Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
03:02
Wisteria
Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's
about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of
Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-
Song Hyu Ri (송휴리)
-
Rosmary Magi
-
Han Su Ri (한수리)
-
Jung Shin Ae (정신애)
-
Song Ha Mi (송하미)
-
Lee Hye Rin (이혜린)
-
Park Sung Rin (박선린)
-
Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung
Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim
Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many
other found it by read the FF.
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di
benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami
percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang
selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu
muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga
percaya akan hal ini...?
***
Land #12
Magi tertegun menatap L.Joe. Di
dalam hati ia bertanya-tanya, ‘apakah ini nyata? Bagaimana mungkin Tuan Muda
tampan ini jatuh hati padaku?’
“Kenapa kau menatapku seperti
itu...?” tanya L.Joe mendapati ekspresi heran Magi.
“Hagh! Menyukaiku sejak pertama
Anda melihatku..? Anda mau aku percaya hal itu?”
Tampak sekilas L.Joe terkejut.
“Aku tak memintamu untuk percaya,” jawab L.Joe kemudian. “Aku hanya mengatakan
apa yang aku rasa. Itu saja.”
Lagi-lagi Magi dibuat tertegun.
“Baiklah kalo begitu. Tak perlu banyak bicara, aku rasa Anda sudah paham kan?
Ada hal lain yang ingin Anda katakan?”
L.Joe tersenyum. Magi merutuki
tindakan bodohnya itu di dalam hati.
“Aku tak suka melihatmu berubah
demi orang lain. Itu saja, Mogi,” kata L.Joe.
“Mm-mwo...? Mogi...?” Magi
melotot menatap L.Joe. Ia tak terima L.Joe memanggilnya Mogi. (Mogi=nyamuk)
“Nee, Mogi,” goda L.Joe.
“Ya! Sunbaenim! Mogi...? Apa
maksudnya...?”
“Bagiku kau lebih cocok menjadi
nyamuk daripada penyihir.”
“W-wae...? Aku tak memiliki postur
tubuh kecil seperti nyamuk. Aku tak suka menghisap darah.”
L.Joe tersenyum. “Dengungan
suaramu, terus terniang di telingaku, setiap waktu. Terlebih saat malam tiba
dan aku sendirian. Seperti nyamuk kecil yang berputar-putar di sekitarku,
setiap hari, setiap malam. Aku tak bisa mengusirnya. Yang aku tahu hanya nyamuk
betina yang menghisap darah bukan? Jadi julukan itu cocok sekali untukmu.
Mogi,” L.Joe kembali tersenyum.
Magi kembali dibuat speechless.
Ia hanya bisa dian dan menatap kesal pada L.Joe.
“Tolong jangan rubah dirimu.
Jangan hanya diam menerima semua perlakuan tak adil itu. Karena itu bukan
Rosmary Magi yang aku kenal sejauh ini. Aku jadi tak bersemangat melihatmu
seperti ini.”
“Aiya. Ck. Rayuan kuno.”
“Terserah apa penilaianmu. Aneh
rasanya menemukan Mogiku tak berdengung.”
“Mwoya...? Mogiku...?”
“Tiga bulan menjadi pengagum
rahasiamu, aku mulai tak tahan lagi. Sudah sedekat ini, aku tak mau menunggu
lagi. Tak mau diam –diam mengikutimu lagi.”
“Sunbaenim! Apa Sunbaenim
keracunan sesuatu? Karenanya Sunbaenim meracau seperti ini.”
“Kau penyebabnya. Kaulah yang
meracuniku dan membuatku gila.”
Magi tertegun. Entah untuk yang ke berapa kali. “Aigo! Orang ini
pasti benar-benar sudah gila,” gumam Magi lirih. “Sunbaenim,” Magi bangkit dari
duduknya,” aku ucapkan banyak, banyak terima kasih. Sunbaenim lumayan
menghiburku. Jongmal kamsahamnida. Alangkah baiknya Sunbaenim kembali lagi pada
kenyataan.”
L.Joe bangkit dari duduknya.
Berdiri di depan Magi. “Inilah kenyataan yang aku pilih untuk kembali. Kembali
mengejar Rosmary Magi. Namun mulai detik ini tak akan sembunyi-sembunyi lagi.”
“Hagh! Michyoso!” Magi pergi
dari hadapan L.Joe.
L.Joe tersenyum menatap Magi
yang berjalan pergi meninggalkannya.
***
Seungho, Hyuri, Suri dan Jonghwan
berlari kecil menuju taman belakang sekolah. Rumor bullying serta Magi hendak
memanah Taemin segera menyebar luas di sekolah. Empat teman Magi ini
benar-benar mengkhawatirkan keadaan Magi. Namun keempatnya hanya menemukan
taman belakang sekolah yang sepi. Tak ada siapapun di sana kecuali mereka
berempat.
Di ruang olah raga, Hyerin
menunjukan hasil panahan Magi pada Sunggyu dan Jonghoon. Hami turut berada di
sana. Tak lama kemudian Geunsuk muncul. Ia buru-buru mendekati Hyerin dan
kawan-kawannya. Geunsuk segera melakukan pengamatan.
Geunsuk menghela napas usai
mengamati hasil panahan Magi. “Sebaiknya hindari berbuat keji pada anak ini,”
saran Geunsuk.
Hyerin, Jonghoon, Sunggyu dan
Hami terkejut mendengarnya.
“Tolong kendalikan situasi ini.
Akan fatal akibatnya jika gadis itu benar-benar marah,” imbuh Geunsuk dengan
ekspresi serius.
Shin
Ae mengamati dari tempat persembunyiaannya.
“Benarkah
itu ulah Magi...?” L.Joe berbisik.
“Mereka
semua mengatakan hal itu, benar itu ulah Magi.” Shin Ae masih menatap papan
panahan dimana Geunsuk masih berputar-putar di sekitarnya. Tampaknya kembali
menganalisis hasil panahan Magi.
“Caranya
mengendalikan energi benar-benar keren. Setelah terkumpul di satu titik baru
melepaskannya. Hasilnya, begitu tepat. Penuh kekuatan,” ungkap Shin Ae.
“Byunghun~aa, sejauh mana kau mengenal gadis ini?”
“Baru
memulainya hari ini. Apa ini pertanda buruk?”
Shin
Ae diam tak menjawab.
***
“Hari
ini aku gagal mengendalikan diriku. Semua pasti celaka. Ottokke...?” Magi
meletakan kepala di atas meja kantin.
“Itu
bagus. Kau berani melawan, jika tidak kau pasti terluka,” Sungrin membenarkan
tindakan Magi.
“Bagus...?”
Magi kembali menegakan badan menatap Sungrin.
“Serangan
bertubi-tubi itu tak main-main. Mereka mengeroyokmu secara kasar. Wajar kalau
kau melawan.”
“Hanya
lebam-lebam sedikit.”
“Ini
bisa dilaporkan.”
“Andwae!”
cegah Magi. “Aku rasa tak akan menang juga. “Hah! Penyihir Magi, Rosmary Magi.
Aigoo...” Magi kembali merebahkan kepala di atas meja.
Sungrin
tersenyum. “Buku agenda sampul kulit warna coklat dan pulpen dengan aksen bulu
itu. Aku rasa itu termasuk alasan kenapa mereka menyebutmu penyihir.”
“Jongmalo...?”
Magi kembali mengangkat kepala menatap Sungrin. “Bulu itu hanya hiasan.”
“Seingatku
ada kepercayaan tentang itu. Gadis yang menggunakan aksen bulu burung identik
dengan penyihir. Rata-rata mereka memang penyihir. Tapi aku lupa membacanya
dimana.”
“Bukannya
itu bulu burung gagak?”
“Entahlah.
Aku rasa kau akan benar jadi celaka karena anak panah itu. Membidikannya pada
anak pejabat Lee Taemin. Hah... serba salah juga.”
“Tadi
kau membenarkannya.”
“Iya.
Tapi akan sulit juga walau kau melakukan itu untuk membela diri. Siapa kau ini
sebenarnya?”
“Rosmary
Magi.”
“Hah!
Ara! Tunggu! Aku juga penasaran tentang namamu ini.”
“Wae?”
“Magi
adalah tukang sihir atau ilmu sihir, sedang Rosmary... bukankah bunga rosmary
itu bunga penangkal ilmu sihir...? Aku penasaran kenapa kau diberi nama Rosmary
Magi.”
“Molla,”
Magi kembali merebahkan kepala di atas meja. “Mungkin agar aku menjadi penyihir
yang baik, yang mampu menangkal segala sihir jahat. Hah... aku benar-benar
celaka kali ini.”
***
Sungjeong
mengolesi lebam-lebam di lengan Magi dengan minyak herbal, ramuan obat buatan
Nichkhun.
“Aku
akan ke sekolah besok. Ini penganiayaan. Tidak bisa dibiarkan. Seenaknya saja
mereka memperlakukan Nona seperti ini. Hanya karena mereka anak pejabat...?
Aish!” umpat Sungjeong kesal.
“Tak
perlu. Membuang waktu dan tenaga saja.” cegah Magi.
Sunjeong
melirik Hyuri dan Suri. Kesal menatap kedua gadis itu. “Kalian dimana saat
insiden ini terjadi?!”
“Mereka
tidak salah,” bela Magi. “Bisa tinggalkan kami?”
Sungjeong
menghela napas. Merapikan peralatan yang ia bawa lalu pergi meninggalkan ruang
keluarga. Hyuri dan Suri segera duduk di samping kanan dan kiri Magi.
“Mianhae.
Jongmal mianhae,” ungkap Suri menyesal. “Harusnya kami memaksa keluar kelas.
Menemanimu di hukum.”
“Kugjungma.
Nan jongmal gwaenchanna jigeum. Mian, sudah membuat kalian khawatir,” Magi
tersenyum manis.
“Lebam-lebam
ini. Hah... mereka itu para lelaki yang pantas memakai rok. Lihat saja,
beraninya mengeroyokmu seperti ini.”
“Apa
perlu kita membalas mereka?” celetuk Hyuri. “Benar-benar mengibarkaan bendera
perang! Memberikan sedikit pelajaran pada anak-anak manja itu! Aku tak bisa
diam lagi!” Hyuri benar-benar geram.
“Kau
serius...?” tanya Suri.
“Inginnya
begitu. Tapi... entah kenapa aku jadi begini penakut.”
“Yah!
Kau ini bagaimana!” Suri kesal.
Magi
tersenyum geli melihat kedua temannya. “Musim semi akan segera tiba. Tahun ini
pasti sangat indah. Jangan rusak hati kalian hanya karena dendam. Lebih baik
kita menyambut musim semi dengan gembira. Em?”
Hyuri
dan Suri diam menatap Magi.
***
Hari
Sabtu ini tak libur di Hwaseong Academy. Akhir pekan di minggu pertama di tahun
ajaran baru ada tradisi pentas seni untuk menyambut murid baru. Ajang ini tak
hanya memberikan pertunjukan hiburan, namun sebagai sarana pengenalan club-club
ekstrakurikuler di sekolah. Karena hari bebas, hari ini murid-murid tak
mengenakan seragam ke sekolah.
Magi
yang baru kembali dari toilet berpapasan dengan L.Joe. Sedikit terkejut, namun
Magi pandai berpura-pura. Secepat kilat ia merubah ekspresinya menjadi datar.
Sok cuek. Sedang L.Joe sudah mengembangkan senyum di wajahnya.
“Bagaimana?
Sudah merasa lebih baik sekarang?” L.Joe menghentikan langkahnya saat berada
tepat di samping Magi.
Magi
bersikap seolah tak mendengar pertanyaan L.Joe. Ia berjalan pelan melewati
L.Joe.
“Apa
aku ini benar tak menarik bagimu?” tanya L.Joe frontal dan berhasil menghentikan
langkah Magi. Magi berhenti namun tetap membelakangi L.Joe dan begitu
sebaliknya.
“Kau
masih menganggap ini bualan belaka?” imbuh L.Joe.
Di
saat yang bersamaan L.Joe dan Magi bergerak membalikan badan, mengahadap satu
sama lain. Magi kembali terkejut dan lagi-lagi ia pandai menguasai situasi
dengan kembali bersikap datar. Magi menatap L.Joe dari atas ke bawah.
“Tampan
dan kaya, dua poin utama yang dicari para gadis. Siapa yang tak akan tergoda?
Terima kasih sudah menjadi penggemar setiaku selama tiga bulan ini, tapi maaf
aku tak suka pria pendek.”
L.Joe
terbelalak mendengar penolakan ekstrim Magi. Bagi L.Joe pribadi, ia tak suka di
sebut “pendek”.
“Aku
suka pria tinggi dan pandai memainkan alat musik,” imbuh Magi melanjutkan
serangan penolakan.
Masih
tergambar ekspresi syok di wajah L.Joe. Ia tak menduga Magi yang selama ini ia
kenal sebagai gadis santun tega melontarkan kata-kata itu padanya. Sejenak
kemudian L.Joe kembali tersenyum.
“Bagaimanapun
juga aku tetap lebih tinggi darimu, Mogi,” balas L.Joe.
“Mm-mwo...?
Mogi...? Ya, Sunbaenim! Aku bukan nyamuk!” protes Magi berapi-api.
L.Joe
menyincingkan senyum. “Aku tahu sekarang,” ucapnya santai kemudian kembali
membalikan badan dan berjalan meninggalkan Magi.
“Mogi...?
Aish!” gerutu Magi kesal.
“Tidak
suka pria pendek...? Baboya...?”
Magi
sontak membalikan badan. “Suri...? Sejak kapan kau di sana...?”
“Aku
mendengar semuanya,” Suri berajalan mendekati Magi. “Babo!”
“Nee...?
Wae...?”
“Tak
suka pria pendek...? Oh, jebal. Itu kasar sekali Magi! Bahkan lebih kasar dari
julukan Mogi itu sendiri. Kau boleh saja menolaknya, itu hakmu. Tapi tak
bisakah kau gunakan bahasa yang lebih sopan? Tidak suka pria pendek? Ish!
Kenapa kau membawa kelemahan fisik dalam kalimat penolakanmu itu, ha?!”
“Bukankah
kenyataannya begitu...” Magi lirih. “Untuk ukuran lelaki...”
“Aku
paling tidak suka mendengar seseorang mengolok fisik orang lain!” potong Suri.
“Itu sangat menyakitkan tahu!”
“Aku
tak bermaksud mengoloknya seperti itu. Aku hanya ingin dia menjauhiku, tak
menjadi pengagumku lagi. Maksudku...”
“Apa
salah jika dia menyukaimu?” lagi-lagi Suri memotong. “Aku tidak suka pria
pendek... kau membawa kekurangan fisik dalam kalimat penolakanmu. Bukankah itu
sangat menyakitkan dan tak sopan? Bagaimana jika kau berada dalam posisinya?”
“Aku
tahu. Ini semua hanya agar ia mundur. Dia tak boleh jatuh hati padaku.”
“Kenapa...?
Jatuh hati, rasa cinta, menyukai itu anugrah.”
Wajah
lesu Magi kembali berbinar. “Kugjungma. Aku akan minta maaf padanya,” janji
Magi dengan nada riang membuat Suri keheranan menatapnya. “Sekarang, ayo kita
pergi. Yang lain pasti sudah menunggu,” Magi merangkul Suri dan memaksa gadis
itu berjalan bersamanya.
***
Hyuri,
Jonghwan dan Seungho berdiri berkumpul tak jauh dari pintu aula pertunjukan
dimana pentas seni digelar. Seungho antusias menceritakan pengalaman di hari
pertama ia masuk sekolah. Momen dimana ia bertemu gadis pelompat gerbang yang
benar membuatnya penasaran hingga kini.
“Aku
benar-benar ingin bertemu gadis itu kembali. Ingin sekali melihat wajahnya.
Ingin berkenalan dengannya. Ingin mengatakan jika lompatannya hari itu
benar-benar indah. Keren!” tutup Seungho masih antusias.
“Jumlah
siswi di sini tak terlalu banyak, aku rasa tak sulit mencarinya,” komentar
Hyuri.
“Memang,
tapi lihatlah. Tak sedikit gadis dengan model rambut seperti yang disebutkan
Seungho,” Jonghwan mengamati siswi-siswi yang berseliweran di sekitar ketiganya.
“Dia, dia, dia, dia, dia... ah, banyak sekali.”
“Harapanmu
menipis,” Hyuri menggelengkan kepala.
“Semoga
ada keajaiban untukmu,” Jonghwan menepuk pundak Seungho.
“Kalian
tak mau bantu?” Seungho menatap Jonghwan lalu Hyuri. “Hah... mungkin benar.
Hanya keajaiban yang bisa membantuku.”
“Wah,
Seungho, kau kenapa?” tanya Suri yang baru datang bergabung bersama Magi.
“Dia
sedang dibuat penasaran oleh gadis misterius pelompat gerbang sekolah,” jawab
Jonghwan.
“Julukannya
panjang sekali. Magi dan Hyuri juga pelompat pagar yang handal.”
“Bukan
pagar, tapi pintu gerbang sekolah!” protes Seungho.
“Hahaha.
Ayo kita masuk. Nanti tak kebagian tempat,” Suri masih berjalan berangkulan
dengan Magi.
“Kadang
aku berpikir kalian ini benar-benar abnormal,” gumam Seungho mengikuti langkah
Suri dan Magi.
Hyuri
dan Jonghwan sama-sama tersenyum berjalan paling belakang memasuki aula
pertunjukan.
***
Onew
dan Niel bertindak sebagai MC di even pentas seni tahun ini. Sunggyu selaku
ketua Dewan Senior memberi sambutan singkat usai MC membuka acara. Kepala
Sekolah juga diberi kesempatan menyampaikan pidato singkat menyambut
murid-murid baru. Selanjutnya penampilan pembuka dipertunjukan dan disambung
dengan penampilan-penampilan selanjutnya. Ada penampilan dari perwakilan
masing-masing club ekstrakurikuler sebagai bentuk promosi.
Dewan
Senior selaku panitia penyelenggara acara pun urun tampil. Ada yang menampilan
pantonim, baca puisi, cover dance, cover sing serta drama singkat. Kakak-kakak
senior pilihan ini memberikan berabagai pertunjukan untuk menghibur para junior
sambil menyisipkan misi memperkenalkan apa sebenarnya Dewan Senior dan
fungsinya di sekolah.
Magi
tersentak ketika Onew dan Niel mengumumkan penampilan terakhir persembahan
Dewan Senior. L.Joe dan Sandeul naik ke atas panggung.
“Wah!
Dia anggota Dewan Senior,” komentar Suri saat melihat L.Joe naik panggung.
“Dia
pemuda di club malam itu kan?” tanya Hyuri.
“Nee.
Penggemar berat Magi yang baru saja tertolak oleh Magi,” Suri membenarkan.
“Tertolak...?”
Hyuri kaget. Menoleh dan melotot menatap Magi yang berdiri di samping kirinya.
Namun tampaknya Magi tak menyadari obrolan Hyuri dan Suri karena terfokus
menatap panggung. “Magi!” Hyuri menyikut Magi.
“Nee...?”
Magi tersadar dari lamunannya. “Ah, mianhae. Apa yang aku lewatkan...?”
“Dia
itu Lee Byunghun. Putra kedua dari saudagar kaya raya Lee Byungman. Ia dikenal
dengan panggilan L.Joe,” terang Jonghwan.
Telinga
Magi menyimak walau tatapannya kembali terarah pada panggung.
“Wah!
Anak saudagar...? Aku pikir anak pejabat,” komentar Suri.
“Dia
masih kerabat dekat Rowan-nim Lee Moonsik. Menteri Agraria, ayah Lee Hyerin,”
imbuh Jonghwan.
“Oh
gadis itu. Member Nymphs kan?” respon Suri lagi.
“Nee.
Namun L.Joe Sunbaenim dikenal ramah, jauh berbeda dari Lee Hyerin.”
“Aku
tahu itu. Dia membiarkan Magi di bully,” ekpresi Suri berubah kesal. “Wah, dia
bisa main alat musik...” Suri kemudian melirik Magi yang fokus menatap
panggung.
L.Joe
duduk dibalik piano di atas panggung. Tak jauh dari piano dan L.Joe, Sandeul
berdiri memegang mic. Jari-jari L.Joe mulai menari indah di atas tuts-tuts
piano memainkan intro lagu Hands To Heaven-Christian Bautista. Sandeul
bernyanyi menemani permaian piano L.Joe. Perpaduan yang sempurna. Permanian
apik piano L.Joe dan vokal Sandeul membius para junior.
Suri
menggeleng pelan melihat bagaimana Magi menatap panggung. Hyuri menatap Suri,
lalu menggerakan kepala bertanya “ada apa?” melihat bagaimana Suri menatap
Magi. Suri hanya mengangkat bahu menjawab pertanyaan Hyuri.
Magi
diam dan fokus menatap panggung hingga pertunjukan L.Joe berakhir dan penonton
bertepuk tangan riuh.
***
Yang
paling ditunggu pun muncul di atas panggung. Penampilan maskot Hwaseong
Academy. Penampilan lima pemuda tampan dan berbakat Elroy, boyband kebanggaan
Hwaseong Academy. Siswi junior mendadak histeris ketika Daehyun, Woohyun,
Yoseob, Ilhoon dan Changjo naik ke atas panggung. Mereka mulai meneriakan nama
idola masing-masing. Hyuri, Magi dan Suri terjebak ditengah kebisingan ini
bersama Jonghwan dan Seungho.
Elroy
membuka penampilan mereka dengan membawakan cover sing sebuah musik rancak
penuh semangat Everybody-Backstreet Boys. Para junior terutama para gadis
menyambutnya antusias dan kembali bersemangat.
Berganti
Hyuri yang terbengong-bengong menatap panggung. Menatap pemuda yang ia kagumi
namun selalu saja membuatnya kesal, Daehyun. Suri menemukan Hyuri seperti ini
dan dibuat heran. Suri mencolek Magi yang berdiri di samping kanannya, kemudian
memberi isyarat agar Magi menatap Hyuri.
“Hyuri
kenapa...?” bisik Suri.
“Mungkin
terpana pada mereka,” Magi turut berbisik tak mau merusak konsentrasi Hyuri.
Jonghwan
tersenyum melihat Suri dan Magi yang berdiri di hadapannya. Sementara Seungho
masih terfokus pada panggung.
Elroy
tampil memukau dengan membawakan tiga penampilan. Pada penampilan terakhir
Flower Season Boys naik ke atas panggung menemani Elroy. Kwanghee dan ketiga
rekannya berdandan ala perempuan dan turut menari bersama Elroy yang membawakan
lagu Up Town Girl-Westlife.
“Woa...
mereka benar-benar cantik. Lebih cantik dari perempuan sesungguhnya,” Suri
sambil meletakan tangan di kedua pipinya.
“Biasa
saja. Lebih cantik Yohio,” bantah Magi.
“Yohio...?”
tanya Hyuri. “Cosplayer Jepang kah?”
Magi
memilih bungkam. Tak menjawab pertanyaan Hyuri juga tak memperhatikan panggung.
Ia terlampau kesal pada empat pemuda centil yang kini turut menari bersama
Elroy.
Penonton
bersorak untuk Elroy dan Flower Season Boys. Hanya Magi dan keempat rekannya
yang tetap berdiri diam di tengah keriuhan penonton. Kwanghee meminta mic di
tangan Ilhoon dan maju ke depan.
“Tadi
ada yang membisikan padaku, sebelum aku naik panggung. Ia mengatakan jika ada
junior yang ingin menyumbang penampilan hari ini,” kata Kwanghee membuat
situasi di bawah panggung menjadi ribut.
“Tolong
tenanglah!” pinta Kwanghee mengendalikan. “Kalian pasti sangat penasaran
siapakah junior yang ingin menyumbang penampilan hari ini. Aku dengar dia
sangat tenar di luar sana, karenanya ia ingin kita semua yang ada di sini tahu.
Sepertinya mereka telah siap dan sedang menatapku kini. Baiklah, mari kita
sambut trio Sanderson Sisters dari SMA Maehwa!!!” Kwanghee antusias.
Tak
ada tepuk tangan. Seperti di komando semua mata kompak menatap pada Suri, Magi
dan Hyuri. Trio Maehwa benar dibuat tak nyaman. Begitu juga Jonghwan dan
Seungho yang ada bersama mereka.
“O’ow...
kali ini mampuslah kita,” bisik Suri dengan bibir hampir tak bergerak.
“Senior
Hwang benar-benar...” Seungho pun berbisik kesal.
Hami
khawatir menatap Magi dan rekan-rekannya. Hyerin yang berdiri di sampingnya
menyincingkan senyum sinis. Geunsuk hanya bisa menghela napas melihat ulah
Kwanghee.
Shin
Ae heran melihat L.Joe tetap tenang di tempat ia berdiri melihat Kwanghee
kembali berulah usil pada Magi. “Kau bisa setenang ini? Gadis yang kau sukai
dalam posisi terjepit sekarang.”
“Dunia
panggung adalah dunianya. Tak mungkin jika ia tak bisa mengatasi hal ini. Kita
tunggu saja,” L.Joe tersenyum, tenang menatap panggung.
***
Hyuri
dan Suri berubah pucat. Seungho dan Jonghwan yang berdiri di belakang tiga
gadis ini turut panik. Sementara itu seluruh pasang mata di ruangan itu masih
menatap ketiganya sambil saling berbisik.
“Bagaimana
sekarang...?” Suri berbisik lagi.
Sunggyu
yang turut mengawasi tak tega melihat trio Maehwa terjepit dalam situasi ini.
“Aku akan mengatasi kekacauan ini,” kata Sunggyu.
“Dia
bergerak!” tahan Jonghoon.
Sunggyu
menghentikan langkahnya.
Magi
berjalan maju. Murid-murid yang berada di depannya membelah memberi jalan. Kini
semua mata tertuju pada Magi.
“Jebal...
apa yang akan ia lakukan....” Suri semakin dibuat panik.
Hyuri,
Seungho dan Jonghwan hanya bisa diam menatap Magi yang terus melangkah maju.
Mereka pun merasakan kekhawatiran yang sama seperti yang dirasakan Suri.
Sungrin
yang berdiri di tengah kerumunan tersenyum yakin menatap Magi yang masih
melangkah menuju panggung.
Magi
naik ke atas panggung dan menghampiri Kwanghee. Tatapannya tenang tak terlihat
gugup. Melihat ekspresi tenang Magi, Kwanghee kembali kesal.
“Besar
juga nyalimu,” Kwanghee dengan mulut yang hampir tak terbuka.
Magi
tersenyum penuh percaya diri membuat Kwanghee makin kesal.
“Ok!
Jadi hanya kau yang akan tampil di atas sini? Dimana dua saudaramu yang lain?”
Kwanghee memulai obrolan. Ia berlagak bak MC. “Jadi... Sanderson Sisters
siapakah kau ini?”
“Akulah
ketiganya,” jawab Magi yakin.
“Wow!
Akulah ketiganya? Jadi... kau merasa dirimu ini Winifred, Maria dan Sarah?”
“Nee.”
“Eum.
Menarik.”
Penonton
terlihat menikmati percakapan antara Magi dan Kwanghee di atas panggung.
Ekspresi khawatir di wajah rekan-rekan Magi mulai susut.
“Tunjukan
kemampuanmu, Sanderson!” Kwanghee melempar mic pada Magi.
Dengan
sigap Magi menangkap mic yang dilemparkan Kwanghee. Kwanghee tersenyum mencibir
lalu turun panggung bersama Elroy dan ketiga rekannya Taemin, Kevin dan Ren.
Magi
memegang mic dengan kedua tangannya dan sudah berdiri di tengah panggung. Ia
menatap murid sesama junior yang berkumpul di depan panggung. Magi tersenyum
ketika menatap ke arah keempat rekannya.
“Bagaimana
bisa ia tersenyum setenang itu...?” Suri masih dirundung kekhawatiran. “Sang
Penguasa Alam tolonglah dia, tolonglah temanku Rosmary Magi ini ....” Suri
memejamkan mata dan berdoa.
Come
little children,
I'll
take thee away,
Into
a land of enchantment,
Come
little chlidren, the times come to play,
Here
in my garden of magic.
Magi
kembali menyanyikan mantra yang dirapalkan Sarah Sanderson untuk menghipnotis
anak-anak kecil. Suasana berubah hening. Suara lembut Magi memenuhi seluruh
aula pertunjukan. Tak sedikit yang dibuat merinding ketika Magi menyanyikan
lagu ini. Ada yang mengusuk tenguknya, ada pula yang menggosok-gosok lengannya.
“Dia
melakukannya lagi...” Suri menyilangkan kedua tangannya. Turut merasa
merinding. “Saat di jalan Elder Flower, ia berhenti ketika seorang balita
menangis,” imbuh Suri.
“Jadi
ini benar mantra?” tanya Seungho.
“Di
filmnya demikian. Tapi hanya berlaku pada anak-anak. Tenang saja,” jawab Suri.
Suasana
menghangat, kembali normal ketika Magi selesai bernyanyi. Magi menyeringai
melihat tingkah penonton di depan panggung.
“I
put a spell on you...” Magi kembali beraksi. Kali ini menirukan Winifred
Sanderson dalam film Hocus Pocus. “And now you’re mine. You can’t stop the things I
do. Ain’t lie…”
Penonton
kembali menaruh perhatian pada panggung. Mereka tertarik pada pertunjukan Magi
selanjutnya.
It's
been three hundred years
Right down to the day
Now the witch is back
And there's hell to pay
I put a spell on you
And now you're mine!
Right down to the day
Now the witch is back
And there's hell to pay
I put a spell on you
And now you're mine!
Magi berakting di atas
panggung. Mencoba semirip mungkin menirukan bagaimana Winifred Sanderson
beraksi di atas panggung di malam Halloween.
Empat pemuda ini
tersenyum menatap panggung sambil berjalan mendekat lalu menaiki panggung. Jung
Yonghwa, Song Seunghyun, Jang Dongwoo dan Kim Hyoseok segera menghampiri
alat-alat musik yang berada di atas panggung. Yonghwa dan Seunghyun mengambil
gitar, Dongwoo mengambil bass dan Hyoseok duduk di belakang drum.
Magi tersenyum menyambut
keempatnya.”I put a spell on you and now you’re mine!” Magi kembali bernyanyi.
Kemudian Yonghwa, Seunghyun, Dongwoo dan Hyoseok memainkan alat musik
masing-masing mengiringi Magi bernyanyi.
Hello,
Hwaseong!
My name's Magi!
What's yours?
I put a spell on you
And now you're gone
(Yonghwa+Seunghyun: Gone gone gone, so long!)
My whammy fell on you
And it was strong
(Yonghwa+Seunghyun: So strong, so strong, so strong!)
Your wretched little lives
Have all been cursed
'Cause of all the witches working
I'm the worst
I put a spell on you
And now you're mine
(Yonghwa+Seunghyun: Watch out! Watch out! Watch out! Watch out!)
If you don't believe
You better get superstitious
Ask my brothers
(Yonghwa+Seunghyun): "Ooh, she's vicious!"
I put a spell on you...
I put a spell on you...
Brothers!
Magi: Ah say ento pi alpha mabi upendi
Yonghwa+Seunghyun: Ah say ento pi alpha mabi upendi
Magi: In comma coriyama
Yonghwa+Seunghyun: In comma coriyama
Magi:Hey
My name's Magi!
What's yours?
I put a spell on you
And now you're gone
(Yonghwa+Seunghyun: Gone gone gone, so long!)
My whammy fell on you
And it was strong
(Yonghwa+Seunghyun: So strong, so strong, so strong!)
Your wretched little lives
Have all been cursed
'Cause of all the witches working
I'm the worst
I put a spell on you
And now you're mine
(Yonghwa+Seunghyun: Watch out! Watch out! Watch out! Watch out!)
If you don't believe
You better get superstitious
Ask my brothers
(Yonghwa+Seunghyun): "Ooh, she's vicious!"
I put a spell on you...
I put a spell on you...
Brothers!
Magi: Ah say ento pi alpha mabi upendi
Yonghwa+Seunghyun: Ah say ento pi alpha mabi upendi
Magi: In comma coriyama
Yonghwa+Seunghyun: In comma coriyama
Magi:Hey
Yonghwa+Seunghyun:
hey
Magi:
high
Yonghwa+Seunghyun:
high
Magi: Say bye!
Magi: Say bye!
Yonghwa+Seunghyun:
bye!
Magi: Bye bye!
Magi: Bye bye!
Suasana kembali hidup
dalam aula pertunjukan. Penonton menikmati pertunjukan yang disajikan Magi.
Bahkan entah sadar atau tidak mereka bertepuk tangan riuh ketika pertunjukan
kolaborasi ini berakhir. Kwanghee kesal melihat reaksi penonton di akhir
pertunjukan Magi.
***
“Clovis…?” Suri kemudian
menatap Yonghwa, Seunghyun, Dongwoo dan Hyoseok.
Hyuri, Seungho dan
Jonghwan turut mengamati empat senior yang berdiri di dekat Magi.
“Nee. Mereka ini Clovis.
Mereka punya jadwal tampil setiap Sabtu malam di club Golden Rod. Mereka iniSunbaenimku,”
Magi tersenyum manis.
“Pantas saja kalian
kompak. Terima kasih telah membantu Magi. Senang bertemu Sunbaenim,” Suri
membungkuk sopan.
“Bagaimana kalian
mempersiapkan ini semua?” Seungho masih terheran-heran.
“Kami sering berkumpul
bersama dan Magi sepertinya benar tergila-gila pada film Hocus Pocus. Suatu
ketika ia meminta kami menonton salah satu potongan video penampilan Sanderson
Sisters di atas panggung. Kami pikir menarik jika kami mencoba menggarap lagu
ini dan berkolaborasi seperti dalam film. Sebelumnya kami pernah menampilkan
semua ini,” terang Yonghwa.
“Kebetulan sekali. Dan
kalian berhasil memukul telak keisengan Kwanghee Sunbaenim,” sahut Jonghwan.
“Nee. Tapi jujur saja aku
tadi terkejut melihat mereka tiba-tiba naik ke atas panggung membantuku,” Magi
melirik empat pemuda di samping kirinya.
“Kami lelah melihatmu
pasrah!” Dongwoo menatap kesal Magi. “Aku terus memantau dan senang sekali
melihatmu membuat gebrakan di awal.”
“Syukurlah tadi berjalan
lancar,” Seunghyun tersenyum lega.
“Kalian band keren kenapa
tak turut tampil di acara ini?” tanya Hyuri.
“Bahkan hari ini baru
mereka tahu jika kami berempat adalah band,” jawab Dongwoo.
“Benarkah…? Jadi
sebelumnya kalian tak pernah unjuk diri…?” sela Suri.
Keempat member Clovis
menggeleng.
“Wah, sayang sekali.
Padahal kalian keren!” puji Suri.
“Apa hebatnya tampil di
sini? Sama sekali tak menarik minat kami,” Dongwoo mengedarkan pandangan.
Suri diam tak berkomentar
lagi.
“Kalau di sini kami tak
mendapat honor, beda dengan di Club Golden Rod,” Hyoseok meralat pernyataan
Dongwoo.
“Benar juga. Hehehe,”
Suri meringis.
“Setelah ini jangan
pasrah lagi. Jika memang perlu membela diri, lakukan saja,” Dongwoo kembali
menasehati Magi.
“Arasho, arasho,” Magi
mulai kesal mendengar ocehan Dongwoo.
“Oya, kalian mendaftar
club botani juga?”
“Nee. Sebenarnya
mengikuti Magi. Dan memang lebih nyaman selalu bertiga,” Suri membenarkan.
“Wah, kita akan bertemu
lagi nanti di club botani. Saat Hwaseong Festival nanti, aku harap Magi
menyumbang ide gila untuk club botani,” Dongwoo antusias.
“Hwaseong Festival…?”
tanya Suri tak paham.
“Acara tahunan yang rutin
digelar pada bulan Juni. Festival musim panas di sekolah ini,” terang Jonghwan.
“Saat puncak acara, Raja beserta keluarga dan beberapa menteri akan datang
menyaksikan.”
“Raj-raja…?” Suri
terbata. “Woa! Keren!”
“Ada pertunjukan seni?”
tanya Hyuri dan dijawab anggukan kepala Jonghwan. “Magi, aku rasa kau harus
andil dalam festival ini,” saran Hyuri antusias.
“Kita ini murid dalam
kotak hitam Hwaseong Academy, mana boleh ikut andil,” jawab Magi.
“Benar juga.”
“Tapi jika kita punya
keinginan kuat, pasti ada jalan,” sela Suri menyemangati.
“Pentas seni itu, kalian
berminat?” sahut Dongwoo. “Lebih baik lupakan saja.”
Hyuri dan Suri menatap
heran pada Dongwoo.
“Senang bertemu dan
ngobrol dengan kalian. Nanti malam pertunjukan kami di club Golden Rod. Jika
berkenan hadir, silahkan,” Seunghyun sebelum pergi bersama ketiga rekannya.
“Magi, malam ini kita
kesana kan? Aku penasaran pada perform mereka,” Suri menarik tangan kanan Magi
dan sedikit menggoyangnya.
“Maaf, aku ada kencan.
Kau pergi saja dengan Hyuri.”
“Kencan…?” Suri melotot.
“Apa itu alasanmu menolak L.Joe Sunbaenim…? Ups!” Suri menutup mulut dengan
telapak tangan kanannya dan menyesal keceplosan sembari menatap Jonghwan dan
Seungho.
***
Senyum terkembang di
wajah Joongki sepanjang ia mendengar Hami bercerita mengenai kejadian di aula
pertunjukan siang tadi.
“Kadang otakku ini
membenarkan tuduhan jika ia peyihir. Ah, Oppa pikiran buruk apa ini…?” Hami
dengan nada manja. “Tapi… benar mereka tak akan mengawasi Magi lagi kan? Dia
benar-benar tak melakukan intimidasi padaku. Justeru aku sangat berterima kasih
padanya. Aku bisa bebas bergerak di sekolah.”
“Walau aku sudah
mengeluarkan perintah, namun tetap saja seluruh murid pindahan dari SMA Maehwa
akan tetap diawasi.”
“Sebenarnya apa salah
mereka? Aku rasa SMA Maehwa tak seburuk yang digembor-gemborkan.”
“Sepertinya kau menyukai
gadis itu.”
“Entahlah. Rosmary Magi,
dia begitu memikatku sejak awal kami bertemu. Rasa takut yang sempat aku
rasakan, kini membuatku semakin penasaran untuk ingin tahu banyak tentangnya.”
“Harusnya kau bersikap
demikian pada pria.”
“Ey! Oppa! Aku normal
tahu!”
Joongki terkekeh. Hami
turut tersenyum.
“Seperti apa rupa gadis
bernama Rosmary Magi itu?” tanya Joongki.
“Eiy, Oppa penasaran
juga…?”
“Karena kau terlalu
menggebu padanya. Seperti apa wujud gadis yang membuat adikku ini
tergila-gila.”
“Oppa,” Hami cemberut dan
Joongki kembali terkekeh melihatnya.
***
Geunsuk
kaget. Saat memasuki perpustakaan, ia menemukan Shin Ae sedang duduk membaca
sebuah buku di dalam perpustakaan. Geunsuk bersikap sok acuh dan menata kembali
buku-buku yang ia bawa pada rak. Sesekali Geunsuk meilirik Shin Ae yang sama
sekali tak terusik oleh kehadirannya. Shin Ae tetap pada posisinya, duduk
tenang membaca buku.
“Apa
dia benar-benar tak menyadari kehadiranku,” gerutu Geunsuk lirih sembari menata
beberapa buku yang tersisa. “Aa! Kapchagi!” Geunsuk tersentak kaget sampai buku
yang tersisa di tangannya terjatuh
saat ia berbalik dan menemukan
Shin Ae sudah berdiri di belakangnya.
“Kau
ini! Mengejutkan saja!” protes kesal Geunsuk sembari memungut buku-buku yang
berserakan di lantai.
Shin
Ae tetap bersikap dingin dan mengembalikan buku di rak sambil melihat buku
lainnya.
“Kau
tak ada patroli malam ini? Kenapa tinggal di perpustakaan?” Geunsuk kembali
berdiri.
“Aku
ingin tahu pendapatmu tentang gadis itu,” jawab Shin Ae.
“Mwo…?”
Geunsuk menatap tak paham pada Shin Ae.
Shin
Ae menghentikan gerak tangannya dan menoleh, menatap Geunsuk.
“Gadis…
siapa…?”
“Rosmary
Magi. Bukankah kau juga mengamatinya? Hasil panahan itu, bagaimana pendapatmu?”
“Apa
kau diminta mengawasinya juga?”
“Anee.”
“Lalu
kenapa kau ingin tahu?”
“Kau
percaya jika ia penyihir?”
“Bab
itu, bukankah kau yang lebih tahu?”
“Entahlah.”
“Lalu
kenapa kau penasaran juga padanya?”
“Teman
baikku amat menyukai gadis itu.”
“Lee
Byunghun…? L.Joe…?”
“Nee.
Dan semakin dekat, aku semakin dibuat khawatir.”
“Ish!
Jangan-jangan itu karena kau sendiri menyukai L.Joe.”
Shin
Ae menatap tajam pada Geunsuk.
“Ehem!
Mian. Aku hanya bercanda. Hasil panahan itu, benar-benar mengejutkan. Dia
sepertinya benar-benar terlatih. Apa kau curiga sesuatu hal tentangnya?”
“Kita
bukan satu tim,” Shin Ae berlalu pergi.
“Aish!
Ck! Kau bodoh Geunsuk! Kenapa kau beramah-tamah pada musuh bebuyutanmu itu…?”
Geunsuk kembali menggerutu. “Aish! Babo!” Geunsuk kembali menata buku-buku di
tangannya.
***
Karena
tak mendapat jadwal patroli, Kyuhyun memutuskan menemui Sungrin dan mengajak
gadis itu jalan-jalan. Kyuhyun dan Sungrin pergi ke mall bersama di Sabtu malam
ini.
Food
court lumayan penuh. Kyuhyun dan Sungrin berdiri berdampingan sudah membawa
baki berisi makanan pesanan masing-masing. Keduanya mengedarkan pandangan,
mencari tempat duduk kosong.
“Di
sana!” Kyuhyun buru-buru menuju sebuah meja kosong. Sungrin mengikuti di
belakangnya.
Saat
Kyuhyun sampai dan meletakan baki di meja bersamaan dengan seseorang yang juga
meletakan baki di meja yang sama. Kyuhyun mengangkat kepala, begitu juga
Joonghun. Keduanya saling menatap tajam.
Sungrin
tekejut melihat Joonghun dan Hyerin berdiri di hadapannya dan menginginkan meja
yang sama seperti yang Kyuhyun incar.
Hyerin
menatap sinis pada Sungrin.
-------TBC--------
Keep on Fighting
shytUrtle
0 comments