The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)
07:41
The
Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love,
Music and Dreams’
다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum
iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author:
shytUrtle
. Rate:
Serial/Straight
.
Cast
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
Cinta,
musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat
dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik
memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik
menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang
dan hidup…
EPISODE
#13
Menyiapkan
pesta pernikahan dalam waktu sepuluh hari? Junki atas rekomendasi Gahee
akhirnya setuju menyerahkan kejutan pesta pernikahan untuk Young Ah pada Ai.
Usai rapat di kedai tteokbokki di ujung gang sekolah, masih ditemani Hanbyul,
Ai langsung menuju florist. Ai menggelar rapat dadakan, membahas tentang pesta
pernikahan Junki. Yongbae hanya diam, mendengar Ai dan Minki yang berdiskusi.
Hanbyul yang duduk bergabung sesekali urun pendapat. Walau sering menerima jasa
dekorasi untuk pernikahan, namun Morning Glory Florist tak pernah menangani
keseluruhan dari pesta. Intinya kali ini Ai dan Morning Glory Florist dipercaya
untuk menjadi EO -event organizer—dari pesta Junki.
“Oppa
yakin kita mampu?” Ai masih sangsi.
“Pasti
bisa! Seorang professional, pasti bisa menyelesaikan pekerjaan yang
dipercayakan padanya dengan baik dan tepat waktu. Itulah kita!” Yongbae yakin
dan penuh semangat. “Ini bukan menyombongkan diri, tapi aku tak suka melihat
Nona pesimis. Lagi pula, ini adalah kesempatan emas bagi kita. Tugas awal yang
kita dapat secara cuma-cuma tanpa harus capek-capek promosi. Jika kita
mengerjakannya dengan baik, aku yakin berikutnya para pelanggan akan datang
sendiri. Nanti saat pesta, jangan lupa letakan Ikebana di sana-sini, hehehe.”
Ai
tersenyum melihat ekspresi penuh semangat Yongbae. “Yongbae saja bisa seyakin
itu, masak kau tidak?” Sahut Minki. “Bagian terpenting dari sebuah pesta adalah
jamuan makan. Percuma jika dekorasi indah, hiburan mewah tapi jika jamuan makan
kita abaikan. Ini titik utama sebuah pesta. Menurutku.”
“Aku
setuju, Hyung!” Yongbae mengamini.
“Aku
pun setuju. Hah… kita akan jadi sangat sibuk.” Keluh Ai.
Hanbyul
mengantar Ai, sampai di depan pintu rooftop.
“Masuk?”
Ai menawarkan.
“Lain
kali saja. oya, Jiyoo, kau tak keberatan jika aku akan sering-sering menemuimu?
Berputar-putar disekitarmu?”
“Karena
waktu kita bersama tak banyak lagi?” Hanbyul mengangguk. “Anytime.” Ai
tersenyum tulus.
“Thank
you,” bisik Hanbyul sumringah.
***
Mendapatkan
kepercayaan Junki, Ai tak mau main-main mengerjakannya. Ia bersama tim-nya
membagi waktu dan tugas karena mereka juga sibuk membangun gudang bunga di
lahan kosong milik Tuan Jeon di samping rumah Paman Hwang. Ai ingin menjadi Wedding Planner yang profesional ditugas
perdananya. Ai mencari informasi tentang bagaimana menjadi Wedding Planner yang
professional di internet. Bersama Minki Ai berkeliling mencari jasa catering.
Negosiasi di beberapa penyedia jasa catering. Ai juga menyempatkan diri mampir
ke basecamp juga melihat bagaimana pembangunan gudang bunga yang mulai
dikerjakan.
Lelah
seharian berkeliling, sesampainya di rooftop,
Ai tak bisa istirahat memejamkan mata. Tubuhnya sangat lelah dan Ai
bergelimpangan di atas kasur. Ia kembali bangun dan mendesah kesal. Ai memilih
berselancar di dunia maya untuk mengusir rasa bosannya. Sesekali ia tersenyum
melihat berbagai gambar dekorasi pernikahan. Ai kembali diam, memori otaknya
memutar ulang kejadian sore tadi ketika Ai melintas di depan gereja yang akan
menjadi tempat berlangsungnya pernikahan Junki dan Young Ah. Ai memiringkan
kepala, ia tersenyum setelah sebuah ide muncul di otaknya. Ai segera membuat
coretan di kertas seadanya.
Ponsel
Ai bergetar menganggu keasikannya. Ai mengerutkan dahi melihat nama Kibum
muncul dalam layar ponselnya. Baru saja Ai pulang, masa Kibum memintanya
kembali ke basecamp? Bukankah mereka pulang bersama-sama? Ai mengabaikan
panggilan Kibum, namun Kibum terus menghubunginya lagi dan lagi. Merasa ada
yang janggal, Ai akhirnya menerima panggilan itu.
“Hallo,”
Ai dengan nada malas-malasan. Ai tercekat. Terdiam mendengar Kibum bicara.
Segera ia bangkit dari duduknya dan membangunkan Minki yang sedang terlelap di
kamarnya.
-------
Ai dan
Minki sampai di lahan kosong milik Tuan Jeon di samping rumah Paman Hwang.
Banyak warga berkumpul. Ada mobil
kebakaran dan para staf pemadam kebakaran berusaha mematikan api. Calon gudang
bunga yang terlihat baik-baik saja beberapa jam yang lalu kini ludes di lahap
si jago merah. Ai juga Minki sama-sama syok.
“Ai…”
Kibum menghampiri Ai. “Beruntung Paman Hwang bertindak sigap.”
“Dimana
Yongbae dan yang lain?” Tanya Ai.
“Yongbae??”
Kibum mengamati sekitar, “tadi dia di sini. Bahkan TOP Hyung juga kemari dengan
beberapa anak buahnya. Tapi sekarang… entahlah.”
“Nona…”
Shin Ae berlari mendekat. Wajahnya pucat.
“Kau
baik-baik saja?” Tanya Ai.
“Iya.
Nona…” Shin Ae terlihat sangat sedih.
“Taka
pa. bersyukur Paman Hwang bertindak gesit.” Ai tersenyum sambil menepuk pundak
Shin Ae. “Kau melihat Yongbae?”
“Yongbae??”
Shin Ae ganti mengamati sekitar, “mereka di sini tadi, tapi sekarang… aku tak
tahu kemana mereka pergi.”
“Kau
baik-baik saja?” Paman Hwang menghampiri Ai.
“Paman,
maafkan aku.” Ai benar menyesal.
“Apinya
padam.” Paman Hwang tersenyum menenangkan.
***
Suasana
mulai tenang. Mobil pemadam kebakaran sudah pergi. Warga yang berkerumun juga
sudah membubarkan diri. Paman Hwang, Shin Ae, Ai, Minki dan Kibum berdiri
berjajar menatap sisa bangunan calon gudang bunga yang terbakar habis. Rangka
bangunan yang telah berdiri sore tadi luluh lantak. Yang tersisa hanya arang
hitam pekat basah dan asap di beberapa titik. Bibi Han dan putri tunggalnya
Myeongran datang tergesa-gesa bersama Jaesuk. Ketiganya tampak syok melihat
kondisi calon gudang bunga yang luluh lantak. Selang beberapa menit kemudian
Tuan Jeon juga datang.
“Ini
keterlaluan!” Ucap Bibi Han geram.
“Tak
mengapa Bibi, bersyukur tak ada korban jiwa.” Ai tersenyum lesu. “Paman Hwang,
sebaiknya Paman istirahat. Paman tampak sedang tak baik.”
“Ini
seperti adegan dalam film saja.” Paman Hwang menggelengkan kepala.
“Dan
Paman Hwang-lah sang Hero itu.” Ai kembali tersenyum.
“Aku
tidak menyangka mereka senekat ini.” Jaesuk menggeleng keheranan.
“Ini
lebih parah dari peristiwa sebelumnya, bahkan ketika Jung Jinyoung masih di
sini.” Tuan Jeon ikut bicara.
“Myeongran
Onni, tolong rahasiakan ini darai Hanbyul.” Pinta Ai.
“Baik,
Nona.” Myeongran mengiyakan.
“Walau
Myeongran tak bicara, bagaimana dengan yang lain? Ada berapa anak Jeonggu Dong
yang sekolah di Hwaseong Academy?” Sela Bibi Han.
“Ada
sepuluh. YOWL, Nona, Kim Kibum, Kim Taerin, Song Seunghyun dan dua anak
laki-laki lagi.” Jawab Shin Ae. “Iya, hanya sepuluh ini.” Shin Ae kembali
meyakinkan.
“YOWL
juga tak boleh tahu.” Kata Ai.
“Mereka
aku yakin aman, tapi bagaimana dengan sisanya? Taerin, Seunghyun dan dua anak
lagi.” Kata Kibum.
“Harus
kah kita meminta mereka untuk bungkam?” Tanya Shin Ae. Semua kembali diam.
“Aku
tak melihat Yongbae dan anak buahnya.” Kata Tuan Jeon setelah beberapa detik
semua terdiam. “TOP, apa dia tahu tentang ini?” Imbuhnya.
“Yongbae
tak bisa dihubungi.” Minki sembari kembali mencoba menelfon Yongbae.
“Mereka
tadi di sini. Karena semua panik, aku sendiri tak tahu kemana mereka kemudian
pergi.” Jawab Shin Ae.
Lagi-lagi
mereka terdiam. Beberapa detik kemudian ponsel Ai berdering memecah kebisuan.
Ai menerima panggilan itu. Ai diam, berdiri tertegun mendengarkan seseorang di
seberang sana bicara. Semua menatap penasaran pada Ai.
***
Ai dan
Minki sampai di UGD rumah sakit. TOP yang duduk di kursi tunggu bangkit
menyambut keduanya.
“Bagaimana
ini bisa terjadi?” Tanya Minki panik.
“Kami
memutuskan pergi untuk memberi terapi kejut setelah mereka melakukan
penyerangan, membakar calon gudang bunga itu. Kami mengejar mereka dan
menemukan mereka. Jumlah kami seimbang. Ditengah perkelahian, bantuan datang
dari pihak lawan. Situasi kacau dan salah satu dari mereka menabrak Yongbae
hingga terseret beberapa meter. Yongbae mengalami luka parah di kepala dan
kritis. Maafkan aku…” TOP benar menyesal.
“Sudahlah,
bersyukur yang lain selamat dan Yongbae segera mendapat pertolongan.” Minki
menepuk pundak TOP.
Entah
mendapat berita buruk ini darai siapa, Euichul tiba-tiba muncul di rumah sakit.
Ia berjalan terburu-buru menghampiri Ai, Minki dan TOP. “Kau baik-baik saja??”
Euichul sambil memeriksa Ai.
Euichul,
Ai, Minki dan TOP duduk menunggu. Satu jam kemudian Dokter yang menangani
Yongbae keluar memberi penjelasan tentang kondisi Yongbae. Yongbae berhasil
melewati masa kritis, namun ia dinyatakan koma. Ai terduduk lemas mendengarnya.
Euichul berusaha menguatkan sang adik. Begitu juga Minki.
Setengah
jam kemudian, Euichul mengantar Ai pulang, sedang Minki tetap berada di rumah
sakit. Euichul memahami apa yang dirasakan Ai saat ini. Ia turut sedih melihat
Ai murung. Sesekali Euichul menoleh pada Ai yang duduk di sampingnya saat
perjalanan menuju Jeonggu Dong.
“Maaf,
Oppa,” Ai memcah kebisuan, “aku membuat Appa khawatir lagi pastinya.”
“Appa
sudah memprediksikan hal yang terburuk karena kau terus memutuskan untuk maju
merubah Jeonggu Dong. Appa benar geram, namun kami semua meredamnya. Appa akan
tetap memegang janjinya, tidak akan turun tangan kecuali kau meminta.”
“Lagi-lagi
aku menyusahkan banyak orang.”
Euichul
yang fokus mengemudi tersenyum. “Tidak ada jalan mulus untuk tujuan mulia. Aku
mendukungmu untuk maju. Berjuanglah dan jangan meminta bantuan Appa jika tak
benar mendesak. Bukannya aku tak suka, tapi aku yakin kau bisa. Kelak kau akan
berhasil merubah Jeonggu Dong. Aku yakin itu.”
Ai
tersenyum lesu. “Terima kasih.”
“Oh,
itu Wooyoung. Kemana saja dia?” Euichul saat sampai di Jeonggu Dong.
“Ada
tugas khusus yang aku buat untuknya.”
Euichul
pergi. Wooyoung masih berdiri di samping Ai turut menatap mobil Euichul yang
melaju pergi. Wooyoung menoleh, memperhatikan Ai yang terlihat lelah.
“Sebaiknya
Nona lekas istirahat. Aku akan menginap dan berjaga.” Kata Wooyoung. “Maaf, tak
di sini saat penyerangan itu terjadi.”
“Kau
mengatakan kau akan pergi menemui seseorang, dan ini penting. Tak mengapa.
Sebenarnya Yongbae sudah memegang kendali. Hanya saja, takdir Tuhan, kita tak
kuasa menolaknya.”
“Aku
menemui seseorang yang berjanji memberikan jawaban tentang foto itu.”
Ai
menoleh, menatap Wooyoung. Wooyoung tersenyum. “Sebaiknya kita masuk.” Ai
berjalan memimpin.
“Sebaiknya
kita bahas besok. Nona, harus istirahat.” Wooyoung menyusul di belakang Ai.
“Nona, terlihat sangat lelah.”
“Aku
baik-baik saja. Yongbae koma, ada banyak tugas, kitaa harus cekatan bertindak.”
“Bertindak??”
***
“Peristiwa
semalam, benar-benar mengejutkan. Orang-orang itu, kenapa begitu nekat?”
Seunghyun berangkat sekolah bersama Taerin.
“Kebarakan
itu?” Taerin datar.
“Iya. Syukur
tak ada korban jiwa. Hah, ini akan jadi perang besar. Semoga tak sampai ke
pihak sekolah.”
“Kau
dipihak siapa?” Taerin menghentikan langkahnya saat sampai di depan gerbang
sekolah yang masih tertutup rapat.
“Aku…”
“Tumben
pagi sekali,” Potong Shin Ae. Taerin dan Seunghyun kompak menoleh ke arah
kanan. Shin Ae berjalan mendekat. “Baru kali ini aku melihat kalian datang
sepagi ini.”
“Hahg!
Nona Pengintai.” Taerin tersenyum mencibir.
“Kau
sendiri pagi sekali dan untuk apa di sini?” Seunghyun mengamati Shin Ae dengan
ekspresi heran.
“Dia
adalah orang Fujiwara Ayumu.” Jawab Taerin.
“Aku
tahu. Apa pagi ini dia memintamu untuk datang kemari? Memastikan berita semalam
tak masuk ke sekolah?” Buru Seunghyun.
“Api
jika terbawa angin akan cepat membesar, sulit untuk memadamkannya.” Shin Ae
menatap bangunan megah Hwaseong Academy. “Pasti menyenangkan bisa sekolah di
sini.” Shin Ae tersenyum getir.
“Kau
tak perlu khawatir. Kami akan tutup mulut.” Seunghyun menyanggupi.
“Aku
percaya! Apalagi Kim Taerin adalah adik seorang Kim Jaejoong, pemuda yang
sangat menyanyangi Nona. Aku percaya insiden itu aman pada kalian. Tapi angin,
siapa yang bisa menghentikan geraknya?” Shin Ae menatap Seunghyun lalu Taerin.
“Nona hanya ingin YOWL tak mendengar tentang ini.” Shin Ae kembali berjalan
dengan meletakan kedua tangan di balik punggungnya. “Semoga hari kalian
menyenangkan!” Serunya kemudian.
“Dia
itu gadis yang aneh.” Seunghyun menggeleng heran. “Kita harus pastikan insiden
semalam tak masuk ke sekolah.”
“Tak
ada untungnya bagiku.” Jawab Taerin singkat dan terdengar ketus.
***
Rekaman
hari ini berjalan lancar. Rekaman perdana YOWL sebagai persiapan debut mereka.
Taehee mengundang YOWL dan seluruh tim kreatifnya untuk rapat. Persiapan demi
persiapan mulai terpenuhi. Jaejin menunjukan kalung pemberian Ai yang
tergantung di lehernya. Ia mengusulkan agar kalung ini bisa mereka kenakan
untuk pembuatan MV YOWL kelak. Taehee langsung menyetujuinya. Usul Wonbin untuk
membuat tulisan YOWL dengan menggunakan fire
letter pun langsung disetujui Taehee.
“Kali
ini keinginan pribadiku dan kebetulan beberapa waktu yang lalu ada usulan yang
masuk padaku tentang ini.” Ungkap Taehee setelah selesai pembahasan beberapa
agenda rapat. “Bagaimana jika debut YOWL, kita adakanshowcase di Jeonggu Dong?” Semua menatap heran pada Taehee.
“Ayolah, kenapa kalian menatapku seperti itu? Ini pemikiranku dan beberapa
waktu lalu seorang Yowlism mengusulkan hal ini pula padaku. Kebetulan kami
memiliki pemikiran sama. YOWL memiliki basecamp di Jeonggu Dong bukan?” Taehee menatap
Jaejoong.
“Itu…
milik Ai.” Jawab Jaejoong lirih.
“Ini
akan lebih menggebrak. YOWL menggelar debut di tempat asal mereka Jeonggu Dong.
Ya, walau sedikit tak wajar, eum, memang tak wajar. Artis baru yang debut
selalu melalui penampilan live atau lipsing di televisi resmi nasional.
Caliptra Seta Entertainment cukup punya kuasa, jika kalian setuju, kita akan
membuat live showcase di Jeonggu Dong dan bekerjasama dengan salah satu
televisi nasional. Bagaimana? Aku akan mengatur semua.”
Semua
kembali diam, kemudian menatap keempat member YOWL. “Jika tim setuju, tak
masalah bagi kami. Tapi jika benar memilih Jeonggu Dong, basecamp, maka kami
harus membicarakan hal ini dengan Ai terlebih dahulu.” Jawab Jaejoong. “Kondisi
di Jeonggu Dong, tak bisa ditebak. Khawatir jika tidak stabil. Itu saja.”
“Aku
akan mengurusnya.” Taehee meyakinkan.
Ruang
rapat hanya menyisakan Taehee dan Sukjin. Semua telah pergi meninggalkan
ruangan ini. “Hah… ini pertama kalinya, kita benar-benar bekerjasama dengan
artis kita. Mereka…. ah, Paman.” Ungkap Taehee.
“Nona
terlihat amat bersemangat. Aku perhatikan anak-anak YOWL mulai nyaman
bekerjasama dengan Nona.” Sukjin tersenyum.
“Aku
tak akan sanggup mengurus mereka sendiri. Aku butuh bantuan Paman.”
“Sampai
mereka mencapai puncak, seperti janjiku pada Nona dan pada sahabatku, Yoo
Jaesuk.”
“Hah,
ini pertama kalinya aku merasa benar sebagai keluarga bagi artisku. Aku ingin
yang lain juga merasakan demikian. Apa bisa?”
-------
“Debut
di Jeonggu Dong, bukankah ini keren?? Kenapa kau malah ragu?” Minhyuk menyikut
Jaejoong.
“Entahlah.
Hanya saja aku merasa… mungkin benar Jeonggu Dong sedang tak stabil. Atau hanya
perasaanku saja.”
“Coba
saja hubungi Vampire Ai atau Taerin.” Usul Jaejoong.
“Nanti,
saat jam sekolah usai.” Jaejoong menyanggupi dan semua diam tanda setuju.
***
“Ai tak
masuk, begitu juha Wooyoung. Apa terjadi sesuatu? Semua baik-baik saja kan?”
Buru Hyuri pada Kibum. “Myungsoo mengirim pesan, Hanbyul panik karena tak
melihat Ai di sekolah dan aku mencoba menghubungi Ai tapi ponselnya tidak
aktif. Ada apa sebenarnya?”
“Semua
baik saja. Hari ini Ai ada jadwal check
up.” Jawab Kibum singkat. “Doakan saja hasilnya baik. Ai mulai bosan pada
tangan kirinya. Dan Wooyoung tak masuk juga, aku tak tahu kenapa.”
“Benar
seperti itu?” Hyuri menatap curiga pada Kibum.
“Iya,
benar! Tanyakan saja pada Dokter Song. Tadi pagi aku bertemu dengan Dokter
Song, semalam Dokter Song menelpon Ai perihal check up itu dan pagi ini Dokter Song mengatakan padaku jika beliau
akan pergi menemani Ai.”
-------
“Ai pergi
check up, Dokter Song ada
bersamanya.” Myungsoo membaca pesan singkat yang baru saja dikirim Hyuri
padanya.
“Kenapa
sampai mematikan ponselnya?” Gumam Hanbyul kesal.
“Khawatirmu
yanag terlalu berlebihan.” Sunghyun merangkul Hanbyul.
“Entahlah,
dari semalam perasaanku benar tak baik dan terus memikirkan Jiyoo. Aku merasa
aneh, seolah ada suatu hal buruk terjadi, tapi entah apa itu.”
Myungsoo,
Sunghyun dan Jungshin saling melempar pandagan. “Nanti coba kita cari tahu,
em?” Sunghyun menepuk-nepuk pundak Hanbyul berusaha menenangkan.
“Ok.”
Hanbyul mengangguk setuju.
-------
“Yiyoung
memintaku menyampaikan hal ini padamu. Ia merasa tak enak jika harus
mengatakannya langsung padamu. Kau bisa bantu kan?” Chaerin menatap Byunghun
penuh harap.
“Yiyoung
tulus ingin melakukannya?” Sela Minhwan.
“Ck!
Kau meragukannya?” Chaerin menatap kesal Minhwan.
“Wajar
bukan jika aku curiga? Bukankah kalian sangat membenci Fujiwara? Dan tiba-tiba
saja…”
“Choi
Minhwan!!!” Potong Soojung lengkap dengan ekspresi geramnya. “Kalian sendiri,
bukankah awalnya sangat membenci YOWL? Lalu sekarang?”
“Proses
yang kita alami berbeda. Apa yang kami alami sama artinya dengan tak kenal maka
tak sayang, tapi kalian?”
“Ough!”
Soojung benar geram, “Tapi intinya sama bukan?? Dulu Viceroy juga membenci YOWL
dan Fujiwara Ayumu pastinya. Jangan berlagak amnesia dengan semua itu Choi
Minhwan!”
“Jadi
sekarang kalian tak benci YOWL? Fujiwara?”
“CHOI
MINHWAN!!!!”
“Aku
tak bisa bantu.” Sela Byunghun membuat Chaerin juga Soojung tertegun
menatapnya.
“Ya,
Lee Byunghun, kau…” Chaerin tak melanjutkan perkataannya.
“Lee
Byunghun, kau… kalian sama saja! Menyebalkan!” Umpat Soojung.
“Tak
bisakah? Tak bisakah kau bantu Yiyoung?” Gantian Gyuri mengiba.
“Jika
benar tulus, lakukan sendiri. Ai bukan tipe orang yang tak bisa memaafkan orang
lain. Walau ia tampak begitu dingin, tapi Ai memiliki hati yang lembut dan
pemaaf.” Byunghun bangkit dari duduknya dan berjalan pergi.
“Berusahalah!”
Minhwan sebelum pergi menyusul Byunghun. Soojung, Chaerin dan Gyuri hanya bisa
berdiri kesal menatapnya. “Ya, Byunghun, tak mau bantu?” Minhwan sudah berjalan
di samping Byunghun.
“Senada
denganmu, aku meragukannya.”
“Eum,
benar. Aku khawatir juga tentang itu.”
***
Ai
menjenguk Yongbae usai ia melakukan check
up. Ia berdiri menatap ke dalam ruang ICU dari dinding kaca. Yongbae masih
terbaring koma di dalam sana.
“Bagaimana
hasilnya?” Minki menghampiri Ai.
“Jika
tak ada perubahan, kunjungan berikutnya aku sudah bisa menanggalkannya.”
“Syukurlah.”
Minki tersenyum lega. Minki menoleh memperhatikan Ai yang berdiri di sampingnya
menatap ke dalam ruang ICU tempat Yongbae dirawat. “Dia akan baik-baik saja
bukan?”
“Semoga.”
“Tak
melihatnya?”
“Entahlah.”
“Mengerikan
jika itu orang terdekat kita.”
“Sebaiknya
Oppa pulang dan istirahat.”
“Wooyoung
absen hari ini. Kalian merencanakan sesuatu?”
“Iya.”
“Serangan
balasan?” Minki memutar tubuhnyaa menghadap pada Ai.
“Tindakan
mereka keterlaluan. Satu orangku terbaring koma, nyawa orang kepercayaanku
diujung tanduk. Aku tak bisa mendiamkan ini. Aku akan mengibarkan bendera
perang.”
“Jiyoo…”
Minki menatap khawatir Ai, “berpikirlah dengan kepala dingin. Jangan terbawa
emosi. Walau aku selalu yakin padamu tapi kali ini… jangan gegabah. Baru kali
ini aku merasa takut dan benar khawatir padamu.”
“Tetaplah
percaya padaaku Oppa, em?” Ai balas menatap Minki, keduanya berhadapan kini.
“Aku sudah memikirkannya, semalaman. Dan jika aku tak melakukannya, aku tak
akan bisa tenang.”
Keduanya
saling menatap selama beberapa detik. Minki menghela napas panjang. “Aku akan
kembali ke florist.” Ia pamit dari hadapan Ai.
Ai
turut menghela napas panjang dan menunduk. Ia kemudian menyentuh dinding kaca
dan menatap Yongbae di dalam sana. Aku tak akan berhenti berjuang. Aku akan menuntut keadilaan untukmu, tapi
dengan caraku sendiri. Berjanjilah untuk sembuh, Dong Yongbae. Lekaslah
kembali. Bisik Ai dalam hati.
Ai duduk
di kursi tunggu dan kembali menyalakan ponselnya. Banyak panggilan masuk dari
Hanbyul, Hyuri dan Jaejoong juga sms yang membludak memasuki inbox Ai. Dari
semua, Ai tertarik pada sms yang dikirim Jaejoong. Mata bulat Ai melebar
membacanya.
“Debut
YOWL di Jeonggu Dong??” Wajah Ai mendadak pucat.
---TBC---
shytUrtle
0 comments