¤ Bilik shytUrtle - Apa bedanya? ¤

04:12

tempurung kUra-kUra, 20.12.2012.



Jangan pernah Anda membandingkannya, karena itu sangat menyakitkan.


Kenapa terus di bandingkan? Memang apa sih bedanya? Kenapa penulis yang menerbitkan naskah secara 'indie' sering di pandang sebelah mata? Dan parahnya di bandingkan dengan penulis-penulis yang bukunya sudah terpampang rapi di toko-toko buku besar dan bermerk.

Ini hanya sekedar menuangkan apa yang ada di benak saya. Tidak bermaksud mengadili atau membandingkan atau istilah kejam lainnya. Ma'af jika ada yang tidak berkenan.


Based on true story.

Apa yang saya alami dan saya rasakan sebagai penulis amatiran. Hasil tulisan saya hanya mentok posting di fb dan blog yang amat sangat sepi sekali pakek banget. Walau hobi nulis sejak kelas 3 SMP, saya baru berani ngeksis di dunia maya pada 12 Oktober 2009. Dua tahun berjalan, baru pada agustus 2011 saya mendapat kesempatan menerbitkan buku secara indie. Saya mensyukurinya walau hanya secara indie atau self publisher. Penghujung tahun ini, alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan yang sama, menerbitkan buku melalui self publisher lagi.

Rasa puas itu tidak ada. Tidak mungkin jika seorang penulis tidak ingin menembus penerbit mayor. Tidak mungkin jika seorang penulis tidak ingin buku-buku karyanya di pajang di toko-toko buku ternama dan di kenal banyak orang. Saya pun demikian karena saya juga manusia biasa. Saya pengen naskah saya bisa di terima penerbit mayor. Saya pengen buku-buku saya terpajang di toko buku ternama dan di kenal banyak orang. Sangat manusiawi bukan?

Ketika menemukan seseorang, yang saya sendiri tak tahu apakah seseorang itu gemar membaca atau tidak, memberikan komentar. Mungkin bagi dia komentar tersebut biasa, namun bagi saya, komentar tersebut layaknya silet tajam yang memotong urat nadi. Perih dan sakit, itu yang saya rasakan.

Apa buruknya jika menerbitkan buku secara indie? Seolah kami kaum tak berkelas dengan karya tak bermutu. Saya menawarkan barang memang dengan harapan agar barang saya laku, di beli. Dan memang hak Anda untuk menolak. Tapi tidak bisakah Anda menggunakan kata yang lebih baik dan sopan? Kata yang tak menyakiti hati pembacanya.

Sungguh pemikirakan dangkal. Menilai buku hanya dari gambar sampulnya. Saya tidak merasa tulisan saya memang sangat bagus. Tapi buku yang telah di terbitkan tersebut adalah hasil kerja keras yang terbaik yang bisa saya lakukan. Terima kasih. Komentar Anda memberikan warna di antara ucapan selamat dan dukungan yang saya terima.


Memang apa bedanya?

Menurut saya secara proses adalah sama. Karena kelahiran sebuah buku, sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis. Bedanya hanya pada media penerbitan, mayor atau self/indie. Jelas jika mayor Anda tak perlu merogoh kocek terlalu banyak dan buku Anda akan dengan mudah di kenal orang -di kenal orang yang suka baca pastinya- dan mudah di cari karena di toko-toko buku sudah terjual bebas. Kalau indie, memang sedikit ribet, namanya juga indie jadi semua sebisa mungkin di lakukan secara mandiri.

Tolong jangan meremehkan para penulis indie. Mereka sesungguhnya adalah seniman sejati yang menikmati bagaimana itu berkarya yang sebenarnya. Ada banyak penulis indie yang melahirkan buku-buku hebat yang menurut saya tak kalah hebat dari buku-buku yang ada di toko buku ternama.

Para penulis yang berhasil menembus penerbit mayor adalah para penulis yang sudah menemukan keajaiban dari kerja keras mereka. Dan para penulis indie bukanlah para penulis kerdil dengan karya kerdil. Mereka adalah orang-orang yang berusaha mengejar keajaiban dari kerja keras mereka. Jadi sekali lagi tolong, jangan meremehkan para penulis indie. Suatu sa'at jika mereka meraih keajaiban itu, tidak menutup kemungkinan Anda akan menjadi salah satu orang yang mengidolakan buku karya tulisnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan Anda akan mengaku-ngaku sebagai teman dekat atau saudaranya. Sa'at itu terjadi, apakah Anda tidak malu pada cibiran Anda sebelumnya?

Garis nasib seseorang itu tidak terduga. Alangkah baiknya jika kita bertindak dan bersikap lebih bijak. Karena apa yang terjadi esok, hanya Tuhan yang tahu.


Don't give up! Keep on fighting!


.shytUrtle.

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews