[BTS] Novel "Cintaku Bersemi di Kios Bensin"

04:54



[BTS] Novel "Cintaku Bersemi di Kios Bensin"




Alhamdulillah... Akhirnya anak keenamku lahir juga. Namanya, Cintaku Bersemi di Kios Bensin. Dia adalah anak kedua yang lahir di tahun 2016. Awal tahun AWAKE - It's Sarang Clover Creepy Story—yang berdasarkan kisah nyata—lahir. Dan di penghujung tahun, alhamdulillah lahir satu karya lagi dengan judul Cintaku Bersemi di Kios Bensin.

Masih ingat dengan kepanjangan BTS ala Kurayui kan? Lupa ya? Baiklah. Aku ingatkan. BTS ala Kurayui adalah Behind The Story. Bukan Behind The Scene. Apalagi Bangtan Boys. Hahaha. Ngglambyar!

Kali ini aku akan menulis tentang cerita dibalik proses kelahiran anak keenamku, novel Cintaku Bersemi di Kios Bensin (CBKB).

Ok! Are you ready, shi-gUi? Welcome to my curious way!


Selasa, 05 Juli 2016.
Sore itu, bersama mbakku tersayang aku pergi ke Kebonsari untuk membeli kembang pesanan Nenek. Tugas negara yang rutin aku dapat dari Nenek. Biasanya aku pergi sendirian. Tapi, di hari terakhir di bulan Ramadhan itu aku ditemani mbakku.

Tidak ada yang berbeda dari perjalanan sore itu. Berangkat lewat Mbah Mangun. Pulang lewat Kebonsari. Sampai kami berhenti di bengkel di timur Tugu Pahlawan. Bengkel kecil, tempatku biasa beli bensin eceran atau nambah angin ban Jagiya (motor). Tujuan kami adalah untuk membeli bensin. SPBU ramainya minta ampun. Aku males ngantri. Jadi, beli eceran saja di bengkel langganan.

Menghindari antrian di SPBU, ternyata di bengkel juga lumayan ngantri ketika aku sampai. Ada dua motor trail terparkir di teras bengkel. Lalu ada dua motor bebek terparkir di pinggir jalan dekat bengkel. Sedang aku dan Jagiya, ada di sebelah barat bengkel. Ikut mengantri.

Mas yang punya bengkel—yang belakangan baru aku tahu namanya Mas Eko—sedang sibuk sama salah satu motor trail yang terparkir. Entah sedang melakukan apa. Kayaknya sih lagi uthek-uthek ban motornya. Aku cuman merhatiin sekilas aja. Mbakku berdiri di dekat bengkel. Tepatnya dekat di sebelah barat bengkel. Sedang aku, berdiri melipat tangan di samping Jagiya. Tanpa melepas helm di kepalaku. Nggak papalah ngantri di bengkel. Daripada ngantri di SPBU yang aje gile panjangnya.

Pas lagi asik berdiri sendakep di samping Jagiya sambil merhatiin Mas Eko yang sibuk dengan salah satu motor trail—ngarepnya sih masnya liat aku, trus aku dilayani dulu, karena aku cuman beli bensin dan aku seorang cewek (?). Tiba-tiba aku menoleh ke arah timur dan menemukan seorang pemuda yang mengenakan kostum offroader—kostum khas anak trail—lagi jalan ke arah barat sambil senyam-senyum. Kami sempat bertemu pandang. Dan aku membatin, "Itu orang kenapa senyam-senyum gitu?" Lalu segera mengalihkan pandangan menatap area Taman Makam Pahlawan. You know lah. Aku paling nggak bisa kontak mata lama-lama sama orang lain. Terlebih sama cowok. Rasa minderku bisa muncul berlipat ganda kalau harus beradu pandang sama orang—terutama orang asing.

Pas lagi alihin fokus ke Taman Makam Pahlawan dan jalan raya yang ramai. Aku mendengar suara pria bertanya, "Bensin a, Bu?"
Lalu mbakku menjawab, "Enggeh."
Pastilah aku langsung noleh. Dan, "Loh?! Kok dia?" Pandanganku menemukan pemuda yang tadi jalan dari arah timur sambil senyam-senyum itu udah bawa sebotol bensin sama corong.
"Bensinnya dua liter." aku meralat. Pemuda itu langsung balik, ngambil satu botol bensin lagi. Lalu berjalan ke arahku.

Aku membuka tutup tangki dan mempersilahkan pemuda itu mengisi tangki Jagiya. Dia berdiri menghadap selatan. Aku berdiri menghadap timur. Menatap, memperhatikan pemuda trail yang sedang mengisi tangki Jagiya. Saat ia mengisi tangki Jagiya, ia terus tersenyum. Eum, mesem. Aku terus memperhatikan dia. Dia beberapa senti lebih tinggi dari aku. Body-nya... kurus? Ideal lah. Dan, mungkin ini bagian konyolnya. Dia nggak bau (>_<")

Ok! Abaikan bagian itu. Tapi, ya itu faktanya. Dia memang tidak bau badan. Ah! Abaikan saja!

Dia selesai dengan botol pertama. Aku ingin membantu; membawakan botol kosongnya. Tapi, dia meletakkan botol itu di atas tangki. Lalu membuka botol kedua. Aku kembali memperhatikan dia lagi. Ada kacamata bertengger di telinganya. Tapi, kacamata itu diletakkan di belakang kepalanya. Ok! Style apa itu? (Belakangan kata Cha itu kayak style V BTS) Kok nyleneh gitu sih?

Dua botol selesai. Aku pun berterima kasih sambil membungkukkan badan. Pemuda itu sampai hampir ikut membungkuk saat menjawab ucapan terima kasihku.

Oya, waktu pemuda itu berjalan mendekat. Mbak sempet tanya harga bensinya. Trus dia nanya ke mas yang punya bengkel, "Piro, Cak?"

Pemuda itu balik ke bengkel. Aku nutup tangki bensin lalu ngajak mbakku pulang. "U! Liat itu! Sandal lucu-lucu!" kata mbakku.
"Udah! Jangan laper mata! Ayo pulang!" aku mengajak mbakku lekas pergi dari bengkel. Udah sore juga. Khawatir kemaghriban di jalan.

Nothing happen! Setelah buka puasa. Sehabis Isya'. Sambil dengerin takbiran aku mencuit tentang kejadian di bengkel sore tadi.

Tadi males ke SPBU, terus beli eceran bensin, eh mas-mas yang layani pembeli ganteng. Oriental dan tinggi. Aiya!!!


Dia... matanya sipit. Ya, aku sebut oriental. Ganteng? Iya. Entah kenapa pas liat senyumnya aku jadi keinget Jason aka Hanbyul. Nggak tahu kenapa. Mungkin karena Hanbyul juga selalu tersenyum kayak gitu? Ya, mungkin.


Dari kejadian itu lah muncul ide membuat tulisan. Waktu itu aku lagi getolnya nulis di Storial. Melihat jumlah pembaca yang semakin hari semakin meningkat, aku jadi semangat nulis. Ide udah tersusun rapi di otak cancerku. Rencana awal emang bikin tulisan itu buat di posting di Storial. Dan emang nggak mau bikin serial yang panjang. Pengennya sepuluh part aja kayak seri Mate.

Udah niat juga mau bikin ceritanya yang Malang banget. Setting dibikin kayak kejadian nyata yang menginspirasi munculnya ide cerita itu. Trus, pengen juga mengangkat keindahan alam di sekitar tempat tinggalku. Deal! Next step, cari nama. Nentuin tokoh-tokoh dalam cerita.

Ceritanya berkisah tentang cewek Kpopers yang rada nggak suka sama anak trail yang nggak sengaja dipertemukan dengan anak trail. Aku nggak pernah nulis yang kayak gini sejak aktif di dunia fan fiction. Tapi, apa salahnya dicoba. Ya, kan?

Akhirnya ketemulah dengan nama-nama di bawah ini yang langsung bikin aku jatuh hati usai membacanya. Aku pun memilih nama-nama itu sebagai nama tokoh dalam novelku.

. Sadara Tertia yang memiliki arti perempuan (anak) ketiga yang terhormat. Nama untuk tokoh utama cewek. Nickname-nya Tia.
. Saktika Azalia Wijayanti (Perempuan dengan kekuasaan spiritual yang sangat unggul dan dilindungi). Nama kakak Tia yang akrab dipanggil Aza.
. Abraham Alexi Pratama (Putra pertama yang bisa menjadi bapak buat banyak orang, menjadi pembela dan pelindung bagi semua orang). Tokoh utama pria. Nickname-nya Lexi. Dia juga dipanggil Chiko yang tak lain singkatan dari Cino Koplak. Ini terinspirasi dari mbakku. Dia dulu pernah punya temen, anak Cina dan nama panggilannya Chiko. Jadilah aku panggil Lexi dengan Chiko juga. Hehehe.
. Joko Prama Prayitna (Laki-laki yang waspada dan berjiwa muda serta memiliki keunggulan). Awalnya nama ini untuk nama lengkap Prama. Tapi, kemudian dalam cerita aku tulis nama Prama hanya Prama. Sedang Joko adalah nama untuk pemilik bengkel.

Selain nama-nama itu, aku sengaja meminjam nama-nama teman Kpopers-ku untuk menjadi cast. Otakku masih men-setting naskah yang aku tulis adalah naskah fan fiction. Jadi, aku pilih nama Nao, Hilda, Tadya, Vie, dan Debrina Eonni sebagai tokoh pendamping.

Detail susunan cerita udah tertata rapi dalam otak cancerku. Nama tokoh juga sudah terkumpul. Lalu, dikasih judul apa? Masih sering kesulitan nentuin judul. Saat asik manyun, tiba-tiba terlintas kalimat Cintaku Bersemi di Kios Bensin. Cintaku Bersemi di Kios Bensin?? Bagus nggak sih? Ah, tulis aja. Nanti bisa polling. Akhirnya mulai menulis.

This is amazing. Yap! Ajaib. Aku menyelesaikan naskah CBKB hanya dalam waktu sepuluh hari. Wow! Bisa nyamain rekor Dijah Yellow yang kelarin novel perdana dia hanya dalam waktu sepuluh hari ya. Hehehe. But, ya! Itu kenyataan. Tulisanku kelar dalam waktu sepuluh hari. Satu hari satu bab. Amazing! Itu pertama kalinya sepanjang karir menulis. Bisa menyelesaikan naskah dalam waktu sepuluh hari.

 Setelah naskahnya kelar. Kok rasanya eman ya kalau mau di publish di Storial dan blog. Rawan pembajakan. Dan, aku pikir kisah dalam CBKB itu sweet banget. Sayang kan kalau dibajak trus diakuin jadi karya orang lain. Udah pernah ngrasain dibajak. Itu sakit banget. Tapi, I can't do nothing kecuali hapus postingan ff-ku di FB dan blog. Hiks!

Gimana kalau dibukuin aja? Kan kalau dibukuin nanti bisa dikasih ke mas-mas trail rider itu sebagai ucapan terima kasih karena kehadiran dia udah menginspirasiku. Ide brilian kan?

Lupa awalnya gimana. Trus aku konsultasi ke Kak Riskaninda. Kak Riska dukung aku buat terbitin kisah itu dalam bentuk buku. Bahkan, Kak Riska mau membantu dengan menjadi editor dan eksekutor naskah mentah CBKB. Kak Riska juga setuju sama judulnya. Udah bagus dan menjual katanya.

Ok! Ayo, maju! Naskah siap dieksekusi sama Kak Riska. Aku menghubungi Prime Eonni untuk urusan desain cover. Di tengah proses, nemu postingan Penerbit LovRinz yang lagi nyari naskah. Sembari naskah dieksekusi, aku ikutan kirim sinopsis. Siapa tahu naskahku ke pilih dan bisa terbit gratis di LovRinz. Kan lumayan. Hehehe. Dari awal niat terbitin CBKB jadi novel emang udah milih LovRinz untuk jadi patner penerbitan. Pas tahu ada seleksi naskah, langsung lamarin aja.

Selama proses editing dan eksekusi, naskah mengalami beberapa kali revisi. Naskah yang awalnya ada sepuluh bab, berkembang jadi sebelas bab setelah revisi. Bagian ending juga diperbaiki sesuai saran Kak Riska.

Naskah kelar, nunggu pengumuman dan nunggu desain cover kelar. Dan aku tak sabar! (TT.TT) Akhirnya aku menghubungi LovRinz. Menarik naskahku dan memilih menerbitkannya dengan jalan self publishing. Memilih satu paket penerbitan di Penerbit LovRinz. Naskah masuk antrian di bulan Oktober. Dan karena aku udah punya desain cover sendiri, aku pun dapat diskon. Hurray!!!

Ngomong-ngomong soal desain cover, Prime Eonni bikinin tiga desain. Setelah diadakan polling, akhirnya cover yang sekarang itulah yang terpilih. Masalah desain cover ini juga bolak-balik revisi karena terus adanya typo. Sabar ya Prime Eonni *puk-puk Dante* Hehehe. Alhamdulillah akhirnya urusan desain cover beres.

Cikal bakal cover


Tiga desain cover yang dibuatin Prime Eonni




Desain cover yang dipenuhi typo







Jujur ini novel pertama yang aku melibatkan banyak orang dalam prosesnya. Biasanya cukup aku sendiri, Prime Eonni, dan penerbit dalam penggarapannya. Tapi, untuk novel CBKB. Aku melibatkan Kak Riska sebagai editor, eksekutor, proofreader, dan endors. Lalu Nao dan Zi sebagai pembaca naskah mentah dan endors. Jadi, boleh dikatakan proses kelahiran anak keenam ini melibatkan banyak ahli walau masih melalui jalur indie. Hehehe.

Bukannya nggak serius dalam penggarapan naskah-naskah sebelumnya. Kapan aku nggak pernah nggak serius dalam ngerjain sesuatu, ya kan? Apalagi aku kan terkenal perfeksionis. Hihihi. Aku mikirnya novel ini kan nantinya mau dikasihin ke 'Lexi' ya. Jadi, harus sempurna dong. Biar nggak malu-maluin. Itu kenapa aku sampai nekat curhat ke Kak Riska dan minta bantuan dia. Aku pengen novel Cintaku Bersemi di Kios Bensin sempurna. Sempurna di mataku pasti ya. Soalnya sempurna itu relatif. Dan kesempurnaan yang sesungguhnya hanya milik ALLOH.

Alhamdulillah kerja keras itu berbuah manis. Ketika Penerbit LovRinz meng-upload foto cover beserta rincian harga dan lain-lainnya untuk keperluan open PO. Banyak teman yang daftar untuk ikut PO. Itu benar-benar kejutan hingga membuatku menangis. Bahkan, ada satu toko buku online yang ikut memesan novel CBKB. Tuhan... Subhanallah... Benar-benar tak bisa menahan air mata lagi.

Cover jadi dari penerbit. Udah ada ISBN
 

Setelah menunggu yang suer bikin deg-deg ser, juga galau. Alhamdulillah bulan Desember... tanggal berapa ya? -.-a Lupa! Novel CBKB tiba di markas Sarang Clover dengan selamat. Dan ketika aku meng-upload fotonya. Sepuluh buku cetakan pertama langsung habis terjual. Subhanallah... Alhamdulillah.

Sepuluh cetakan pertama

 


Hari ini dua belas novel CBKB tiba di markas. Tiga dari dua belas novel itu sudah dipesan. Alhamdulillah. Semoga bisa sold out lagi. Aamiin...




Dari proses kelahiran novel CBKB ini aku belajar banyak hal baru. Subhanallah... Itu semua ilmu yang benar-benar berharga buatku untuk terus berkarya di dunia menulis. Aku merasa beruntung punya kakak sekaligus pembimbing kayak Kak Riska. Jujur Kak Riska lebih killer dari Dedek. Dedek dulu killer pas benerin EYD di fanfict-ku. Kak Riska, lebih killer lagi. Tapi, aku suka. Aku jadi tambah hati-hati dan banyak belajar.

Dari Mbak Rina (pemilik Penerbit LovRinz) dan Penerbit LovRinz aku juga belajar banyak hal. Sempet kaget sama sistim kerjasama di LovRinz. Maklum ini pertama kalinya aku kerjasama sama LovRinz. Tapi, setelah dicoba dan dirasa. Enak juga pakek sistim di LovRinz. Nggak ribet. Alhamdulillah aku banyak dimudahkan sama Mbak Rina dalam prosesnya. Bener ternyata, nerbitin naskah di LovRinz itu bikin ketagihan. Hehehe.

Kalau sama Prime Eonni mah alhamdulillah selalu lancar. Ini desain kelima yang dibuat Prime Eonni buatku. Masalah yang kami temui dalam proses pembuatan desain cover novel CBKB ini hanya typo yang sempet bikin Prime Eonni pusing tujuh keliling. Hehehe.

Terima kasih buat semua pihak yang sudah terlibat dalam proses kelahiran novel Cintaku Bersemi di Kios Bensin. Tanpa kalian, aku tak akan pernah ada.

Aku pikir tahun 2016 ini aku hanya akan memiliki AWAKE. Tapi, Tuhan kembali memberiku kejutan. Aku dipertemukan dengan pemuda trail rider itu dan terinspirasi. Lalu lahirlah novel Cintaku Bersemi di Kios Bensin. Tuhan mengirim keajaiban itu lewat dia. Karenanya aku berharap, semoga aku bisa bertemu lagi dengan 'Lexi'. Aku ingin mengucapkan terima kasih dan memberikan satu novel CBKB padanya.

Karena dia, aku jadi belajar tentang dunia motor trail. Karena dia, aku jadi belajar banyak hal baru dalam dunia kepenulisan. Karena dia, aku jadi punya karya lagi sebagai hadiah untuk shi-gUi dan aku sendiri di anniversary-ku yang ketujuh. I have to say thank you very much to him. I wish I could meet him again. One day...

Novel CBKB ini sempat diolok. Apa ada yang mau beli kalau novel ini terbit? Alhamdulillah... lagi-lagi Tuhan memberikan keajaiban-Nya padaku. Sepuluh cetakan pertama habis terjual. Subhanallah. Bahkan yang mengolok dibuat terkesima setelah membaca novelnya. Intinya novel CBKB ini banyak bikin aku nangis karena rasa manis, asam, asin yang aku rasain selama prosesnya. Hehehe. Novel ini mengajarkan aku banyak hal.




Well, kira-kira begitulah proses kelahiran novel Cintaku Bersemi di Kios Bensin. Tentang lain-lainnya, nanti dibahas di catatan baru aja ya. Maaf jika ada salah kata. Terima kasih.

Tempurung kura-kura, 27 Desember 2016.
.shytUrtle.


You Might Also Like

2 comments

  1. Emejing..
    Kalau ada rezeki ins'allah Saya beli ah. Tapi pengen yg ada tandatangan penulisnya. Bisa?

    ReplyDelete

Search This Blog

Total Pageviews