cUrioUs -W- way

My Curious Way: [170719] Road to Wana Wisata Winong (WWW atau W3).

05:02



My Curious Way: [170719] Road to Wana Wisata Winong (WWW atau W3).


Akhirnya! Bisa juga mengunjungi wana wisata ketiga yang berada di kawasan Wajak ini. Perjalanan kedua setelah hiatus ye. Yap! Inilah cerita tentang perjalanan mengunjungi Wana Wisata Winong yang juga dikenal sebagai WWW atau W3.

Kemarin itu perjalanan dadakan sih. Tanpa rencana. Selasa siang, saat sampai di rumah Nduk Ra bilang kalau hari Rabu dia libur.

"Ayo main ke mana gitu lho, Ma. Kan selama liburan sekolah aku nggak ke mana-mana," pinta Nduk Ra.

Iya juga sih. Selama liburan sekolah dia emang di rumah aja. Nggak main ke mana-mana. Pasca lebaran dia jatuh sakit. Jadinya liburan yang sebulan itu cuman dihabisin di rumah aja.

Ok! Nggak papa lah kita keluar. Aku ajuin izin lagi dah. Demi anak. Hehehe.

Awalnya Nduk Ra ngajak main ke Museum Panji. Dia sih tertarik sama kolam renangnya itu. Suka banget renang dia. Aku iyain aja. Kan emang tujuannya nyenengin dia.

Tapi, ternyata Nduk Ra belum boleh renang. Bingung lah nyari alternatif lain. Nduk Ra maunya ke hutan pinus. Tapi, nggak mau aku ajak ke Ledok Ombo Bedengan. Maunya ke Hutan Pinus Semeru (HPS) aja.

HPS? Aduh! Omma-nya yang bertugas jadi joki motor ini yang masih apa ya semacam trauma jalur ke HPS. Emang lihat postingan temen di Facebook, itu HPS makin bagus. Tapi, jalurnya itu lho bikin capek duluan. Hehehe.

Trus, keinget Wana Wisata Winongan (sebelumnya aku kira Winongan. Ternyata cuman Winong) yang kapan waktu lalu pernah dikirim screen capture-nya ke aku sama Mbak Jamile. Trus, kapan hari juga lihat postingan foto-foto Dedik—temen SMA ku-yang lokasinya di WWW itu.


Gimana kalau ke sana aja?

Hurray!!! Nduk Ra setuju!!!!

As always ya. Langkah pertamanya adalah mencari informasi tentang lokasi wana wisata. Sebelumnya, beberapa waktu dulu setelah nerima screen capture Wana Wisata Winong. Aku udah nanya-nanya ke Sam Comenk dan mendapat panduan arah menuju ke lokasi. Tapi, berhubung Dedik udah pernah ke lokasi. Aku pun langsung mengirim PM dan bertanya-tanya tentang Wana Wisata Winong.

Lewati pertanyaan soal HTM. Udah jadi rahasia umum kalau HTM ke wana wisata itu ya bayar parkir doang sebesar Rp. 5.000,-

Di Bedengan, Ledok Amprong, HPS, dan Kampung #6 juga segitu. Yang beda di Boon Pring aja. Ada bayar parkir dan HTM juga.

Ini informasi tentang wisata Boon Pring Andeman.

Pertanyaan wajib lainnya adalah tentang rute dan kondisi medan dari jalur yang akan ditempuh. Ini untuk persiapan fisik tunggangan dan jokinya. Plus mental jokinya. Hehehe. Jokinya orang abnormal soalnya. Dan lagi, Nduk Ra udah semakin gede. Boncengan tiga kalau jalurnya susah kayak HPS sih bukan ide bagus dan bukan pilihan bijak. Kecuali jokinya handal dan normal.

"Nggak papa, Ma. Aku tak jalan kaki kalau jalannya susah," kata Nduk Ra.

Hello!!! Sayang, jalur ke HPS—yang ndak penak alias susah-itu tidak pendek. Kalau jalan kaki, bisa gempor itu kaki yang kayak kaki belalang. Last choice sih balik ke Kampung #6 aja. Biar jalan kakinya ndak jauh-jauh amat. Cukup di tanjakan deket pintu masuk area wana wisata aja.

Alhamdulillah wa syukurillah... Kata Dedik jalurnya aman. Dekat jalan raya utama. Ndak sesulit jalur ke HPS atau ke Kampung #6. Ok! Deal ke Wana Wisata Winong.

Rencana awal berangkat jam delapan seperempat pagi. Tempatnya kita nggak tahu. Jadi, mending berangkat agak pagian karena harus mencari lokasinya dulu.

Sam Comenk udah ngasih petunjuk lengkap sih. Dan, lokasi emang berada di jalur yang dilewati siapa aja yang mau ke HPS. Tapi, masalahnya. Dulu pas ke HPS kita kan nyasar. Jadi nggak lewat jalur umum yang ditempuh kebanyakan orang. Pulangnya doang lewat jalur itu. Dan, aku udah rada-rada lupa juga. Heuheuheu...

Karena suatu hal, kami berangkat pukul sembilan tepat. Bertiga menungganggi Jagiya.

Dari pasar Wajak itu terus ke selatan. Di pertigaan Codo, belok kiri. Rutenya sama kok kayak ke HPS. Belok kiri di pasar Codo itu terus aja. Ikutin jalan utama. Nanti ketemu perempatan, belok kanan.

Aku sempet salah jalur. Pilih jalan yang lurus. Merasa ada yang nggak beres, berhenti dan nanya seorang ibu yang lagi jalan. Coba ngikutin truk di depan kami, ikut belok kanan, nggak bakal nyasar deh. Untung nyasarnya nggak kejauhan. Setelah nanya, balik lagi ke jalur yang benar. Hehehe.

Ikuti jalan utama dan temukan pohon beringin di tengah jalan utama. Kalau nggak salah lokasi itu namanya Pasar Nggarotan. Nah, di beringin itu belok ke kanan. Terus ikuti jalan utama yang rada sempit dan berkelok-kelok. Deket kok dari beringin. Di kelokan udah ada spanduk Wana Wisata Winong. Dan dari jalan menurun itu udah keliatan lokasi wana wisatanya.

Jadi, lokasi wana wisatanya ada di sebelah kiri tepat setelah jalan menurun. Tepat di pinggir jalan utama yang beraspal halus mulus. Cuman agak sempit dan harus berbagi dengan truk-truk pengangkut pasir. Masuk ke lokasi jalannya tanah. Tapi, udah rata. Area parkir deket di dekat pintu masuk. Mobil juga udah bisa masuk lokasi.

Harga tiket masuk ke W3 sama kayak di HPS dan Kampung #6. Cukup bayar parkir aja. Rp. 5.000,-

Murah banget ya. Karena masih proses pembangunan juga, kita nggak dapat karcis di parkirnya. Sama kayak di Kampung #6 lah. Kalau di HPS udah dapat karcis. Di sini, dapat nomer.

Jangan khawatir. Tempat parkirnya aman. Dan luas, juga teduh. Karena berada di bawah pepohonan kayak di HPS.

Nah, di atas area parkir. Kita disambut taman yang ada tulisan-tulisan uniknya. Jadi, dari parkiran, jalan dikit udah bisa selfie-selfie di taman pembuka itu. Taman yang kemudian aku sebut dengan taman zodiak. Karena, selain tulisan-tulisan unik, ada papan bertuliskan nama-nama zodiak.




Langsung deh berburu Cancer. Sayangnya papan tempat zodiak Cancer di paku, berada di pohon yang letaknya deket tangga dari tanah dan di kelilingi bunga-bunga perdu. Jadi, agak susah kalau mau take a selca sama Cancer. Poor me! Fotonya tulisan Cancer-nya jelas. Tapi, ekspresiku apa banget dah!

Video Taman Zodiak W3

Dari taman zodiak, turun dan kembali ke jalan utama. Dari jalan utama jalan kaki menuju area utama. Di jalan masuk, kita ketemu palang kayu kayak di Boon Pring. Jadi keinget Heavenly Forest lagi. Hehehe.

Setelah melewati palang kayu. Eh! Bukan palang kayu. Tapi, pintu dari kayu yang bentuknya sederhana. Mirip pintu-pintu peternakan di Eropa gitu lho.


Setelah melewati pintu kayu itu, kita disambut jalan lurus yang di atasnya tergantung payung-payung warna-warni. Yap! Kayak di HPS emang. Selain payung tergantung, ada bola-bola warna-warni yang juga tergantung.




Jalannya tanah, tapi udah rata. Dan, karena udah nggak musim hujan. Jadi, nggak becek.

Video #1

Video #2


Dari pintu masuk ke area utama itu deket banget jalannya. Lokasi utama terbagi menjadi dua. Sebelah kanan dan kiri.

Lokasi sebelah kanan daratan datar. Ada payung-payung, gazebo, dan bangku-bangku kayu buat duduk. Ada tulisan-tulisan unik di atas papan kayu yang di paku di pohon juga.





Di area sebelah kanan ada satu area yang dilabeli "Area Matematika Alam". Ada penggaris di gantung dan pejabaran rumus Phytagoras.



Di area sebelah kanan juga ada gazebo besar. Ada hammock juga. Kayaknya buat disewa kayak di HPS sih. Tapi, nggak sebanyak dan sewarna-warni di HPS. Mungkin karena masih taraf pembangunan itu kali ya.


Di area sebelah kanan ini juga terdapat toilet. Jadi, yang beseran kayak aku. Don't worry, be happy. Udah ada toilet yang airnya mengalir lancar sampai tumpah-tumpah. Ada lampunya juga. Jangan lupa matiin lampu dan air setelah pakai toiletnya ya. Dan, buanglah sampah pada tempatnya. Di dalam toilet disediakan tempat sampah kok. Dan, toilet yang terdiri dari dua bagian itu ada tulisan pria dan wanita. Jadi, jangan sampai salah masuk. Ntar dikira nggak bisa baca. Hahaha.


Jangan lupa bayar juga setelah pakek toiletnya. Walau nggak ada yang jaga, disediain kotak buat bayar. Murah kok. Rp. 2.000,- aja. Harga yang murah buat toilet yang bersih dengan air mengalir melimpah ruah. Dan lampu putih terang yang membuat toilet jadi nggal gelap. Jadi, jangan cheating dengan nggak bayar ya.

Kantin ada di area sebelah kanan. Berjajar di dekat tanah lapang yang kayaknya ntar bakal jadi camping ground.

Satu sap di atas area tanah lapang, ada bakal kolam renang yang kata Bapak yang jaga parkiran masih dilukis. Kotak kolamnya udah jadi. Tapi, katanya masih di lukis. Mungkin temboknya mau di lukis gambar lucu-lucu gitu. Karena, kayaknya itu kolam buat anak-anak.


Di dekat kolam juga ada dua bangunan. Mungkin itu ntar jadi kamar mandi buat membersihkan diri dan ganti.

Video area kanan


Ganti ke area sebelah kiri. Di area sebelah kiri ini tata tanahnya menanjak. Makin naik makin keren. Tidak ada payung-payung tergantung di area sebelah kiri. Tapi, ada banyak gazebo dan tulisan-tulisan unik. Bahkan, aku menemukan tulisan Jawa di salah satu papan. Hayo, sapa yang bisa baca?


Sampai puncak ada gazebo. Sayangnya aku nggak naik sampai puncak. Capek. Hahaha.


Hati-hati jalannya. Soalnya bisa kepleset di tangga tanahnya. Licin.

Di area sebelah kiri ada spot selfie yang romantis buat foto berdua sama pasangan. Ada background hati yang dihiasi bunga-bunga. Cucok deh buat foto berdua sama pasangan.


Pas diparkiran ngobrol sama Bapak yang jaga parkir. Katanya selain kolam renang, W3 ini nantinya juga akan membuka jalur menuju gunung.

"Gunung Semeru, Pak?" tanyaku. Maklum, setahuku dari HPS bisa ke Semeru. Kali aja W3 ini juga punya akses yang sama.
"Bukan, Mbak. Di sana kan ada gunung kecil. Nah, nanti itu bakal di buka jalur menuju ke sana." jawab bapaknya.
"Woa! Keren dong, Pak! Kapan-kapan saya harus ke sini lagi kalau jalurnya udah di buka." aku antusias.
"Iya, Mbak. Itu di sana juga masih di bangun. Luas ini nanti jadinya."

Siap! Tetap masukin W3 dalam list, buat dikunjungi lagi ntar kalau pembangunannya udah selesai. Seru banget kan ada kolam renang buat anak-anak. Dan, jalur ke gunung buat yang demen ngalas.


Kalau ramai sih kemungkinan bakal kayak di HPS gitu. Semua kursi full. Tapi, kemarin kami ke sana pas nggak hari libur. Jadi, banyak kursi kosong. Eh, kursi. Bangku kayu.

Ngaso, duduk di atas bangku kayu, di bawah pohon pinus enak banget. Bisa me-refresh pikiran. Di kantin ada yang jual gorengan juga. Jadi, nikmat banget duduk-duduk sambil menikmati gorengan panas. Ada menjes goreng dan weci goreng. Murah banget. Rp. 6.000,- dapat sepuluh gorengan plus bumbu petis yang pedes.


Video#3

Nurut aku, W3 itu gabungan antara Boon Pring dan HPS. Dengan akses jalan yang mudah, aku yakin wana wisata ini bakal ramai pengunjung. Apalagi kalau pembangunannya udah kelar.

Next time pengen balik lagi ke W3. Terutama kalau jalur ke gunungnya udah di buka. Seru pasti naik gunung kayak dulu. Hiking. Siapkan fisik dulu ya!

Oya, selain papan-papan kayu dengan tulisan unik, kita juga disuguhi tempeh-tempeh yang di lukis dan di pajang di pohon. Lukisannya juga bagus-bagus.

Nggak rugi main ke W3. Jalur sangat mudah dan HTM murah dengan fasilitas yang udah memadai. Jadi, tunggu apa lagi? Go! Nikmati indahnya pesona Wana Wisata Winong bersama keluarga.


Sekian. Semoga bermanfaat. Maaf jika ada salah kata. Terima kasih.

Tempurung kura-kura, 21 Juli 2017.
. shytUrtle .


cUrioUs -W- way

[170713] Kopdar #1 Member MAG (Malang Anxiety GERD).

06:47



[170713] Kopdar #1 Member MAG (Malang Anxiety GERD).




Hore!!! Akhirnya keinginan untuk kopdar aka kopi darat aka ketemuan di dunia nyata sama member GAI—yang kemudian tergabung dalam grup MAG (Malang Anxiety GERD)-yang domisili di Malang tercapai.

Tahu nggak, yang datang lho 40 orang. Tapi, sayangnya angka 0 -nya ngglundung entah ke mana. Jadi total ada 4 member yang datang. Hehehe.

Ampun! Eike jangan di bully ya!!!

Yap! Kopdar pertama dihadiri empat member aja. Ada beberapa alasan kenapa yang datang hanya empat orang saja.

Pertama, walau udah dikoar-koarkan sebelumnya. Acara kopdar pertama kemarin termasuk kategori mendadak. Kurang perencanaan.

Kedua, hari yang dipilih bukan hari Minggu. Kami kopdar di hari Kamis. Alasannya karena hari Kamis itu suami Mbak Nita libur, jadi Mbak Nita ada yang nganter dan bisa ikut. Trus, aku pribadi kerjaan di toko juga belum terlalu banyak. Jadi, bisa izin.

Karena acaranya hari Kamis, bukan hari Minggu. Banyak member yang nggak bisa datang karena alasan pekerjaan atau nggak ada yang nganter.

Ketiga. Ini masalah sejuta umat penderita GERD dan anxiety yaitu kekhawatiran akan kondisi diri sendiri yang (seringnya) merasa belum 100% sembuh. Aku dulu juga pernah di fase ini. Jadi, I feel you lah dulur-dulurku di MAG.

Yang dari awal semangat emang Mas Ajie. Dan, beliau ini bisa kapan aja. Jadi, yang pertama mendeklarasikan diri siap hadir ya Mas Ajie.

Sebenarnya kenapa kopdar tak kunjung terwujud, selain karena alasan umum sejuta umat penderita GERD di atas tadi adalah masalah tempat. Yap! Tempat akan diadakannya kopdar itu sendiri.

Walau domisili Malang semua. Bukan berarti tempat tinggalnya berdekatan kan. Walau ada yang kebetulan emang berdekatan kayak aku sama Mbak Nita, Mbak Fatonah, dan Mbak Masniya. Kita deketan. Jadi, andai kata berangkat sama-sama itu bisa.

Tapi, masalahnya yang single cuman eike doang. Yang lain udah punya keluarga. Jadi, nggak gampang juga buat hang out rame-rame ala-ala sosialita gitu. Apaan dah ini!

Aku pun walau single, kalau nggak ada temen buat berangkat. Nggak bakalan dapat izin juga dari Ibu-Bapak. Susah!

Halah! Kok malah curhat gini tho? Jadi, intinya emang masalah tempat dan waktu yang bikin kopdar susah tercapai.

Tuhan selalu punya skenario tersendiri. Disaat kami rempong, ribet dewe rundingan soal kopdar di seminggu terakhir waktu liburan sekolah yang tersisa. Tiba-tiba, "Gimana kalau kopdarnya di Kampung #6 Patok Picis Wajak aja? Hari Kamis?"

Seingatku sih aku yang nanya gitu. Dan, Sam Ajie langsung setuju. Mbak Nita juga. Woo hoo! Ladub kan!

Kebetulan Rabu ada gawean. Jadi, sekalian izin sama Kamis. Hehehe. Deal! Kopdar di Kampung #6 Patok Picis, Wajak.

Waktu itu Sam Joko bilang mau ikut. Diusahain ikut. Tapi, kemudian dibatalkan. Karena kondisi kurang fit dan emang jarak tempuhnya sih jauh dari tempat tinggal Sam Joko.


Kamis, 13 Juli 2017.

Pukul setengah sembilan udah standby menunggu Mbak Nita di selatan kantor polisi Wates.

Nunggu lumayan lama, Mbak Nita ngabari lewat SMS. Mbak, pokoke entenono aku yaaa.. Iki anakku sek tas adus, Mbak.

Itu aku dan patnerku udah nunggu setengah jam. Di saat yang hampir bersamaan, Sam Ajie kirim pesan via WhatsApp. Udah nyampek Wajak katanya.

Akhirnya aku SMS Mbak Nita, pamit berangkat duluan. Perhitungannya, Mbak Nita udah pernah ke HPS dan orang sini. Jadi, aku yakin Mbak Nita pasti bisa nemuin pertigaan masuk ke Patok Picis. Karena Mbak Nita nggak kunjung membalas, aku pun langsung berangkat duluan.

Ngebut dikit. Karena, Sam Ajie nggak tahu arah ke Patok Picis. Jadi, kasian kalau nyasar.

Nyampek di lokasi—yang sempet kejablasan dua rumah dari gang, belum ada siapa-siapa di sana. Maksudnya siapa-siapa itu yang masuk koloni kami. Ciee lah! Ikutan pakek istilah koloni. Itu kan istilahnya Mas Edo. Maaf ya, Mas. Istilahnya aku pakek.

Menunggu lagi. Mulai merasa haus, tapi nggak berani minum banyak-banyak karena lokasi masih jauh. Masak iya mau nebeng di mushola kayak pas ke HPS. Aduh! Padahal kan katanya nggak boleh ya. Tapi, mau gimana lagi. Waktu itu posisi udah kebelet pipis banget. Mau sekalian sholat belum masuk waktu sholat. Jadi, nebeng pipis doang. Maafkan aku...

Menunggu dan menunggu. Walau menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan, tapi tetep nunggu aja. Sampai pesan WhatsApp dari Sam Ajie masuk.

Ternyata... Sam Ajie ada di Wajak, utaranya pasar. What the!!! Daku udah lewatin itu pasar macet. Paksa aja dah Sam Ajie yang balik ke selatan. Daku males sama macetnya kalau putar balik. Ini sempet engkel-engkelan sama Sam Ajie di WA. Sam Ajie maunya aku balik aja. Tapi, aku maunya Sam Ajie yang balik ke pertigaan Patok Picis.

Di tengah percek-cokan via WA, Sam Ajie kirim foto. Terlanjur disediain menu makan katanya. Oh my!!! Daku udah dipinggir jalan! Lama juga! Sam Ajie-nya masih mau makan??

Ini awalnya aku kira Sam Ajie di warung makan. Ternyata di rumah sodaranya ya. Maafkan daku yang udah salah paham.

Karena Sam Ajie masih mau makan dan Mbak Nita ndak ada kabar. Aku langsung ngecling ke lokasi duluan.

Jahat kura-kura ini mah! Temennya nggak tahu rute dan medan malah di tinggal.

Hey!!! Aku juga ndak tahu rute dan medan lho!!! Sama-sama masih buta soal jalurnya.

Tapi, aku pikir, teman-temanku nggak akan nyasar. Mereka bisa tanya, kan? Ya udah! Aku jalan duluan ke lokasi.

Ternyata masuknya jauh. Dari jalan utama masuk ke gang itu jauh. Aku sampai nyuruh patnerku buat turun dan nanya. Khawatir nyasar soalnya.

Akhirnya ketemu jalan makadam itu. Kenapa harus ketemu jalur kayak gini lagi sih? Debunya itu lho! Aje gile! Alhamdulillah nyampek puncak dengan selamat.

Pas udah nyampek puncak, mikir lagi. Temen-temenku bisa nggak ya nemuin tempat ini? Temen-temenku bisa nggak ya melalui jalur yang sulit itu?

Ah! Mereka pasti bisa! Mereka kan orang-orang kuat.

Setelah hape sempet jatuh di parkiran karena markir motor sambil mikirin gimana temen-temen. Mondar-mandir di parkiran. Nungguin temen-temen. Pas Mbak Nita telpon, hape hang. Terpaksa harus lepas baterai.

Akhirnya naik dulu, nyari tempat duduk dan benerin hape. Lalu, kembali berkomunikasi sama temen-temen.

Yang nyampek duluan Sam Ajie. Sama temennya cowok. Pas udah duduk ngumpul, baru aku tahu kalau temen yang diajak Sam Ajie itu member GAI juga. Namanya Sam Togek. Woa!!! Senengnya!!! Jadi, kopdarnya nggak bertiga—aku, Sam Ajie, dan Mbak Nita-tapi, berempat sama Sam Togek.


Nggak lama kemudian, Mbak Nita bilang udah ada di parkiran. Aku yang jalan buat nyusul. Mbak Nita dateng sama suami dan anaknya.

Di tengah perjalanan menuju lokasi ngumpul, kami ngobrol. Suami Mbak Nita ikutan ngobrol. Beliau mengaku agak dibikin puyeng sama penyakit yang diderita istrinya. Bahkan beliau syok pas konsultasi ke seorang dokter di Surabaya yang kemudian menyarankan untuk membawa Mbak Nita ke rumah sakit jiwa, ke psikiater.

"Ya ALLOH... Masak bojoku iki gila?" kata suami Mbak Nita.
Hehehe. Emang kebanyakan masalahnya di pikiran yang eror. Tapi, bukan berarti gila lho ya!

Dan, ketika tahu ada orang yang pernah menderita sakit sama kayak Mbak Nita. Yeah, you are not alone! Ada kami bertiga dan masih banyak lagi di luar sana yang juga mengidap GERD dan anxiety.

Beruntung sekali suami Mbak Nita ini pengertian orangnya. Dulu, aku aja dikira pura-pura sakit karena males kerja. Baru setelah dirujuk endoskopi pada percaya kalau aku sakit.

Setelah menggusur tiga perempuan yang sempet nguping obrolan kami yang bisa jadi menurut mereka aneh. Kami duduk berkumpul di bawah rumah pohon utama. Rumah pohon paling besar dan paling depan di Kampung #6.


Mungkin nurut tiga perempuan itu, ini orang-orang apa sih! Apalagi waktu mereka ada di sana, Sam Ajie lagi bahas pengalaman dia berobat ke dukun yang sampai habis duit banyak. Hehehe. Welcome to dunia aneh kami!

Coba mau ikutan ngimbrung. Dapet ilmu baru tuh pasti. Hehehe. Sapa tahu ada keluarganya yang kena penyakit aneh bernama GERD dan anxiety juga. Kan bermanfaat tuh udah ngimbrung sama kami.

Kesan kopdar pertama, jelas seneng lah. Bisa ketemu di dunia nyata dan sharing secara langsung. Saling berbagi pengalaman. Saling berbagi tips.

Yang paling berkesan menurut aku ya kisah dari suami Mbak Nita. Saking pengennya istrinya sembuh, beliau konsultasi ke dokter di Surabaya. Walau ujung-ujungnya dibikin syok sama saran dari dokternya.

Keluargaku juga sempet kaget waktu aku minta izin mau periksa ke poli jiwa.

GERD dan anxiety, kamu tidak akan pernah paham apa itu sebelum kamu merasakannya sendiri.

Tapi, aku berharap tidak akan ada lagi orang yang menderita GERD dan anxiety. Deritanya jiwa dan raga soalnya.

Dari ngumpul kemarin, jadi tahu kalau Sam Ajie pernah berobat ke dukun sampai habis duit banyak. Jadi tahu Sam Togek yang pernah terbaring lama di ranjang. Jadi tahu kalau sebelum kopdar, Rabu malemnya itu Mbak Nita belanja dokter lagi. Dan, teman-teman jadi tahu kalau aku masih membawa kantong obatku ke mana pun aku pergi. Hahaha.

Ditemani berbotol-botol Aqua, buah sawo, keripik singkong, dan malkist. Kami duduk dan ngobrol. Itu menyenangkan sekali.

Yang bikin aku heran, Sam Togek itu kan orangnya gokil dan usil. Kok bisa ya kena GERD dan anxiety?? Hehehe. Kalau nurut aku, happy person kayak Sam Togek itu harusnya nggak bisa sakit lho.


Beneran harus sering-sering ngumpul deh. Biar nggak merasa sendiri. Biar cepet sembuh.

Jangan takut. Keluarlah. Hadapi dunia dengan tersenyum. Begitu kata SLANK.

Jadi, ayo bergerak!
Kita semua orang hebat!
Kita sehat!
Kita kuat!

Well, semoga next time bisa dateng semua. Di grup udah terkumpul 29 orang lho! Kalau datang semua kan keren tuh.
Sekian. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih.

Yang penasaran tentang Wana Wisata Kampung #6 bisa baca di sini:

Tempurung kura-kura, 18 Juli 2017.
. shytUrtle .


Search This Blog

Total Pageviews