The White Prince and The Red Princess.
* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.
Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan
senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang
sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.
#9
Anggota klub teater saling
berbisik ketika Taemin sampai di basecamp. Mereka tampak mendiskusikan sesuatu.
"Ada apa?" tanya Taemin
yang sudah duduk di atas lantai pada anggota laki-laki yang ada di sebelah
kirinya.
"Pesta dibatalkan," jawab pemuda itu kikuk.
"Dibatalkan? Kenapa?" Taemin penasaran.
"Bukan dibatalkan, tapi
dialihkan ke hal yang lebih menarik," sahut siswi yang duduk di sebelah
kiri pemuda yang ditanyai Taemin. "Jadi klub teater akan mengadakan bakti
sosial ke panti asuhan. Pesta akan digelar di sana, untuk anak-anak."
"Hanya anggota klub?" tanya Taemin.
"Iya. Dan Sunbaenim juga
pastinya. Kalau Sunbaenim mau sih."
"Jadi bagaimana?" Victoria
bertanya menarik perhatian semua anggota klub.
"Aku setuju."
"Ide bagus. Lebih bagus daripada pesta. Maaf Nuna, bukan berarti ide pesta
Nuna itu buruk. Berpesta dengan anak-anak di panti asuhan pasti
menyenangkan."
"Kita akan dikenal lebih bersahaja dengan kegiatan
amal ini."
"Ini keren!"
"Setuju! Setuju!"
Lima anggota
bersuara lantang, sisanya hanya mengangguk-angguk setuju.
"Nah, mereka
lebih nyaman mengadakan bakti sosial daripada pesta. Bagaimana dengan
Eonni?" Amber balik bertanya pada Victoria.
"Jika semua setuju aku
pun setuju. Lagi pula kita juga akan berpesta kan di sana? Minhee, kau siap
untuk kostumnya? Ah, aku pakai kostum apa ya?" Victoria bingung sendiri
untuk penampilannya.
"Siap. Kostum apa saja yang diperlukan?" Minhee
mengangkat kepala menatap Victoria masih dengan memangku note di paha dan
tangan kanan memegang pulpen.
"Aduh, aku bingung pakai kostum apa,"
jawab Victoria.
"Aku akan tetap pakai kostum Sang Waktu. Aku akan jadi
penyihir yang baik hati dan membagikan mainan pada anak-anak. Minhee, apa saja
yang harus aku beli? Kita pergi usai sekolah nanti ya. Ah, aku benar-benar tak
sabar." Krystal antusias.
"Musim gugur baru tiba dan Natal masih
lama, tapi kau sudah sibuk memikirkan hadiah. Sinterklas punya saingan
sekarang," goda Amber yang hanya di respon dengan senyuman lebar Krystal.
"Kira-kira Lee Junki Sonsaengnim apa akan setuju?" tanya Minhee.
Saat Minhee bertanya tentang Lee
Junki, barulah Victoria menyadari keberadaan Taemin yang duduk diam baris
paling belakang. Tatapan pemuda itu terfokus pada Minhee.
"Oh, Lee Taemin. Kau di sini.
Kau sudah tahu perubahan rencananya kan?" tanya Victoria.
Semua mata,
termasuk Minhee segera tertuju pada Taemin.
Taemin yang menjadi pusat perhatian
segera berdehem. "Iya. Baru saja diberi tahu," tangannya bergerak
menuding rekan di samping kirinya.
"Lalu apa kau masih mau bergabung?"
"Eum, iya. Aku belum mendapat ijazah lulus hukuman dari Lee Junki
Sonsaengnim, jadi aku masih harus mengikuti kegiatan apa pun yang diadakan klub
teater."
"Baguslah." Victoria menganggukan kepala.
Minhee yang
sempat bertemu pandang dengan Taemin tersenyum.
Taemin tersenyum kaku membalas
senyuman Minhee. "Bakti sosial itu ide siapa?" ia seolah berbicara
dengan dirinya sendiri.
"Tentu saja Red Princess," sahut siswa yang
duduk di samping kirinya. "Aku pun lebih setuju bakti sosial daripada
pesta ala selebritis."
"Kalian tahu tidak, tadi ada wartawan ke sini.
Mencari Blue Pearl dan Red Princess," siswi yang duduk di samping kiri
siswa yang ngobrol dengan Taemin menyela obrolan. "Mereka juga
mewawancarai kami tentang pertunjukan kita. Ah, aku sangat gugup. Sayang Taemin
Sunbaenim datang terlambat hingga tak bisa ikut foto bersama."
"Baiklah!" Victoria lagi-lagi menyita perhatian. "Mari kita
persiapkan dengan baik dan kostum apa yang ingin kalian pakai segera daftarkan
pada Minhee ya."
Anggota klub segera mengerumuni
Minhee dan Krystal. Taemin hanya duduk memerhatikan dari tempat ia duduk.
Sesekali ia tersenyum sendiri saat menatap Minhee.
Taemin melihat Krystal dan Minhee
berdiri di depan gerbang sekolah. Ia memerhatikannya dan hendak berjalan
mendekat ketika sebuah tangan tiba-tiba memegang pundaknya.
"Oh, kau!" Taemin lega
melihat Jinki yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
"Kita diawasi,"
bisik Jinki yang sudah berdiri dekat di samping Taemin.
"Eomma??"
"Iya. Lee Junki Sonsaengnim berpesan agar kau menjaga jarak dengan Minhee.
Lagian kenapa sih kau jatuh hati pada putri dari kelompok musuh?"
"Mana aku tahu." Taemin menggerakan bahu. "Junki Hyung sudah
tahu perihal pembatalan pesta? Aku menunggunya di basecamp tapi dia tak
datang."
"Tahu, tapi ada halangan untuk bisa ikut. Luna mendengar
rencana bakti sosial itu dan ia bertanya apa ia bisa ikut."
"Tapi itu
untuk anggota klub saja."
"Bukankah baik jika kau pergi bersama kami?
Jadi Bibi Lee tak akan curiga macam-macam karena ada aku dan Luna. Ya walau
Bibi Lee sudah memberimu izin untuk tinggal sampai pesta usai, tapi buktinya
kau masih diawasi."
"Benar juga. Besok akan aku coba tanyakan."
***
Hanya ada Minhee saat Taemin tiba
di basecamp. Ia sengaja keluar kelas lebih awal agar bisa sampai di basecamp
sebelum anggota yang lain tiba. Ia hanya punya waktu sepuluh menit untuk
mengobrol bedua saja dengan Minhee sebelum Krystal dan anggota lain tiba. Ia
pun duduk tak jauh dari Minhee yang sedang membaca. Sejenak ia perhatikan gadis
yang acuh padanya itu.
"Bolehkah temanku, Luna dan
Jinki ikut saat bakti sosial nanti?" tanya Taemin tanpa basa-basi.
Minhee
melepas headset yang menutup kedua telinganya. "Tanya Victoria Eonni atau
Amber Sunbaenim saja. Kita sama-sama anggota di sini."
"Tapi acara
itu kan idemu."
"Iya, tapi tetap saja aku tak punya hak untuk memberi
izin. Sunbaenim kan teman baik ketua kita Amber, aku rasa dia akan setuju.
Nanti aku bantu bicara."
"Nah, begitu. Kalau kau yang usul kan pasti
akan langsung disetujui."
"Ah, nggak juga. Sebenarnya acara bakti
sosial itu sempat di tentang Victoria Eonni. Dia menyerah karena anggota lain
lebih setuju pada usulku."
"Lama-lama Victoria Nuna bisa kehilangan
wibawa di depan anggota karena ada kamu di sini."
"Ah nggak
juga."
Taemin dan Minhee tersenyum bersama lalu kembali terdiam selama
beberapa detik.
"Kau... tidak marah karena aku menciumu saat
pertunjukan?" Taemin kembali bicara memecah kebisuan.
"Aku terkejut
sih. Akting Sunbaenim sedikit keterlaluan, tapi aku salut pada keprofesionalan
Sunbaenim. Harusnya kita pura-pura saja kan tapi Sun..." ocehan Minhee
terhenti ketika bibir Taemin tiba-tiba mendarat di bibirnya.
Taemin perlahan melepas
kecupannya. Ia masih berlutut di depan Minhee yang duduk bersimpuh dengan
ekspresi syok. Kedua tangannya memegang leher Minhee dan ia menempelkan
keningnya pada kening Minhee.
"Aku tidak bisa menahan
diriku lagi. Bisakah kita mengabaikan tentang siapa kita dan melanjutkan
hubungan?" tanya Taemin yang masih menempelkan keningnya pada kening
Minhee. "Aku benar-benar tergila-gila padamu Choi Minhee. Aku tak bisa
membohongi diriku lagi. Pura-pura acuh padamu, itu sangat menyakitkan."
Minhee menundukan kepala membuat Taemin menarik keningnya.
"Kau tidak
boleh mencintai anak seorang pembunuh yang telah tega membunuh salah satu
anggota kelompokmu. Tidak boleh..."
"Lihat aku!" Taemin memegang
dagu Minhee dan mengangkat wajah gadis itu.
Minhee mengangkat wajah dan menatap
Taemin yang begitu dekat di hadapannya.
"Apa kau juga tak menyukai aku?
Kau tak memiliki rasa seperti apa yang aku rasa? Aku menangkap sinyal yang sama
darimu. Katakan Choi Minhee. Kau juga mencintai aku kan?"
"Mianhae..." Minhee kembali menundukan kepala.
Taemin terduduk lemas.
Terlihat putus asa. "Aku pikir kau akan berontak seperti sebelumnya. Aku
pikir kau mau berjuang bersama-sama denganku. Tapi..."
Suasana kembali hening. Minhee
masih duduk bersimpuh dan menundukan kepala. Sedang Taemin duduk di depan
Minhee dengan ekspresi putus asa. Senyum getir tersungging di wajah Taemin yang
mulai bergerak untuk berdiri.
"Aku juga
mencintaimu..." Minhee memeluk Taemin yang berlutut dari belakang.
"Aku... juga mencintaimu..." ia mengulangi pernyataannya. Taemin
tersenyum lebar, menggeser tubuhnya menghadap Minhee dan membalas pelukan gadis
itu.
"Oh my God!" Krystal
yang baru memasuki basecamp terkejut melihat Minhee dan Taemin berpelukan
dengan posisi sama-sama berlutut. "Apa yang kalian lakukan?!"
protesnya sembari menutup pintu basecamp rapat-rapat.
Taemin membantu Minhee
berdiri saat Krystal berjalan mendekat.
"Kalau ada yang lihat bagaimana?!"
tegur Krystal yang kini sudah berdiri dekat di depan Taemin dan Minhee.
"Astaga! Kepalaku tiba-tiba sakit. Choi Minhee, kau tahu jika ini tak
seharusnya terjadi kan? Baiklah! Aku setuju membantumu untuk Kibum Oppa tapi
lupakan dia. Astaga... kenapa dahulu aku tak bertindak cepat? Masalah Kibum
Oppa hanya strata sosial, tapi dia? Dia pangeran dari kubu musuh. Choi
Minhee?!" oceh Krystal tak karuan.
"Mianhae. Tapi aku tak bisa
membohongi hati nuraniku." Minhee merasa bersalah.
"Aku pun sama. Dan
mulai sekarang, kami akan berjuang sama-sama." Taemin meraih tangan kanan
Minhee dan menggenggamnya erat.
Krystal melihat bagaimana Taemin
meraih tangan Minhee dan menggenggamnya erat. Lalu ia pun melihat bagaimana
Minhee dan Taemin saling melempar senyuman. Kedua anak manusia beda klan itu
telah meresmikan hubungan mereka. Dengan cepat Krystal membalikan badan
membelakangi Taemin dan Minhee.
"Ini tidak nyata! Ini tidak
nyata!" ucap Krystal berulang-ulang dengan kedua tangan memegang kepala.
"Hah!" keluhnya dengan keras dan kembali menghadap Minhee dan Taemin.
"Kenapa kau tega melakukan hal ini padaku, Choi Minhee?"
"Krystal aku..."
"Sudah! Cukup!" Krystal mengangkat tangan
kanannya meminta Minhee berhenti bicara. "Katakan bagaimana skenarionya dan
apa yang harus aku lakukan! Ya Tuhan... ini gila. Aku bisa gila!"
Minhee tersenyum lebar dan
meloncat memeluk Krystal.
***
Keesokan harinya Minhee, Krystal
dan Taemin berkumpul di basecamp bersama anggota klub teater yang lain.
Victoria telah mengumumkan jika Lee Junki tak bisa ikut kegiatan bakti sosial
yang akan diadakan oleh klub teater. Ia juga telah memberi izin pada Taemin
untuk membawa Jinki dan Luna dalam acara bakti sosial.
Amber mengumumkan jika ada
perwakilan dari wartawan sekolah yang akan ikut untuk meliput kegiatan bakti
sosial klub teater. Anggota sempat keberatan, tapi karena Amber sudah
menyetujui permintaan ketua klub jurnalistik, mereka pun hanya bisa mengiyakan
walau menggerutu.
Minhee telah menerima data kostum
yang ingin dipakai para anggota saat bakti sosial. Ia segera menelpon manajer
yang mengurus rumah persewaan kostum miliknya. Ia meminta kostum-kostum yang
baru saja ia kirim via pesan Kakao Talk di simpan agar tak ada yang menyewa.
"Lalu Red Princess dan Blue
Pearl akan memakai kostum apa?" tanya salah satu siswi anggota klub di
sela perundingan.
"Kali ini kami hanya akan jadi panitia," jawab
Krystal. "Kalian yang bertugas di atas panggung. Bisa kan? Ayolah! Kalian
ini orang-orang hebat. Lagi pula tak perlu terlalu serius berakting di depan
anak-anak. Yang penting mereka bisa tertawa. Aku akan memakai kostum Sang Waktu
saat membagikan hadiah di akhir acara."
"Tentu saja bisa!" sahut
salah satu siswa. "Kalian sudah susah payah menyiapkan kostum dan segala
sesuatunya untuk kami. Karenanya kami akan berusaha dengan baik."
Krystal,
Minhee dan Taemin yang duduk berdekatan kompak tersenyum.
"Lalu apakah
akan ada wartawan yang datang? Selain wartawan sekolah." tanya siswi
berambut sebahu.
"Entahlah. Kami tak pernah mengungkap kegiatan kami, tapi
kadang wartawan suka tiba-tiba muncul. Maaf." Krystal menundukan kepala.
"Tak apa. Itu keren! Klub teater kita akan terkenal karena ada kalian.
Hehehe." sahut siswi itu antusias membuat semua anggota menertawakannya.
"Anak-anak!" Victoria meminta perhatian. "Kita akan berangkat di
hari Sabtu siang dan mempersiapkan segalanya. Kita akan menginap dan kembali
pulang di hari Minggu siang. Karena informasi sudah bocor, aku rasa akan ada
beberapa murid atau ya fans Red Princess atau Blue Pearl yang kemungkinan akan
datang ke panti asuhan. Syukurlah pihak panti asuhan mengaku siap."
Victoria melirik Minhee yang tersenyum manis padanya. "Baiklah. Mari kita
bersenang-senang akhir pekan ini!"
Anggota klub teater berseru
antusias.
***
Sabtu, pukul dua belas siang.
Anggota klub teater sudah berkumpul di depan gerbang sekolah. Taemin bersama
Luna dan Jinki ada di antara anggota klub teater. Victoria, Amber dan Taemin
sibuk dengan ponsel mereka. Sementara anggota klub teater mulai menggerutu.
Minhee meminta seluruh anggota
berkumpul sebelum jam sebelas karena mereka akan berangkat ke panti asuhan
pukul sebelas siang. Satu jam berlalu sosok Minhee dan Krystal tak kunjung
muncul.
Tiga anggota klub jurnalistik yang
ditugaskan untuk meliput jalannya bakti sosial juga tampak gusar. Berulang kali
ia bertanya pada Amber apakah ada masalah namun Amber hanya meminta mereka
menunggu.
"Ada apa?" bisik Luna
pada Taemin.
"Minhee tak bisa dihubungi," jawab Taemin sambil kembali
menempelkan ponsel ke telinga kanannya. Ia mencoba menghubungi Minhee lagi.
"Jangan-jangan ia tak diizinkan pergi," Jinki menebak.
"Semalam
ia mengatakan semua beres dan memintaku tak perlu khawatir. Ia sudah
mengantongi izin pergi jauh-jauh hari," Taemin masih dengan resah menunggu
Minhee menerima telefonnya.
"Bisa jadi ayahnya berubah pikiran kan?"
"Itu dia!" seru Victoria sembari mengakhiri sambungan panggilan di
ponselnya.
Semua menatap pada bus yang sedang
mendekat ke arah mereka. Tampak Krystal melambai-lambaikan tangan dari dalam
bus. Bus sekolah itu berhenti tepat di depan para anggota klub yang sudah satu
jam berdiri menunggu di depan gerbang. Ekspresi kesal di wajah mereka segera
sirna melihat bus yang dihiasi spanduk bertuliskan nama klub teater tempat
mereka bernaung.
"Halo semua!" Krystal
turun dari bus. "Maaf terlambat. Harus mengambil bingkisan dan ada sedikit
masalah ketika kami mengambil spanduk. Maaf ya."
Taemin tersenyum melihat
Minhee yang baru saja turun dari bus.
"Ayo! Ayo! Silahkan naik!"
pinta Krystal memimpin.
Minhee minggir untuk memberi jalan anggota klub teater
untuk naik lebih dulu.
"Ini benar-benar keren. Kini aku mengakui
kegilaanmu Red Princess." Victoria berdiri di samping kiri Minhee dan
memperhatikan anak didiknya yang penuh semangat masuk ke dalam bus.
"Mereka lebih antusias daripada pesta. Ah, kenapa aku jadi merasa haru?
Sebaiknya aku segera naik dan menenangkan diri." Victoria buru-buru
menyusul anak didiknya naik ke dalam bus.
Jinki dan Luna naik kemudian di
susul Minhee dan Taemin. Bus cukup luas hanya untuk mengangkut anggota klub
teater beserta pembimbingnya dan lima siswa non anggota yang ikut dalam
rombongan. Jinki dan Luna maju lalu duduk berdampingan. Minhee yang sudah
berada di dalam bus menghentikan langkah melihat semua sudah duduk berpasangan.
Krystal duduk bersama Amber. Asik mengobrol dan acuh padanya.
Taemin meraih tangan Minhee dan
menuntun gadis itu berjalan ke belakang untuk mencari bangku kosong.
"Kau suka duduk di dekat
jendela?" tanya Taemin saat sampai di bangku kosong nomer dua dari
belakang di sisi kanan.
"Em!" Minhee mengangguk.
"Duduklah,"
Taemin memberi jalan dan Minhee duduk lebih dulu di dekat jendela. Kemudian ia
pun duduk di samping Minhee. "Satu setengah jam perjalanan. Lumayan.
Jangan tinggalkan aku dengan membaca buku atau mendengarkan musik."
Minhee
tersenyum mendengarnya.
"Lelah sekali satu jam berdiri menunggu bus ini
datang. Sebaiknya aku istirahat sekarang." Taemin menyandarkan kepala di
bahu Minhee saat bus mulai melaju meninggalkan sekolah.
------- TBC --------
.shytUrtle.
The White Prince and The Red Princess.
* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.
Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan
senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang
sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.
#8
"Keindahan
itu tak ada yang abadi. Rasa manis pun tak selamanya manis. Makin dirasa muncul
kepahitan di dalamnya. Tapi itulah kehidupan. Ada pasang surut. Jika hanya
bahagia saja yang kau rasa, apa kau yakin hidupmu benar-benar menarik?
Kesedihan yang terus menerus pun akan menggerusmu. Lalu pilihannya, mati dalam
kebahagiaan atau dalam kesedihan? Sedang mati itu sendiri entah berarti duka
atau bahagia. Aku tak pernah memikirkan tentang kematian sebelumnya. Dan
bagiku, hidup hanyalah seperti ini. Rutinitas yang berulang-ulang. Tak jarang
itu membuatku bosan. Hidup, entah apa itu. Dan mati, aku pun tak tahu. Aku
menciptakan banyak skenario, tapi semua monoton. Kau juga merasakannya kan?
Lalu bagaimana jika aku memutuskan pensiun saja? Ah, tidak. Bukan pensiun, tapi
hiatus. Boleh kah? Keluar dari rutinitas ini dan mencari udara segar dengan
mencoba 'gaya hidup' yang lain. Lagi-lagi dihadapkan pada sebuah pilihan. Nah,
jika sudah begini apa yang harus aku lakukan? Bertahan di zona aman atau
melompati tembok penghalang untuk mencari suasana baru? Aku tidak sedang dalam
kondisi baik sekarang. Maafkan aku. Ini hanya racauan saja. Hanya
racauan."
Taemin
mengerutkan dahi membaca postingan yang baru saja dibuat Minhee di akun
pribadinya. Saat latihan bersama, sikap Minhee sama sekali tak berubah padanya.
Tetap ramah seperti sebelumnya. Gadis itu tak segan menyemangati ketika ia
melakukan kesalahan dialog atau akting.
"Merasa
sedikit kacau ya? Aku juga sih. Sebenarnya aku tak punya muka untuk bertemu
dengan Sunbaenim secara langsung seperti ini. Bagaimanapun juga aku ini putri
dari seorang pembunuh. Semalam aku mendengar semuanya dari Minho Oppa. Dan
walau ingin aku jelaskan semua itu hanya salah paham, aku rasa tak akan
berguna. Aku tetap putri seorang pembunuh dan musuh dari keluarga Lee. Tapi
dari dasar hatiku, aku minta maaf."
Taemin bergeming, duduk membelakangi
Minhee di basecamp.
"Juga terima kasih karena memberiku banyak kejutan di
waktu yang singkat ini. Aku merasa seperti gadis dalam drama," Minhee
tersenyum kecut. "Kisah kita mirip Romeo dan Juliet ya? Sepertinya Tuhan
tak mendengar permohonan Eonni, atau mungkin Eonni belum menyampaikan
permohonanku pada Tuhan. Ah, entahlah. Sunbaenim harus kuat bertahan di dalam
klub ini sampai pertunjukan selesai. Aku yakin Sunbaenim bisa."
"Kau
tidak curiga padaku?" Taemin yang masih duduk membelakangi Minhee
bersuara.
"Curiga??"
"Iya. Aku datang untuk balas dendam."
"Kita sama-sama tak tahu. Aku bisa melihat ekspresi kaget itu di wajah
Sunbaenim. Tapi untung saja semua terbongkar sebelum kita terjebur terlalu
dalam. Setidaknya sekarang kita bisa saling hati-hati, mulai sekarang..."
Taemin dan Minhee
kembali terdiam. Krystal masuk ke dalam basecamp, menjemput Minhee untuk pulang
bersama. Minhee pamit pada Taemin yang masih bertahan duduk membelakanginya.
Taemin menghela
napas usai mendengar pintu basecamp kembali tertutup. Ia bangkit dari duduknya,
menyambar tasnya lalu berjalan keluar basecamp.
***
Setelah kejadian
malam itu Taemin dan Minhee sama-sama membatasi diri. Keduanya hanya mengobrol
dalam dialog drama. Di luar itu sangat jarang bahkan cenderung tak pernah.
Junki yang memperhatikan keduanya merasa iba, namun ia tak berani mengambil
resiko dengan membantu keduanya.
Hari-hari yang
berat bagi Taemin dan Minhee itu akan segera berakhir. Hari yang ditentukan
sebagai hari digelarnya festival sekolah telah tiba. Hari ini club teater akan
menampilkan pertunjukan yang telah mereka siapkan untuk mengisi panggung
festival sekolah.
Tidak hanya wali
murid atau kerabat siswa yang menghadiri festival sekolah. Murid dari sekolah
lain yang telah mendaftar sebelumnya pun terlihat berkeliaran.
Panitia mencatat
peningkatan tajam pengunjung dari sekolah lain yang hadir tahun ini. Mereka
menyimpulkan peningkatan itu dikarenakan keberadaan Red Princess dan Blue Pearl
di sekolah mereka. Apalagi pertunjukan kali ini Red Princess yang ambil bagian
sebagai pemeran utama. Sudah pasti para fans penasaran pada akting Red Princess
yang sebelumnya hanya aktif sebagai orang di belakang layar saja.
Taemin berjalan
dengan angkuh menuju gedung panggung utama. Sesekali ia melirik sekitar dan
menemukan banyak murid dari sekolah lain sudah berkumpul menunggu pertunjukan
dimulai. Rata-rata membawa banner dengan tulisan dukungan untuk Red Princess.
Taemin menyincingkan senyum mencibir melihatnya.
"Ya ampun,
Lee Taemin! Dari mana saja kau hingga baru sampai?" sambut Victoria saat
Taemin tiba di tenda club teater di belakang panggung. "Lekas ganti
bajumu!" menyerahkan kostum milik Taemin lalu kembali sibuk dengan anggota
yang lain.
Taemin mengamati sekeliling tenda. Ia mencari Minhee, namun gadis
itu tak terlihat di sana.
"Bilik gantinya di sana," Amber menunjuk
salah sudut tenda yang tertutup kelambu. "Sebaiknya kau lekas ganti baju
karena kau harus di make up juga."
"Make up??" pekik Taemin.
"Iya. Semua pemain harus di make up agar tak terlihat pucat di atas
panggung. Cepat ganti kostummu!"
Taemin selesai
dengan kostum dan make up-nya. Ia mengamati penampilannya di depan cermin.
Mengenakan kostum pangeran khas abad pertengahan membuat Taemin terlihat
seperti White Prince dari negeri dongeng. Ia tersenyum sendiri. Senyum di
wajahnya sirna dan berganti ekspresi kaget ketika ia melihat bayangain Minhee
dalam cermin.
Minhee tersenyum
dan berjalan mendekati Taemin. "Kostum itu cocok sekali untuk Sunbaenim.
Terlihat seperti pangeran dari negeri dongeng. Blue Pearl pandai sekali memilih
kostum untuk Sunbaenim. Aku harap Sunbaenim tak merasa gugup. Ah, tak mungkin
gugup karena tampil di atas panggung bukan yang pertama bagi Sunbaenim."
suara Minhee terdengar ringan dan ceria.
"Kau terlihat cantik..."
pujian itu keluar begitu saja dari mulut Taemin yang masih menatap kagum Minhee
yang berdiri di depannya.
Minhee yang mengenakan gaun khas abad pertengahan
berwarna merah dengan rambut tergelung rapi itu tersipu. "Terima
kasih."
"White Prince and Red Princess!" Krystal membuat Taemin
dan Minhee kompak menoleh. "They are real!" imbuhnya dengan tangan
masih memegang ponsel membidik Taemin dan Minhee.
"Krystal,
hentikan!" pinta Minhee.
"Tak bisakah kalian sedikit merapat?"
Krystal yang mengenakan jubah hitam lengkap dengan riasan wajah bak penyihir
renta mengabaikan protes Minhee.
Taemin tiba-tiba merangkul Minhee dan
menariknya agar berdiri lebih dekat padanya. Minhee terkejut hingga mengangkat
kepala menatap Taemin.
"Fans kita meminta foto, masa iya kau tak mau
memberikan fans service yang baik untuknya?" Taemin menggerakan kepala
menuding Krystal.
Minhee tersenyum dan menjadi lebih rileks. Krystal
mengabadikan White Prince dan Red Princess dalam beberapa kali jepretan.
Pertunjukan demi
pertunjukan disajikan di atas panggung hingga tiba giliran club teater unjuk
kebolehan. Taemin mondar-mandir di belakang panggung. Ia merasa gugup.
Teriakan fans
yang menyambut Minhee ketika gadis itu naik ke atas panggung untuk memulai
pertunjukan benar-benar membuatnya bergidik.
Minhee yang baru
menuruni panggung menemukan Taemin sedang mondar-mandir dengan wajah cemas. Ia
memiringkan kepala mengamati Taemin. Masa iya pangeran itu gugup? Batin Minhee
yang segera berjalan mendekati Taemin.
"Sunbaenim,
apa semuanya baik-baik saja?" tanya Minhee saat sampai pada Taemin.
Taemin
menghentikan langkahnya dan berdiri berhadapan dengan Minhee. Ia tak bisa
menyembunyikan kegugupannya. "Eng... anu..."
Minhee meletakan telapak
tangan kanannya di dada Taemin membuat pemuda itu terhenyak. Minhee tersenyum
tulus. Senyum yang amat manis.
"Semua akan baik-baik saja, em?" bisik
Minhee menenangkan.
Senyuman tulus yang manis dan bisikan lembut yang diberikan
Minhee membuat rasa gugup yang sebelumnya bergemuruh di dada Taemin perlahan
redam.
Minhee mulai menarik tangannya yang terulur dan menyentuh dada Taemin.
Menyadari hal itu Taemin menarik Minhee dan merengkuh gadis itu dalam
pelukannya.
"Seperti sebelumnya... sebentar saja..." bisik Taemin
dekat di telinga Minhee.
Seolah mendapat
kekuatan baru, Taemin melangkah penuh percaya diri menaiki panggung. Ia
tersenyum manis ketika penonton bersorak menyambutnya. Dengan lancar ia
membawakan perannya di atas pentas. Semangatnya semakin berkobar ketika Minhee
kembali menaiki panggung.
Adegan demi
adegan, dialog, tarian ditampilkan dengan apik dan minus kesalahan oleh seluruh
pelakon drama dari klub teater. Penonton dibuat tertawa oleh adegan lucu yang
disajikan dan ikut berkeluh ketika berganti adegan yang cukup tak menyenangkan.
Mereka terbawa arus drama.
Tampak Minho dan
Kibum duduk berdampingan di kursi penonton. Jaejin ada bersama Jinki dan Luna
yang juga ikut menonton pertunjukan. Junki dan Victoria menonton dari sisi
kanan panggung.
Jantung Taemin
berdetub kencang ketika ia berada dekat di depan Minhee yang diam berakting
menjadi patung. Adegan ini adalah adengan tersulit selama latihan. Ia harus
melakukannya dengan sempurna agar terlihat nyata seolah ia benar-benar mencium
bibir Minhee. Ragu-ragu ia menyentuh wajah Minhee dengan tangan kanannya dan
tangan kirinya mendarat di pundak kanan Minhee. Taemin menundukan kepala dan
menjatuhkan bibirnya di atas bibir Minhee.
Minhee pun dibuat
terkejut karena Taemin benar-benar menciumnya. Namun ia tak boleh menunjukan
kegugupan itu. Saat Taemin berdiri membelakanginya, Minhee berjalan mendekat
dan memeluk pemuda itu dari belakang sebagai rangkaian adegan yang harus mereka
sajikan.
Penonton
bersorak. Histeris. "Lihat! Mereka seperti benar-benar berciuman. Dan
sekarang mereka berpelukan!" komentar seorang gadis yang duduk tepat di
samping kanan Kibum. "Beruntung sekali pemuda itu bisa memeluk Red
Princess," komentar lain terucap dari pemuda yang duduk di belakang Minho.
"Tahun depan aku akan bergabung dengan klub teater. Aku harus di terima di
sekolah ini," komentar pemuda lainnya membuat Kibum dan Minho sama-sama
tersenyum.
Victoria bertepuk
tangan antusias ketika pertunjukan selesai. Ia mengusap air mata yang meluncur
cepat menuruni pipinya. Junki terut bertepuk tangan dengan senyum puas menatap
panggung.
Para pelakon
drama saling bergandegan di atas panggung kemudian membungkukan badan di
hadapan penonton yang segera mendapat sambutan tepuk tangan meriah.
***
"Itu lebih
meriah dari yang aku dapatkan. Ah, aku menyesal memberikan peran itu pada
Minhee. Tapi belum tentu aku bisa berlakon sebaik itu. Hari ini aku benar-benar
bahagia," tutup Krystal penuh semangat mengungkap perasaannya usai
pertunjukan.
"Blue Pearl sangat apik memerankan tokoh Sang Waktu.
Bagaimana suaramu bisa mirip seperti suara nenek-nenek?" komentar salah
satu siswi anggota klub.
"Ah, terima kasih." Krystal tersipu.
"Aku senang juga karena banyak yang meminta foto bersama usai pertunjukan.
Aku merasa ikut terkenal," salah satu siswa anggota klub berseri-seri.
"Kau memang terkenal sekarang. Berbanggalah akan hal itu," Krsytal
menimpali bermaksud membersarkan hati teman seperjuangannya.
"Ini karena
kalian. Lihat! Kita banyak mendapat karangan bunga, kue dan permen dukungan dari
fans kalian," Amber ikut bicara.
"Kebanyakan dari fans Red Princess.
Sepertinya penampilannya di depan layar benar-benar di tunggu ya," satu
siswi anggota klub menimpali.
Semua menatap ke
arah Taemin ketika pemuda itu tiba di basecamp dan turut duduk bergabung di
atas lantai.
"Ya, White
Prince, di mana Minhee?" tanya Krystal.
"Em?? Bukankah ia bersama
kalian?" Taemin balik bertanya.
"Dia yang terakhir tinggal di samping
panggung bersamamu kan?" Amber balik bertanya pada Taemin.
"Sudah tak
ada anggota klub di sana, makanya aku kemari. Akan aku cari dia," Taemin
bangkit dari duduknya.
Bersamaan dengan itu Minhee memasuki basecamp bersama
Victoria dan Junki.
"Ah, itu dia," Krystal menghela napas lega.
"Anak-anak! Aku punya berita bagus!" Victoria dengan wajah berseri.
Taemin kembali duduk di atas lantai bersama anggota klub teater menaruh
perhatian penuh. Sejenak ia mengalihkan pandangan menatap Minhee yang berdiri
di samping Junki. Gadis itu acuh.
"Pertunjukan hari ini sukses besar. Aku
senang sekali. Terima kasih atas kerja keras kalian," Victoria
membungkukan badan. "Aku berniat menggelar pesta khusus untuk kita dan
para penggemar kalian yang beruntung."
"Pesta??" sela Amber.
"Iya. Ini keinginanku sejak lama." Victoria membenarkan.
"Dengan
para penggemar kami??"
"Begini Amber," Victoria mendekat lalu
duduk di atas lantai bergabung dengan anggota klub yang lain, "ada banyak
penggemar klub teater setelah Blue Pearl dan Red Princess bergabung. Aduh maaf,
efek dari pertunjukan hari ini aku jadi merasa sangat tenar. Kalian tahu, saat
kalian meninggalkan panggung, ada banyak murid yang bertanya apa kita tak
membuka pendaftaran anggota baru di klub."
"Itu karena ada dia!"
Krystal menuding Taemin.
"Pokoknya kalian semua membuatku berbunga-bunga hari
ini. Dan aku tak akan sanggup jika hanya sendirian dan harus mengasuh banyak
anak di klub ini. Lalu keinginan lamaku muncul, membuat pesta setelah
pertunjukan sukses digelar. Nah, aku ingin meminta persetujuan kalian untuk
itu. Bagaimana?"
"Maaf, aku tidak bisa mencernanya. Penggemar
kita?" Amber memiringkan kepala dengan menunjukan ekspresi tak paham.
"Akan disediakan beberapa undangan khusus bagi non anggota yang berniat
menghadiri pesta," Minhee memberi penjelasan. "Tapi khusus murid
sekolah ini saja."
"Oh, begitu." Amber mengangguk-anggukan
kepala.
"Lalu jenis pesta seperti apa yang ingin Eonni gelar?" tanya
Krystal.
"Pesta kostum atau pesta topeng," jawab Victoria tersenyum
lebar membuat semua anggota melongo menatapnya.
Anggota klub
teater meninggalkan basecamp dengan wajah berseri. Mereka tak perlu khawatir
lagi soal kostum apa yang akan mereka gunakan untuk datang ke pesta karena
Minhee telah memberi mereka kesempatan gratis untuk memilih kostum di tempat
persewaan miliknya.
Taemin tersenyum
melihat bagaimana ekspresi teman-temannya ketika meninggalkan basecamp.
"Kau bisa
tahan kan? Sampai pesta usai?" tanya Amber.
"Victoria Nuna membuatnya
untuk kita, jika aku pergi itu akan melukainya," Taemin meyakinkan bahwa
ia kan tinggal di klub teater sampai pesta selesai digelar.
"Baguslah.
Terima kasih," Amber menepuk bahu Taemin lalu pergi.
Minhee dan
Krystal keluar bersama. Minhee menunduk dan tersenyum pada Taemin sedang
Krystal bersikap acuh. Keduanya berjalan meninggalkan basecamp. Victoria
muncul, berlari kecil mengejar Krsytal dan Minhee. Rupanya ia tak menyadari
keberadaan Taemin yang berdiri di dekat pintu basecamp dan tersenyum sembari
menggeleng pelan melihat tingkahnya.
"Ini akan
jadi kesempatan terakhirmu," Junki yang terakhir keluar basecamp.
Taemin
membalikan badan. "Oh, Hyung."
"Aku melihatmu memeluknya di
belakang panggung. Semoga hanya aku."
"Aku sangat gugup dan
memeluknya membuatku tenang."
"Kau benar-benar jatuh hati
padanya?"
"Iya. Tapi aku tahu bagaimana posisi kami. Seteleh pesta
usai, semua akan kembali normal."
"Aku percaya padamu." Junki
menepuk pelan pundak Taemin sebelum pergi.
"Huft..." Taemin menghela
napas lalu menyusul langkah Junki.
***
Taemin menatap
sang Ibu dengan datar. Ia tak tahu jika ketenaran Red Princess akan membawa
berita tentang pertunjukannya di sekolah begitu cepat sampai ke telinga Nyonya
Lee.
Junki yang juga
berada di sana sudah memberi penjelasan, namun sepertinya Nyonya Lee tak puas.
Ia menuntut Taemin untuk memberi penjelasan. Terlebih tentang foto Taemin
sedang memeluk Minhee di belakang panggung.
"Aku memang
jatuh cinta pada pandangan pertama pada Choi Minhee dan aku memeluknya karena
aku merasa gugup. Itu membuatku tenang. Maafkan aku, Eomma." Taemin
menutup penjelasannya.
"Maaf??" Nyonya Lee tak puas dengan penjelasan
dan permintaan maaf Taemin.
"Setelah pesta usai, semua akan selesai.
Maafkan aku Eomma karena membuatmu kecewa."
"Hah... aku harap kau
menepati ucapanmu."
Ayah Minhee pun
telah mengetahui perihal peran yang di peroleh putrinya di teater sekolah. Ia
syok mendapati putrinya harus beradu akting dengan putra keluarga Lee yang
sudah lama bermusuhan dengannya. Ia pun mendapat foto yang sama dengan yang di
dapat Nyonya Lee. Foto Taemin dan Minhee berpelukan di belakang panggung.
"Aku
melakukannya hanya untuk menenangkannya. Appa tak perlu khawatir tentang foto
itu," Minhee berusaha menenangkan sang Ayah.
"Jika semua teman
lelakimu merasa gugup di awal pertunjukan mereka, apa kau juga akan memeluk
mereka?!"
"Jika itu bisa menenangkan mereka, tentu saja aku akan
melakukannya."
"Choi Minhee!!"
"Appa, itu pertunjukanku.
Aku yang menulis naskahnya, menulis dialognya, memilih musiknya dan aku yang
menjadi pemeran utamanya. Aku tak mau pertunjukan perdanaku kacau hanya
gara-gara lawan mainku terlalu gugup. Ayolah, Appa. Jangan bersikap
kekanak-kanakan begini."
"Jika begini, aku pikir lebih baik kau jatuh
hati pada Kim Kibum itu daripada..."
"Sudah, Appa." potong
Minhee. "Aku lelah sekali hari ini. Dan aku sangat rindu pada Eonni. Aku
akan menenangkan diri di kamarnya," Minhee bangkit dari duduknya.
"Maafkan aku, Appa..." bisiknya ketika melewati Tuan Choi.
Minhee sampai di
kamar mendiang sang kakak. Ia menjatuhkan tubuh lelahnya di atas kasur, diam
menatap langit-langit kamar. Ponselnya berdering tanda pesan masuk dalam Kakao
Talk. Ia meraihnya dengan malas dan membukanya.
"Gorgeous!
Both of you look like a real prince and princess! I love it much!" Tulis
Krystal menyertai foto yang ia kirim.
Minhee tersenyum
getir melihat foto dirinya bersama Taemin yang baru saja dikirim Krystal. Senyum
Taemin yang tulus terlihat begitu manis di mata Minhee. Ia terlihat semakin
tampan dengan senyum di wajahnya. Minhee melemparkan ponselnya dan
menenggelamkan wajah ke dalam bantal.
------- TBC
--------
.shytUrtle.
Sempet bingung mau kasih judul
apa, akhirnya ya itu sajalah. Sebenernya mau bikin tulisan tentang itu ganti
kelas BPJS, tapi urusan saya sendiri belum 100% beres, jadi ditunda saja. Oke?
Oke ajalah. Hehehe.
Cewek... perempuan... wanita.
The most amazing creature dengan segala tetek bengeknya. Haduh bahasaku apalah.
Kali ini saya mau sharing
tentang pengalaman yang baru saja kemaren terjadi. Semoga bermanfaat bagi yang
membaca. Aamiin...
Catatan kali ini khususon cewek
ya. Soalnya membahas masalah kandungan. Oke, mari kita mulai.
Jadi kemaren itu akirnya pergi
ke Dokter Kandungan juga setelah sempat tertunda selama dua bulan. Rencananya
emang Oktober tapi tunda lagi sampai November. Eh November tunda lagi sampai
Desember ini.
Kalo kebanyakan orang tutup
tahun buat seneng-seneng eh saya malah buat berobat. Kebetulan dari tahun
kemaren begitu. Subhanallah... disitu seninya. Saya selalu diberi jalan berbeda
untuk menikmati suatu momen. Tuhan Maha Asik.
Kenapa pergi ke Ginekolog aka
Dokter Kandungan sedang saya masih gadis? Ini pertanyaan kuno yah. Emang harus
nikah dulu buat periksa ke Dokter Kandungan? Ya ampun... plis. Cewek ada
masalah kandungan nggak harus nunggu habis nikah dulu kali. Waktu Ibu operasi
miom dua tahun yang lalu tetangga kamarnya adalah gadis 17 tahun yang kena
kista dan harus operasi. Iya GADIS. Nah lho, masalah kandungan itu beragam.
Jadi jangan takut buat periksa ke Dokter Kandungan misal Anda memang punya
keluhan. Jangan karena masih gadis, masih perawan jadi takut. Kan sekarang
Ginekolog juga banyak yang cewek tuh. Tinggal milih aja.
Hampir dua tahun terakhir tiap
kali datang bulan, di hari pertama selalu tepar. Tidak bisa beraktifitas karena
sakitnya yang luar biasa. Hanya bisa melungker di dalam kamar. Sebenernya
ngrasain nyeri haid udah dari zaman SMA, tapi masih normal. Walau nyeri masih
bisa beraktifitas. Kalo pas parah kasih Antalgin mah beres. Ilang sakitnya.
Tapi dua tahun terakhir itu udah nggak bisa ngapa-ngapain di hari pertama mens.
Setahun terakhir malah kalo mens hari pertama disertai (maaf) diare dan pusing
berat. Kalo menurut artikel yang saya baca sih wajar. Katanya begitu. Tapi ada
was-was juga sampai akhirnya berpikir, saya butuh ke Dokter Kandungan. Walau
tertunda-tunda.
Desember ini datang bulan
seperti biasa maju dua hari. Kebetulan pas dateng bulan itu pas barengan flu
berat. Ditambah sensasi GERD yang masih suka muncul, jadilah tumpuk-tumpuk
sensasinya. Dan sejak kena GERD, sebisa mungkin saya emang nggak mengkonsumsi
obat pereda rasa sakit dan lebih memilih terapi herbal (kunyit+jahe+pala+adas
bintang+madu) buat mertedakan nyerinya. Tapi tiga bulan terakhir herbal tea
udah nggak bisa menetralisir sakitnya hingga saya harus nelen Spasmal di hari
pertama haid buat meredakan sakitnya.
Masih berusaha menghalau sakit
dengan herbal tea. Setelah minum herbal tea saya terlelap. Itu efek dari obat
flu dan batuknya. Bangun tidur perut terasa kruwel-kruwel. Masih mikir santai,
biasalah kalo hari pertama mens emang suka ada diare. Karena mendekati jam
minum obat flu dan batuk yang kedua, saya milih makan siang dulu. Di
tengah-tengah makan tiba-tiba terasa mual. Masih tahan. Suapan pertama berhasil
masuk ke perut. Suapan kedua mual makin menjadi hingga membuat saya lari ke
kamar mandi untuk memuntahkan makanan dalam mulut saya. Bertahan di kamar mandi
tapi nggak bisa muntah. Tiba-tiba bumi kaya berputar. Ya ALLOH... saya takut
pingsan di kamar mandi lagi kayak dulu. Saya pun manggil Ibu dan dibantu
kembali ke kamar. Di kamar muntah-muntah hebat. Ibu sampai ketakutan dan saya
mau dibawa ke UGD.
"Ndak papa, Buk. Biarkan
saya muntah. Ini pengaruh mens saya. Sudah Ibu jangan panik," pinta saya
disela acara howak-howek karena muntah. Ibu pun pasrah dan terus memijat
tengkuk saya. Satu sendok nasi yang sebelumnya berhasil masuk perur terkuras
keluar. Semuanya. Tapi lega karena rasa mual itu berkurang.
Sepuluh menit kemudian rasa
mules diperut kembali datang. Ya ampun... ini serangan diare. Setelah yakin
bisa menjaga keseimbangan, balik lagi ke kamar mandi dan terjadlah pengurasan
di dalam sana. Alhamdulillah bisa menjaga keseimbangan sampai proses pengurasan
selesai. Sesudahnya saya balik ke kamar dan langsung nelen Spasmal. Bismillah
niat golek tombo. Setengah jam kemudian rasa sakit itu hilang dan bisa makan
lagi tanpa mual lalu lanjut minum obat flu dan batuk.
Kemaren memutuskan periksa ke
Dokter Kandungan. Memilih Klinik Bunga Melati Malang barengan sama Ibu yang
periksa ke poli jantung. Berangkat pagi dan alhamdulillah dapet nomer antrian
#1. Tapi Dokter baru dateng jam sembilan. Menunggu selama dua setengah jam
cukup membuat pantat panas sodara. Hehehe.
Selama duduk menunggu, ngobrol
sama dua ibu-ibu yang keduanya pasien jantung.
Ibu pertama menyapa saya dan
bertanya saya mau berobat ke poli apa. Saya jawab kalo saya mau ke poli
kandungan. Kontan beliau bertanya, "Sudah berapa bulan?" Doeng. Saya
senyum sambil jelasin kalo saya ndak hamil dan memberitahu keluhan saya. Ibu
tersebut langsung cerita kalo dulu beliau juga punya keluhan sama. Setelah
periksa, barulah diketahui kalo salah satu rahim Ibu tersebut buntu. Tapi
setelah Ibu tersebut menikah dan punya anak, keluhan nyeri berlebihan sewaktu
haid pun hilang.
Nenek dari Ibu saya emang pernah
melarang saya periksa ke Dokter Kandungan dan mengatakan nanti kalo saya nikah
trus punya anak rasa sakit itu bakal ilang. Pernah denger beberapa kasus
seperti itu emang ada dan mikir, apa saya termasuk yang itu? Tapi daripada menduga-duga
saya pun memilih ke Dokter saja biar tahu pastinya. Alhamdulillah kemaren Nenek
melepas saya dengan doa dan senyuman tulus.
Ibu pertama meyakinkan saya
bahwa semua baik-baik saja dan saya tidak perlu takut. Subhanallah... dapet
support dari orang asing. Indah sekali rasanya...
Ibu pertama pamit untuk mencari
sarapan lalu tempat duduk beliau digantikan oleh Ibu kedua. Ibu kedua langsung
ngajak ngobrol, nanya saya mau ke poli apa. Pas saya jawab poli kandungan,
beliau nanya saya ada keluhan apa. Setelah dengar keluhan saya beliau pun mulai
bercerita tentang anak sulungnya.
Menurut Ibu kedua, anak sulung
beliau juga punya keluhan kayak saya kalo pas lagi haid. Pas diperiksain
ternyata ada kista di rahimnya. P Menurut beliau penyebabnya adalah ketika mens
si anak suka minum es. Akhirnya kistanya di angkat di RS Hermina Jakarta.
Setelah kista diangkat, anak sulung Ibu kedua tersebut mulai merencanakan
program hamil. Sayangnya takdir berkata lain. Si sulung dan suaminya mengalami
kecelakaan dan meninggal.
Hati rasanya kayak ditonjok pas
denger akhir dari cerita itu. Apalagi Ibu kedua langsung berkaca-kaca. Saya
cuman bisa diem, memandangi Ibu kedua, menunggu beliau kembali bicara.
Selanjutnya beliau mengambill
obat tetes mata dari dalam tasnya dan meminta saya membacakan aturan pakainya.
Obrolan kami pun beralih ke bahasan pekerjaan bahkan sampai ke Gunung Bromo.
Sayangnya saya tak duduk lama bersama Ibu kedua karena melihat bangku yang
diduduki Ibu saya kosong, saya pun pamit pergi dan memilih menemani Ibu saya.
Jam setengah sembilan saya
buru-buru ke toilet. Dulu pas Ibu mau USG disuruh minum air putih 5 gelas, saya
khawatir bakal digituin juga. Jadi mending pipis dulu daripada ntar diisi air
trus diteken-teken pas USG kan bahaya xD
Sampai jam setengah sepuluh
Dokter belum juga dateng. Makin nervous. Beberapa menit kemudian nama saya
dipanggil. Dengan deg-degan masuk ke ruang periksa. Disambut ramah sama Dokter
Soebandi. Tanpa perkenalan. Biasanya kalo ke dokter kan kenalan dulu, ini
tidak. Saya pun langsung meluapkan keluhan yang saya alami.
Pertanyaan klisenya udah pasti,
"Sudah nikah apa belum?" Saya jawab belum. Pertanyaan berikutnya,
"Usia berapa?" Pas saya jawab, Dokternya kaget dan mengulangi
pertanyaan tentang usia. Kenapa selalu begitu ya? Orang nggak percaya sama usia
saya yang sebenarnya dan selalu dikira beberapa tahun lebih muda dari usia
saya. Amazing. Kekeke.
Curhat dan tanya jawab kelar,
saya disuruh baringan. Ampun saya makin deg-degan. Perut diolesi gel sama Mbak
Perawat dan langsung USG. Iya, langsung USG tanpa harus minum air putih lima
gelas. Alhamdulillah.
Tuhan... ternyata USG itu sakit.
Sakit pas diteken-tekennya itu. Sisa nyerinya masih terasa sampai sekarang.
"Ini dia masalahnya yang
bikin sakit!" seru Dokter Soebandi pas nemuin masalah di rahim saya.
Kemudian beliau mengucapkan bahasa medis dari penyakit saya.
"Jadi begini, darah mens
yang seharusnya keluar semuanya ini tidak bisa keluar semua. Ada yang kembali
ke jaringan otot rahim dan mengendap di sana. Itu yang menyebabkan sakit setiap
kali mens."
Dokter Soebandi juga menuturkan
kalau volume kandungan saya membersar. Yang seharusnya 5 koma berapa inci sudah
membesar jadi 6 koma berapa inci gitu. Beliau juga menuturkan untung saya
cepet-cepet periksa, kalo terlambat harus operasi. Subhanallah...
"Njenengan ada rencana
menikah kapan?"
"Eung? Eumm belum ada Dokter," sambil
senyum-senyum malu.
"Oh ya sudah kalau begitu. Soalnya begini, selama
Njenengan dalam penyembuhan ini, Njenengan bakal ndak subur. Kalau ada rencana
menikah dalam waktu dekat ini nanti kasihan kalau pengen cepet-cepet punya anak
kan tidak bisa. Syukurlah kalau belum ada rencana menikah jadi kita sembuhin
dulu sakitnya ya."
Huft... saya lega. Saya manut
dah. Pengobatan selama enam bulan, it's ok lah.
Berikutnya Dokter Soebandi
menjelaskan kalau obat dari poli kandungan itu tidak ditanggung BPJS jadi harus
beli sendiri. Saya manut saja sambil membatin, pasti obatnya mahal. Kekeke.
Setelah dikasih resep, saya disuruh balik periksa kalau pas lagi mens. Trus
kalo obatnya ndak ada di apotek klinik, saya disuruh beli ke apotek Sejati.
Yes, Sir! Saya pun berterima kasih dan pamit.
Setelah menyelesaikan
administrasi, saya nyusul Ibu yang lagi ngantri ngambil obat di apotek.
Resep
saya langsung dibawa maju sama Ibu, ditanyain ada apa nggak obatnya. Ternyata
nggak ada. Yasudah, kita memang harus ke Apotek Sejati.
Nyampek apotek ngantri lagi.
Lagi-lagi saya ingatkan, kalau Anda nebus obat ke apotek jangan bawa duit
ngepres alias ngepas karena harga obat itu sungguh tidak dapat diprediksi. Atau
baiknya nyari info harga obat dahulu sebelum beli. Hehehe.
Denger harga obat yang
disebutkan bikin saya merinding. Suer mahal-mahal. Nah punya saya berapa?
Tibalah nama saya dipanggil dan
disebutkan nominal harga obatnya. Oh my God! Mahal sekali. Saya sampai nanya
dua kali ke Mbak-nya. Oh my! Saya nggak salah dengar ternyata. Habis bayar
duduk lagi nunggu obatnya. Ya Tuhan... obatnya mahal sekali. Dan saya harus
membelinya sampai bulan Juni. Uang! Saya butuh uang! Ah, sudahlah. Pasrah. Ndak
mungkin Tuhan kasih ujian saa di luar kemampuan saya. Pasti ada jalan!
Oh, obat semahal itu pasti
langsung untuk enam bulan. Masa iya? Nggak mungkin.
Di tengah perdebatan di dalam
otak say sendiri, nama saya kembali dipanggil. Saya nerima obatnya dan langsung
saya cek isinya. 2 X 14. Oh ternyata hanya untuk duapuluh delapan hari.
Baiklah. Saya keluar dari apotek dan pulang dengan lesu.
Sepanjang jalan mikir, bisa
nggak tiap bulan saya beli obat ini sampai lima bulan ke depan? Pasti bisa.
Puasa dulu. Nggak beli buku. Nggak jajan. Nggak usah beli yakult dulu #eh
Aaaaaaa... stres! Tidak. Tidak... saya nggak boleh stres. Ingat! Lambung juga
harus dijaga. Karena pulang dengan beban pikiran itu, kepala saya pun pusing.
Ampun Mak... Sampai rumah langsung tidur.
Sore harinya cek rujukan.
berusaha keras membaca tulisan dokter dan menuliskannya dalam kolom pencarian
Google. Hasil pencarian di arahkan pada Adenomyosis. Berikut penjelesannya:
suryo-wibowo.blogspot.co.id/2006/05/adenomyosis.html?m=1
Ternyata Ibu Teman saya juga
pernah mengalami kasus sepertu saya. Bahkan sampai operasi. Dan walau udah
operasi, tetep harus pengobatan selama enam bulan malag lewat jalan injeksi
bukan oral. Ya Tuhan... saya merasa masih beruntung karena tahu penyakit ini
sejak dini. Sekarang sabar dan berusaha. Setiap penyakit pasti ada obatnya. Dan
Tuhan nggak akan menguji kita di luar kemampuan kita.
Kalau ada keluhan jangan takut
buat periksa ke Dokter. Mendeteksi lebih dini itu lebih baik. Semoga
bermanfaat. Semoga kita semua selalu dilimpahi kesabaran, keikhlasan dan
kesehatan. Aamiin...
tempurung kUra-kUra, 30 Desember
2015.
.shytUrtle.