Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
05:35
Wisteria
Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's
about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of
Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-
Song Hyu Ri (송휴리)
-
Rosmary Magi
-
Han Su Ri (한수리)
-
Jung Shin Ae (정신애)
-
Song Ha Mi (송하미)
-
Lee Hye Rin (이혜린)
-
Park Sung Rin (박선린)
-
Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung
Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim
Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many
other found it by read the FF.
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di
benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami
percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang
selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu
muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga
percaya akan hal ini...?
***
Land #21
“Cinta itu rumit, tapi akan menjadi mudah jika kau
menetapkan hatimu pada satu hati yang kau pilih.”
-------
“Taemin!!
Apa maksud semua ini...?” Kwanghee
bersungut-sungut mendekati Taemin yang masih berdiri mengulurkan tangan
di depan Magi.
“Aku hanya ingin berterima kasih
pada Rosmary Magi karena dia telah menyelamatkanku di hutan tempo hari,” Taemin
tanpa mengalihkan pandangannya dari menatap Magi dan tak juga menarik senyum
manisnya.
Kwanghee menatap Magi penuh
kebencian. Sedang yang lain menatap penasaran pada Taemin dan Magi. Semua
terlebih Kwanghee terkejut melihat Magi meraih bunga Gardenia dalam pot di
tangan Taemin.
“Ada begitu banyak bunga, kenapa
Sunbaenim memilih bunga Gardenia?” tanya Magi pada Taemin.
“Kenapa? Bukankah bunga Gardenia
sangat cantik dan berbau harum? Juga memiliki arti yang bagus. Aku memilih ini
karena rekomendasi penjaga rumah kaca itu. Kau tidak suka?”
“Mana bisa aku tak menyukai
bunga? Hanya saja di Indonesia bunga ini banyak di tanam di makam.”
Taemin melongo menatap Magi.
“Terima kasih, Sunbaenim.
Selamat datang musim semi,” Magi membungkuk di depan Taemin dan tersenyum manis
lalu pergi dari hadapan Taemin.
Taemin tersenyum manis menatap
Magi yang menjauh pergi.
“Ya! Apa kau gila?!” Kwanghee
menepuk lengan Taemin. “Memberikan bunga pada Rosmary Magi di depan umum
seperti ini?”
Taemin menggaruk kepalanya
dengan kesal, menghela napas lalu meninggalkan Kwanghee begitu saja tanpa
menjawab pertanyaan yang diajukan Kwanghee. Kwanghee berdecak kesal menemukan
Taemin mengabaikannya. Dengan cemberut Kwanghee melangkah kesal menyusul
Taemin.
Magi kembali bergabung pada
teman-temannya;Hyuri, Suri, Jonghwan dan Seungho.
“Gawat! Sepertinya kau terjerat
cinta segitiga kini,” komentar Seungho.
“Terjerat cinta segitiga...?
Ish! Kau pikir kita sedang dalam drama? Aku Si Itik buruk rupa dan Lee Taemin
Sunbaenim pangerannya?” respon Magi.
“Cinta segitiga antara siapa,
siapa dan siapa?” sela Suri penasaran.
“Sabtu malam aku memergokinya
sedang berjalan bergandengan tangan dengan L.Joe Sunbaenim. Bukan hanya itu,
Magi memakai jaket milik L.Joe Sunbaenim. Apa menurutmu itu wajar atau biasa
saja?”
“Benarkah...?” Suri menatap Magi
penasaran. Begitu juga Hyuri dan Jonghwan. Ketiganya menatap penasaran pada
Magi.
“Benar aku berjalan bersama
L.Joe Sunbaenim, dia menggandeng tanganku karena tahu aku takut gelap dan
kenapa jaketnya bisa aku pakai itu karena aku kedinginan karena keluar tak
mengenakan baju hangat dan L.Joe Sunbaenim menawarkan diri mengantarku ke
menara tempat penyimpanan air bersih untuk mendapatkan sinyal. Itu saja.” Magi
memberikan penjelasan.
“Wah, romantis sekali. Aku tak
yakin hatimu tak terketuk oleh itu semua.” Suri berseri menatap Magi.
“Aku perhatikan ekspresi kalian
berseri-seri. Aku rasa... kau bohong dan menyembunyikan sesuatu dari kami,”
Seungho menatap curiga pada Magi.
“Hakku untuk punya rahasia dan
menjaganya dari kalian. Kau itu tukang ingin tahu sekali Yoo Seungho!”
penegasan Magi membuat Suri, Hyuri dan Jonghwan menahan tawa menatap Seungho.
“Lelah sekali. Ayo kita pulang!” ajak Magi kemudian membelakangi Seungho.
“Suri, tunggu!” tahan Jonghwan.
Suri kembali membalikan badan.
Hyuri dan Magi menunggu.
“Ini... untukmu,” Jonghwan
mengulurkan kedua tangannya. Memberikan tanaman bunga Bleeding Heart miliknya
pada Suri.
Suri tercengang menatap
Jonghwan. “Un-untukku...?” tanya Suri terbata.
“Ey, tahu untuk Suri tak akan
setuju aku merekomendasikan bunga itu,” sahut Magi.
“Memangnya kenapa dengan bunga
ini?” Suri menoleh pada Magi yang berdiri di samping kanannya.
“Tidak apa-apa. Katanya Bleeding
Heart itu bunga musim semi, simbol cinta abadi. Begitu sih katanya,” Magi manggut-manggut.
“Itu artinya Jonghwan ingin menyambut musim semi ini denganmu, kau harus
merawat bunga itu dengan baik, benarkan Jonghwan?” Magi menatap Jonghwan yang
tersenyum dan mengangguk yakin.
“Vulgar sekali kalian ini,” olok
Seungho.
“Vulgar...?” protes Suri
mendelik menatap Seungho.
“Biarkan saja. Dia itu hanya
iri. Ayo pulang,” Magi berjalan lebih dulu sedang Seungho menatapnya kesal dan
Jonghwan tersenyum melepas Suri pergi.
“Perjalanan biro jodoh. Sebut
saja begitu,” gerutu Seungho.
“Semoga kau sukses dengan bunga
pilihanmu,” Jonghwan menepuk pundak Seungho lalu pergi.
“Hah... bungaku...” Seungho menatap
lesu bunga dalam pot di tangannya.
***
Hyuri tersenyum geli melihat
kedua temannya;Magi dan Suri yang berjalan sembari membawa dua pot bunga dalam
dekapan mereka. Sepertinya itu cukup melelahkan keduanya.
“Senyummu itu sirik sekali Song
Hyuri,” komentar Magi tanpa mengalihkan pandangannya pada Hyuri. “Kau iri ya?”
“Mwo...? Ish! Siapa yang iri?
Sedikit menggelikan dan lucu menurutku melihat kalian berjalan dengan membawa
dua pot dalam pelukan kalian seperti itu. Sangat melelahkan pastinya.” Bantah
Hyuri.
“Sangat. Andai kita bawa sepeda
kita dan menitipkannya pada Sukjin Ajooshi, rasanya sedikit ringan,” Suri
membenarkan. “Lalu tanaman yang kau pilih itu jenis tanaman apa? Mengamati
fisiknya sepertinya bukan tanaman berbunga. Apa itu akan kau berikan pada
Daehyun Sunbaenim yang saat ini benar-benar tergila-gila padamu itu?”
“Mana mungkin untuk Daehyun.”
Sahut Magi. “Ficus Robusta atau Rubber Plant satu jenis tanaman hias tak
berbunga yang bisa bertahan hidup di tempat yang minim sinar matahari. Jung
Daehyun bukan tipe orang yang takut pada sinar matahari kan?”
Suri diam lalu kedua matanya
melebar. “Omo! Jangan katakan kau memilihnya untuk... Kim Myungsoo
Sunbaenim...?” Suri menghentikan langkahnya tepat di depan Hyuri membuat
langkah Hyuri terhenti.
“Kau memilih kaktus itu untuk
Baro Sunbaenim kan?” Hyuri balik bertanya.
“Memang. Karena dia sangat baik
padaku sejak aku datang ke Kastil Asphodel, kaktus ini sebagai ucapan terima
kasih. Itu saja.”
“Begitu pula yang aku lakukan
untuk Myungsoo Sunbaenim.”
Ketiganya kembali berjalan.
“Kalian hanya memikirkan Myungsoo dan Baro, lalu bagaimana dengan Sungjeong
Oppa dan Nichkhun Oppa?” tanya Magi.
“Wah, iya. Sama sekali tak
terpikirkan olehku. Harusnya tadi kita membeli masing-masing satu untuk mereka.
Begini jadi tak enak hati pada mereka,” Suri baru teringat akan keberadaan
Sungjeong dan Nichkhun.
“Ada kios bunga di jalan
seberang, apa kita beli di sana saja?” usul Hyuri.
“Tak ada label Juniper Botanical
Garden. Janggal bukan?”
“Iya juga. Lalu bagaimana Magi?”
“Aku akan memberikan bunga
Gardenia ini untuk Sungjeong Oppa,” jawab Magi.
“Tapi itu kan dari Taemin
Sunbaenim,” Suri merasa keputusan Magi itu salah.
“Sungjeong Oppa akan lebih
telaten merawatnya daripada aku.”
“Lalu bagaimana dengan Nichkhun
Sunbaenim?” tanya Suri.
“Lupakan saja dia.” Jawab Magi
enteng membuat Suri dan Hyuri menatapnya heran.
***
Sungjeong bersei-seri menerima
bunga Gardenia dalam pot pemberian Magi.
“Ekspresi itu apa tidak
berlebihan hanya untuk bunga Gardenia dalam pot itu? Pernah aku ceritakan
tentang bagaimana bunga itu khas ditanam di Indonesia kan? Pada makam,” kata
Magi mengusik kekhusyukan Sungjeong.
Senyum berseri Sungjeong segera
sirna dari wajah ayunya. “Kalau tahu demikian kenapa memberikannya padaku?”
tanyanya dengan nada ketus.
“Bukan aku yang memberinya, tapi
seorang Sunbaenim sebagai ucapan terima kasih karena aku menolongnya dan merasa
tak bisa merawatnya maka aku memberikannya pada Oppa.” Jawab Magi enteng. Suri
dan Hyuri segera menundukan kepala dan menggeleng pelan mendengar pengakuan
Magi.
“Apa... tega sekali kau
melakukannya... Nona...” Sungjeong berubah kesal. “Tunggu!” ekspresi Sungjeong
berubah serius. “Seorang Sunbaenim? Berterima kasih karena Nona menolongnya?
Dia laki-laki? Ada apa sebenarnya?”
“Hoam~” Magi menguap. “Aku
lelah. Ayo kita istirahat,” Magi mengajak Suri dan Hyuri meninggalkan ruang
tengah. Suri dan Hyuri menundukan kepala sopan sebagai tanda pamit lalu
berjalan mengikuti Magi. Suri dan Hyuri tak ingin berlama-lama di ruang tengah
bersama Sungjeong dan Nichkhun yang nantinya pasti akan mengintrogasi keduanya.
“Hyung, menurutmu siapa yang
memberi Nona bunga Gardenia? Bunga yang memiliki arti kamu cantik dan cinta
rahasia ini?” Sungjeong berbisik pada Nichkhun.
“Itu
juga yang menjadi pertanyaan di benakku,” Nichkhun menghela napas.
***
Suri antusias menghias kaktus
miliknya. Kaktus berdaun tiga mirip seperti kepala Mickey Mouse itu ia beri
pernak-pernik hingga berbentuk seperti boneka hijau berduri yang memiliki dua
mata dan satu lengkungan senyum. Bagian bawah tanaman kaktus ia bungkus dengan
kertas berwarna dan ia bentuk seperti baju. Tak lupa Suri meletakan batu
warna-warni pada pot untuk memperindah tampilan boneka kaktus buatannya.
Suri tersenyum puas menatap
kaktus yang telah selesai ia hias. Senyum Suri sirna ketika pandangannya
terhenti pada bunga Bleeding Heart pemberian Jonghwan. Suri merasakan hal aneh,
seolah ia merasa bersalah pada Jonghwan karena terlalu antusias menghias kaktus
untuk Baro.
“Han Suri, ada apa denganmu? Kau
merasa bersalah pada bunga itu?” Suri berbicara dengan dirinya sendiri. Suri
memejamkan mata, menggeleng cepat lalu menghembuskan napas panjang dan kembali
membuka mata.
Suri kembali tersenyum menatap
kaktusnya, meraihnya dan segera keluar kamar. Suri melangkahkan kaki menuju
ruang kerja Baro. Suri sumringah melihat pintu ruang kerja Baro sedikit
terbuka. Suri berajalan pelan mendekati pintu. Setelah sampai, pelan-pelan Suri
mengintip ke dalam ruang kerja Baro. Suri tersenyum menemukan Baro sibuk
membuat adonan tanah liat untuk membuat botol keramik.
“Tok-tok-tok...” suara itu
membuyarkan konsentrasi Baro. Baro menghentikan gerak tangannya dan menatap ke
arah pintu yang sedikit terbuka. Baro terdiam menatap pintu yang sedikit
terbuka. Tak ada apa pun di sana. Baro tersenyum dan menggeleng pelan dan
kembali menundukan kepala menatap adonan.
“Boleh aku masuk?” suara kecil
itu kembali muncul seiring dengan munculnya kepala boneka yang mengintip di
pintu.
Baro
kembali mengangkat kepala dan melihat ke arah pintu. Ia mengerutkan dahi
mengamati kepala boneka yang sedang mengintip itu. Baro tersenyum setelah
menyadari itu bukan boneka. “Masuklah,” seru Baro mempersilahkan.
“Kamsahamnida,”
kepala mengintip yang menyerupai kepala Mickey Mouse itu kembali
bergerak-gerak. Baro tersenyum geli melihatnya.
“Annyeong!”
Suri muncul di ambang pintu lengkap dengan senyum lebarnya.
“Annyeong.
Tak istirahat?”
“Sebentar
lagi,” Suri berjalan mendekat. “Setelah memberikan ini, untukmu,” Suri
mengulurkan kedua tangannya. Memberikan kaktus yang ia bawa untuk Baro.
Baro
terkejut. Ia menatap kaktus lucu di tangan Suri lalu berganti menatap Suri.
“Wae...?”
tanya Suri penasaran.
“Kau
membelinya... untukku??”
“Kami
mendapatkannya gratis dan entah kenapa aku ingin memberikan kaktus unik
untukmu. Apa kau tak suka?”
“Aniyo...
lihat, begitu cantik dan unik, bagaimana aku tak menyukainya? Terima kasih,”
Baro tersenyum sumringah.
Suri
tersenyum lega dan baru menyadari tangan kotor Baro. “Lanjutkan saja. Aku akan
meletakannya di meja dan aku akan pergi beristirahat.” Suri berjalan mendekati
meja dan meletakan kaktusnya di sana. “Baiklah. Aku pergi.” Suri pamit. Ia
sempat tersenyum manis pada Baro sebelum keluar meninggalkan ruang kerja Baro.
Kembali
hening di ruang kerja Baro. Baro tersenyum sendiri lalu mendekati kaktus
pemberian Suri. Baro tersenyum lebar melihatnya.
***
Myungsoo
bersiap berjaga. Seperti tempo hari sebelum naik ke atas atap kastil, Myungsoo
selalu menuju dapur untuk mengambil minuman herbal favoritnya. Saat akan
meninggalkan dapur baru Myungsoo menyadari jika ada sebuah tanaman hias di atas
meja dapur. Myungsoo yang penasaran menyalakan lampu dapur agar bisa melihat
jelas tanaman hias apakah itu.
Setelah
lampu dapur menyala, Myungsoo mendekati tanaman hias yang berada di atas meja
makan itu. Ada sebuah kertas bertuliskan “Untuk Myungsoo” di dekat tanaman itu.
Myungsoo meraih kertas itu dan membuka lipatannya.
Semoga kau suka ^_^ Oleh-oleh dari Juniper
Botanical Garden Ficus Robusta atau Rubber Plant, dia mampu menyerap racun dan
bertahan hidup di ruang yang minim sinar matahari. –Song Hyuri-
Myungsoo
tersenyum membaca isi tulisan di balik lipatan kertas berwarna ungu itu.
Kemudian Myungsoo mengamati tanaman hias dalam pot itu lalu mengangkatnya dan
bergegas membawa ke dalam kamarnya.
Sesampainya
di kamar, Myungsoo meletakan tanaman hias pemberian Hyuri di atas meja.
Myungsoo mengedarkan pandangan mengamati seluruh sudut kamarnya. Myungsoo
menyincingkan senyum dan mendekati meja pojok di dekat jendela. Myungsoo
menurunkan guci di atasnya kemudian bergegas mengambil tanaman hias pemberian
Hyuri dan meletakannya di meja pojok tempat guci sebelumnya berada. Myungsoo
tersenyum puas menatap tanaman hias itu sambil mengelusnya pelan.
***
Senin
pagi yang cerah. Hawa musim semi mulai terasa.Sungjeong membuka lebar jendela
dapur sembari menyiapkan sarapan. Satu per satu penghuni kastil Asphodel muncul
di dapur untuk sarapan. Semua duduk mengitari meja makan dan mulai sibuk
menyiapkan menu sarapan masing-masing.
“Oh!”
Sungjeong terkejut melihat Myungsoo muncul di dapur pagi ini.
Melihat
ekspresi terkejut Sungjeong, semua segera mengikuti arah pandangan mata
Sungjeong. Mereka menemukan Myungsoo berdiri di jalan masuk menuju dapur.
Senada dengan Sungjeong semua yang ada di ruangan itu kecuali Magi terkejut
melihat kemunculan Myungsoo pagi itu.
“Tutup
kembali gordennya. Myungsoo duduklah,” perintah Magi.
Sungjeong
dan Suri segera menutup gorden sesuai perintah Magi. Myungsoo pun duduk bergabung.
Semua kembali duduk dan masih menatap heran pada Myungsoo kecuali Magi.
“Mulai
pagi ini Myungsoo akan ikut sarapan. Pagi-pagi sekali ia mengabarkan hal ini
padaku dan aku sangat senang Myungsoo mau bergabung sarapan. Bagaimana dengan
kalian?” Magi memecah kebisuan.
“Walau
terlihat aneh pagi ini, nanti lama-lama terbiasa juga,” komentar Sungjeong.
“Kau mau sarapan apa?” Sungjeong menatap Myungsoo.
“Aku
mau seperti itu!” Myungsoo menuding piring Hyuri.
Semua
kembali menatap Myungsoo lalu Hyuri.
“Akan
kubuatkan,” kata Sungjeong.
“Kau
bisa makan milikku,” Hyuri memberikan piring yang berisi roti bakar yang sudah
terpotong-potong miliknya pada Myungsoo.
Lagi-lagi
yang lain diam, kembali menatap Myungsoo lalu Hyuri. Myungsoo mengambil
beberapa potongan roti dan meletakan di piringnya lalu ia mengembalikan piring
milik Hyuri yang masih berisi beberapa potong roti bakar. Hyuri kembali
menerima piring itu. Ia merasa malu dan sungkan pada yang lain.
“Aigo,
sepiring berdua?” komentar Sungjeong.
“Selamat
makan semua!” seru Magi riang.
“Selamat
makan,” jawab kesemuanya hampir bersamaan. Sungjeong menggeleng pelan menatap
Myungsoo sembari menuangkan coklat hangat ke dalam gelas dan memberikannya pada
Myungsoo. Sarapan sederhana dan hangat itu pun berjalan seperti kesehariannya.
“Oya
Magi, seleksi peserta Hwaseong Festival tak akan digelar hari ini. Pagi-pagi
tadi Jonghwan mengirim SMS padaku tentang pembatalan yang ternyata sudah
diumumkan sejak Jum’at kemarin. Jadi hari ini kau tak perlu membawa kecapimu ke
sekolah. Hari Rabu baru digelar,” Suri memecah suasana tanpa obrolan sedikit
pun itu.
“Hwaseong
Festival...? Bukankah Nona berjanji tak akan mengikuti even yang terlalu
mencolok seperti itu di sekolah, lalu kenapa Nona mendaftar sebagai peserta?”
Sungjeong menatap serius pada Magi.
“Sebenarnya
ini ideku.” Sahut Hyuri. “Magi sangat berbakat, pasti menyenangkan jika sekolah
bisa melihat hal itu hingga tak memandangnya sebelah mata terus menerus.”
“Jadi
ini ambisimu?” Nichkhun melirik tajam pada Hyuri.
“Hyuri
melakukannya karena melihatku begitu ingin bergabung dalam even itu,” sahut
Magi menengahi.
“Nona...”
Sungjeong benar tak paham pada penjelasan Magi. Benarkah Magi yang
menginginkannya?
“Tolong
jangan mengkhawatirkan hal ini dan kembalilah sarapan dengan tenang.” Pinta
Magi yang duduk tanpa mengalihkan pandangan dari menatap piring di depannya.
Baro
menangkap ekspresi Suri yang melirik penasaran pada Magi. “Sungjeong menjadi
khawatir karena sebenarnya kecapi yang dimainkan Nona adalah alat musik tradisional
Cina dan saat Hwaseong Festival digelar keluarga Raja akan hadir, memainkan
kecapi solo sepertinya akan jadi masalah bagi Nona.” Baro angkat bicara sembari
menatap Suri. “Kau paham sekarang, Han Suri?”
“Nee...?
Oh, nee...” Suri tersenyum dan kembali memakan hidangan di piringnya.
Suasana
kembali hening.
***
“Wah
terima kasih.” Sungrin sumringah menerima bunga dalam pot pemberian Magi.
“Kau
suka oranye kan? Mirip dengan warna jingga senja yang kau suka.” Kata Magi.
“Aku
suka. Persian Buttercup adalah bunga yang sangat cantik.”
“Matilah
kau Rosmary Magi!” umpat Seungho menyela obrolan Magi dan Sungrin.
“Aku...?
Mati...? Kenapa...?” respon Magi santai.
“Foto
dimana Taemin Sunbaenim memberikan bunga padamu di upload ke Hwaseong Academy
Community dan disandingkan dengan foto L.Joe Sunbaenim saat memelukmu ketika
bullying massal terjadi,” terang Seungho.
“Mm-mwo...?”
Magi terkejut.
“Nee.
Lihat. Mulai ramai dibicarakan.”
Magi
menundukan kepala sembari menggigit jempol tangan kanannya. Sungrin menatap
khawatir pada Magi.
“Seperti
dalam drama serial di tivi saja. Hah... kenapa cinta itu selalu rumit...” gumam
Seungho.
***
Jam
istirahat tiba. Magi menolak keluar kelas. Ia bersikeras tetap tinggal di dalam
kelas. Ia merasa malas akan eksekusi yang mungkin saja akan ia terima usai foto
Taemin dan dirinya di unggah ke Hwaseong Academy Community.
“Kalian
pergi saja. Aku akan menemaninya di sini,” Seungho memilih tinggal di kelas
menemani Magi. “Tapi bawakan makanan untukku saat kembali.”
“Akan
kubawakan untukmu juga Magi,” Sungrin bersedia membawakan makanan untuk Seungho
dan Magi. “Kalian mau apa?”
“Roti
dan susu. Untuk Magi aku rasa kau lebih tahu, kalian sering makan bersama kan?”
jawab Seungho.
“Baiklah
aku pergi,” Sungrin pamit dan meninggalkan kelas.
“Kami
pergi,” Suri juga pamit pergi bersama Jonghwan dan Hyuri. “Kami akan cari tahu
apa yeng terjadi di luar sana,” imbuhnya.
“Nee.”
Jawab Seungho.
Di
kelas hanya tersisa Seungho dan Magi di jam istirahat. Magi masih terdiam duduk
di bangkunya.
“Ya,
kau ini kenapa? Ini bukan skandal super, tapi kau malah enggan keluar seperti
ini,” Seungho memulai obrolan.
“Bukan
aku yang memintamu untuk tinggal,” jawab Magi terdengar malas.
“Ara.
Tapi ini kesempatan bagiku untuk mengorek banyak hal darimu dimana aku
penasaran sangat. Kenapa? Kau takut di bully lagi? Fans Taemin Sunbaenim
lumayan banyak. Apa karena itu?”
“Anee.”
“Aa,
aku paham sekarang. Jadi benar ini tentang L.Joe Sunbaenim?”
“Kenapa
kau terus mendesakku Yoo Seungho...?”
“Aku
yakin terjadi sesuatu malam itu...” Seungho menyipitkan kedua matanya ketika
menatap Magi.
“Pintu
keluar di sana dan berhenti mengangguku!” Magi makin kesal.
Seungho
tersenyum puas. “Hah... kami para laki-laki menilai sesuatu tak hanya dengan
rasa tapi juga logika. Aku percaya L.Joe Sunbaenim adalah orang yang bijak jadi
kau tak perlu begitu khawatir tentang skandal ini. Aku percaya dia lebih
percaya padamu daripada foto itu.”
Magi
pura-pura mengabaikan ocehan Seungho. Ia mengalihkan fokus dengan membuka buku
di depannya dengan frustasi. Seungho kembali tersenyum melihat tingkah Magi.
***
“Aku
yakin ini ulah pria gemulai itu. Hwang Kwanghee. Kalian lihat sendiri bagaimana
ia kesal menatap Taemin Sunbaenim kemarin kan? Kenapa ia terus saja menganggu
Magi,” Suri mengoceh meluapkan kekesalannya. “Atau jangan-jangan dia begitu
karena dia suka pada Magi. Beda antara cinta dan benci itu kan sangat tipis.”
“Aku
rasa dia mengalami gangguan jiwa dan tak akan berguna meladeni orang seperti
itu,” komentar Hyuri.
“Hahaha
benar. Dia mengalami gangguan jiwa. Menyebalkan. Dan kenapa Magi sepertinya
begitu takut?”
“Entahlah.”
“Foto
Taemin Sunbaenim bersama Magi disandingan dengan foto L.Joe Sunbaenim dengan
Magi...” Jonghwan sembari berpikir, “Astaga! Jangan-jangan benar adanya.”
“Apanya
yang benar?” tanya Suri penasaran.
“Benar
yang dikatakan Seungho tempo hari. Ketika ia memergoki L.Joe Sunbaenim dan Magi
berjalan bersama sambil bergandengan tangan, jangan-jangan hari itu L.Joe
Sunbaenim dan Magi telah berikrar untuk menjadi sepasang kekasih, lalu skandal
ini muncul. Bukankah akan menjadi pelik bagi mereka?”
“Masuk
akal juga,” Suri manggut-manggut.
“Apa
benar-benar terjadi sesuatu...? Magi tampaknya sangat khawatir.” gumam Jonghwan
lirih. Hyuri dan Suri terdiam.
“Song
Hyuri!” Daehyun tiba-tiba muncul mengejutkan Hyuri, Jonghwan dan Suri yang
segera mengangkat kepala dan menatap ke arahnya. “Di sini kau rupanya,” tanpa
permisi Daehyun langsung duduk bergabung. “Kalian tak makan siang? Aku mencari
kalian di kantin tak ada.”
“Sok
akrab sekali,” gumam Suri lirih.
“Menunggu
kantin sedikit sepi,” jawab Jonghwan.
“Hah...
benar sekali. Kalian juga pasti bosan mendengar love triangle antara Taemin,
Rosmary Magi dan L.Joe. Tapi... dimana Rosmary Magi?”
Hyuri
mendesah pelan, kesal mendengar ocehan Daehyun.
“Ada
apa sebenarnya?” Daehyun menatap Hyuri berharap Hyuri mau bicara menjawabnya.
Namun Hyuri memilih tetap bungkam. “Ya, Song Hyuri, kau tak membawakan
oleh-oleh untukku? Tanaman dalam pot dari Juniper Botanical Garden. Padahal aku
sudah membayangkannya terus. Kau datang dan membawa satu tanaman cantik dalam
pot untukku. Benar-benar manis bukan?” Daehyun tersenyum lebar pada Hyuri.
Hyuri
tetap diam tak menunjukan reaksi apapun sedang Suri dan Jonghwan kompak menahan
tawa melihatnya.
***
“Ini
semua ulahmu kan?” Taemin menghampiri Kwanghee. “Apa maksudmu melakukan ini
semua?” Taemin terlihat emosi.
“Diam
dan nikmati saja. Bagaimanapun kau tak akan rugi,” jawab Kwanghee santai tanpa
mengalihkan pandangannya dari majalah yang sedang ia buka lembar demi
lembarnya.
“Beginikah
caramu membalas kebaikan orang yang telah menyelamatkan nyawa temanmu?”
Kwanghee
menutup majalah di tangannya dengan kesal dan mendongak menatap Taemin dengan
ekspresi kesal pula. Ren dan Kevin yang duduk berdampingan diam memperhatikan
Taemin dan Kwanghee yang mulai bersitegang.
“Apa
mereka akan bertengkar hanya karena seorang gadis?” bisik Kevin.
“Itu
konyol,” Ren balas berbisik.
“Tapi
itu mungkin saja terjadi sekarang,” Kevin masih berbisik.
“Aku
harap tidak.”
Keduanya
kembali diam memperhatikan Kwanghee dan Taemin.
“Gigitan
ular kobra itu akan membunuh gajah dewasa dalam waktu 4 jam, bisa kau bayangkan
jika ular itu menggigitku? Kau yang memaksa untuk ikut tour itu, tapi apa
tanggung jawabmu padaku? Rosmary Magi yang sering kau sakiti itu masih bersedia
menolong, tapi inikah balasan yang kau berikan untuknya?” Taemin kembali
bicara.
“Hagh!
Lee Taemin! Ada apa denganmu...? Apa kau telah jatuh hati pada penyihir itu?
Pada Rosmary Magi?” Kwanghee bangkit dari duduknya dan berdiri tepat di depan
Taemin.
“Harusnya
aku yang bertanya begitu bukan? Ada apa denganmu Hwang Kwanghee? Apa kau telah
jatuh hati pada penyihir itu? Pada Rosmary Magi?”
“M-mwo...?”
“Kau
terus-terusan mengganggunya, apa alasanmu?”
“Ya!
Taemin-aa!”
“Jika
kau mengganggunya terus, aku tak segan akan melaporkan hal ini pada Yang Mulia
Tuan Putri atau kau akan berhadapan denganku,” ancam Taemin.
“Mm-mwo...?
Ya! Taemin-aa!!”
Taemin
melirik sinis Kwanghee lalu pergi.
“Wah!
Sudah dimulai,” gumam Kevin lirih. Sedang Ren tetap diam hanya menghela napas
panjang.
“Haish!!!”
umpat Kwanghee kesal.
***
“Kompensasi...?”
tanya Magi terkejut.
“Aku
kan sudah menemanimu seharian ini, jadi aku mohon bantu aku,” Seungho memelas.
“Anak
ini benar-benar.”
“Jebal...”
Magi
menghela napas panjang namun akhirnya pasrah dan bersedia membantu Seungho.
“Ayo!” pimpin Magi. Seungho tersenyum lebar dan bergegas menyusul langkah Magi.
Tak
sulit bagi Magi untuk menemukan Shin Ae. Ia sebenarnya ragu namun melihat Seungho
memelas Magi pun merasa iba. Akhirnya ia menghampiri Shin Ae sedang Seungho
yang tadinya mengekor di belakang Magi memilih menunggu agak jauh.
“Jung
Shin Ae Sunbaenim,” sapa Magi.
“Oh,
Magi. Tumben. Ada apa? Kau mencari Byunghun?” balas Shin Ae ramah.
“Animnida.”
Magi tampak ragu.
Shin
Ae menyadari ekspresi Magi yang salah tingkah. “Wae?”
“Temanku...
Yoo Seungho ingin bertemu dengan Sunbaenim...” Magi lirih.
“Nee...?”
Shin Ae lalu melihat ke arah Seungho yang segera tersenyum padanya.
“Jauh-jauh
membawanya dari Juniper Botanical Garden hanya untuk Sunbaenim. Mohon
diterima,” Magi menundukan kepala.
“Kejam
sekali jika aku menolaknya. Panggil dia kemari,” pinta Shin Ae lirih.
Magi
mengangkat kepala, tersenyum lebar lalu segera melambai pada Seungho meminta
pemuda itu mendekat. Seungho tersenyum sumringah dan bergegas mendekat. Seungho
tampak gugup ketika sampai di depan Shin Ae. Magi mendorong lengan Seungho agar
pemuda itu tak membuang waktu lagi.
“Maaf
mengganggu waktu Sunbaenim. Hanya ingin memberikan ini,” Seungho mengulurkan
tanaman hias dalam pot. Bunga Gloxinia merah dalam pot mungil yang sudah di
hiasi pita warna merah.
Shin
Ae menatap Magi sejenak lalu menerima tanaman pemberian Seungho. “Gomawo,” tak
lupa Shin Ae berterima kasih.
Seungho
tersenyum puas dan mengangguk. “Oya, maaf kalau Sunbaenim tak suka bunga dan
warnanya. Sebenarnya Magi yang memilihnya untuk kuberikan pada Sunbaenim,”
Seungho seraya berdiri lebih dekat pada Magi.
Shin
Ae hanya tersenyum dan mengangguk pelan.
***
Sepanjang
perjalanan pulang Magi terdiam. Ia tampak murung. Sedih. Hyuri dan Suri pun
memilih diam. Keduanya tak berani menegur Magi untuk bertanya “ada apa?” atau
“kau baik-baik saja, Magi?”. Saat berpisah di taman di jalan Elder Flower pun
Magi tak berkata apa-apa.
Malam
harinya pun sama. Magi masih lesu dan lebih banyak diam dalam perjalanan menuju
club Golden Rod. Namun saat sampai di club Magi berubah kembali riang walau
guratan resah itu masih tersirat di wajahnya.
“Kalau
malam ini L.Joe Sunbaenim tak muncul juga, maka besok aku akan menemuinya,”
Suri geram.
“Nee...?
Untuk apa...?” tanya Hyuri bingung.
“Baboya...?
Kau pikir karena apa Magi jadi begini murung?”
“Karena
L.Joe Sunbaenim? Mungkinkah? Ada apa sebenarnya?”
“Aigo!
Jinja baboya! Ckckck...” Suri menggelengkan kepala menatap Hyuri. “Skandal
Taemin Sunbaenim dan Magi lalu L.Joe Sunbaenim tak nampak seharian. Aku yakin
Seungho tak bohong tentang L.Joe Sunbaenim dan Magi di perkebunan. Dan Magi
menjadi resah, khawatir karena adanya skandal dengan Taemin Sunbaenim karena
seharian ini L.Joe Sunbaenim seolah hilang begitu saja. Perasaan gadis yang
sedang jatuh cinta itu sangat rapuh, sangat sensitif. Ia tak bisa berpikir
jernih kadang.”
“Magi
jatuh cinta...? Pada L.Joe Sunbaenim...?”
“Begitu
saja masa kau tak paham?”
“Arayo...
tapi apa hakmu menemui L.Joe Sunbaenim? Kau mau apa?”
“Sebagai
teman dekat Magi, tentu aku punya hak!” Suri melipat tangan dengan ekspresi
penuh keyakinan. Hyuri mendesah pelan melihatnya.
Sambil
bekerja Suri sesekali memperhatikan Magi yang tampil bersama Snapdragon. Magi
terlihat tak begitu semangat malam ini. Hingga pertengahan pertunjukan meja
nomer 8, meja dimana L.Joe biasa duduk menonton pertunjukan Snapdragon masih
kosong. Suri benar geram dan semakin mantab untuk menemui L.Joe bermaksud
meluruskan kesalahpahaman antara L.Joe dan Magi.
Snapdragon
membawakan lagu penutup untuk penampilan mereka malam ini. Snapdragon
menampilkan cover sing Grovee Coverage-You yang mereka bawakan dalam versi
band.
And I can be your girl, be your girl tonight. And
I can see the world I see it your eyes. We can be, you can be, they can be too.
As long as there enternity, as long as there is you...
***
Magi
berjalan pelan menuju ruang tunggu Snapdragon. Seperti biasa Songeun, Minchi
dan Sori tinggal sejenak menyapa para tamu yang ingin duduk bersama sekedar
minum dan ngobrol bersama mereka. Sedang Yeonmi yang biasa pergi menemani Magi
memilih ke toilet terlebih dahulu dan meminta Magi pergi sendiri ke ruang
tunggu Snapdragon.
Magi
sedikit kaget ketika membuka pintu ruang tunggu. Ia menemukan suasana di dalam
ruang tunggu gelap gulita. Ini aneh bagi Magi karena tak biasanya lampu ruang
tunggu dipadamkan karena semua tahu Magi takut gelap. Nafas Magi mulai terasa
sesak, tak beraturan. Hampir saja ia berbalik untuk meninggalkan ruang tunggu
namun tiba-tiba cahaya berbentuk bintang-bintang dan satu bulan sabit berwarna
kuning itu memenuhi ruang tunggu Snapdragon. Magi terkesima. Terpesona menatap
indahnya bias cahaya yang berputar memenuhi dinding ruang tunggu Snapdragon
itu. Magi tersenyum dan sejenak lupa pada ketakutannya akan gelap.
“Kau
suka?” suara L.Joe mengejutkan Magi. Magi berhenti menatap bias cahaya yang
berputar memenuhi dinding ruang tunggu Snapdragon dan beralih menatap ke arah
sumber suara yang berasal tepat di depannya.
“Sunbaenim...”
bisik Magi.
L.Joe
tersenyum dan meraih tangan Magi, menuntun Magi masuk mendekati lampu tidur
yang ia letakan di atas meja di dalam ruang tunggu Snapdragon. Lampu tidur yang
tak hanya menciptakan cahaya indah berbentuk bintang-bintang dan satu bulan
sabit namun juga memiliki bunyi poliponik yang menenangkan itu sukses membuat
Magi tersenyum bahagia.
“Yeppuda...”
bisik Magi menatap kagum lampu tidur di atas meja.
“Kau
takut gelap, pasti setiap malam kau tidur dengan lampu menyala terang atau
dengan lampu tidur biasa?”
“Terang
di sana-sini.”
“Bukankah
itu tak baik. Tubuh kita butuh istirahat dan itu sangat baik jika kita tidur
dalam keadaan gelap.”
“Aku
tak bisa.”
“Ara.
Lalu begini apa kau masih enggan mematikan lampu utama? Masih takut gelap?”
tanya L.Joe sembari menatap Magi.
“Aku
rasa tidak lagi,” Magi tersenyum manis. “Gomawo...”
L.Joe
membalas senyum dan mengangguk.
“Oya
tentang aku dan Taem...”
L.Joe
membungkam bibir Magi dengan bibirnya ketika Magi mulai bicara tentang Taemin.
Ciuman cepat yang langsung membuat Magi bungkam. L.Joe melepas kecupannya dan
kembali menatap Magi. L.Joe menarik Magi dalam pelukannya.
“Jadilah
gadisku untuk selamanya, jangan hanya untuk malam ini, aku mohon...” bisik
L.Joe masih memeluk Magi.
Magi
tersenyum haru. Ia membalas pelukan L.Joe dan mengangguk pelan.
L.Joe
tersenyum lega masih mendekap Magi dalam pelukannya.
***
-------TBC--------
Keep on Fighting
shytUrtle
Bleedy Heart (Jonghwan to Suri)
Gardenia (Taemin to Magi)
Persian Buttercup (Magi to Sungrin)
Red Gloxinia (Seungho to Shin Ae)
Rubber Plant (Hyuri to Myungsoo)
0 comments