The White Prince and The Red Princess #7

05:04


The White Prince and The Red Princess.

* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.

Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.







#7

Taemin masih terlihat syok melihat Minhee ada di antara anggota kelompok Lion. Jaejin ikut mengalihkan pandangan dan ia tersenyum.

"Ayo!" Jaejin merangkul Taemin dan membawanya berjalan mendekati kelompok Lion. Jinki dan anggota kelompok The King mengekor di belakang keduanya.
"Oh my God! Murid terhukum?!" Krystal benar terkejut melihat Taemin berjalan mendekat dengan di rangkul Jaejin yang tak lain adalah ketua kelompok The King.
Minhee ikut menoleh. Tatapannya tertuju pada Taemin namun ekspresinya datar. Minho dan Jonghyun berdiri di antara Krystal, sedang Myungsoo dan Hyoseok di antara Minhee.
"Jadi ini. Pantas aku merasa tak asing padanya. Dia salah satu 'pangeran' The King." gumam Myungsoo.
Jaejin menyincingkan senyum ketika sampai di depan kelompok Lion. "Wah, Red Princess dan Blue Pearl hadir di Throne Street. Ada apa gerangan?" ia menyapa kelompok Lion dengan menyebutkan dua tokoh utama yang sedang menjadi sorotan publik. "Berada di sini apa tak takut merusak citra kalian?" imbuhnya.
"Pencitraan seseorang tak bisa dinilai dari satu sudut pandang saja. Kau tak perlu mengkhawatirkan bagaimana citra kami. Khawatirkan saja dirimu sendiri." jawab Krystal ketus seperti kebiasaannya.
"Wowowow Blue Pearl. Akhirnya aku mendapat teguran di dunia nyata."
Krystal menyincingkan senyum mencibir kemudian menatap Taemin yang terus menatap Minhee yang bersikap acuh.
"Kenapa tiba-tiba melayangkan tantangan balapan?" tanya Jonghyun.
"Kim Jonghyun... jangan pura-pura tak tahu," Jaejin mengangkat tangan kanannya, "dia pasti sudah menjelaskan apa yang terjadi kan?" imbuhnya sembari menuding Minho.
"Anggotamu jatuh sendiri dari motornya. Minho mengalami cidera kaki karena kecurangan anggotamu. Ia menendang kaki kiri Minho saat balapan. Sayangnya ia hilang kendali dan jatuh sendiri. Aku heran kau masih punya muka untuk menantang kami balapan. Lagi pula kondisinya tak parah. Kenapa kau semarah itu?"
"Malam ini tidak akan ada balapan," suara Minho yang penuh wibawa menyela. "Balapan antara aku dan salah satu anggotamu, terjadi secara tidak sengaja. Jadi tidak akan ada balapan sampai periode berikutnya tiba."
"Pertandingan persahabatan. Seperti itulah. Hanya main-main," Jaejin memutar tangannya. "Karena kau cidera, jadi tak ada satu pun anggota Lion yang berani maju? Malam ini, saudaraku," Jaejin merangkul Taemin, "yang akan maju balapan."
Suasana jadi sedikit ribut ketika Jaejin menyebutkan Taemin akan maju balapan. Minhee yang semula acuh sampai mendongakan kepala menatap Taemin. Begitu juga Krystal, semakin memicing ketika menatap Taemin.
"Oppa, kau sedang cidera. Kau tak boleh memaksakan diri untuk balapan." Minhee berbicara lirih berharap Minho tak akan maju untuk balapan.
"Bukan Minho yang akan maju, tapi aku." Myungsoo maju selangkah dan berada tepat di depan Taemin.
Taemin yang sebelumnya enggan balapan turut maju selangkah. Ia pun berdiri lebih dekat dengan Myungsoo.
Senyum menyincing terkembang di wajah dingin Myungsoo. "Pada akhirnya di sini kita dipertemukan kembali.”
"Kau terkejut?"
"Tidak sama sekali. Dari awal aku tahu kau."
Taemin bungkam. Sebenarnya ia-lah yang terkejut mengetahui fakta jika Minhee adalah bagian dari kubu lawan dari kelompoknya.
"Lalu taruhannya apa?" Jaejin kembali bicara.
"Bukankah hanya main-main?" Sahut Jonghyun.
"Balapan tanpa taruhan itu seperti sayur tanpa garam. Hambar. Tidak enak, tidak sedap."
"Ini hanya main-main. Tak ada taruhan." Taemin angkat bicara.
"Hah... baiklah. Aku menurut saja pada White Prince-ku karena hari ini ia telah bersedia turun untuk balapan." Jaejin mengangkat kedua tangannya pasrah. "Sebaiknya kita bersiap!" serunya membalikan badan dan mulai berjalan pergi.
Taemin sempat melihat Minhee sebelum ia pergi menyusul Jaejin.

Myungsoo beralih ke hadapan Minhee yang berdiri menundukan kepala.
"Ini hanya salah paham." Krystal menengahi.
"Aku rasa Minhee tak tahu tentang ini sebelumnya." Jonghyun mendukung Krystal.
"Ada apa sebenarnya?" tanya Minho penasaran.
"Tidak ada." Krystal berusaha meyakinkan.
"Kemaren Minhee datang ke tempat latihan bersama pemuda itu. Pemuda yang akan bertanding denganku." Myungsoo mengungkapkan fakta yang berusaha ditutupi Jonghyun dan Krystal.
"Kau... pergi dengan salah satu pangeran The King??" Minho menatap Minhee yang tertunduk menuntut jawaban yang benar.
"Itu semua... secara tidak sengaja. Oppa, aku bisa jelaskan." Minhee berusaha memberi penjelasan.
"Dia murid terhukum yang dikirim ke klub teater oleh Lee Junki Sonsaengnim. Karena tampan, ia pun dipilih menjadi pemeran utama dalam pertunjukan kami. Beradu akting dengan Minhee. Kemaren aku pingsan, karena panik Minhee sampai lupa pada ponselnya. Lee Taemin yang menemukan ponsel itu dan datang untuk mengembalikannya. Aku rasa benar karena kebetulan mereka bertemu di sudut itu. Karenanya Minhee datang bersama Lee Taemin." Krystal menyambung penjelasan Minhee. "Dan kami tak tahu tentang Lee Taemin dan The King. Datang ke Throne Street juga baru malam ini!"
Minho menggelengkan kepala menatap Minhee yang berdiri menundukan kepala.
***

"Choi Minhee adalah seorang Lion? Tidak! Aku berharap aku salah. Tapi, dia di sana. Berdiri di antara para Lion. Itu benar-benar dia." Taemin yang sudah duduk di atas motor sportnya siap untuk balapan masih belum bisa memercayai kenyataan jika Minhee adalah bagian dari kubu lawan. Ia kembali melirik Minhee yang berdiri di tepi jalan bersama anggota Lion. "Aku pun tak tahu kenapa aku menyetujui balapan ini. Tanpa taruhan. Hanya main-main. Untuk apa? Unjuk kebolehan di depan Red Princess? Tidak! Tidak!" ia terus bergumam dalam hati.

Minhee berdiri di samping kiri Minho di tepi jalan di dekat garis start. Krystal berdiri tepat di samping kirinya. Seharusnya malam ini ia bersenang-senang bersama band-nya di Throne Street, tapi kenyataan sedikit tak berpihak padanya. Ia tak menyangka bertemu Taemin namun dengan posisi seb agai lawan. Berakting sok acuh adalah keahliannya, namun itu tak cukup untuk menutupi keterkejutannya. Taemin adalah musuh Minho dan Lion, itu juga memiliki arti bahwa Taemin adalah musuhnya. Namun anehnya, jauh tersembunyi di dasar hatinya, ia justeru mengkhawatirkan Taemin. Bukan Myungsoo yang berada satu kubu dengannya.

Balapan pun dimulai. Taemin dan Myungsoo beradu kecepatan di atas tunggangan masing-masing. Peraturan malam itu cukup satu putaran saja. Masing-masing kubu terlihat cemas menunggu jagoan masing-masing. Mereka menyimak live report melalui handy talky.
Kubu Lion panik ketika mendengar jagoannya mengalami kecelakaan. Jaejin tersenyum mencibir mendengarnya. Kemudian terdengar update jika Taemin memutar balik motornya dan menolong Myungsoo yang terjatuh. Kedua kubu berubah panik ketika mendengar Myungsoo tiba-tiba menyerang Taemin yang berusaha menolongnya. Perkelahian pun tak dapat dihindari. Kedua kubu segera mengirim perwakilan masing-masing ke tempat kejadian untuk melerai Myungsoo dan Taemin.

Minhee dan Krystal menunggu ditemani Hyoseok. Krystal merangkul Minhee yang tak bisa menyembunyikan kepanikannya. Tak lama kemudian kedua kubu kembali ke start. Minhee melihat ke arah Myungsoo yang berjalan di papah oleh salah satu anggota Lion. Myungsoo berjalan sedikit pincang dan ada lebam di pipi kanannya. Kemudian Minhee beralih melihat ke arah kubu The King. Taemin tampak baik berjalan di antara anggota The King. Terlihat pojok bibirnya berdarah. Malam itu balapan motor tak memiliki pemenang dan konser musik yang akan digelar team Lion pun dibatalkan.
***

Minhee berjalan sendiri usai mengambil buku materi yang diminta guru pengajar di kelasnya. Tanpa sengaja ia bertemu dengan Taemin yang berjalan dari arah berlawanan di koridor. Laju langkah keduanya mengendur ketika menyadari keberadaan masing-masing.

Terlihat begitu canggung di antara keduanya usai peristiwa semalam di Throne Street. Minhee memeluk buku materi di dekapannya erat-erat ketika berada semakin dekat dengan Taemin. Dari arah berlawanan, Taemin yang biasanya langsung berbinar ketika melihat Minhee terlihat acuh.

"Apa Sunbaenim baik-baik saja?" tanya Minhee sambil menghentikan langkah ketika berpapasan dengan Taemin.
Mendengar Minhee menyapanya, Taemin pun menghentikan langkah. "Seperti yang kau lihat, aku masih hidup dan baik." jawabnya tanpa membalikan badan.
Minhee yang juga bertahan membelakangi Taemin tersenyum getir. "Maaf untuk insiden penyerangan semalam. Myungsoo terlalu mengkhawatirkan aku dan..."
"Aku bisa memahaminya," potong Taemin. "Hanya saja, aku cukup syok menerima kenyataan semalam. Kau dan aku..."
"Musuh." giliran Minhee memungkas ucapan Taemin. "Aku pun sama. Terkejut. Tapi aku rasa begini lebih baik. Kita mengetahuinya lebih awal. Tapi Sunbaenim tak perlu khawatir tentang hukuman itu. Aku akan membantu Sunbaenim hingga masa hukuman itu selesai. Harap tak menjadi canggung karena kita adalah satu tim. Mari bekerja sama dengan baik."

Suasana berubah hening selama beberapa detik. Minhee menundukan kepala dan mendesah pelan lalu kembali berjalan meninggalkan Taemin yang berdiri membelakanginya.

Setelah yakin jika Minhee telah berjalan cukup jauh, Taemin membalikan badan. Di tatapnya punggung Minhee yang semakin jauh meninggalkannya. Ia menghela napas, membalikan badan kemudian berjalan pergi.
***

"Kenapa memanggilku di jam pelajaran?" Taemin duduk di kursi kosong di hadapan Junki. "Di perpustakaan pula. Apakah ini ada hubungannya dengan hukumanku?"
"Kau bertemu dengannya? Aku telah mendengar tentang kejadian semalam dari Jaejin."
"Tak perlu khawatir tentang itu. Bukan salah Hyung kok. Aku bertemu dengannya di sini, di perpustakaan ini, sebelum Hyung mengirimku ke klub teater."
"Kemaren ia memergoki kita bicara bersama, tapi ketika aku tanya sejak kapan ia berdiri di belakangku, ia menjawab baru saja. Mungkin ekspresiku terlalu menonjol hingga membuatnya curiga. Lalu ia mengatakan ia sampai ketika kau bergegas pergi. Lalu peristiwa semalam..." Junki tak melanjutkan.
"Hyung memanggilku hanya untuk membahas semua ini?"
"Aku tahu kau menyukai Choi Minhee. Aku selalu memperhatikanmu Lee Taemin. Kau tak pernah bersikap seperti itu pada seorang gadis. Binar dimatamu ketika melihatnya itu sangat menonjol."
"Dan Hyung khawatir karena dia adalah anggota Lion?"
"Bukan hanya itu. Choi Minhee adalah putri bungsu dari Tuan Choi Mun Hee, kau tahu siapa dia? Dia adalah musuh bebuyutan ibumu. Sejak lama Bibi dan Tuan Choi bersitegang dalam urusan bisnis dan bidang lain. Jadi kau tahu artinya kan? Jika kau terus maju itu tak akan baik untukmu juga Minhee. Keadaan semakin memburuk usai peristiwa kelam tiga tahun yang lalu. Apa kau mengetahuinya?"
"Peristiwa tiga tahun yang lalu?"
"Em." Junki mengangguk.
Taemin mengerutkan dahi. "Apakah tentang kematian putri sulung Tuan Choi? Kakak Minhee?"
"Iya. Berita yang tersebar putri sulung Tuan Choi meninggal karena sakit, tapi sebenarnya ia bunuh diri.”
"Aku mendengarnya dari Minhee. Kakaknya bunuh diri setelah tahu kekasihnya mati dalam kecelakaan."
"Kau tahu siapa kekasih putri sulung Tuan Choi yang meninggal dalam kecelakaan itu? Dia adalah salah satu orang kita. Tuan Choi tak menyetujui hubungan putri sulungnya dengan salah satu orang kita karena strata sosial. Pemuda yang dicintai putrinya berada di kasta yang lebih rendah dan parahnya lagi adalah orang dari pihak kita. Penyebab kecelakaan yang merengut nyawa orang kita tak lain adalah ulah Tuan Choi."
Taemin menjatuhkan punggungnya ke punggung kursi. Minhee adalah putri dari pembunuh?
"Walau pelaku telah di tangkap dan di penjara, orang-orang kita belum bisa memaafkan Tuan Choi. Lee Seunghwan pemuda yang baik, tapi ia harus mati dengan cara mengenaskan hanya karena ia mencintai putri seorang Tuan Choi. Aku menyesalkan hal itu." Junki menatap Taemin yang tiba-tiba diam seribu bahasa. "Bagaimanapun juga ini salahku. Aku telah mengirimmu ke klub teater yang membawamu semakin dekat pada Minhee. Sebelumnya aku pikir kau tak akan tertarik pada Red Princess atau Blue Pearl, tapi..." Junki kembali diam. "Kalau bisa sudahi saja. Sebelum rasa itu tumbuh semakin subur di hatimu. Maafkan aku untuk semua ini." Junki menundukan kepala di depan Taemin yang bergeming.

Taemin harus menelan pil pahit bernama kenyataan bahwa gadis yang ia sukai--Choi Minhee- tak hanya seorang Lion tapi juga putri dari seorang yang tega menghabisi nyawa salah satu orang yang berada di pihaknya hanya karena pemuda itu jatuh hati pada putrinya. Semua kenyataan itu sukses membuat Taemin kacau hanya dalam waktu singkat. Ia tak tahu harus berbuat apa kini. Rasa kesal dan benci itu ada, tapi rasa suka pada Minhee pun bertindak sama kuatnya. Semua itu campur aduk dan bergemuruh di dalam dada Taemin.

Taemin berjalan kembali dari perpustakaan saat jam istirahat tiba. Ia menghentikan langkah ketika melihat Minhee dan Krystal berjalan bersama. Kedua gadis itu terlihat riang. Terus diperhatikannya gadis bernama Choi Minhee yang telah membuatnya jatuh hati sejak pertama ia melihatnya. Haruskah ia membenci gadis itu karena ulah ayahnya? Haruskah ia benar-benar mengubur perasaannya pada Choi Minhee? Membunuh perasaan  itu?

Junki yang baru sampai di belakang Taemin turut menghentikan langkah. Ia menghampiri pemuda itu dan menepuk pelan pundak Taemin. Taemin mengembangkan senyum--yang terlihat sangat tak tulus, senyuman getir- lalu kembali berjalan meninggalkan Junki.
***

"Mari bekerja sama dengan baik." suara Minhee kembali terniang di telinga Taemin yang hendak meninggalkan sekolah bermaksud tak mengikuti latihan teater. Usai suara itu muncul, senyuman manis di wajah ayu Minhee melintas di ingatan Taemin. Ia menggelengkan kepala dan berbalik lalu bergegas menuju basecamp klub teater.

Minhee sedang berlatih tarian bersama para gadis ketika Taemin sampai. Junki tersenyum lega saat Taemin memasuki basecamp. Sempat ia berpikir jika Taemin akan bolos latihan usai ia menceritakan tentang Minhee dan Tuan Choi.

Taemin duduk bergabung dengan anggota klub yang lain. Menyaksikan jalannya latihan. Terus diamatinya Minhee yang sedang menari diiringi lagu yang menceritakan keinginan seorang gadis yang ingin selalu berada dekat dengan pemuda yang ia cintai walau itu sangat sulit dan bahkan tak mungkin. Si gadis percaya akan keajaiban dan kekuatan cinta yang akan membantunya mengalahkan semua halangan hingga ia bisa berada dekat dan bersama-sama dengan kekasihnya, selamanya.

Iringan lagu dan bagaimana ekspresi Minhee ketika menari membuat dada Taemin semakin sesak. Bukankah itu yang sedang mereka alami kini? Ingin berada dekat satu sama lain namun kenyataan tak akan pernah mengizinkan itu terjadi. Taemin semakin merasakan sakit ketika tatapannya bertemu pandang dengan pandangan Minhee yang sering tertuju padanya saat menari.

"Apa yang harus aku lakukan? Bertahan atau pergi? Bertahan hanya untuk hukuman. Itu saja. Benar yang dikatakan Minhee. Aku dan dia ada dalam satu tim karenanya kami harus bekerja sama dengan baik. Ekspresi itu... itu hanya akting! Choi Minhee menyukai Kim Kibum." Taemin bergumam hati. Meyakinkan dirinya sendiri bahwa Minhee hanya berakting dan sama sekali tak memiliki perasaan padanya. "Choi Minhee hanya menyukai Kim Kibum dan selama ini ia hanya berakting. Akting untuk membantuku lolos dari hukuman ini. Iya, hanya berakting!"

------- TBC --------
.shytUrtle.

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews