AWAKE - Rigel Story
Bab V
Rue
mondar-mandir di dalam basecamp
ekstrakurikuler PMR. Dio dan Hanjoo yang duduk berdampingan, kompak menatap
setiap gerak-geriknya.
“Rue!
Tak bisakah kau duduk dengan tenang?” Dio akhirnya bersuara. Ia tak tahan lagi
melihat tingkah Rue. “Apa kamu nggak capek mondar-mandir gitu?”
Rue
menghentikan langkahnya. “Apa yang harus aku lakukan?” ia memiringkan kepala.
“Tenanglah.
Byungjae ada di luar sana. Jika terjadi sesuatu, dia pasti akan menghubungi
kita.” Hanjoo mencoba menenangkan Rue.
“Lagi
pula, jika benar Dewa Kematian mengincar siswa bernama Hojoon itu, kamu bisa
apa? Kematian itu pasti. Takdir yang nggak bisa ditolak.” Dio kembali angkat
bicara.
Rue
menjatuhkan pantatnya di kursi kosong di samping Hanjoo. “Iya juga sih. Hanya
saja… kau pasti tahu lah. Aku sedikit terganggu.”
“I feel you, Rue.”
Dio bersimpati. “Tapi, apa kamu melihat atau merasakan tanda-tanda bahwa siswa
bernama Hojoon itu akan mati? Kamu pernah bilang, kalau orang mau mati itu
punya sinyal sendiri.”
Rue
diam. Merenung. Lalu, ia menggelengkan kepala. “Tidak. Dia hanya… gundah.
Semacam itu lah. Mungkin dia takut dan gugup untuk jurit malam.”
“Dan
kelompoknya mendapat nomer pemberangkatan urutan tiga dari belakang. Malang
sekali. Semoga mereka baik-baik saja.” Dio melipat tangan di dada. “Aku keluar
dulu. Siapa tahu Byungjae melalaikan tugasnya.” Dio bangkit dari duduknya dan
keluar dari basecamp. Meninggalkan
Rue dan Hanjoo.
Hanjoo
sibuk dengan ponselnya. Rue beranjak dari duduknya, mengambil binder dari dalam
tasnya dan kembali duduk. Ia membuka-buka halaman binder dan berhenti di satu
halaman yang berisi sebuah kertas surat berwarna peach. Tatapan Rue meredup. Ia mengelus kertas surat yang berisi
beberapa bait kata itu.
Hanjoo
melirik Rue. Ia meletakan ponselnya di atas meja. Menaruh perhatian penuh pada
Rue. “Jika surat itu menganggumu, kenapa tak kamu buang saja?” tanya Hanjoo. “Setiap
kali usai melihat sosok yang kamu yakini sebagai malaikat maut itu. Kamu selalu
melihat surat cinta yang entah datangnya dari siapa itu.”
Rue
tersenyum getir. “Entahlah. Tapi, rasanya aku selalu ingin melihat surat ini
usai melihat sosok itu.”
Hanjoo
menghela napas panjang. “Aku tahu itu surat cinta pertama yang kamu dapat.
Tapi, kita nggak tahu siapa yang ngirim surat itu ke kamu, kan? Kenek yang
waktu itu memberikan surat itu ke kamu sama sekali nggak ngasih petunjuk juga.
Inisialnya Mr. J. J siapa?”
Rue
tersenyum mendengar ocehan Hanjoo. Ia lalu menutup bindernya.
“Jujur
ya. Kalau aku liat kamu menatap surat itu, aku jadi ingat peristiwa tragis yang
menimpa mendiang kakekmu. Maaf.” Hanjoo melirik Rue ragu-ragu. Ia khawatir Rue
tersinggung.
Setahun
yang lalu, kakek Rue meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis. Sebuah truk yang
remnya blong menabrak sebuah motor dan kakek Rue. Tanggal kecelakaan itu tanggal
yang sama dengan tanggal yang tertera dalam surat cinta misterius yang diterima
Rue.
Orang
misterius—yang belum diketahui jati dirinya oleh Rue hingga kini—itu memang
beberapa kali mengirim surat pada Rue. Isinya tentang curahan hati berupa
kekaguman si pengirim surat pada Rue. Pada surat ke delapan—yang juga menjadi
surat cinta terakhir—yang diterima Rue, pemuja rahasia itu meminta Rue untuk
datang ke taman kota pada tanggal 8.
Sayangnya
ketika baru sampai di taman kota, Rue mendapat telepon jika kakeknya mengalami
kecelakaan dan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Rue langsung
meninggalkan taman kota dan menuju rumah sakit tempat jasad sang kakek berada.
Karena peristiwa naas itu, hingga kini Rue tak tahu siapa sebenarnya Mr. J yang
mengaguminya.
Di
tanggal yang sama itu pula, Rue pertama kali melihat sosok pemuda tampan
berwajah pucat yang mengenakan kostum serba hitam. Rue melihatnya muncul di
samping jasad sang kakek. Karena alasan itu lah Rue yakin jika sosok itu adalah
sosok malaikat maut. Sejak saat itu, Rue sering melihat sosok itu muncul.
Terlebih jika Rue dalam bahaya atau jika akan ada kematian.
“Nggak
papa kok. Aku baik-baik aja. Udah garis takdirnya kakek meninggal karena
kecelakaan di hari yang sama dengan hari aku diminta ketemuan sama Mr. J. Dan,
udah takdir juga, aku belum bisa ketemu sama Mr. J. Kalau jodoh nggak akan ke
mana kan?” Rue tersenyum lebih tulus.
“Kamu
masih nyimpen semua suratnya?”
Rue
menganggukkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Hanjoo. “Konyol ya? Tapi,
seperti kamu bilang. Itu surat cinta pertama yang aku dapat. Aku penasaran aja.
Siapa sih yang kagum sama cewek aneh kayak aku. Mr. J itu siapa.”
“Nggak
konyol kok. Aku juga penasaran siapa itu Mr. J. Awalnya aku kira itu Kak Nicky.
Habisnya, dia selalu perhatian sama kamu. Tapi, nggak ada unsur huruf J dalam
nama Nicholas Lee.” Sebagai teman Rue sejak kecil, wajar jika Hanjoo merasa
penasaran pada sosok Mr. J. Sama seperti yang dirasakan Rue.
Ibu
Hanjoo dan Ibu Rue adalah teman baik. Karena alasan itulah Hanjoo dan Rue
menjadi teman sejak mereka bayi. Hanjoo dan Rue lahir di bulan dan tahun yang
sama. Hanjoo lahir di tanggal 15 Juni, sedang Rue tanggal 23 Juni. Hanjoo lebih
tua delapan hari dari Rue. Karena hal itu, Hanjoo sering menggoda Rue agar
memanggilnya kakak.
“Kitten
Joo, pernah nggak sih kamu ngebayangin sosok Mr. J itu kayak gimana?” Rue
tiba-tiba penasaran. Ingin tahu imajinasi Hanjoo tentang pemuja rahasia Rue.
“Mmm…”
Hanjoo menerawang, sambil mengetuk-ngetukan jemari tangannya ke atas meja.
“Setampan Kak Nicky?”
Wajah
Rue merona merah mendengarnya. “Kalau itu sih, sempurna. Tampan bak pangeran.
Tapi, mana mungkin sih ada orang perfect
kayak gitu kagum sama cewek aneh kayak aku?”
“Ada.
Kak Nicky tuh. Aku rasa dia kagum, bahkan suka ke kamu. Hanya saja kalian
sama-sama malu-malu. Tapi, kalau sampai kamu pacaran sama Kak Nicky. Level
kebencian Pearl ke kamu bisa makin nambah.”
Rue
tergelak mendengar ocehan Hanjoo. “Kak Nicky emang lebih pantas sama Pearl
daripada sama aku. Tampan dan cantik. Bak pangeran dan putri dalam dongeng.”
Pintu
basecamp ekskul PMR terbuka. Byungjae
muncul dengan napas terengah-engah.
“Ngangetin
aja!” Hanjoo protes. “Ada apa sih? Nggak bisa apa buka pintunya pelan-pelan?!”
“Rue!”
Byungjae berusaha mengatur napasnya. “Ada laporan dari salah satu pos. Murid
bernama Hojoon, menghilang.”
Rue
terbelalak. Kaget mendengar kabar yang disampaikan Byungjae. Begitu juga Hanjoo
yang duduk di sampingnya.
“Dio
dan Kevin ada di kantor Dewan Senior. Menunggumu.” Byungjae melanjutkan
laporannya.
Rue
langsung bangkit dari duduknya. Bergegas keluar dari basecamp untuk menuju kantor Dewan Senior. Byungjae dan Hanjoo
turut berjalan tergesa-gesa di belakang Rue.
***
Saat
Rue, Byungjae, dan Hanjoo tiba di kantor Dewan Senior. Tak hanya Dio dan Kevin
yang berada di sana. Ada beberapa anggota Dewan Senior, termasuk Pearl dan
gengnya. Nicky dan wakilnya juga berada di sana.
“Pos
berapa yang melaporkan hilangnya siswa bernama Hojoon?” tanya Rue tanpa
basa-basi.
“Pos
tujuh. Anggota kelompok Hojoon berada di sana sekarang. Mereka panik. Senior
yang berada di pos tujuh menenangkan mereka.” Kevin menjelaskan. “Detail
kejadiannya, kami belum tahu. Aku sendiri belum mengirim bantuan untuk mencari
Hojoon. Aku khawatir junior kita panik juga. Jadi, informasi ini berusaha kita
rahasiakan.”
“Terima
kasih. Aku akan pergi ke pos tujuh dan mulai melakukan pencarian.” Rue langsung
memberi keputusan. “Byungjae, tolong ambil perlengkapan untuk kita.”
“Oke!”
Byungjae langsung keluar dari kantor Dewan Senior bersama Hanjoo.
“Kalian
hanya akan pergi berempat?” tanya Nicky.
“Iya.”
Rue menganggukkan kepala.
“Mereka
sudah terbiasa berburu di tengah malam. Aku rasa itu memang yang terbaik. Siapa
tahu siswa itu benar-benar diculik hantu.” sahut Pearl dengan nada mengejek. Ia
kemudian kompak tertawa dengan kedua rekan satu gengnya.
“Pearl!
Kita sedang kehilangan salah satu junior kita. Tak bisa kah kau bersikap serius?!”
Kevin menegur Pearl.
“Aku
serius!” Pearl menghentikan tawanya. “Rue dan Rigel adalah orang yang tepat
untuk misi ini. Rue bisa bertanya pada hantu-hantu yang ditemuinya di jalan.
Siapa tahu salah satu dari mereka melihat siswa yang hilang itu. Ya, kan?”
Dio
sudah membuka mulutnya. Hendak berbicara untuk membalas serangan Pearl. Tapi,
Rue memberinya kode agar menahan diri. Dio kembali mengatupkan bibirnya dan
menatap kesal pada Pearl.
“Jika
anggota Dewan Senior dan MPK berbondong-bondong pergi keluar, itu akan menyita
perhatian para junior. Jadi, kami berempat yang akan pergi ke pos tujuh.” Rue kembali bicara. “Jika nanti kami butuh
bantuan, aku akan menghubungimu Kevin. Situasi di sekolah, aku serahkan padamu.
Belum semua peserta yang kembali, kan?”
“Iya.
Kau jangan khawatir. Di sini, biar aku yang urus.”
Rue
beralih menatap Pearl. “Aku mohon padamu. Jaga sikap dan ucapanmu. Jangan
sampai berita ini bocor pada junior dan menimbulkan kepanikan.”
“Kau
pikir aku serendah itu Nona Ketua? Gemar bergosip di sana-sini?” Pearl memberi
respon yang sukses membuat Dio semakin geram.
“Pada
prakteknya, emang iya kan?” sahut Dio. “Seringnya begitu kan, Nona Supermodel?”
Pearl
mendengus kesal.
“Sudah!
Sudah!” Kevin menengahi. “Kita adalah satu tim. Bukan Rue yang akan disalahkan.
Tapi, kita! Karena kita panitia MPLS!” sambil memfokuskan tatapan pada Pearl. “Sebagai
Ketua Umum Dewan Senior, Rue berusaha membantu kita! Melindungi kita. Jadi,
tolong semuanya bekerja sama.”
Pintu
kantor Dewan Senior di ketuk. Seorang siswi, anggota Dewan Senior yang menjadi
kakak pendamping kelas masuk bersama satu siswi yang dari seragam yang
dikenakannya bisa dikenali sebagai siswi kelas X peserta MPLS.
“Setahuku,
dia yang selalu dekat dengan Junior Jin Hojoon.” siswi anggota Dewan Senior itu
menjelaskan. “Aku sudah memberitahunya tentang apa yang terjadi. Mungkin
informasinya darinya tentang Jin Hojoon bisa membantu proses pencarian.”
“Terima
kasih.” Kevin berterima kasih pada rekannya. “Halo…” Kevin membaca tag nama
yang dikenakan siswi berhijab yang dibawa rekannya, “Esya. Silahkan duduk.
Maafkan kami karena harus membawamu ke sini dengan sebuah berita buruk tentang
temanmu, Jin Hojoon.”
Esya
yang sejak masuk sudah terfokus pada Rue, mengalihkan pandangan pada Kevin.
“Maafkan
kami tentang ini. Kami mendapat laporan dari pos tujuh. Temanmu, Jin Hojoon
menghilang. Ia terpisah dari kelompoknya dalam perjalanan menuju pos tujuh.” Kevin
melanjutkan.
“Kami
akan pergi ke pos tujuh dan mulai melakukan pencarian.” giliran Rue angkat
bicara.
Esya
kembali menatap Rue.
“Kami
akan mencari Hojoon sampai ketemu.” Rue menyanggupi.
“Hojoon
sangat penakut. Dia takut gelap dan takut hantu. Aku mohon temukan dia. Dia
tidak terbiasa di luar sendirian. Terlebih di malam hari.” suara Esya bergetar
ketika mengungkap fakta tentang Hojoon di depan para seniornya.
“Ya
ampun! Dia itu cowok bukan sih?” sahut Pearl setelah Esya selesai dengan
penjelasannya.
“Pearl!”
Kevin kembali menegur.
“Oke!
Aku diam!” Pearl melipat kedua tangan di dada dan memasang ekspresi kesal di
wajah cantiknya.
Byungjae
masuk ke dalam kantor Dewan Senior dan berdiri di samping kiri Esya yang masih
bertahan berdiri di dekat pintu masuk. “Perlengkapan sudah siap!” ujarnya.
Melapor pada Rue yang memberinya tugas.
Hanjoo
menyusul masuk sesudah Byungjae. Ia berdiri di sebelah kanan Esya. “Kita
berangkat sekarang?” tanyanya dengan tatapan terfokus pada Rue.
Esya
menoleh ke arah kanan. Tiba-tiba ia merasakan panas di wajahnya. Hanjoo yang ia
kagumi, berada begitu dekat di sampingnya. Esya tersentak kaget ketika Hanjoo
tiba-tiba menoleh dan menatapnya. Hanjoo tersenyum manis. Senyum yang
memperlihatkan deretan giginya—termasuk dua gigi taring yang menurut Rue mirip
gigi taring anak kucing, hingga membuat Rue memanggilnya kitten.
“Tot-tolong
temukan temanku!” Esya terbata, lalu membungkukkan badan di depan Hanjoo.
“Kami
akan mencarinya, sampai ketemu.” Hanjoo menyanggupi.
Esya
tersenyum kikuk dan mengangguk.
Rue
memakai jaket yang dibawa Hanjoo untuknya. Dio yang sudah mengenakan jaket
sejak ia meninggalkan basecamp PMR
mengambil salah satu senter yang dibawa Byungjae.
“Kami
berangkat.” Rue berpamitan.
“Rue!”
Nicky memanggil Rue saat gadis itu akan berjalan keluar menyusul langkah ketiga
temannya. “Hati-hati.”
Pearl
menatap Rue dengan tatapan penuh kebencian.
Rue
tersenyum, menganggukan kepala. Lalu, berjalan keluar meninggalkan kantor Dewan
Senior.
Hanjoo,
Rue, Dio, dan Byungjae memilih jalan yang tak dilalui para junior. Diam-diam
mereka meninggalkan sekolah. Menuju pos tujuh untuk mengorek informasi tentang
hilangnya Hojoon. Misi Rigel malam ini adalah menemukan siswa bernama Jin
Hojoon.
***
Homme Fatale
Profile
Movie: Homme Fatale (English title) / Gibang Bachelor (literal title)
Revised romanization: Gibangdoryeong
Hangul: 기방도령
Director: Nam Dae-Joong
Writer: Nam Dae-Joong
Producer: Lee Chan-Nam, Pyo Jong-Rok
Cinematographer: Na Seung-Yong
Release Date: July 10, 2019
Runtime: 110 min.
Genre: Comedy
Distributor: Pancinema
Language: Korean
Country: South Korea
Plot Synopsis by AsianWiki Staff ©
Heo Saek (Lee Joon-Ho) is a lovely young man. His mother was a gisaeng and he grew up at the gibang (place where gisaeng work). He becomes the first male gisaeng in Joseon, a time when women suffered from oppression. Hae-Won (Jung So-Min) is a beautiful woman with a progressive way of thinking. They try to find true love.
Notes
Filming began December 26, 2018 and finished March 31, 2019.
Cast
Lee Joon-Ho as Heo Saek
Jung So-Min as Hae-Won
Ye Ji-Won as Nan-Seol
Choi Gwi-Hwa as Yook-Gam
Gong Myung as Yoo-Sang
Go Na-Hee as Al-Soon
Jeon No-Min as Elderly Man Heo
Lee Il-Hwa as Older Woman Hae-Won
Shin Eun-Soo as Sook-Jung
Cho Yi-Hyun as Soo-Yang
Bae Jung-Hwa as Lady Nam
Kang Seung-Hyun as Lady Yoon
Ha Jae-Suk as middle-aged Al-Soon
Kim Dong-Young as Dong-Joo
Additional Cast Members:
Ha Ji-Eun - Mi-Ryung
Min Ji-Yul - Ae-Ok
Park Jung-Won - Choon-Boon
Kong Hyun-Joo - Yoo-Jung
Baek Joo-Hee - Housemaster Yeol-Nyeo
Lee Joo-Sil - Yeol-Nyeo's godmother
Kim Woo-Hyuk - Joong-Dae
Lee Jang-Yoo - Minister of Personnel
Ji Dae-Han - Minister of Revenue
Lee Cheol-Min - Minister of Education
Ha-Min - Yoo-Sang's mother
Jung Jae-Sung - Yoo-Sang's father
Yoon Ji-Wook - Mang-Tae
Yoon Jeong-Hyuk - Go-Dol
Kim Han - Yoo-Jung's lover
Jung Yun-Shim - company owner's wife
Lee Noh-Ah - daegeum musical instrument player 2
Heo Saek (Lee Joon-Ho) adalah pria muda yang cantik. Ibunya seorang gisaeng dan dia tumbuh di gibang (tempat gisaeng bekerja). Dia menjadi gisaeng pria pertama di Joseon, saat wanita menderita penindasan. Hae-Won (Jung So-Min) adalah wanita cantik dengan cara berpikir progresif. Mereka berusaha menemukan cinta sejati.
Suatu hari ada seorang gadis muda berjalan di tengah ladang canola. Ia mencari keberadaan pelukis bernama Heo Saek. Ia bertanya pada laki-laki tua yang sedang memetik bunga canola tentang rumah pelukis itu. Laki-laki tua itu memberi petunjuk arah.
Sesampainya di rumah pelukis, gadis muda itu terkejut. Pria tua yang bertemu dengannya di jalan tak lain adalah pelukis yang ia cari. Pria itu memberinya teh berisi bunga. Lalu, si gadis bertanya tentang lukisan-lukisan yang tergantung di dinding. Yang menarik perhatiannya adalah lukisan anak laki-laki yang berada di tengah kerumunan para gisaeng. Penasaran, gadis itu pun meminta pria tua bercerita tengang lukisan itu.
Heo Saek (Lee Joon-Ho) seorang pemuda yang tinggal di gibang (rumah gisaeng). Ia lahir dan tumbuh di lingkungan gisaeng. Ia pandai melukis dan pandai merayu wanita.
Nan-Seol (Ye Ji-Won) si pemilik gibang ingin Heo Saek mengikuti ujian negara. Ia adalah pengasuh Heo Saek sejak ibu Heo Saek meninggal. Heo Saek lulus ujian negara adalah impian mendiang ibunya. Karena itu Nan Seol selalu bertindak keras pada Heo Saek. Sayangnya Heo Saek tak tertarik pada ujian negara. Kesal, Nan Seol pun memberi pelajaran pada Heo Saek dengan mengusir pemuda itu dari gibang.
Di tengah perjalanan, Heo Saek bertemu Hae-Won (Jung So-Min). Gadis yang cantik dan memiliki pemikiran berbeda. Heo Saek tertarik, namun mengabaikannya.
Berikutnya Heo Saek bertemu dengan pria telanjang di tengah hutan. Pria itu mengaku sedang menepi di gunung dan dirampok. Walau awalnya ketakutan, Heo Saek akhirnya memberi pria itu pakaiannya dan mereka makan bersama. Pria bernama Yook-Gam (Choi Gwi-Hwa) itu akhirnya dijadikan alat oleh Heo Saek untuk bisa kembali ke gibang. Ia menjadikan Yook Gam sebagai tamu.
Berhasil kembali ke gibang namun Heo Saek dan Yook Gam dihukum oleh Nan Seol. Nan Seol sedang mengalami kesulitan karena sepinya tamu. Ia pun terlilit masalah keuangan. Karena Heo Saek membuat masalah, ia pun menghukum dan mengurung pemuda itu.
Heo Saek meminta bertemu dengan Nan Seol. Ia menyadari jika ada tamu wanita yang menyamar sebagai pria untuk datang ke gibang. Lalu, ia menawarkan diri sebagai gisaeng pria yang menemani tamu wanita. Walau awalnya sempat menolak, Nan Seol akhirnya setuju. Heo Saek meminta Yook Gam untuk membagikan selebaran tentang gisaeng pria. Promosi itu berhasil dan gibang milik Nan Seol kembali ramai pengunjung. Heo Saek pun menjadi primadona dalam gibang milik bibinya itu.
Tanpa diduga, Heo Saek kembali bertemu dengan Hae Won. Ia pun baru menyadari jika ia menyukai gadis itu. Saat ia kembali menyapa gadis itu, seorang pria bangsawan bernama Yoo-Sang (Gong Myung) menyela keduanya. Yoo Sang sudah lama menyukai Hae Won.
Yap! Film ini mengisahkan tentang gisaeng pria pertama di era Joseon. Layaknya gisaeng, Heo Saek pun berias saat akan menerima tamu. Ia tak hanya menemani tamu minum, tapi juga menari dan memainkan musik. Selain itu jadi tempat curcolan para tamu juga.
Romance dan komedinya dapet. Tapi, bikin nyesek juga. Film ini membuktikan bahwa cinta sejati itu nggak harus bersama. Kalau menurut quote-nya Mbah Sujiwo Tejo, "Menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa."
Cinta sejati itu bakal dibawa sampai mati. Kayak Heo Saek dan Hae Won. Cinta mereka abadi sampai udah aki-nini. Nyesek itu pas Hae Won telat tahu bahwa kata asing yang diucapkan Heo Saek artinya adalah 'aku mencintaimu', bukan 'kamu cantik sekali'. Keduanya tetap menjaga cinta di hati masing-masing walau nggak bisa bersatu.
Pada era Joseon wanita banyak menderita. Kehadiran Heo Saek adalah angin segar bagi mereka. Tapi, itu adalah aib yang dilarang hingga Hae Seok harus dihukum.
Film ini nggak hanya ceritain cinta antara laki-laki dan perempuan. Tapi, cinta antar saudara. Suka banget liat hubungan Heo Saek ama gisaeng muda Sook-Jung (Shin Eun-Soo). Keduanya menyayangi bak kakak adik walau bukan saudara kandung. Sayang nasib Sook Jung berakhir tragis.
Walau film ini tentang gisaeng, tapi nggak ada adegan vulgarnya kok! Dan ini pertama kalinya saya nonton aktingnya Junho. Keren juga aktingnya. Kekeke. Btw saya HOTTEST, tapi ini pertama kalinya nonton akting Junho. Parah ya. Heuheuheu. Padahal dulu kalau liat mukanya Junho udah ketawa aja bawaannya. Keinget seringnya dia bernasib sial di Idol Army. Tapi, di film ini beda banget. Bukan nonton Junho 2PM, tapi aktor. Heuheuheu.
Sekian ulasan saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat dan selamat menonton.
Photo by: Hancinema.
Tempurung kura-kura, 06 Oktober 2019.
- shytUrtle -
The Concubine
From Wikipedia
The Concubine (Hangul: 후궁: 제왕의 첩RR: Hugoong: Jewangui Chub; lit. "Royal Concubine: Concubine to the King") adalah film [[Korea Selatan produksi tahun 2012 bergenre drama sejarah yang disutradarai oleh Kim Dae-seung, berdasarkan skenario yang ditulis oleh Hwang Yoon-jeong, Kim Dae-seung, dan Kim Mee-jung]]. Film yang dirilis pada 6 Juni 2012, ini dibintangi oleh Jo Yeo-jeong, Kim Dong-wook, dan Kim Min-joon.
Ditetapkan pada awal Dinasti Joseon , film ini dimulai dengan selir raja sebelumnya (Park Ji-young) dalam posisi genting karena tidak memiliki ikatan darah dengan putra tirinya, raja janda yang tidak memiliki anak dan sekarang ( Jung Chan ). Dia berencana untuk menggantikannya di atas takhta dengan putranya yang patuh, Sung-won ( Kim Dong-wook ). Tidak peduli dengan rencana ibunya, sang pangeran yang pemalu jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Hwa-yeon ( Jo Yeo-jeong ), seorang putri bangsawan, yang telah menemukan cinta dengan Kwon-yoo ( Kim Min-joon ), seorang yang lahir rendah. orang biasa. Ketika ayahnya ( Ahn Suk-hwan ) harus mengirimnya ke istana kerajaan sebagai selir untuk raja, kedua kekasih itu mencoba untuk kawin lari tetapi ditangkap setelah malam pertama mereka bersama. Hwa-yeon setuju untuk memasuki istana dengan imbalan menyelamatkan nyawa Kwon-yoo.
Lima tahun kemudian, Hwa-yeon telah menjadi Ratu sejak melahirkan seorang putra. Sung-won kembali dari bepergian untuk menemui Raja setelah mendengar kesehatannya yang buruk. Dalam percakapan pribadi, hadiah Sung-won menempel pada Hwa-yeon sebagai hadiah dan pengakuan perasaannya.
Raja meninggal karena penyakit misterius, dan mantan selir itu mendudukkan putranya, Pangeran Sung-won, di atas takhta sebagai raja boneka, menyebut dirinya Bupati dan Ibu Suri dan mengambil kendali penuh atas istana. Hwa-yeon dipindahkan ke tempat tinggal yang diawasi dengan ketat, di mana dia berada di bawah pengawasan terus-menerus. Ketika ayah Hwa-yeon, seorang menteri pengadilan kerajaan, berusaha untuk membuktikan bahwa raja sebelumnya meninggal karena pembunuhan beracun, ia dan semua menteri yang tidak loyal kepada ibu suri ditangkap karena pengkhianatan.
Pemeran
Jo Yeo-jeong sebagai Shin Hwa-yeon
Kim Dong-wook sebagai Pangeran Sung-won
Kim Min-joon sebagai Kwon-yoo / Choong-young
Park Ji-young sebagai Ibu Suri ( Daebi ), ibu Sung-won
Jo Eun-ji sebagai Geum-ok, pelayan Hwa-yeon
Lee Geung-young sebagai Kepala kasim
Park Chul-min sebagai Pil-woon, kasim farmasi
Ahn Suk-hwan sebagai Shin Ik-chul, ayah Hwa-yeon
Jo Gi-wang sebagai Wakil Perdana Menteri Yoon Jong-ho
Oh Ji-hye sebagai Lady Park
Hong Kyung-yun sebagai Nyonya Kim
Park Chung-seok sebagai Seung Jeon-saek
Park Min-jeong sebagai media
Im Jong-yun sebagai Menteri Negara-Kiri Jeong
Lee Seok-gu sebagai Go Won-ik
Chae Dong-hyeon sebagai Kepala Kasim Militer
Oh Hyun Kyung sebagai Yoon Gi-hun
Jung Chan sebagai Raja
Hong Yeo-jin sebagai Suragan, wanita istana
Lee Yong-nyeo sebagai wanita tua
Kwon Byeong-gil
Penasaran film ini karena ada Kim Dong Wook sebagai salah satu pemerannya. Aktingnya di Coffee Prince menyita perhatian saya. Terlebih setelah menonton aktingnya kembali di Along With The God. Lalu secara tidak sengaja menemukan film ini dalam salah satu web tempat saya biasa menonton film. Jadilah saya tonton juga.
Oya, sebelumnya saya sempat nanya ke Kookie Noona apa udah nonton film ini. Ternyata Kookie Noona belum nonton. Walau akting Kim Dong Wook dipuji habis-habisan, tapi film ini juga menampilkan adegan seks. Sempat ragu, tapi karena sudah disimpan, ya sudah tonton saja.
Film ini memang menampilkan adegan seks yang cukup eksplisit. Bukan hanya itu, ada adegan kekerasan juga. Jadi memang tidak disarankan untuk ditonton bersama anak di bawah umur. Film ini juga mengisahkan kejamnya kehidupan di istana. Bagaimana kejam dan kotornya persaingan dalam perebutan tahta.
Kalau selama ini kita membayangkan betapa enaknya jadi raja dan ratu, film ini mematahkan pendapat kita tersebut. Ketika menjadi raja atau ratu, kita bahkan tidak berhak atas tubuh kita sendiri. Ngeri!
Berkisah tentang Pangeran Sung Won (Kim Dong Wook) yang menikmati hidup secara bebas. Suatu hari, usai berburu ia melihat seorang gadis putri bangsawan bernama Shin Hwa-yeon (Jo Yeo-jeong) dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi, sayang gadis itu sudah mempunyai tambatan hati. Seorang pemuda dari golongan rakyat jelata bernama Kwon-yoo (Kim Min-joon).
Ibu suri/Daebi (Park Ji-young) mengetahui jika Sung Won jatuh hati pada Hwa Yeon. Ia melarang Sung Won untuk berhubungan dengan gadis itu.
Hwa Yeon dan Kwon Yoo sepakat kawin lari. Tapi, keduanya tertangkap. Hwa Yeon setuju masuk istana untuk menjadi selir bagi raja dengan syarat Kwon Yoo harus diampuni. Hwa Yeon masuk istana, Kwon Yoo tidak diampuni begitu saja. Sebagai hukuman, ia pun di kebiri.
Hwa Yeon melahirkan seorang anak laki-laki. Tapi, raja sakit-sakitan dan akhirnya meninggal. Daebi menunjuk Sung Won untuk naik tahta memenuhi ambisinya. Demi keamanan tahta Sung Won, bekerja sama dengan Menteri Yoon, Daebi menghukum ayah Ratu Hwa Yeon beserta seluruh pengikutnya.
Hwa Yeon yang masih berduka harus kehilangan sang ayah. Ia pun bertemu kembali dengan Kwon Yoo yang menjadi kasim di bawah perintah Menteri Yoon. Hwa Yeon meminta bantuan Kwon Yoo namun pria itu menolak. Demi putranya, Hwa Yeon pun berjuang melawan Daebi.
Masih khas sama film saeguk kebanyakan yaitu konfliknya tentang perebutan tahta. Sung Won pun akhirnya menjadi raja boneka di bawah aturan Daebi. Selain itu, film ini juga menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan cinta pertama. Sung Won tidak pernah bisa move on dari Hwa Yeon. Dalam kondisi terjepit, Hwa Yeon pun memanfaatkan rasa cinta Sung Won padanya.
Jujur nonton film ini tuh kasihan sama Sung Won. Sebenarnya dia nggak ada keinginan jadi raja, tapi ibunya yang ambisius. Hwa Yeon sendiri sebenarnya hanya ingin hidup bersama kekasihnya, Kwon Yoo. Tapi, keadaan membuatnya harus berpisah dengan Kwon Yoo. Hwa Yeon pun masih punya rasa yang sama pada Kwon Yoo. Kwon Yoo sendiri yang sempat terbakar dendam hingga membiarkan ayah Hwa Yeon dihukum mati pun akhirnya mengalah pada cinta pertamanya.
Cinta segitiga dan perebutan tahta yang diracik secara apik. Masing-masing tokoh bermain secara cerdik dan licik untuk bisa bertahan hidup di dalam istana yang kejam. Film ini pun secara berani menggambarkan hubungan-hubungan rahasia yang bisa saja terjadi di istana. Contohnya, hubungan Daebi dan Menteri Yoon yang bukan hanya sekedar rekan kerja tapi juga sepasang kekasih. Rumit sekali ya. Hehehe.
Kecerdikan dan kelicikan yang bisa mengadu domba anak dan ibu. Sung Won yang lugu jadi alat bagi Daebi yang tak lain ibu kandungnya dan Hwa Yeon untuk menyelamatkan posisi masing-masing. Sung Won yang berakhir tragis dengan mati dalam pelukan cinta pertamanya, Hwa Yeon. Hwa Yeon yang cantik dan kalem tapi bisa berubah keji.
Kalau penasaran sama film yang dipuji juga dikritik secara pedas ini, silahkan ditonton sendiri. Hehehe. Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Terima kasih dan selamat menonton.
Photo by: Hancinema.
Tempurung kura-kura, 05 Oktober 2019.
- shytUrtle -
Yowis Ben 2
From Wikipedia
Yowis Ben 2 adalah film komedi Indonesia tahun 2019 dan merupakan sekuel dari film Yowis Ben.
Usai diputus Susan (Cut Meyriska), Bayu (Bayu Skak) dihadapkan pada naiknya harga kontrakan yang membuat dia, ibunya dan Cak Jon (Arief Didu) terancam diusir. Untungnya Yowis Ben populer di Malang dan jadi satu-satunya harapan Bayu menyelesaikan persoalan keuangan. Celakanya masing-masing personil menyimpan masalah. Yayan (Tutus Thomson) menikah dengan Mia (Anggika Bolsterli); krisis keluarga Nando (Brandon Salim) karena ayahnya memutuskan menikah lagi; dan Doni (Joshua Suherman) berambisi punya pacar. Bayu memecat Cak Jon, lalu mempercayakan Yowis Ben kepada Cak Jim (Timo Scheunemann), yang mengklaim dirinya sudah membesarkan banyak artis nasional. Mereka pun hijrah ke Bandung. Tapi, kredibilitas Cak Jim mencurigakan dan Bayu juga harus meluluhkan hati bapak super galak karena dia jatuh cinta dengan Asih (Anya Geraldine), putrinya.
Pemeran
Bayu Skak sebagai Bayu
Joshua Suherman sebagai Doni
Brandon Salim sebagai Nando
Tutus Thomson sebagai Yayan
Anya Geraldine sebagai Asih
Laura Theux sebagai Marion / Mbak Bondol
Devina Aureel sebagai Stevia
Anggika Bolsterli sebagai Mia
Nonton film ini karena dulu nonton seri yang pertama dan ternyata lucu. Unik karena pakek Bahasa Jawa dan bahasa khas Malang.
Seri kedua ini masih menceritakan tentang perjuangan Bayu, Doni, Nando, dan Yayan yang tergabung dalam sebuah band bernama Yowis Ben. Pada seri kedua ini diceritakan kalau Yowis Ben udah lulus SMA. Tiba-tiba Bayu diputuskan oleh Susan yang hendak kuliah keluar negeri.
Selain putus cinta, Bayu dan keluarganya terhimpit masalah ekonomi. Bersamaan dengan itu, Cak Jon yang dipercaya sebagai manajer selalu 'gagal' dalam mencari job untuk Yowis Ben. Panggung mereka selalu kacau.
Di tengah jalan, Bayu dan Doni bertemu Marion dan Cak Jim yang kemudian menawarkan Yowis Ben untuk berkarir di Bandung. Tergiur kesuksesan yang dijanjikan Cak Jim, Bayu pun memutuskan hubungan kerja dengan Cak Jon. Lalu, empat personel Yowis Ben berangkat ke Bandung untuk mengadu nasib. Mencari peruntungan di dunia bermusik. Sayangnya kenyataan tidak sesuai harapan dan bayangan mereka.
Di film kedua ini kehidupan pribadi personel Yowis Ben semakin dikupas dan disajikan kepada penonton. Misalnya kesulitan ekonomi yang dihadapi Bayu yang sekaligus diputusin sama Susan. Lalu, Doni yang masih ngenes karena jomblo. Nando yang kaya raya juga diuji karena papanya mau nikah lagi sama wanita cantik dan seksi. Yang paling mengejutkan si Yayan. Lulus SMA langsung nikah aja dia.
Dengan kehidupan baru dan konflik-konfliknya, masing-masing personel harus berjuang untuk Yowis Ben. Konflik nggak hanya di kehidupan pribadi, tapi juga dalam band. Bayu yang kadang angin-anginan di seri kedua ini bentrok sama Nando yang idealis dan Yayan yang agamis. Masih kayak seri pertama, Bayu juga gampang jatuh hati sama cewek cakep. Hehehe.
Kisah cinta masing-masing personel juga dibongkar dalam film kedua ini. Kalau guyonan kasar ala Malang nya tetep ada. Di film kedua ini juga menampilkan budaya Sunda karena latar cerita nggak cuman di Malang, tapi juga di Bandung.
Film ini tuh menggambarkan kehidupan kaum menengah ke bawah pada umumnya. Anak-anak muda yang punya impian dengan band mereka. Diselipi kisah asmara. Ada sedikit horor waktu Yayan nggedabyah di kuburan. Itu anak beneran indigo? Kekeke.
Film ini ringan dan menghibur. Oya, di film kedua ini banyak cameonya lho! Makin menambah keseruan film. Yang bikin saya kaget juga seneng, ada sekilas adegan di studio radio favorit saya Elfara fm. Heuheuheu. Saya pernah ke sana lho! Hiks! Jadi keinget giveaway yang belum terambil sampai sekarang. Lhoh! Kekeke.
Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Terima kasih dan selamat menonton.
Photo by: Google search
Tempurung kura-kura, 04 Oktober 2019.
- shytUrtle -