Bilik shytUrtle

Sweet Moment With KMC

00:46

Sweet Moment With KMC


Uwah! Nggak terasa udah di penghujung tahun 2019 aja ya. Udah bulan Desember aja. Besok udah Natal. Bentar lagi tahun baru. Ganti tahun. Heuheuheu....

2019 memberikan saya banyak kenangan, memori pahit, manis, asam, asin. Rame deh ya kayak iklan permen aja. Kekeke. Ya emang banyak banget dan rasanya bermacam-macam. Syukur alhamdulillah bisa menjalani sepanjang tahun 2019 dengan berusaha melakukan yang terbaik.

Tapi dalam catatan kali ini saya mau berbagi pengalaman menjelang penghujung akhir tahun. Apa itu? Salah satu pengalaman di dunia literasi yang nggak akan pernah saya lupakan karena amazing banget! Suer!!!

Pengalaman apa itu? Sweet moment with KMC. Yuhu!!!

Apa sih KMC itu?

KMC adalah singkatan dari Komunitas Menulis Cerdas. Saya tahu KMC dari Kak Siti Al Muhajirin. Kebetulan waktu itu Kak Siti jadi editor untuk buku saya yang berjudul Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis. Karena penasaran, saya pun add akun Kak Siti di Facebook. Dari sana saya tahu tentang Kak Siti dan KMC. Ternyata Kak Siti founder-nya KMC lho! Daebak!

Kalau pengen tahu seluk beluk tentang KMC, bisa kepoin di Blog KMC

Nanti di sana ada link menuju akun Facebook juga. KMC ini juga ada penerbitnya lho! Namanya KMC Publisher. Jadi kalau mau nerbitin buku di KMC juga bisa. Jadi yang punya naskah boleh tuh terbitin di KMC Publisher. Harga paketnya murah-murah! Tapi kualitas buku nggak murahan lho!

Awalnya saya gabung di grup KMC di Facebook. Lalu saya melihat ada promo pembukaan member KMC. Kalau nggak salah waktu batch 6. Saya mau ikut udah ketelatan. Ya udah belum rezeki. Tapi, masih ada harapan karena mau ada lagi batch 7. Jadi saya nunggu, siapa tahu ada rezeki gabung di batch 7.

Alhamdulillah di batch 7 nggak ketinggalan. Dapat kesempatan daftar jadi member. Dari sinilah kejutannya dimulai. KMC emang daebak! Memberi pengalaman tak terlupakan sepanjang saya berkecimpung di dunia literasi.

Cara daftar jadi member KMC itu amat sangat gampang sekali pakek banget. Tinggal baca ketentuan di banner aja. Lalu, hubungi nomor yang tertera di banner untuk daftar. Setelah itu akan ditanya apakah memenuhi syarat atau tidak. Karena yang tahu kita memenuhi syarat atau tidak kan kita sendiri.

Lalu saya diminta membagikan banner di akun sosial media dan kirim bukti berupa screenshot. Setelah itu kirim data dengan format Nama_domisili_umur.



Saya daftar pada tanggal 18 Oktober 2019. Diproses pada hari itu juga, lalu mendapat pemberitahuan pada tanggal 22 Oktober 2019.


Selamat malam.

Terima kasih banyak telah mendaftar ke KMC. Saya ingin mengumunkan jika besok kakak-kakak akan dimasukkan ke dalam grup seleksi yang akan berlangsung dari tanggal 23-27 Oktober.

Untuk hal teknis seleksi, nanti akan dijelaskan ketika masuk dalam grup seleksi.

Terima kasih.

Karena baru pertama kali bergabung, saya kaget dong! Masih diseleksi lagi? Ternyata setelah dimasukan ke dalam grup seleksi itu jumlah orang yang mendaftar buanyak banget. Baru deh ngeh kenapa harus seleksi ulang. Dengan segitu banyaknya orang yang bergabung tentu akan disaring, dicari orang-orang yang bener-bener niat belajar aja.

Waktu itu saya masuk dalam grup Albert Camus dengan ketuanya Kak Tara. Menjadi calon member, kita diberi Surat Perjanjian. Profesional banget deh KMC. Suka! Setelah mencetak dan mengisi surat perjanjian, difoto dan dikirim ke kakak pembimbing yang di KMC disebuat coach yang bertugas.

The war begin!

Seleksi menjadi calon member KMC ini ketat banget. Saya lupa pastinya dalam tiap kelompok ada berapa orang. Yang pasti member grup yang tidak aktif langsung ditendang, hingga dari sekian banyak orang itu hanya tersisa beberapa. Seleksi dikerjakan secara kelompok, tapi tiap individu punya tanggung jawab yang sama karena tugas kelompok itu dikerjakan oleh seluruh anggota.

Saya merasa beruntung karena dalam kelompok Albert Camus ada Kak Sekar yang selalu aktif memimpin diskusi di dalam grup. Mengumpulkan anggota, membuat outline dan membagi tugas, mengedit, dan mengumpulkan tugas. Kak Sekar bertindak sebagai ketua kelompok dalam kelompok saya.

Lho! Bukannya ketuanya Kak Tara?

Iya. Kak Tara bertugas membimbing kami. Alih-alih ketua, Kak Tara lebih pantas disebut sebagai pembimbing atau kakak pendamping kalau dalam MOS. Menurut saya lho ya!

Seleksinya ketat banget! Tugas, presentasi, dan sebagainya. Membuat kami dalam Albert Camus saling siaga dan saling menjaga. Saking ketatnya saya sampai berujar, "Saya merasa kayak lagi ikutan Produce 101 saja."

Itu beneran. Kpopers yang udah nonton Produce 101 pasti tahu bagaimana prosesnya. Dibagi dalam kelompok dengan tugas dalam waktu singkat. Tugas dikerjakan bersama tapi tidak ada anggota yang bisa bersantai karena tiap anggota punya tanggung jawab yang sama terlebih untuk diri sendiri.

Bedanya, kalau di Produce 101 yang mengeliminasi adalah vote, kalau di seleksi KMC diri kita sendiri. Kalau kita ongkang-ongkangan, males-malesan, ndak mau aktif dikerja kelompok ya bye! Tidak menunggu performance udah langsung dieliminasi hari itu juga. Kejam! Banget! Tapi, seru! Kekeke.

Sepanjang jalannya seleksi itu siaga terus. Karena selalu aja ada kejutan. Udah beneran kayak lagi ikutan Produce 101. Tapi, saya demen sama kelompok Albert Camus. Kompak banget. Saling mengingatkan. Sampai-sampai kami sepakat untuk saling missed call kalau ada member yang lama nggak nongol.

Yang saya ingat semasa seleksi itu saya kebagian tugas membuat surat cinta untuk member kelompok lain. Trus membuat tugas, duh apa sih namanya, lupa. Pokoknya membuat materi untuk presentasi dengan tema videografi. Untuk tugas umumnya yang dikerjakan secara individu adalah membuat resensi novel. Judul novel ditentukan dan kami bisa membacanya di Ipusnas. Dari seleksi KMC inilah saya kenal Ipusnas dan mendapat kejutan di sana.

Karena kemampuan baca saya yang masih rendah, dari semua judul buku yang ditentukan untuk tugas umum, saya memilih yang halamannya paling sedikit. Dengan tugas-tugas seleksi yang padat, saya khawatir tidak bisa menyelesaikan membaca jika memilih buku dengan jumlah halaman yang banyak.

Saya pun menjatuhkan pilihan pada buku Animal Farm karya George Orwell. Buku dengan jumlah halaman 144 halaman ini selesai saya baca dalam waktu satu hari. Rekor membaca tercepat. Kekeke. Silahkan yang mau baca Resensi Novel Animal Farm

Kejutan setelah mengenal Ipusnas adalah ketika saya iseng mencari nama pena saya di sana. Kaget dong ketika ada satu karya dengan nama saya di sana. Yang bikin kaget lagi yang ada di sana adalah buku yang saya terbitkan tapi tidak untuk diperjualbelikan di Indonesia. Sebenarnya dijual di Indonesia, cuman nggak ada yang beli. Wkwkwk.

Yang ada di Ipusnas adalah buku From ToppKlass To ToppDogg yang saya buat atas kepercayaan dari ToppDogg Wizard Indonesia, ToppDogg Indonesia, dan ToppKlass di seluruh dunia. Proses singkatnya pernah saya bahas di sini

Karena ditemukannya buku From ToppKlass To ToppDogg saya jadi sedikit paham kenapa buku ini ada di sana. Hehehe.





Momen yang paling tak terlupakan saat seleksi adalah saat presentasi. Saya lupa kelompok kami mendapat materi dari kelompok siapa. Yang saya ingat temanya puisi. Setelah merangkum materi, kami dimasukan ke dalam grup Coach Room dan melakukan presentasi di sana. Yang bikin gemes tuh setelah persentasi, para coach memberondong kami dengan banyak pertanyaan secara bersama-sama. Saya sampai bingung harus menjawab yang mana. Begitu menjawab dan mau kasih contoh, tau-tau udah ditendang keluar grup karena waktu habis. Gemes banget sama para coach!

Yang paling mendebarkan adalah saat penentuan lolos atau tidak. Waktu itu di grup Albert Camus hanya tersisa delapan orang setelah seleksi. Cewek semua. Dari delapan orang hanya tujuh yang lolos. Sedih banget. Ngarepnya semua bisa lolos. Tapi malah menyisakan satu orang saja.
Kalau tidak salah ingat, kelas untuk KMC batch 7 dimulai pada tanggal 1 November 2019 dan akan berakhir pada pertengahan Januari 2020.

Kalau ditanya kenapa gabung sama KMC, saya penasaran. Yang kedua, karena kelasnya gratis. Hari ini siapa yang nggak mau dapat ilmu gratisan? Di saat banyak kelas menulis berbayar, KMC menyediakan dengan gratis. Ketiga, karena yang diajarkan di KMC bukan hanya materi tentang kepenulisan. Tapi, ada materi videografi dan desain cover. Dua materi itulah yang paling menarik perhatian saya. Karena saya masih amat sangat awam sekali pakek banget sama keduanya.

Sistem belajarnya bagaimana? Ya kayak sekolah. Tiap hari materi beda dengan coach yang berbeda pula. Tugas-tugas juga ada. Saya mendapat banyak ilmu selama saya bergabung bersama KMC.

Tapi, sedih rasanya harus memutuskan pergi di tengah perjalanan. Padahal masih banyak ilmu yang belum saya pelajari. Tapi, apa daya. Saya akhirnya memutuskan untuk mengalah pada diri saya sendiri dan pamit undur dari KMC pada tanggal 10 Desember 2019. Sedih banget! Tapi saya ngga bisa menghandle diri saya sendiri. Daripada memberi dampak lebih buruk pada diri saya juga pada kelompok dan kelas, lebih baik saya berhenti.

Jika mengingat perjuangan semasa seleksi memang amat sangat sayang sekali pakek banget harus berhenti di tengah jalan. Tapi.... Ah! Sudahlah! Tiap ingat hari itu ketika saya memutuskan berhenti sedih banget rasanya.

Terima kasih Kak Siti atas kesempatannya untuk bergabung di KMC. Terima kasih para coach, Kak Siti, Kak Helen, Kak Yandi, Kak Ata, Kak Didik, Kak Cii, Kak Dwi, Kak Ariny, Kak Ny, dan Kak Lucky atas bimbingan dan sharing ilmunya. Ilmu yang saya dapatkan pasti akan saya simpan dan saya terapkan. Jika suatu saat ada kesempatan rezeki dan jodoh, semoga saya bisa bergabung dan belajar bersama KMC lagi.

Terima kasih Kak Siti untuk kaos kecenya ini! Suka banget! Love it so much!




Oya, selamat ulang tahun Kak Siti. Semoga panjang umur, sehat selalu, dan makin sukses. Semua doa terindah untukmu, Kak. Tuhan yang akan membalas semua kebaikan kakak yang sudah mau berbagi dengan gratis di zaman yang serba bayar ini.

Terima kasih pada kakak-kakak ketua yang mendampingi dan membantu saya dari proses seleksi hingga proses belajar di KMC. Maaf jika saya sangat merepotkan.

Terima kasih teman-teman seperjuangan Albert Camus. Kalian keren! Terima kasih sudah menjaga silaturahmi hingga kini. Saya berharap suatu saat kita bisa membuat buku kolaborasi dan diterbitkan di KMC. Aamiin....

Thank you lovely people!

Mohon maaf jika ada salah kata.

Tempurung kura-kura, 24 Desember 2019.
- shytUrtle -


Bilik shytUrtle

Happy 10th Anniversary Kurayui!

06:51

Happy 10th Anniversary Kurayui!


Catatan yang harusnya ditulis pada bulan Oktober 2019. Tapi entah ngapain aja diriku di bulan Oktober hingga baru bisa menulis catatan ini sekarang. Padahal momen spesial kan! Dasar, Kura! Heuheuheu.

12 Oktober 2009 - 12 Oktober 2019.

Nggak terasa udah sepuluh tahun aja debut. Kalau ditanya sepuluh tahun debut udah dapat apa aja, buanyak banget. Pengalaman-pengalaman yang luar biasa. Rata-rata yang saya pengenin alhamdulillah udah keturutan. Pengen novelnya laku banyak, alhamdulillah udah. Novel Cintaku Bersemi Di Kios Bensin dan AWAKE jadi novel paling laris yang pada akhirnya mewujudkan keinginan saya untuk bisa wisata religi bersama keluarga besar Sarang Clover. Alhamdulillah tahun 2017 keturutan ziarah wali lima sama keluarga besar dari hasil penjualan novel Cintaku Bersemi Di Kios Bensin dan AWAKE.

Pengen ada yang bikin status pakek kata-kata atau quote dalam novel saya, alhamdulillah udah ada. Pengen ada review novel saya, alhamdulillah juga udah keturutan. Alhamdulillah udah ngrasain jadi ghost writer dan content writer juga.

Trus, apa yang belum tercapai di usia ke sepuluh ini?

Ada. Naskah saya tembus penerbit mayor. Saya yakin setiap penulis pasti punya keinginan naskahnya dipinang penerbit mayor. Saya pun demikian. Ini keinginan mulai tahun 2013 dan belum terwujud. Jujur emang kurang usaha sih. Kekeke. Saya sempat vakum dua tahun menulis dan sempat berhenti mengirim naskah ke penerbit mayor. Insyaa Allah mulai digiatkan lagi.

Kalau tentang event dan lomba, saya masih gila ikutan. Kekeke. Walau belum pernah beruntung jadi pemenang, ikut saja lah. Selain untuk mendisiplinkan diri untuk menulis, juga untuk mendapatkan pengalaman. Terserah lah mau dikatain apa, do amat! Yang penting maju terus pantang mundur. Semangat jangan pernah padam!

Saat akan menulis catatan ini, saya berpikir bahwa tahun 2019 ini saya kurang produktif. Setelah mengeluarkan buku-buku yang ada nama saya, ternyata lumayan produktif juga. Kekeke.

Alhamdulillah bisa ikutan proyek antologi dan dapat sertifikat lagi.

Oya, awal tahun 2019 buku solo saya terbit lagi di Penerbit Pena Borneo. Sekali lagi dapat kesempatan terbit gratis di Pena Borneo. Buku ini berisi perjuangan sembuh dari GERD, Anxiety, dan Adenomiosis. Terima kasih Pena Borneo. Atas kesempatannya. Semoga makin jaya.



Salah satu cerpen saya lolos untuk dibukukan dalan event yang diadakan Beja Vu.




Lalu gabung dalam proyek Kak Nisa dari AE Publishing.






Ikutan proyek Penerbit Rosiebook juga.




Dan pengalaman pertama yang tak terlupakan adalah ketika sama Kak Zee diikutan dalam proyek nulis kolaborasi novel islami. Ini pertama kalinya saya nulis novel islami, kolaborasi pula. Alhamdulillah proyeknya berjalan lancar.



Masih atas bantuan Kak Zee, untuk 
pertama kalinya saya mendapat kesempatan menjadi pemateri untuk bedah buku novel Muara Hati. Dua kali pula. Subhanallah. Alhamdulillah. Terima kasih Kak Zee atas kepercayaannya.




Sepuluh tahun itu kelas lima SD ya? Saya masih harus banyak belajar. Alhamdulillah akhir Oktober kemarin mendapatkan pengalaman luar biasa bersama KMC. Insyaa Allah nanti saya bahas dalam satu catatan khusus. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.

Terima kasih Tuhan karena selalu menguatkan saya, menuntun saya, membimbing saya. Tolong jangan pernah berhenti untuk menguatkan, menuntun, dan membimbing saya. Tanpa-Mu, aku rapuh.

Terima kasih keluarga besar yang selalu memberi dukungan. Terutama para penghuni Sarang Clover.

Terima kasih pada semua pihak yang membantu saya untuk memiliki karya fisik berupa buku di tahun ini. Terima kasih Pena Borneo, Beja Vu, AE Publishing, Rosiebook, dan Mandiri Jaya Malang.

Terima kasih, shi-gUi. Mari terus tetap melangkah bersama. Saling menopang untuk mencapai tujuan. Dampingi saya terus ya!

Masih harus banyak belajar. Masih banyak PR. Terus semangat! Mari kita lanjutkan langkah perjuangan untuk naik kelas. Semoga suatu saat anak saya ada yang berjodoh sama penerbit mayor. Aamiin....

Maaf jika ada pihak dan momen yang lupa tidak dituliskan dalam catatan ini. Maaf jika ada salah kata. Terima kasih.

Tempurung kura-kura, 18 Desember 2019.
- shytUrtle -



Khayalan shytUrtle

AWAKE "Rigel Story" - Bab XIV

03:33


AWAKE - Rigel Story

 



Bab XIV




Hening selama perjalanan pulang. Rue, Dio, Byungjae, dan Hanjoo sangat minim berbicara. Mereka lebih banyak diam. Siswi kelas XII yang kesurupan akhirnya bisa disembuhkan setelah pembina ekstrakurikuler metafisika datang ke sekolah. Ahli metafisika yang dulunya juga bersekolah di SMA Horison itu berhasil membebaskan anak didiknya dari cengkeraman tiga makhluk astral yang terus keluar masuk ke dalam tubuh siswi kelas XII secara bergantian. Karena menunggu proses itu, Rigel meninggalkan sekolah saat hari sudah gelap.
Pembina ekstrakurikuler metafisika menyapa Rue. Keduanya pun sempat ngobrol sejenak. Namun, Rue tak berkata jujur tentang apa yang ia lihat di taman belakang sekolah. Pembina ekskul metafisika pun mengungkap jika ia merasakan sesuatu yang ganjil dan tak biasa di sekolah. Karena rentetan kejadian itulah Rue, Dio, Byungjae, dan Hanjoo diam hampir selama perjalanan pulang. Keempatnya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Rigel langsung berkumpul di markas. Saat perjalanan pulang, Rue sempat membeli makanan untuk mereka makan malam bersama. Sambil makan malam, mereka membahas tentang kejadian di sekolah dan hasil penyelidikan mereka.
Karena Hanjoo yang berada di UKS sejak siswi kelas XII yang kesurupan dibawa ke sana, ia pun melaporkan apa saja yang terjadi selama Rue, Dio, dan Byungjae tak di sana. Termasuk racauan siswi kelas XII saat kesurupan.
Isi racauan siswi kelas XII itu tergantung siapa yang sedang menggunakan raganya. Ada yang hanya menjerit-jerit, lalu menangis, dan terus mengucap kalimat, Aku takut. Ada yang tertawa terbahak-bahak, lalu berujar, Ini hanyalah awal. Bersiap-siaplah wahai kalian manusia-manusia sombong! Lalu, ada yang hanya diam. Jika ditanya hanya menjawab, Berhati-hatilah mulai sekarang.
Rue, Dio, dan Byungjae menyimak penjelasan Hanjoo. Sambil menikmati bakmi yang menjadi menu makan malam mereka.
“Lalu, kamu tadi ngapain dua-duaan sama Kak Nicky? Di deket toilet kelas XII. Kalian pacaran ya?” Byungjae menyerang Rue.
“Pacaran gundulmu!” Rue tak terima dituduh pacaran dengan Nicky. “Aku tadi ngejar Goong sampai sana tau! Tapi, dia nggak ngasih informasi banyak. Kayaknya itu raja buto emang sakti bener deh. Sampai semua yang ada di situ takut.”
“Termasuk penghuni yang terkuat di sekolah?” Tanya Dio.
“Mm.” Rue menganggukkan kepala. “Ini masih teka-teki. Antara mereka emang bermigrasi apa sengaja dikirim ke sekolah.”
“Sengaja dikirim ke sekolah? Buat apa?” Tanya Byungjae.
“Ya teror lah. Apa lagi?! Kan udah dimulai!” Jawab Dio kesal.
“Aku dengar dari Kevin, sekolah kita masuk nominasi sekolah terbaik. Apa karena itu ada pihak tertentu yang sengaja mengirim teror ke sekolah kita? Agar citranya menjadi buruk?” Dio mengungkap informasi yang berhasil ia kumpulkan.
“Dan, kalah dukungan gitu? Masuk akal sih ya. Tapi, kenapa pakek sihir coba? Pakek pasukan setan buat neror murid.” Byungjae keheranan.
“Simpel aja kan. Kalau murid yang mengalami gangguan, akan dengan mudah tersebar ke dunia luar.”
“Iya ya.”
“Tapi, aku secara pribadi curiga mungkin ini ada hubungannya denganmu Rue. Maksudku sebentar lagi kan pergantian pengurus. Kamu pasti didukung untuk maju kembali. Aku rasa ada pihak yang nggak suka dan sengaja menggunakan pasukan setan itu untuk meneror.”
“Wah! Masuk akal juga. Tapi, kenapa sih segitunya? Pakek sihir segala.”
“Karena Rue dan Rigel terkenal sebagai pemburu hantu, pemburu penampakan. Pasti banyak yang nggak suka sama kita. Kalau itu yang kita banggakan, dengan jalan itu pula siapapun itu pelakunya menyerang kita.
“Selama ini sebagian besar murid percaya bahwa minimnya kesurupan dan keusilan yang dilakukan makhluk halus di sekolah adalah karena keberhasilan negosiasi yang dilakukan Rue. Padahal Rue nggak lakuin itu kan? Palingan dia cuman ngobrol sama Goong.
“Kalau mau menelusuri sejarah sekolah, setiap tahun kejadian ganjil seperti kesurupan memang semakin menurun. Tapi, nggak ilang sama sekali. Artinya, sebenarnya fenomena yang terjadi di sekolah termasuk wajar. Semua tergantung kita. Seperti kata Hanjoo, faktor personal. Tapi, nggak semua murid tahu tentang itu. Dan, pihak manapun bisa memanfaatkannya untuk melakukan teror, menghasut, memfitnah, dan sejenisnya.” Dio menutup penjelasannya.
“Masuk akal. Tapi, siapa yang tega bertindak sekeji itu?” Byungjae kemudian menyuapkan sesendok bakmi ke dalam mulutnya.
“Entahlah. Siapa saja bisa melakukannya, kan?” Dio kembali fokus pada bakmi di hadapannya.
“Jadi, sementara ini kalian yakin pasukan itu sengaja dikirim? Bukan migrasi besar-besaran?” Rue menyimpulkan.
“Aku rasa begitu.” Jawab Dio sambil mengunyah bakmi di dalam mulutnya.
“Kedua kemungkinan itu masuk. Menurutku, untuk sementara kita diam saja. Mengamati, tapi tetap waspada. Sampai kita benar-benar menemukan fakta. Menyerang lebih dulu bukanlah ide baik kan, Rue?” Hanjoo meminta persetujuan Rue.
“Iya.” Rue membenarkan pendapat Hanjoo. “Aku jadi memikirkan ucapan Goong.”
“Apa kata dia?” Dio penasaran.
“Jika aku tetap memegang posisi presiden sekolah, aku akan sedikit disegani. Oleh mereka juga.”
“Itu karena kamu punya kelebihan bisa melihat dan komunikasi dengan mereka. Kamu nggak segan nyampaiin keluhan mereka yang tak kasat mata pada kita manusia. Jadi, menurutku, Goong ingin mengatakan jika kamu tetap jadi presiden sekolah, kamu bisa mendamaikan dua alam yang tinggal di satu area yaitu SMA Horison.” Byungjae menarik kesimpulan.
“Tumben kamu pinter!” Dio menepuk lengan Byungjae.
“Aku lho!” Byungjae membusungkan dada.
“Memang sebaiknya kamu maju lagi Rue. Aku yakin sebagian besar pengurus mendukungmu.” Hanjoo mendukung Rue untuk kembali mencalonkan diri sebagai ketua Dewan Senior.
“Kalau tahtamu jatuh ke Kevin sih aku rela. Tapi, kalau Pearl. Hiii…” Dio bergidik ngeri.
“Baiklah. Aku akan maju kalau yang lain mendukung. Aku nggak mau raja dan pasukannya itu menindas siapapun yang ada di SMA Horison. Aduh!” Rue menutup mulut dengan telapak tangan kanannya.
“Kenapa?” Tanya Dio khawatir.
“Ini sama artinya aku mengibarkan bendera perang dong?” Rue menatap satu per satu rekannya.
***

Kelas Rue sedang mengikuti pelajaran Biologi di laboratorium. Rue bersama kelompoknya duduk di bangku urutan nomer dua dari belakang pada deretan bangku sebelah kiri meja guru.
“Rue!”
Rue terkejut. Ia sedang fokus membaca buku Biologi yang terbuka di hadapannya ketika ia tiba-tiba mendengar suara seorang perempuan memanggil namanya. Ia mengamati sekelilingnya. Teman-teman sekelasnya sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ada yang sibuk dengan alat-alat praktikum, ada yang mengobrol, ada yang fokus membaca seperti yang ia lakukan sebelumnya.
Rue menghela napas, lalu seseorang mencolek punggungnya. Rue pun menoleh ke belakang. Siswi berambut sebahu itu tersenyum padanya.
“Aku nggak ngerti soal ini. Bisa bantu kah?” Tanya Ami. Siswi berambut lurus sebahu yang mencolek punggung Rue.
Rue menggeser posisi duduknya. Ia menghadap pada Ami dan membantu teman sekelasnya itu. Menjelaskan bagian dari pelajaran Biologi yang ditanyakan Ami. Ami pun menyimak dengan seksama. Sesekali ia menganggukkan kepalanya saat menyimak penjelasan Rue.
“Udah?” Tanya Rue setelah membantu Ami.
“Udah. Makasih ya.” Ami tersenyum manis.
“Sama-sama.” Rue membalas senyum Ami dan kembali merubah posisi duduknya untuk menghadap ke depan.
Rue belum sepenuhnya menghadap ke depan ketika ia mendengar suara benda terjatuh dan teriakan siswa memanggil nama Ami. Rue kembali menghadap belakang. Kedua mata bulatnya terbelalak melihat Ami sudah tergeletak tak sadarkan diri di atas lantai. Ia pun bangkit dari duduknya dan bergegas menuju bangku paling belakang untuk menolong Ami.
Tiga siswa sudah siap mengangkat tubuh Ami. Setelah salah satu dari mereka memberi aba-aba, ketiganya pun berdiri dan membawa Ami keluar dari laboratorium. Rue mengikuti di belakangnya.
Saat sampai di depan ruang laboratorium, Ami tiba-tiba membuka mata, hingga salah satu siswa berujar, “Lho! Ami sadar!”
Ketiga siswa itu pun menurunkan Ami dari gendongan mereka. Rue mengerutkan kening ketika memperhatikan Ami yang berdiri dengan mata terbuka namun terlihat kosong.
“Teman-teman, dia belum sad—” Belum selesai Rue berbicara, Ami tiba-tiba menjerit dan kembali tumbang.
Beruntung dua siswa yang berada di dekatnya sigap menangkap tubuh Ami. Sedang satu siswa yang sebelumnya turut menggendong Ami, tersentak kaget hingga mundur selangkah karena Ami tiba-tiba menjerit dan kembali terjatuh.
Rue bergegas mendekati Ami dan membantu dengan mengangkat kedua kaki Ami. Namun, sial. Karena Ami berontak, Rue pun terkena tendangan dua kaki Ami hingga terdorong mundur dan jatuh terduduk. Bekas sepatu Ami sampai membekas pada rok yang dikenakan Rue.
“Kamu nggak papa Rue?” Salah satu siswa yang tadinya hanya mengintip dari ambang pintu laboratorium membantu Rue berdiri.
“Nggak papa kok. Makasih ya.” Setelah bangkit, Rue segera menyusul Ami yang sudah dibawa ke ruang UKS.

Tidak ada anggota PMR yang berjaga di UKS saat jam pelajaran berlangsung. Tapi, pintu depan UKS tidak pernah dikunci. Hingga siapapun yang sakit bisa langsung masuk dan beristirahat di sana. Hanya pintu menuju ruang jaga yang dikunci. Beruntung teman sekelas Rue ada yang menjadi anggota PMR juga. Mereka yang membantu Rue menangani Ami.
Setelah sempat membuka mata dan kemudian menjerit, Ami kembali tak sadarkan diri. Para anggota PMR segera melakukan pertolongan pertama dengan melepas kedua sepatu yang dikenakan Ami. Mengendorkan dasi dan membalurkan minyak kayu putih pada tubuh Ami.
Rue mendekati ranjang. Berhenti di dekat kaki Ami. Tangan kanannya bergerak dan memegang jempol kaki kiri Ami. Rue merapalkan mantra dengan tangan kanan masih memegang jempol kaki kiri Ami.
Tiba-tiba Ami membuka mata, kemudian menjerit. Tubuhnya bergerak hebat. Rekan-rekan Rue segera membantu memegangi tubuh Ami yang terus menjerit.
“Rue. Tolongin Ami. Aku mohon.” Ujar Nadia. Siswi berhijab yang turut memegangi Ami. Ia sampai menangis karena kasihan melihat Ami kesurupan.
Rue tetap fokus merapalkan mantra. Tangan kanannya masih memegang jempol kaki kiri Ami.
“Hentikan! Kurang ajar! Kau membuatku kesakitan!” Ami memaki Rue.
“Keluar dari tubuh anak ini! Maka aku nggak akan nyiksa kamu.” Rue balik mengancam.
“Dia yang lemah. Dia yang bodoh!”
Rue masih memegang jempol kaki kiri Ami, namun berhenti merapal mantra. “Anak ini nggak salah apa-apa. Kamu yang jahat!”
“Dia bodoh! Lemah! Pikiran gampang kosong. Cakra sudah bolong! Gampang dirasuki. Hehehe.” Tawa Ami benar-benar mengerikan. “Sakit! Sialan!” Ami memaki ketika Rue  kembali merapalkan mantra.
“Keluar! Atau aku bakar kamu!” Rue mengancam.
“Lawan aku kalau berani! Kita duel!” Suara Ami yang berubah serak dan mengerikan itu menantang Rue. “Panas! Panas! Edan! Panas!” Ami kembali meronta-ronta setiap kali Rue merapalkan mantra.
“Aku laporkan kamu pada rajaku!” Makhluk astral dalam tubuh Ami mengancam Rue.
“Kau diperintahkan rajamu? Untuk mengganggu anak ini?”
“Iya! Untuk menghancurkan tatanan di sekolah ini! Membuat siapa saja yang ada di sini tunduk pada maha raja!”
Maha raja gundulmu! Rue mengumpat dalam hati.
“Semua ini gara-gara kamu!” Ami menuding Rue.
Seperti dikomando, rekan-rekan Rue kompak menoleh dan menatap Rue.
“Dengarkan! Maha raja membawa kami kemari untuk menguasai tempat ini. Kami sudah diberi kebebasan untuk melakukan apa saja di sini. Tempat ini akan menjadi milik maha raja!”
“Tempat ini milik kami!” Rue menegaskan. “Kalian hanya pendatang kurang ajar yang berani-beraninya membuat kekacauan. Dengarkan juga! Kami tidak takut dan tidak akan tinggal diam!”
Rue merapal mantra, Ami menjerit dan tubuhnya kembali bergerak hebat. Setelah Rue seolah menarik sesuatu dari jempol kaki kiri Ami, gadis itu pun itu pun jatuh pingsan.
“Ami. Ami.” Nadia menepuk-nepuk pipi Ami.
“Dia udah nggak papa. Ntar kalau sadar, kasih air doa aja.” Rue menenangkan Nadia.
“Ami emang gampang kesurupan. Dari SMP udah kayak gitu.” Inaya yang juga berada di ruang UKS menjelaskan kondisi Ami.
Rue memang baru sekelas dengan Ami di kelas XI. “Begitu ya? Padahal dia tadi habis nanya soal ke aku. Tiba-tiba aja dia pingsan dan ya gini.”
“Kamu nggak papa Rue? Pasti sakit ditendang sampai jatuh kayak tadi.” Nadia menanyakan kondisi Rue. Ia sudah berhenti menangis.
“Sakit banget. Secara bukan tenaga manusia.” Rue tersenyum lesu.
“Tuh masih membekas di rokmu.” Inaya menuding rok yang dikenakan Rue.
“Kok belakangan ini yang kesurupan isinya pada ngancem ya? Ada apa sebenernya?” Inaya menatap Rue.
“Aku juga penasaran. Tapi, belum nemu titik terang.” Jawab Rue.
“Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan.” Nadia memanjatkan doa.
“Aamiin.” Semua yang berada di ruang UKS mengamini.
***

“Itu artinya, sasaran mereka acak? Siapapun yang lengah dan lemah bisa jadi sasaran? Termasuk aku?” Byungjae memiringkan kepala. Ia berada di dalam kantor Dewan Senior bersama Rue, Dio, dan Hanjoo.
“Emang kamu lemah?” Dio meragukan pertanyaan Byungjae.
“Kau kan tahu, kata Rue, aku ini termasuk jenis orang yang disukai makhluk astral. Karena itu aku gampang ketempelan, bahkan pernah hampir kesurupan. Tapi, sejak memakai gelang pemberian Rue ini,” Byungjae memutar gelang prusik berwarna hitam di tangan kirinya, “aku merasa lebih baik.”
“Beneran kamu baik-baik aja Rue? Katanya kamu ditendang Ami sampai jatuh.” Hanjoo mengkhawatirkan Rue.
“Sakit lah. Tapi, nggak papa kok. Tenaganya kuat banget itu setan.”
“Nggak papa ya kita ngobrolin mereka di sekolah kayak gini?” Byungjae dengan hati-hati.
“Bendera perang udah dikibarkan. Lagian dimanapun kita, kalau mau, mereka bisa menjangkau kita. Karena, mereka tidak terbatas ruang dan waktu. Iya kan Rue?” Dio meminta persetujuan Rue.
“Kesurupan lagi ya.” Ujar Kevin saat tiba di dalam kantor Dewan Senior. Ia duduk bergabung bersama Rigel. “Rue, kita jadi maju bersama mencalonkan diri untuk jadi kandidat ketua, kan?”
“Mm.” Rue menganggukkan kepala. “Kalau kamu yang menang, aku akan bantu kamu sekuat tenaga.”
“Aduh. Jadi, malu. Tapi, aku senang Rue memperhatikanku seperti itu. Aku berharap Rue yang menang lagi.”
“Kekacauan ini, jangan-jangan ulahmu.” Dio langsung menjatuhkan tuduhan pada Kevin.
“Eh? Aku? Kekacauan apa?” Kevin terkejut karena mendapat serangan tiba-tiba.
“Kesurupan yang kerap kali terjadi. Kau menyewa dukun untuk mengirim santet berupa teror kesurupan ya? Agar kepercayaan murid pada Rue luntur?”
Bukan hanya Kevin yang terkejut mendengar tuduhan Dio. Tapi, juga Rue, Byungjae, dan Hanjoo. Ketiganya tak menduga Dio akan bertindak sefrontal itu.
“Dio sayang, walau aku keturunan Inggris, tapi aku nggak tertarik sama sihir. Terlebih sihir hitam. Andai dikaruniai kemampuan seperti Rue, yang ingin aku lakukan adalah sama seperti yang Rue lakukan saat ini. Bukan untuk menindas, tapi untuk mendamaikan. Lagi pula, apa wajahku ini tampang-tampang hobi main dukun?” Kevin menuding hidungnya sendiri.
“Nurut kamu masuk akal nggak sih? Tuduhanku tadi?” Dio balik bertanya.
“Emang bisa ya? Baru tahu lho aku!”
“Susah deh ngomong sama No-Maj.” Dio menyebut Kevin dengan istilah No-Maj.
No-Maj adalah istilah lain dari Muggle dalam film Fantastic Beast yang naskahnya ditulis oleh JK. Rowling, penulis novel Harry Potter. No-Maj atau Muggle adalah golongan yang tidak mempunyai kemampuan sihir atau bisa disebut juga sebagai manusia biasa.
Kevin tergelak mendengar Dio menyebutnya No-Maj. “Yeah, I'm Muggle.” Ia pun mengakui statusnya sebagai manusia biasa. “Tapi, apa bener kesurupan itu teror yang sengaja dibuat untuk menakut-nakuti kita?” Kevin penasaran.
“Bisa jadi. Tapi, belum pasti. Penyelidikan kami belum menemukan fakta.”
“Wah. Sepertinya kalian membutuhkan bantuan Kementerian Sihir. Agar mereka mengirim detektif handal untuk membantu penyelidikan kalian. Segera hubungi saja nomor 62442.” Kevin membalas olokan Dio. Nomor 62442 adalah nomor telepon Kementerian Sihir dalam novel Harry Potter.
“Dasar, Muggle!” Dio kesal.
Kevin terkekeh. “Maaf. Aku hanya bercanda. Aku nggak tahu harus gimana, tapi kalau kalian butuh bantuanku, katakan saja. Aku akan bantu kalian sebisaku.”
“Apa kamu pernah denger tentang teror kayak gini sebelumnya? Pada angkatan sebelum kita?” Byungjae mengajukan pertanyaan. “Biasanya hal-hal ganjil sengaja ditutupi. Tapi, pasti ada beberapa saksi hidup, kan?”
“Nggak tahu ya. Tapi, ntar deh coba aku cari infonya.” Kevin menyanggupi.
Obrolan terhenti ketika anggota Dewan Senior dan MPK memasuki kantor Dewan Senior. Sore ini mereka berkumpul untuk membahas tentang pergantian pengurus. Tentang persiapan seleksi anggota baru dan pemilihan calon ketua baru untuk periode kepemimpinan satu tahun ke depan. Rapat pun dimulai setelah seluruh anggota Dewan Senior dan MPK lengkap. Nicky yang memimpin jalannya rapat sore itu.

“Aku dengar tadi kamu ditendang sama siswi yang kesurupan. Sampai jatuh. Kamu nggak papa?” Nicky menemui Rue setelah rapat selesai.
“Nggak papa kok.” Rue tersenyum manis.
Nicky menatap rok yang dikenakan Rue. Bekas sepatu masih tersisa samar di sana. “Lain kali, lebih hati-hati ya.”
Rue yang masih tersenyum menganggukkan kepala.
“Selamat ya. Kamu terpilih lagi sebagai calon ketua Dewan Senior. Aku pasti akan memberikan suaraku padamu.”
“Makasih, Kak.”
“Aku yakin kamu pasti menang lagi.”
“Dengan kondisi yang seperti ini?”
“Fenomena kesurupan itu ya? Memang ada hubungannya denganmu?”
“Karena aku, Shopie Mercer si penyihir. Kakak lupa?”
Nicky tergelak mendengar Rue menyebut julukan yang diberikan Byungjae. “Dia sosok yang kuat, kan? Dengar,” Nicky sedikit membungkukkan badan demi lebih dekat pada Rue, “dari awal aku yakin kamu sosok yang kuat. Karenanya, aku nggak pernah raguin kamu. Jadi, berjuanglah Rue! Semangat!”
Rue merasakan panas di wajahnya. Nicky begitu dekat di depannya. Membuat jantungnya berdetub lebih kencang. Ia pun tersenyum dan mengangguk.
Saat Nicky kembali menegakkan tubuhnya, Rue melihat sosok Malaikat Maut berdiri tak jauh di belakang Nicky. Kedua mata bulat Rue melebar. Senyum di wajahnya pun sirna.
***





Search This Blog

Total Pageviews