The White Prince and The Red Princess #11
06:01The White Prince and The Red Princess.
* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.
Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan
senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang
sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.
#11
Walau berusaha
bersikap normal, kecanggungan masih tampak di antara Minhee dan Taemin. Krystal
yang menyadari hal itu sejak keduanya kembali hanya terus mengamati dalam diam.
Malam itu kegiatan di tutup dengan gladi bersih di ruang pertemuan. Lalu para
anggota klub menuju ke kamar yang telah disediakan oleh pengurus panti. Anggota
perempuan dan laki-laki tidur di ruang terpisah.
"Ya, Choi Minhee!"
panggil Krystal saat Minhee akan memasuki kamar.
"Em?" Minhee
menghentikan langkah dan menoleh.
Krystal diam menatap Minhee dan begitu
sebaliknya. "Ah, sudahlah. Sebaiknya kita tidur." Krystal berjalan
masuk ke kamar melewati Minhee.
Minhee menggeleng pelan dan hendak masuk ke
kamar ketika ia mendengar suara Taemin memanggil namanya. Ia menoleh ke arah
kiri dan mendapati Taemin sudah berdiri menatapnya. Sambil menyipitkan mata ia
berjalan mendekat dan berdiri jarak satu langkah di depan Taemin yang tersenyum
padanya.
"Kenapa kemari?" tanya Minhee.
"Aku hanya ingin
mengatakan, tidurlah yang nyenyak. Jangan memikirkan tentang esok atau lusa.
Aku tahu kita butuh rencana, tapi aku pun tak mau kau terlalu terbebani tentang
rencana itu. Aku tak akan lari. Kau percaya padaku, kan?" Taemin kembali
mengembangkan senyumnya yang indah. Senyum yang selalu membuat hati Minhee
berdebar dan luluh.
Krystal yang menguping mengerutkan dahi mendengar ungkapan
Taemin.
"Itu bukan berarti aku bergantung padamu. Aku pun sedang
memikirkannya. Sebuah rencana untuk kita. Jadi aku harap kau tidak terlalu
mengkhawatirkannya dan tidurlah dengan baik. Kau harus benar-benar menjaga
kesehatanmu."
"Oppa yang terlalu khawatir. Tenanglah. Aku baik-baik
saja." Minhee menunjukan senyum terbaiknya.
"Huft... Baiklah. Aku
percaya padamu. Selamat malam Red Princess. Selamat tidur. Dan semoga kau
memimpikan aku." Taemin membalikan badan membelakangi Minhee lalu berjalan
cepat meninggalkan gadis itu.
Minhee tersenyum dan menggeleng pelan masih
menatap Taemin yang berjalan pergi meninggalkannya.
"Rencana?" gumam
Krystal lirih. "Apa yang mereka bicarakan? Rencana apa?"
***
Kegiatan
bakti sosial sukses digelar. Klub teater tak hanya menyumbang uang untuk panti
asuhan, tapi juga barang-barang kebutuhan untuk anak-anak. Pertunjukan pun
sukses digelar. Taemin yang jago dance turut urun pertunjukan dance solo yang disambut
meriah para penonton. Sore harinya rombongan berkemas dan kembali pulang.
Taemin cemberut sepanjang perjalanan pulang. Kibum turut dalam bus dan Minhee
memilih untuk duduk bersamanya membuat Taemin harus rela menghabiskan waktu
perjalanan pulang bersama Amber.
Bus sampai di sekolah ketika hari sudah gelap.
Ada beberapa orang tua yang sudah menanti di sana. Tampak pula Minho sudah
berdiri di samping mobil sedan hitam menunggu Minhee. Melihatnya membuat
kerutan di kening Taemin semakin dalam. Karena ada Minho akan sulit baginya
untuk berpamitan pada Minhee.
Minhee dan Krystal berdiri di samping bus.
Keduanya mengucapkan terima kasih pada seluruh peserta bakti sosial yang turun
dari bus. Minho yang mengamati dari tempatnya menunggu mengerutkan dahi melihat
Taemin dan Jinki ada di antara rombongan. Dan apa yang dikhawatirkan Taemin
terjadi juga, ia tak bisa puas berpamitan pada Minhee karena ada Minho.
***
Taemin bangkit dari duduknya dan berlari kecil menyambut Minhee ketika gadis
itu muncul di koridor menuju basecamp klub teater.
"Bagaimana tidurmu
semalam? Nyenyak? Kenapa kau tidak membalas pesanku? Semua baik-baik saja
kan?" Taemin memberondong Minhee dengan pertanyaan-pertanyaannya.
"Oppa kenapa kemari?" bukannya menjawab pertanyaan Taemin, Minhee malah
mengajukan pertanyaan padanya.
"Aku masih berstatus murid terhukum di klub
teater. Kau lupa? Katakan semua baik-baik saja kan?" Taemin mengimbangi
langkah Minhee yang pelan menuju basecamp.
"Em." Minhee mengangguk.
"Masih... sakit??" tanya Taemin ragu-ragu.
Minhee mengangkat kepala
dan menatap Taemin dengan sinis.
Taemin dibuat serba salah oleh tatapan Minhee.
Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Maaf. Aku tak akan tanya
lagi."
Senyum terkembang di wajah Minhee. Menurutnya tingkah Taemin sangat
lucu. "Oppa jangan khawatir. Aku baik-baik saja."
Minhee masuk ke
dalam basecamp. Taemin mengikutinya. Kemudian keduanya duduk berdampingan di
atas bangku panjang yang ada di dalam basecamp.
"Oppa khawatir aku
hamil?" Minhee kembali memulai obrolan.
"Tid-tidak." Taemin
kemudian menghela napas. "Begini, Minhee. Semalam aku telah memikirkan
semua dan aku telah bertekad. Aku... aku.. telah memutuskan. Aku... akan
menikahimu."
Minhee langsung menoleh. "Menikah?? Tapi kita... masih
sekolah. Oppa..."
"Itu semua bisa diatur. Serahkan saja padaku. Atau
kau tak mau menikah denganku?"
"Bukan begitu. Tapi..."
"Menikah?" suara Krystal mengejutkan Minhee dan Taemin.
Krystal
berdiri melipat tangan di dada menatap Minhee dan Taemin secara bergantian.
"Kebetulan kau muncul. Aku butuh bantuanmu," sapa Taemin pada
Krystal.
Krystal memiringkan kepala. "Kau mau menikahi Minhee?"
"Krystal..."
"Iya."
Jawab Minhee dan Taemin berurutan.
"Oh my God! Kenapa kalian selalu saja membuatku pusing? Tuhan... kenapa
sejarah harus terulang? Ya aku mengagumi bagaimana kisah cinta kalian tapi,
ayolah. Ini terlalu beresiko. Menikah? Kalian masih terlalu muda dan berstatus
murid SMA. Aku pasti sedang bermimpi," Krystal meletakan tangan di kedua
pipinya.
"Aku..." Taemin tak melanjutkan kalimatnya karena Junki
tiba-tiba memasuki basecamp.
"Oh, Lee Taemin. Kau masih di sini?"
sapa Junki.
"Iya. Sonsaengnim belum memberi penilaian dan keputusan aku
lulus atau tidak," jawab Taemin dengan ekspresi kesal.
"Ah, iya. Maaf
aku lupa. Begini saja, buatlah karangan tentang pengalamanmu selama mengikuti
kegiatan klub teater."
"Mwo??" mulut Taemin membulat.
"Mengarang??"
"Iya. Jika kau cepat menyelesaikannya maka kau
akan cepat pergi dari klub ini."
"Tapi sepertinya ia enggan pergi,"
sela Krystal dengan lirikan memicing pada Taemin. "Sonsaengnim sebaiknya
memberikan deadline padanya. Jujur saja aku bosan melihatnya ada di antara
anggota klub."
Mulut Taemin terbuka tanpa suara ketika Junki berkata,
"Baiklah. Seminggu. Aku tunggu tugasmu di mejaku dalam tenggang waktu seminggu.
Terhitung mulai hari ini."
Krystal tersenyum penuh kemenangan, sedang
Taemin menatapnya kesal.
"Jangan protes! Kau sudah cukup mengganggu
seperti kata Krystal. Minhee, kemarilah!" Junki berjalan melewati Taemin.
Minhee mengikuti di belakangnya.
***
Keesokan harinya Taemin ingin membahas
kembali rencana perikahannya dengan Minhee, namun ketika ia sampai di basecamp
klub teater Minhee tak sendiri di sana. Ada Amber dan Krystal yang menemaninya.
Taemin mengirim pesan pada Minhee agar mereka bisa bertemu berdua saja, namun
Minhee mengabaikannya dan tetap memilih duduk bersama Amber dan Krystal. Ia
yang kesal hanya bisa mondar-mandir di basecamp.
"Hey, Murid Terhukum! Kau
kenapa? Tidak bisq duduk tenang ya?" tanya Krystal.
"Tak usah pedulikan
aku!" Taemin menggerakan tangan kanannya.
"Belum dapat inspirasi
untuk membuat karanganmu?" sambung Amber turut bertanya.
"Aku sudah
menulisnya semalam. Hanya saja orang yang ingin aku pinta untuk membacanya
pertama kali malah mengabaikanku," Taemin menghentikan langkah dan melirik
Minhee.
Amber dan Krystal turut menoleh mentap Minhee. "Maksudmu
Minhee?" tanya Amber.
"Iya."
"Oh, maaf. Aku terlalu sibuk
berdiskusi," Minhee menundukan kepala.
"Jika Choi Minhee menilainya
bagus, aku rasa Lee Junki Sonsaengnim juga akan menilainya bagus. Waktuku tak
banyak di klub ini, tapi ada banyak hal yang harus aku selesaikan. Kenapa
kalian tak mau mengerti?" Taemin sepenuhnya menghadap pada Amber, Krystal
dan Minhee. Ekspresinya benar-benar frustasi.
Amber melongo mendengar ungkapan
Taemin.
"Ehem!" Krsytal berdehem. "Sepulang sekolah nanti aku
dan Minhee berniat mampir ke taman baca yang ada di jalan menuju sekolah. Kau
bisa bergabung. Aku akan membiarkan kau berkonsultasi pada Minhee."
Senyum
lebar terkembang di wajah Taemin. "Benarkah?" ia segera berdehem
ketika menyadari ekspresinya terlalu berlebihan. "Baiklah," ucapnya
dengan nada lebih datar.
***
Krystal melipat tangan di dada, merengut menatap
Taemin yang datang bersama Jinki.
"Aku pikir kau sudah paham akan alasanku
memaksa Minhee untuk bicara. Aku dan Minhee, kami tak punya banyak waktu lagi.
Hanya kau dan Jinki yang bisa membantu kami," Taemin menjawab perengutan
wajah Krystal padanya.
"Sepertinya Blue Pearl keberatan," sambung
Jinki.
"Aku tak percaya telah menyewa ruang VIP dari taman baca ini hanya
untukmu," Krystal memijit keningnya. "Kenapa sih kau buru-buru ingin
menikahi Minhee? Masih banyak waktu dan jalan untuk... ya berusaha meluluhkan
hati orang tua kalian."
"Itu yang sedang kami usahakan!" Taemin
antusias.
"Apa menikah adalah jalan satu-satunya?" Krystal
mengerutkan dahi menatap Taemin. "Kau tahu, tiga tahun yang lalu,
pernikahan diam-diam seperti ini berakhir merenggut nyawa kakak perempuan
Minhee."
Minhee tertunduk dan meremas roknya ketika mendengar ungkapan
Krystal tentang peristiwa maut yang menimpa kakak perempuannya tahun yang lalu.
"Itu juga merenggut nyawa salah seorang anggotaku," Taemin
membenarkan.
"Nah, akhirnya kau juga tahu. Lalu apa yang akan kau lakukan
sekarang? Menikah? Mengulang sejarah? Tidak akan aku izinkan! Tidak akan ku
izinkan kau merenggut Minhee-ku. Lagi pula ada hal mendesak apa sampai-sampai
kau harus menikahi Minhee dalam waktu dekat ini?"
"Itu
karena..." Taemin menatap Minhee yang duduk menundukan kepala di depannya.
"Aku punya pertanyaan yang sama dengan Blue Pearl," sela Jinki.
"Kau minta kami menbantu pernikahanmu cepat-cepat. Ada apa
sebenarnya?"
Taemin masih menatap Minhee. Haruskah ia berkata jujur pada
Jinki dan Krsytal? "Itu karena..." ia mengulangi kalimatnya yang
belum selesai. "Karena..."
"Aku hamil," sahut Minhee cepat.
Walau ia melafalkannya dengan lirih namun suaranya cukup jelas di dengar Jinki
dan Krystal di dalam ruang VIP yang hening itu.
"Mm-mwo??" suara
Jinki keluar terbata.
Krystal tertegun menatap Minhee yang duduk di sampingnya.
Minhee mengangkat kepala. "Iya, aku hamil. Oppa..." ia menatap lurus
Taemin.
"Geotjimal! Skenario apa yang sedang kau buat Choi Minhee?"
nada suara Krystal meninggi. "Kau hamil?? Hagh! Omong kosong! Katakan saja
jika kau juga ingin menikah dengannya, tapi tak perlu beralasan kau hamil! Itu
alasan bodoh! Dan kau tidak bodoh Choi Minhee!"
Minhee diam, hanya
mendengar protes Krystal. Tangannya bergerak merogoh sesuatu dalam sakunya. Tes
kehamilan itu kemudian ia letakan di atas meja membuat semua pasang mata yang
ada di dalam ruangan VIP itu menaruh perhatian pada alat berwarna putih yang
menunjukan dua strip garis hitam pada bagian tengahnya.
"Choi Minhee! Ini
tidak lucu! Sampai seperti ini kau mempersiapkannya?!" Krystal masih
meragukan bukti yang ditunjukan Minhee.
Jinki menatap Taemin lalu Minhee.
"Ada apa sebenarnya? Apakah kalian benar sedang memainkan sebuah
peran?"
"Saat itu aku dan Minhee terjebak di tengah hujan badai,
dalam mobil, di dalam bangunan itu..." Taemin menelan ludah, masih menatap
lurus-lurus pada Minhee yang kembali menundukan kepala. "Semua terjadi di
sana." ucapnya cepat menyelesaikan kalimatnya.
Krystal seketika merasa
lemas mendengar pengakuan Taemin. Punggungnya jatuh menimpa punggung kursi yang
ia duduki. Jadi... Minhee benar-benar hamil? Minhee mengandung anak Taemin??
Tuhan... kenapa sejarah harus terulang??
"Krystal... Maafkan aku..."
bisik Minhee dengan suara serak sembari menyentuh tangan Krystal yang
tergeletak di atas meja.
Tatapan Krystal kosong seolah jiwanya sedang tak
berada di dalam tubuhnya. "Kutukan. Aku yakin ini adalah kutukan untuk
keluarga kalian. Tuhan... katakan aku harus bagaimana sekarang?"
"Bantulah kami," desak Taemin.
"Kau pikir ini mudah?" sela
Jinki.
"Aku tidak mau membunuh anak ini," Minhee menggeleng dan
mengelus perutnya.
"Aku pun begitu. Perasaanku lurus padamu Choi Minhee.
Aku mencintaimu. Aku ingin kau menjadi istriku, menjaga anakku hingga ia lahir
ke dunia," Taemin menatap Minhee penuh harap.
Krystal tiba-tiba bangkit
dari duduknya dan berjalan keluar meninggalkan ruang VIP tempat mereka
berkumpul membuat Jinki dan Taemin kaget.
"Aku telah melukai
perasaannya..." Minhee menutup wajah dengan kedua tangan dan menangis.
Taemin bangkit dari duduknya dan beralih ke samping Minhee untuk menenangkan gadis
itu. Jinki menatap pintu yang tertutup usai di banting Krystal lalu beralih
menatap Minhee yang menangis dalam pelukan Taemin. "Ini benar-benar
rumit," bisiknya sembari menggeleng.
Pintu kembali terbuka dengan kasar.
Krystal muncul dengan wajah basah. Sepertinya ia baru saja membasuh mukanya.
"Mungkin aku benar-benar sudah gila. Ya, Choi Minhee! Katakan bagaimana
skenarionya dan bagaimana peran yang harus aku lakoni! Aku tidak akan
membiarkan tragedi tiga tahun yang lalu kembali terjadi. Aku akan melakukan apa
pun untuk itu!" ucap Krystal penuh amarah.
***
Taemin tersenyum lega saat
keluar dari taman baca bersama Jinki. Perundingan telah selesai. Jika semuanya
lancar maka ia akan menggelar pernikahan bersama Minhee satu hari sebelum
deadline yang diberikan Junki tiba. Ia pun merangkul Jinki dan langkahnya
terasa begitu ringan ketika berjalan.
Sementara itu di dalam ruang VIP Krystal
dan Minhee masih duduk berhadapan. Walau Krystal telah menyatakan setuju akan
membantu Minhee dengan cara apa pun, namun ekspresi syok itu masih betah
menghiasi wajah ayunya.
"Ini pertama kalinya dan kau langsung menyerahkan
dirimu padanya... kenapa?" Krystal seolah sedang bicara dengan dirinya
sendiri.
"Maafkan aku Krystal," Minhee menanggapinya dengan meminta
maaf.
Ini ketiga kalinya dua makhluk cantik itu melakukan hal yang sama.
"Hah! Sebaiknya kita pergi!" Krystal bangkit dari duduknya. "Ada
banyak hal yang harus kita lakukan agar pernikahanmu dan Taemin Sunbaenim bisa
berjalan tepat waktu."
Krystal merapikan barang-barang miliknya. Begitu
juga Minhee. Ponsel Krystal berdering tanda pesan masuk. Krystal buru-buru
membukanya.
"Ayo! Sopirku sudah sampai. Aku juga sudah memberi tahu Ajushi
juga Minho Oppa kalau kau pergi bersamaku. Tenang saja, sopirku bisa dipercaya."
Krystal dan Minhee buru-buru keluar dari taman baca. Saat sampai di luar
ternyata sopir Krsytal menunggu di seberang jalan sehingga Krystal dan Minhee
harus menyeberang.
Krystal menyeberang lebih dulu karena Minhee harus kembali
ke ruang VIP untuk mengambil bukunya yang tertinggal. Ia menunggu Minhee
sembari berdiri menyandarkan punggung pada Mobil sedan merah miliknya.
Tak lama
kemudian Minhee kembali terlihat di depan taman baca. Ia melambaikan tangan
pada Krystal dan bersiap menyeberang. Krystal tersenyum menunggu Minhee tiba di
hadapannya.
Minhee mulai berjalan hendak menyeberang. Tiba-tiba dari arah kanan
muncul motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Motor itu menabrak Minhee.
Krystal menjerit. Meneriakan nama Minhee ketika melihat temannya itu tertabrak
motor dan terseret hingga beberapa meter. Karena suasana di sekitar taman baca
cukup sepi, pelaku pun dengan mudah melarikan diri.
Minhee yang setengah sadar
sempat melihat Krystal yang menghampirinya. Ia tersenyum kemudian semuanya
berubah menjadi gelap.
------- TBC --------
.shytUrtle.
0 comments