[170806] My Curious Way: Road to Museum Panji.
06:11
[170806] My Curious Way: Road to Museum
Panji.
Katanya wes nggak mau dolen lagi, tapi kok
dolen hayo? Hehehe. Emang sih rencananya Agustus nggak keluar dolen. Tapi,
berhubung belum ada karnaval dan gerak jalan. Jadi, kemarin dolen. Lagian Nduk
Ra udah lama ngajak main ke Museum Panji. Jadi, let's go!
Walau udah lama tahu tentang Museum Panji
dan udah masuk list tempat wisata yang akan dikunjungi. Tapi, masih
tertunda-tunda terus. Sampai minggu lalu, usai dari LTR. Langsung bikin rencana
minggu depan ke Museum Panji.
Akhirnya kemarin pergi juga ke Museum
Panji. Hore!!!
Awalnya aku kira Museum Panji ini di Bokor.
Tapi, ternyata bukan. Lokasinya ikut Desa Slamet.
Setelah kuburan atau makan Bokor, agak ke
barat dikit kan ada pertigaan tuh. Nah, belok di situ. Kalau dari arah Tumpang
(timur) belok kiri. Kalau dari arah barat, belok kanan.
Jalanan menurun itu terus. Nanti ketemu
kolam pemancingan So Laris. Itu naik dikit, kiri jalan. Nyampek deh Museum
Panji. Gampang di jangkau kan lokasinya?
Area parkir Museum Panji luas. Parkirnya
juga gratis. HTM-nya Rp. 25.000,- untuk dewasa. Dan, Rp. 20.000,- untuk
anak-anak.
Udah ada tiket resmi yang penampilannya
kayak gini. Itu dipotong pas kita masuk.
Di pintu masuk, sama Mbak yang jaga dikasih
petunjuk. Toilet/ruang ganti kalau mau renang dan juga arah menuju gedung
museum.
Areanya nggak terlalu luas. Walau namanya
museum dan emang ada museumnya, yang jadi daya tarik justeru kolam renangnya.
Konsepnya unik emang. Kalau renang di sana, bakalan merasa kayak putri-putri
zaman dulu yang lagi mandi di kolam. Pakek jarik kalau renang. Makin kerasa
ancient-nya deh.
Video dari pintu masuk:
Setelah masuk, kita disambut rumput nan
hijau juga bangunan yang sengaja dibikin ancient. Kuno. Masuk sini aku jadi
keinget Candi Tikus dan Candi Bajang Ratu di Mojokerto lho.
Bangunan museum ada di sebelah kanan. Di
bawah depan bangunan, ada kolam. Dan kolam yang ikonik itu ada di sebelah kiri
bangunan museum.
Kolamnya nggak dalem banget. Tapi, tetap
awasi anak-anak Anda ya. Kemarin ada yang hampir tenggelam. Untung ada kru yang
bertugas dan bertindak cepat dengan melempat ban ke kolam. Jadi, dedeknya
tertolong.
Aku heran sama yang mungkin ibunya ya.
Melihat bocah laki-laki itu hap-hap hampir tenggelam, wanita yang mungkin
ibunya itu hanya berteriak-teriak manggil mas kru yang jaga dipinggir kolam. Ya
emang nggak dalam banget kolamnya. Tapi, bisa fatal kan kalau dedeknya sampai
tenggelam.
Herannya, tahu si dedek udah megap-megap
gitu kok ndak langsung nyemplung ke kolam buat nolong. Malah manggil-manggil
mas kru. Misal anaknya tenggelam trus kenapa-napa. Apa ndak nyesel tuh? Untung
kru-nya siaga dan sigap.
Yang bikin heran lagi, setelah dedeknya
dapat ban dan tertolong. Malah dimarah-marahin. Bukan dihampiri, dipeluk, dan
ditenangin.
Trus, sambil jalan aku mikir. Mungkin wanita
tadi nggak bisa renang. Jadi lebih milih manggil mas kru daripada langsung
nyemplung ke kolam dan nolong dedeknya. Kalau sama-sama nggak bisa renang kan
bahaya. Dan, mungkin memarahi si dedek adalah bentuk luapan kekhawatirannya.
Ah! Entahlah!
Back
to swimming pool alias kolam. Kalau kolam di depan banguan museum, seingatku
cuman ada satu. Nggak dalam juga kolamnya. Satu apa dua ya? Seingatku satu
kolam aja.
Lalu, kolam yang sebelahnya lagi ada tiga
sap. Paling bawah itu kayaknya paling dalem. Walau dalemnya cuman sepinggang
anak ABG. Atasnya lagi ada kolam. Kayaknya lebih dangkal. Atasnya kolam kedua
ada kolam lagi. Kayaknya itu yang paling dangkal.
Di depan kolam, ada beberapa gazebo bambu.
Jadi, yang nungguin anak-anaknya renang bisa duduk di sana. Pengunjung yang
lelah pun bisa ikutan duduk di sana. Lebih seru sih gelar tikar atau langsung
duduk aja di atas rerumputan hijau. Hehehe. Tapi, nggak tahu boleh apa nggak
gelar tikar. Kalau duduk di atas rumput hijau, boleh kok.
Toilet, plus kamar mandi untuk berbilas
sekaligus ruang ganti ada di sebelah kolam. Airnya mengalir lancar. Di toilet
WC-nya WC duduk. Dan, ruang ganti dipisah antara laki-laki dan perempuan.
Di pintu masuk ada tulisan, di larang
membawa makanan dari luar. Tapi, jangan khawatir kelaperan. Udah ada kantinnya
kok. Namanya Warung Panji. View-nya bagus banget di kantin. Suasananya kayak di
hutan dan karena terbuat dari bambu. Kesan ancient-nya makin kerasa. Dan sambil
makan, kita disuguhi pemandangan sungai yang indah.
Sungainya kayak air terjun. Apa sih bahasa
Indonesia-nya. Kami sih nyebutnya grojokan. Hehehe.
Dari kantin ada jalan setapak. Ada tulisan
"Naik Kuda". Mungkin yang mau naik kuda rutenya ke bawah sana. Tapi,
kemarin tidak ada kuda sama sekali di area. Mungkin masih coming soon atau
kudanya belum datang.
Jalan setapak menurun itu membawa kita
lebih dekat pada sungai yang mirip air terjun. Nggak jauh kok jalannya.
View-nya bagus banget. Suer enak dibuat menyendiri, mencari inspirasi.
Ada gazebo bambu di pinggir sungai. Kalau
mau turun ke sungai juga bisa. Ada jalannya. Di sekitarnya ada hutan bambu.
Jadi hati-hati aja. Di rerimbunan gitu sih aku takut ular. Jujur ini. Kalau di
sekitar gazebo juga ada hutan. Tapi, aku nggak tahu pohon apa. Sejenis pohon
jati gitu kali. Sayangnya aku nggak lanjut masuk ke dalam hutan.
Entah bener atau nggak, grojokan bin sungai
berasa air terjun itu aku pernah lihat di salah satu video trail adventure di
Youtube. Entah sama atau beda, tapi bersyukur sih aku bisa lihat wujud
nyatanya. Bagus banget!
Video di sungai:
Duduk di gazebo, mendengar suara air. Ah!
Asik banget. Apalagi kalau ditemani sang kekasih. Hahaha.
Lanjut! Masuk ke bangunan museum. Naik
tangga lalu masuk. Kita disambut sama area selfie ala-ala red carpet. Hehehe.
Ada bapak-bapak, kru dari museum yang menyambut.
Dikasih tahu rutenya.
Awal masuk rada bikin bergidik. Soalnya
museumnya itu nggak hanya temaram. Tapi, gelap. Jadi, berasa uji nyali. Tapi,
suer seru jalan-jalan di dalam museumnya. Tonton aja videonya. Berapa kali aku
dibikin kaget pas di dalam museum. Hehehe.
Oya, maaf. Aku salah nyebut alat musik di
videonya. Itu bukan angklung, tapi aku nyebutnya angklung. Maaf ya. Padahal
namanya Gambang ya? Maafkan aku ya...
Ruangan awal terang. Ada wayang-wayang.
Lalu, sampai pada satu ruangan yang kayaknya belum jadi. Itu lampunya sengaja
nggak dinyalain kayaknya. Makin berasa kayak uji nyali aja.
Dari ruangan gelap gulita itu, nyampek di
ruangan yang temaram. Suer aku kaget pas mau masuk. Habisnya langsung disambut
sama manekin yang pakek putih-putih.
Kayaknya itu Empu gitu. Tapi, aku nggak
melihat adanya tulisan keterangan. Di dalam ruangan temaram itu, di pintu masuk
awal ada dua manekin. Satu yang pakek putih-putih dengan rambut panjang dan
berjenggot. Mungkin ini sosok empu atau kaum brahmana zaman dahulu.
Ada juga di sebelah kanan. Pakek putih
juga. Dan ada yang duduk-duduk di atas. Mungkin itu sosok Panji. Suer di dalam
itu temaram, dan aku bawa kamera yang lagi on bikin video. Jadi, agak nggak
fokus pas nyari tulisan di dalam gelap.
Di tengah-tengah ruang temaram itu, di
bawah. Ada tanah kosong yang ada miniaturnya. Awalnya aku pikir miniatur
pembangunan kota Malang atau pembangunan kerajaan apa gitu. Ternyata kata bapak
penjaganya, itu miniatur perang Babad.
Jadi, berasa kayak di lokasi film The Myth
atau The Mummy berapa tuh yang ada Michelle Yeoh dab Jet Li -nya itu lho. Tapi,
kalau di film itu kan patung-patung prajuritnya gede. Di dalam Museum Panji,
kecil-kecil. Namanya juga miniatur ya. Tapi, keren lho. Ada pasukan gajahnya
juga. Sayang aku nggak berani turun.
Yang bikin kaget lagi tuh, manekin yang apa
ya. Posenya kayak merayap di tembok gitu. Suer bikin njingkat kaget.
Manekin-manekin itu ternyata menggambarkan
suku Tengger di masa lampau. Pantesan ada potret Gunung Bromo juga. Tour di
tutup dengan area sejarah Candi Jago.
Nggak terlalu luas area museumnya. Emang
belum jadi 100% sih. Kalau udah jadi, pasti bagus banget itu.
Itu si Nduk Ra sampai keringetan karena
menelusuri museum yang gelap dan temaram. Sebenernya aku nggak puas. Pengen
balik lagi dari awal. Tapi, Nduk Ra udah ketakutan. Jadi, kami keluar deh.
Video di dalam museum:
Btw, bapak kru museumnya ramah banget.
Beliau kayaknya tertarik sama Gubugklakah pas aku cerita soal desa wisata itu.
Hehehe.
Di area rumput hijau, bisa foto sama sepeda
jadul kayak gini. Ini foto yang ngambilin bapak kru museum yang memandu kami di
dalam museum. Bagus kan hasil jepretan bapaknya.
Jangan takut dipalak. Bapak krunya memandu
tanpa minta uang tip kok. Emang kadang ada oknum yang kayak gitu ya di tempat
wisata. Tapi, jangan khawatir. Di Museum Panji, para kru memandu dengan
cuma-cuma. Alias free bin gratis. Bahkan, mau membantu kita buat foto lho!
Kurang keren apa coba?
Di dekat pintu masuk, berhadapan dengan
loket pembelian tiket ada area selfiable juga. Itu Museum Topeng Malang. Banyak
manekin juga. Tapi, suasananya terang benderang. Jadi, nggak se-creepy di dalam
museum.
Di dekat loket, ada benda-benda kuno yang
dipajang. Mesin tik dan radio kuno. Juga kursi dan benda-benda kuno lainnya.
Museum Panji emang keren sebagai wisata edukasi.
Kita jadi tahu sejarah Malang. Dan, museumnya emang Malang banget.
Silahkan berkunjung. Biar kita makin tahu
tentang Malang.
Demikian cerita perjalanan kami ke Museum
Panji. Maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Tempurung kura-kura, 07
Agustus 2017.
. shytUrtle .
0 comments