The White Prince and The Red Princess #6
05:10
The White Prince and The Red Princess.
* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.
Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan
senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang
sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.
#6
Taemin menegakan
tubuhnya. Masih mengamati sosok dengan kostum serba hitam dengan tas berbentuk
gitar di punggungnya.
"Gitar?"
bibir Taemin bergerak tanpa suara. Ia berjalan cepat mendekati sosok misterius
yang keluar dari area rumah Minhee dengan cara tak wajar itu.
Sosok misterius
itu sibuk dengan tali yang baru saja ia gunakan untuk turun saat Taemin
berhenti jarak dua langkah di belakangnya. Taemin merasa gugup. Ia menelan
ludah dan bingung harus melakukan apa. Apa sebaiknya ia langsung meringkus sosok
misterius yang ia curigai sebagai pencuri itu?
"Kenapa Oppa
berjalan kaki?" Minhee yang telah selesai merapikan tali yang sebelumnya
ia gunakan untuk menuruni tembok menegakan badan berbalik. "Oh!
Sunbaenim?" ia kaget melihat Taemin sudah berdiri jarak dua langkah di
belakangnya.
"Kau?!!"
Taemin terbelalak kaget ketika sosok misterius yang sebelumnya ia kira sebagai
pencuri ternyata adalah Minhee. "Apa yang kau lakukan?!"
"Ini
rutinitas."
"Rutinitas??"
"Apa yang
Sunbaenim lakukan di sini?"
Taemin meraih ponsel
Minhee di saku jaketnya. "Mengembalikan ini." mengulurkan ponsel di
tangan kanannya.
"Besok di
sekolah kan bisa." Minhee meraih ponselnya.
"Oppa siapa
yang kau tunggu?" Taemin kembali menyimpan kedua tangannya di saku jaket.
"Kim Kibum? Jadi begini cara kalian kabur dan berkencan?"
"Kenapa
selalu curiga pada Kibum Oppa?" Minhee menyimpan ponselnya ke dalam saku
celana.
"Karena dia
yang kau taksir dan menurut apa yang aku dengar dari obrolan kalian, ayahmu tak
merestui itu."
"Oppa yang
aku tunggu adalah Minho Oppa. Dia yang akan membantuku kabur. Tapi karena hari
ini ponselku sempat menghilang dan Krystal pingsan, aku rasa dia tak akan
datang. Pasti Oppa sedang menemani Krystal." Minhee berubah lesu.
"Ponselmu
sudah kembali, kenapa tak mencoba menghubunginya?"
"Momen
bersama Krystal adalah momen langka bagi Oppa. Aku tak mau mengganggunya. Aku
bisa jalan kaki untuk mencapai jalan utama dan mendapatkan bus," Minhee
melemparkan tali yang sebelumnya ia gunakan untuk menuruni tembok ke bagian
dalam tembok. "Terima kasih untuk ponselnya dan maaf merepotkan." ia
membungkukkan badan di depan Taemin lalu berbalik dan mulai berjalan.
"Tunggu!"
Taemin mengejar dan berhenti di depan Minhee. "Aku bisa mengantarmu.
Kemana pun itu. Mari kita pergi bersama." sambil mengulurkan tangan dan
tersenyum lebar.
***
Hanya dengan
menerima tawarannya, Minhee sudah cukup membuat Taemin berbunga-bunga. Senyum
terus terkembang di wajah tampan Taemin ketika ia membawa Minhee dalam
boncengannya menembus padatnya jalan raya kota malam itu.
Taemin menyusuri
gang kecil yang hanya cukup di lalui motor saja mengikuti instruksi Minhee. Ia
menghentikan motornya di depan sebuah bangunan kecil yang lusuh. Seperti tak
terawat.
"Tempat apa
ini?" tanya Taemin usai memarkirkan motornya.
"Ikut aku."
Minhee meraih tangan kanan Taemin dan menuntunnya untuk ikut masuk ke dalam
bangunan sederhana yang terlihat lusuh itu.
Kondisi di dalam
gedung tak seburuk di luar. Walau cat yang menutupi tembok tak begitu sempurna,
namun masih cukup sedap di pandang. Setelah melewati ruang depan, ada satu
kamar dan sebuah tangga untuk turun ke bawah. Minhee memimpin Taemin menuruni
tangga dan sampai di satu ruangan di mana di dalamnya ada tiga orang pemuda
sedang memainkan alat musik.
"Oh, Red
Princess kita sudah datang!" kata pemuda yang duduk di balik drum.
"Annyeong!"
sapa Minhee ramah.
"Aku pikir
kau tidak akan datang." sambut pemuda yang duduk memangku gitar elektrik
berwarna hitam.
"Karena
Krystal sakit? Aku bisa pergi sendiri kan? Dan lihat! Aku sampai dengan selamat!"
Minhee merentangkan kedua tangannya.
"Dia,
siapa?" tanya pemuda berwajah dingin yang duduk memangku gitar elektrik
berwarna putih.
"Dia teman
sekolahku. Lee Taemin." Minhee memperkenalkan Taemin.
"Lee
Taemin??" pemuda berwajah dingin menyipitkan mata. "Sepertinya tak
asing."
"Mereka
adalah teman-teman band-ku. Drummer itu Kim Hyoseok. Gitar putih Kim Myungsoo
dan gitar hitam Kim Jonghyun," Minhee berganti memperkenalkan
teman-temannya pada Taemin. "Aku akan berlatih, jika Sunbaenim ingin
pergi, tak apa."
"Aku akan
menunggu. Aku yang membawamu pergi, aku pula yang harus membawamu kembali
pulang. Itu tanggung jawabku sebagai laki-laki."
Minhee tersenyum
mendengarnya. "Kalau begitu duduk dan nikmatilah musik kami." Minhee
bergabung bersama Jonghyun, Myungsoo dan Hyoseok. Ia mempersiapkan gitarnya dan
melakukan cek sound kemudian latihan pun dimulai.
Taemin duduk
tenang menunggu Minhee latihan. Senyum manis kembali terkembang di wajah
tampannya saat kedua matanya fokus menatap Minhee yang sedang mengelus gitarnya.
Satu lagi rahasia Red Princess yang ia temukan. Gadis itu gemar kabur dari
rumah dengan jalan melompat pagar hanya untuk berlatih musik dengan band-nya.
Sungguh di luar dugaan mengingat wajah Minhee sangat kalem dan jauh dari kesan
pemberontak.
***
Taemin berjalan di
belakang Minhee yang menyusuri lorong dalam sebuah mini market. Setiap kali
mengambil sebuah barang, Minhee menawarkannya pada Taemin juga.
Taemin menunggu di
salah satu kursi di depan mini market. Tak lama kemudian Minhee keluar membawa
dua cup ramen yang sudah matang.
"Ayo,
makan!" Minhee menyodorkan satu cup ramen panas pada Taemin kemudian mulai
memakan ramen miliknya.
Taemin
mengaduk-aduk ramen miliknya dan terus memperhatikan Minhee yang sedang memakan
ramen dengan lahap. Lagi-lagi Taemin tersenyum dibuatnya. "Cintanya
bertepuk sebelah tangan, hobi kabur dari rumah dengan cara melompat pagar dan
makan ramen? Setelah ini apalagi?" Taemin mulai bicara.
"Appa tak
akan mengizinkan aku makan ramen di rumah. Itu tak sehat. Begitu menurutnya."
"Jadi setiap
kali kau kabur kau makan ramen di sini? Para pegawai di mini market ini sampai
hafal padamu."
"Untuk makan
ramen hanya sebulan sekali, tapi setiap kali usai latihan kami selalu belanja
di sini. Minuman dan makanan ringan kadang."
"Jadi itu air
mineral favoritmu?" Taemin melirik botol air mineral di samping kanan
Minhee.
"Nee. Hanya
merk ini yang menyediakan air putih terbaik. Dan ini merk ramen
favoritku." Minhee nyengir.
"Maaf karena
harus mematikan mp3 di ponselmu dan wallpaper itu..." Taemin diam sejenak,
"apakah kau dan Kim Kibum?"
"Bukan. Itu
Eonniku dan kekasihnya. Gambar itu Myungsoo yang membuatnya. Apa terlihat
seperti aku dan Kibum Oppa?"
"Rambut
bergelombang itu membuatku berpikir itu kau."
"Eonniku
rambutnya juga bergelombang."
"Wah, kalian
seperti anak kembar dong?"
"Mungkin
begitu."
"Kok mungkin?
Coba kalian foto bersama pasti terlihat seperti anak kembar."
"Aku tidak
bisa."
"Kok tidak
bisa? Oh, kakakmu tinggal di luar negeri ya?"
"Tidak."
"Tidak? Lalu
kenapa tidak bisa?"
"Eonniku...
dia sudah terbang ke surga."
Taemin terkejut
mendengarnya. "Maafkan aku. Aku benar-benar tidak tahu tentang itu."
"It's
ok!" Minhee tersenyum tulus. "Saat menguping pasti Sunbaenim
mendengar tentang peristiwa pahit tiga tahun yang lalu kan? Eonniku meninggal
tiga tahun yang lalu. Bunuh diri."
Lagi-lagi Taemin
menunjukan ekspresi terkejut. "Bun-nuh diri?" tanyanya terbata.
"Nee. Appa
tak merestui pernikahan Eonniku dengan kekasihnya. Kakak iparku meninggal dalam
sebuah kecelakaan dan Eonniku bunuh diri selang dua hari setelah mendengar
berita duka itu." Minhee menundukan kepala sambil mengaduk-aduk isi dalam
cup ramen.
Taemin diam
menatap Minhee. Ia merasa bersalah telah membuat Minhee harus menceritakan
kenangan buruknya.
"Jangan
merasa bersalah karenanya. Aku baik-baik saja. Lagi pula memang begitu
kenyataan nya." Minhee kembali memakan ramennya yang mulai dingin.
***
Sangat hening di
antara Taemin dan Minhee sepanjang perjalanan pulang. Taemin menghentikan
motornya di tempat yang sama saat ia melihat Minhee muncul dari balik tembok.
"Terima kasih
sudah membantuku." Minhee membungkukan badan di depan Taemin.
"Bagaimana kau
kembali?" Taemin penasaran.
"Orang
kepercayaanku akan melemparkan tali untukku kembali naik."
"Kau ini
benar-benar tak terduga. Naik dengan tali itu kan sulit."
"Susah payah
aku belajar, akhirnya bisa juga."
"Sudah lama
seperti ini?"
"Tiga bulan
terakhir. Sejak ketahuan Appa kalau aku main band. Appa tak setuju. Main band
kurang berkelas. Begitu menurutnya."
"Seperti apa
sih ayahmu? Begini tak boleh, begitu tak boleh. Apa beliau tak tahu jika putrinya
ini punya banyak bakat?"
"Termasuk
bakat kabur juga ya?"
Minhee dan Taemin
tertawa bersama.
"Terima kasih
telah mengizinkan aku untuk tahu lebih banyak, tentangmu. Red Princess benar-benar
sosok yang tak terduga."
"Aku sendiri
tak tahu kenapa aku membiarkan Sunbaenim larut sejauh ini. Maafkan aku."
"Mungkin
memang takdir kita seperti ini. Mungkin juga karena kau merasa aman dan nyaman
bersamaku. Kau tak perlu meminta maaf. Ini terjadi karena kemauanku juga."
Minhee tersenyum
dan mengangguk.
"Ngomong-ngomong
tak ada cc tv di rumahmu?"
"Ada. Tapi di
sisi ini tidak ada. Dulu ada dan Minho Oppa membantu mengacaukannya. Setelahnya
dicabut. Lagi pula sisi ini menghadap kamar mendiang Eonniku. Tak ada yang
perlu di awasi di sana."
"Oh."
Tiba-tiba tali
terulur dari dalam menjulur keluar menuruni tembok. Minhee tersenyum
melihatnya.
"Aku harus
pergi. Sekali lagi terima kasih." Minhee kembali membungkukan lalu
membalikan badan membelakangi Taemin. Ia memeriksa tali sebelum kembali menaiki
tembok.
"Tunggu
sebentar!" Taemin memeluk Minhee dari belakang.
Minhee terkejut
dibuatnya. Ia terdiam mematung dalam dekapan hangat Taemin. Perlahan pegangan
tangannya pada tali mengendur sampai terlepas sepenuhnya. Ia membiarkan dirinya
larut dalam pelukan Taemin.
***
"Oh my God!
Jadi murid terhukum itu yang membantumu kabur semalam?" komentar Krystal
ketika mendengar cerita Minhee tentang apa yang ia alami semalam. "Lalu
bagaimana reaksi yang lain?"
"Biasa saja.
Aku katakan jika Taemin Sunbaenim teman sekolahku."
"Myungsoo?"
Minhee diam
sejenak, mengingat bagaimana reaksi Myungsoo ketika melihat Taemin. "Ia
merasa tak asing dengan Taemin Sunbaenim." ucapnya setelah berhasil
mengingat.
"Ess...
perasaanku sedikit tak enak."
"Annyeong..."
Taemin masuk ke basecamp mengejutkan Krystal dan Minhee.
"Seharusnya
kita tak menyebut namanya agar dia tak tiba-tiba muncul seperti itu."
gumam Krystal membuat Minhee tersenyum.
"Oh, Blue
Pearl sudah kembali. Bagaimana keadaanmu?" Taemin seraya duduk di samping
Minhee.
"Aku belum
merestui hubungan kalian. Jangan dekat-dekat dengan Minhee-ku!" bukannya
menjawab sapaan ramah Taemin, Krystal malah mengoceh mengultimatum.
"Dia milikku.
Sejak awal aku melihatnya, sudah tertulis bahwa Minhee adalah milik
Taemin."
"Mwoya!
Semalam kau menguntit ya? Sampai mengantar Minhee pergi."
"Takdir yang
mempertemukan kami."
"Ish!"
"Sebaiknya
kau istirahat saja. Urusan membantu Minhee kabur, serahkan saja padaku."
"Mwo??"
Krystal menatap Taemin dengan ekspresi terkejut. Ekspresi yang sama juga
terlihat di wajah Minhee.
Amber dan Victoria
memasuki basecamp. Ada Junki turut bersama mereka. Krystal, Minhee dan Taemin
menghentikan obrolan mereka dan berdiri menyambut. Tak lama kemudian satu per
satu anggota datang. Masing-masing segera mempersiapkan diri untuk latihan.
Karena festival
sekolah semakin dekat, Junki menyatakan mulai hari ini ia akan selalu hadir
dalam setiap sesi latihan. Ia ingin memantau langsung bagaimana anak didiknya
berlatih walau alasan yang sebenarnya adalah untuk memantau Taemin.
Senyum terus
terkembang di wajah Junki selama ia menyaksikan jalannya latihan. Taemin yang
biasanya suka seenaknya sendiri terlihat patuh selama latihan. Ia pun tampak
baik dalam berdialog, berakting dan tentu saja menari. Junki tak menyangka jika
ide memasukannya ke dalam klub teater bisa berhasil membawa dampak baik bagi
Taemin. Saat di kelas, pemuda itu pun jadi tak malas lagi baik dalam mengikuti
pelajaran atau mengerjakan tugas sastra. Walau demikian Junki belum bisa
bernapas lega. Melihat perubahan Taemin, memunculkan pemikiran lain di benak
Junki.
***
"Aku
terpesona melihat bagaimana kau berdialog dan berakting," Junki menyusul
langkah Taemin yang berjalan meninggalkan basecamp klub teater. "Berada
dalam klub teater sepertinya membuatmu senang. Aku tak menyangka melihatmu bisa
seratus persen fokus. Setahun ini kita seperti Tom and Jerry saja, tapi hari
ini aku benar-benar bangga padamu. Tidak sabar menunggu pertunjukan
nanti."
Taemin
menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Junki. "Sudah membuat
laporannya? Hyung, pasti mendapatkan penghargaan dari eomma."
"Ini bukan
karena Bibi Lee, tapi lebih pada nilai akademismu."
"Sastra...
ah, tetap aja aku tak begitu tertarik. Eomma mengatakan membebaskan aku, tapi
kenyataannya?"
"Seorang
penggiat dunia sastra pasti punya rasa malu ketika anaknya..."
"Iya, aku
paham." potong Taemin. "Sekarang mulai aku perbaiki kan?"
"Em."
Junki mengangguk. "Aku ada satu pertanyaan lagi."
"Em? Apa
itu?"
"Perubahanmu...
apa benar karena Choi Minhee?"
Taemin tiba-tiba
tersenyum mendengarnya. "Berhenti ikut campur soal itu."
Ekspresi Junki
berubah serius. "Sebaiknya... sudahi saja. Begini maksudku, kalian cukup
berteman saja. Jangan sampai lebih." Giliran ekspresi Taemin yang berubah
serius.
"Kenapa
begitu?"
Junki tiba-tiba
bungkam sejenak. "Begini..."
"Taemin!"
Jinki datang menyela. Ia membungkuk memberi salam pada Junki lalu membisikan
sesuatu pada Taemin.
"Maaf, aku
harus pergi." kata Taemin kemudian buru-buru pergi bersama Jinki.
"Hah..."
Junki menghela napas panjang dan membalikan badan. Betapa terkejutnya ia
melihat Minhee sudah berdiri di belakangnya. "Min... Minhee? Sejak kapan
kau berdiri di sana?" tanyanya sedikit terbata.
***
Suasana cukup
ramai ketika Taemin sampai bersama Jinki di Throne Street. Di jalan itu para
pembalap liar biasa berkumpul untuk balapan. Tak hanya balap liar, konser musik
dan dance jalanan juga sering digelar di sana. Ada beberapa banyak kelompok
yang suka berkumpul di kawasan itu termasuk kelompok Taemin dan teman-temannya
yang dikenal sebagai The King yang menjadi salah satu kelompok terbesar. Walau
bukan sebagai ketua, Taemin sangat di hormati dalam kelompoknya. Karena ia
merupakan sepupu dari ketua kelompok The King yaitu Lee Jaejin.
"Kau akan balapan
lagi?" tanya Taemin saat menghampiri Jaejin. "Melawan Lion?"
"Tiga hari
yang lalu anggota kita kalah dan mengalamai kecelakaan. Karenanya aku
melayangkan tantangan untuk balapan malam ini." Jaejin yang duduk di atas
motornya yang terparkir menjawab dengan santai.
"Itu murni
kecelakaan tunggal. Bukan ulah kubu Lion. Kenapa menyulut api lagi?"
"Ess... kau
ini kenapa Lee Taemin?" Jaejin bangkit dari duduknya dan berdiri
berhadapan dengan Taemin. "Kau pembalab handal tapi sayang kau tak mau
berjuang untuk kelompokmu. Malam ini kau mau maju? Ayolah. Ini pertandingan
persahabatan. Bahkan akan ada konser untuk merayakannya. Bagaimana?"
"Konser itu
Lion yang menggelarnya kan? Malam ini harusnya tak ada balapan karena semua
hanya ingin menyaksikan pertunjukan. Kenapa kau mengacaukan rencana
mereka?"
"Kau tak ingin
merebut tempat kita lagi?"
"Kita kalah
jadi kita harus mengakui kekalahan kita sampai periode baru dimulai. Kau akan
membuat permainan baru, jika kau kalah lagi apa kau siap menerimanya?"
Jaejin meletakan
tangannya di pundak kiri Taemin. "Kali ini kita akan menang. Percayalah
padaku."
"Kau mau
bertindak curang?"
"Mereka...
kenapa ada di sini?" ucap Jinki di tengah keseriusan Jaejin dan Taemin.
Taemin mengikuti
arah pandangan Jinki. Kedua matanya terbelalak ketika menemukan Krystal dan
Minhee juga berada di Throne street bersama kelompok Lion.
------- TBC
--------
.shytUrtle.
0 comments