menuju ke bangku tempat Minhee dan Taemin duduk.
"Kenapa dia juga di sini?" tanya Krystal saat sampai di depan Minhee.
"Kami..."
"Sengaja janjian bertemu di sini." sahut Taemin memotong Minhee yang mulai bicara.
"Benarkah? Hagh! Aku tak percaya. Aku paham siapa dan bagaimana Minhee!" sanggah Krystal membuat Minhee tersenyum bangga menatapnya. "Kau kenapa mengganggu Minhee terus?"
"Dia bidadari penyelamatku. Aku sedang menjalankan hukuman Lee Junki Sonsaengnim."
"Hukuman itu hanya berlaku di sekolah untuk klub teater."
"Aku tidak menemukannya di basecamp. Tapi takdir membawanya kemari."
"Hagh! Takdir? Kau memang pandai berkelit Lee Taemin!"
"Ya! Aku ini seniormu!"
"Oppa?" kata Minhee di tengah-tengah perdebatan Krystal dan Taemin.
Minhee bangkit dari duduknya, Krystal yang berdiri melipat tangan turut menggeser posisi tubuhnya menghadap sisi yang sama dengan Minhee. Seorang pemuda berkacamata mendekati Minhee dan Krystal.
"Maaf terlambat." ucap pemuda itu seraya sedikit membungkukan badan.
"Aku juga baru sampai." Krystal tersenyum manis. Dia tak lagi ketus seperti ketika berhadapan dengan Taemin.
"Kalian siap?" tanya pemuda itu.
"Sangat siap!" jawab Krystal di dukung anggukan antusias Minhee.
"Kita pergi sekarang?"
"Ayo!" seru Krystal.
"Tunggu!" Taemin bangkit dari duduknya. "Kalian melupakan aku!" tanyanya dengan ekspresi serius seolah ia benar menjadi bagian dari kelompok Minhee.
"Ya! Siapa yang mau kau ikut?" tanya Krystal kembali dengan nada ketus.
"Dia siapa?" tanya pemuda berkacamata yang berdiri di samping Minhee.
"Annyeong hasimnikka. Jonun Lee Taemin imnida. Aku teman baru Minhee dan Krystal di sekolah. Kami teman satu tim di teater. Bahkan saat ini, kami sedang menggarap sebuah pertunjukan bersama." Taemin memperkenalkan diri dengan sopan.
"Wah, kebetulan sekali kalian bawa teman. Aku Kim Kibum. Teman Minhee dan Krystal. Senang bertemu denganmu." pemuda berkacamata itu turut memperkenalkan diri. "Kau ikut untuk membantu kami ya?"
"Oppa! Dia itu..." sela Krystal.
"Krystal!" Minhee menarik lengan Krystal dan menunjukan layar ponselnya yang menyala-nyala tanda ada panggilan masuk.
"Ough..." Krystal memutar bola matanya yang cantik sambil meraih ponsel Minhee lalu berjalan sedikit menjauh untuk menerima panggilan di ponsel Minhee.
"Oppa, sebenarnya Lee Taemin ini adalah senior kami dan karena kebetulan tadi bertemu denganku di sini." Minhee memberi penjelasan.
"Oh," Kibum mengangguk.
"Tapi aku benar sedang ada proyek dengannya,"Taemin menuding Minhee. "Sebenarnya apa yang akan kalian lakukan? Boleh aku ikut?"
"Ya! Sebaiknya kita segera pergi atau Minho Oppa akan menemukan kita di sini," sela Krystal. "Dia akan melewati taman ini untuk sampai ke tujuannya. Ayo!" ia menggaet tangan Minhee dan menuntunnya pergi.
"Ayo!" Kibum menepuk lengan Taemin memberi isyarat agar pemuda itu juga ikut.
Taemin tersenyum lebar dan menyambar tasnya yang masih tergeletak di bangku kemudian berlari kecil menyusul Kibum.
***
Minhee tersenyum puas melihat gereja kecil yang selesai dihias. Krystal yang berdiri di sampingnya menunjukan ekspresi yang sama.
"Lelah sekali!" Krystal memukul-mukul pelan pundak kanannya dengan tangan kirinya. "Dia lumayan membantu ya," imbuhnya sembari tersenyum menatap Taemin yang baru saja selesai meletakan sebuah tanaman dalam pot di salah satu sudut gereja.
"Mungkin dia benar-benar ingin lulus dari hukuman Lee Junki Sonsaengnim." komentar Minhee.
"Aku rasa bukan. Tapi sepertinya dia menyukaimu."
"Eh?" mata bulat Minhee melebar mendengarnya.
"Pemuda yang sedang tertarik pada gadis, ciri-cirinya ada pada dia semua. Itu ketika ia menatapmu."
"Krystal? Itu tak mungkin."
"Tak mungkin? Hey, pria hanya butuh delapan detik saja untuk jatuh hati. Jadi itu mungkin saja. White Prince and Red Princess, keren ya?" Krystal tersenyum bangga.
"Dia White Prince?"
"According to Victoria Eonni. He's very famous at our school. Girls like call him White Prince because he look like a prince with white horse in fantasy land."
"What a crazy thing? Prince with white horse?"
"Yeah. You ever wrote a story about it, right?"
"That's the reason why I'm laughing."
"Omo! Jangan-jangan benar seperti itu visualisasi pangeran dalam naskah drama parodi yang kau buat?" Krystal tiba-tiba merubah posisi menghadap Minhee. "Choi Minhee, apa sebelumnya kau pernah bertemu dengannya? Di dalam mimpi mungkin?"
"Krystal? Kau sedang mengigau?"
"Tulisanmu membuatku menjadi suka berkhayal." Krystal tersenyum geli.
"Dasar!"
"Krystal! Bisa bantu aku?" panggil Kibum.
"Ne, Oppa!" Krystal segera berlari menuju Kibum.
"Ada lagi yang harus di angkat ke dalam?" Taemin menghampiri Minhee usai menyelesaikan tugas terakhirnya.
Minhee membalikkan badan menghadap Taemin yang berdiri berkacak pinggang sambil mengamati sekeliling di dalam gereja. Ia tersenyum. "Sunbaenim, itu..." menuding pipi Taemin.
"Kenapa?"
"Permisi ya." Minhee mengusap pipi kiri Taemin.
Jantung Taemin berdetub kencang ketika Minhee tiba-tiba menyentuh lembut pipinya. Waktu seolah terhenti dan Taemin merasakan seolah ada sengatan listrik yang menjalari tubuhnya. Ia mematung, menatap Minhee yang berdiri di hadapannya mengulurkan tangan mengusap pipi kirinya.
------- TBC --------
.shytUrtle.
0 comments