Fan Fiction FF

The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)

07:41

The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
            다음 이야기 화성 아카데사랑, 음악과
 
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미사랑, 음악과
. Author: shytUrtle
. Rate: Serial/Straight
. Cast
- Fujiwara Ayumu (
藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (
김재중)
2. Oh Wonbin (
오원빈)
3. Lee Jaejin (
이재진)
4. Kang Minhyuk (
강민혁)
- Song Hyuri (
송휴리)
- Kim Myungsoo (
김명수)
- Jang Hanbyul (
장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1


New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
   

Cinta, musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang dan hidup…
    

EPISODE #13
Menyiapkan pesta pernikahan dalam waktu sepuluh hari? Junki atas rekomendasi Gahee akhirnya setuju menyerahkan kejutan pesta pernikahan untuk Young Ah pada Ai. Usai rapat di kedai tteokbokki di ujung gang sekolah, masih ditemani Hanbyul, Ai langsung menuju florist. Ai menggelar rapat dadakan, membahas tentang pesta pernikahan Junki. Yongbae hanya diam, mendengar Ai dan Minki yang berdiskusi. Hanbyul yang duduk bergabung sesekali urun pendapat. Walau sering menerima jasa dekorasi untuk pernikahan, namun Morning Glory Florist tak pernah menangani keseluruhan dari pesta. Intinya kali ini Ai dan Morning Glory Florist dipercaya untuk menjadi EO -event organizer—dari pesta Junki.
“Oppa yakin kita mampu?” Ai masih sangsi.
“Pasti bisa! Seorang professional, pasti bisa menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan padanya dengan baik dan tepat waktu. Itulah kita!” Yongbae yakin dan penuh semangat. “Ini bukan menyombongkan diri, tapi aku tak suka melihat Nona pesimis. Lagi pula, ini adalah kesempatan emas bagi kita. Tugas awal yang kita dapat secara cuma-cuma tanpa harus capek-capek promosi. Jika kita mengerjakannya dengan baik, aku yakin berikutnya para pelanggan akan datang sendiri. Nanti saat pesta, jangan lupa letakan Ikebana di sana-sini, hehehe.”
Ai tersenyum melihat ekspresi penuh semangat Yongbae. “Yongbae saja bisa seyakin itu, masak kau tidak?” Sahut Minki. “Bagian terpenting dari sebuah pesta adalah jamuan makan. Percuma jika dekorasi indah, hiburan mewah tapi jika jamuan makan kita abaikan. Ini titik utama sebuah pesta. Menurutku.”
“Aku setuju, Hyung!” Yongbae mengamini.
“Aku pun setuju. Hah… kita akan jadi sangat sibuk.” Keluh Ai.

Hanbyul mengantar Ai, sampai di depan pintu rooftop.
“Masuk?” Ai menawarkan.
“Lain kali saja. oya, Jiyoo, kau tak keberatan jika aku akan sering-sering menemuimu? Berputar-putar disekitarmu?”
“Karena waktu kita bersama tak banyak lagi?” Hanbyul mengangguk. “Anytime.” Ai tersenyum tulus.
“Thank you,” bisik Hanbyul sumringah.
***
Mendapatkan kepercayaan Junki, Ai tak mau main-main mengerjakannya. Ia bersama tim-nya membagi waktu dan tugas karena mereka juga sibuk membangun gudang bunga di lahan kosong milik Tuan Jeon di samping rumah Paman Hwang. Ai ingin menjadi Wedding Planner yang profesional ditugas perdananya. Ai mencari informasi tentang bagaimana menjadi Wedding Planner  yang professional di internet. Bersama Minki Ai berkeliling mencari jasa catering. Negosiasi di beberapa penyedia jasa catering. Ai juga menyempatkan diri mampir ke basecamp juga melihat bagaimana pembangunan gudang bunga yang mulai dikerjakan.
Lelah seharian berkeliling, sesampainya di rooftop, Ai tak bisa istirahat memejamkan mata. Tubuhnya sangat lelah dan Ai bergelimpangan di atas kasur. Ia kembali bangun dan mendesah kesal. Ai memilih berselancar di dunia maya untuk mengusir rasa bosannya. Sesekali ia tersenyum melihat berbagai gambar dekorasi pernikahan. Ai kembali diam, memori otaknya memutar ulang kejadian sore tadi ketika Ai melintas di depan gereja yang akan menjadi tempat berlangsungnya pernikahan Junki dan Young Ah. Ai memiringkan kepala, ia tersenyum setelah sebuah ide muncul di otaknya. Ai segera membuat coretan di kertas seadanya.
Ponsel Ai bergetar menganggu keasikannya. Ai mengerutkan dahi melihat nama Kibum muncul dalam layar ponselnya. Baru saja Ai pulang, masa Kibum memintanya kembali ke basecamp? Bukankah mereka pulang bersama-sama? Ai mengabaikan panggilan Kibum, namun Kibum terus menghubunginya lagi dan lagi. Merasa ada yang janggal, Ai akhirnya menerima panggilan itu.
“Hallo,” Ai dengan nada malas-malasan. Ai tercekat. Terdiam mendengar Kibum bicara. Segera ia bangkit dari duduknya dan membangunkan Minki yang sedang terlelap di kamarnya.
-------
Ai dan Minki sampai di lahan kosong milik Tuan Jeon di samping rumah Paman Hwang. Banyak warga berkumpul. Ada  mobil kebakaran dan para staf pemadam kebakaran berusaha mematikan api. Calon gudang bunga yang terlihat baik-baik saja beberapa jam yang lalu kini ludes di lahap si jago merah. Ai juga Minki sama-sama syok.
“Ai…” Kibum menghampiri Ai. “Beruntung Paman Hwang bertindak sigap.”
“Dimana Yongbae dan yang lain?” Tanya Ai.
“Yongbae??” Kibum mengamati sekitar, “tadi dia di sini. Bahkan TOP Hyung juga kemari dengan beberapa anak buahnya. Tapi sekarang… entahlah.”
“Nona…” Shin Ae berlari mendekat. Wajahnya pucat.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Ai.
“Iya. Nona…” Shin Ae terlihat sangat sedih.
“Taka pa. bersyukur Paman Hwang bertindak gesit.” Ai tersenyum sambil menepuk pundak Shin Ae. “Kau melihat Yongbae?”
“Yongbae??” Shin Ae ganti mengamati sekitar, “mereka di sini tadi, tapi sekarang… aku tak tahu kemana mereka pergi.”
“Kau baik-baik saja?” Paman Hwang menghampiri Ai.
“Paman, maafkan aku.” Ai benar menyesal.
“Apinya padam.” Paman Hwang tersenyum menenangkan.
***
Suasana mulai tenang. Mobil pemadam kebakaran sudah pergi. Warga yang berkerumun juga sudah membubarkan diri. Paman Hwang, Shin Ae, Ai, Minki dan Kibum berdiri berjajar menatap sisa bangunan calon gudang bunga yang terbakar habis. Rangka bangunan yang telah berdiri sore tadi luluh lantak. Yang tersisa hanya arang hitam pekat basah dan asap di beberapa titik. Bibi Han dan putri tunggalnya Myeongran datang tergesa-gesa bersama Jaesuk. Ketiganya tampak syok melihat kondisi calon gudang bunga yang luluh lantak. Selang beberapa menit kemudian Tuan Jeon juga datang.
“Ini keterlaluan!” Ucap Bibi Han geram.
“Tak mengapa Bibi, bersyukur tak ada korban jiwa.” Ai tersenyum lesu. “Paman Hwang, sebaiknya Paman istirahat. Paman tampak sedang tak baik.”
“Ini seperti adegan dalam film saja.” Paman Hwang menggelengkan kepala.
“Dan Paman Hwang-lah sang Hero itu.” Ai kembali tersenyum.
“Aku tidak menyangka mereka senekat ini.” Jaesuk menggeleng keheranan.
“Ini lebih parah dari peristiwa sebelumnya, bahkan ketika Jung Jinyoung masih di sini.” Tuan Jeon ikut bicara.
“Myeongran Onni, tolong rahasiakan ini darai Hanbyul.” Pinta Ai.
“Baik, Nona.” Myeongran mengiyakan.
“Walau Myeongran tak bicara, bagaimana dengan yang lain? Ada berapa anak Jeonggu Dong yang sekolah di Hwaseong Academy?” Sela Bibi Han.
“Ada sepuluh. YOWL, Nona, Kim Kibum, Kim Taerin, Song Seunghyun dan dua anak laki-laki lagi.” Jawab Shin Ae. “Iya, hanya sepuluh ini.” Shin Ae kembali meyakinkan.
“YOWL juga tak boleh tahu.” Kata Ai.
“Mereka aku yakin aman, tapi bagaimana dengan sisanya? Taerin, Seunghyun dan dua anak lagi.” Kata Kibum.
“Harus kah kita meminta mereka untuk bungkam?” Tanya Shin Ae. Semua kembali diam.
“Aku tak melihat Yongbae dan anak buahnya.” Kata Tuan Jeon setelah beberapa detik semua terdiam. “TOP, apa dia tahu tentang ini?” Imbuhnya.
“Yongbae tak bisa dihubungi.” Minki sembari kembali mencoba menelfon Yongbae.
“Mereka tadi di sini. Karena semua panik, aku sendiri tak tahu kemana mereka kemudian pergi.” Jawab Shin Ae.
Lagi-lagi mereka terdiam. Beberapa detik kemudian ponsel Ai berdering memecah kebisuan. Ai menerima panggilan itu. Ai diam, berdiri tertegun mendengarkan seseorang di seberang sana bicara. Semua menatap penasaran pada Ai.
***
Ai dan Minki sampai di UGD rumah sakit. TOP yang duduk di kursi tunggu bangkit menyambut keduanya.
“Bagaimana ini bisa terjadi?” Tanya Minki panik.
“Kami memutuskan pergi untuk memberi terapi kejut setelah mereka melakukan penyerangan, membakar calon gudang bunga itu. Kami mengejar mereka dan menemukan mereka. Jumlah kami seimbang. Ditengah perkelahian, bantuan datang dari pihak lawan. Situasi kacau dan salah satu dari mereka menabrak Yongbae hingga terseret beberapa meter. Yongbae mengalami luka parah di kepala dan kritis. Maafkan aku…” TOP benar menyesal.
“Sudahlah, bersyukur yang lain selamat dan Yongbae segera mendapat pertolongan.” Minki menepuk pundak TOP.
Entah mendapat berita buruk ini darai siapa, Euichul tiba-tiba muncul di rumah sakit. Ia berjalan terburu-buru menghampiri Ai, Minki dan TOP. “Kau baik-baik saja??” Euichul sambil memeriksa Ai.
Euichul, Ai, Minki dan TOP duduk menunggu. Satu jam kemudian Dokter yang menangani Yongbae keluar memberi penjelasan tentang kondisi Yongbae. Yongbae berhasil melewati masa kritis, namun ia dinyatakan koma. Ai terduduk lemas mendengarnya. Euichul berusaha menguatkan sang adik. Begitu juga Minki.

Setengah jam kemudian, Euichul mengantar Ai pulang, sedang Minki tetap berada di rumah sakit. Euichul memahami apa yang dirasakan Ai saat ini. Ia turut sedih melihat Ai murung. Sesekali Euichul menoleh pada Ai yang duduk di sampingnya saat perjalanan menuju Jeonggu Dong.
“Maaf, Oppa,” Ai memcah kebisuan, “aku membuat Appa khawatir lagi pastinya.”
“Appa sudah memprediksikan hal yang terburuk karena kau terus memutuskan untuk maju merubah Jeonggu Dong. Appa benar geram, namun kami semua meredamnya. Appa akan tetap memegang janjinya, tidak akan turun tangan kecuali kau meminta.”
“Lagi-lagi aku menyusahkan banyak orang.”
Euichul yang fokus mengemudi tersenyum. “Tidak ada jalan mulus untuk tujuan mulia. Aku mendukungmu untuk maju. Berjuanglah dan jangan meminta bantuan Appa jika tak benar mendesak. Bukannya aku tak suka, tapi aku yakin kau bisa. Kelak kau akan berhasil merubah Jeonggu Dong. Aku yakin itu.”
Ai tersenyum lesu. “Terima kasih.”
“Oh, itu Wooyoung. Kemana saja dia?” Euichul saat sampai di Jeonggu Dong.
“Ada tugas khusus yang aku buat untuknya.”
Euichul pergi. Wooyoung masih berdiri di samping Ai turut menatap mobil Euichul yang melaju pergi. Wooyoung menoleh, memperhatikan Ai yang terlihat lelah.
“Sebaiknya Nona lekas istirahat. Aku akan menginap dan berjaga.” Kata Wooyoung. “Maaf, tak di sini saat penyerangan itu terjadi.”
“Kau mengatakan kau akan pergi menemui seseorang, dan ini penting. Tak mengapa. Sebenarnya Yongbae sudah memegang kendali. Hanya saja, takdir Tuhan, kita tak kuasa menolaknya.”
“Aku menemui seseorang yang berjanji memberikan jawaban tentang foto itu.”
Ai menoleh, menatap Wooyoung. Wooyoung tersenyum. “Sebaiknya kita masuk.” Ai berjalan memimpin.
“Sebaiknya kita bahas besok. Nona, harus istirahat.” Wooyoung menyusul di belakang Ai. “Nona, terlihat sangat lelah.”
“Aku baik-baik saja. Yongbae koma, ada banyak tugas, kitaa harus cekatan bertindak.”
“Bertindak??”
***
“Peristiwa semalam, benar-benar mengejutkan. Orang-orang itu, kenapa begitu nekat?” Seunghyun berangkat sekolah bersama Taerin.
“Kebarakan itu?” Taerin datar.
“Iya. Syukur tak ada korban jiwa. Hah, ini akan jadi perang besar. Semoga tak sampai ke pihak sekolah.”
“Kau dipihak siapa?” Taerin menghentikan langkahnya saat sampai di depan gerbang sekolah yang masih tertutup rapat.
“Aku…”
“Tumben pagi sekali,” Potong Shin Ae. Taerin dan Seunghyun kompak menoleh ke arah kanan. Shin Ae berjalan mendekat. “Baru kali ini aku melihat kalian datang sepagi ini.”
“Hahg! Nona Pengintai.” Taerin tersenyum mencibir.
“Kau sendiri pagi sekali dan untuk apa di sini?” Seunghyun mengamati Shin Ae dengan ekspresi heran.
“Dia adalah orang Fujiwara Ayumu.” Jawab Taerin.
“Aku tahu. Apa pagi ini dia memintamu untuk datang kemari? Memastikan berita semalam tak masuk ke sekolah?” Buru Seunghyun.
“Api jika terbawa angin akan cepat membesar, sulit untuk memadamkannya.” Shin Ae menatap bangunan megah Hwaseong Academy. “Pasti menyenangkan bisa sekolah di sini.” Shin Ae tersenyum getir.
“Kau tak perlu khawatir. Kami akan tutup mulut.” Seunghyun menyanggupi.
“Aku percaya! Apalagi Kim Taerin adalah adik seorang Kim Jaejoong, pemuda yang sangat menyanyangi Nona. Aku percaya insiden itu aman pada kalian. Tapi angin, siapa yang bisa menghentikan geraknya?” Shin Ae menatap Seunghyun lalu Taerin. “Nona hanya ingin YOWL tak mendengar tentang ini.” Shin Ae kembali berjalan dengan meletakan kedua tangan di balik punggungnya. “Semoga hari kalian menyenangkan!” Serunya kemudian.
“Dia itu gadis yang aneh.” Seunghyun menggeleng heran. “Kita harus pastikan insiden semalam tak masuk ke sekolah.”
“Tak ada untungnya bagiku.” Jawab Taerin singkat dan terdengar ketus.
***
Rekaman hari ini berjalan lancar. Rekaman perdana YOWL sebagai persiapan debut mereka. Taehee mengundang YOWL dan seluruh tim kreatifnya untuk rapat. Persiapan demi persiapan mulai terpenuhi. Jaejin menunjukan kalung pemberian Ai yang tergantung di lehernya. Ia mengusulkan agar kalung ini bisa mereka kenakan untuk pembuatan MV YOWL kelak. Taehee langsung menyetujuinya. Usul Wonbin untuk membuat tulisan YOWL dengan menggunakan fire letter pun langsung disetujui Taehee.
“Kali ini keinginan pribadiku dan kebetulan beberapa waktu yang lalu ada usulan yang masuk padaku tentang ini.” Ungkap Taehee setelah selesai pembahasan beberapa agenda rapat. “Bagaimana jika debut YOWL, kita adakanshowcase di Jeonggu Dong?” Semua menatap heran pada Taehee. “Ayolah, kenapa kalian menatapku seperti itu? Ini pemikiranku dan beberapa waktu lalu seorang Yowlism mengusulkan hal ini pula padaku. Kebetulan kami memiliki pemikiran sama. YOWL memiliki basecamp di Jeonggu Dong bukan?” Taehee menatap Jaejoong.
“Itu… milik Ai.” Jawab Jaejoong lirih.
“Ini akan lebih menggebrak. YOWL menggelar debut di tempat asal mereka Jeonggu Dong. Ya, walau sedikit tak wajar, eum, memang tak wajar. Artis baru yang debut selalu melalui penampilan live atau lipsing di televisi resmi nasional. Caliptra Seta Entertainment cukup punya kuasa, jika kalian setuju, kita akan membuat live showcase di Jeonggu Dong dan bekerjasama dengan salah satu televisi nasional. Bagaimana? Aku akan mengatur semua.”
Semua kembali diam, kemudian menatap keempat member YOWL. “Jika tim setuju, tak masalah bagi kami. Tapi jika benar memilih Jeonggu Dong, basecamp, maka kami harus membicarakan hal ini dengan Ai terlebih dahulu.” Jawab Jaejoong. “Kondisi di Jeonggu Dong, tak bisa ditebak. Khawatir jika tidak stabil. Itu saja.”
“Aku akan mengurusnya.” Taehee meyakinkan.

Ruang rapat hanya menyisakan Taehee dan Sukjin. Semua telah pergi meninggalkan ruangan ini. “Hah… ini pertama kalinya, kita benar-benar bekerjasama dengan artis kita. Mereka…. ah, Paman.” Ungkap Taehee.
“Nona terlihat amat bersemangat. Aku perhatikan anak-anak YOWL mulai nyaman bekerjasama dengan Nona.” Sukjin tersenyum.
“Aku tak akan sanggup mengurus mereka sendiri. Aku butuh bantuan Paman.”
“Sampai mereka mencapai puncak, seperti janjiku pada Nona dan pada sahabatku, Yoo Jaesuk.”
“Hah, ini pertama kalinya aku merasa benar sebagai keluarga bagi artisku. Aku ingin yang lain juga merasakan demikian. Apa bisa?”
-------
“Debut di Jeonggu Dong, bukankah ini keren?? Kenapa kau malah ragu?” Minhyuk menyikut Jaejoong.
“Entahlah. Hanya saja aku merasa… mungkin benar Jeonggu Dong sedang tak stabil. Atau hanya perasaanku saja.”
“Coba saja hubungi Vampire Ai atau Taerin.” Usul Jaejoong.
“Nanti, saat jam sekolah usai.” Jaejoong menyanggupi dan semua diam tanda setuju.
***
“Ai tak masuk, begitu juha Wooyoung. Apa terjadi sesuatu? Semua baik-baik saja kan?” Buru Hyuri pada Kibum. “Myungsoo mengirim pesan, Hanbyul panik karena tak melihat Ai di sekolah dan aku mencoba menghubungi Ai tapi ponselnya tidak aktif. Ada apa sebenarnya?”
“Semua baik saja. Hari ini Ai ada jadwal check up.” Jawab Kibum singkat. “Doakan saja hasilnya baik. Ai mulai bosan pada tangan kirinya. Dan Wooyoung tak masuk juga, aku tak tahu kenapa.”
“Benar seperti itu?” Hyuri menatap curiga pada Kibum.
“Iya, benar! Tanyakan saja pada Dokter Song. Tadi pagi aku bertemu dengan Dokter Song, semalam Dokter Song menelpon Ai perihal check up itu dan pagi ini Dokter Song mengatakan padaku jika beliau akan pergi menemani Ai.”
-------
“Ai pergi check up, Dokter Song ada bersamanya.” Myungsoo membaca pesan singkat yang baru saja dikirim Hyuri padanya.
“Kenapa sampai mematikan ponselnya?” Gumam Hanbyul kesal.
“Khawatirmu yanag terlalu berlebihan.” Sunghyun merangkul Hanbyul.
“Entahlah, dari semalam perasaanku benar tak baik dan terus memikirkan Jiyoo. Aku merasa aneh, seolah ada suatu hal buruk terjadi, tapi entah apa itu.”
Myungsoo, Sunghyun dan Jungshin saling melempar pandagan. “Nanti coba kita cari tahu, em?” Sunghyun menepuk-nepuk pundak Hanbyul berusaha menenangkan.
“Ok.” Hanbyul mengangguk setuju.
-------
“Yiyoung memintaku menyampaikan hal ini padamu. Ia merasa tak enak jika harus mengatakannya langsung padamu. Kau bisa bantu kan?” Chaerin menatap Byunghun penuh harap.
“Yiyoung tulus ingin melakukannya?” Sela Minhwan.
“Ck! Kau meragukannya?” Chaerin menatap kesal Minhwan.
“Wajar bukan jika aku curiga? Bukankah kalian sangat membenci Fujiwara? Dan tiba-tiba saja…”
“Choi Minhwan!!!” Potong Soojung lengkap dengan ekspresi geramnya. “Kalian sendiri, bukankah awalnya sangat membenci YOWL? Lalu sekarang?”
“Proses yang kita alami berbeda. Apa yang kami alami sama artinya dengan tak kenal maka tak sayang, tapi kalian?”
“Ough!” Soojung benar geram, “Tapi intinya sama bukan?? Dulu Viceroy juga membenci YOWL dan Fujiwara Ayumu pastinya. Jangan berlagak amnesia dengan semua itu Choi Minhwan!”
“Jadi sekarang kalian tak benci YOWL? Fujiwara?”
“CHOI MINHWAN!!!!”
“Aku tak bisa bantu.” Sela Byunghun membuat Chaerin juga Soojung tertegun menatapnya.
“Ya, Lee Byunghun, kau…” Chaerin tak melanjutkan perkataannya.
“Lee Byunghun, kau… kalian sama saja! Menyebalkan!” Umpat Soojung.
“Tak bisakah? Tak bisakah kau bantu Yiyoung?” Gantian Gyuri mengiba.
“Jika benar tulus, lakukan sendiri. Ai bukan tipe orang yang tak bisa memaafkan orang lain. Walau ia tampak begitu dingin, tapi Ai memiliki hati yang lembut dan pemaaf.” Byunghun bangkit dari duduknya dan berjalan pergi.
“Berusahalah!” Minhwan sebelum pergi menyusul Byunghun. Soojung, Chaerin dan Gyuri hanya bisa berdiri kesal menatapnya. “Ya, Byunghun, tak mau bantu?” Minhwan sudah berjalan di samping Byunghun.
“Senada denganmu, aku meragukannya.”
“Eum, benar. Aku khawatir juga tentang itu.”
***
Ai menjenguk Yongbae usai ia melakukan check up. Ia berdiri menatap ke dalam ruang ICU dari dinding kaca. Yongbae masih terbaring koma di dalam sana.
“Bagaimana hasilnya?” Minki menghampiri Ai.
“Jika tak ada perubahan, kunjungan berikutnya aku sudah bisa menanggalkannya.”
“Syukurlah.” Minki tersenyum lega. Minki menoleh memperhatikan Ai yang berdiri di sampingnya menatap ke dalam ruang ICU tempat Yongbae dirawat. “Dia akan baik-baik saja bukan?”
“Semoga.”
“Tak melihatnya?”
“Entahlah.”
“Mengerikan jika itu orang terdekat kita.”
“Sebaiknya Oppa pulang dan istirahat.”
“Wooyoung absen hari ini. Kalian merencanakan sesuatu?”
“Iya.”
“Serangan balasan?” Minki memutar tubuhnyaa menghadap pada Ai.
“Tindakan mereka keterlaluan. Satu orangku terbaring koma, nyawa orang kepercayaanku diujung tanduk. Aku tak bisa mendiamkan ini. Aku akan mengibarkan bendera perang.”
“Jiyoo…” Minki menatap khawatir Ai, “berpikirlah dengan kepala dingin. Jangan terbawa emosi. Walau aku selalu yakin padamu tapi kali ini… jangan gegabah. Baru kali ini aku merasa takut dan benar khawatir padamu.”
“Tetaplah percaya padaaku Oppa, em?” Ai balas menatap Minki, keduanya berhadapan kini. “Aku sudah memikirkannya, semalaman. Dan jika aku tak melakukannya, aku tak akan bisa tenang.”
Keduanya saling menatap selama beberapa detik. Minki menghela napas panjang. “Aku akan kembali ke florist.” Ia pamit dari hadapan Ai.
Ai turut menghela napas panjang dan menunduk. Ia kemudian menyentuh dinding kaca dan menatap Yongbae di dalam sana. Aku tak akan berhenti berjuang. Aku akan menuntut keadilaan untukmu, tapi dengan caraku sendiri. Berjanjilah untuk sembuh, Dong Yongbae. Lekaslah kembali. Bisik Ai dalam hati.
Ai duduk di kursi tunggu dan kembali menyalakan ponselnya. Banyak panggilan masuk dari Hanbyul, Hyuri dan Jaejoong juga sms yang membludak memasuki inbox Ai. Dari semua, Ai tertarik pada sms yang dikirim Jaejoong. Mata bulat Ai melebar membacanya.
“Debut YOWL di Jeonggu Dong??” Wajah Ai mendadak pucat.


---TBC---
 
  shytUrtle

Fan Fiction FF

The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)

04:37

The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
            다음 이야기 화성 아카데사랑, 음악과
 
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미사랑, 음악과
. Author: shytUrtle
. Rate: Serial/Straight
. Cast
- Fujiwara Ayumu (
藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (
김재중)
2. Oh Wonbin (
오원빈)
3. Lee Jaejin (
이재진)
4. Kang Minhyuk (
강민혁)
- Song Hyuri (
송휴리)
- Kim Myungsoo (
김명수)
- Jang Hanbyul (
장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1


New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
   

Cinta, musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang dan hidup…
   

EPISODE #12

Penonton bertepuk tangan ketika Ai dan Hanbyul sampai. Bertahan berdiri dan menunggu kerumunan ini selesai memberikan bayaran seikhlasnya untuk pertunjukan yang entah digelar oleh siapa. Ai juga Hanbyul tak bisa melihat siapa orang yang menggelar pertunjukan di sini, di tempat dimana Ai biasa menggelar pertunjukan.
Tersisa dua orang terakhir. Ai berdiri diam menatap pemuda yang sibuk berterima kasih pada orang-orang yang memberinya bayaran. Pemuda itu menyadari keberadaan Ai dan terlihat risih. Ai berjalan mendekat. Hanbyul mengikuti di belakang Ai. Ia khawatir emosi Ai meledak dan marah pada pemuda itu. Ai berhenti jarak dua langkah dari pemuda itu. Si pemuda meringis. Kemudian tersenyum sungkan pada Ai. Hanbyul siaga. Ia siap mengambil tindakan jika tiba-tiba Ai mengamuk.
“Di sini sendirian, itu terlalu berbahaya.” Kata Ai lembut. Hanbyul melongo mendengarnya. Nada bicara Ai begitu lembut layaknya  seorang kakak berbicara pada adiknya. “Tanpa satu pengawal pun?”
“Susah payah untuk bisa kemari. Ini yang ketiga.” Pemuda itu berbisik pada kalimat terakhir. “Dan menemukan Nuna. Ajaib!” Imbuhnya riang.
Ai menyadari ekspresi Hanbyul. “Jung Sungha. Adik Daehyun.” Terang Ai.
“Oh? Adik Daehyun?” Hanbyul menatap Jung Sungha. Tatapan tak percaya, juga kagum.
“Tiga kali? Tempatmu bukan di sini.” Ai kembali menatap Sungha.
“Nuna lumayan terkenal di sini. Lumayan kan aku mengisi kekosongan Nuna. Beberapa sempat mengira Nuna akan kembali tampil dan tak jarang yang kecewa ketika menemukan aku.”
“Orang tak mengenal Jung Sungha di jalanan. Kau itu maestro gitar muda, bukan musisi jalanan.”
“Nuna, bernyanyilah untukku. Aku akan mainkan gitar dan Nuna bernyanyi. Mau ya? Ya…” Rengek Sungha. “Hyung…” Ia meminta dukungan Hanbyul.
“Ide bagus! Lakukan!” Hanbyul tersenyum lebar mendukung.
Sungha memberi isyarat agar Ai duduk di sampingnya. Ia kemudian menyiapkan gitar akustiknya dan mencoba menggenjrengnya. Sungha siap, menoleh menatap Ai dan tersenyum. Hanbyul duduk di atas aspal siap menonton pertunjukan Ai-Sungha.
“Saat liburan, Nuna memainkan lagu ini bukan? Christina Perri-A Thousand Years. Nuna mau menyanyikannya untukku?” Ai mengangguk. Sungha tersenyum. “Ok. Kita mulai.” Sungha mulai memetik gitar akustiknya memainkan melody Christina Perri-A Thousand Years. Ai mulai bernyanyi.
Hanbyul duduk manis menonton. Tatapan Hanbyul tak lepas terus memandang Ai. Lagu romantis ini membawa kenangan Hanbyul saat liburan di pulau Jeju. Turut menyeret kenangan manis bersama Ai yang lain pula. Rasa kalut itu kembali menyelimuti Hanbyul. Mampukah ia jauh dari Ai? Sanggupkah ia menepis semua kekhawatirannya ketika berjauhan nanti? Hanbyul tersenyum getir seiring berakhirnya permainan gitar Sungha.
Tepuk tangan penonton mengejutkan Hanbyul. Baru ia sadari jika di belakang dan sekelilingnya kembali ramai orang menonton pertunjukan Ai-Sungha. Melihat antusiasme penonton, Sungha kembali mengajak Ai berduet satu lagu lagi. Ai pun setuju. Ai-Sungha kembali duet membawakan lagu Green Day-Wake Me Up When September Ends. Kemahiran Sungha memainkan gitar akustik dipadukan dengan vocal Ai. Duet yang sempurna.
Usai mengamen bersama, Ai mentraktir Sungha makan malam di restoran milik Ibu Myungsoo. Sungha yang supel dengan mudah akrab dengan Hanbyul yang juga mudah bergaul dengan siapa saja. Keduanya antusias berbagi cerita yang pastinya tak jauh dari membahas Ai. Ai lebih banyak diam. Tak lama kemudian Myungsoo muncul. Ia menyapa Hanbyul, Ai dan Sungha kemudian duduk bergabung. Myungsoo berharap Hyuri ada di sini bersama mereka. Namun ia cukup tahu diri. Selama ini ia dan Hyuri sering merepotkan Ai dan Hanbyul. Myungsoo tersenyum menatap Ai kemudian Hanbyul. Apakah sepasang kekasih ini akan benar-benar terpisah jarak Korea-Amerika?
***
Usai mengantar Sungha, Hanbyul mengantar Ai kembali ke Jeonggu Dong. Mobil Hanbyul berhenti. Wajah Hanbyul berseri. Sepanjang perjalanan ia tak hentinya membicarakan tentang keluarga Jung, keluarga besar Ai.
“Kesimpulanku, andai keluarga Jung membentuk sebuah band, pasti akan terkenal. Sayang Daehyun tak pernah menunjukan kemampuannya bernyanyi.” Hanbyul tersenyum menatap Ai. “Ingin melihat kalian tampil bersama, mungkinkah?”
Ai tersenyum. “Aku turun.”
“Tunggu!” Tahan Hanbyul. “Tunggu sebentar,” Bisik Hanbyul sambil merogoh saku jaketnya. Ai menunggu dengan ekspresi penasaran. Hanbyul tersenyum menunjukan sebuah kalung. Kemudian ia memakaikan kalung itu pada leher Ai.
“Owl?” Ai memegang liontin kalung yang sudah tergantung di lehernya.
Hanbyul mengangguk. “Kau punya banyak kalung unik. Bahkan kau juga memiliki kalung dengan liontin bintang berwarna hitam. Aku melihatnya dipenampilan perdanamu.” Hanbyul lirih pada kalimat terakhir. “Aku rasa kau tak perlu kalung dengan liontin bintang lagi, karena kau telah memiliki bintang di sisimu, itu aku.”
Ai tersenyum tersipu. “Arigatou. Owl, binatang ini keren. Mulia.”
Hanbyul menyentuh liontin kalung yang tergantung di leher Ai. “Owl, dia yang selalu tenang duduk sendiri di atas dahan, diam dan memperhatikan. Kedua mata lebarnya mampu mengamati dua obyek sekaligus. Tak banyak bertingkah, tak banyak bicara, berbeda dar burung lain yang gemar memamerkan dirinya. Ia diam memperhatikan, mendengarkan, semakin banyak tahu dan barulah bertindak. Sorot matanya yang tajam,” Hanbyul masih menatap lekat Ai, “dan bijaksana. Aku yakin, kau bisa menjadi pemimpin yang arif dan bijak bagi para pengikutmu nanti. Basecamp belum memiliki nama?” Ai menggeleng. “Satu lagi, bentuk tubuh dari burung hantu ini,” Hanbyul mengelus liontin berbentuk burung hantu itu, “hatiku, yang selalu bersamamu, dimana pun itu.”
“Jadi menurutmu aku benar mirip burung hantu?” Hanbyul mengangguk. “Bukan vampire?” Lagi-lagi Hanbyul mengangguk. “Kau melupakan satu hal tentang burung hantu.”
“Eum? Apa itu?”
“Burung hantu adalah burung yang setia. Dalam hidupnya, hanya sekali ia kawin. Sama seperti serigala, yang hanya mencintai satu betina dalam hidupnya.”
Hanbyul dan Ai berada dalam jarak yang sangat dekat. Menatap satu sama lain. Hanbyul tersenyum, “aku akan menjadi serigala itu,” ia kemudian mencium bibir merah Ai.
Taerin menghentikan langkahnya. Ia yang melintas tak sengaja melihat Hanbyul dan Ai berciuman di dalam mobil. Tangan kanan Taerin mengepal, menatap keduanya penuh kebencian. Ekspresi itu tergambar jelas di wajah manis Taerin. Taerin membuang muka dan dengan langkah kesal melanjutkan perjalanan pulangnya.
***
Kibum, Wooyoung dan Yongbae ada di rooftop bersama Minki saat Ai sampai. Hari minggu yang lumayan melelahkan, pikir Ai sembari duduk bergabung. Bahkan setelah menemani Hanbyul jalan-jalan di Hongdae, saat pulang Ai tak bisa istirahat. Walau lelah memeluknya erat, Ai tetap duduk dan sabar mendengarkan laporan masing-masing rekannya. Ai terlihat bosan.
“Dan kita belum menemukan nama yang cocok untuk basecamp.” Tutup Kibum.
“Ah, Nona. Aku telah mengumpulkan beberapa kata, jika tak keberatan, apa Nona mau mendengarnya?” Yongbae dengan wajah berseri. Ia berharap Ai akan mengangguk setuju.
“Jangan, Nona! Semua kata yang dikumpulkan Yongbae terdengar aneh. Sungguh itu kumpulan kata-kata aneh.” Cegah Wooyoung.
“Aku menguras pikiran untuk mengumpulkan itu semua! Memeras otak, tahu!” Yongbae bersungut-sungut kesal karena Wooyoung mengoloknya.
“Menguras otak? Memeras pikiran? Namun hasilnya?” Kibum disetujui senyum puas Wooyoung. Minki turut tersenyum.
“Puas-puaskan saja mengolokku!” Yongbae sewot.
“Wisteria.” Celetuk Ai setelah sebelumnya hanya diam mendengarkan. Semua diam, menatap Ai.
“Wisteria?” Tanya Kibum.
“Em. Wisteria Land.”
“Wisteria Land, Wisteria?” Wooyoung masih tak paham.
“Wisteria? Apa maksudnya?” Yongbae pun sama tak paham.
“Wisteria atau Wistaria adalah jenis tanaman polong-polongan. Tumbuhan ini merambat indah dan kuat dengan bunga menggantung seperti anggur. Bunga Wisteria harum dan lebih lebat dari daunnya, hingga terlihat sangat indah dan misterius. Apa benar itu yang kau maksud?” Terang Minki.
“Exactly!” Ai membenarkan. “Di Jepang, Wisteria disebut sebagai bunga Fuji. Dalam budaya Jepang, bunga Wisteria menjadi subyek Otsu-e, lukisan rakyat Jepang di Otsu-Shiga. Lukisan untuk keberuntungan pernikahan.”
“Woa~” Mulut Kibum terbuka. Ia kagum pada penjelasan tentang bunga Wisteria.
“Menurut ahli botani Thomas Nuttal, Wisteria merujuk pada kata ‘bunyi merdu’. Bagaimana jika nama basecamp kita ini Wisteria Land?”
“Ini baru sempurna.” Yongbae terkagum-kagum.
“Kenapa baru menyampaikannya sekarang?” Protes Kibum.
“Perpaduan antara Nona dan Minki Hyung?” Wooyoung penasaran.
“Aku baru mendegarnya sekarang, bersama kelian. Tapi kemarin aku menemukan kertas bersisi coretan tentang Wisteria ketika membereskan meja belajar Jiyoo.” Terang Minki.
“Wisteria adalah lambang selamat datang, cinta dan umur panjang. Harapanku, semoga tempat ini bisa menjadi tempat yang nyaman bagi siapa saja yang masuk ke dalamnya, sampai kapanpun itu.” Ai kembali mengutarakan pendapatnya.
“Wisteria Land, Wish-teria Land,” Kibum memainkan kata Wisteria, “Wish-teria, tanah penuh harapan?”
“Em. Masuk akal.” Ai mengangguk setuju.
“That’s perfect! I’m agree with you.” Kibum tersenyum puas. “Apa kalian juga setuju? Hyung?” Semua mengangguk setuju. “Ok. Kita akan umumkan Wisteria Land pada yang lain.”
“Aku masih memikirkan bagaimana bentuk logo kita nanti. Aku ingin menggunakan warna dari bunga Wisteria dalam logo kita nanti. Putih, ungu, biru dan pink. Putih untuk perdamaian, ungu untuk harga diri, biru untuk perlindungan dan pink untuk cinta, kasih sayang.”
“Otak Nona apa seukuran dengan otakku? Bagaimana Nona bisa membuat semua ini?” Yongbae terkagum-kagum. “Ini, sempurna. Aku suka! Sangat suka!” Ungkapnya antusias. “Aku yakin Wisteria Land akan maju dan berkembang pesat, juga membawa nama Jeonggu Dong menjadi lebih baik. Aku akan mendukung Nona, sampai akhir.”
Ai tersenyum tulus dan mengangguk.
***
Ai sengaja duduk di bangkunya saat kelas usai dan semua murid keluar kelas. Hanya menyisakan Ai dan Junki yang sibuk menata buku-bukunya di dalam kelas. Ai sengaja menunggu, kalau apa yang dikatakan Minki benar adanya –Junki akan menemuinya di sekolah hari ini. Junki selesai merapikan bukunya, ia menatap Ai sejenak. Ai duduk tenang tak menatapnya, sibuk membuat coretan di kertas. Ai cuek, seolah tak peduli pada keberadaan Junki yang berdiri menatapnya.
“Ah, Junki!” Gahee masuk ke dalam kelas. “Eh, Fujiwara? Kau di sini juga?” Ia berbinar menemukan Ai masih di dalam kelas. Ai mengangkat kepala, tersenyum sambil menundukan kepala tanda memberi salam. “Kebetulan sekali, jadi aku tak perlu susah-susah mencarimu.”
“Iya, Sonsaengnim?”
“Aku ingin kita ngobrol sejenak, aku tunggu kau di café ujung gang ya! Pulang sekolah nanti!” Seru Gahee semangat kemudian segera menyeret Junki keluar.
“Café?” Bisik Ai kemudian tersenyum geli.
-------
Sekolah lumayan sepi. Ai berjalan pelan, sendirian. Changmi dan Naeun sempat bertemu dengannya. Mereka hanya saling melempar senyum sebagai simbol sapaan. Ai menemukan Hyuri buru-buru pulang bersama Joongki. Ai menghentikan langkahnya dan kemudian tersenyum sendiri. Kasihan. Bisiknya dalam hati ketika ia tiba-tiba ingat pada Kim Myungsoo. Ai lagi-lagi tersenyum dan menggeleng pelan.
Ai benar terkejut dan refleks mundur selangkah ketika Hanbyul tiba-tiba muncul dihadapannya. Hanbyul yang tadinya tersenyum lebar langsung menarik kembali lengkungan di bibirnya itu.
“Maaf. Aku membuatmu sangat terkejut.” Hanbyul dengan ekspresi menyesal.
“Hanya kurang fokus. Bukannya kau ada latihan?”
“Latihan terus membuatku sangat lelah. Lagipula waktuku tak akan banyak lagi di sini. Aku tak mau menghabiskannya hanya dengan latihan. Aku ingin menghabiskan waktu lebih banyak denganmu.” Hanbyul kembali tersenyum manis.
“Kalau begitu, ayo temani aku!” Ai penuh semangat.
“Kemana?”
“Aku ada janji dengan klien hari ini.” Ai mulai berjalan.
“Klien?? Di mana??” Hanbyul berlari kecil menyusul langkah Ai. “Jalan kaki?” Saat ia sampai di samping kanan Ai.
“Kita akan bertemu dengan mereka di kedai di ujung gang sekolah.”
“Kedai??”
“Itu hanya kedai tteokbokki, kenapa dia menyebutnya café?” Gerutu Ai sambil terus berjalan. Sedang Hanbyul tampak bingung menggaruk kepalanya dan mengikuti langkah Ai.

Myungsoo menghela napas panjang melihat Hanbyul dan Ai. Wajahnya berubah lesu dan muncul kata dibenaknya, andai aku dan Hyuri bisa sebebas itu. Myungsoo iri melihat kebersamaan Hanbyul dan Ai.
“Iri atau masih menyukainya?” Goda Sunghyun.
“Ck!” Myungsoo sewot.
“Susah sekali menjadi kekasih Song Hyuri. Cucu pendiri Hwaseong Academy. Kau jarang sekali terlihat bersamanya.” Jungshin ikut bicara.
“Hanya jika Ai bersedia pergi bersama kami.”
“Wah, kasihan sekali Ai.” Sunghyun masih dengan nada mengolok.
“Hanbyul dan Ai, mereka akan terpisah jarak. Entah kenapa aku jadi memikirkan hal itu.” Kata Jungshin. “Hubungan jarak jauh ini, apa akan bertahan?” Imbuhnya.
“Ai lumayan banyak yang naksir, tapi sikapnya terlalu garang hingga tak ada yang berani maju. Hanbyul termasuk pria nekat, menurutku. Selama ini tak ada yang tahu jika Ai dan Hanbyul pacaran, walau ada beberapa yang menduga-duga. Melihat keduanya, aku rasa jarak tak akan jadi masalah bagi mereka.” Pendapat Sunghyun.
Myungsoo hanya diam, masih menatap arah kemana Hanbyul dan Ai melangkah pergi.
***
Gahee melambaikan tangan pada Ai ketika gadis itu masuk. Ai tersenyum, kemudian memimpin Hanbyul menuju meja yang terletak di pojok itu. Junki duduk berhadapan dengan Gahee, namun ketika Ai sampai, Gahee beralih duduk di samping Junki. Wajah keduanya memerah dan terlihat kepedasan. Ai dan Hanbyul duduk bergabung. Semangkuk tteokbokki panas terhidang di meja.
“Kalian suka pedas?” Tanya Gahee sambil berusaha mengusir rasa pedas di mulutnya. “Ini level 7, kalo suka pedas, ayo dicoba.” Kemudian menyuapkan sepotong tteokbokki ke dalam mulutnya.
Junki juga memberi isyarat mempersilahkan Ai dan Hanbyul untuk turut makan. Hanbyul penasaran dan mengambil sepotong. Hanbyul terkejut dan kebingungan mencari air. Ia tak kuat memakan makanan yang menurutnya sangat pedas sekali ini. Gahee tertawa geli sambil memberikan sebotol air mineral pada Hanbyul. Gahee menatap Ai, disusul Junki. Tatapan menantang, bagaimana denganmu? Mau mencobanya?  Dengan tenang Ai emngambil sepotong dan memakannya. Gahee, Junki dan Hanbyul yang menatap Ai termangu. Ekspresi gadis itu tak berubah. Tetap tenang memakan tteokbokki dengan level pedas tertinggi itu. Ai tetap tenang hingga menalan habis tteokbokki dalam mulutnya. Mulut Hanbyul ternganga dibuatnya, Junki menelan ludah melihatnya.
Rasa panas yang menyelimuti Gahee semakin bertambah. Ia mengibas-ngibaskan tangannya. “Bagaimana kau bisa setenang itu memakan tteokbokki level teratas ini?” Tanyanya penasaran. “Kau ini manusia bukan? Atau kau benar vampire?”
“Pedas memang, namun ini biasa.” Jawab Ai santai.
“Biasa??” Pekik Hanbyul. “Huft…” Ia menggeleng dan kembali meneguk air mineral di tangannya.
“Yah, makanan ini sepertinya jadi tawar di mulut si vampire.” Goda Gahee yang hanya ditanggapi senyuman oleh Ai. “Jang Hanbyul, kau mau level berapa?” Tanya Gahee.
“Tidak perlu, Sonsaengnim.” Tolak Hanbyu seraya tersenyum manis.
“Kapok ya? Di sini dulu tempat favoritku dan Junki. Kami berteman sejak SMP dan sama-sama bersekolah di Hwaseong Academy.” Gahee mulai bercerita.
“Benarkah? Jadi Gahee Sonsaengnim dan Junki Sonsaengnim berteman sejak lama hingga kini sama-sama menjadi pengajar di Hwaseong Academy? Itu keren.” Respon Hanbyul antusias.
Gahee memesan satu mangkuk tteokbokki dengan pedas level 1 untuk Hanbyul. Gahee semangat mengoceh menceritakan perihal masa mudanya bersama Junki. Sesekali Junki menimpali dan Hanbyul berkomentar. Ditemani dua mangkuk tteokbokki dan air mineral, suasana terasa begitu akrab antara guru dan murid ini. Sepanjang cerita Ai hanya diam dan sesekali tersenyum.
“Suatu kebanggaan bagi kami karena bisa bergabung menjadi staf pengajar dalam Hwaseong Academy. Aku mengikuti tentang YOWL sejak kau masuk, melihatmu dan Jaejoong, seolah membawaku kembali ke masa itu, kala kami SMA dulu.” Kenang Gahee. “Kalian lebih hebat dan nekat dari kami.”
Ai kembali tersenyum menanggapinya. “Lee Junki Sonsaengnim juga pandai bernyanyi dan memainkan alat musik?” Ai bersuara juga.
“Kami dulu menekuni teater, dance dan vocal.” Jawab Gahee.
“Dance?? Kenapa tak pernah unjuk kebolehan saat ada pentas seni di sekolah?” Sahut Hanbyul. Ai mengelus lengan Hanbyul.
“Sudah-sudah. Aku membuang banyak waktu.” Gahee menghela napas. “Fujiwara, aku rasa kau sudah tahu alasan kenapa kami mengundangmu kemari?”
“Minki Oppa menyampaikan pesan itu. Kita berkumpul untuk membahas itu?”
“Iya. Sebenarnya ini sepenuhnya ideku. Junki dan Young Ah tak ingin ada pesta, cukup pernikahan di gereja, itu saja. Tapi menurutku itu… itu kurang menarik. Ini peristiwa penting yang hanya akan terjadi sekali seumur hidup, sayang jika tak ada pesta. Mereka menolak karena mereka sama-sama yatim piatu, ini alasan yang sedikit tak masuk akal bagiku. Aku adalah keluarga mereka, keluargaku juga keluarga mereka. Kau tahu kan?” Gahee berputar-putar menjelaskan. Aku tak setuju dan kemarin menyeret Junki padamu.”
Ai mengerutkan dahi mendengar kalimat terakhir Gahee. “Maaf??”
“Ah, begini. Walau hanya pernikahan di gereja, aku ingin ada pesta walau hanya pesta kecil. Makan-makan dengan kerabat dan teman-teman dekat. Kau setuju kan? Fujiwara…” Gahee penuh harap. Suasana hening sejenak di meja itu. “Ini memang terlalu mendadak, lalu yang muncul di otakku adalah kau, Fujiwara Ayumu. Jadi begitulah dan aku membawa Junki pergi ke Morning Glory Florist, kemarin. Kau orang yang penuh kejutan. Aku harap kau punya ide untuk pernikahan Junki. Aku mohon bantu kami.” Gahee memelas.
“Kejutan sederhana untuk Young Ah.” Junki menambahi.
“Terlalu mendadak ya?” Tanya Gahee.
“Mendadak? Berapa hari waktu yang kita punya?” Tanya Ai.
“Sepuluh hari.” Gahee tersenyum.
“Sepuluh hari??” Hanbyul dan Ai kompak.


---TBC---
 
  shytUrtle

Search This Blog

Total Pageviews