¤ Bilik shytUrtle – CERMIS " CERMIS - Creepy Story Awal Tahun” ¤
04:38
Alhamdulillah, Jum'at barokah.
Jum'at ini super banget. Subhanallhah.
Yey! CERMIS is back! Tapi maaf ga
publish di hari Kamis karena entah karena alasan apa gUi nggak mau diajak kerja
di hari Kamis malam. Sebelumnya aku pikir aturan itu udah nggak berlaku karna
setahun lebih aku hiatus. Pas dicoba ternyata masih sama.
Ok, ada yang kangen sama CERMIS
berisi creepy story ramuanku nggak? Ada? Nggak ada? Ada nggak ada udah kadung
bikin ramuan jadi tulis aja yok! Hehehe.
Seperti biasa publish ramuan
creepy story harus dapat izin dulu dari si empunya cerita. Tahun udah ganti
aturan tetep sama. Tapi ya begitulah, namanya juga hidup berdampingan jadi
harus saling menghargai dan menghormati. Juga saling memahami.
Kali ini aku bikin dua ramuan
creepy story. Yang keinget itu aja sih. Hehehe. Ok, monggo dinikmati ramuan
pertama dari creepy story ala kUra-kUra.
Dimulai dari akhir Desember aku
jadi rajin ke Dokter Gigi. Awalnya gara-gara tambalan gigi lepas yang
mengakibatkan gigiku infeksi, jadilah harus bolak-balik ke Dokter Gigi.
Ditambah karena ke-O'on-anku, waktu perawatan jadi molor. Dasar! Babo jara!
Beberapa waktu lalu balik ke
Dokter Gigi buat lanjut perawatan. Eh, ternyata ruang poli giginya pindah. Ndak
di bawah lagi tapi pindah ke atas. Tahun kemaren ruangan itu Poli BP. Sering
masuk ruangan tersebut karena tahun lalu harus bolak-balik periksa karena sakit
GERD. Hello, we meet again!
Ruangannya udah berubah.
Tampilannya makin cantik. Temboknya terbuat dari porselen berwarna biru. Adem
dah waktu masuk trus duduk di kursi untuk perwatan gigi. Awalnya biasa aja
sampai tengah-tengah proses perawatan. Kaya ada yang nyuruh natap ke pojok
kanan sebelah utara tepatnya pojok yang di sisi timur. Ada apa sih? Kok ini
mata melihat ke sana mulu! Aduh! Kok aku merinding ya?
Balik dari perawatan langsung
nyamperin Tunjung. Tanpa basa-basi aku pun melangsungkan serangan pada Tunjung.
"Eh, barusan aku perawatan
gigi, ruangannya pindah lho. Tapi ada yang aneh. Kenapa mataku tertuju di pojok
utara timur. Ada apa sih di sana? Coba lihat dari mataku!" aku mendekati
Tunjung membelalakan kedua mataku sambil menjulingkannya. Sontak Tunjung ngakak
dan hampir memukulku.
"Ih, ditanyain malah ngakak!" protesku.
"Nah kamu ngapain pakek julingin mata gitu," Tunjung balik protes.
"Ada apaan sih di pojok itu?"
"Nurut kamu apa?"
"Kalo
aku tahu aku nggak bakalan tanya kamu!"
"Ya bentar tak liate. Aku tak
ke sana."
Tunjung tetap duduk manis di
singgasananya dan aku buru-buru ke belakang untuk BAK.
"Oh, itu si cungkring yang
seksi," Tunjung berteriak dari ruang tamu.
"Apa?!" tanyaku dari
belakang yang hendak masuk ke kamar mandi namun tak ada jawaban.
Usai memenuhi panggilan alam untuk
BAK alias buang air kecil, aku kembali ke tempat di mana Tunjung berada.
"Apa kamu bilang tadi? Ada si cungkring yang seksi?" tanyaku meminta
kepastian.
"Iya."
"Cungkring yang seksi? Yang mana sih?"
"Aduh, maksudku si cungkring yang centil."
"Ha?? Yang mana lagi
itu?"
"Itu... mbak yang pernah datengin kamu."
Aku langsung
teringat pada Mbak Kunti Muka Creepy yang emang centil dan agak usil.
"Oh,
maksudnya Mbak Kunti Muka Creepy? Yang gaun putihnya sebawah lutut kan? Yang
rambutnya agak keriting?"
"Nah, iya itu!"
"Jadi dia?"
"Yap. Dia berdiri di pojokan itu sambil bawa bunga. Buket bunga gitu.
Bunganya diayun-ayunin. Tahu kan gimana centilnya dia?"
"Lah ngapain
dia di situ?"
"Entahlah."
"Oh, God! Apa gara-gara sekarang
yang ada di ruangan itu cowok? Dokter Gigi-nya kan cowok?"
"Eum, bisa
jadi."
"Aku jadi ngebayangin apa jangan-jangan dia bawa bunga itu
buat dikasihin ke Dokter ya?"
"Aih, mulai deh otak ngayalmu!"
Ternyata Mbak Kunti Muka Creepy
masih suka ngeksis. Kalo misal ada "Awake - It's Sarang Clover Creepy
Story Season 2" dia udah nyumbang cerita tuh buat ngisi bukunya.
Resep creepy story yang kedua
masih fresh banget. Baru kemaren kejadiannya.
Tunjung lagi nemenin aku di toko.
Menjelang siang ada satu customer yang tak lain adalah salah satu Bidan yang
bekerja di PUSKESMAS dekat markas baru.
"Itu siapa anak kecil yang
ikut njenengan?" tanya Tunjung kepada Bu Bidan secara tiba-tiba.
Sontak
kami--aku dan Bu Bidan-langsung menghentikan aktifitas. Hening sejenak.
"Mana Mbak Tunjung? Aduh aku jadi merinding," kata Bu Bidan setelah
sempat terdiam selama beberapa detik.
"Itu yang pegang rok Ibu sambil
malu-malu kucing ngintip ke sini."
Well, si abnormal Tunjung mulai
beraksi.
"Saya ndak tahu Mbak Tunjung. Sekarang masih ada?"
"Iya. Masih pegang rok ibu. Anak kecil, perempuan. Umurnya kira-kira tiga
tahun. Cantik anaknya kaya Cina. Rambutnya lurus sebahu," Tunjung
menggambarkan detail penampilan "si anak" yang ngikut Bu Bidan.
"Ibu dari rumah atau dari mana?" tanyaku menyela.
"Dari rumah.
Aduh Mbak, aku merinding. Dia siapa?"
"Biar tinggal di sini saja.
Nanti saya ajak ngobrol, saya tanya-tanya," jawab Tunjung.
"Nanti
kasih tahu aku ya, Mbak. Aku penasaran juga soalnya," pesan Bu Bidan
sebelum pergi meninggalkan toko.
Tunjung masih membantuku
memfotocopy ratusan lembar data pasien rawat inap.
"Aduh anak ini! Jangan ganggu
dong. Aku jadi nggak bisa konsentrasi nih!" protes Tunjung mengejutkan
aku.
"Masih di sini dia?" tanyaku yang juga penasaran.
"Iya. Nah
ini berdiri deket mesin," Tunjung menuding sisi timur mesin fotocopy.
Sejenak suasana berubah hening.
Dan beberapa menit kemudian...
"Oh gitu..." kata
Tunjung sambil manggut-manggut.
"Kenapa?" aku makin penasaran.
"Dia mati karena keguguran. Dia di kubur di jurang di jalan menuju rumah
Bu Bidan."
"Ya ampun... kasian. Masih di sini dia?"
"Itu
maen sama anak-anak di TK depan."
"Sebelah mana dia?"
"Berdiri meluk tiang listrik tuh."
"Mungkin mau ikutan main tapi
anak-anak yang lagi main nggak bisa lihat dia. Kasian banget."
Tahun sudah berganti namun
kisah-kisah creepy masih suka menghampiri markas besar kami.
Demikian creepy story yang
lagi-lagi kami alami. Mohon maaf jika ada salah kata dan terima kasih.
tempurung kUra-kUra, 5 Januari
2016.
--shytUrtle--
0 comments