Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy - Land #51

04:51

  Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

 



It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.

 

 

. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”

. Author: shytUrtle

. Rate: Serial/Straight/Fantasy/Romance.

. Cast:

-                  Song Hyu Ri (송휴리)

-                  Rosmary Magi

-                  Han Su Ri (한수리)

-                  Jung Shin Ae (정신애)

-                  Song Ha Mi (송하미)

-                  Lee Hye Rin (이혜린)

-                  Park Sung Rin (박선린)

-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.

 

 

Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, di Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini?

 

Land #51

 

Magi, Su Ri, dan Sung Rin tidak bisa kembali ke sekolah. Begitu juga Jong Hwan dan Seung Ho. Menuruti saran sang ayah, Jong Hwan berangkat menuju vila milik keluarganya yang berada jauh dari pusat kota. Sedang Seung Ho belajar di rumah besarnya.

Seperti yang diperintahkan Magi, Sung Rin pun datang ke Rumah Seni Snowdrop usai dikeluarkan dari panti asuhan. Song Eun sudah menyiapkan sebuah kamar untuk Su Ri dan Sung Rin.

Malam itu Magi telah siap dengan kostum serba hitamnya. Ia akan kembali ke Kastil Asphodel untuk menyapa langsung anggota Lesovik. Song Eun membantunya bersiap. Walau keberatan, ia tak bisa menahan langkah Magi.

"Apakah di luar ada pasukan kerajaan?" Tanya Magi usai merapikan kostum yang menempel indah di tubuhnya.

"Iya. Seperti teman-teman Song Hyu Ri yang lain, Rumah Seni Snowdrop juga dijaga pasukan kerajaan."

Magi menghela napas dengan pelan. "Setidaknya kalian aman."

"Dari jangkauan Ratu Maesil? Tidak ada jaminan. Yang Mulia tahu akan hal itu, kan?"

Magi tersenyum miris. "Aku pergi dulu. Tolong jaga Su Ri dan Sung Rin." Magi memiringkan kepala usai menyebut nama Sung Rin. Bagaimana ia akan melewati para penjaga? Gumamnya dalam hati. Aku penasaran. Apa dia bisa melewati pasukan kerajaan dan datang ke pertemuan malam ini. Tiba-tiba rasa antusias muncul dalam diri Magi.

"Yang Mulia sudah siap?" Suara Song Eun membuyarkan lamunan Magi.

"Nee." Magi menjawab tanpa ragu.

Song Eun mengantar Magi menuju dapur. Di sana Myung Soo dan Baro sudah menunggu. Melalui pintu tersembunyi di lantai dapur, ketiganya masuk ke dalam terowongan rahasia dan meninggalkan Rumah Seni Snowdrop. Jarak antara Kastil Asphodel dan Rumah Seni Snowdrop tidak terlalu jauh. Melalui terowongan bawah tanah itu mereka bisa mencapai kastil dalam waktu 20 menit.

Pintu keluar berada di taman belakang Kastil Asphodel. Di sana, Nichkhun dan Sung Jeong sudah menunggu. Keduanya lega bisa melihat Magi kembali ke kastil bersama Myung Soo dan Baro. Bersama-sama mereka masuk ke dalam kastil untuk memulai rapat.

Nichkhun menyampaikan keberatannya jika Magi akan menyerahkan tahta Leshy—pemimpin tertinggi Lesovik—padanya. Sung Jeong, Myung Soo, dan Baro menyetujui keberatan Nichkhun. Mereka meminta Magi bertahan sebagai Leshy hingga mereka berhasil merebut tahta dan menyelamatkan Hyu Ri. Kalah suara, Magi akhirnya menyerah.

Usai rapat, mereka menuju bangunan yang lokasinya terpisah dari bangunan utama kastil. Letaknya di dekat pintu keluar yang menghubungkan kastil dengan hutan. Dari pintu itulah para anggota Lesovik diizinkan masuk.

Baro tersenyum getir ketika menatap pintu yang sudah terbuka lebar itu. Tiba-tiba ia merindukan Han Su Ri. Dulu ia pernah membawa Han Su Ri melewati pintu itu dan menuju hutan untuk melihat bunga eglantine. Hari itu Su Ri terlihat sangat senang. Dalam hati Baro berjanji, jika peperangan ini sudah selesai dan kutukan yang melekat padanya hilang, ia ingin kembali membaw Su Ri berjalan-jalan menyusuri hutan untuk kembali melihat bunga eglantine.

"Baro, kamu pernah membawa Su Ri ke hutan, kan? Kamu yakin dia tidak melihat markas kita?" Suara Magi membuyarkan lamunan Baro. Pemuda itu terkejut karena merasa Magi bisa membaca apa yang sedang ia pikirkan.

"Markas kita selalu tertutup kabut tebal, efek dari mantra yang Yang Mulia tanam. Dia sama sekali tidak menyadarinya." Baro menjawab dengan agak gugup. Tapi, ia yakin hari itu Su Ri tidak menyadari keberadaan bangunan yang dijadikan markas Lesovik.

"Jika sesuatu terjadi pada kastil, gunakan markas sebagai tempat berlindung. Selama aku masih bernapas, kabut ini akan melindungi kalian dari jangkauan musuh." Magi berhenti jarak satu langkah di depan kabut tebal yang memisahkan area taman dengan bangunan yang berada di baliknya.

"Kenapa Yang Mulia berkata seperti itu? Kasti Asphodel pun dilindungi mantra sihir. Tidak akan terjadi apa-apa di sana." Suara Sung Jeong bergetar.

"Tapi, Hyu Ri sudah melihat dan pernah menginjakkan kaki ke sana." Magi melangkah menembus kabut. Lalu sampai di sisi seberang dan di sambut sebuah bangunan yang lumayan megah. Suasana di sekitarnya sama sekali tak gelap. Banyak lampu-lampu taman yang menyala. Sama persis seperti suasana di taman Kastil Asphodel. Sangat hening dan tenang.

Nichkhun, Sung Jeong, Myung Soo, dan Baro menyusul Magi. Bersama-sama mereka menyusuri jalan yang ditutupi rumput hijau yang terpotong rapi untuk mencapai satu-satunya bangunan di area itu. Walau hari sudah gelap, suasana di taman itu terang karena banyaknya lampu taman. Berbeda dari taman Kastil Asphodel, pada sisi ini tidak ada bunga yang ditanam. Hanya rumput hijau yang menutup tanah di seluruh area. Lalu, di depan pintu besar bangungan markas, pada sisi kanan dan kiri tumbuh bunga wisteria ungu yang menjadi hiasan pintu alami.

Dua orang pemuda menyambut kedatangan rombongan Magi. Baro bertanya pada pemuda yang berdiri di sisi kiri pintu berhadapannya dengannya tentang para anggota. Pemuda itu mengatakan semua anggota utama sudah datang.

Kedua pemuda membuka pintu dan mempersilahkan Magi dan rombongannya untuk masuk. Magi yang berdiri di tengah, di antara Nichkhun dan Sung Jeong pun masuk. Di belakangnya, Myung Soo dan Baro menyusul. Setelah melewati satu lorong, rombongan Magi tiba di sebuah ruangan luas yang di dalamnya sudah berkumpul banyak orang. Kerumunan itu membelah menjadi dua. Memberi jalan di tengah-tengah untuk Magi dan rombongannya yang berjalan menuju ujung ruangan.

Lantai di ujung ruangan sedikit lebih tinggi. Menjadi podium bagi petinggi Lesovik saat berbicara dengan seluruh anggota yang hadir. Magi berada di atas podium didampingi Nichkhun dan Sung Jeong. Baro dan Myung Soo berdiri di atas podium agak jauh di belakang ketiganya.

Magi menatap orang-orang yang berkumpul di hadapannya. Ia menemukan Sung Rin di antara anggota Lesovik. Dia berhasil lolos. Batinnya sembari tersenyum samar.

Magi kembali mengedarkan pandangan dan menemukan Lee Byung Man, ayah L.Joe di antara anggota Lesovik yang datang. Ia bernapas lega ketika tak menemukan L.Joe di sana. Nichkhun sempat menentang ketika Magi memiliki hubungan dengan L.Joe. Waktu itu Sung Jeong yang membelanya dan membeberkan fakta bahwa L.Joe atau Lee Byung Hun adalah putra dari Lee Byung Man. Salah satu orang yang melindungi harta mendiang Raja di luar istana. Orang yang mendukung Lesovik dan melindungi Magi. Kesalahan yang ia buat adalah ia tidak bisa mengendalikan perasaannya dan jatuh hati pada L.Joe. Perasaan mengikat yang kini membuat dadanya sesak karena ketakutan. Takut L.Joe akan mengalami kesialan karena memiliki hubungan khusus dengannya.

Magi menghela napas pelan, lalu meminta Nichkhun untuk memulai agenda pertemuan hari ini. Saat Nichkhun membuka pertemuan, Magi kembali mengamati kerumunan. Wajah-wajah yang tak begitu asing karena ia pernah melihat mereka dalam buku berisi foto dan biodata anggota Lesovik. Kedua mata Magi terhenti pada sosok pemuda yang berdiri di samping Sung Rin. Dia datang, batinnya masih menatap Kyu Hyun. Fokus Magi teralihkan ketika Nichkhun memberinya waktu dan ruang untuk berbicara.

Magi maju satu langkah ke depan dan mulai menyapa anggota Lesovik. Ia berterima kasih atas kehadiran para anggota atas permintaan yang mendadak. Ia juga menyampaikan duka atas meninggalnya salah satu anggota di tangan Ratu Maesil. Kemudian, ia menyampaikan maksud dan tujuan mengumpulkan anggota malam itu. Tak lupa ia memperkenalkan dirinya sebagai Leshy dan juga Putri Ahreum yang selama ini mereka lindungi. Terdengar lirih kericuhan para anggota yang berkerumun di depan podium.

"Saya tidak ingin kehilangan keluarga saya lagi. Lesovik adalah satu-satunya keluarga yang saya miliki sekarang. Karena itu, tolong bantu saya untuk maju dan berjuang sekarang." Magi berusaha meredam kericuhan kecil di hadapannya.

"Saya setuju dengan rencana Yang Mulia. Mati dalam peperangan melawan Ratu Maesil adalah cara yang terhormat bagi saya." Salah satu anggota pria memberanikan diri bersuara.

"Benar! Saya juga setuju. Tuan Leshy, maaf, maksud saya Yang Mulia pasti sudah memiliki rencana hingga berani mengambil keputusan ini. Saya juga merasa terhormat bisa membantu perjuangan ini. Mati pun saya siap." Satu anggota pria lainnya turut mengutarakan pendapatnya.

Suara setuju saling bersahutan. Lebih banyak suara setuju daripada tidak setuju. Pertemuan malam itu pun mencapai kesepakatan untuk mendukung langkah yang dipilih Magi. Nichkhun pun mengatakan jika rencana akan dibagikan pada ketua tiap kelompok. Pertemuan selama dua jam itu pun berjalan dengan lancar, sesuai apa yang diharapkan Magi.

 

Magi menyapa Lee Byung Man yang menemuinya setelah pertemuan. Magi merasa agak canggung harus berhadapan dengan ayah dari L.Joe. Jika ia dan L.Joe berjodoh, pria di depannya itu akan menjadi bapak mertua baginya.

Lee Byung Man mendesah, "Walau awalnya saya pikir ini terlalu gegabah, tapi saya akan mendukung rencana Yang Mulia dengan sepenuh hati."

"Terima kasih." Magi berterima kasih dengan sopan.

"Karena Ratu Maesil sudah mengibarkan bendera perang, saya pun sudah melakukan banyak persiapan. Sebisa mungkin, saya akan melakukan yang terbaik untuk mendukung Yang Mulia. Tolong kembalikan kestabilan Wisteria Land. Akhiri kejahatan Ratu Maesil."

Magi melihat ketulusan pada wajah Lee Byung Man. Ia paham, pria itu pasti mengkhawatirkan keluarganya. "Saya tidak akan mundur lagi! Keputusan saya sudah bulat. Saya ingin menyelamatkan Song Hyu Ri dan mengakhiri kekuasaan Ratu Maesil."

"Saya percaya, Anda pasti akan melakukannya. Karena, hanya Anda yang bisa menjadi lawan seimbang Ratu Maesil."

"Saya akan berusaha, hingga akhir!"

Lee Byung Man menganggukkan kepala. Ia tak memiliki keraguan sedikit pun pada Magi. "Yang Mulia."

"Iya?"

Lee Byung Man menatap Magi, ragu untuk mengungkap apa yang menjadi ganjalan hatinya. "Ah! Tidak! Tidak apa-apa."

"Katakan saja. Apa pun itu, saya ingin mendengarnya."

Lee Byung Man masih ragu. Ia menarik napas dan mengembuskannya dengan cepat. "Saat ini, Byung Hun baik-baik saja. Saya memang tidak berniat membawanya ke dalam pertemuan ini. Tapi, dia pun di pihak yang sama dengan Anda."

Magi terkejut mendengarnya. Jadi... L.Joe Seonbaenim tahu siapa aku yang sebenarnya?

"Tolong maafkan dia. Karena telah berani jatuh hati kepada Yang Mulia." Lee Byung Man membungkuk dalam-dalam di depan Magi.

Sejenak Magi merasa linglung. "Aa-anee. Jatuh cinta bukanlah kesalahan. Kenapa harus dimaafkan?" Kalimat itu keluar terputus-putus dari mulut Magi.

Lee Byung Man tersenyum melihat wajah Magi yang merona. Ia tahu jika gadis itu tulus mencintai putranya. "Terima kasih sudah menerima Byung Hun. Saya pikir dia akan mundur. Nyatanya seperti ini. Namun, saya sama sekali tak menyesalinya."

Magi tersenyum dan menundukkan kepala.

"Kalau begitu, mari bersama-sama maju untuk melawan Ratu Maesil."

"Mohon bantuannya." Gantian Magi yang membungkuk dalam-dalam di depan Lee Byung Man.

Ketulusan Magi membuat Byung Man terharu. Dalam hati ia memanjatkan doa agar Magi dan L.Joe bisa bersama hingga akhir peperangan ini.

***

 

Sung Rin dan Kyu Hyun memenuhi undangan Magi untuk tinggal. Magi menjamu keduanya di dalam gazebo yang terletak di taman belakang Kastil Asphodel. Gazebo tempat ia biasa menghabiskan waktu bersama Nichkhun, Sung Jeong, Myung Soo, dan Baro. Juga bersama Su Ri dan Hyu Ri. Sung Jeong dan Nichkhun menemani perjamuan. Sedang Myung Soo dan Baro masih tinggal di markas untuk menyelesaikan sisa urusan Lesovik.

Sung Jeong menyajikan teh. Setelah semua cawan terisi, Magi memulai perjamuan. Semua meminum teh dalam cawan masing-masing.

"Pasti sangat sulit untuk bisa datang ke sini." Magi memulai obrolan yang ditujukan pada Kyu Hyun.

"Seperti Yang Mulia tahu, di istana pun sedikit kacau." Kyu Hyun membenarkan.

"Walau tahu ada Kyu Hyun-ssi di sana, tapi maaf, saya masih mengkhawatirkan Hyu Ri. Pasti sulit baginya berada sendirian di istana."

"Putri Song Hami selalu berusaha membantu. Holly-nim Jung Hye Young menugaskan Jung Shin Ae untuk menemani Song Hyu Ri. Saat pemakaman, Song Hyu Ri hadir ditemani Jung Shin Ae dan Jang Geun Suk. Sayangnya tidak bisa menyapa dari dekat."

Dalam hati, Magi kembali mengutuk dirinya sendiri. Andai ia tak melepas kalung naga miliknya, pasti Hyu Ri tidak akan berada di posisi yang sulit sekarang. "Lalu, bagaimana dengan Yang Mulia Raja?"

"Terus mencemaskan Yang Mulia. Tapi, hari ini saya mendengar tentang Tuan Yoon yang datang ke istana untuk menemui Yang Mulia Raja. Apakah Yang Mulia memberi titah pada Tuan Yoon untuk ke istana? Memberi jawaban atas tawaran menjadi musisi istana?"

"Nee."

Kening Kyu Hyun berkerut mendengar jawaban Magi. Ia merasa ada yang aneh.

"Park Sung Rin bisa lolos dari Rumah Seni Snowdrop. Aku terkesan." Magi mengalihkan topik.

Sung Rin yang sebelumnya hanya menyimak sedikit kelincutan. "Selalu ada kelemahan dalam sebuah sistim keamanan. Hanya memanfaatkan itu."

"Bagaimana dengan Han Su Ri? Melepaskanmu begitu saja?"

"Mm, Han Su Ri sedang tidur nyenyak sekarang."

Senyum tersungging di wajah Magi ketika mendengarnya. "Kyu Hyun-ssi, bagaimana tentang Yang Mulia Raja?"

"Iye??"

"Aku tidak akan menerima tawaran untuk menjadi musisi istana. Tapi, aku mengirim Tuan Yoon untuk..." Magi ragu.

Nichkhun meletakkan cawan agak kasar. Hingga menyita perhatian orang-orang yang duduk mengelilingi meja.

Magi tetap tenang melihat reaksi Nichkhun. Ia meletakkan cawan dengan pelan.

Sung Jeong berdeham. "Apakah Yang Mulia sudah memikirkannya masak-masak?"

Kyu Hyun dan Sung Rin sama-sama bingung. Tidak tahu ke arah mana tujuan pembicaraan antara Magi, Nichkhun, dan Sung Jeong.

"Saya yakin Yang Mulia juga tahu jika Yang Mulia Raja Song Joong Ki bukanlah anak kandung Raja Song Ki Hyun. Seandainya terjadi sesuatu maka..." Sung Jeong tak melanjutkan ucapannya.

"Batalkan saja rencana Yang Mulia!" Nichkhun dengan tegas.

"Tuan Yoon sudah menemui Raja. Jika Raja setuju, aku tidak bisa mundur lagi." Magi menolak permintaan Nichkhun.

"Pasti ada cara lain! Kenapa mengambil langkah untuk menghabiskan malam bersama Raja?!" Suara Nichkhun meninggi. Ia tak bisa menahan emosinya lagi.

Kyu Hyun dan Sung Rin kompak terkejut mendengar apa yang diungkap Nichkhun. Keduanya tak menduga Magi akan mengambil langkah sejauh itu. Magi memanfaatkan perasaan Joong Ki hingga meminta untuk menghabiskan malam bersama. Walau tujuannya untuk mengungkap jati dirinya pada Joong Ki, tindakan itu cukup berisiko.

"Yang Mulia!" Sung Rin langsung mengutarakan keberatannya. "Bukankah lebih baik masuk ke istana dengan menjadi musisi istana daripada memilih jalan ini? Walau Yang Mulia Raja terlihat seperti Raja boneka, namun beliau tak sepenuhnya demikian. Saya yakin, Yang Mulia Raja pasti memiliki rencana karena tujuan Anda berdua adalah sama. Tolong batalkan rencana itu, Yang Mulia."

"Apa yang dikatakan Sung Rin benar. Tolong batalkan rencana itu Yang Mulia. Ada banyak cara untuk mendekati Raja. Tapi, tolong jangan gunakan cara itu. Yang Mulia Raja bukan tipikal orang yang kuat minum arak. Saya khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi saat Raja berada dalam pengaruh arak." Kyu Hyun mendukung Sung Rin.

"Seperti yang dikatakan Sung Jeong Oppa, sebenarnya aku dan Raja tidak memiliki hubungan darah. Jika terjadi sesuatu—"

"Yang Mulia!" Nichkhun berteriak, berdiri dan menggebrak meja. Membuat semua terkejut.

"Tenanglah, Oppa. Percaya padaku. Tidak akan terjadi apa-apa."

"Waktu untuk bersama lebih sedikit dibanding waktu Yang Mulia terpisah dengan Raja. Jangan merasa Yang Mulia lebih mengenalnya!" Nichkhun meluapkan emosinya.

"Apa Oppa lupa, jika aku adalah seorang willow?"

Nichkhun terkejut. Menyadari satu fakta tentang Magi yang ia lewatkan. Sung Jeong menundukkan kepala.

"Mendiang Ibu adalah willow. Darah penyihir mengalir dalam tubuhku. Karena itu, hanya aku yang bisa melawan Bibi, Ratu Maesil. Tolong percaya padaku seperti sebelumnya. Aku memilih jalan ini bukan karena putus asa dan tanpa perhitungan."

Nichkhun kembali duduk dan diam. Walau masih ada keraguan di hatinya, ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa Magi pasti bisa menguasai situasi.

"Cho Kyu Hyun-ssi, tolong gali lebih dalam tentang Yang Mulia Raja dan rencananya. Aku yakin Raja memiliki keraguan pada Hyu Ri. Seperti Holly-nim Jung Hye Young." Magi memberi titah pada Kyu Hyun.

"Baik, Yang Mulia." Kyu Hyun menerima titah.

Magi mengambil kembali cawan berisi teh di hadapannya dan meneguk habis isinya.

***

 

Kyu Hyun berjalan berdampingan dengan Sung Rin. Namun, keduanya sama-sama terdiam. Sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Saat Magi mengundangnya untuk minum teh bersama, Sung Rin sangat senang. Ia dibuat terpesona oleh keindahan taman Kastil Asphodel. Perasaan itu tetap bertahan saat ritual minum teh dimulai. Namun, semuanya sirna dari benaknya sejak rencana Magi yang akan menghabiskan waktu bersama Raja terungkap.

"Kamu pasti sangat mengkhawatirkan Magi." Kyu Hyun membuka obrolan.

"Sangat." Sung Rin langsung membenarkan. "Apa menurut Oppa akan baik-baik saja? Atau kita yang terlalu berlebihan? Yang Mulia Raja tidak mungkin seberengsek itu kan?"

Kyu Hyun tersenyum dan mengangguk. "Namun, tetap saja. Pria dan wanita dewasa menghabiskan malam bersama adalah hal yang membuat khawatir. Kamu tahu kan apa artinya itu dalam dunia hiburan malam?"

"Iya. Tahu. Karenanya aku sangat takut dan pikiranku jadi kacau."

"Apa L.Joe mengetahui hal ini?"

"Magi mengabaikannya sejak bertemu di rumah duka. Sepertinya berusaha menjauhi L.Joe Seonbaenim. Tapi bagaimana ya? L.Joe Seonbaenim kan putra dari Tuan Lee Byung Man. Bahkan tadi aku melihat Tuan Lee Byung Man menyapa Magi secara pribadi. Sepertinya L.Joe Seonbaenim sudah tahu siapa Magi sejak awal. Oppa pun begitu. Hanya aku saja yang bodoh dan telat menyadarinya."

Kyu Hyun tersenyum dan mengelus puncak kepala Sung Rin. "Kalau kita berada dalam line yang sama, pasti kamu tidak akan dalam posisi ini. Terimalah takdir, adik kecilku."

Sung Rin tersenyum menanggapi perlakuan Kyu Hyun.

"Bagaimanapun, kita harus memercayai Yang Mulia. Lagi pula, kita juga akan berada di sana saat malam itu terjadi."

"Benar juga. Aku akan siaga dan menjaga Yang Mulia. Jika terjadi sesuatu, aku akanmenerobos pintu itu dan menyelamatkan Yang Mulia."

Kyu Hyun tertawa membayangkan imajinasi Sung Rin.

"Oppa, apa maksudnya Yang Mulia Raja bukanlah anak kandung Raja sebelumnya?" Sung Rin penasaran.

"Mm?? Ah, itu. Ratu Kyeong Mi adalah janda saat Yang Mulia Raja mempersuntingnya. Suami Ratu Kyeong Mi meninggal karena sakit. Raja Song Joong Ki adalah putra dengan suami pertamanya. Karena alasan itu kehidupan mereka sempat diasingkan. Di istana, menikahi janda memang hal yang masih dianggap tabu. Raja naik tahta tentu ada campur tangan Ratu Maesil. Agar bisa mengendalikan negara seperti saat ini."

"Jika Magi naik tahta, ia harus membuat beberapa perubahan agar hidup rakyat lebih baik. Memang apa salahnya jika menikahi janda?"

"Karena itu," Kyu Hyun merangkul Sung Rin, "kita harus membantu Magi untuk naik tahta dan membereskan kekacauan di negeri ini."

Sung Rin tersenyum dan mengangguk antusias.

***

 

Seharian ini Joong Ki dibuat pusing oleh para Rowan yang mendesak untuk segera menobatkan Putri Ahreum sebagai pewaris tahta yang sah. Ia tak takut jika akan dibuat lengser, tapi ia takut jika Hyu Ri harus menggantikan posisinya. Posisi sebagai orang nomor satu di Wisteria Land, tapi selalu tersiksa karena tekanan para Rowan pendukung Ratu Maesil. Rowan pendukung Ratu Maesil adalah anggota klan terkuat di Wisteria Land. Selama ini berusaha melawan mereka selalu membuat Joong Ki selalu menemui titik buntu. Kemunculan Putri Ahreum adalah harapan baru baginya. Namun, sosok yang ia temui jauh dari yang ia bayangkan. Putri Ahreum yang ada di istana saat ini bukanlah Putri Ahreum yang asli. Namun, lagi-lagi ia menemui jalan buntu karena tidak bisa menemukan Putri Ahreum yang asli.

Usai pertemuan di Balai Agung, ia mendapat kabar jika Tuan Yoon dari Rumah Seni Snowdrop memohon izin untuk bertemu. Memang terlambat dari waktu yang ditentukan, tapi terlalu cepat usai prosesi pemakaman. Joongk Ki merasa tak nyaman karena seolah mendesak Snapdragon untuk segera memberi keputusan. Ia pun bergegas menemui Tuan Yoon. Ia heran karena Tuan Yoon datang sendirian, tidak bersama leader dari Snapdragon atau salah satu perwakilannya.

Setelah berbasa-basi sejenak, Tuan Yoon menyampaikan maksud kehadirannya. Tuan Yoon membawa pesan dari Magi yang menawarkan untuk menghabiskan malam bersamanya. Joong Ki terkejut. Ia bingung kenapa Magi tiba-tiba membuat permohonan itu. Penasaran akan alasan di balik permohonan itu, Joong Ki langsung menyetujuinya. Namun, keputusannya itu kini membuatnya gundah.

Joong Ki menghela napas panjang. Menikmati danau buatan di taman istana di bawah naungan langit yang sudah gelap. Ada gemuruh di dalam dadanya. Gejolak penuh semangat untuk menyambut malam bersama Magi, gadis incarannya. Namun, ada rasa tak nyaman yang juga muncul di dasar hatinya. Sebuah ganjalan yang mengganggu.

Joong Ki menghela napas dengan kasar. Apakah ini benar? Dia telah memiliki kekasih, tapi tiba-tiba meminta waktu untuk menghabiskan malam bersama. Aku yakin, pasti tujuannya bukan untuk bersenang-senang. Astaga! Apa yang kau pikirkan? Dalam situasi ini, masih pantaskah kau ingin bersenang-senang? Dengan seorang gadis? Dia gadis pertama yang aku sukai. Aku ingin memilikinya. Tapi, perasaan aneh apa ini? Joong Ki meletakkan telapak tangan kanannya di atas dada. Semakin dekat padanya, kenapa ada perasaan begitu dekat? Seolah gadis itu tak asing dan aku pernah bertemu dengannya sebelumnya. Tapi, di mana? Joong Ki kembali menghela napas.

Kyu Hyun yang baru saja kembali ke istana menemukan Joong Ki sedang berdiri di pinggir danau buatan. Ia pun mendekat untuk memberi salam. Il Woo dan Dong Hae yang menemani menahan Kyu Hyun. Memintanya menunggu sampai Joong Ki selesai dengan ritualnya.

Kyu Hyun menatap punggung Joong Ki dengan iba. Ia yakin pasti Joong Ki sudah menerima pesan yang dibawa Tuan Yoon. Namun, ia tak yakin pada keputusan Joong Ki. Apakah menolak atau menerima. Bersama Il Woo dan Dong Hae, ia menemani Raja dalam diam.

***

 

Ratu Maesil menyeringai. Ia telah mendengar kabar terbaru dari istana. Rowan mendesak penobatan Putri Ahreum dipercepat. Yang lebih menarik baginya adalah informasi tentang kehadiran Tuan Yoon ke istana.

"Mm, jadi di Rumah Seni Snowdrop ia bersembunyi? Putri Ahreum yang asli? Menarik. Memilih tempat yang aman yang tak mungkin kusentuh. Sial! Bukannya aku tak bisa! Tapi, Rumah Seni Snowdrop adalah tempat favorit para willow untuk berkumpul. Jika kesemuanya mendukung anak sialan itu, maka aku akan hancur. Kenapa aku jadi begini takut? Lalu, Achantus! Kenapa dia jadi begini lemah belakangan? Setiap kali aku menyebut nama Magi... " Ratu Maesil diam sejenak, kemudian ia tertawa terbahak. "Menarik! Ini sangat menarik!"

Pintu ruangan terbuka, Park Shi Hoo muncul dan memberi salam pada Ratu Maesil yang duduk di atas singgasananya.

Ratu Maesil menyeringai menatap Shi Hoo yang sudah berdiri di hadapannya. "Kau datang."

"Iya, Yang Mulia."

"Bagaimana di sekolah hari ini?"

"Dua murid Mae Hwa yang tersisa berserta teman-teman dekatnya tak lagi ke sekolah. Pihak sekolah telah mengirim surat resmi pada mereka."

"Jadi kurang menarik ya. Padahal jika kekacaun terjadi di sekolah pasti seru. Atau, bagaimana jika kita membuat kekacauan di sekolah? Walau tanpa duo Mae Hwa di sana?"

"Tolong jangan libatkan anak-anak tak berdosa itu, Yang Mulia." Sh Hoo membungkuk dalam-dalam.

"Hatimu sudah terikat pada mereka? Miris sekali." Ratu Maesil mencibir.

"Yang Mulia perlukan adalah Putri Ahreum yang asli, bukan murid-murid Hwaseong Academy."

"Bagaimana jika Putri Ahreum yang asli adalah salah satu dari mereka?"

"Saya yakin tidak, Yang Mulia."

"Lalu, pada siapa keyakinanmu tertuju?" Ratu Maesil penasaran hingga mencondongkan badan ke depan. Menatap Park Shi Hoo yang bergeming dengan kepala tertunduk.

Ratu Maesil menghela napas dan kembali menegakkan punggungnya, lalu bersandar pada punggung kursi singgasananya. "Kau tahu jika aku mendapat informasi baru?"

"Jika Yang Mulia berkenan membaginya dengan saya."

Ratu Maesil mendesah dengan kasar. "Tidak terlalu menarik, tapi cukup mengejutkan. Kudengar, Tuan Yoon dari Rumah Seni Snowdrop datang ke istana untuk menemui Raja."

Shi Hoo terkejut mendengarnya. Ia tahu Joong Ki menyukai Magi dan berusaha keras untuk menarik gadis itu ke dalam istana. Ia telah mendengar langsung permintaan itu dari utusan Raja di sekolah. Jika Tuan Yoon ke istana, mungkin saja artinya Magi menerima tawaran Raja untuk bergabung menjadi musisi istana.

"Tapi, aku tidak tahu pasti apa tujuannya. Hanya saja, informanku mengatakan jika Tuan Yoon membawa pesan dari Rosemary Magi."

Jantung Shi Hoo seolah terjun bebas ke lantai ketika nama Magi disebut. Tidak mungkin! Jangan katakan jika Magi menerima tawaran itu? Park Shi Hoo! Sadarlah! Kenapa kamu mengkhawatirkan hal itu? Magi bukanlah tanggung jawabmu lagi! Tapi... tapi, aku menyukai gadis itu.

"Acanthus?"

Lamunan Park Shi Hoo buyar karena Ratu Maesil menyebut nama aliasnya.

"Apa gadis itu sangat mengganggumu?"

"Ii-ye??" Shi Hoo terbata.

Ratu Maesil bangkit dari duduknya dan mendekati Shi Hoo. Ia berjalan mengitari Shi Hoo. "Akan aku berikan ia padamu, jika kau berhasil membawanya ke hadapanku."

Shi Hoo terkejut mendengar permintaan Ratu Maesil.

"Apa kau benar-benar bodoh, Acanthus? Sainganmu adalah Raja! Oh! Sama-sama orang bodoh memperebutkan gadis yang sama yang ternyata telah memiliki kekasih di sampingnya. Bodoh! Kau bodoh, Acanthus!" Ratu Maesil berteriak frustasi. Ia berhenti tepat di depan Shi Hoo, meraih kerah baju Shi Hoo dan meremasnya. "Kau tahu apa yang lebih penting dari rasa sukamu padanya? Aku memintamu mengawasi gadis itu karena dia lah kandidat terkuat Putri Ahreum!"

Shi Hoo terkejut mendengarnya. Put-putri Ahreum? Magi... Magi adalah Putri Ahreum?

"Bahkan setelah aku memisahkan kalung naga itu jauh dari lehernya, aku tetap tidak bisa menjangkaunya! Kau tahu betapa menyebalkannya hal itu? Dan kau dengan beraninya justru menyimpan rasa suka padanya!" Ratu Maesil meluapkan apa yang selama ini ia pendam pads Shi Hoo. "Aku diam bukan berarti aku tak tahu. Aku berharap kau akan sadar bahwa perasaanmu itu adalah hal bodoh! Tapi, sepertinya kau mulai buta!"

Shi Hoo menundukkan kepala dalam-dalam di depan Ratu Maesil. Ia tahu ia salah, tapi jatuh cinta bukanlah sebuah kesalahan. Jatuh cinta adalah anugerah sekaligus kutukan yang tak bisa ia prediksi waktu kedatangannya.

"Magi meminta waktu untuk menghabiskan malam bersama Raja."

Shi Hoo bak tersambar petir mendengarnya. Bagaimana mungkin Magi meminta waktu untuk menghabiskan malam bersama Raja?

"Ia pasti tahu jika Raja bukanlah anak kandung Raja terdahulu. Jadi, mereka tidak ada hubungan darah. Tapi sanksi sosial akan sangat mengerikan jika hubungan percintaan terjadi di antara mereka. Hal itu yang aku harapkan. Tapi, aku yakin bukan itu tujuan gadis itu mendekati Raja."

Tubuh Shi Hoo terbakar emosi dan cemburu. Ia tak ingin siapa pun memiliki Magi. Baik itu L.Joe, juga Joong Ki. Jika ia tidak bisa memiliki Magi, maka orang lain pun tak boleh.

Ratu Maesil tiba-tiba tertawa lantang. Namun, Shi Hoo tetap bergeming. "Aku sekali dengan apa yang ada dalam pikiranmu, Acanthus." Ia melepaskan cengkeraman tangannya pada kerah baju Shi Hoo. "Tenang saja. Aku akan melakukan semuanya untukmu. Baik L.Joe atau Raja, keduanya tidak akan bisa memiliki Magi. Aku akan memberikan Magi, hanya untukmu." Ia berbisik dekat di telinga Shi Hoo. "Aku akan memberimu kesempatan untuk membunuh Raja. Lalu, setelah aku melumpuhkan semua kemampuan gadis itu, akan kuberikan ia padamu. Ia akan menjadi penguasa Wisteria Land. Jika kamu yang ada di sampingnya, akan mudah bagiku untuk menggerakkan kekuasaan di belakang kalian. Kau percaya padaku, kan? Seperti sebelumnya?"

Shi Hoo menganggukkan kepala. Mengiyakan permintaan Ratu Maesil.

***

 

 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews