Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy - Land #52

04:48

  Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

 


 

It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.

 

 

. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”

. Author: shytUrtle

. Rate: Serial/Straight/Fantasy/Romance.

. Cast:

-                  Song Hyu Ri (송휴리)

-                  Rosmary Magi

-                  Han Su Ri (한수리)

-                  Jung Shin Ae (정신애)

-                  Song Ha Mi (송하미)

-                  Lee Hye Rin (이혜린)

-                  Park Sung Rin (박선린)

-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.

 

 

Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, di Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini?

 

Land #52

 

L.Joe tahu jika orang tuanya adalah sahabat mendiang Raja, karena keduanya telah membagikan tentang hal itu saat ia masuk usia remaja. Bagi orang tuanya, hidup mereka bukanlah milik mereka sendiri. Melainkan ada hak milik Raja di dalamnya. L.Joe kesal akan hal itu. Baginya, hidupnya adalah miliknya sendiri.

Suatu ketika L.Joe terlibat cek-cok dengan sang ayah karena ia mengetahui ayahnya berhubungan dengan Lesovik. Ayahnya menjadi salah satu donatur yang mendukung aktivitas Lesovik. Lagi-lagi hal itu membuatnya kesal. Lesovik hanya organisasi tanpa arah yang mendukung keberadaan hantu, begitu menurutnya. Karena ia meyakini jika Putri Ahreum sudah meninggal bersama Raja dan Ratu. Desas-desus tentang keberadaannya yang masih hidup hanyalah akal-akalan Lesovik untuk membuat goyah pihak Ratu Maesil.

Sebelum pergi, Ayah L.Joe memberi perintah padanya untuk mengunjungi Jalan Elder Flower dan melihat gadis pendongeng di sana. Menurut ayahnya, gadis itulah yang sedang diperjuangkan keluarganya dan Lesovik saat ini. Penasaran, L.Joe pun pergi. Ia menemukan Magi di sana. Bayangannya tentang sosok putri hancur. Magi bukanlah gadis cantik bak putri dalam dongeng. Namun, gadis berambut oranye berkepang dua itu berhasil menarik perhatian dan membuatnya semakin penasaran.

Hari itu L.Joe menjadi penguntit Magi. Selesai menggelar pertunjukan di Jalan Elder Flower, gadis itu pulang menuju Rumah Seni Snowdrop di Kampung Lupin. L.Joe kembali dibuat bingung. Kenapa putri tinggal di kampung seni? Ia bertahan dan menemukan Magi meninggalkan Rumah Seni Snowdrop tak lama kemudian. Ia terus membuntuti hingga membawanya ke Cafe Golden Rod. Karena kafe itu dibuka untuk semua umur, L.Joe bisa masuk dengan mudah. Terlebih statusnya adalah pelajar SMA.

L.Joe mendapat meja nomor delapan. Setelah memesan makanan, ia mengamati sekitar untuk mencari sosok Magi. Namun, pencariannya nihil. Justru Yoo Jae Suk sang pemilik kafe yang menemukannya dan kemudian menemaninya. Yoo Jae Suk adalah salah satu teman dekat ayahnya, wajar jika Jae Suk bisa langsung mengenalinya. Melihat Magi masuk ke dalam kafe ini, ia yakin jika Yoo Jae Suk juga masuk dalam daftar pendukung Raja terdahulu yang kini mendukung Putri Ahreum.

Hari itu Jae Suk berkata, "Kamu sudah datang jauh-jauh kemari, tunggulah sebentar lagi. Kamu pasti akan bertemu dengannya," saat L.Joe hendak pergi. L.Joe sedikit terkejut, tapi mungkin saja ayahnya sudah menghubungi Yoo Jae Suk perihal dirinya yang besar kemungkinan akan menguntit Magi hingga ke Cafe Golden Rod hanya demi menjawab rasa penasaran. Ia sedikit kesal karena ayahnya bisa menebak apa yang akan ia lakukan. Tapi, itu bukan hal aneh. Karena ia dan ayahnya memiliki sifat yang nyaris sama.

Pengunjung heboh ketika MC naik ke atas panggung dan menyapa mereka. Di mejanya, L.Joe dan Jae Suk pun ikut menyimak MC. Pengunjung semakin heboh ketika MC menyebutkan Snapdragon yang akan segera mengisi panggung. Tepuk tangan riuh mengiringi panggilan MC yang mempersilahkan Snapdragon naik ke atas panggung. Lima gadis cantik naik ke atas panggung dan mengisi tempat masing-masing, bersiap memainkan alat musik yang sudah ditata di atas panggung.

"Gadis yang posisinya di tengah, dia adalah Bronze Butterfly Snapdragon, Rosemary Magi." Jae Suk berbisik seraya menuding gadis yang mengisi posisi di tengah formasi.

L.Joe terkejut mendengarnya. Rasanya sulit dipercaya jika gadis cantik itu adalah Rosemary Magi yang sebelumnya ia temui di Jalan Elder Flower.

"Dia memang unik. Jika orang lain berdandan agar tampil cantik, tapi tidak dengannya. Dalam keseharian, ia justru berdandan agar terlihat... aneh?" Alih-alih menyebut kata jelek, Jae Suk lebih memilih kata aneh. "Padahal itulah penampilannya yang sesungguhnya. Tanpa make up pun, ia sudah begitu cantik."

L.Joe menyunggingkan senyum di bibirnya, sedang matanya masih terfokus menatap panggung. Benar kata Jae Suk, Rosemary Magi memang unik. Ia pun semakin dibuat penasaran.

Sejak hari itu, L.Joe hampir selalu datang untuk menonton pertunjukan Magi di Jalan Elder Flower dan juga di Cafe Golden Rod. Ia yang memiliki hobi fotografi tak jarang mengabadikan aksi Magi dalam bidikan kameranya. Tanpa ia sadari kebiasaan itu menumbuhkan rasa suka di hatinya pada Magi. Rasa penasaran yang membuatnya semakin ingin mengenal lebih dekat gadis itu. Namun, sayangnya Magi selalu menolak permintaannya untuk bertemu.

L.Joe tersenyum menatap menara air yang berdiri menjulang di hadapannya. Berhenti dan menatap menara itu, membawa ingatannya kembali pada kenangan bagaimana ia mengenal Magi hingga jatuh hati pada gadis itu. Menara air itu pun memiliki kenangan baginya dan Magi. Di atas sana keduanya memulai hubungan dan melepaskan ciuman pertama.

L.Joe menghela napas panjang. Saat ini hubungannya dengan Magi bisa dikatakan sedang tak baik. Sejak datang ke pemakaman, ia belum berbicara sama sekali dengan kekasihnya itu. Ia ingin memberi penghiburan pada Magi, menjadi seseorang yang tetap berada di sisinya di saat suka maupun duka. Namun, saat ia berusaha, ia merasa Magi sengaja menghindarinya dengan bersikap bungkam dan acuh tak acuh padanya.

Tak ingin membuat Magi merasa tak nyaman, ia pun memutuskan memberikan waktu bagi Magi. Ia tahu Lee Jun Ki adalah anggota Lesovik. pasti hal itu sangat memukul Magi. Namun, saat ini dia di sini, di kebun maha besar milik keluarganya atas perintah sang ayah, ada rasa aneh yang saat ini bergemuruh di dalam dadanya. Ia takut tidak akan bisa bertemu Magi lagi setelah ini. L.Joe menghela napas panjang dan menaiki tangga menara air. Sesampainya di atas, ia memejamkan mata dan menghirup udara segar pegunungan dalam-dalam. Rongga dadanya terasa sangat sejuk, tapi tak bisa memberikan ketenangan di hatinya. Ia membuka mata dan lagi-lagi menghela napas panjang.

L.Joe duduk dan mengeluarkan ponsel dari sakunya. Tak ingin menahan diri lagi dan menghubungi Magi. Tersambung, tapi Magi tak kunjung menerima panggilan itu. Mencoba lagi dan lagi, hasilnya tetap sama. Membuatnya kesal hingga mengembuskan napas dengan kasar. Jari-jarinya dengan cepat mengetik dalam ponselnya dan tanpa pikir panjang mengirimkannya pada Magi.

Usai mengirimkan pesan, L.Joe termenung sejenak. Ia memiringkan kepala, menimbang apakah tindakannya benar atau salah. Lekas ia gelengkan kepala untuk mengusir keraguan di benaknya. Harusnya tak boleh memakai ponsel seperti ini kan? Karena bisa saja informasinya diretas. Namun, ia tak punya pilihan. Lagi pula nanti malam ia akan kembali. Ia tak mau saat kembali Magi bersikap acuh tak acuh padanya. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan cepat. Ia yakin tindakannya tidaklah salah.

***

 

Su Ri mondar-mandir, sedang Sung Rin duduk diam dan memperhatikannya. Su ri menghentikan langkahnya dan berkacak pinggang, lalu menghela napas dengan kasar. Su Ri menoleh, menatap tajam pada Sung Rin, membuat rekan satu kamarnya itu terkejut.

"Ya! Park Sung Rin! Kamu tahu jika ini tidak benar, kan?" Su Ri menuding Sung Rin.

"Nee? Mwo??" Sung Rin bingung.

Su Ri menghela napas dengan kasar, lalu duduk tepat di depan Sung Rin. "Keputusan yang diambil Yang Mulia!" Ia kesal karena Sung Rin seolah tak paham. "Usianya Yang Mulia baru 17 tahun, kan? Lalu, apa maksudnya menghabiskan malam bersama Yang Mulia Raja? Ya, walau dulu mereka pernah berada dalam istana yang sama, tapi..., yah kau tau..., apa kamu nggak khawatir mereka menghabiskan malam bersama?!" Akhirnya ia meluapkan apa yang membebani pikirannya sejak tahu Magi akan menghabiskan malam bersama Joong Ki malam ini.

Sangat khawatir, Sung Rin menjawab dalam hati. Tapi, ia tak memiliki keberanian untuk meragukan Magi. "Apa kamu meragukan Yang Mulia? Sebelum mengambil keputusan ini, Yang Mulia pasti memikirkannya masak-masak. Karena, selama ini dalam memberi perintah, Yang Mulia tidak pernah melakukannya dengan gegabah." Kalimat terakhir hanya ia ucapkan dalam hati.

Su Ri kembali menghela napas dengan kasar. "Iya juga sih! Tapi, tetap saja ini mengkhawatirkan. Karena pasti ada risiko, kan?"

Sung Rin memilih diam.

"Rasanya menyedihkan karena aku nggak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya.  Lalu, di istana apakah Raja belum tahu kalau Hyu Ri itu palsu dan Magi adalah putri yang asli?"

"Kamu pikir di istana bisa bicara seenak jidat seperti yang kamu lakukan sekarang?"

"Iya juga sih. Ini benar-benar membuatku kesal!" Su Ri merebahkan tubuh dan memandang langit-langit kamarnya. "Bahkan kita dilarang meninggalkan kamar ini kecuali untuk ke kamar mandi. Apa memang begitu ya? Peraturannya? Atau, Magi takut kita akan mengacaukan rencananya? Ah! Rasanya nggak enak banget dan semua ini nggak bener. Lalu, gimana dengan L.Joe Seonbaenim? Apa dia tahu tentang ini? Seingatku Magi mengabaikannya saat pemakaman. Lalu, mereka belum pernah ketemu lagi, kan? Ah! Ini menyebalkan!" Su Ri menggerak-gerakan kakinya seolah sedang menendang sesuatu.

Sung Rin tersenyum melihat tingkah Su Ri. Ia pun mengkhawatirkan Magi, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali mendukung keputusan Magi dan terus mendoakan semoga rencana  Magi berjalan lancar.

Su Ri menghela napas dengan kasar, membuyarkan lamunan Sung Rin. "Aku benar-benar ingin menemui Magi sekarang."

"Untuk mengomel di hadapannya?"

"Tentu saja."

"Untung Seung Ho dan Jong Hwan nggak ada di sini ya."

"Eh? Kenapa bawa-bawa mereka?"

"Bisa jadi mereka jadi sasaran kekesalanmu."

Su Ri tersenyum, masih menatap langit. "Nggak juga."

"Pasti sulit sekali ya?"

Su Ri paham, yang dimaksud Sung Rin adalah hubungannya dengan Jong Hwan saat ini. "Materi pelajaran hari ini sudah dikirim?" Ia segera mengalihkan topik.

"Belum."

"Begini sama saja kita ditendang dari sekolah, kan? Aku jadi penasaran, apa Seung Ho dan Jong Hwan juga mengalami hal yang sama."

Suasana berubah hening. Su Ri dan Sung Rin larut dalam pikiran masing-masing.

***

 

Agar terlihat alami, Magi pun tinggal di kamarnya. Beberapa pelayan yang bekerja di Rumah Seni Snowdrop menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan untuk mempersiapkan ritual menghabiskan malam pertama. Walau semua itu sama sekali tak digunakan di dalam kamar Magi. Song Eun yang bertanggung jawab atas persiapan itu duduk menamani Magi yang sedang membaca buku di kamarnya. Song Eun membakar wewangian agar sandiwara yang ia lakoni dengan Magi terlihat alami.

Walau Magi baru berusia 17 tahun, jika ia sendiri yang menginginkan, menurut aturan negara dan adat, ia sudah bisa menikah. Atau untuk wanita penghibur, ia bisa melalukan ritual malam pertama dengan pria pilihannya. Kampung Lupin disebut dengan kampung seni, tapi di dalamnya terdapat beberapa rumah hiburan. Walau tidak semua penduduk Kampung Lupin adalah wanita penghibur, tapi tak sedikit orang yang memandang miring tentang wanita yang tinggal di sana. Memanfaatkan momen itu, Magi meminta izin pada Tuan Yoon untuk menyiapkan menghabiskan malam bersama Joong Ki, Raja Wisteria Land. Baginya, hanya itu cara terbaik untuk mendekati Raja dan meluruskan segala kesalahpahaman.

Konsentrasi Song Eun terganggu saat ponsel Magi terus bergetar. Magi tak menyadari hal itu karena ia membaca buku sambil mendengarkan musik, headphone menutup kedua telinganya. Atau mungkin dia menyadari jika ponselnya bergetar tapi sengaja mengabaikannya. Yang pasti ponsel yang bergetar berulang-ulang itu menggangu Song Eun. Ia menatap Magi, berharap gadis itu segera memberi respon.

Magi melepas headphone yang bertengger di atas kepalanya dan menatap Song Eun. Menerima tatapan tiba-tiba itu, Song Eun tersenyum canggung. "Mian." Magi meminta maaf, lalu meraih ponselnya. Keningnya berkerut ketika menyadari siapa yang menelponnya berulang-ulang. Dadanya dihujam rasa sakit karena mengetahui L.Joe berusaha menghubunginya. Padahal ia berharap L.Joe akan menjauh setelah ia bersikap acuh tak acuh.

"Apa semua baik-baik saja?" Suara Song Eun membuyarkan lamunan Magi.

"Oh. Iya." Magi terbata.

"Benar tidak terjadi sesuatu?"

"Mm." Magi menganggukkan kepala seraya tersenyum tulus.

"Waktunya berendam."

"Oh! Sudah selama itu ya? Maafkan aku."

Song Eun menatap iba pada Magi. Walau tampak baik-baik saja, ia yakin Magi juga merasa terbebani.

Song Eun mengantar Magi untuk berendam dengan air bunga. Saat dalam perjalanan, keduanya berpapasan dengan Su Ri dan Sung Rin yang kembali dari toilet. Su Ri berbinar melihat Magi. Mulutnya sudah terbuka, hendak menyapa Magi. Namun, Magi mengalihkan pandangan dan melewatinya begitu saja. Sikap Magi sukses membuat Su Ri dan Sung Rin tertegun. Magi mengabaikannya dan terus melanjutkan langkah, walau Su Ri dan Sung Rin masih bertahan menatapnya.

Magi duduk berendam dalam bak kayu besar yang berisi air hangat yang dicampur berbagai kelopak bunga dan minyak esensial. Harusnya menjadi momen yang menenangkan, tapi tidak sama sekali untuk hari ini. Walau sudah meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja, Magi tak bisa membendung rasa khawatir yang memenuhi ruang hatinya. Kebersamaannya bersama Joong Ki di masa kanak-kanak dahulu sangat singkat. Dahulu Joong Ki memang sangat baik padanya, tapi setelah sekian lama berpisah, ia tak bisa menjamin apakah semua akan baik-baik saja ketika ia mengungkap jati dirinya pada Joong Ki.

Di sisi lain, Magi merasa bersalah pada L.Joe yang masih berstatus sebagai kekasihnya. Tanpa meminta persetujuan L.Joe, ia mengambil keputusan ini. Awalnya ia pikir hal ini akan menyelasikan dua masalah sekaligus; meluruskan kesalahpahaman dengan Joong Ki dan memutuskan hubungan dengan L.Joe. Namun, sekarang ia merasa seperti pengecut atas sikapnya pada L.Joe. Seolah kepalanya akan meledak karena penat, Magi menenggelamkan diri ke dalam bak mandi. Berharap semua beban itu akan sirna saat ia kembali muncul ke permukaan.

***

 

Langit telah berubah gelap. Joong Ki mengamati bayangannya di dalam cermin. Malam ini ia mengenakan kostum serba putih. Ada rasa tak karuan di dalam dadanya. Ragu pada keputusan yang ia ambil. Haruskah ia bertindak sejauh ini untuk mendapatkan Magi. Namun, ia penasaran karena Magi tiba-tiba menawarkan untuk menghabiskan malam bersama. Mengingat kecantikan Magi yang membuatnya jatuh hati, detak jantungnya pun meningkat. Joong Ki mengembuskan napas dengan cepat, lalu keluar dari kamarnya.

Malam ini Joong Ki pergi dengan satu mobil saja, dalam pengawalan Il Woo, Kyu Hyun, dan Dong Hae untuk menuju Rumah Seni Snowdrop. Tidak ada obrolan sama sekali sejak Joong Ki masuk ke dalam mobil.

Geun Suk menunggu di depan Kuil Istana. Ia mencari Shin Ae ke tempat gadis itu biasa berada, tapi tak membuahkan hasil. Harapan terakhirnya adalah Kuil Istana. Ia berada di sana sejak senja tiba, tapi hingga hari berubah gelap, Shin Ae tak kunjung muncul. Padahal ritual doa sudah selesai sejak setengah jam yang lalu. Namun, penantiannya tak sia-sia. Shin Ae akhirnya muncul sesaat ia akan memilih pergi.

Tanpa ragu, Geun Suk mendekati Shin Ae dan menyampaikan kabar yang baru ia terima bahwa Raja pergi bersama Il Woo, Dong Hae, dan Kyu Hyun ke Rumah Seni Snowdrop. Raja menerima tawaran Magi untuk menghabiskan malam bersama. Hal itu membuat Shin Ae sangat terkejut. Tanpa pamit, ia kembali masuk ke dalam kuil untuk menemui Hye Young.

Shin Ae menyusul Hye Young ke tempat pribadinya dan langsung menyampaikan berita yang dibawa Geun Suk. Sama seperti dirinya, Hye Young juga terkejut mendengar hal itu. Walau keduanya yakin Magi pasti memiliki rencana di balik permintaan itu, tapi keduanya sama-sama khawatir akan risiko jika berita itu sampai bocor dan sampai ke pihak Ratu Maesil. Skandal itu pasti tak akan disia-siakan oleh Ratu Maesil. Selain itu, Shin Ae merasa marah karena Magi masih berstatus sebagai pacar L.Joe, sahabatnya.

Mobil Joong Ki sampai di pelataran parkir Rumah Seni Snowdrop. Beberapa pelayan yang sudah menunggu segera menyambut. Masih dalam kawalan Il Woo, Dong Hae, dan Kyu Hyun, ia mengikuti langkah salah seorang pelayan yang memimpinnya untuk menuju ruang yang sudah disediakan. Walau Joong Ki tampak tenang, detak jantungnya berdetak tak karuan sejak mobil memasuki Kampung Lupin. Pelayan mengantarnya ke ruangan, tempat Tuan Yoon menunggu. Joong Ki masuk sendirian. Il Woo, Dong Hae, dan Kyu Hyun menunggu di depan ruangan. Dalam kesempatan itu, Kyu Hyun mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan Sung Rin. Namun, ia tak menemukan bayangan gadis itu di dalam Rumah Seni Snowdrop. Hal itu membuatnya penasaran, di manakah kekasihnya itu berada.

Sementara itu, di kamarnya Su Ri kembali mondar-mandir. Ia tak bisa membendung rasa khawatirnya karena mendengar kabar bahwa Joong Ki sudah tiba. Ia berharap Magi membatalkan rencana itu. Di kamar yang sama, Sung Rin memilih duduk bersila dan bermeditasi untuk meredam kekalutan yang menyelimutinya.

Selesai mengobrol sejenak dengan Tuan Yoon, Joong Ki diantar menuju kamar yang telah disiapkan untuknya dan Magi yang akan menghabiskan malam bersama. Tuan Yoon hanya mengantar sampai depan pintu. Bersama Il Woo, Dong Hae, dan Kyu Hyun, Tuan Yoon menunggu Joong Ki memasuki kamar itu.

Joong Ki menatap pintu yang tertutup rapat di hadapannya. Di dalam sana, Rosemary Magi, gadis yang berhasil membuatnya jatuh hati tengah menunggu. Hanya dengan membayangkan keberadaan Magi, jantungnya berdetak semakin kencang. Bahkan, tubuhnya jadi gemetaran karena gugup. Joong Ki menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengam cepat. Lalu, kedua tangannya bergerak untuk membuka pintu.

Dekat di belakang, Tuan Yoon, Il Woo, Dong Hae, dan Kyu Hyun memperhatikan tingkah Joong Ki. Setelah Joong Ki memasuki kamar, Tuan Yoon menggiring para pengawal Raja menuju gazebo yang letaknya tak jauh dari kamar tempat Raja menghabiskan malam. Dari sana, ketiga pengawal Raja bisa mengawasi dengan leluasa. Untuk menemani tugas para pengawal Raja, Tuan Yoon menghidangkan berbagai makanan. Ia pun mempersilahkan para pengawal Raja untuk duduk bersama di dalam gazebo, lalu menjamu mereka.

***

 

Aroma harum rosemary menyerang indra penciuman Joong Ki ketika ia memasuki kamar dan menutup pintu di belakangnya. Senyum terkembang di wajah tampan Joong Ki. Ia membatin, betapa narsisnya Magi malam ini hingga membuat kamar dipenuhi dengan aroma rosemary.

Masih berdiri di depan pintu, Joong Ki mengedarkan pandangan, mengamati kamar tempatnya berada. Tidak ada yang istimewa. Kamar bergaya kuno itu tak dihiasi apa pun. Tetap seperti tampilan biasanya. Pandangan Joong Ki berhenti pada perangkat tidur yang ditata dekat berdampingan dan ditutupi selimut mewah warna merah jambu. Hal itu membuatnya memiringkan kepala, memikirkan mungkin keistimewaanya di sana. Selain itu, di dekat perangkat tidur terdapat meja kecil yang dipenuhi berbagai macam hidangan. Ada botol arak juga di atas meja.

Joong Ki kembali menarik napas dan mengembuskannya dengan cepat. "Aa, kapchagi!" Joong Ki berjingkat kaget setelah menoleh ke arah kiri. Magi berdiri diam dan menatapnya tanpa berkedip. Walau gadis itu terlihat anggun dalam balutan hanbok paduan warna pale bronze dan merah.

 


 

Magi mengamati Joong Ki yang menatapnya masih dengan sisa-sisa keterkejutan di wajah tampannya. Magi yang sedikit membungkuk karena hendak menyapa Joong Ki kembali menegakkan badannya dan tersenyum sambil berujar, "Masih sama ya. Takut hantu?"

Joong Ki mengerjapkan kedua matanya. Terkejut mendengar celetukan Magi. "Sej-sejak kapan kamu di sana?" Tanyanya terbata sembari memperbaiki posisinya. "Tadi saat aku masuk, sepertinya tak ada siapa pun di sini." Walau berpura-pura baik-baik saja, Joong Ki masih terlihat canggung.

"Aku bisa muncul dari mana saja." Magi tersenyum lebar, masih tak melepaskan pandangan dari Joong Ki.

Mendengar jawaban Magi, Joong Ki kembali dibuat terkejut. Tingkah laku Magi hari ini, terasa tak asing baginya.

"Apa Yang Mulia akan berdiri saja di sana?"

Joong Ki kembali menoleh ke kiri. Magi berubah lagi. Nada bicaranya yang sebelumnya riang berganti menjadi lembut dan sopan khas pelayan kerajaan.

Magi tersenyum lembut pada Joong Ki, membungkukkan badan dalam-dalam dan memberi salam, "Hamba, Rosemary Magi, memberi salam pada Yang Mulia Raja."

Jika sebelumnya Joong Ki merasa rileks usai dibuat terkejut dan ngobrol singkat dengan Magi, mendapati gadis itu tiba-tiba berubah dengan bersikap formal membuat detak jantungnya kembali meningkat. Ia kembali merasa gugup. Ia pun berdeham untuk menghilangkan rasa canggung, sembari berjalan menuju meja dan berkata, "Bukankah seharusnya dari awal kau menyapaku dengan cara seperti ini."

Magi tersenyum, kembali menegakkan badan dan berjalan di belakang Joong Ki. Ia duduk di seberang meja, berhadapan dengan Joong Ki. "Maafkan saya, Yang Mulia. Saya ingin menyapa lebih awal, tapi Yang Mulia masih fokus mengamati kamar ini. Jadi, saya menunggu Yang Mulia selesai. Maaf, jika sikap saya membuat Yang Mulia tidak nyaman." Magi kembali membungkukkan badan.

Joong Ki mengamati Magi dengan saksama. Berada dekat dengan gadis incarannya, membuat gemuruh di dadanya semakin menjadi. Pergolakan yang belum berhasil ia padamkan belakangan ini. Perasaan campur aduk yang terus menyiksa batinnya.

"Mau saya tuangkan araknya sekarang?" Magi menawarkan diri.

Joong Ki menganggukkan kepala sebagai jawaban. Lalu, kembali mengamati Magi yang sibuk melayaninya dalam diam. Setelah Magi menyajikan cawan berisi arak, segera ia meneguknya hingga habis. Di dalam batinnya ia terus menimbang, haruskah ia bertindak sekarang atau menunggu beberapa saat lagi untuk bertanya pada Magi tentang tujuan menghabiskan malam bersama yang tengah berlangsung malam ini.

"Jika ada yang ingin Yang Mulia sampaikan, silahkan katakan saja. Saya melihat Yang Mulia merasa tak nyaman dengan hal itu."

"Kentara sekali ya?" Joong Ki menertawakan dirinya sendiri. "Bagi seorang pria, wajar kan jika merasa gugup saat berada berdua saja, terlebih sedekat ini dengan gadis yang ia sukai."

Magi hanya tersenyum menanggapi ungkapan Joong Ki.

"Tapi, aku yakin kau meminta menghabiskan malam bersamaku bukan untuk menyerahkan dirimu untuk menjadi milikku, kan? Lalu, apa tujuanmu sebenarnya?" Joong Ki menatap tajam pada Magi.

Walau Magi tinggal di dalam Rumah Seni Snowdrop, bukan berarti ia adalah sekutu. Bisa jadi Magi adalah mata-mata yang sengaja dikirim Ratu Maesil yang sudah disiapkan sejak lama. Atau bisa juga Magi adalah Putri Ahreum yang asli. Seperti yang dikhawatirkan Jung Hye Young. Karena ia tahu, Song Hyu Ri bukanlah Putri Ahreum.

Meskipun tak sering, dahulu Joong Ki sering menghabiskan waktu bersama Putri Ahreum saat kunjungan ke istana atau saat Raja mengunjungi kediamannya. Raja tidak pernah memperlakukan keluarganya dengan buruk seperti bangsawan istana kebanyakan. Raja memiliki pikiran terbuka, jadi menikahi seorang janda bukanlah masalah besar baginya. Karenanya ia sering berkunjung ke rumah keluarga Joong Ki atau mengundang keluarganya ke istana.

Putri Ahreum yang ia kenal sangat berbeda jauh dengan Song Hyu Ri yang saat ini ada di istana. Sempat ia berpikir jika mungkin saja itu pengaruh karena terlalu lama berada di luar istana. Namun, semakin sering mengobrol dengan Hyu Ri, semakin ia merasa gadis itu asing. Walau dari awal sudah disebutkan kemungkinan Hyu Ri adalah Putri Ahreum palsu, ia tak ingin terlalu mempermasalahkan hal itu. Asal Hyu Ri berada di pihaknya, ia yakin bisa melindungi gadis itu dengan baik selama Hyu Ri memerankan Putri Ahreum.

Saat pertama kali bertemu Magi, Joong Ki merasa gadis itu adalah gadis yang selama ini ia cari dan rindukan. Gadis kecil yang dulu mengulurkan tangan padanya tanpa memandang keberadaannya adalah aib di istana. Gadis yang selalu menatapnya dengan tulus dan wajah dihiasi senyum. Gadis yang selalu menggandeng tangannya, menariknya untuk bermain petak umpet di taman. Gadis yang selalu membuatnya terkejut karena sering kali muncul tak terduga. Gadis yang selalu menakut-nakutinya dengan cerita hantu walau gadis itu tahu ia takut hantu. Gadis kecil yang kemudian diumumkan hilang dalam kecelakaan yang merenggut nyawa Raja dan Ratu Wisteria Land.

Joong Ki mengepalkan tangan kanannya dan memejamkan matanya. Menatap Magi sedekat ini, semakin membuatnya rindu pada sosok Putri Ahreum kecil yang ia sayangi melebihi adiknya sendiri.

Magi tersenyum mendengar pertanyaan Joong Ki. "Tentu saja. Bagaimana mungkin seorang gadis yang sudah memiliki kekasih menghabiskan malam bersama pria lain."

Dada Joong Ki dihujam rasa sakit mendengar jawaban Magi. Benar yang dikatakan gadis itu, sekuat apa pun ia berusaha, ia tidak akan bisa memiliki Magi sebagai kekasih di sampingnya. Ia bisa saja memaksa untuk memiliki Magi malam ini, tapi bukan itu yang ia inginkan. Ia ingin gadis di hadapannya itu juga mencintainya dari hati. Namun, itu adalah hal yang mustahil.

"Saya sengaja mengisi kamar ini dengan aroma rosemary. Saya rasa Yang Mulia sudah tahu jika rosemary memiliki banyak manfaat untuk tubuh kita. Menenangkan, melancarkan sirkulasi darah, dan dapat mempertajam ingatan." Magi kembali berbicara.

Joong Ki meneguk arak dalam cawan berwarna putih yang disajikan di hadapannya hingga habis. Lalu, digenggamnya dengan erat cawan berwarna putih tulang itu.

"Sudah lama tidak bertemu, Orabeoni."

Joong Ki mengangkat kepala, menatap lurus pada Magi yang juga menatapnya tanpa ragu dengan wajah dihiasi senyum.

***

 

 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews