The White Prince and The Red Princess #13 (Ending)
04:53The White Prince and The Red Princess.
* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.
Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan
senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang
sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.
#13 (Ending)
Krystal dan Minho
tiba, berhenti jarak satu langkah di hadapan Taemin. Taemin diam menatap
keduanya. Ekspresi pemuda berwajah tampan itu sedikit merengut ketika menatap
Krystal. Sementara itu Jinki masih bertahan di tempat persembunyiannya, terus
mengawasi.
"Kau bilang
kau akan datang sendiri," Taemin memulai percakapan yang ia tujukan untuk
Krystal.
"Situasi
sedikit tak aman, Minho Oppa tak ingin sesuatu yang buruk juga menimpaku,
karena itu Minho Oppa turut pergi bersamaku. Dia juga... ingin bertemu
denganmu," Krystal menjelaskan alasan kenapa ia datang ditemani Minho.
"Sesuatu yang
buruk juga menimpamu? Apa terjadi sesuatu pada Minhee? Katakan padaku! Di mana
Minhee-ku?" Taemin berubah panik.
"Dia..."
Belum selesai
Krystal bicara tiba-tiba terdengar suara ribut. Dari arah belakang muncul
beberapa orang pemuda dengan langkah tergesa-gesa berjalan menghampiri Krystal,
Minho dan Taemin. Minho mengerutkan dahi dan segera berdiri di depan Krystal.
"Kenapa
kalian berbondong-bondong kemari?" tanya Minho yang sudah berdiri di depan
Krystal.
"Hyung
menemui dia di belakang kami?" kata salah seorang pemuda di barisan depan
sembari menggerakan kepala menuding Taemin.
"Sebaiknya
kalian pergi. Ada hal yang harus aku selesaikan di sini," perintah Minho.
Jinki yang masih
bertahan di tempat persembunyiannya mulai panik. Namun ia mengurungkan niatnya untuk
menghubungi Jaejin.
"Urusan apa
hingga harus menemuinya secara diam-diam? Hyung tahu kan dia siapa?"
pemuda yang sebelumnya bersuara kembali angkat bicara.
"Iya, aku
tahu."
"Dan Hyung
pasti juga tahu siapa pelaku dibalik kecelakaan yang dialami Nona Besar."
"Kecelakaan?"
sela Taemin. "Apa yang sebenarnya terjadi?"
Pemuda yang
sepertinya menjadi pemimpin dari kelompok Keluarga Choi yang tiba-tiba datang
malam ini tersenyum mencibir pada Taemin. "Lihat bagaimana ia berakting
seolah ia tak tahu apa-apa. Padahal anak buahnya yang menjadi dalang dibalik
kecelakaan yang menimpa Nona Besar."
"Sudah,
hentikan!" bentak Minho.
"Krystal, apa
yang sebenarnya terjadi pada Minhee?" Taemin mendesak Krystal yang berdiri
di sampingnya untuk bicara.
"Seorang anak
buahmu sengaja menabrak Nona Besar dan hingga kini Nona Besar belum sadarkan
diri. Ck! Aktingmu benar-benar..." pemuda itu menggelengkan kepala usai
menjawab pertanyaan Taemin.
Taemin maju dan
menarik baju pemuda yang sedari awal menyerangnya dengan kata-kata pedas.
"Apa yang kau katakan?!" tanyanya dengan nafas memburu penuh amarah.
Pemuda itu melepas
cengkeraman Taemin di bajunya. "Jika kata-kata tak mampu menjadi penjelasan
bagimu, maka terima ini!" ia pun melayangkan kepalan tangan kanannya dan
mendaratkannya di pipi kiri Taemin.
Krystal menjerit
ketika Taemin di tempeleng hingga tubuhnya terpelanting dan jatuh terduduk.
Darah segar menetes dari luka di pojok bibir kiri Taemin. Krystal menggigil di
balik punggung Minho melihat Taemin berdarah. Jinki berusaha menghubungi Jaejin
namun Jaejin tak kunjung menerima panggilannya.
"Sudah
hentikan!" Minho berdiri menghadang di depan Taemin yang masih terduduk.
"Kau
baik-baik saja?" Krystal yang gemetaran mendekati dan membantu Taemin
berdiri.
"Hyung
melindungi bajingan ini?"
"Aku tahu
anak buahnya bersalah tapi bukan dia."
"Nona Besar
pun tak bersalah tapi kenapa mereka menyerang Nona Besar? Minggir, Hyung!
Biarkan kami memberinya pelajaran."
"Krystal,
bawa dia pergi!" perintah Minho pada Krystal.
"Apa??"
Krystal merasa salah dengar dan menatap heran pada Minho.
"Cepat pergi
dari sini!" Minho dengan nada suara meninggi menegaskan perintahnya pada
Krystal.
"Hyung lebih
memilih membelanya dan melawan kami?"
"Oppa..."
rengek Krystal.
"Pergi!"
bentak Minho.
"Lindungi
Blue Pearl dan tangkap White Prince!" perintah pemuda yang memimpin
gerombolan kubu Keluarga Choi.
"Choi
Jonghoon!" Minho menatap tajam Jonghoon yang sedari awal terus menyerangnya
dengan kata-kata tajam.
"Serang!"
perintah Jonghoon mengabaikan gertakan Minho.
"Ayo!"
Taemin meraih tangan Krystal dan menariknya untuk pergi.
"Oppa!"
Krystal benar mengkhawatirkan Minho yang hanya seorang diri menghadang.
"Taemin!"
Jinki keluar dari tempat persembunyian.
"Jinki??"
Taemin bingung melihat Jinki tiba-tiba muncul.
"Bawa Blue
Pearl pergi. Aku akan membantunya!" perintah Jinki pada Taemin.
"Apa??"
"Pergi!"
Jinki mendorong Taemin dan kemudian berlari untuk membantu Minho.
"Kita
pergi!" ajak Taemin pada Krystal namun gadis itu memilih diam di tempatnya
berdiri.
"Kenapa?"
"Kau tega
meninggalkan mereka berdua?"
"Bawa aku
pada Minhee. Aku mohon."
Krystal pasrah
ketika Taemin kembali menyeretnya untuk berjalan. Namun langkah keduanya
terhenti karena beberapa orang pemuda dari kelompok Keluarga Choi berhasil
mengejar dan menghadang mereka. Taemin berdiri di depan Krystal bermaksud
melindungi gadis itu.
"Lindungi
Blue Pearl dan tangkap White Prince," ucap salah satu pemuda mengulang
perintah Jonghoon.
"Lepaskan
aku!" Krystal berontak ketika satu orang pemuda menyeretnya untuk minggir.
"Sunbaenim!" teriaknya mengkhawatirkan Taemin yang sudah terkepung.
Jinki yang
mendengar teriakan Krystal pun mengalihkan perhatian hingga membuatnya lengah
dan segera mendapat serangan dari kubu lawan. Ia jatuh berlutut dan menerima
pukulan bertubi-tubi.
Perkelahian tak
bisa dihindari. Krystal yang tertahan dalam dekapan satu pemuda anggota
kelompok Keluarga Choi tak bisa berbuat apa-apa melihat Minho, Jinki dan Taemin
berkelahi melawan Jonghoon dan anak buahnya. Taman di mana mereka berada cukup
sepi di hari yang sudah berubah gelap itu. Seandainya ada orang yang melintas
pun mereka pasti tak akan berani melerai perkelahian itu.
Suasana sangat
kacau. Minho dan Jinki berhasil menyusul Taemin dan membantunya. Namun kekuatan
mereka bertiga tak cukup untuk melawan Jonghoon dan anak buahnya.
"Sunbaenim!!!"
jerit Krystal sekuat ia bisa ketika ia melihat salah seorang anak buah Jonghoon
menusuk Taemin dari belakang.
Pemuda yang masih
memegang belati yang ia gunakan untuk menusuk Taemin itu terlihat syok. Ia
menggelengkan kepala dan menjatuhkan belati di tangannya ketika melihat Taemin
ambruk dengan pinggang berdarah.
Seketika itu
perkelahian terhenti. Krystal melepaskan diri dan menghampiri Taemin. Ia
mengambil sapu tangan untuk menyumbat luka Taemin. Jinki pun mendekati Taemin
dan mulai panik.
"Sak...
sakit..." bisik Taemin yang meringis kesakitan.
"Bertahanlah...
bertahanlah Sunbaenim..." Krystal tak mampu membendung air matanya.
Minho mengambil
alih tugas Krystal yang menekan sapu tangan pada luka Taemin untuk menghentikan
pendarahan. "Telefon ambulan dan amankan dia!" perintahnya yang
segera dipatuhi oleh anak buah Jonghoon.
Jonghoon
berdiri mematung menatap bagaimana Krystal dan Minho berusaha menyelamatkan
nyawa Taemin.
***
Jinki
dan Minho membantu mendorong brankar tempat Taemin terbaring memasuki IGD rumah
sakit. Krystal turut berlari di belakangnya.
"Krystal?"
Joongki yang malam itu bertugas di IGD terkejut melihat Krystal datang ke IGD.
"Uisa-nim,
aku mohon tolong dia!" pintanya masih dengan menangis.
"Kenapa
dia?" Joongki segera menbantu untuk merawat Taemin.
"Luka
tusuk di pinggang," Minho menjawab pertanyaan Joongki.
Perawat
meminta Jinki, Minho dan Krystal untuk minggir. Krystal duduk di antara Minho
dan Jinki yang babak belur. Minho merangkulnya, berusaha menenangkannya.
Tak
lama kemudian Jaejin datang ke rumah sakit. Ia menemukan Jinki yang duduk
bersama Krystal dan Minho. Jinki berdiri menyambut Jaejin kemudian mengajak
pemuda itu menjauh dari Minho dan Krystal.
Lima
belas menit kemudian Jinki dan Jaejin kembali ke tempat di mana Minho dan Krystal
duduk.
"Terima
kasih. Walau aku masih tak percaya kau mati-matian membela Taemin, aku ucapkan
terima kasih untuk semua itu." Jaejin memulai obrolan.
"Aku
melakukannya demi Minhee dan Krystal," jawab Minho yang masih bertahan duduk
berdampingan dengan Krystal.
Jaejin
yang berdiri di depan Minho menghela napas pelan. "Tentang Choi Minhee,
maafkan aku. Pelaku yang menabraknya mengendarai motor salah satu anggota
kelompokku. Dia saudara dari pemilik motor. Kami sudah mengamankannya."
"Karena
salah paham, anggotaku melukai Lee Taemin. Aku pun minta maaf untuk hal itu.
Kami sudah mengamankan pelaku. Kami akan menyerahkannya pada pihak
berwajib."
"Sebaiknya
jangan. Kau paham maksudku kan?"
Minho
menghela napas panjang dan mengangguk pelan.
"Terima
kasih."
Minho
bangkit dari duduknya. Krystal pun ikut berdiri.
"Ada
kalian di sini, kami pamit pergi," Minho berpamitan.
"Choi
Minhee juga dirawat di sini?" tanya Jinki.
"Iya,"
jawab Krystal dengan suara serak.
"Ini
benar-benar..." gumam Jinki sembari menggelengkan kepala.
"Kami
pergi," Minho mengulang untuk berpamitan.
"Lalu
bagaimana dengan Tuan Choi?" pertanyaan Jaejin berhasil menghentikan
langkah Minho.
Minho
berbalik dan menatap Jaejin. "Bagaimana dengan Nyonya Lee?" ia balik
bertanya.
Jaejin
balas menatap Minho namun tak berkata apa-apa.
***
Taemin
sudah dipindahkan ke kamar rawat inap. Jaejin dan Jinki masih bertahan di rumah
sakit untuk menjaganya. Walau telah dirawat dan dipindahkan, Taemin belum
sadarkan diri. Hal itu membuat Jaejin dan Jinki khawatir. Apalagi keduanya
telah mendapat kabar bahwa Nyonya Lee telah kembali dari ke Korea semalam.
Beliau akan sampai pagi ini dan akan segera menuju rumah sakit untuk menemui
putra semata wayangnya.
Minho
yang menjaga Minhee sejak semalam pun tampak suntuk. Semalam ia menerima
telefon dari Tuan Choi. Pria itu marah besar mendengar insiden yang menimpa
Minhee. Ia menyalahkan Minho karena merahasiakan musibah yang menimpa Minhee
darinya. Tuan Choi pun telah bertolak kembali ke Korea dan akan tiba di Seoul
pagi ini. Minho mengelus lembut tangan Minhee. Ia berharap gadis itu segera
membuka mata.
Hari
menjelang siang. Mobil sedan mewah berwarna putih tiba di halaman depan rumah
sakit. Nyonya Lee keluar dari dalam mobil. Jaejin menyambutnya. Wanita itu
berbincang sejenak bersama Jaejin lalu keduanya terburu-buru memasuki rumah
sakit.
Selang
beberapa menit, mobil sedan mewah berwarna hitam tiba di rumah sakit. Tuan Choi
keluar dari dalam mobil. Dengan langkah tenang ia berjalan memasuki rumah
sakit.
Jinki
yang sedang duduk di pinggir ranjang Taemin segera berdiri ketika Nyonya Lee
memasuki kamar tempat Taemin dirawat. Wanita itu duduk di kursi tempat Jinki
sebelumnya duduk. Jinki beralih berdiri di samping Jaejin.
Nyonya
Lee mengelus tangan kanan Taemin dan menatap anak semata wayangnya dengan
tatapan sendu.
"Bagaimana
ini bisa terjadi? Taemin-aa, bangunlah. Buka matamu. Jangan buat Eomma menjadi
begini takut," bisik Nyonya Lee.
Jinki
dan Jaejin sama-sama menundukan kepala melihat dan mendengarnya.
Jonghoon
terkejut ketika Tuan Choi tiba-tiba menampar Minho. Krystal yang juga berada di
depan kamar tempat Minhee dirawat pun ikut dibuat syok. Minho hanya bisa
menundukan kepala tak melakukan perlawanan.
"Ajushi!"
protes Krystal.
"Diam,
kau!" Tuan Choi menuding Krystal. "Kalian berdua benar-benar..."
ia menatap Krystal lalu Minho. Usai menghembuskan napas secara kasar, ia pun
masuk untuk menengok keadaan putri bungsunya yang koma.
"Oppa..."
Krystal memeriksa pipi Minho.
Jonghoon
hanya bisa menundukan kepala merasa sungkan tak bisa membela Minho di depan
Tuan Choi.
***
24
jam berlalu Taemin belum juga sadarkan diri. Nyonya Lee masih bertahan
menungguinya. Wajahnya terlihat lelah namun ia enggan beranjak ketika Jinki
membujuknya untuk istirahat.
"Kau
selalu sakit ketika keinginanmu tak terpenuhi, kali ini apa yang kau inginkan
hingga kau seperti ini?" Nyonya Lee yang hanya ada berdua saja dengan
Taemin mulai bicara. Dielusnya dengan lembut rambut Taemin yang terlihat
seperti sedang tertidur pulas.
"Katakan
pada Eomma apa yang kau inginkan. Bukalah matamu. Katakan apa yang kau
inginkan. Eomma akan memberikan semua yang kau inginkan. Apa pun itu,"
Nyonya Lee menundukan kepala. Berusaha keras menahan air matanya agar tak
runtuh.
Terdengar
suara pintu terbuka, Jinki masuk bersama seorang perawat. Nyonya Lee bangkit
dari duduknya.
"Anda
Nyonya Lee?" sapa perawat itu.
"Iya,"
Nyonya Lee membenarkan.
"Bisa
ikut saya sebentar? Dokter Song ingin bertemu Anda."
"Dokter
Song?"
"Dokter
yang menangani Taemin ketika kami membawanya kemari," sela Jinki.
"Baiklah,"
Nyonya Lee mengangguk setuju.
"Mari,"
Perawat itu berjalan memimpin dan Nyonya Lee mengikuti di belakangnya meninggalkan
Jinki dan Taemin yang masih terbaring tak sadarkan diri.
Nyonya
Lee berjalan di belakang Perawat yang menjemputnya. Tampak dari arah berlawanan
seorang perawat berjalan dengan diikuti oleh seorang pria. Nyonya Lee
menyipitkan mata ketika mengetahui pria yang berjalan di belakang perawat yang
berjalan dari arah berlawan adalah Tuan Choi.
Kedua
perawat itu sama-sama berhenti di depan pintu sebuah ruangan. Keduanya saling
menyapa dengan ramah. Di belakang masing-masing, Tuan Choi dan Nyonya Lee
berdiri dengan saling menatap sengit.
"Silahkan masuk," pinta perawat yang
menjemput Nyonya Lee. "Dokter Song sudah menunggu di dalam,"
imbuhnya.
"Aku...
sekarang?" tanya Nyonya Lee.
"Iya."
"Tuan
silahkan masuk juga," pinta perawat yang menjemput Tuan Choi dengan sopan.
"Aku
juga??"
"Iya.
Kami permisi," ucap perawat yang menjemput Tuan Choi yang juga pamit pergi
bersama temannya--perawat yang menjemput Nyonya Lee.
Tuan
Choi dan Nyonya Lee saling melempar pandangan. Nyonya Lee membuang muka lebih
dulu lalu membuka pintu dan mengucap permisi untuk masuk ke dalam ruangan
Dokter Song. Tuan Choi mengekor dibelakangnya.
Nyonya
Lee dan Tuan Choi terkejut ketika sampai di dalam ruangan Dokter Song. Dokter
muda dan tampan itu tak sendiri di dalam ruang kerjanya. Ada Krystal yang duduk
manis di kursi kerjanya.
"Krystal??"
sapa Tuan Choi dengan ekspresi terkejut.
"Annyeong
hasimnika, Ajushi," Krystal yang sudah berdiri memberi salam dengan sopan.
"Annyeong hasimnikka, Nyonya Lee," ia berganti menyapa Nyonya Lee.
"Silahkan duduk," pintanya masih dengan suara lembut dan sopan.
"Ada
apa sebenarnya?" tanya Tuan Choi.
"Mohon
duduklah dahulu. Pembicaraan kita akan sangat panjang," Krystal kembali
duduk.
Nyonya
Lee duduk di salah satu kursi di balik meja.
Tuan
Choi menatap Dokter Song yang tersenyum manis dan tulus padanya sejenak.
Kemudian ia pun duduk di kursi kosong di samping Nyonya Lee.
"Kau
Blue Pearl kan?" Nyonya Lee mulai bersuara.
"Iya,
Nyonya. Senang sekali Anda mengenali saya. Tentu Anda mengenal Red Princess
juga kan? Karena kami sejoli yang selalu bersama, aku yakin Anda pasti juga
mengenalnya. Apalagi Anda seorang penggiat sastra. Kalian mempunyai
kesamaan," Krystal tersenyum manis juga sinis membuat Nyonya Lee sedikit
gusar.
"Kenapa
kau mengundang kami atas nama Dokter Song?" giliran Tuan Choi bertanya.
"Jika
aku meminta bertemu Anda berdua atas namaku sendiri, apa Anda berdua bersedia
datang seperti ini? Dokter Song adalah Dokter keluargaku. Saat Red Princess
mengalami kecelakaan, hanya dia yang terpikir olehku. Karenanya aku membawa Tuan
Putri kesayanganku kemari."
"Sebenarnya
apa yang kau inginkan?!" Tuan Choi sudah tak sabar mendengar basa-basi
Krystal.
"Ajushi
sudah tidak sabar rupanya? Inilah sifat Ajushi yang paling aku benci. Tidak
sabaran dan selalu merasa paling benar. Egois. Karena itu semua aku dan Minhee
harus kehilangan Choi Minhwa Eonni."
Suasana
berubah hening dan kaku. Tuan Choi terlihat sedikit salah tingkah sedang Nyonya
Lee ekspresinya berubah sedikit sendu.
"Tuhan
itu gemar sekali bermain-main. Sebelumnya aku selalu berdo'a, cukup Choi Minhwa
Eonni saja yang mengalami tragedi tapi Tuhan kembali memainkan dadu permainan.
Sejarah terulang lagi," Krystal berbicara dengan tatapan kosong seolah ia
berbicara dengan dirinya sendiri.
"Apa
maksudmu?!" bentak Tuan Choi.
"Jangan
katakan jika..."
"Ya,"
Krystal memotong ungkapan Nyonya Lee. "Semua itu benar. Lee Taemin dan
Choi Minhee, mereka saling jatuh cinta. Menurut Anda berdua itu tak boleh kan?
Kenapa? Karena Minhee adalah seorang Choi dan Taemin adalah seorang Lee. Karena
Minhee adalah merah dan Taemin adalah putih. Begitu menurut kalian, tapi tidak
bagi Tuhan. Kebersamaan mereka adalah keindahan bagi-Nya."
Tuan
Choi dan Nyonya Lee sama-sama menatap Krystal dengan tatapan marah.
"Kenapa
Anda berdua menatapku seperti itu? Anda marah? Marahlah pada Tuhan yang telah
menuliskan kisah ini. Aku, Minhee dan juga Taemin Sunbaenim hanyalah pemain.
Akan aku ceritakan semuanya sekarang. Di sini, di depan Anda berdua, Tuan Choi
dan Nyonya Lee."
Krystal
pun menjelaskan kronologi bagaimana Minhee dan Taemin bertemu hingga keduanya
saling jatuh cinta. Tuan Choi sempat menyela, memintanya untuk berhenti. Namun
Krystal berhasil membuat pria itu diam dengan kata-katanya.
Krystal
pun tak lupa membeberkan tentang rencana pernikahan Minhee dan Taemin yang
dibuat kacau oleh kecelakaan yang kini membuat Minhee koma.
"Kenapa
Taemin Sunbaenim dan Minhee merencanakan pernikahan? Itu karena..."
Krsytal diam sejenak, "karena Minhee telah mengandung anak Taemin
Sunbaenim."
Kalimat
terakhir yang diucapkan Krystal terdengar bagai suara guntur yang menggelegar
dekat di telinga Tuan Choi dan Nyonya Lee. Keduanya terbelalak menatap Krystal.
Syok mendengar pengakuan gadis itu.
"Benar-benar
di luar dugaan Anda berdua bukan? Aku pun sama terkejutnya dengan Anda berdua
ketika mendengar pengakuan mereka. Aku pun berusaha menolak, tapi sekali lagi
aku hanya manusia biasa. Aku tak akan mampu menentang ketentuan yang dibuat
Tuhan. Permainan yang Ia buat pun melumpuhkanku sejenak. Kenapa Minhee-ku tega
melakukan itu padaku?" tatapan Krystal kembali kosong dan butiran bening
yang sempat tertahan di kedua matanya meluncur menuruni pipi mulusnya.
"Tak
ada pilihan lain kecuali mengikuti permainan-Nya. Aku dan Minhee menyusun
banyak skenario seandainya rencana yang kami susun gagal, tapi lagi-lagi Tuhan
memberi kejutan. Minhee kecelakaan dan koma. Saat aku ingin memberi tahu Taemin
Sunbaenim tentang kemalangan yang dialami Minhee, Tuhan kembali memberiku
kejutan. Kami diserang dan Taemin Sunbaenim terluka, tak sadarkan diri hingga
kini," Krystal mengusap air mata yang membasahi pipinya.
"Tuhan
telah memberi kita banyak teguran, tapi kenapa kita masih bersikap angkuh? Aku
benar-benar takut sekarang. Takut jika tragedi yang menimpa Choi Minhwa Eonni
akan terulang. Jika itu terjadi, aku akan kehilangan sahabatku satu-satunya dan
Anda berdua akan kehilangan anak kesayangan Anda masing-masing. Bukan hanya
anak, tapi juga cucu. Bagiku tak akan terlalu miris, tapi..." Krystal tak
melanjutkan perkataannya. Ia diam sejenak membiarkan air matanya yang bicara.
"Aku
mengatakan ini semua untuk memohon kepada Anda berdua. Aku mohon ampuni
Minhee-ku dan Taemin Sunbaenim. Aku mohon restui mereka. Bukankah setiap orang
tua ingin melihat anaknya hidup bahagia? Bukankah Ajushi dan Nyonya Lee dahulu
teman baik? Bukankah sebenarnya salah paham itu sudah diluruskan? Aku tak
berharap banyak, tapi... tapi aku hanya ingin melihat Minhee tersenyum bahagia.
Baik saat ia kembali atau saat..." Krystal lagi-lagi tak melanjutkan
ucapannya. Ia bangkit dari duduknya dan masih menangis, berlari menuju pintu
dan keluar meninggalkan ruangan Dokter Song.
Hening
dan kaku di dalam ruangan Dokter Song. Joongki, Tuan Choi dan Nyonya Lee
sama-sama terdiam.
"Dukungan
dari keluarga dan orang-orang yang dicintai, hanya itu yang bisa menolong Choi
Minhee sekarang. Luka di fisiknya sudah membaik, tapi sepertinya jiwanya enggan
untuk bangkit," Joongki memecah kebisuan. "Jalan kesembuhan seseorang
tak serta merta dari jalan medis saja. Doa dan cinta dari orang-orang terkasihlah
yang paling penting karena tak ada kekuatan yang lebih besar dari do'a dan
cinta. Keduanya sungguh dahsyat. Selalu ada keajaiban di dalamnya."
Joongki
menunduk sopan meninggalkan Tuan Choi dan Nyonya Lee di dalam ruangannya.
***
Nyonya
Lee berjalan lesu menuju kamar tempat Taemin dirawat. Tampak Jaejin duduk di
kursi di depan ruangan. Pemuda itu segera berdiri ketika melihat Nyonya Lee
berjalan ke arahnya.
Jaejin
menunduk memberi salam namun Nyonya Lee mengacuhkannya. Ia berjalan melewati
Jaejin dan langsung membuka pintu kamar Taemin.
Mata
Nyonya Lee terbelalak ketika pintu kamar tempat Taemin dirawat terbuka. Ruangan
itu kosong.
"Taemin!
Taemin, di mana dia?" tanya Nyonya Lee panik.
"Taemin..."
Jaejin terlihat ragu.
Nyonya
Lee berjalan terburu-buru menuju kamar tempat Minhee dirawat. Lima menit
setelah Nyonya Lee pergi bersama perawat yang menjemputnya, Taemin sadar. Sejak
membuka mata ia merengek untuk mengunjungi Minhee. Setelah Dokter memeriksanya,
Taemin meminta Jinki untuk mengantarnya ke kamar Minhee.
Nyonya
Lee melewati kapel rumah sakit. Ia berhenti sejenak dan memerhatikan Krystal
yang sedang duduk di dalam kapel. Gadis itu terlibat khusyuk berdo'a. Ia
menghela napas dan kembali berjalan menuju kamar tempat Minhee dirawat.
Langkah
Nyonya Lee mengendur ketika semakin dekat dengan kamar Minhee. Tuan Choi
terlihat duduk di kursi di depan kamar Minhee. Ada Jinki yang menemaninya.
Jinki
bangkit dari duduknya ketika mengetahui Nyonya Lee berjalan ke arahnya. Tuan
Choi ikut berdiri.
"Taemin,
apa dia di sini?" sapa Nyonya Lee ketika sudah berhenti di depan kamar
tempat Minhee dirawat.
Tuan
Choi mengangguk. "Duduklah. Biarkan mereka menyelesaikan urusan
mereka," ucapnya sembari kembali duduk.
Nyonya
Lee terkejut mendengar ucapan dan sikap lembut Tuan Choi padanya.
***
(Satu
bulan kemudian)
Taemin
berdiri di dekat altar dengan senyum manis terkembang. Ia terlihat tampan dalam
balutan tuxedo putih dan celana dengan warna senada.
Minhee
berjalan menuju altar. Ia terlihat anggun dan cantik dalam balutan gaun pengantin
berwarna putih. Krystal berjalan mengiringi dibelakangnya.
Setelah
sadar Taemin mengabaikan lukanya dan selalu menemani Minhee. Setiap hari ia
datang ke kamar Minhee untuk berbagi cerita.
Minhee
yang sempat terbaring koma selama satu minggu akhirnya membuka mata. Ia
diperbolehkan pulang dua hari kemudian dan dinyatakan sembuh.
Taemin
menyambut Minhee dan menuntunnya ke depan altar. Pendeta yang sudah menunggu
tersenyum menyambut keduanya. Hari itu keduanya mengikat janji suci di gereja
kecil yang dahulu menjadi tempat pernikahan mendiang Choi Minhwa dan kekasihnya
yang seorang klan Keluarga Lee.
Nyonya
Lee menyeka air matanya menyaksikan Taemin dan Minhee berdiri di depan pendeta
untuk mengikat janji suci.
"Kau
menangis?" tanya Tuan Choi yang duduk di samping Nyonya Lee.
"Entah
kenapa aku merasa begitu terharu," ungkap Nyonya Lee.
"Andai
dulu aku berani jujur padamu, mungkin kita akan seperti mereka."
Nyonya
Lee tersenyum. "Sayangnya Tuhan menciptakan cerita lain untuk kita.
Putrimu sangat cantik dan pandai."
"Dan
dia seorang penggiat sastra. Kalian pasti akan cocok."
Nyonya
Lee tersenyum tersipu. "Putramu juga sangat tampan."
"Dia
juga hobi balap motor. Tak jauh beda denganmu."
"Tuhan
benar-benar keren kan?" sela Krystal yang duduk di samping Tuan Choi.
Tuan
Choi tersenyum dan merangkul Krystal.
"Aku
tak sabar menanti kelahiran keponakanku. Ayahnya tampan dan ibunya cantik,
keponakanku pasti keren!" Krystal dengan wajah berbinar.
Tuan
Choi dan Nyonya Lee kompak tersenyum mendengar ocehan Krystal.
Taemin
berdiri berhadapan dengan Minhee. Ia tersenyum bahagia menatap pujaan hatinya
dengan penuh kasih. Janji suci untuk sehidup semati telah mereka ikrarkan
bersama. Hari ini mereka telah resmi menjadi sepasang suami istri.
Taemin
merendahkan kepalanya dan mencium Minhee di depan para tamu yang hadir di
gereja.
"Kau
lihat kan? Kisah kita tak seperti Romeo and Juliet. Kau dan aku, kita akhirnya
bersama." --Taemin.
"Terima
kasih Eonni. Terima kasih telah menyampaikan do'aku pada Tuhan." --Minhee.
"Karena
Engkau telah mendengar do'aku, mulai hari ini aku akan menjaga mereka semua
dengan baik, seperti janjiku pada-Mu." --Krystal.
-------
THE END --------
.shytUrtle.
0 comments