The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)
08:34
The
Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love,
Music and Dreams’
다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum
iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author:
shytUrtle
. Rate:
Serial/Straight
.
Cast
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
Cinta,
musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat
dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik
memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik
menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang
dan hidup…
Episode #24
Euforia
itu masih terasa walau sudah seminggu berlalu. Warga Jeonggu Dong masih terus
membicarakan bagaimana hebohnya pesta rakyat di kampung mereka seminggu yang
lalu itu. Mereka terus membahas betapa ramainya pengunjung yang hadir,
bagaimana pertunjukan persembahan anak-anak dan warga Jeonggu Dong serta
kembalinya YOWL turut meramaikan pesta rakyat itu. Wisteria Land dan nama Ai
tak luput masuk dalam pembicaraan mereka.
***
Viceroy,
Jinwoon, Euichul, Daehyun dan Hyuri berkumpul di club milik Jaesuk di akhir
pekan yang padat pengunjung ini. Di atas panggung Taerin menyanyikan lagu A
Gift Of A Friend-Demi Lovato.
Berulang
kali Byunghun melirik Ai yang duduk satu meja dengan Jinwoon, Euichul, Daehyun
dan Minki. Byunghun selalu tersenyum ketika melirik Ai.
Ai yang
tadinya terfokus menatap panggung menoleh. Tatapannya bertemu dengaan tatapan
Byunghun. Byunghun tak mengelak dan tersenyum manis. Ai membalas senyum lalu
kembali menatap panggung.
Usai
bernyanyi, Taerin mengundang Ai ke atas panggung. Pengunjung bertepuk tangan
menyambutnya anatusias. Ai mengundang Clovis naik ke atas panggung dan mengajak
pengunjung untuk bersenang-senang malam ini. Clovis memainkan musik Kissing
You-SNSD dan Ai bernyanyi. Ai dan Clovis membawakan cover Kissing You versi band.
Hyuri
yang duduk satu meja dengan Myungsoo, Sunghyun, Jungshin dan Byunghun heboh
sendiri. Ia terus menggoyang lengan Myungsoo mengingatkan pemuda itu tentang
kegilaannya bersama Hanbyul ketika bersama menyanyikan Kissing You lengkap
dengan dance di tempat karaoke.
Bernyanyi
dan bersenang-senang di club Jaesuk, Ai, Hyuri, Shin Ae dan Taerin juga tampil
bersama menyanyikan Love Love Love-After School. Menutup kegilaan malam itu Ai
menyanyikan Who Am I-Casting Crown. Senyum terus terkembang di wajah Byunghun
saat ia melihat Ai bernyanyi di atas panggung.
Kita hanya manusia biasa. Siapa kita? Menuntut
ini dan itu. Semua adalah di tangan Tuhan. Mereka-reka rencana, membangunnya
rapi, optimis akan keberhasilannya. Namun semudah membalikan tangan Tuhan
membuat keputusan akan akhir dari itu semua. Terombang-ambing, jatuh terpuruk
dan sangat hancur. Tuhan memberikan ujian tidak hanya karena menilai kita
mampu, namun juga karena Tuhan menyayangi kita. Ketika Tuhan tak memberikan
keberhasilan pada satu rencana kita, bukan berarti Tuhan tak menyukai atau
membenci rencana kita itu. Menurut-Nya tentu rencana itu tak baik untuk kita.
Tuhan punya rencana lain yang lebih indah untuk kita. Tuhan akan memberikan apa
yang paling kita inginkan di dalam hati kecil kita. Bangunlah keyakinanmu,
susun rencana yang baik lalu berdo’a dan berpasrahlah pada-Nya Yang Maha
Menguasai segalanya. Tuhan pasti akan berpihak padamu.
Ai
tersenyum ketika selesai membawakan lagu Casting Crown-Who Am I. Dan pengunjung
segera bertepuk tangan untuknya. Ai tersenyum dan turun dari panggung kembali
bergabung dengan teman-temannya.
Tuan
Kim ditemani Hyunsik dan beberapa anak buahnya memasuki club milik Jaesuk. Ia
menuju meja dimana Ai duduk. Melihatnya Minki, Yongbae dan Wooyoung kompak
berdiri. Mereka siaga berdiri melindungi Ai. Tuan Kim berhenti tepat di depan
tempat Ai duduk. Ai bangkit dari duduknya dan tersenyum ramah menyambut
kedatangan Tuan Kim.
“Aboji!”
Hyoseok buru-buru menghampiri Tuan Kim. “Aboji, Aboji kenapa kemari…?” Hyoseok
menatap Tuan Kim lalu Ai. “Aboji!”
Hyunsik
menyeret Hyoseok minggir.
“Aboji!
Aboji!” panggil Hyoseok dengan panik.
“Ada
apa gerangan hingga Tuan Kim datang kemari?” tanya Ai sopan.
Tuan
Kim maju selangkah lebih dekat di depan Ai. Diam dan menatap Ai. Beberapa detik
kemudian senyum lebar terkembang di wajah Tuan Kim. Ia meraih tangan kanan Ai.
Menjabatnya.
Ai
terkejut. Tertegun menatap Tuan Kim.
“Ini
benar-benar… menyenangkan bisa bertemu Nona sedekat ini.” Tuan Kim masih dengan
sumringah dan menggoyang tangan Ai yang ia genggam. “Julukan Putri Jeonggu Dong
memang pantas disematkan untuk Nona. Nona Ju…”
“Ah..
iya terima kasih kembali.” potong Ai balas menggoyang genggaman tangannya
hingga Tuan Kim tak melanjutkan kalimatnya. “Terima kasih atas waktu yang Tuan
Kim berikan pada kami. Berhenti memanggilku Nona, ini tidak lucu. Bukankah aku
dan Hyoseok teman? Ajushi.” Ai sedikit meremas tangan Tuan Kim.
“A’aa,
iya.” Tuan Kim terbata.
Ai
tersenyum. “Gomawo Ajushi.” sambil membungkuk lebih dekat pada Tuan Kim. “Akan
lebih aman bagi kita jika Paman tetap bungkam.” bisik Ai.
“A’aa,
nee… hahaha.” Tuan Kim kembali menggoyang jabatan tangannya.
Hyoseok
kebingungan melihat adegan ganjil ini.
“Maafkan
aku Nona. Aku bertemu Tuan Besar seminggu yang lalu.” bisik Tuan Kim yang
mencondongkan badannya lebih dekat pada Ai.
“Mari
kita bersama-sama membangun citra baru Jeonggu Dong.” Ai menarik tangannya.
“Nee,
nee…” Tuan Kim manggut-manggut masih membuat beberapa orang disekitarnya
bingung.
***
Ai
melihat-lihat buku yang tertata rapi di rak. Byunghun dengan sabar menemani
sambil membawakan tas plastik untuk belanja. Byunghun mengamati buku-buku yang
dipilih Ai.
“Ya,
Jiyoo~ya, semua tentang wedding dan gardening…?” tanya Byunghun.
“Nee.
Mengandalkan pencarian di internet saja tidak cukup. Aku mau serius di usaha
ini. Wedding planner dan gardening. Morning Glory Florist dan Wisteria Land,
aku rasa ini akan menjadi ide yang brilian.” Ai tersenyum yakin.
“Tapi
ini bukan berarti kau akan mundur dari sekolah kan?”
“Entahlah.”
Ai diam sejenak. “Ah, aku harus membicarakannya. Di sudut Wisteria Land harus
ada rak buku. Orang-orangku harus memiliki banyak pengetahuan juga. Ya,
Byunghun-ya, bagaimana tentang perpustakaan mini?”
“Nee…?”
“Wisteria
Land harus jadi gudang ilmu juga. Buku-buku yang siapa saja bebas membacanya
ketika mereka main ke Wisteria Land. Ini… akan sangat menyenangkan. Aku akan
merundingkannya dengan yang lain.” Ai antusias.
Byunghun
tersenyum dan menggelengkan kepala.
“Onni
sudah selesai?” Taerin datang bersama Seunghyun di sampingnya.
“Nee.
Kau sendiri? Buku-buku yang kau cari?”
“Sudah
dapat semua.” Taerin menunjukan tas plastic di tangannya.
“Ini,
tolong kau bawa ke kasir ya.” Ai memberikan tas plastik miliknya dan kartu
gesek untuk membayar buku-buku itu.
“Nee,
Onni.” Taerin dibantu Seunghyun menuju kasir.
“Jiyoo~ya,
setelah ini kita makan ya? Aku lapar.” pinta Byunghun.
“Choa.
Kita tunggu mereka di luar.” Ai setuju.
“Kaja.”
Ai,
Byunghun, Taerin dan Seunghyun duduk mengitari meja makan dan menikmati menu
makan siang. Keempaatnya terlihat begitu akrab. Makan bersama dan mengobrol.
Mata Ai
terbelalak. Semua tercengang. Saat Ai hendak menyentuh gelasnya tiba-tiba saja
gelas itu pecah terbelah menjadi dua.
“Gwaenchana…?”
Byunghun segera mengelap air yang meluber di meja makan dengan tissue. Kemudian
ia memeriksa tangan kanan Ai.
“Aku
belum menyentuhnya.” Ai dengan suara bergetar dan hampir tak terdengar.
“Ini
aneh…” bisik Seunghyun keheranan.
“Taerin,
tolong hubungi Jaejoong, tanyakan apa semua baik-baik saja. Seunghyun, kau
punya nomer ponsel Kibum kan? Tanyakan pula apa ia baik-baik saja.” pinta Ai.
Taerin
dan Seunghyun mengangguk lalu sibuk dengan ponsel masing-masing.
“Oppa…
Minki Oppa… Euichul Oppa… Jinwoon Oppa… Appa… Omma…” Ai berubah panik sambil
mengotak-atik ponselnya. Saking paniknya ponsel Ai pun jatuh.
“Jiyoo!
Jiyoo! Tenanglah!” Byunghun meminta Ai tenang.
Wajah
Ai berubah pucat dan tubuhnya gemetar.
“Tenanglah.
Semua pasti baik-baik saja, em?” Byunghun menggenggam tangan Ai.
“Ak-aku
tidak bisa tenang. Ak-aku tidak bisa tenang.” Ai terbata. “Peristiwa serupa,
saat itu, saat itu pesawat yang ditumpangi Ayah dan Ibu kecelakaan. Ini… ini
bukan firasat baik.” Ai masih panik.
“Kita
pulang.” Byunghun memapah Ai.
Sepanjang
perjalanan Ai hanya diam. Duduk menatap keluar jendela mobil dan menggigit kuku
jari tangannya.
“Jaejoong
Oppa dan semua personel YOWL baik-baik saja Onni.” kata Taerin yang duduk di
kursi belakang.
“Kibum,
Yongbae dan Minki Hyung juga baik.” sambung Seunghyun.
Ai tak
merespon, tetap diam menatap keluar jendela mobil.
Byunghun
menatap khawatir Ai yang duduk di sampingnya. Di kursi belakang, Taerin dan
Seunghyun diam saling melempar pandangan.
***
Ai
mondar-mandir di teras rooftop sambil menelfon. Ai mengakhiri panggilan dan
memulainya lagi. Masih mondar-mandir di depan Byunghun yang duduk diam menatap
setiap gerak-geriknya.
“Hah!
Kenapa ia tak menerima panggilanku…?” gerutu Ai kesal sambil mengulang lagi
panggilannya.
Sebuah
kecelakaan hebat. Mobil metalik itu terbalik. Asap tebal mengepul. Pecahan kaca
mobil berserakan. Terdengar suara dering ponsel disertai getarannya. Ponsel
berwarna hitam itu tergeletak di atas aspal. Lampunya menyala-nyala sambil
terus bergerak dan berdering. Nama Jiyoo muncul dalam layar ponsel itu.
Samar-samar terdengar sirine dan semakin lama semakin dekat. Mobil ambulan itu
berhenti dan tanpa sengaja melindas ponsel hitam yang tergeletak di aspal. Tim
evakuasi segera turun dan menyelamatkan korban kecelakaan.
Ai
menurunkan tangannya. “Tak bisa dihubungi lagi.” keluhnya dengan wajah putus
asa.
“Siapa?”
tanya Byunghun.
“Jang
Hanbyul…”
Dugaan
Byunghun benar. Ai mondar-mandir dan panik sambil mencoba menelfon Hanbyul.
“Mungkin
Hanbyul masih sibuk.”
“Tapi
dia juga tak membalas pesanku. Dan kini benar-benar tak bisa dihubungi. Jika
dia sibuk, apa tak bisa sekedar membalas pesanku…?”
Byunghun
berdiri mendekati Ai kemudian merangkul gadis itu. “Tolong tenangkan dirimu.
Jika hari ini tak bisa, kau bisa mencobanyaa esok. Em?”
***
Ai
mencoba menenangkan kekalutan pikirannya dengan meditasi namun tak bisa. Ia
terus menyebut nama Hanbyul berharap dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi,
namun hal itu pun nihil. Ai tak menemukan apa-apa.
Semakin
dibuat panik dan juga putus asa. Ai buru-buru menyalakan laptopnya dan mengirim
pesan pada Suri. Ia berharap akan mendapat informasi dari Suri.
Ai
mencoba untuk tidur. Ia berbaring dan menggenggam erat kalung pemberian
Hanbyul.
***
Setiap
hari Ai mencoba menghubungi ponsel Hanbyul, namun tetap tak bisa. Nomer Hanbyul
terus tidak aktif. Suri pun tak kungjung membalas pesan Ai. Hari berganti
minggu dan minggu berganti bulan. Genap sebulan sudah Hanbyul menghilang.
“Akun
Han Suri di nonaktifkan.” keluh Ai. “Ada apa sebenarnya? Aku tak bisa meraba
ini semua. Mimpi pun tak mau bekerja sama.” Ai benar putus asa.
Melihat
Ai seperti ini Byunghun pun turut sedih. Begitu juga Hyuri dan Myungsoo.
“Apa
benar samaa sekali tak teraba?” Hyuri memastikan. Ia tahu Ai memiliki kelebihan
di luar batas manusia normal.
Ai
menggeleng.
“Mungkin
Hanbyul benar sibuk sekali.” Myungsoo turut menenangkan.
“Jika
ganti nomer ponsel, kenapa tak memberitahu kalian? Viceroy adalah orang
terdekat Hanbyul di Korea sebelum ia mengenal Ai kan?” Hyuri mementahkan dugaan
Myungsoo. “Lalu kenapa Han Suri tiba-tiba menonaktifkan akunnya? Dan akun
Hanbyul dibiarkan terbengkalai begitu saja.”
“Fujiwara,
apa kau benar merasakan suatu hal yang buruk?” tanya Minhwan.
Ai
mengangguk.
“Mungkinkah
terjadi sesuatu yang buruk pada Hanbyul?” Minhwan seolah bertanya pada dirinya
sendiri.
“Kenapa
Bibi Jang tak memberitahu kita jika benar terjadi hal buruk pada Hanbyul?”
Sunghyun balik bertanya pada Minhwan.
“Sebenarnya
dari yang kau raba, apa yang kau rasakan?” Jungshin bertanya pada Ai. “Kau tahu
maksudku kan? Katanya orang yang sudah mati atau masih hidup punya sinyal
tersendiri.”
Ai diam
dan menunduk.
“Jika
kau mau, liburan nanti ikutlah denganku ke Amerika. Kita cari Hanbyul
bersama-sama.” Byunghun menawarkan diri.
“Dia
tak membalas emailku, nomernya pun tak aktif. Sebulan ini…” Ai diam sejenak.
“Tujuannya adalah ada hal yang dia ingin aku tak tahu. Jika ini keputusannya,
aku akan hargai itu.”
Semua
diam menatap Ai. Gadis itu benar terlihat putus asa. Wajahnya redup dan lusuh.
Seutas senyum terkembang di wajah lesu Ai.
“Maaf.
Karena aku kalian jadi ikut dibuat panik seperti ini.” kata Ai. Ia kemudian
bangkit dari duduknya. “Ada banyak hal yang harus aku lakukan. Begitu juga
kalian kan? Aku pergi.” pamit Ai sambil membungkukan badan.
“Jiyoo~ya!”
tahan Byunghun.
“Jangan
khawatir. Aku baik-baik saja. Aku… aku akan menunggunya.” Ai tersenyum tulus
lalu berjalan pergi.]
“Jiyoo!”
“Jangan.”
tahan Myungsoo pada Byunghun yang hendak mengejar Ai. “Dia butuh waktu untuk
sendiri.”
“Saat
kau ke Amerika nanti, bisakah kau benar-benar mencari tahu tentang Hanbyul?”
tanya Hyuri penuh harap pada Byunghun.
Byunghun
menganggukan kepala lalu kembali menatap Ai yang semakin jauh berjalan pergi.
***
Menepis
segala kekhawatirannya tentu bukanlah hal mudah bagi Ai. Namun ia tak boleh
terlihat rapuh di depan rekan-rekannya yang bersemangat mulai menata Wisteria
Land menuju impian Ai. Rasa sesak itu semakin mendera ketika Ai sendiri. Tak
jarang ia dibuat menangis karenanya. Minki tak lelah membesarkan hati Ai dan
memberinya dukungan. Begitu juga Byunghun, Hyuri, Kibum dan teman-teman dekat
Ai.
Menjalaninya
hari demi hari, bulan demi bulan hingga musim berganti. Ai semakin pandai
menyembunyikan keresahannya. Hanya Minki yang paham dan masih merasakan hal
yang sama pada Ai.
Ketika
rindu itu semakin meremukan pertahanan Ai, ia kembali membongkar barang-barang
pemberian Hanbyul yang ia kumpulakan rapi dalam sebuah kotak kayu. Ai
menyendiri di kamarnya kembali menonton CD pemberian Hanbyul ketika ulang tahun
Ai. Ai tersenyum geli dibuatnya. Kemudian Ai kembali merapikan barang-barang
pemberian Hanbyul. Ai menyentuh kalung pemberian Hanbyul yang masih tergantung
di lehernya. Ai melepas kalung dengan liontin burung hantu itu. Kembali
dielusnya liontin kalung itu. Ai tersenyum getir lalu menyimpan kalung itu
dalam kotak kecil dan menyatukannya bersama semua barang pemberian Hanbyul.
“Onni
sudah siap?” Taerin melongok dari balik pintu. “Kita berangkat sekarang? Semua
sudah berkumpul di Wisteria Land. Jangan sampai kita terlambat. Kembang api tak
akan dinyalakan sebelum Onni datang.”
Ai
tersenyum dan mengangguk lalu bangkit dari duduknya.
Taerin
tersenyum menyambut Ai memberikan baju hangat untuk gadis itu. “Kaja! Kaja!”
Taerin semangat menggandeng tangan Ai.
Wisteria
Land ramai malam ini. Tak hanya kru Wisteria Land yang berkumpul di sana, namun
banyak pula warga yang berkumpul ingin menyaksikan pesta kembang api sebagai
tanda pergantian tahun. Berkumpul bersama menunggu malam pergantian tahun.
Tepat
pukul 12 malam, kembang api diluncurkan. Kilatan cahaya mereka indah menghiasi
malam. Orang-orang yang berkumpul menikmati pemandangan buatan ini. Begitu juga
Ai.
Ai
mendongak menatap langit malam yang menjadi meriah karena kembang api yang
bersautan diluncurkan ke udara. Ai tersenyum kecut.
“Byunghun~aa.”
Panggil Ai.
“Em…?”
Byunghun yang duduk di samping Ai menoleh.
“Aku
lelah sekali, sangat lelah. Bolehkah aku bersandar padamu? Sejenak saja.”
Byunghun
terdiam. Ia tak percaya dengan apa yang didengarnya. Jantung Byunghun tiba-tiba
berdetub kencang. Perlahan Byunghun merangkul Ai dan membawa gadis itu dekat
padanya.
Ai
tersenyum dan menyandarkan kepalanya di
bahu Byunghun. “Arigatou.” bisik Ai.
“Anytime.”
jawab Byunghun.
Ai
menghela napas panjang. “Esok tahun telah berganti.” lalu memejamkan matanya.
Byunghun
diam dan merangkul Ai.
Keduanya
hening dalam hingar bingar suasana pergantian tahun di Wisteria Land.
***
Euforia
kelulusan memenuhi Hwaseong Academy. Murid-murid tingkat III lulus 100%. Pesta
pelepasan siswa-siswi tingkat III pun digelar. Murid tingkat III terlihat
cantik dan tampan malam ini. Para siswi memakai gaun dan para siswa memakai
tuxedo.
Aula
utama diubah menjadi arena pesta. Murid tingkat III akan memberikan last
present mereka untuk sekolah dan untuk adik-adik tingkat I&II. Murid
tingkat I&II pun sama, mereka juga diberi kesempatan untuk tampil menghibur
kakak-kakak senior sebelum mereka benar-benar meninggalkan Hwaseong Academy.
Stardust,
Viceroy dan Red Venus para mascot Hwaseong Academy tampil turut meramaikan panggung
perpisahan. Harapan untuk bisa mendatangkan YOWL saat acara perpisahan ini
tumbang karena jadwal YOWL begitu padat.
Penampilan
yang tak biasa pada malam pelepasan tahun ini adalah penampilan perdana keenam
anak Jeonggu Dong, Ai, Yonghwa, Dongwoo, Taerin, Kibum dan Seunghyun. Keenamnya
tampil menjadi sebuah band tanpa nama dengan tambahan Kibum pada vokal dan
Taerin pada keyboard. Anak-anak Jeonggu Dong ini tampil membawakan tiga lagu.
Anak-anak Jeonggu Dong ini menutup penampilan mereka dengan membawakan lagu Seremedy-Bulletproof Roulette. Mereka mendapat sambutan yang hangat di
sekolah.
Penampilan khusus di puncak acara
adalah Ai, Red Venus, Stardust dan Viceroy naik ke atas panggung dan
bersama-sama menyanyikan lagu Let the Music Heal Your Soul yang dipopulerkan
oleh Bravo All Stars. Penampilan penutupan yang sempurna. Bahkan murid-murid
turut bersama-sama menyanyikan lagu ini sampai akhir.
***
“Liburan kali ini kau tak pulang ke Amerika?” tanya Ai saat Byunghun
menemaninya memeriksa stok bunga di gudang penyimpanan bunga.
“Sampai Natal, aku merasa bosan sendirian di sana.” Byunghun berjalan di
belakang mengikuti Ai. “Maaf. Pencarianku nihil. Kau bertanya demikian, apa
punya rencana ke Amerika dan mencarinya sendiri?”
“Kau pikir aku tak percaya pada apa yang kau katakan? Jang Hanbyul pindah
rumah dan kau tak menemukan alamat barunya?”
“Kau terlalu cerdik untuk dibodohi dengan alasan konyol seperti itu.”
“Aku percaya.” Ai menghentikan langkahnya. Ia tersenyum lalu membalikan
badan menghadap Byunghun.
Byunghun tak kuasa membalas tatapan Ai.
“Why?”
“Nothing.”
“Apa pun itu tak perlu merasa bersalah padaku. Dan aku harap kau tak
percaya pada apa yang dikatakan Hyuri padamu. Aku bisa melihat semua kebenaran
hanya dengan beradu pandang? Ish! Itu hanya bualan.”
“Aku tahu kau memang memiliki kemampuan itu. Dari awal melihatmu, aku
tahu kau bukan gadis biasa.”
Ai kembali tersenyum. “Namun tak semua hal bisa aku raba.”
Byunghun mengangkat kepala menatap Ai. “Menurutmu ini sifat pengecut?”
Ai kembali membelakangi Byunghun dan melanjutkan memeriksa stok bunga.
“Entahlah. Aku tak begitu mengenalnya. Tapi aku coba memahaminya. Semua
tindakan pasti memiliki alasan.”
“Lalu kau akan tetap menunggunya?”
Ai tersenyum getir. “Entahlah. Jika aku katakan iya, itu terdengar sangat
bodoh. Tapi jika aku katakan tidak, pada kenyataannya sampai sekarang aku
menunggunya. Kepastian.” Ai tertunduk.
Hening. Byunghun masih berdiri di belakang Ai. terdiam menatap Ai yang
berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk.
Ai menghela napas panjang. “Saat ini sangat sibuk dengan Morning Glory
Florist dan Wisteria Land. Promosi untuk semua ini. Cukup membantuku.”
“Tak akan menimbangnya lagi?”
Ai berbalik menghadap Byunghun. “Satu-satunya yang aku pikirkan kini
adalah kenapa kau tetap bertahan? Sedang kau tahu aka tak bisa menjanjikan apa
pun. Ini membuatku merasa bersalah setiap kali mengingat semua kebaikanmu.”
Byunghun terdiam.
“Nanti adalah waktu yang sangat lama. Mungkin tak terbatas. Kenapa kau
sia-siakan waktumu? Em?”
“Aku hanya penasaran pada apa yang akan terjadi nanti.”
“Dan kau rela mengambil resikonya?”
“Nee.”
“Bagaimana jika pada kenyataannya nanti, tak seperti yang kau harapkan?”
“Bagaimana juga jika tak seperti yang kau harapkan?”
Ai terdiam. Berpikir.
“Kita tak pernah tahu. Tentang nanti, tak akan pernah tahu. Karenanya aku
hanya ingin menikmati apa yang ada sekarang. Pelan-pelan. Jangan merasa
bersalah padaku. Itu akan membuatku merasa bersalah juga padamu. Bukankah
seorang teman tak akan melakukan ini? Aku telah berjanji untuk menjagamu,
sebatas yang aku mampu. Saat aku tak sanggup lagi… aku akan pergi. Aku janji
untuk semua keputusan ini.” Byunghun tersenyum.
Ai turut tersenyum. “Choa. Kita akan menjalaninya. Apa yang ada sekarang.
Pelan-pelan. Jangan merasa bersalah satu sama lain. Aku ingin tetap bertahan
seperti sebelumnya, tapi jika pertahananku tumbang. Aku janji, aku tak akan
lari dan mengakui hal itu. hingga saat nanti entah aku menyerah pada keadaan
dan tetap menunggu kepastian atau aku menyerah… padamu.”
Byunghun tampak terkejut mendengarnya. Ia terdiam menatap Ai.
“Berulang kali aku katakan aku lelah menjadi sangat khawatir. Namun kenyataannya, aku masih tak bisa lepas dari
belenggu itu. Ini sangat tak adil untukmu. Hanya ini yang bisa aku lalukan.
Membiarkanmu mengusikku sampai kau bosan. Maafkan aku.”
Byunghun tersenyum dan mengangguk.
“Malam ini kami akan kembali mengisi panggung club Paman Jaesuk. Clovis
mulai mendapat perhatian dan punya fans. Eum… kau punya ide nama untuk fans
Clovis?” Ai mengalihkan obrolan.
“Permainan kata kau ahlinya. Aku tak ada ide.” Byunghun kembali berjalan
mengikuti Ai.
“Musim semi tahun ini… Jaejin apa masih sama? Keluar dengan maskernya?
Ah, anak itu.”
Ai dan Byunghun melanjutkan memeriksa stok bunga di gudang.
***
Shin Ae berdiri di depan gerbang Hwaseong Academy. Ada yang berbeda dari
penampilannya hari ini. Shin Ae memakai seragam Hwaseong Academy. Shin Ae
sumringah menatap megahnya bangunan Hwaseong Academy.
“Selamat pagi, Paman!” Shin Ae menyapa Moonsik yang muncul untuk membuka
gerbang.
“Jung… Jung Shin Ae…?” Moonsik mengerjapkan kedua matanya.
“Nee. Ini aku, Paman.” Shin Ae tersenyum lebar.
“Aigoo, kau terlihat cantik memakai seragammu.”
“Tapi aku sangat gugup. Bagaimana ini…?”
“Hah. Masak begini saja kau takut, ha? Ckckck, anak Jeonggu Dong semakin
terlihat baik dan hebat. Kenapa kalian gemar sekali berangkat pagi-pagi?”
“Tour pagi.” sahut Ai yang datang bersama Kibum dan Wooyoung.
“Kami harus mengenalkan Hwaseong Academy pada adik baru kami.” Kibum
merangkul Shin Ae.
“Dan aku bukan anak Jeonggu Dong, tapi aku senang menjadi bagian dari
Jeonggu Dong.” Wooyoung meralat membuat semua tertawa.
Tahun ajaran baru dimulai. Murid baru hadir dalam Hwaseong Academy. Kibum
memandu Shin Ae berkeliling pagi itu. Wooyoung turut bersama keduanya. Sedang
Ai memilih tinggal di rumah Moonsik. Kembali tidur.
***
“Fujiwara!”
“Oh! Sonsaengnim.” Ai sedikit membungkukan badan di depan Junki yang
menghampirinya.
“Selamat tahun ajaran baru.”
“Nee. Selamat tahun ajaran baru.”
“Kau tampak semakin baik.” Junki berbinar. Sepertinya ia sangat bahagia
hari ini.
“Sonsaengnim…?”
“Ah, iya aku… aku…”
“Ada apa?”
“Istriku positif hamil.” ungkap Junki penuh kebahagiaan.
“Jin-jinja…? Woa, chukae! Akan segera menjadi ayah.”
Junki mengusuk tengkuknya. Salah tingkah di depan Ai. “Gomawo. Entah
kenapa aku ingin membagi berita bahagia ini denganmu. Mian.”
“Karena kita teman.” Ai tersenyum tulus.
Junki tersenyum lega lalu pamit pergi.
Ai berdiri dan tersenyum menatap Junki yang berjalan meninggalkannya.
“Kau tak lupa sarapanmu pagi ini?”
“Dokter Song. Nee, aku tak lupa sarapan.” Ai tersenyum menyambut Joongki.
“Aku menagih janjimu. Musim semi sudah tiba, kapan aku akan datang dan
membuat taman untukku?”
“Oh, iya. Maafkan aku. Aku lupa jika aku berjanji pada Dokter Song.”
“Dokter Song…?”
“Ck! Ini di sekolah. Masak iya aku harus memanggil Oppa…?”
Ai dan Joongki tertawa bersama.
“Selamat pagi Tuan Putri.” sapa Kim Jaehyuk –Kimjay-.
“Selamat pagi, Sonsaengnim.” Ai membungkuk membari salam.
“Hah, tahun ajaran baru kali ini terasa lebih hangat. Kau setuju Dokter
Song?” tanya Jaehyuk.
“Nee.” Joongki membenarkan.
“Semoga tak ada kekacauan lagi.” Park Shihoo turut bergabung. “Tapi pasti
tak akan menarik ya?”
Semua tertawa bersama.
“Istimewa sekali karena Anda sekalian menyapa pagi ini. Terima kasih.” Ai
kembali membungkukan badan.
“Club musik masih terbuka. Aku harap kau berubah pikiran, Fujiwara.”
Jaehyuk tersenyum sebelum pergi bersama Shihoo.
“Stardust telah lulus, Red Venus tetap seperti itu dan Viceroy sedikit
redup. Sepertinya kau akan jadi mascot baru sekolah.” kata Joongki.
“Maskot baru sekolah? Ish! Aku tidak mau. Hidupku adalah di Jeonggu Dong,
bukan Hwaseong Academy.”
“Ish! Bagaimana mimisanmu…?”
“Nee…? Dokter Song… tahu…?”
“Apa yang tak aku tahu?!”
“Ish!”
Joongki terkikik geli melihat ekspresi Ai.
***
Ai memetik gitar akustiknya. Ia kembali menggelar pertunjukan di jalan
Hongdae. Ai menyanyikan lagu Only One Person-FT.Island. Ketika menyanyikan lagu
ini semua kenangan bersama Hanbyul kembali muncul dalam ingatan Ai.
Byunghun berada diantara kerumuman penonton. Tampak pula Minhwan, Shin
Ae, Taerin, Seunghyun, Kibum, Wooyoung, Hyuri dan Myungsoo berdiri menonton
pertunjukan Ai.
Usai menggelar pertunjukan jalanan, Ai dan teman-temannya berkumpul di
restoran Myungsoo. Mereka berkumpul mengitari meja besar yang dipenuhi sajian
berbagai menu makanan.
“Yorobun!” Ai berdiri. “Hari ini hari pertama sekolah. Tahun ajaran baru
dimulai. Dan malam ini akan menjadi titik awal bagi kita semua. Aku berharap,
tahun depan, tahun berikutnya lagi hingga tahun-tahun berikutnya kita bisa
berkumpul seperti ini.” Ai tersenyum. “Lima tahun lagi, semoga kita masih bisa
berkumpul kembali seperti malam ini.”
“Lima tahun lagi?” tanya Minhwan.
“Paling tidak butuh waktu sampai lima tahun untuk bisa meraih impian
kita. Menurut teori.” Ai kembali tersenyum. “Yorobun. Mari angkat gelas kita
dan bersulang.”
Semua berdiri. “Konbae!” seru mereka lalu bersulang dan meneguk habis isi
gelas masing-masing.
***
Ai berdiri di tepi sungai Han. Menatap pemandangan malam dari tepi sungai
Han.
Semua yang telah kita lalui
bersama, kenapa terasa begitu indah dan berarti setelah kita terpisah? Aku
merindukan itu semua dan ingin kembali ke masa itu. Menahanmu untuk tetap
tinggal di sisiku. Aku terlalu angkuh menutupinya. Menutupi jika sebenarnya aku
benar-benar membutuhkanmu untuk selalu tetap dekat di sisiku. Waktu… andai aku
bisa memutar kembali waktu dan kembali ke masa itu. Aku ingin membuatmu tetap
tinggal di sini. Dekat di sampingku.
Ai mendongak menatap langit malam di musim semi.
Aku menghargai keputusanmu
saat ini. Sakit. Tak bisa kupungkiri rasa sakit itu. Sakit ketika kau tiba-tiba
menghilang tanpa kata perpisahan. Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu. Apa
pun yang terjadi, aku akan menunggu. Aku akan menunggumu kembali dan memberikan
kepastian atas hubungan kita ini, Jang Hanbyul. Ini janjiku padamu.
Ai tersenyum menatap langit lalu berjalan pergi.
***
Mungkin inilah bagian
tersulitnya. Mencatat semua peristiwa secara mendetail. Aku mencoba mencatat
semua. Apa yang terjadi secara terperinci. Mencatat semua yang aku tahu setelah
malam itu. Malam dimana kami berkumpul di restoran milik Kim Myungsoo di salah
satu sudut Hongdae. Bahkan aku mengumpulkan semua informasi dari awal.
Bagaimana tentang YOWL, Viceroy dan Red Venus. Kami harus punya buku sejarah
agar kelak anak cucu kami mengenang kisah ini.
Setelah malam itu, di
sekolah berjalan monoton. YOWL hanya datang ke sekolah saat ujian akhir. Mereka
terlihat hebat. Tak menyangka anak berandalan Jeonggu Dong ini berubah menjadi
begitu bersinar. Dan kami tiba pada tingkat akhir. Tingkat yang paling
menjemukan. Cerita jadi berbeda ketika kami semua dinyatakan lulus dari
Hwaseong Academy. Kemana setelah itu? Terpisah. Semua pergi mengejar impian
masing-masing. Aku akan sedikit ceritakan di sini.
Bintang utama kita, YOWL.
Mereka yang pertama ingin aku bagi kisahnya di sini. Karir YOWL merangkak naik
dengan mudah? Tidak. Sedikit iya, beberapa orang membenarkan pendapat itu.
Banyak pihak yang ingin menguak sisi kehidupan pribadi dari masing-masing
personel. Manajemen YOWL berusaha menutupi namun akhirnya tumbang juga. Yah,
itulah secuil kehebohan yang mewarnai karir YOWL. Selain itu, sifat arogan YOWL
juga sempat menimbulkan beberapa masalah dan skandal. Namun karir di dunia
hiburan tanpa ini semua rasanya bagai masakan tanpa garam dan penyedap. Hambar.
Ini mengajarkan banyak hal bagi mereka. YOWL. Mereka benar-benar meroket dan
mencapai puncak. Tanpa memungkiri kenyataan dan masa lalu mereka. YOWL diakui
sebagai salah satu band rock papan atas Korea. Debut mereka di Jepang juga
sukses. World Tour yang mereka gelar pun meraih kata… fantastis. Saat ini
mereka sedang mempersiapkan album internasional mereka. YOWL berfokus pada hal
itu dan tinggal di Amerika. Well, akhirnya mereka sampai di sana. Di negeri
Paman Sam yang menjadi impian bagi sebagian besar warga Korea untuk
mengunjunginya.
Red Venus. Walau tak begitu
tertarik pada mereka, namun tak akan adil jika aku tak menulis sedikit tentang
mereka. Tadinya aku berpikir Red Venus yang akan tetap langgeng dan Berjaya.
Tapi dugaan ini 100% salah. Dunia glamour dari menjadi superstar yang
sesungguhnya seperti yang mereka impikan sebelumnya kandas. Saat mereka
dinyatakan lulus, Jung Soojung meninggalkan Korea. Ia memilih kembali ke
Amerika dan kuliah di sana. Yiyoung yang multitalenta sempat menghiasi panggung
hiburan Korea, bahkan ia sempat dinobatkan sebagai Peri Nasional Korea. Gyuri
dan Chaerin kuliah di Universitas yang sama. Lalu Jieun aktif di sebuah teater.
Aku lebih suka melihat gadis ini. Seperti saat awal aku melihatnya.
Ketiga yang paling ingin
kalian ketahui pasti tentang Viceroy.
Menurutku mereka yang paling hancur. Viceroy. Sempat dikenal sebagi
mascot sekolah dalam panggung hiburan Hwaseong Academy, namun tak satu pun
member Viceroy yang berkecimpung di dunia musik. Lee Jungshin menjadi
fotografer muda terkenal. Woo Sunghyun kembali ke negara asalnya, Inggris.
Viceroy yang pernah menorehkan prestasi hebat semasa mereka menempuh pendidikan
di Hwaseong Academy, kini hanya tinggal sebuah nama Viceroy. Kim Myungsoo sibuk
mengurus bisnis restorannya yang kini sudah membuka banyak anak cabang di
kota-kota besar di Korea. Aku dengar dia akan buka cabang baru di Jepang.
Sedang Choi Monhwan dan Lee Byunghun yang
hatinya sudah tertahan di Jeonggu Dong tetap bertahan di sini. Byunghun
mendirikan sekolah taekwondo di Jeonggu Dong. Sedang Minhwan disibukan dengan
bisnis tempat karaokenya. Awalnya hanya ada di Jeonggu Dong. Kini senada dengan
Myungsoo, Minhwan mulai membuka banyak anak cabang untuk tempat karaoke
miliknya. Tentang Jang Hanbyul… tak ada satu pun yang tahu.
Jeonggu Dong. Tak sama lagi
kini. Semakin baik dan ramai. Orang tak takut lagi berkungjung ke markas para
penjahat ini. Home industry makanan dan minuman, kerajinan tangan dan sekolah
musik tradisinonal menjadikan Jeonggu Dong menarik untuk dikunjungi. Dan tentu
saja karena tempat yang paling terkenal Wisteria Land. Hiburan malam dan tempat
perjudian juga masih beroperasi di wilayah selatan Jeonggu Dong. Yongbae,
Wooyoung, Kibum dan Minki Oppa masih di sana. Wisteria Land dan Morning Glory
Florist masih menjadi tempat bermain mereka.
Lalu bagaimana dengan
Fujiwara “Ai” Ayumu? Dia ada. Kondisi kesehatannya sempat menurun drastis. Kami
semua sempat putus asa. Namun seperti biasa, gadis ini selalu membuat kejutan.
Setelah ia memimpin kami bersulang malam itu, Ai menghilang. Keesokan harinya
kami mendapat kabar Ai sudah dirawat dirumah sakit. Ia ditemukan pingsan di
tepi sungai Han. Ia mimisan parah malam itu dan pingsan. Satu bulan setengah Ai
di rawat dirumah sakit. Setelah kembali ia memutuskan berhenti dari sekolah.
Keinginan lama yang ia pendam dan akhirnya terwujud juga. Ia menghabiskan waktu
untuk Wisteria Land dan Morning Glory Florist. Sesekali ia tampak mengamen di
Hongdae atau mengisi panggung di club Paman Jaesuk. Selebihnya Ai lebih banyak
menyendiri. Ai membangun sebuah rumah pohon di kebun bunga miliknya dan lebih
banyak menghabiskan waktu di sana. Sering aku bertanya apakah ia sakit? Namun
tak ada yang tahu pasti tentang itu.
Aku ingin mengingatkan
kalian pada Clovis. Band dadakan ini saat ini sedang menemani World Tour II
yang digelar YOWL ditengah kesibukan mereka mempersiapkan album internasional
YOWL. Kim Taehee tertarik usai beberapa kali melihat penampilan Clovis.
Kemudian ia meminta Clovis untuk bergabung dalam Caliptra Seta Entertainment.
Mereka akan debut tahun ini. Dan aku jadi sangat merindukan Seunghyun,
sahabatku.
Oppa dan sahabatku pergi
meniti karir mereka di dunia musik. Kesepian? Hanya saja terkadang jadi rindu
pada mereka. Namun aku senang di sini. Menemaninya. Onniku, Jiyoo Onni.
Mempelajari tentang bunga-bunga sangat menyenangkan. Jiyoo Onni membimbingku
dengan baik. Karenanya aku memlilih untuk tetap tinggal di sisinya. Di samping
Ai, Jiyoo Onni. Membagi kesepian kami, duka dan canda tawa. Bersamanya aku
merasa kembali menemukan hidupku yang entah pergi kemana selama ini. Aku,
Rosewood, Kim Taerin menjadi orang kedua yang bertanggung jawab atas
perkebunan. Satu kedudukan dibawah Jiyoo Onni. Hal yang tak pernah aku duga
sebelumnya.
***
“Hari ini ada yang menawar gitarku lagi?” Ai duduk di teras rumah
pohonnya.
“Nee. Kali ini Noh Yiyoung. Dia akan segera menikah dengan Junhyung dan
berharap gitar itu menjadi hadiah untuk pernikahannya.” terang Yongbae.
“Dia masih mengincarnya sejak melihat gitar itu pada festival pembukaan
Wisteria Land.” Kibum menggelengkan kepala.
“Noh Yiyoung menggunakan jasa Morning Glory Florist untuk dekorasi pesta
pernikahannya. Karena itu Minki Hyung meminta kami kemari.” kata Wooyoung.
“Kapan Nona akan berkunjung lagi ke Jeonggu Dong? Wisteria Land?” tanya
Yongbae.
“Bagaimana kabar yang lain? Rasanya begitu lama.” Ai meminum tehnya.
“Setahun Nona tak pulang ke Jeonggu Dong. Terakhir saat pernikahan Kim
Myungsoo dan Song Hyuri kan?” jawab Yongbae.
“Harusnya aku segera menjenguk anak pertama Shin Ae dan Minhwan.” Ai
tersenyum.
“Bayi mungil yang cantik. Ess, lucu sekali.” Yongbae berseri.
“Nona tahu jika Byunghun ke Amerika?” tanya Wooyoung.
“Em.” Ai mengangguk. “Dia mengatakan ada sedikit urusan dan akan segera
kembali. Kompetisi taekwondo nasional juga sudah menunggunya bukan?”
Wooyoung mengangguk.
“Menurut kalian, apakah aku harus menjual gitar-gitar itu…?” Ai dengan
tatapan kosong lurus ke depan.
Taerin, Wooyoung dan Yongbae diam dan saling melempar pandangan.
***
Senja. Ai berdiri di teras rumah pohonnya. Rumah pohon yang indah dan
mewah. Rumah pohon yanag telah lama ia impikan.
“Angin berhembus sedikit ekstrim belakangan ini.” Taerin memakaikan baju
hangat untuk Ai.
“Gomawo.” Ai kemudian menegadahkan tangan kanannya. “Musim semi.” ia
menatap langit. “Tahun ajaran baru. Hyuri dan Myungsoo pasti akan sangat sibuk.
Hwaseong Academy.” Ai tersenyum.
“Shin Ae-Minhwan, Hyuri-Myungsoo, mereka pasangan muda yang benar membuat iri.”
“Ey… kau benar ingin menyusul mereka? Tapi dengan siapa? Kibum? Atau
Seunghyun…?”
“Ish! Onni!” Taerin turut menatap langit. “Entahlah. Aku dan Kibum hanya
teman. Onni tahu sendiri kan, kami lebih sering cek-cok daripada akur.
Seunghyun… hah… dia akan jaddi bintang besar. Aku rasa aku tak akan sanggup
untuk ada di sampingnya. Aku ini tipe pencemburu.”
“Kalau begitu tetaplah tinggal di sisiku. Itu membuatmu aman bukan?”
Taerin tersenyum dan mengangguk. “Tapi… aku ingin menikah juga.” Taerin
menoleh, menatap Ai. “Onni tak ingin menikah…?”
Ai membetulkan baju hangatnya. “Ada beberapa pekerjaan yang harus aku
selesaikan. Nona Kim Taehee sudah menunggu lagu untuk mini album kedua Clovis.
Belum lagi Jaejoong.” Ai menggeleng lalu berjalan masuk menuju studio mini di
dalam rumah pohon tempat ia biasa bekerja.
“Ya! Taerin~aa! Bantu aku menyiapkan meja makan!” panggil Kibum dari
dapur.
“Nee! Gidaryo!” Taerin memenuhi panggilan Kibum.
Ai berhenti dari sekolah dan fokus mengurus Morning Glory Florist dan
Wisteria Land. Berkat keuletannya, bisnis yang dirintis Ai pun merangkak naik
dan kini menjadi salah satu aset terkenal Jeonggu Dong. Ai pun masih
mendampingi YOWL hingga kini. Ia membantu Jaejoong dan Wonbin dalam mencipta
lagu. Saat tiba di puncak karir di Jeonggu Dong, Ai memilih pergi dan menyendiri
di rumah pohon yang ia bangun di perkebunan bunga miliknya. Berada di tempat
yang sedikit terpencil ini membuat Ai tenang. Taerin dan Kibum turut
menemaninya untuk mengurus perkebunan.
***
Usai menikmati makan malam, Taerin dan Kibum duduk di teras. Keduanya
diskusi mengevaluasi pekerjaan hari ini. Sedang Ai masih berkutat di studio
mini miliknya.
Taerin dan Kibum ngobrol dan sesekali bercanda. Keduanya kompak terdiam
ketika Wooyoung datang bersama Byunghun. Kibum dan Taerin kompak bangkit dari duduknya.
Masih terdiam. Tertegun.
Headphone bertengger di kepala Ai menutup kedua telinganya. Tangan kiri
Ai berkutat pada keyboard laptop dan tangan kirinya pada mouse, sedang
tatapannya fokus menatap monitor. Ai serius melakukan cek ulang aransemen lagu yang
akan ia kirimkan kembali pada Jaejoong. Saking fokusnya, Ai sampai tak
menyadari jika Byunghun masuk.
“Oh! Byunghun~aa!” Ai baru menyadari keberadaan Byunghun ketika pemuda
itu duduk di sampingnya.
Byunghun tersenyum, duduk menunggu
Ai.
“Kapan kau kembali?” Ai melepas headphone di kepalanya. “Sepulang dari
Amerika langsung sibuk mengurus kompetisi. Selamat ya. Anak didikmu menang
lagi.” Ai tersenyum lebar.
“Kau rindu padaku ya?” goda Byunghun.
“Ish!”
“Aku rindu padamu.”
“Berhenti menggodaku. Kau sama sekali tak terlihat serius!”
“Hagh! Harus bagaimana agar kau percaya jika aku rindu padamu? Ha?”
“Baiklah. Aku percaya. Lalu kau mau apa? Aku datang dan memelukmu? Ish.
Kita bukan anak SMA lagi.”
Byunghun tersenyum geli. “Ayo, kita keluar. Apa kau tidak bosan berada di
dalam sini terus?”
“Aku baru mulai.”
Byunghun memasang ekspresi geram.
Ai tertawa geli. “Baik, baik. Ayo. Apa kau ingin melihat kunang-kunang
lagi?”
“Em.” Byunghun mengangguk. “Apa ini masih menjadi rahasia?” Byunghun
turut bangkit dari duduknya.
“Taerin dan Kibum sudah tahu. Sepertinya lama-lama akan terbongkar juga.”
Ai mulai berjalan keluar.
“Wah, tak istimewa lagi.”
“Masih sama. Hal istimewa jika dibagi akan lebih baiak bukan?”
“Em.” Byunghun mengangguk. “Saat di Amerika kemarin, aku menonton World
Tour YOWL bersama teman di sana.”
“Oya…? Ish, di Korea kau tak mau nonton, tapi di Amerika malah nonton.”
“Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk sangat keren. Clovis pun sama.”
“Mereka tampak hebat saat di atas panggung tapi saat di…” Ai tak melanjutkan
perkataannya saat sampai di teras. Ai berdiri tertegun menatap ke arah
orang-orang yang sedang duduk bersama di teras. Taerin, Kibum, Wooyoung dan
Hanbyul juga seorang gadis. Ai ingat wajah itu, Han Suri.
Hanbyul bangkit dari duduknya. Tangan kanan Hanbyul memegang tongkat yang
membantunya berdiri.
Ai masih berdiri mematung menatap ini semua. Bungkam.
Hanbyul berjalan dengan bantuan tongkat mendekati Ai. Hanbyul berhenti
jarak selangkah di depan Ai. Rona bahagia terlukis jelas di wajah Hanbyul
ketika ia berdiri sedekat ini dengan Ai.
Ai masih terdiam menatap pria yang entah kemana selama lima tahun ini.
Pria yang tiba-tiba menghilang dari kehidupannya tanpa mengucap kata
perpisahan.
Hanbyul tersenyum bahagia juga haru. Tangannya bergerak hendak menyentuh
wajah Ai. Namun tiba-tiba Ai mundur selangkah menghindar. Semua yang berada di
teras terkejut melihat reaksi Ai. Hanbyul bergerak pelan menurunkan tangannya
dan menunduk. Ia menyadari jika ia salah, tiba-tiba menghilang selama lima
tahun ini. Suasana begitu hening.
“Firasatmu kala itu tak salah. Semua yang ada di sini baik-baik saja,
namun tidaak dengan Hanbyul. Hari dimana gelas itu tiba-tiba pecah adalah hari
yang sama dimana Hanbyul mengalami kecelakaan. Hanbyul dan teman-teman satu
timnya merayakan kemenangan. Mereka berpesta dan mabuk. Lalu kecelakaan maut
itu terjadi. Hanbyul mengalami cacat permanen di kakinya. Sejak saat itu ia tak
bisa main basket lagi.” terang Byunghun memecah keheningan.
“Ponselku tak ditemukan di lokasi kejadian. Dan ketika aku terbangun,
setelah tertidur selama seminggu, aku menerima kenyataan pahit itu. Cacat
permanen pada kaki kiriku. Aku tak akan bisa main basket lagi. Aku terpuruk.
Kecewa dan marah padaa diriku sendiri. Tak berani menghubungimu, tak berani
menghubungi Myungsoo, Sunghyun, Jungshin, Minhwan dan Byunghun. Mengabaikan
semua emailmu…” Hanbyul masih tertunduk di depan Ai. “Aku terpuruk dan takut
menerima kenyataan ini. Takut untuk mengatakan kebenaran padamu. Suri merasa
bersalah padamu karena harus menuruti permintaanku untuk mengabaikan semua
pertanyaanmu tentangku. Karenanya Suri memilih menutup akunnya.” Hanbyul
kembali terdiam. Mengatur emosinya.
“Hingga hari itu Byunghun datang. Menemukan alamat baruku. Byunghun
menceritakan semua. Tentangmu. Saat itu aku seolah kembali menemukan semangat
hidupku. Tapi aku masih takut untuk jujur padamu. Aku meminta Byunghun
berbohong dan… dan aku memintanya untuk menjagamu.” lanjut Hanbyul.
Ai menahan air matanya. Berdiri diam di depan Hanbyul. “Kenapa kau
lakukan ini semua Jang Hanbyul? Kenapa kau begitu egois? Melakukan ini semua…
lima tahun…” air mata Ai leleh. “Tega sekali kau melakukannya pada kami.”
Hanbyul mengangkat kepala menatap Ai. Melihat Ai menangis ia semakin
merasa bersalah. “Mianhae…” bisik Hanbyul.
“Apa menurutmu aku akan berpaling saat tahu kau tak akan bisa menjadi
atlit basket terkenal? Bagaimana bisa kau berpikiran seperti itu. Bagaimana
bisa…” Ai tertunduk dan menangis.
Hanbyul merengkuh Ai dalam pelukannya. “Mianhae. Jongmal mianhae.” bisik
Hanbyul di sela tangisnya. “Maafkan sifat pengecut dan egoisku ini. Maafkan
aku…”
***
Ai dan Hanbyul duduk berdampingan di teras. Hanya mereka berdua.
“Gomawo.” kata Ai memecah kebisuan.
Hanbyul menoleh, menatap heran pada Ai.
Ai pun menoleh, tersenyum menatap Hanbyul. “Aku senang melihatmu masih
mengenakan kalung bintang hitam itu.”
Hanbyul tersenyum manis. “Seperti dirimu, bersamaku dan memberiku
kekuatan.”
“Saat kau tiba-tiba menghilang… itu menyiksaku. Aku mengumpulkannya semua
dalam kotak kayu dan sesekali membukanya saat aku benar merindukannmu. Aku
takut kau akan benar pergi untuk waktu yang sangat lama, karena itu aku
menyimpan semua. Juga kalung dengan liontin burung hantu itu. Mianhae.”
Hanbyul tersenyum. “Setiap orang punya cara masing-masing.” Hanbyul
menghela napas panjang. “Tadinya aku pikir kau akan berpaling pada Byunghun.
Dia menjagamu dengan baik selama ini.”
“Ish! Bukankah itu salahmu?!”
Hanbyul terkekeh.
“Byunghun sangat baik. Namun hatiku tak bisa menerimanya lebih dari
teman.”
“Kau sama sekali tak berpikir buruk tentangku? Setelah mengetahui perihal
Suri, kau tak curiga pada kami?”
“Aku menghargai keputusanmu. Walau itu menyakitkan.”
“Tapi kau tetap menunggu.”
“Karena aku punya keyakinan. Dan hari ini keyakinanku itu terjawab
sudah.” AI tersenyum mengenangnya.
Hanbyul turut tersenyum. “Aku akan merawatmu dengan baik.” Hanbyul meraih
tangan kanan Ai dan menggenggamnya. “Aku harap kau tak membenciku karena aku
seorang Dokter kini. Dulu kau sangat anti pada Dokter kan?”
“Ish!” memukul pelang lengan Hanbyul.
Hanbyul tersenyum dan merangkul Ai lebih dekat padanya. Ia tersenyum lega
menatap langit malam.
***
Pesta pernikahan sederhana digelar di gereja kecil dimana dahulu
pernikahan Junki dan Young Ah digelar. Hanbyul dan Ai menikah di sana,
mewujudkan khayalan Hanbyul enam tahun silam. Hanya di hadiri keluarga dan
kerabat dekat yang menjadi saksi Hanbyul dan Ai ketika mengikat janji suci
pernikahan.
Rumah pohon dipenuhi hiasan di sana-sini namun tampak hening. Sedikit
redup dalam kamar pengantin. Hanbyul duduk berhadapan dengan Ai. Keduanya
saling memandang dan terdiam. Hanbyul mengecup kening Ai kemudian mengecup
lembut bibir merah Ai. Hanbyul melempas kecupannya dan kembali menatap Ai.
Hanbyul bergerak perlahan hendak mencumbu Ai kembali. Namun Ai tiba-tiba
menutup hidungnya dan berlari ke kamar mandi.
“Wae?” Hanbyul menyusul Ai ke kamar mandi. “Omo! Kau mimisan…?” Hanbyul
mendekati Ai yang membasuh hidungnya di wastafel. Ia meletakan telapan tangan
di kening Ai. “Tidak demam. Kita ke rumah sakit!”
“Aniya. Kugjungmayo. Ini biasa terjadi.” Ai dengan hidung tertutup tissu.
“Mwo…? Mimisan ini.. biasa terjadi…? Sejak kapan…?”
“Hah… setelah sekian lama tak kambuh, kenapa tiba-tiba malam ini…?”
“Ada apa sebenarnya…?”
“Dokter mengatakan ini akibat trauma. Setelah kecelakaan itu. Aneh
memang. Aku rasa terapiku berhasil dan semakin jarang mimisan, bahkan tidak
sama sekali setahun ini. Tapi tiba-tiba malam ini…” Ai menatap Hanbyul.
“Mianhae… akau rasa aku terlalu gugup hingga aku mimisan. Kita harus menunggu
sampai mimisannya berhenti.” Ai tersenyum meringis.
Hanbyul menghela napas terlihat kesal.
***
Cinta, musik
dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat dalam
hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musikmemberikan harapan
dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musikmenginspirasimu dan impian akan
memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang dan hidup…
Kau
boleh terjatuh dan merasa rapuh, namun janganlah kau terpuruk. Tuhan akan
selalu mendukung langkahmu. Pupuklah keyakinanmu, berusahalah dengan keras lalu
berdoa dan pasrah pada Sang Penguasa Alam. Tuhan akan memberikan kebahagiaan
pada orang-orang yang sabar. Tuhan akan mewujudkan impian orang-orang yang
mempunyai keyakinan kuat. Percaya dan yakinlah akan itu semua. Maka suatu hari
nanti kau akan tersenyum di atas keberhasilanmu. –Fujiwara “Ai” Ayumu-
-------THE END-------
.shytUrtle.
.shytUrtle.
0 comments