Rue dan Hongjoon duduk berdampingan
di teras rooftop. Rue menggelar tikar
di teras untuk duduk menikmati indahnya langit malam yang dihiasi taburan
bintang.
“Selamat ya. Noona terpilih menjadi ketua Dewan Senior lagi. Kak Kevin masih
jadi wakil?” Hongjoon memulai obrolan.
“Mm.” Rue tersenyum tanpa
mengalihkan pandangannya.
“Noona,
ada yang ingin aku katakan padamu. Aku tidak tahu sampai kapan aku akan seperti
ini. Jadi, aku pikir baiknya aku katakan sekarang.”
Rue menurunkan pandangan dan menatap
Hongjoon.
“Boleh ya?”
“Silahkan.”
Hongjoon tersenyum lebar. “Sekitar
lima tahun yang lalu, Noona menolong
seorang anak kecil yang ketakutan di taman. Ia sendirian di taman dan
ketakutan. Noona menghampirinya dan
mengulurkan tangan, berjanji akan melindungi anak itu dalam gelapnya malam
karena listrik padam.”
Rue memiringkan kepala.
Mengingat-ingat apakah peristiwa itu benar pernah ia alami. “Aku tidak bisa
mengingatnya dengan jelas, tapi sepertinya pernah. Ia duduk di bawah tiang
lampu taman.”
“Benar sekali!”
Rue menatap Hongjoon dengan ekspresi
bingung.
“Anak laki-laki itu adalah aku.”
“Eh? Masa?”
Hongjoon mengangguk antusias. “Saat
jurit malam, peristiwa itu terulang dan lagi-lagi Noona yang datang menyelamatkanku.”
“Wah. Kebetulan yang unik ya.”
“Iya. Aku rasa itu adalah takdir.
Kenapa aku jatuh di tempat Noona pun
adalah takdir. Aku sangat berterima kasih atas semua kebaikan Noona padaku. Maaf aku belum bisa
membalasnya. Saat aku kembali ke ragaku, aku akan membalas semua kebaikan Noona.”
Rue tersenyum. “Santai saja.
Katanya, orang koma jarang mengingat apa yang ia alami saat koma. Semoga aja
kamu nggak lupa sama janjimu.”
“Aku akan selalu mengingatnya.
Karena aku menyimpannya dalam hati dan pikiranku.”
Rue tersenyum, menggelengakan
kepala, dan kembali menatap langit.
Hongjoon tersenyum sambil menatap
Rue. Kemudian, ia pun turut menatap langit.
0 comments