Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
07:39
Wisteria
Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's
about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of
Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-
Song Hyu Ri (송휴리)
-
Rosmary Magi
-
Han Su Ri (한수리)
-
Jung Shin Ae (정신애)
-
Song Ha Mi (송하미)
-
Lee Hye Rin (이혜린)
-
Park Sung Rin (박선린)
-
Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung
Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim
Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many
other found it by read the FF.
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di
benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami
percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang
selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu
muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga
percaya akan hal ini...?
***
The Beginning
“Ibu, apakah itu?” gadis
kecil berusia empat tahun ini menuding
lengkungan warna-warni di ufuk Timur.
“Itu pelangi, Anakku.” wanita
cantik ini duduk dan membelai lembut kepala gadis kecil yang berdiri di
hadapannya. Putri kecilnya.
“Pelangi? Eum... apakah itu...
jembatan? Lihatlah! Bentuknya seperti jembatan. Dari ujung Utara ke Selatan.
Jika itu jembatan, aku ingin menyeberanginya.” seru gadis kecil ini riang.
Wanita cantik bermahkota ini
tersenyum geli mendengar celotehan putri keciolnya. Ia menarik gadis kecil itu
dalam pangkuannya. Membelai-belai rambut panjang gadis itu. “Dalam kepercayaan
kita, pelangi itu adalah Naga.”
“Naga...? Setahuku Naga tak
memiliki kulit berwarna-warni. Hanya hitam, abu-abu, hijau. Tapi, itu!
Lihatlah! Merah, kuning, hijau, biru, dan...”
“Merah, jingga, kuning, hijau,
biru, nila dan ungu. Itulah warna pelangi.”
“Merah, jingga, kuning, hijau,
biru, nila dan ungu? Tujuh warna? Naga Pelangi punya tujuh warna? Woa...”
“Em. Itulah warna pelangi.”
“”Tapi Naga hanya memiliki satu
warna. Hijau, abu-abu, hitam. Itu dari dongeng yang aku dengar.”
“Kita dan seluruh masyarakat
Wisteria Land percaya jika pelangi yang memiliki tujuh warna adalah jelmaan
Naga. Naga yang selalu menjaga Wisteria Land. Mengawasinya sepanjang waktu dan
terkadang muncul seperti sekarang ini.”
“Jika benar itu Naga, dimana
kepala dan ekornya?”
“Naga datang dari Utara dan
meminum air di laut Selatan jika ia muncul di ufuk Timur. Dan sebaliknya, Naga
datang dari Selatan dan minum di laut Utara jika ia muncul di ufuk Barat.”
“Minum? Jadi Naga tak selalu
muncul di ufuk Timur seperti ini?”
“Iya. Ia beristirahat dan minum
sembari mengawasi negeri kita ini.”
“Aku ingin pergi ke Selatan,
agar aku bisa melihat kepala Naga Pelangi. Dia... pasti sangat cantik.”
“Secantik putri kecilku ini.”
sahut pria tampan yang berjalan menuju balkon.
“Ayah! Ayah! Ayah!” gadis kecil
itu melompat turun dari pangkuan sang Ibu dan berlari menuju sang Ayah.
Pria tampan ini menyambut dan
langsung menggendong putri kecilnya. “Ah! Putriku yang cantik.” ia mencium
kedua pipi si gadis kecil.
“Ayah kembali? Tak bawa
oleh-oleh untukku? Tapi tak masalah. Lihatlah!” gadis kecil ini menuding ke
ufuk Timur. “Naga Pelangi yang cantik menyapa kita sore ini Ayah.”
“Dan naga kecilku yang cantik
ini meyambutku sore ini.” pria ini tersenyum bangga. “Kaulah naga cantik itu,
Anakku.” bisiknya lembut.
“Aku...? Naga...?” gadis kecil
ini menuding hidungnya sendiri.
Pria tampan ini tersenyum,
menurunkan gadis kecil dari gendongannya dan kemudian berlutut di depannya.
“Iya. Kau-lah naga cantik yang nantinya akan mengawasi Wisteria Land ini. Memimpin
negeri ini.”
“Tapi Ayah, apakah mungkin
sebuah negeri dipimpin oleh seorang wanita?”
“Kenapa tidak? Dibalik kehebatan
para pria, pastilah ada wanita-wanita hebat.” Pria tampan ini menatap lembut
sang istri yang berdiri di belakang gadis kecilnya. Lalu ia tersenyum bangga.
Wanita bermahkota ini membalas
senyum. Begitu lembut dan manis.
“Jadi... kelak aku akan menjadi
naga cantik dan memimpin negeri ini? Tapi Ayah, ini Wisteria Land, ini negeri
Ayah. Ayah adalah raja dari negeri ini.”
Pria tampan ini tersenyum
lembut. “Walau Ayah adalah raja dari negeri ini, tapi Ayah tak akan hidup
selamanya, kan? Tak ada yang abadi, Anakku. Dan inilah takdirmu. Takdir yang
harus kau penuhi karena kau terlahir sebagai putri tunggal Raja Wisteria Land.”
ia menatap teduh putri semata wayangnya. “Kelak mungkin kau akan mengalami
banyak penderitaan seperti yang telah diramalkan, akan tetapi nasib buruk itu
tak akan merubah takdirmu. Kau harus kuat Anakku. Karena kau-lah putri mahkota
yang sebenarnya.” pria ini mengecup kening putri kecilnya.
“Aku... putri mahkota yang
sebenarnya...?” bisik gadis kecil itu. “Dan aku akan menjadi naga...? Raja wanita
yang memimpin negeri ini...? Woa...” mata gadis kecil ini berbinar.
“Dan Ayah punya sesuatu
untukmu.”
“Oya...? Apa itu Ayah? Apa itu?”
Pria tampan ini merogoh saku
baju hangatnya dan menunjukan sebuah kalung dengan liontin naga bersayap
terkembang dan melilit sebuah batu mulia biru keunguan. “Seorang Willow
memberikan ini pada Ayah. Ia berpesan agar Ayah memberikannya padamu.”
“Willow...? Ayah bertemu
Willow...? Penyihir putih yang bertapa dan menyendiri di hutan belantara?
Woa...!”
Pria tampan ini memakaikan
kalung berliontin naga pada leher putri semata wayangnya. “Willow itu berpesan,
apa pun yang terjadi, jangan lepaskan kalung ini dari lehermu. Dia akan
menjagamu hingga kau dewasa kelak. Jika kau melepasnya, maka nasib buruk itu
akan dimulai. Terlebih ketika kami tak lagi bersamamu. Kau ingat?”
“Aku ingat, Ayah. Kalung yang
sangat indah.” gadis kecil ini memegang liontin kalung. “Aku suka batu biru
keunguan ini.”
“Batu garnet. Dia akan menjadi
lentera di kala kau menemui kegelapan. Begitu kata Willow yang membuat kalung
ini untukmu.”
Wanita cantik bermahkota ini
turut berlutut dan memeluk si gadis kecil. Pria tampan itu memeluk istri dan
anaknya.
***
“Karena adikku tak memiliki anak
laki-laki. Ini petaka. Jika Raja tak memiliki keturunan laki-laki, maka ini
petaka.” Ungkap wanita cantik ini. Tatapannya licik. “Akhir dari negeri ini
adalah ketika Raja tak memiliki keturunan laki-laki. Ini terjadi. Terlebih
gadis itu, maksudku Putri Mahkota lahir dimana pelangi muncul mengitari matahari.
Sang Naga muncul bak cincin yang mengitari matahari. Ini pertanda buruk.” Putri
Maesil memperkuat pendapatnya.
“Anda yakin dengan hasil
pengamatan Anda, Yang Mulia?” Ryeong, pria tua dengan rambut putih panjang dan
berjenggot ini meragukan.
“Aku-lah keturunan Raja Lee Shin
yang memiliki kemampuan melihat masa depan dan membaca gejala alam.” Putri
Maesil menatap sinis Ryeong.
“Yang Anda pelajari dan Anda
kuasai adalah ilmu sihir hitam Yang Mulia. Dan Anda kembali menyebarkan teror
ini dalam masyarakat Wisteria Land.”
“Kau berani menuduhku seperti itu?!
Ryeong!!”
“Karena itu saya bertugas
meluruskan fakta-fakta bohong yang Anda sebarkan, Yang Mulia. Berhentilah
berbuat demikian. Raja Lee Jin naik tahta adalah karena ini takdirnya. Yang
Mulia Tuan Putri tak akan bisa merebut tahta dengan cara kotor ini.”
Maesil melirik sinis Ryeong.
Sejenak kemudian ia tertawa lantang. Memenuhi seluruh ruangan yang tak cukup
terang itu. “Aku salut pada keberanianmu. Datang untuk memperingatkanku.
Bagaimanapun juga sebagaian rakyat tetap mempercayai ucapanku karena aku
keturunan Raja. Tenanglah. Aku tak akan merebut tahta. Aku biarkan adikku
berkuasa memimpin negeri ini.”
“Tak merebut tahta namun terus
menyebar berita teror hingga membuat rakyat tak tenang begitu juga pihak
istana. Ini lebih kejam dari kudeta.”
Putri Maesil menyeringai. “Kau
sendiri yang mengatakan, yang kuat dia yang bertahan. Jika adikku kuat dan bisa
bertahan, maka negeri dan rakyat Wisteria Land akan aman. Tapi jika adikku tak
kuat... hancurlah Wisteria Land.”
Ryeong tetap tenang. Ia kemudian
tersenyum. “Aku paham kenapa Anda terus menyebarkan teror seperti ini. Putri
Mahkota dilahirkan ketika Sang Naga muncul melilit matahari, karenanya Putri
Mahkota diberkahi kekuatan luar biasa. Para Tetua Holly juga Mudang daerah
menyatakan jika Putri Mahkota memiliki cahaya bersinar dan takdirnya adalah
menjadi Raja bagi negeri ini kelak. Apa pun yang akan Yang Mulia lakukan, hal
itu tak akan merubah takdirnya. Ini mutlak ketentuan Sang Penguasa Alam.”
“Sang Penguasa Alam?! Akulah
Sang Penguasa Alam itu. Dia, gasdis kecil itu tak akan bisa mengalahkan aku
seperti yang kalian ramalkan. Kekuasaan Lee Jin tak lama lagi akan runtuh dan
Putri Mahkota akan turut binasa. Ini sumpahku! Sumpah Sang Penguasa Alam.”
Tiba-tiba petir menggelegar.
Ryeong dibuat terkejut. Putri Maesil tersenyum sinis.
“Aku akan tetap menjadi yang
terkuat. Selamanya. Abadi menyiksa rakyat Wisteria Land dan pemerintahannya.”
Putri Maesil kembali menyincingkan senyum bengisnya.
“Ketahuilah Yang Mulia, alam
menyaksikan sumpah Yang Mulia. Ketika Yang Mulia membuat semua itu benar
terjadi, maka alam akan mempersiapkan balasan yang berlipat bagi Yang Mulia.”
“Ancaman seorang Holly kecil
sepertimu bagai debu yang segera hilang tertiup angin.”
Ryeong tersenyum tenang. “Anda
hanya bisa merubah nasibnya, namun tidak dengan takdirnya. Putri Mahkota akan
tetap memenuhi takdirnya. Ini janjiku.”
“Sebelum janjimu itu terwujud,
adakah pesan terakhir yang ingin kau sampaikan, Ryeong?”
“Hendaklah Yang Mulia mengingat
pertemuan kita hari ini, kelak.”
Putri Maesil tersenyum sinis.
“Terkabulkan!”
***
Pimpinan tertinggi Holly; Badan
Keagamaan dan Astronomi Kerjaan, Ryeong meninggal dunia. Seusai sarapan, Ryeong
mengeluh sakit kepala yang teramat sangat. Sesudahnya ia muntah darah dan
meninggal dunia. Istana berduka, terlebih Raja Lee Jin yang sangat mempercayai
Ryeong. Selama ini Ryeong berjuang keras melawan Putri Maessil kakak kandung
Raja Lee Jin yang selalu membuat kekacauan.
Sehari
sebelum meninggal Ryeong menemui Raja dan mengatakan jika ia baru saja menemui
Putri Maesil di Kastil Basil; tempat tinggal Putri Maesil. Ryeong mengatakan
hidupnya tak akan lama lagi, karenanya Ryeong berpesan banyak pada Raja Lee
Jin. Wasiat Ryeong yang paling ia tekankan adalah menjaga Putri Mahkota.
Raja
Lee Jin paham semua ini akan terjadi mengingat betapa dahulu kakaknya; Putri
Maesil sangat marah ketika tak berhasil naik tahta. Putri Maesil merasa ia-lah
yang pantas naik tahta karena ia putri sulung Raja terdahulu; Lee Shin. Namun
wasiat Raja Lee Shin mewariskan tahta pada Lee Jin. Putri Maesil sangat marah
dan dendam. Ia pergi meninggalkan istana dan mempelajari ilmu sihir hitam.
Putri Maesil membunuh guru yang membimbingnya belajar sihir dan menguasai kitab
sihir milik mendiang sang Guru. Putri Maesil menjadi ahli ilmu sihir hitam dan
membangun Kstil Basil serta memiliki beberapa pengikut setia. Putri Maesil
mulai melakukan teror dengan menyebarkan isu-isu yang meresahkan masyarakat.
Puncaknya adalah ketika Putri Mahkota lahir di tengah hari bertepatan dengan
terjadinya peristiwa halo. Putri Maesil menyebarkan isu bahwa Putri Mahkota
yang lahir bertepatan dengan munculnya Naga yang melilit matahari ini nantinya
akan membawa banyak petaka bagi Wisteria Land. Beberapa rakyat percaya karena
takut pada kekejaman Ratu Maesil. Beberapa percaya pada ramalan yang
dikeluarkan pihak Holly. Sejak saat itu muncul pro dan kontra dalam masyarakat.
Beruntung pihak istana masih bisa mengatasi kekacauan ini.
***
“Setelah
Pemimpin Holly-nim Ryeong, kini satu per satu Rowan-nim yang menentang Raja
ditemukan meninggal mengenaskan. Apakah kita harus benar-benar mengirim Putri
Mahkota ke pengasingan? Ini sangat tak adil. Putri Mahlkota tak tahu menahu
tentang ini, akan tetapi harus menanggung akibatnya.” Rowan-nim Kim Byunsoo
mendesah penuh sesal.
“Aku
pun tak bisa berbuat apa-apa. Rakyat mendesak hal ini dan Yang Mulia Raja
mengabulkannya. Sepertinya Putri Mahkota akan benar-benar di asingkan.”
Rowan-nim Cha Sunmoo menunjukan ekspresi
yang sama.
“Tapi,
aku rasa inilah cara terbaik untuk melindungi Putri Mahkota. Menitipkan Putri
Mahkota pada Willow sahabat Yang Mulia akan membuatnya aman dari jangkauan
Putri Maesil yang kejam.” Rowan-nim Lee Sungmin berpendapat lain.
“Akan
tetapi membiarkan Yang Mulia Raja pergi tanpa pengawalan sangatlah berbahaya.
Seharusnya perintahkan saja orang untuk mengawal Tuan Putri secara rahasia.
Apalagi Yang Mulia Ratu sedang mengandung.”
Holly-nim Jung Hye Young turut bicara.
“Mengandung...?”
Rowan-nim Lee Sungmin terkejut. Begitu juga Rowan-nim Cha Sunmoo dan Rowan-nim
Kim Byunsoo.
“Iya.
Tapi Yang Mulia Ratu masih merahasiakan hal ini pada Yang Mulia Raja.”
Holly-nim Jung Hye Young membenarkan.
“Bukankah
ini berita bagus? Kutukan Putri Maesil salah. Yang Mulia Ratu hamil,
kemungkinan memiliki keturunan laki-laki bukanlah hal mustahil.” Rowan-nim Kim
Byunsoo menyambut gembira berita ini.
“Akan
tetapi jika berita ini tersebar, maka akan membahayakan keselamatan Yang Mulia
Ratu dan bayi yang di kandungnya. Sebaiknya kita merahasiakan hal ini. Yang
Mulia Ratu akan segera memberitahu Raja tentang hal ini.”
“Baiklah.
Kita rahasiakan hal ini.” Rowan-nim Cha Sunmoo mengangguk-anggukan kepalanya.
“Lalu,
bagaimana persiapan perjalanan Yang Mulia Raja dan Ratu mengantar Putri Mahkota
ke pengasingan? Aku mencoba menahan Yang Mulia Ratu namun beliau memaksa.
Perasaanku sangat tidak enak.” Holly-nim Jung Hye Young mengungkapkan
kegundahan hatinya.
“Empat
Reed terbaik kepercayaan Raja akan mengawal secara diam-diam. Lalu beberapa
kelompok Reed juga berjaga di titik-titik rawan. Holly-nim tak perlu khawatir.
Kami berusaha sedetail mungkin mengawal perjalanan Raja.” terang Rowan-nim Kim
Byunsoo.
“Baiklah.
Aku percayakan semua pada kalian.” Holly-nim Jung Hye Young mencoba menenangkan
kegundahan hatinya.
Gagak
hitam besar ini terbang setelah hinggap di salah satu jendela istana. Ia
melayang di udara, terbang menuju Kastil Basil. Putri Maesil menyambutnya
dengan senyum lebar. Gagak hitam itu mendarat di tangan kiri Putri Maesil yang
segera menatap mata hitam legam gagak itu selama beberapa detik. Putri Maesil
kembali menerbangkan gagak di tangan kirinya.
“Berita yang sangat bagus. Mari
kita bersenang-senang Adikku tersayang.” gumam Putri Maesil di susul tawanya
yang menggelegar.
***
Raja Lee Jin mengemudikan mobil
hitam kesayangannya. Ratu Dayoon duduk menemani di sampingnya. Putri Ahreum
kecil tertidur pulas di kursi tengah. Keluarga orang nomer satu di Wisteria
Land ini menikmati perjalanan tanpa pengawalan ketat prajurit istana.
Raja Lee Jin tersenyum usai
melihat kaca spion mobil. “jarak mereka terlalu dekat.” ucapnya kemudian.
“Sebaiknya pura-pura tak tahu
saja. Dan jangan mengambil kesempatan untuk kabur. Bagaimanapun juga empat
sahabat baik Yang Mulia sangat mengkhawatirkan keamanan perjalanan kita.”
“Rowan-nim Kim Byunsoo, Lee
Sungmin, Cha Sunmoo dan Holly-nim Jung Hye Young, hanya mereka yang aku miliki
sekarang. Justeru aku sangat mengkhawatirkan kesetiaan mereka padaku nantinya
akan membuat mereka menderita.”
“Kebaikan dan kebenaran memang
selalu tak indah pada awalnya. Penderitaan yang teramat sangat adalah janji
pasti bagi para penganutnya. Namun kebaikan dan kebenaran ini pula yang
nantinya akan menjadi sangat indah di akhir cerita. Batu mulia terbaik
dihasilkan dari tempaan alam yang sangat keras bukan?”
“Hah... kau benar istriku. Aku
tak berhasil menyelamatkan Holly-nim Ryeong, lalu para Rowan-nim itu. Aku
takut...”
“Ssh!” Ratu Dayoon memberi
kode. Putri Ahreum terbangun dari tidurnya.
Mobil sedan hitam ini berjalan
tak jauh di belakang mobil Raja. Empat orang pemuda duduk di dalamnya. Choi
Jinhyuk, Lee Seunghyo, Yoo Yunsuk dan Sungjoon. Choi Jinhyuk yang berada
dibalik kemudi fokus pada jalan juga mobil Raja yang berada di depannya.
“Ya! Ya! Berhenti di sana!”
pinta Yoo Yunsuk menuding sebuah SPBU.
“Wae...?! Bensin kita penuh!”
tanya Choi Jinhyuk.
“Perutku... sakit sekali....
aku tak tahan lagi.” Yoo Yunsuk benar terlihat tersiksa menahan rasa sakit
perutnya.
“Ah, pantas saja dari tadi ada
bau tak sedap. Ck!” Choi Jinhyuk kesal. “Tahanlah sebentar. Gawat jika kita
kehilangan mobil Yang Mulia Raja.”
“Ya! Kau gila ya? Aku juga tak
tahan.” protes Lee Seunghyo yang duduk di samping Jinhyuk.
“Tapi, Hyung...”
“Apa kau ingin kami bertiga buang
air besar di mobil?!” potong Sungjoon.
“Astaga. Ada apa dengan
kalian,,.?” Jinhyuk menepikan mobilnya di dekat pintu masuk SPBU.
Yunsuk, Seunghyo dan Sungjoon
bergegas keluar mobil dan berlari menuju toilet. Jinhyuk menghela napas kesal
turut keluar mobil. Ia menunggu ketiga rekannya.
Jinhyuk cukup lama menunggu dan
berulang melihat jam tangannya. Ia mulai gusar. 15 menit berlalu, Raja pasti
sudah melaju sangat jauh kini. “Bagaimana bisa mereka sakit perut secara
bersamaan...?” gumam Jinhyuk. Ia kembali diam. Berpikir. Jinhyuk
mengingat-ingat kejadian dari awal ia bertemu ketiga rekannya pagi ini. Jinhyuk
tiba ketika ketiga temannya menikmati sarapan. Hidangan istana.
“Omo! Apa ada yang sengaja
meracuni makanan itu?” dugaan Jinhyuk tiba-tiba. “Aku menolak sarapan dan aku
tak sakit perut...”
“Hah... ini benar-benar
menyiksa.” Seunghyo kembali bersama Yunsuk dan Sungjoon. “Menguras semua isi
perutku.” imbuhnya.
“Aku yakin ada yang sengaja
meracuni kalian.” tuduh Jinhyuk tiba-tiba.
“Mwo...? Racun...?” pekik
Yunsuk.
“Aku tak sarapan, kalian
sarapan dan kalian sakit perut.” Jinhyuk mengutarakan analisisnya.
Seunghyo, Sungjoon dan Yunsuk
terdiam. Berpikir.
“Tak ada waktu lagi. Yang
Mulia! Cepat masuk!” perintah Jinhyuk.
Epmat pemuda ini bergegas masuk
mobil. Jinhyuk segera melajukan mobilnya. Ngebut untuk segera mengejar mobil
Raja.
“Apalagi ini...?” gumam Jinhyuk
ketika melihat ada pemeberitahuan pemgalihan jalan.
“Aku akan turun dan bertanya.”
Sungjoon turun dari mobil dan menghampiri pria paruh baya yang turut mengatur
jalannya lalu lintas.
Dari dalam mobil Seunghyo dan
Yunsuk mengamati sekitar. Jalan raya sangat sepi. Tak seperti biasanya.
“Jalan dialihkan.” kata
Sungjoon, “Kita tak bisa mengambil jalan ini karena ada perbaikan jembatan.”
“Perbaikan jembatan? Kenapa tak
ada laporan sebelumnya?” tanya Jinhyuk.
“Pembongkarannya mulai hari
ini. Semua mobil yang akan lewat jalur ini dialihkan. Kita tak punya pilihan.”
Sungjoon sudah kembali masuk. “Lumayan sepi. Ikuti saja acuan mereka.” perintah
Sungjoon.
Jinhyuk mengangguk paham dan
memutar balik mobilnya kemudian mengikuti arah jalur alternatif.
Pria baruh baya yang sempat
ngobrol bersama Sungjoon mengawasi mobil pengawal istana itu. Setelah yakin
mobil itu melaju jauh dan tak menjangkaunya, pria ini menelfon seseorang dan
segera membubarkan timnya.
***
“Ayah, kita sudah berada jauh
dari pusat kota. Kita akan kemana?” tanya Putri Ahreum kecil. “Ini dimana? Aku
sedang menulis jurnal perjalanan, jadi harus jelas.” Putri Ahreum menengok
keluar jendela mobil. “Woa... pemandangannya... indah sekali.”
“Kau masih ingin bertemu
Willow?” tanya Raja Lee Jin.
“Willow...? Aku mau! Aku mau!”
“Duduklah yang manis dan
nikmati perjalanan ini. Ayah akan membawamu bertemu Willow hari ini.”
“Baik, Ayah.” Putri Ahreum
tersenyum manis dan duduk tenang.
Raja Lee Jin tersenyum kemudian
menoleh pada Ratu Dayoon. Ratu pun tersenyum manis.
Mobil pengawal Raja berputar
kembali. Seperti dugaan mereka, pengalihan jalan hanyalah siasat. Entah siapa
yang sengaja mengacaukan hal ini.
“Kalian tiba-tiba sakit perut
lalu pengalihan jalan ini. Aku rasa informasi bocor.” Jinhyuk geram.
“Apa ini ada hubungannya dengan
Putri Maesil?” tanya Yunsuk.
“Entahlah. Semoga Yang Mulia
tak mengalami gangguan apa pun.” harap Seunghyo yang sudah mengmbil alih kemudi.
Mobil Raja melaju pelan.
“Anakku sebentar lagi kita akan melewati jembatan. Pemandangannya sangat
indah.” Raja memeberi petunjuk.
Putri Ahreum langsung semangat
menepi lebih dekat pada kaca mobil. “Ayah, bolehkah kita berhenti sejenak di
tengah jembatan dan berfoto di sana?” pintanya.
“Tentu saja.” Raja menyanggupi
membuat Putri Ahreum kembali tersenyum berbinar.
Mobil Raja masih melaju pelan
memasuki jembatan lebar dan panjang yang berdiri megah di atas sungai. Putri Ahreum berbinar menatap keluar jendela penuh
kekaguman.
“Kau suka?” tanya Raja Lee Jin.
“Sangat suka! Ini indah sekali,
Ayah. Wisteria Land adalah negeri yang indah. Aku janji, aku akan menjaganya.”
Raja Lee Jin tersenyum bangga.
“Ayah percaya padamu. Naga kecilku.”
“Yeobo, perhatikan truk itu.”
Ratu Dayoon menuding truk yang datang dari arah berlawanan. “Kencang sekali ia
melaju. Aku rasa sopirnya mungkin mabuk. Kita menepi dahulu.”
Raja Lee Jin menurut dan
menepikan mobilnya di sisi kiri jalan hampir di tengah jembatan.
“Kita turun di sini Ayah?”
tanya Putri Ahreum.
“Tunggu sebentar Anakku.
Bersabarlah.” Raja Lee Jin fokus pada truk yang datang dari arah berlawanan
itu.
Truk besar dari araah
berlawanan ini melaju sangat kencang daan terlihat sedikit oleng. Lajunyaa tak
lurus, meliuk-liuk. Raja Lee Jin diam di balik kemudi. Ratu Dayoon tak kalah
tegang. Sedang Putri Ahreum asik menikmati pemandangan sekitar.
“Yeobo! Truk itu mengarah pada
kita!” Ratu Dayoon makin panik.
“Kita keluar!” Raja Lee Jin berusaha
membuka pintu namun tiba-tiba semua macet.
Raja dan Ratu berubah panik
ketika semua pintu macet. Mereka terkurung dalam mobil sedang truk besar dengan
kecepatan tak beraturan itu menuju pada mobil mereka. Putri Ahreum menyadari
kepanikan Raja dan Ratu yang sama-sama berusaha membuka pintu mobil.
“Ayah, Ibu, ada apa?” tanya
Putri Ahreum polos.
“Cobalah untuk keluar, Ahreum!”
perintah Raja di tengah kepanikannya.
“Buka pintunya dan keluarlah,
Anakku. Lalu berlarilah menjauh.” Ratu pun sama.
“Tapi ada apa?” Putri Ahreum
bingung.
“Lakukan saja!” bentak Raja dan
Ratu bersamaan.
Putri Ahreum menurut dan mulai
mencoba membuka pintu. “Tak bisa Ayah!”
Semakin panik di dalam mobil
Raja. Lalu pesawat terbang melintas. Putri Ahreum menghentikan usahanya membuka
pintu, mendongak menatap pesawat terbang yang melintas di atas mobilnya. Tiba-tiba
gncangan keras terjadi dan semua berubah menjadi gelap.
***
Kecelakaan maut terjadi di atas
jembatan panjang di perbatasan menuju wilayah tertimur dari Ambrosia. Truk
tersangkut di pagar jembatan. Mobil pengawal Raja terbalik. Pintu belakang
terbuka. Salah seorang pengawal Raja terlempar keluar dan tengkurap, tergeletak
tak berdaya di atas aspal. Tak nampak mobil Raja di tempat kejadian.
Sebuah mobil melintas dan menemukan
korban kecelakaan ini. Ia segera menelfon, meminta bantuan. 45 menit kemudian
tim medis datang dan mengevakuasi para korban. Beberapa langsung menyisir
sekitar tempat kejadian karena mendapat informasi jika mobil Raja juga
melintasi jalur ini.
Seluruh rakyat Wisteria Land
berduka. Satu jam setelah munculnya berita kecelakaan naas di jembatan panjang
menuju wilayah tertimur Ambrosia, istana membuat pengumuman berita duka. Raja
Lee Jin dan Ratu Dayoon dinyatakan meninggal dalam kecelakaan maut tersebut.
Empat pengawal Raja pun dinyatakatan tewas di tempat. Sopir truk pun ditemukan
tewas di tempat. Sedang jenazah Putri Ahreum tak ditemukan.
Istana dan seluruh rakyat
mengibarkan bendera setengah tiang, tanda berduka. Raja Lee Jin yang terkanal
arif dan penuh kasih ini meninggal dengan cara yang mengenaskan membuat rakyat
benar-benar terluka. Raja dan Ratu ditemukan tak bernyawa di dalam mobil mereka
yang jatuh ke sungai dan hanyut terbawa arus. Namun tim evakuasi tak menemukan
jenazah Putri Ahreum di dalam mobil Raja.
Keesokan harinya jenazah Raja
Lee Jin dan Ratu Dayoon di bawa ke pulau Zinnia untuk dimakamkan. Pulau kecil
nan asri dan indah dimana di sana terdapat sebuah kuil yang menjaga makam
keluarga Raja Wisteria Land. Jung Hyeyoung, Kim Byunsoo, Cha Sunmoo dan Lee
Sungmin turut mengantar jenazah Raja yang sekaligus sahabat mereka ini. Ketika
rombongan pengantar jenazah Raja dan Ratu Dayoon hendak menyeberang menuju
pulau Zinnia, Putri Maesil tiba-tiba muncul. Jung Hyeyoung menghadang Putri
Maesil.
“Aku ingin mengantarkan jenazah
adikku ke pemakaman, apa tak boleh?” tanya Putri Maesil sinis.
“Sebelum meninggal, mendiang
Raja berwasiat, Beliau tak ingin dilayat oleh Yang Mulia Putri Maesil. Melayat
pun tak boleh, apalagi mengantar jenazah Raja ke peristirahatan terakhirnya.”
cegah Jung Hyeyoung.
“Little Brats! Sadarkah kau
saat ini kau bicara pada siapa?!”
“Istana dan seluruh rakyat
Wisteria Land sedang berduka Yang Mulia. Maaf atas ketidaksopanan bajingan
kecil ini. Hamba hanya menyampaikan wasiat mendiang Raja.”
Putri Maesil menatap geram Jung
Hyeyoung. “Kau sadar posisimu hanyalah Holly-nim kecil di istana?” bisik Putri
Maesil dengan nada geram.
“Hamba sadar akan hal itu. Akan
tetapi hamba adalah Holly-nim kepercayaan mendiang Raja dan Ratu setelah
Holly-nim tertinggi Ryeong meninggal,” Jung Hyeyoung mengangkat kepala menatap
sinis Putri Maesil, “karena Anda!” tandasnya.
Putri Maesil menyincingkan
senyum licik. “Kau yakin karena aku?”
“Perlu Anda ketahui, Yang Mulia
Ratu sedang mengandung. Apa yang Anda ramalkan, tak benar adanya.”
Putri Maesil melotot kaget.
“Dan perlu Anda ketahui,
terkutuklah orang yang membunuh wanita yang sedang hamil.” imbuh Jung Hyeyoung.
Ia tersenyum sinis lalu meninggalkan Putri Maesil.
Putri Maesil terdiam. Lalu berbalik
menatap rombongan pengantar jenazah Raja yang menaiki perahu dan menyeberang
menuju pulau Zinnia. “Bagaimanapun juga, aku yang terkuat. Aku tak akan kalah
di sini. Dan selama aku hidup, Wisteria Land tak akan pernah tenang.” Putri
Maesil tersenyum sinis sambil menatap langit. “Dengan semua ini, aku yakin
kalian yang di sana dan telah menduhuluiku tak akan tenang.” Putri Maesil
kembali tersenyum sinis kemudian berjalan pergi.
***
Putri Maesil menyebarkan berita
jika kematian Raja dan Ratu tak lain karena keberadaan Putri Ahreum yang sejak
lahir dinyatakan sebagai pembawa sial oleh Putri Maesil. Kepercayaan rakyat
pada istana pun pecah. Beberapa membenarkan berita yang disebar luaskan Putri
Maesil. Beberapa menolaknya dan tetap setia pada mendiang Raja Lee Jin.
Di dalam istana sendiri terjadi
pergolakan yang tak lain juga karena hasutan Putri Maesil. Desakan untuk segera
memilih Raja baru juga pertentangan lainnya. Tim khusus yang dibentuk untuk
mencari keberadaan Putri Mahkota pun tak kunjung menemukan dimanakah Putri
Mahkota Lee Ahreum. Apakah Putri Mahkotaa masih hidup pun tak ada yang tahu.
Rowan dan Holly berkumpul untuk
bersama membahas kekosongan pemerintahan Wisteria Land. Perdana Menteri
memimpin jalannya pertemuan hari ini. Di tengah-tengah perundingan, tiba-tiba
Putri Maesil muncul. Hal ini membuat kubu pendukung mendiang Raja Lee Jin
panik.
“Aku hanya ingin menyaksikan
jalannya perundingan. Setelah ini pada siapakah tahta akan diturunkan. Dimana
pewaris tahta? Putri Mahkota Lee Ahreum lenyap bagai di telan bumi.” Putri
Maesil duduk bergabung. “Hingga detik ini Putri Mahkota tak ditemukan,
bagaimana selajutnya negeri ini?” Putri Maesil menyincingkan senyum sinis.
“Apakah Yang Mulia mengincar
tahta ini?” tuding Rowan-nim Kim Byunsoo langsung.
Putri Maesil menatapnya sejenak
lalu tersenyum. “Aku adalah Ratu dalam kastil Basil. Kekuasaan Wisteria Land,
aku tak berminat lagi.”
Kim Byunsoo geram, namun Lee
Sungmin memintanya tetap tenang dan tak terpancing oleh ulah Putri Maesil.
Holly-nim Jung Hyeyoung
berdiri. “Saya rasa sudah saatnya membacakan surat wasiat Raja yang dibuat dan
titipkan pada mendiang Ketua Holly-nim Ryeong.”
Sejenak para peserta rapat ini
ribut. Lalu situasi kembali tenang. Mereka mengiyakan permintaan Holly-nim Jung
Hyeyoung.
“Saya mewakili mendiang Ketua
Holly-nim Ryeong berdiri di sini membacakan surat wasiat mendiang Raja Lee Jin.
Raja Lee Jin menuliskan bahwa tahta diturunkan kepada Putri Mahkota Lee Ahreum.
Namun seperti yang kita ketahui, hingga kini kita tak kunjung menemukan dimana
keberadaan Putri Mahkota. Apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal.
Beberapa dari kami berunding dan menyetujui jika tahta sementara diberikan
kepada Song Joongkok suami dari Putri Lee Kyeongmi, putri tunggal dari mendiang
Pangeran Lee Yeol. Beliau adalah kerabat terdekat Raja.” terang Holly-nim Jung
Hyeyoung.
Para peserta rapat kembali
ribut.
“Song Joongkok adalah Panglima
Reed . Dia yang terbaik di Wisteria Land dan termasuk dalam jajaran orang
terdekat Raja. Saya mendukung keputusan ini.” Rowan-nim Cha Sunmoo memberikan
suaranya.
“Aku pun menyetujuinya.”
disusul Rowan-nim Lee Sungmin.
“Aku memberikan suaraku untuk
Song Joongkok.” Rowan-nim Kim Byunsoo memberikan dukungan yang sama.
“Aku pun memberikan suaraku
untuk Song Joongkok.” sambung Holly-nim Jung Hyeyoung.
Berikutnya muncul suara
keberatan. Disusul suara mendukung. Begitu bersautan hingga tiba pada giliran
Perdana Menterin istana. Jumlah sementara pendukung Song Joongkok untuk naik
tahta unggul.
“Aku pun memberikan suaraku
untuk Song Joongkok.” tutup Perdana Menteri.
Pihak pendukung mendiang Raja
Lee Jin tersenyum lega. Pihak kontra menggerutu. Putri Maesil tersenyum sinis
menatap para teman setia mendiang Raja Lee Jin.
“Aku memberi kalian ruang untuk
beranapas sejenak.” Putri Maesil menghampiri keempat sahabat mendiang Raja Lee
Jin. “Kim Byunsoo, Lee Sungmin, Cha Sunmoo, Jung Hyeyoung. Kalian pikir
Wisteria Land akan selamat jika Song Joongkok yang naik tahta?”
“Bukankah ini lebih baik?
Daripada negeri ini di pimpin siluman seperti Anda?” Rowan-nim Kim Byunsoo
meluapkan kegeramannya.
“Siluman? Terkabulkan.” Putri
Maesil tersenyum sinis. “Makhluk-makhluk jelmaan hewan tak sempurna, teruntuk
kalian. Terkabulkan!” Putri Maesil tersenyum bengis. “Nobatkan saja Song Joongkok.
Kita akan menikmati permainan ini bersama-sama.”
“Kami tak gentar. Seperti apa
yang dikatakan mendiang Ratu Dayoon,
Kebaikan dan kebenaran memang selalu tak indah pada awalnya. Penderitaan
yang teramat sangat adalah janji pasti bagi para penganutnya. Namun kebaikan
dan kebenaran ini pula yang nantinya akan menjadi sangat indah di akhir cerita.
Batu mulia terbaik dihasilkan dari tempaan alam yang sangat keras bukan? Kami
akan menemani Yang Mulia. Kami akan menjaga Wisteri Land sampai Putri Mahkota kembali
dan merebut tahta.” Jung Hyeyoung menyanggupi.
“Hahaha. Yakin sekali jika
gadis kecil pembawa sial itu masih hidup?”
“Anda menemukan jenazahnya?
Atau Anda yang menyembunyikannya?”
Putri Maesil terdiam.
Jung Hyeyoung tersenyum sinis.
“Aku melihat ketakutan di mata Anda Yang Mulia. Sebaiknya Anda manjaga
keyakinan Anda. Karena jika keyakinan itu runtuh, Anda tak akan mendapatkan
apa-apa kecuali penderitaan dari rasa kesepian itu menghancurkan Anda.”
Putri Maesil menatap geram Jung
Hyeyoung. Sejenak kemudian ia tersenyum. “Bagaimanapun juga, aku yang terkuat.
Ketika ia kembali, ia tak lebih seorang gadis remaja tak berpengalaman. Aku
akan lebih kuat saat itu terjadi.”
“Aku menyaksikan sumpah Anda
ini Yang Mulia.”
Putri Maesil tersenyum sinis.
“Baiklah. Karena keberanianmu ini, aku akan menjagamu dan membiarkanmu tetap
hidup.” Putri Maesil pun pergi.
Jung Hyeyoung bernapas lega.
“Segera siapkan penobatan Panglima Song Joongkok untuk naik tahta. Lebih
selektif memilih orang. Istana ini tak lagi aman. Istana ini tak lagi bisa
dipercaya. Bahkan dinding pun bisa bicara kini.”
“Iye!” tiga Rowan-nim sahabat
Raja kompak kemudian pamit pergi.
***
Choi Jinhyuk berdiri di teras
rumah bambu di tepi sungai ini. Tatapannya menerawang. Air mata kembali menetes
di pipinya. Jinhyuk teringat kembali peristiwa kecelakaan itu.
Mobil pengawal Raja sampai di
jembatan. Dari arah berlawanan truk melaju kencang menuju mobil Raja yang
terhenti di pinggir jalan. Sepertinya terjadi sesuatu pada mobil itu. Seunghyo
tak mampu berpikir jernih. Ia bertindak nekat. Seunghyo melajukan mobilnya
menghadang truk yang lurus menuju mobil
Raja. Mobil kecil ini tak mampu menghalau truk. Mobil ini terlempar dan
terbalik. Jinhyuk terlempar keluar dari kursi belakang. Setengah sadar Jinhyuk
bisa melihat truk yanag oleng menabrak mobil Raja dan menodorongnya jatuh k e
sungai.
Tangan kanan Jinhyuk mengepal.
Ia menangis teringat kejadian pahit yang merenggut nyawa ketiga rekannya juga
nyawa orang yang paling ia junjung tinggi Raja Lee Jin. Jinhyuk terus
menyalahkan dirinya akan kejadian ini.
“Lama tak jumpa, Reed Choi
Jinhyuk.” suara wanita itu mengejutkan Jinhyuk.
“Holly-nim...?” saat Jinhyuk
membalikan badan dan menemukan Jung Hyeyoung.
Hyeyoung tersenyum. “Bagaimana
keadaanmu?”
“Beginilah Holly-nim. Setiap
malam selalu tersiksa oleh mimpi buruk itu.”
“Bertahanlah. Tetaplah hidup
untuk Putri Mahkota. Carilah keberadaan Putri Mahkota. Karena inilah tujuan
kenapa aku memalsukan keterangan tentangmu. Kau tahu bukan bagaimana mirisnya
negeri kita ini kini? Baru sebulan Yang Mulia Raja wafat, rakyat sudah dibuat
begini menderita oleh ulah Putri Maesil. Walau Raja Song Joongkok memiliki
kesetiaan tinggi, namun kekuatannya tak mampu mengalahkan Putri Maesil. Hanya
jika Putri Mahkota kembali, negeri kita ini akan kembali damai seperti sedia
kala. Terlebih Putri Mahkota harus membuktikan bahwa dirinya bukanlah pembawa
sial seperti yang dituduhkan Putri Maesil. Gelar Ratu yang ia minta akan segera
dikabulkan. Dengan begitu Putri Maesil akan turut andil dalam pemerintahan.
Bertahanlah hidup di luar istana. Temukan Yang Mulia Putri Mahkota dan lindungi
beliau. Aku mohon padamu.”
“Holly-nim...”
“Kau saksi hidup yang harus
memberitahukan hal buruk yang menimpa kedua orang tuanya. Kau saksi hidup yang
harus memberinya kekuatan untuk bertahan dan bersembunyi menyusun kekuatan.
Akan buruk jadinya jika pihak istana menemukan Yang Mulia Putri Mahkota
terlebih dahulu. Seperti kau tahu, satu per satu pengikut setia mendiang Raja
Lee Jin disingkirkan. Yang kita butuhkan adalah menyatukan kekuatan kita yang
semakin lama semakin terkikis ini. Aku percayakan tugas ini padamu Choi
Jinyuk.” Jung Hyeyoung memberikan lencana tugas kerajaan pada Jinhyuk.
Jinhyuk menatapnya ragu.
Perlahan tangan kanannya bergerak menerima lencana itu.
Jung Hyeyoung tersenyum lega.
“Mari kita bersama-sama menjaga Wisteria Land ini. Bertahanlah hidup Choi
Jinhyuk.”Jung Hyeyoung kembali tersenyum lalu pergi.
Jinhyuk menatap lencana tugas
kerajaan ditangannya. “Aku pasti akan bertahan hidup. Demi mendiang Raja Lee
Jin yang telah mengangkat derajatku dan memuliakanku untuk menjadi pasukan
pengawal pribadinya. Demi mendiang Ratu Dayoon. Demi Putri Lee Ahreum. Demi
Wisteria Land.” Jinhyuk menggenggam erat lencana tugas kerajaan.
-------TBC--------
Keep on Fighting
-shytUrtle-
0 comments