Fan Fiction FF

The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)

04:43

The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
            다음 이야기 화성 아카데사랑, 음악과
 
 
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미사랑, 음악과
. Author: shytUrtle
. Rate: Serial/Straight
. Cast
- Fujiwara Ayumu (
藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (
김재중)
2. Oh Wonbin (
오원빈)
3. Lee Jaejin (
이재진)
4. Kang Minhyuk (
강민혁)
- Song Hyuri (
송휴리)
- Kim Myungsoo (
김명수)
- Jang Hanbyul (
장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1


New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
   

Cinta, musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang dan hidup…

EPISODE #1
Di sudut ini, menatap hitamnya langit malam, semakin merasa terpuruk. Melihat dan mendengar bingkai-bingkai kenangan ketika kita bersama. Entah perasaan apa ini. Ada yang hilang. Sepertiga dari hidupku… pergi. Untuk pertama kalinya aku merasa kesepian dan takut. Aku merasa kerdil dan rapuh. Inikah yang dulu juga kalian rasakan ketika aku pergi? Kini aku sedang menuai karma dari apa yang telah aku buat sebelumnya? Benarkah? Baiklah… aku akan menerimanya, harus berusaha menerima bukan hanya mencoba. Baik-baiklah di sana, karena di sini aku selalu mengawasi kalian.
***
            Penonton berdesakan di depan panggung. Bergoyang dan tak jarang tubuh mereka saling bertabrakan. Alunan musik rock and roll memenuhi seluruh sudut gedung megah ini. Penuh semangat para pemain musik beraksi diatas panggung. YOWL, Kim Jaejoong, Oh Wonbin, Lee Jaejin, Kang Minhyuk dan Fujiwara Ayumu –Ai-. Gebukan drum Minhyuk, alunan bass Jaejin, dawai melody Wonbin, dentingan keyboard Ai menyatu mengiringi vocal Jaejoong membawakan lagu Dr.Stein-Helloween. Yowlism, fans fanatic YOWL bergoyang dan turut bernyanyi penuh semangat memberi dukungan penampilan atraktif YOWL.
            “Jiyoo… Jiyoo…” Samar-samar suara pria itu terdengar. “Jiyoo-ya…” Suara itu semakin jelas terdengar di telinga Ai dan kali ini di tambah goyangan di lengan kanan Ai. “Jiyoo, ayo bangun.”
            Perlahan Ai bergerak, mulai membuka matanya. Bukan gedung megah yang penuh sesak terisi Yowlism saat YOWL tampil beserta hingar bingar musiknya. Ai terbangun dari tidurnya. “Oh, Oppa.” Ai segera duduk ketika mendapati wajah Jinwoon begitu dekat dengannya. Jinwoon kembali menegakan badannya. “Sejak kapan Oppa di sana?”
“Semalaman kau tidur di balkon kamarmu?” Jinwoon balik bertanya.
“Nee??” Ai kemudian mengamati sekitar. “Ah, maaf. Aku tertidur semalam.”
Jinwoon menggelengkan kepala sambil membereskan barang-barang milik Ai. “Jangan di ulangi lagi. Aku tak mau sakitmu makin parah.”
“Aku baik saja Oppa. Hanya ini saja.” Ai kembali menatap tangan kirinya yang masih terbungkus gips.
“Sarapan sudah siap.”
“Nee. Sebentar lagi aku menyusul.”
Ai membasuh wajahnya lalu menatap bayangan dirinya di cermin. Tangan kirinya masih terbalut gips. Kecelakaan itu masih menyisakan luka. Tak hanya pada fisik Aia, namun juga batinnya. Ai tertunduk. Teringat perpisahan bersama YOWL tiga hari yang lalu. Masih merasakannya, sejak perpisahan itu. YOWL yang harus masuk asrama Caliptra Seta Entertainment untuk memulai pendidikan mereka sebelum resmi debut nanti. Ai kembali mengangkat kepala, menatap bayangannya. Ia tersenyum getir, meninggalkan kesedihan itu dalam cermin di kamar mandi.
Keluarga Jung berkumpul di ruang makan. Ai berjalan mendekat dan segera di sambut hangat oleh Hyunjung –Go Hyunjung- sang mama. Jung Jinyoung, kepala keluarga Jung tersenyum manis menyambut putri bungsunya. Jinwoon mempersiapkan kursidan membantu Ai duduk. Sedang Euichul sibuk memotong roti menjadi potongan-potongan kecil untuk Ai. Sejak pindah ke rumah besar ini tiga hari yang lalu, Ai mendapatkan perlakuan ini dari kedua kakaknya, Euichul dan Jinwoon. Keduanya tak mau kalah dari Jinyoung dan Hyunjung, kedua orang tua mereka, untuk memanjakan Ai.
“Kau terlihat murung pagi ini. Apa terjadi sesuatu?” Jinyoung memulai obrolan di ruang makan pagi ini. “Kami sudah menyiapkan home schooling untukmu dan juga Dokter yang akan merawatmu secara intensif.”
“Nee??” Ai segera menatap Jinyoung.
“Kenapa? Kau tidak suka?”
“Maaf. Aku tidak mau.” Tolak Ai tanpa basa-basi. “Akan sangat emmbosankan jika aku tidak ke sekolah. Appa jangan khawatir. Aku baik-baik saja.”
“Jinwoon tidak akan bisa menjagamu dengan baik di sekolah. Jadi lebih baik kau setujui saja program home schooling ini.” Kata Euichul.
“Hyung!” Protes Jinwoon. “Aku bisa menjaga Jiyoo dengan baik. Hanya saja Hyung tahu sendiri kan bagaimana dia?”
Ai tersenyum melihat keluarganya. “Apa kau yakin kau akan baik saja saat kembali ke sekolah?” Hyunjung masih khawatir.
“Pasti Omma, jangan khawatir.” Ai tersenyum tulus meyakinkan. “Appa, boleh aku minta sesuatu?”
“Em? Apa itu?” Jinyoung menaruh perhatian pada Ai.
“Bolehkah, Dokter Song merawatku?”
“Dokter Song??”
“Dokter Hwaseong Academy. Jiyoo lumayan akrab, itu yang aku tahu.” Jawab Jinwoon.
Jinyoung mengangguk paham. “Jika Dokter Song setujum, kenapa tidak? Appa akan mengurusnya untukmu. Tapi, apakah kau yakin akan kembali ke sekolah? Secepat ini?”
“Sudah terlalu lama aku cuti. Aku bisa mati karena bosan. Appa, Omma, tolong jangan khawatir. Di sana ada Wooyoung juga Kibum bersamaku.”
“Aku juga akan menjaganya.” Jinwoon tersenyum lebar.
“Hah. Baiklah. Berangkatlah bersama Jinwoon pagi ini.” Jinyoung akhirnya menyerah, begitu juga Hyunjung dan Euichul.
“Kau harus benar-benar menjaga Jiyoo.” Euichul menegaskan pada Jinwoon.
“Nee, Hyung.”
Ai tak bisa menolak lagi. Pagi ini ia sudah melakukan banyak protes. Akhirnya ia berangkat ke sekolah bersama Jinwoon.
***
Hwaseong Academy menjalankan aktifitasnya. Seperti biasa. Murid-murid, penjaga gerbang dan staf pengajar melakukan kebiasaan ini seperti sebelumnya. Oh, tidak. Ada sedikit perubahan. Sedikit saja. Poster YOWL, Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk terpampang di majalah dinding sekolah lengkap dengan artikel yang membahas tentang mereka. YOWL adalah bintang baru Hwaseong Academy.
“Ya, Kibum~aa!” Yoseob –Yang Yoseob- merangkul Kibum yang tengah duduk melamun menatap keluar jendela kelasnya. “Fujiwara, kami sangat ingin menjenguknya. Apa siang ini kau bisa membawa kami ke Jeonggu Dong? Ke rumah Fujiwara.”
“Ai tidak ada di Jeonggu Dong.” Jawab Kibum –Kim Kibum (Key)- malas-malasan.
“Tidak ada??”
“Dia ada di suatu tempat yang dia taak ingin kalian bahkan aku datang ke sana. Maaf.”
“Dia itu, selalu saja rumit.” Sahut Hongki yang kemudian duduk di samping Yoseob. “Tapi, Fujiwara akan kembali ke sekolah kan?”
“Tentu saja. Ai ingin segera kembali ke sekolah. Itu yang terakhir aku terima pesan singkatnya.”
“Aku sedikit mengkhawatirkan Fujiwara. Setelah kecelakaan itu dan perginya YOWL tanpa dirinya. Ini tidak akan mudah baginya. Bagaimanapun juga, Fujiwara tetaplah seorang anak perempuan.”
“Ish! Perhatian sekali pada Fujiwara.” Hongki memukul pelan pundak Yoseob.
“Terima kasih turut merasakan hal itu. Mohon dukungan bagi Ai. Tapi tak perlu mengungkapkan langsung padanya. Hah, kalian paham kan bagaimana Ai?” Kata Kibum yang di setujui anggukan kepala Yoseob juga Hongki.
--------
“Bagaimana keadaan Ai?” Sunghyun –Woo Sunghyun (Kevin UKISS)- menghampiri Hanbyul yang duduk sendiri di kelas.
“Tiga hari ini, sejak ia tinggal bersama keluarga Jung, belum ada balasan dari semua pesan yang aku kirim. Bahkan ia tak mau menerima panggilanku.” Hanbyul –Jang Hanbyul- lesu.
“Pantas kau terlihat begini kacau. Ya, Jang Hanbyul, kau benar menyukai gadis ini?”
“Em?” Hanbyul menoleh, menatap heran Sunghyun.
“Kau ingin tetap berada di sisinya? Fujiwara Ayumu?”
“Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal ini?”
“Ai bukanlah gadis seperti gadis kebanyakan. Kau tahu bagaimana orang menyebutnya bukan? Gadis aneh dan sebagainya. Ia berbeda dan menurutku tidak akan mudah untuk bisa bertahan di sisinya.”
“Kau meragukan aku?”
“Entahlah. Hanya saja kau harus tahan pada sikap-sikapnya.”
“Hah… dia itu memang sangat sulit di jangkau. Gadisku ini, apa bisa aku menjaganya dengan baik?”
“Semua heboh tentang YOWL.” Minhwan –Choi Minhwan- masuk bersama ke kelas bersama Byunghun, Jungshin dan Myungsoo.
“Ya, Hanbyul-ya. Bagaimana keadaan Fujiwara?” Tanya Byunghun –Lee Byunghun (L.Joe)-. “Myungsoo tak tahu, begitu yang di katakan Hyuri bukan?” Myungsoo segera mengangguk membenarkan.
“Dia akan kembali ke sekolah bukan? Hyuri juga khawatir tentang hal ini.” Sambung Myungsoo –Kim Myungsoo (L Infinite)-
“Melihat ekspresimu, apa terjadi hal buruk?” Jungshin –Lee Jungshin- tak kalah penasaran. Sejenak suasana menjadi hening. Keempat member Viceroy ini menatap Hanbyul.
“Sudah tiga hari ini, sejak Ai pindah ke rumah keluarga Jung, Hanbyul tak mendapatkan kabar Ai.” Sunghyun memecah kebisuan. Kelima kemudian menatap Hanbyul yang terdiam.
-------
Daehyun –Jung Daehyun- berjalan dengan langkah penuh percaya diri. Ia tersenyum bangga ketika melewati majalah dinding sekolah. Ia bangga poster YOWL terpampang di majalah dinding sekolah. Hal ini mengingatkannya pada kejayaan Stardust kala itu.
“Kau lihat! Apa yang aku katakan akhirnya terbukti juga. YOWL pasti akan menjadi bintang besar. Jiyoo Fujiwara bahkan  melebihi Jinwoon Hyung bersama Stardust.” Ungkap Daehyun.
“Fujiwara Ayumu? Jung Jinwoon? Kenapa kau membandingan mereka? Dan sampai hari ini kau masih menyebut Fujiwara Ayumu dengan Jiyoo Fujiwara.” Komentar Taemin –Lee Taemin-.
“Ah, tidak ada. Aku sangat mengagumi Jiyoo Fujiwara, maksudku Ai, Fujiwara Ayumu, dan Jinwoon Hyung adalah sepupuku yang juga memiliki band di sekolah ini, Stardust. Menurutku prestasi YOWL lebih mengejutkan dari Stardust. Yah, mereka memang sama-sama hebat.”
“Aneh rasanya melihat YOWL hanya dengan empat member. Pada akhirnya mereka akan pergi tanpa Fujiwara Ayumu, Ai, pendiri YOWL itu sendiri.” Jieun –Lee Jieun (IU)- ikut berkomentar. “Bagaimana kabar Fujiwara?” Ia seolah bertanya pada dirinya sendiri dan berjalan pergi.
“Benar yang di katakan Jieun, tanpa adanya Jiyoo Fujiwara di sana, YOWL terlihat aneh.” Daehyun mendadak murung.
“Kau ini sebenarnya pendukung siapa?” Tanya Taemin membuat Daehyun mengangkat kepala dan menatapnya heran. “Yang aku dengar setelah kemenangan YOWL tanpa Fujiwara, Yowlism pecah. Pendukung setia Fujiwara dan YOWL berempat.”
“Ah, benarkah? Aku tak tahu tentang itu.”
Taemin menggeleng lalu kembali berjalan sementara Daehyun mengomel dan mengejarnya.
-------
“YOWL benar-benar meraung sekarang, dan raungan mereka memenuhi semua tempat. Sekolah, dunia di luar sana dan dunia maya. Mereka yang telah tenar di jalanan bahkan sebelum mereka debut, semakin menjadi-jadi saja.” Chaerin –Lee Chaerin (CL)- menggeleng heran.
“Bahkan sekolah ini… hah!” Gyuri –Park Gyuri- terlihat kesal.
“Kalian tak suka?” Tanya Jieun. “Um, itu memang hak kalian.” Imbuh Jieun sebelum yang lain memberi jawaban.
“Yiyoung, dia dimana?” Tanya Soojung –Jung Soojung (Krystal)-. “Aku tak melihatnya sejak aku datang.”

Yiyoung –Noh Yiyoung (E-Young)- duduk sendiri di taman sekolah dan memainkan ponsel di tangannya. YOWL tidak hanya memenuhi sekolah ini, tapi seluruh Seoul. Begitu menurut Yiyoung. Sejenak ia kembali teringat wajah Jaejoong. Pemuda yang pernah mati-matian mengejarnya namun Yiyoung selalu mengabaikannya. Kemudian Yiyoung teringat ekspresi pemuda itu ketika Jaejoong mengantar Junhyung yang babak belur padanya. Ada perasaan aneh yang Yiyoung rasakan belakangan ini.
***
Jam pelajaran berlangsung. Moonsik –Lee Moonsik- sang penjaga gerbang sekaligus penjaga sekolah kembali ke kediamannya sejenak untuk mengambil air minum. Moonsik sangat terkejut melihat seseorang tengah berbaring di ranjangnya. Moonsik perlahan bergerak mendekat. Selama ini yang secara diam-diam suka tidur di rumah mungil Moonsik hanyalah Ai, Fujiwara Ayumu. Namun bukankah gadis itu sedang sakit? Moonsik terbelalak kemudian mengerjapkan kedua matanya. Ia tak percaya pada apa yang di lihatnya.
“Nona Fujiwara?” Bisik Moonsik. “Darimana ia masuk??” Masih keheranan.
Tubuh Ai bergerak. Gadis itu terbangun. Moonsik sedikit menjauh. Ai tersenyum ketika membuka mata dan mendapati Moonsik sedang mengamatinya. “Annyeong…” Sapa Ai.
“Non-nona, ini benar-benar kau? Nona Fujiwara Ayumu?”
“Paman tidak punya kipas angin? Panas sekali di sini.”
“Bagaimana Nona bisa sampai di sini?? Aku tak melihat Nona memasuki gerbang.”
“Jalan yang pernah di tunjukan Jaejin padaku.”
“Nona melompat pagar?? Dengan satu tangan seperti ini??”
“Paman aku haus.”
Moonsik masih menatap heran Ai. Benarkah gadis ini melompat pagar? Dengan satu tangan masih terbungkus gips ini? Moonsik tak bisa membayangkannya, tapi kenyataan menjawabnya. Di sinilah Ai sekarang berada.
“Nona tidak ke kelas?”
“Aku malas.”
“Lalu untuk apa Nona ke sekolah?”
“Aku bosan dan tidak bisa kabur dari rumah besar itu.”
“Rumah besar??”
“Paman. Apa hari ini Dokter Song ada di klinik?”
-------
Joongki –Song Joongki- fokus di balik kemudi. Ia menoleh, kembali menatap Ai. Lagi-lagi Joongki menggelengkan kepala. “Kau mau kita pergi kemana? Ah, kau ini merepotkan saja.”
“Aku hanya minta bertemu tapi Dokter malah mengajakku pergi.” Jawab Ai santai.
“Jika tidak mau kenapa kau tidak menolaknya?”
“Siapa yang tiba-tiba panik.”
“Jadi ini salahku??”
“Kita akan kemana?”
“Hah! Kau ini! Ke rumahku!”
“Rumah Dokter Song?”
“Kau mau ke Jeonggu Dong??”
“Ya sudah, ke rumah Dokter Song saja.”
Joongki membawa Ai ke rumahnya. Rumah mungil dengan desain unik yang langsung membuat Ai tersenyum ketika menatapnya. Ini pertama kalinya Ai berkunjung ke rumah Joongki. Ai sudah di sambut suasana nyaman dan bersahabat. Ai tersenyum menemukan tanaman hias yang ia hadiahkan pada Joongki tumbuh dengan baik di sana.
“Kau bisa tinggal sampai jam sekolah usai.” Kata Joongki.
“Bagaimana jika kekasih Dokter kemari dan menemukan aku?”
“Kekasih? Kau adalah wanita asing pertama yang aku ajak kemari. Sebelumnya hanya Hyuri yang sering kemari.”
“Ish! Benarkah??” Goda Ai. “Tadi aku meminta Paman Moonsik menemui Dokter, karena ada hal yang ingin aku sampaikan. Tapi Dokter malah buru-buru menarikku pergi.”
“Ehem! Aku pikir kau benar-benar ingin pergi.”
“Aku tidak ingin Dokter lain merawatku. Selama ini aku benci pada Dokter, semua Dokter bahkan kata Dokter. Tapi, aku merasa nyaman saat Dokter Song merawatku. Jadi… bisakah Dokter Song merawatku? Seperti sebelumnya.”
Joongki terdiam. Ia terlihat sedikit terkejut. Joongki menatap Ai begitu sebaliknya. Joongki kemudian tersenyum manis. “Tentu saja. Bukankah aku sudah janji padamu.” Keduanya kemudian tersenyum bersama.
***
Hyuri –Song Hyuri- bertemu Kibum dan Wooyoung di perempatan koridor. Ketiganya berhenti di sana. Mereka mendapatkan sms dari Joongki yang meminta mereka menunggu di sana.
“Kalian berkumpul di sini? Ada apa?” Tanya Byunghun yang lewat bersama Minhwan, Hanbyul dan Myungsoo.
“Joongki Oppa meminta kami kemari. Tapi sepertinya semua sudah pergi.” Jawab Hyuri.
“Sepertinya kami yang terakhir.” Kata Minhwan.
“Kita tunggu sebentar saja. Dokter Song biasanya pulang paling akhir bukan?” Kata Wooyoung –Jang Wooyoung-.
Hyuri mengangguk setuju, begitu juga Kibum. Bahkan keempat member Viceroy, Myungsoo, Hanbyul, Byunghun dan Minhwan juga turut bertahan. 10 menit berlalu namun belum ada tanda-tanda kemunculan Dokter Song. Hyuri mulai gusar dan mencoba menelfon Joongki namun ponsel Joongki tak aktif. Hyuri makin kesal di buatnya.
            “Apa yang kalian lakukan berkumpul di sini?”
            Terdengar suara yang amat tak asing itu. Semua membalikan badan. Ai sudah berdiri di sana lengkap dengan senyumnya. Hyuri terlebih Hanbyul benar di buat terkejut melihat Ai. Hyuri bergegas mendekat dan memeluk Ai.
            “Kau di sini?” Hyuri benar tak percaya.
            “Kau mengundang mereka?” Ai balik bertanya.
            “Jadi sms itu… kau??”
            “Kau di sekolah tapi kau tak masuk kelas.” Protes Kibum kesal.
            “Senang melihatmu kembali.” Sapa Byunghun.
            “Maaf membuat kalian menunggu. Aku melihat kebetulan itu, kenapa kalian bertahan?” Ai kemudian menatap Hanbyul yang terlihat sumringah. “Kita pulang!”
            “Tunggu! Kita pulang??” Tanya Kibum.
            “Susah payah aku membujuk Jinwoon Oppa. Aku seperti tahanan saja. Hidup di sana… hah! Aku rindu Jeonggu Dong.”
            “Bagaimana jika Tuan Besar marah pada Tuan Muda Jung Jinwoon?” Wooyoung khawatir.
            “Itu tidak akan terjadi. Atau aku akan bunuh diri.”
            “Eh??” Hanbyul tiba-tiba memegang tangan kanan Ai. Gadis itu tersenyum meringis.
            “Aku ikut bersamamu ke Jeonggu Dong. Setidaknya sampai para bodyguard itu membawamu kembali ke rumah keluarga Jung. Ya, ya…” Rengek Hyuri.
            “Bagaimana kalau kita pergi bersama-sama?” Usul Byunghun. “Pasti menyenangkan bukan?”

Mereka berjalan bersama meninggalkan sekolah menuju Jeonggu Dong yang jaraknya bisa di tempuh dengan berjalan kaki dari sekolah. Langkah rombongan ini tiba-tiba terhenti. Ada segerombolan orang yang sengaja mencegat mereka. Satu orang yang sepertinya menjadi pemimpin mereka dan tujuh orang anak buahnya. Ai mengerutkan dahi. Ia mengenal orang-orang ini. Preman yang gemar menarget anak sekolah dan belakangan telah di kalahkan YOWL.
“Mereka kembali.” Bisik Kibum sedikit khawatir. Hanya ada Wooyoung di sini.
“Siapa mereka?” Tanya Wooyoung berbisik.
“Para pembangkang.” Jawab Ai.
“Lihat siapa mereka? Oh, gadis ini… Fujirawa Ayumu itu? Hey, ada apa dengan tanganmu? Kemana keempat anak buahmu itu?” Kata leader dari kelompok preman ini mengejek.
“Kalian membuat kekacauan lagi di sini?” Tanya Ai datar.
“YOWL sudah pergi. Kami bosan dan ingin bermain-main. Kau keberatan?”
“Bukankah kalian berjanji untuk berhenti membuat kekacauan di sini.”
“Benarkah? Kapan itu? Ya, sebaiknya kau tak ikut campur urusan kami lagi! Kau sudah berakhir, Fujiwara Ayumu.”
“Kalian yang akan berakhir.”
“Apa?? Apa aku tidak salah dengar?? Ok. Ayo kita lihat. Siapa yang akan berakhir.”
Kelompok itu menyebar. Mengepung Ai dan teman-temannya. Sadar akan di serang, Wooyoung dan Byunghun segera membuat perlindungan. Myungsoo dan Hanbyul juga melakukan hal yang sama.
“Byunghun-aa, apa kau bisa di andalkan?” Tanya Wooyoung.
“Aku tak pernah berkelahi dengan cara seperti ini.”
“Aish! Ya, Kibum-aa, kau lindungi Nona.”
“Nee?? Kita serang mereka bersama-sama, Minhwan, kau bawa Hyuri dan Nona keluar dari lingkaran ini, bantu Kibum. Kau paham?”
“Nee, nee… arasho.” Suara Minhwan bergetar.
“Lee Byunghun, Jang Hanbyul, Kim Myungsoo, aku butuh bantuan kalian.” Byunghun, Hanbyul dan Myungsoo mengangguk paham.
Perkelahian tak bisa di hindari. Rencana awal Wooyoung berhasil. Minhwan berhasil mendorong Ai, Kibum dan Hyuri keluar kepungan. Ai membawa Hyuri yang ketakutan menjauh. Sementara Kibum yang turut di belakangnya berusaha menelfon Minki juga Yongbae, meminta bantuan.
“Kau jaga Hyuri.” Kata Ai tiba-tiba.
“Nee?? Ya!! Aish!!” Kibum makin panik melihat Ai maju.
“Kibum. Lakukan sesuatu!” Hyuri ketakutan.
Ai ikut dalam perkelahian. Ia tak bisa diam melihat teman-temannya berkelahi melawaan preman-preman yang notabene punya masalah dengannya, YOWL. Wooyoung kualahan. Byunghun yang nyata-nyata jago taekwondo tak bisa di andalkan. Myungsoo, Minhwan dan Hanbyul apalagi. Mereka mulai tumbang satu per satu.
Berusaha membantu rekan-rekannya dan melakukan perlawanan dengan satu tangan bukanlah ide bagus. Ai yang sudah down dari awal menyadari posisinya sekarang jatuh terduduk. Pojok bibirnya berdarah karena tamparan dari leader kelompok preman itu. Ai kembali melihat Hanbyul, Minhwan dan Myungsoo yang terkapar, babak belur. Ketakutan itu semakin erat memeluknya.
Pertahanan Wooyoung dan Byunghun roboh karena konsentrasi mereka terganggu mendengar teriakan Hyuri yang panik melihat Ai jatuh terduduk di depan leader kelompok preman itu. Preman-preman itu mengambil kesempatan dan menghajar Byunghun juga Wooyoung habis-habisan. Hanbyul, Myungsoo dan Minhwan merayap. Mengumpulkan sisa tenaga mereka untuk mendekaat dan menolong Ai.
Gemetar. Ai merasakan hal itu pada tangannya. Jantungnya berdetub tak karuan. Ai merasakan ketakutan yang amat sangat melihat pria ini berdiri tegap di hadapannya.

shytUrtle
 


Bilik shytUrtle

¤ Bilik shytUrtle - Kamis, 7 Februari 2013 ¤

04:55



¤ Kamis, 7 Februari 2013 ¤



Migrain, melumpuhkan sementara malam saya, hiks.


Pagi yang sedikit malas untuk bangun setelah semalam berusah memejamkan mata, bertahan tanpa bantuan obat dan berujung pada mimpi aneh. Eung, mimpi dalam mimpi. Seperti deja vu, rumah yang -hampir- sama. Namun kamar-kamar gelap dan kosong itu, apa? Maze!

Kesibukan, kurang lebih akan sama, prediksi saya demikian. Namun pada prakteknya, jauh berbeda. Melihat kerumunan itu, sejenak menjadi pusing dan telinga saya berdengung. Menggerakan jari-jari kaki agar titik keseimbangan tetap berada di tengah. Bagaimana mengatasinya? Rasa bingung yang terkadang berubah panik ketika melihat kerumunan orang. Dan anak-anak ini, semua ingin di dahulukan, tak ada yang mau mengalah. Huft... namun, mereka datang untuk memberi rezeki yang berlimpah bagi saya. Subhanallah.


Ketika mengerjakan sesuatu dan fokus pada hal tersebut, sering kali otak cancer saya menjadi blank pada hal lain di sekitar. Hanya saya yang melongo cengok ketika mereka, Kakak saya dan dua siswi SMP, tawa mereka membelah kesunyian toko. Ekspresi bingung memenuhi muka bulet saya.

"Apa sih, Kak? Apa tadi dia bilang? Kenapa pada ketawa se?" Buru saya penasaran. Terang saja, hanya saya yang tak paham pada 'apa yang membuat tawa mereka pecah'. Kejadian terakhir yang saya ingat di tengah konsentrasi saya pada mesin fotocopy adalah ada dua siswa yang mau fotocopy tapi di tinggal sebentar. Dan sempat mendengar protes dari salah satu siswi, "mbok boso, Rek." yang dalam Bahasa Indonesia berarti gunakan bahasa yang sopan. Ah, ketawa mereka sulit banget berhentinya ya? Ish, bikin saya makin penasaran.

"Apaan sih, Kak?" Desak saya pada Kakak perempuan saya yang mati-matian berusaha menghentikan tawanya.
"Kamu nggak denger?" Tanya Kakak saya dan saya segera menggeleng antusias.
"Ngomong apaan emang dia tadi?" Tanya saya lagi.
"Tak tinggal dulu ya sayang." Jawab Kakak singkat. Saya terdiam, nggak nyambung sebenarnya. "Kamu beneran nggak denger?"
"Kagak." Jawab saya geleng-geleng.
"Ya syukurlah."
"Eh, tapi itu anak kecil berani ngomong sayang sama Kakak? Ya ALLOH, masih cindil berani ngomong gitu?" Saya geleng-geleng kayak ayam lagi dugem. Dan saya ketawa paling akhir ketika semua telah diam.

What's a funny thing? He just say 'darling', oh that sound so funny. For my sister and two middle school girls. And me, late to understanding about it. Hahaha, I'm laughing my self.

Andai tadi tertawa bersama pasti lebih seru :D


Dan para Aremania juga Aremanita akan merayakan, menonton pertandingan Arema vs. Samarinda, maaf lupa nama club sepak bolanya ^...^v
Dan setelah ini akan berkutat dengan satu bak baju kotor, huft. Hwaiting, yUi! ^^9

Eum, sekian dan terima kasih.



Keep on fighting.
.shytUrtle.
tempurung kUra-kUra, 07 Februari 2013.

Bilik shytUrtle

¤ Bilik shytUrtle - Teman Yang Belum Kau Temukan ¤

04:54



¤ Teman Yang Belum Kau Temukan ¤

Mengutip dari salah satu film Barbie Fairytopia, ketika seorang peri bernama Azura mengatakan kata itu, teman yang belum kau temukan.

Maaf jika salah. Saya ingetnya kayak gitu waktu nonton film fantasy yang benar membuat saya terkagum-kagum itu. Kenapa mengambil judul ini untuk mengisi bilik di hari keenam di bulan februari ini? Pengen sharing tentang temen-temen saya aja. Sebelumnya maaf ya kalau nanti ada yang sengaja baca, lalu merasa nggak nyaman bahkan tersingung sama tulisan ini.

Rabu pagi yang cerah namun cukup dingin. Mood saya lagi baik, soalnya patner saya, si mesin fc nggak rewel pagi ini. Alhamdulillah. Tau aja kalau kita lagi di kejar target :D
Agak siangan dikit, pengen buka fb. Dan langsung terkejut membaca status Kak Riska Ninda. Suer jadi heboh sendiri usai baca status itu. Hampir mirip Spongebob pas lagi seneng, muter-muter pakek ngangkat kedua tangannya. Bedanya saya cuman cengar-cengir gaje sambil melayani para pembeli (?). Statusnya bikin berbunga-bunga dan muka saya langsung memerah cabai usai membacanya. Terima kasih Kas Riska Ninda. Terima kasih buat perhatian dan kepercayaannya :)

Dunia maya, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Ada kalanya demikian. Keakraban yang terjalin dalam dunia maya bisa sangat-sangat intens di banding pada dunia nyata. Demikian pula yang saya alami belakangan ini. Teman-teman yang baru saya temukan, memberi jawaban pada hal-hal yang sebelumnya atau pertanyaan-pertanyaan sebelumnya dalam otak cancer saya. Benar pula adanya yang di katakan oleh seseorang, yang sangat saya kagumi. Alam menyediakan apapun yang kau butuhkan untuk mencapai tujuan yang paling kau ingin. Semua ini benar adanya. Seperti telah di program sendiri dan berjalan demikian. Tidak hanya menuntun tapi memfasilitasi. Subhanallah.

Senada dengan kata di atas. Mengutip lagu Hamburger-SLANK. Ada kata demikian pada liriknya. "Sahabat datang dan pergi, kadang menghianati."
Perjalanan perih yang masih tersisa dari perjalanan selama 2012. Penghianatan dari seorang teman, semoga tidak akan pernah terulang lagi. Amin. Sudah cukup itu saja. Sakitnya minta ampun persis kayak yang di nyanyikan Dewi-dewi, eh Mahadewi?

Gift Of A Friend - Demi Lovato, Ost. Tinkerbell.
Maaf jika salah.
Lagu bermakna dalam yang pengen saya nyanyikan buat temen-temen saya. Andai saja saya bisa nyanyi tapi sayangnya saya nggak bisa nyanyi. Hanya bisa mendengarkan lagunya sambil berkhayal saya sedang menyanyikan lagu tersebut di atas panggung, di depan teman-teman saya. Andai saja kenyataan semudah dalam drama :D

Terima kasih pada semua yang memfasilitasi saya hingga saya dapat menemukan teman-teman yang belum saya temukan. Ini adalah hal yang tak saya sukai sebelumnya, internet, namun pada akhirnya membawa saya pada titik ini. Mempertemukan saya dengan orang-orang luar biasa yang selalu mewarnai hari-hari saya, mengisi hidup saya yang sepi dan monoton. Orang-orang yang tidak hanya menginspirasi namun juga menuntun saya untuk bisa melompat tinggi seperti lagu atau album Sheila On 7 ya? Maaf kalau salah. Kalau melompat masih bisa, kalau terbang? Saya nggak punya sayap. Kuing yang punya sayap tapi sepertinya dia telah reinkarnasi entah jadi apa sekarang.

Kepala bagian kanan menjadi sakit karena kehadiran entah dia friend or foe, seperti lagu t.A.T.u.


Maaf jika ada tulisan yang tak berkenan dan bahkan mungkin menyinggung hati. Sekian dan terima kasih.



Keep on fighting!
.shytUrtle.
Tempurung kUra-kUra, 06 Februari 2013
Top of Form
Bottom of Form

Search This Blog

Total Pageviews