The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)

07:41

The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
            다음 이야기 화성 아카데사랑, 음악과
 
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미사랑, 음악과
. Author: shytUrtle
. Rate: Serial/Straight
. Cast
- Fujiwara Ayumu (
藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (
김재중)
2. Oh Wonbin (
오원빈)
3. Lee Jaejin (
이재진)
4. Kang Minhyuk (
강민혁)
- Song Hyuri (
송휴리)
- Kim Myungsoo (
김명수)
- Jang Hanbyul (
장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1


New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
   

Cinta, musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang dan hidup…
    

EPISODE #13
Menyiapkan pesta pernikahan dalam waktu sepuluh hari? Junki atas rekomendasi Gahee akhirnya setuju menyerahkan kejutan pesta pernikahan untuk Young Ah pada Ai. Usai rapat di kedai tteokbokki di ujung gang sekolah, masih ditemani Hanbyul, Ai langsung menuju florist. Ai menggelar rapat dadakan, membahas tentang pesta pernikahan Junki. Yongbae hanya diam, mendengar Ai dan Minki yang berdiskusi. Hanbyul yang duduk bergabung sesekali urun pendapat. Walau sering menerima jasa dekorasi untuk pernikahan, namun Morning Glory Florist tak pernah menangani keseluruhan dari pesta. Intinya kali ini Ai dan Morning Glory Florist dipercaya untuk menjadi EO -event organizer—dari pesta Junki.
“Oppa yakin kita mampu?” Ai masih sangsi.
“Pasti bisa! Seorang professional, pasti bisa menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan padanya dengan baik dan tepat waktu. Itulah kita!” Yongbae yakin dan penuh semangat. “Ini bukan menyombongkan diri, tapi aku tak suka melihat Nona pesimis. Lagi pula, ini adalah kesempatan emas bagi kita. Tugas awal yang kita dapat secara cuma-cuma tanpa harus capek-capek promosi. Jika kita mengerjakannya dengan baik, aku yakin berikutnya para pelanggan akan datang sendiri. Nanti saat pesta, jangan lupa letakan Ikebana di sana-sini, hehehe.”
Ai tersenyum melihat ekspresi penuh semangat Yongbae. “Yongbae saja bisa seyakin itu, masak kau tidak?” Sahut Minki. “Bagian terpenting dari sebuah pesta adalah jamuan makan. Percuma jika dekorasi indah, hiburan mewah tapi jika jamuan makan kita abaikan. Ini titik utama sebuah pesta. Menurutku.”
“Aku setuju, Hyung!” Yongbae mengamini.
“Aku pun setuju. Hah… kita akan jadi sangat sibuk.” Keluh Ai.

Hanbyul mengantar Ai, sampai di depan pintu rooftop.
“Masuk?” Ai menawarkan.
“Lain kali saja. oya, Jiyoo, kau tak keberatan jika aku akan sering-sering menemuimu? Berputar-putar disekitarmu?”
“Karena waktu kita bersama tak banyak lagi?” Hanbyul mengangguk. “Anytime.” Ai tersenyum tulus.
“Thank you,” bisik Hanbyul sumringah.
***
Mendapatkan kepercayaan Junki, Ai tak mau main-main mengerjakannya. Ia bersama tim-nya membagi waktu dan tugas karena mereka juga sibuk membangun gudang bunga di lahan kosong milik Tuan Jeon di samping rumah Paman Hwang. Ai ingin menjadi Wedding Planner yang profesional ditugas perdananya. Ai mencari informasi tentang bagaimana menjadi Wedding Planner  yang professional di internet. Bersama Minki Ai berkeliling mencari jasa catering. Negosiasi di beberapa penyedia jasa catering. Ai juga menyempatkan diri mampir ke basecamp juga melihat bagaimana pembangunan gudang bunga yang mulai dikerjakan.
Lelah seharian berkeliling, sesampainya di rooftop, Ai tak bisa istirahat memejamkan mata. Tubuhnya sangat lelah dan Ai bergelimpangan di atas kasur. Ia kembali bangun dan mendesah kesal. Ai memilih berselancar di dunia maya untuk mengusir rasa bosannya. Sesekali ia tersenyum melihat berbagai gambar dekorasi pernikahan. Ai kembali diam, memori otaknya memutar ulang kejadian sore tadi ketika Ai melintas di depan gereja yang akan menjadi tempat berlangsungnya pernikahan Junki dan Young Ah. Ai memiringkan kepala, ia tersenyum setelah sebuah ide muncul di otaknya. Ai segera membuat coretan di kertas seadanya.
Ponsel Ai bergetar menganggu keasikannya. Ai mengerutkan dahi melihat nama Kibum muncul dalam layar ponselnya. Baru saja Ai pulang, masa Kibum memintanya kembali ke basecamp? Bukankah mereka pulang bersama-sama? Ai mengabaikan panggilan Kibum, namun Kibum terus menghubunginya lagi dan lagi. Merasa ada yang janggal, Ai akhirnya menerima panggilan itu.
“Hallo,” Ai dengan nada malas-malasan. Ai tercekat. Terdiam mendengar Kibum bicara. Segera ia bangkit dari duduknya dan membangunkan Minki yang sedang terlelap di kamarnya.
-------
Ai dan Minki sampai di lahan kosong milik Tuan Jeon di samping rumah Paman Hwang. Banyak warga berkumpul. Ada  mobil kebakaran dan para staf pemadam kebakaran berusaha mematikan api. Calon gudang bunga yang terlihat baik-baik saja beberapa jam yang lalu kini ludes di lahap si jago merah. Ai juga Minki sama-sama syok.
“Ai…” Kibum menghampiri Ai. “Beruntung Paman Hwang bertindak sigap.”
“Dimana Yongbae dan yang lain?” Tanya Ai.
“Yongbae??” Kibum mengamati sekitar, “tadi dia di sini. Bahkan TOP Hyung juga kemari dengan beberapa anak buahnya. Tapi sekarang… entahlah.”
“Nona…” Shin Ae berlari mendekat. Wajahnya pucat.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Ai.
“Iya. Nona…” Shin Ae terlihat sangat sedih.
“Taka pa. bersyukur Paman Hwang bertindak gesit.” Ai tersenyum sambil menepuk pundak Shin Ae. “Kau melihat Yongbae?”
“Yongbae??” Shin Ae ganti mengamati sekitar, “mereka di sini tadi, tapi sekarang… aku tak tahu kemana mereka pergi.”
“Kau baik-baik saja?” Paman Hwang menghampiri Ai.
“Paman, maafkan aku.” Ai benar menyesal.
“Apinya padam.” Paman Hwang tersenyum menenangkan.
***
Suasana mulai tenang. Mobil pemadam kebakaran sudah pergi. Warga yang berkerumun juga sudah membubarkan diri. Paman Hwang, Shin Ae, Ai, Minki dan Kibum berdiri berjajar menatap sisa bangunan calon gudang bunga yang terbakar habis. Rangka bangunan yang telah berdiri sore tadi luluh lantak. Yang tersisa hanya arang hitam pekat basah dan asap di beberapa titik. Bibi Han dan putri tunggalnya Myeongran datang tergesa-gesa bersama Jaesuk. Ketiganya tampak syok melihat kondisi calon gudang bunga yang luluh lantak. Selang beberapa menit kemudian Tuan Jeon juga datang.
“Ini keterlaluan!” Ucap Bibi Han geram.
“Tak mengapa Bibi, bersyukur tak ada korban jiwa.” Ai tersenyum lesu. “Paman Hwang, sebaiknya Paman istirahat. Paman tampak sedang tak baik.”
“Ini seperti adegan dalam film saja.” Paman Hwang menggelengkan kepala.
“Dan Paman Hwang-lah sang Hero itu.” Ai kembali tersenyum.
“Aku tidak menyangka mereka senekat ini.” Jaesuk menggeleng keheranan.
“Ini lebih parah dari peristiwa sebelumnya, bahkan ketika Jung Jinyoung masih di sini.” Tuan Jeon ikut bicara.
“Myeongran Onni, tolong rahasiakan ini darai Hanbyul.” Pinta Ai.
“Baik, Nona.” Myeongran mengiyakan.
“Walau Myeongran tak bicara, bagaimana dengan yang lain? Ada berapa anak Jeonggu Dong yang sekolah di Hwaseong Academy?” Sela Bibi Han.
“Ada sepuluh. YOWL, Nona, Kim Kibum, Kim Taerin, Song Seunghyun dan dua anak laki-laki lagi.” Jawab Shin Ae. “Iya, hanya sepuluh ini.” Shin Ae kembali meyakinkan.
“YOWL juga tak boleh tahu.” Kata Ai.
“Mereka aku yakin aman, tapi bagaimana dengan sisanya? Taerin, Seunghyun dan dua anak lagi.” Kata Kibum.
“Harus kah kita meminta mereka untuk bungkam?” Tanya Shin Ae. Semua kembali diam.
“Aku tak melihat Yongbae dan anak buahnya.” Kata Tuan Jeon setelah beberapa detik semua terdiam. “TOP, apa dia tahu tentang ini?” Imbuhnya.
“Yongbae tak bisa dihubungi.” Minki sembari kembali mencoba menelfon Yongbae.
“Mereka tadi di sini. Karena semua panik, aku sendiri tak tahu kemana mereka kemudian pergi.” Jawab Shin Ae.
Lagi-lagi mereka terdiam. Beberapa detik kemudian ponsel Ai berdering memecah kebisuan. Ai menerima panggilan itu. Ai diam, berdiri tertegun mendengarkan seseorang di seberang sana bicara. Semua menatap penasaran pada Ai.
***
Ai dan Minki sampai di UGD rumah sakit. TOP yang duduk di kursi tunggu bangkit menyambut keduanya.
“Bagaimana ini bisa terjadi?” Tanya Minki panik.
“Kami memutuskan pergi untuk memberi terapi kejut setelah mereka melakukan penyerangan, membakar calon gudang bunga itu. Kami mengejar mereka dan menemukan mereka. Jumlah kami seimbang. Ditengah perkelahian, bantuan datang dari pihak lawan. Situasi kacau dan salah satu dari mereka menabrak Yongbae hingga terseret beberapa meter. Yongbae mengalami luka parah di kepala dan kritis. Maafkan aku…” TOP benar menyesal.
“Sudahlah, bersyukur yang lain selamat dan Yongbae segera mendapat pertolongan.” Minki menepuk pundak TOP.
Entah mendapat berita buruk ini darai siapa, Euichul tiba-tiba muncul di rumah sakit. Ia berjalan terburu-buru menghampiri Ai, Minki dan TOP. “Kau baik-baik saja??” Euichul sambil memeriksa Ai.
Euichul, Ai, Minki dan TOP duduk menunggu. Satu jam kemudian Dokter yang menangani Yongbae keluar memberi penjelasan tentang kondisi Yongbae. Yongbae berhasil melewati masa kritis, namun ia dinyatakan koma. Ai terduduk lemas mendengarnya. Euichul berusaha menguatkan sang adik. Begitu juga Minki.

Setengah jam kemudian, Euichul mengantar Ai pulang, sedang Minki tetap berada di rumah sakit. Euichul memahami apa yang dirasakan Ai saat ini. Ia turut sedih melihat Ai murung. Sesekali Euichul menoleh pada Ai yang duduk di sampingnya saat perjalanan menuju Jeonggu Dong.
“Maaf, Oppa,” Ai memcah kebisuan, “aku membuat Appa khawatir lagi pastinya.”
“Appa sudah memprediksikan hal yang terburuk karena kau terus memutuskan untuk maju merubah Jeonggu Dong. Appa benar geram, namun kami semua meredamnya. Appa akan tetap memegang janjinya, tidak akan turun tangan kecuali kau meminta.”
“Lagi-lagi aku menyusahkan banyak orang.”
Euichul yang fokus mengemudi tersenyum. “Tidak ada jalan mulus untuk tujuan mulia. Aku mendukungmu untuk maju. Berjuanglah dan jangan meminta bantuan Appa jika tak benar mendesak. Bukannya aku tak suka, tapi aku yakin kau bisa. Kelak kau akan berhasil merubah Jeonggu Dong. Aku yakin itu.”
Ai tersenyum lesu. “Terima kasih.”
“Oh, itu Wooyoung. Kemana saja dia?” Euichul saat sampai di Jeonggu Dong.
“Ada tugas khusus yang aku buat untuknya.”
Euichul pergi. Wooyoung masih berdiri di samping Ai turut menatap mobil Euichul yang melaju pergi. Wooyoung menoleh, memperhatikan Ai yang terlihat lelah.
“Sebaiknya Nona lekas istirahat. Aku akan menginap dan berjaga.” Kata Wooyoung. “Maaf, tak di sini saat penyerangan itu terjadi.”
“Kau mengatakan kau akan pergi menemui seseorang, dan ini penting. Tak mengapa. Sebenarnya Yongbae sudah memegang kendali. Hanya saja, takdir Tuhan, kita tak kuasa menolaknya.”
“Aku menemui seseorang yang berjanji memberikan jawaban tentang foto itu.”
Ai menoleh, menatap Wooyoung. Wooyoung tersenyum. “Sebaiknya kita masuk.” Ai berjalan memimpin.
“Sebaiknya kita bahas besok. Nona, harus istirahat.” Wooyoung menyusul di belakang Ai. “Nona, terlihat sangat lelah.”
“Aku baik-baik saja. Yongbae koma, ada banyak tugas, kitaa harus cekatan bertindak.”
“Bertindak??”
***
“Peristiwa semalam, benar-benar mengejutkan. Orang-orang itu, kenapa begitu nekat?” Seunghyun berangkat sekolah bersama Taerin.
“Kebarakan itu?” Taerin datar.
“Iya. Syukur tak ada korban jiwa. Hah, ini akan jadi perang besar. Semoga tak sampai ke pihak sekolah.”
“Kau dipihak siapa?” Taerin menghentikan langkahnya saat sampai di depan gerbang sekolah yang masih tertutup rapat.
“Aku…”
“Tumben pagi sekali,” Potong Shin Ae. Taerin dan Seunghyun kompak menoleh ke arah kanan. Shin Ae berjalan mendekat. “Baru kali ini aku melihat kalian datang sepagi ini.”
“Hahg! Nona Pengintai.” Taerin tersenyum mencibir.
“Kau sendiri pagi sekali dan untuk apa di sini?” Seunghyun mengamati Shin Ae dengan ekspresi heran.
“Dia adalah orang Fujiwara Ayumu.” Jawab Taerin.
“Aku tahu. Apa pagi ini dia memintamu untuk datang kemari? Memastikan berita semalam tak masuk ke sekolah?” Buru Seunghyun.
“Api jika terbawa angin akan cepat membesar, sulit untuk memadamkannya.” Shin Ae menatap bangunan megah Hwaseong Academy. “Pasti menyenangkan bisa sekolah di sini.” Shin Ae tersenyum getir.
“Kau tak perlu khawatir. Kami akan tutup mulut.” Seunghyun menyanggupi.
“Aku percaya! Apalagi Kim Taerin adalah adik seorang Kim Jaejoong, pemuda yang sangat menyanyangi Nona. Aku percaya insiden itu aman pada kalian. Tapi angin, siapa yang bisa menghentikan geraknya?” Shin Ae menatap Seunghyun lalu Taerin. “Nona hanya ingin YOWL tak mendengar tentang ini.” Shin Ae kembali berjalan dengan meletakan kedua tangan di balik punggungnya. “Semoga hari kalian menyenangkan!” Serunya kemudian.
“Dia itu gadis yang aneh.” Seunghyun menggeleng heran. “Kita harus pastikan insiden semalam tak masuk ke sekolah.”
“Tak ada untungnya bagiku.” Jawab Taerin singkat dan terdengar ketus.
***
Rekaman hari ini berjalan lancar. Rekaman perdana YOWL sebagai persiapan debut mereka. Taehee mengundang YOWL dan seluruh tim kreatifnya untuk rapat. Persiapan demi persiapan mulai terpenuhi. Jaejin menunjukan kalung pemberian Ai yang tergantung di lehernya. Ia mengusulkan agar kalung ini bisa mereka kenakan untuk pembuatan MV YOWL kelak. Taehee langsung menyetujuinya. Usul Wonbin untuk membuat tulisan YOWL dengan menggunakan fire letter pun langsung disetujui Taehee.
“Kali ini keinginan pribadiku dan kebetulan beberapa waktu yang lalu ada usulan yang masuk padaku tentang ini.” Ungkap Taehee setelah selesai pembahasan beberapa agenda rapat. “Bagaimana jika debut YOWL, kita adakanshowcase di Jeonggu Dong?” Semua menatap heran pada Taehee. “Ayolah, kenapa kalian menatapku seperti itu? Ini pemikiranku dan beberapa waktu lalu seorang Yowlism mengusulkan hal ini pula padaku. Kebetulan kami memiliki pemikiran sama. YOWL memiliki basecamp di Jeonggu Dong bukan?” Taehee menatap Jaejoong.
“Itu… milik Ai.” Jawab Jaejoong lirih.
“Ini akan lebih menggebrak. YOWL menggelar debut di tempat asal mereka Jeonggu Dong. Ya, walau sedikit tak wajar, eum, memang tak wajar. Artis baru yang debut selalu melalui penampilan live atau lipsing di televisi resmi nasional. Caliptra Seta Entertainment cukup punya kuasa, jika kalian setuju, kita akan membuat live showcase di Jeonggu Dong dan bekerjasama dengan salah satu televisi nasional. Bagaimana? Aku akan mengatur semua.”
Semua kembali diam, kemudian menatap keempat member YOWL. “Jika tim setuju, tak masalah bagi kami. Tapi jika benar memilih Jeonggu Dong, basecamp, maka kami harus membicarakan hal ini dengan Ai terlebih dahulu.” Jawab Jaejoong. “Kondisi di Jeonggu Dong, tak bisa ditebak. Khawatir jika tidak stabil. Itu saja.”
“Aku akan mengurusnya.” Taehee meyakinkan.

Ruang rapat hanya menyisakan Taehee dan Sukjin. Semua telah pergi meninggalkan ruangan ini. “Hah… ini pertama kalinya, kita benar-benar bekerjasama dengan artis kita. Mereka…. ah, Paman.” Ungkap Taehee.
“Nona terlihat amat bersemangat. Aku perhatikan anak-anak YOWL mulai nyaman bekerjasama dengan Nona.” Sukjin tersenyum.
“Aku tak akan sanggup mengurus mereka sendiri. Aku butuh bantuan Paman.”
“Sampai mereka mencapai puncak, seperti janjiku pada Nona dan pada sahabatku, Yoo Jaesuk.”
“Hah, ini pertama kalinya aku merasa benar sebagai keluarga bagi artisku. Aku ingin yang lain juga merasakan demikian. Apa bisa?”
-------
“Debut di Jeonggu Dong, bukankah ini keren?? Kenapa kau malah ragu?” Minhyuk menyikut Jaejoong.
“Entahlah. Hanya saja aku merasa… mungkin benar Jeonggu Dong sedang tak stabil. Atau hanya perasaanku saja.”
“Coba saja hubungi Vampire Ai atau Taerin.” Usul Jaejoong.
“Nanti, saat jam sekolah usai.” Jaejoong menyanggupi dan semua diam tanda setuju.
***
“Ai tak masuk, begitu juha Wooyoung. Apa terjadi sesuatu? Semua baik-baik saja kan?” Buru Hyuri pada Kibum. “Myungsoo mengirim pesan, Hanbyul panik karena tak melihat Ai di sekolah dan aku mencoba menghubungi Ai tapi ponselnya tidak aktif. Ada apa sebenarnya?”
“Semua baik saja. Hari ini Ai ada jadwal check up.” Jawab Kibum singkat. “Doakan saja hasilnya baik. Ai mulai bosan pada tangan kirinya. Dan Wooyoung tak masuk juga, aku tak tahu kenapa.”
“Benar seperti itu?” Hyuri menatap curiga pada Kibum.
“Iya, benar! Tanyakan saja pada Dokter Song. Tadi pagi aku bertemu dengan Dokter Song, semalam Dokter Song menelpon Ai perihal check up itu dan pagi ini Dokter Song mengatakan padaku jika beliau akan pergi menemani Ai.”
-------
“Ai pergi check up, Dokter Song ada bersamanya.” Myungsoo membaca pesan singkat yang baru saja dikirim Hyuri padanya.
“Kenapa sampai mematikan ponselnya?” Gumam Hanbyul kesal.
“Khawatirmu yanag terlalu berlebihan.” Sunghyun merangkul Hanbyul.
“Entahlah, dari semalam perasaanku benar tak baik dan terus memikirkan Jiyoo. Aku merasa aneh, seolah ada suatu hal buruk terjadi, tapi entah apa itu.”
Myungsoo, Sunghyun dan Jungshin saling melempar pandagan. “Nanti coba kita cari tahu, em?” Sunghyun menepuk-nepuk pundak Hanbyul berusaha menenangkan.
“Ok.” Hanbyul mengangguk setuju.
-------
“Yiyoung memintaku menyampaikan hal ini padamu. Ia merasa tak enak jika harus mengatakannya langsung padamu. Kau bisa bantu kan?” Chaerin menatap Byunghun penuh harap.
“Yiyoung tulus ingin melakukannya?” Sela Minhwan.
“Ck! Kau meragukannya?” Chaerin menatap kesal Minhwan.
“Wajar bukan jika aku curiga? Bukankah kalian sangat membenci Fujiwara? Dan tiba-tiba saja…”
“Choi Minhwan!!!” Potong Soojung lengkap dengan ekspresi geramnya. “Kalian sendiri, bukankah awalnya sangat membenci YOWL? Lalu sekarang?”
“Proses yang kita alami berbeda. Apa yang kami alami sama artinya dengan tak kenal maka tak sayang, tapi kalian?”
“Ough!” Soojung benar geram, “Tapi intinya sama bukan?? Dulu Viceroy juga membenci YOWL dan Fujiwara Ayumu pastinya. Jangan berlagak amnesia dengan semua itu Choi Minhwan!”
“Jadi sekarang kalian tak benci YOWL? Fujiwara?”
“CHOI MINHWAN!!!!”
“Aku tak bisa bantu.” Sela Byunghun membuat Chaerin juga Soojung tertegun menatapnya.
“Ya, Lee Byunghun, kau…” Chaerin tak melanjutkan perkataannya.
“Lee Byunghun, kau… kalian sama saja! Menyebalkan!” Umpat Soojung.
“Tak bisakah? Tak bisakah kau bantu Yiyoung?” Gantian Gyuri mengiba.
“Jika benar tulus, lakukan sendiri. Ai bukan tipe orang yang tak bisa memaafkan orang lain. Walau ia tampak begitu dingin, tapi Ai memiliki hati yang lembut dan pemaaf.” Byunghun bangkit dari duduknya dan berjalan pergi.
“Berusahalah!” Minhwan sebelum pergi menyusul Byunghun. Soojung, Chaerin dan Gyuri hanya bisa berdiri kesal menatapnya. “Ya, Byunghun, tak mau bantu?” Minhwan sudah berjalan di samping Byunghun.
“Senada denganmu, aku meragukannya.”
“Eum, benar. Aku khawatir juga tentang itu.”
***
Ai menjenguk Yongbae usai ia melakukan check up. Ia berdiri menatap ke dalam ruang ICU dari dinding kaca. Yongbae masih terbaring koma di dalam sana.
“Bagaimana hasilnya?” Minki menghampiri Ai.
“Jika tak ada perubahan, kunjungan berikutnya aku sudah bisa menanggalkannya.”
“Syukurlah.” Minki tersenyum lega. Minki menoleh memperhatikan Ai yang berdiri di sampingnya menatap ke dalam ruang ICU tempat Yongbae dirawat. “Dia akan baik-baik saja bukan?”
“Semoga.”
“Tak melihatnya?”
“Entahlah.”
“Mengerikan jika itu orang terdekat kita.”
“Sebaiknya Oppa pulang dan istirahat.”
“Wooyoung absen hari ini. Kalian merencanakan sesuatu?”
“Iya.”
“Serangan balasan?” Minki memutar tubuhnyaa menghadap pada Ai.
“Tindakan mereka keterlaluan. Satu orangku terbaring koma, nyawa orang kepercayaanku diujung tanduk. Aku tak bisa mendiamkan ini. Aku akan mengibarkan bendera perang.”
“Jiyoo…” Minki menatap khawatir Ai, “berpikirlah dengan kepala dingin. Jangan terbawa emosi. Walau aku selalu yakin padamu tapi kali ini… jangan gegabah. Baru kali ini aku merasa takut dan benar khawatir padamu.”
“Tetaplah percaya padaaku Oppa, em?” Ai balas menatap Minki, keduanya berhadapan kini. “Aku sudah memikirkannya, semalaman. Dan jika aku tak melakukannya, aku tak akan bisa tenang.”
Keduanya saling menatap selama beberapa detik. Minki menghela napas panjang. “Aku akan kembali ke florist.” Ia pamit dari hadapan Ai.
Ai turut menghela napas panjang dan menunduk. Ia kemudian menyentuh dinding kaca dan menatap Yongbae di dalam sana. Aku tak akan berhenti berjuang. Aku akan menuntut keadilaan untukmu, tapi dengan caraku sendiri. Berjanjilah untuk sembuh, Dong Yongbae. Lekaslah kembali. Bisik Ai dalam hati.
Ai duduk di kursi tunggu dan kembali menyalakan ponselnya. Banyak panggilan masuk dari Hanbyul, Hyuri dan Jaejoong juga sms yang membludak memasuki inbox Ai. Dari semua, Ai tertarik pada sms yang dikirim Jaejoong. Mata bulat Ai melebar membacanya.
“Debut YOWL di Jeonggu Dong??” Wajah Ai mendadak pucat.


---TBC---
 
  shytUrtle

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews