My Curious Way: Touring #161113 - Mencari Lokasi Lembah Tumpang Resort dan Berakhir di "Selamat Datang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru"
04:25
My Curious Way: Touring #161113
- Mencari Lokasi Lembah Tumpang Resort dan Berakhir di "Selamat Datang
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru"
Gomawo Appa!!! Today trip is really amazing!!! I have so much fun. Thank you very much!!!
A few minute ago update status gitu di Facebook. Jujur itu. Perjalanan hari ini benar-benar menyenangkan. Nggak terduga banget. Ok. Aku bakal ceritain keseruan perburuan hari ini. Let's go! Kaja!
Baru tahu ada Lembah Tumpang Resort dari tweet Puspita FM. Itu di mana ya? Ada yang pernah ke sana? Liat di hasil pencarian Google kok bagus tempatnya walau (katanya) belum 100% jadi.
Tulisku di Facebook pada 09 November 2016 lalu. Tepatnya setelah membaca tweet Puspita FM tentang kegiatan icamp yang bakal diadain di Lembah Tumpang Resort. Tahu kan sejak awal Oktober lalu daku mulai gemar touring lagi, berburu tempat wisata di daerah sekitar tempat daku tinggal. Tepatnya setelah ada yang... ehem! Ngolok ya. "Lu penulis tapi lu nggak pernah nulis tentang daerah lu ndiri. Parah! Padahal daerah lu punya banyak tempat indah. Gue malah tahu dari tulisan orang lain, bukan dari lu. Temen gue yang penulis."
Nampar!
Sejak saat itu daku bertekad ngalahin tante anxie dan kembali melanglang buana bersama Jagiya. Catatan pertama tentang dua candi yang jadi ikon di tempat kami. Udah baca kan? Belum? Parah! Nih, daku kasih link-nya. Baca ya :-D
http://shyturtleyui.blogspot.com/2016/10/my-curious-way-candi-jago-dan-candi.html
Lembah Tumpang Resort. Di mana sih itu? Sebelum bikin postingan di Facebook, nanya dulu ke Mbah Google. Infonya minim. Tapi, nemu satu tulisan yang bahas tentang Lembah Tumpang Resort. Ada sedikit foto juga. Nice place! Dan, tahun 2015 lalu, tepatnya pada tanggal 20 Desember, di sana pernah diadain Event LTAT (Lembah Tumpang Adventure Trail).
Yeah, trail! And because that about TRAIL, I klik the link and watch the video on youtube. Ya, daku masih penasaran gitu sama dunia motor trail. Proyek yang lagi dikerjain juga masih berhubungan sama dunia ekstrem satu itu. Jadi ya maaf ya kalau ada bahas trail juga dalam tulisan ini. Hehehe.
View dalam video promo event LTAT itu keren banget!!! Daku terkesima! Terpesona! Jadi makin penasaran di mana sih itu tempatnya? Jadilah bikin status di Facebook dan dapat informasi dari Nurse Yulia dan Prime Eonni. Sebenarnya info pertama daku dapat dari tulisan hasil penemuan Mbah Google. Penulisnya ngasih panduan dari arah Malang. Infonya nyambung sama info dari Nurse Yulia. Bedanya penulis itu ngasih petunjuk dari arah barat, Nurse Yulia ngasih petunjuk dari arah timur. Prime Eonni, ngasih info tempat itu bisa dijangkau dari jalan ke Sumber Ringin.
Info udah dapat, tinggal izin ke momy and dad buat pergi. Plus, udah kontek-kontek my partner in crime, si mbak potograper usil Mbak Maimun. Siap pergi berburu Lembah Tumpang Resort.
"Hari Minggu kita cari sama-sama. Jalan ke sana sepi, jadi kita pergi sama-sama aja." kata Momy.
Ok! Hari Minggu kita pergi. Daku pun langsung menyiapkan fisik dan mental. Rute baru, jadi butuh persiapan ekstra. Soalnya liat jalannya di video kayak jauh banget. Viewnya bagus banget pula. Penasaran videonya? Nih, aku kasih link-nya.
https://m.youtube.com/watch?v=E6i_rOKCRc4&itct=CA0QpDAYAiITCJSe4PT6pdACFVJUfgodXycGszIHcmVsYXRlZEj6-r_B0aqx-owB&hl=id&client=mv-google&gl=ID
(Setelah copy paste link video di atas, daku ketiduran. Hahaha.)
Minggu pun tiba. Pagi buta udah mandi (padahal biasanya kalau hari Minggu males mandi pagi. Astaga! Buka aib ini mah!). Selesai ritual pagi, keluar rumah dan... aspalnya basah. Hujan? Oh my! Kok hujan? Trus ntar gimana? I dunno know.
Setelah sempet males-malesan dalam tempurung kura-kura, lalu bantuin Momy masak yang berujung daku jadi juru tilik masakan, dan perut daku ngamuk karena makan dadar jagung pagi-pagi. Heuheuheu. Sama Momy disuruh minum obat, tapi daku nolak. Terapi air putih dulu. Udah pesimis rencana perburuan Lembah Tumpang Resort gagal, jadi nggak papalah daku beser.
Semangat makin down pas Jagiya tiba-tiba ada yang minjem (ㅠ.ㅠ) Ini unik, beneran. Pas denger Jagiya mau dipinjem kan daku rada emosi gitu. Badan panas sampai ke ubun-ubun. Uniknya, si Jagiya tiba-tiba rewel. Di starter nggak mau idup dia. Di trap pun idup bentar lalu mati lagi. Pas aku dielus-elus Momy, diadem-ademin. Emosiku turun, barulah Jagiya bisa diidupin dan dibawa pergi. Bisa gitu ya hubungan tuan sama tunggangannya. Aku emang bilang sama dia, hari Minggu kita bakal pergi-pergi. Mungkin Jagiya ngambek pas tahu bukan daku yang nunggangin dia kali ya? Unik! Btw Jagiya itu nama motor daku. Hehehe.
Karena Jagiya nggak ada dan cuaca udah mulai benderang panas, Momy suruh daku pergi sama Bapak dan Rara aja. Semangat yang sempet drop mulai naik lagi. Aku pun siap-siap, ganti baju. Karena nggak naik-naik, aku pilih pakai celana jeans, sweater tanpa krah pelindung leher. Kaos kaki tetep pakai. Kali ini pakek masker. Udah cukup bandelnya beberapa kali pergi-pergi nyetir ndiri nggak pakek masker. Tas obat daku tinggalin. Cuman bawa Ranitidine, Omeprazol, minyak kayu putih, tissu (cewek nggak bisa pergi tanpa tissu, walau daku nggak yakin daku cewek tulen. Hahaha), air mineral, dan tujuh permen rasa mint. Perjalanannya nggak naik-naik, jadi aku pikir bakal gampang nemuin toko buat beli sesuatu kalau kita perlu air, misalnya. Jadi nggak perlu bawa banyak barang. Daku masukin sarung tangan juga. Entah kenapa, padahal nggak bakal dipakek juga. Dan nggak jadi bawa jaket cadangan.
Ok. We ready to go! Perjalanan pun dimulai. Posisi daku dibonceng dan hanya bawa hape, jadi nggak pakek itu sarung tangan. Susah kalau harus ambil foto nantinya.
Di Belung terjebak macet. Ada jalan santai dan bazar. Padahal Bapak udah nawarin lewat jalan alternatif, tapi aku nolak. Aku pikir udah agak siangan pasti udah kelar jalan santainya dan nggak macet. Ternyata salah. Masih macet. Heuheuheu. Untung pakek helm dan masker. Jadi bisa sembunyiin muka. Hehehe.
Masuk ke jalur sesuai petunjuk Nurse Yulia. Lewat Bokor trus belok kanan di pos ojek di desa apa itu ya? Duh, lupa namanya. Pas belok liat ada papan putih kecil bertuliskan "Lembah Tumpang". Rasanya seneng banget. Seneng karena nggak salah jalan. Yey!!!
Masuk ke jalan itu langsung ke inget sama video promo LTAT. Reaksi daku, "Kok nggak sama kayak di videonya ya? Di videonya bagus banget." And Dad gave his comment, "Di video atau di foto beda sama aslinya. Karena yang bikin video sama foto orangnya pinter, jadi kesannya bagus. Padahal aslinya biasa aja." Yeah, I know that. Tapi, masih muncul komentar juga dari ini mulut.
Kecewa?? Nggak lah. Mana ada lukisan-Nya yang bikin daku kecewa? Tetep bikin takjub. Pemandangannya memanjakan mata banget. Jadi fresh dah liatnya.
Jalan masuk setelah belok kanan dari arah timur
Sampai di persimpangan. Bapak nanya nganan apa ngiri. Bapak mau milih ngiri, tapi daku ngotot nganan. Akhirnya Bapak ikutan milih arah kanan. Pas kita lagi diskusi soal milih kanan atau kiri, ada pesawat terbang melintas di atas kami. Spontan daku angkat kedua tangan dan pegang helm yang pas nutup telinga. Daku pakek helm tapi begitu ada pesawat masih aja refleks pasang aksi tutup telinga. Parah!
"Kalau ntar ke arah sini tempatnya nggak ketemu gimana?" tanya Bapak.
"Ya putar balik. Trus ke arah ngiri tadi." jawabku santai.
“Itu ada petunjuk arah!"
Aku menyipitkan mata, melihat petunjuk arah yang dimaksud Bapak. "Itu petunjuk tanah kavling yang dijual."
"Oh."
Motor melaju pelan. Kami bertiga diam.
"Kalau arah sini itu ke pemancingan seingatku." Bapak bicara lagi. "Tapi, nggak papa wes. Nanti kalau nggak ketemu ya balik." imbuhnya sebelum aku sempat berkomentar.
Masuk ke jalan yang lumayan sempit. Satu-satunya jalan beraspal di jalur itu. But we found nothing yet. Sampai pas mau putar balik, Bapak noleh ke arah kanan sambil berkata, "Itu a tempat e?" Aku ikut noleh ke kanan dan... sepertinya iya.
Putar balik dan turun di jalan menikung. Banyak motor di sana, tapi tulisannya pemancingan. I think we wrong. Bapak udah parkirin motor. Aku turun dan mengamati sekitar. Ada bocah-bocah ABG cowok ngumpul di sebelah kiri kami. Lalu ada abang tukang bakso, dan dua mas-mas (satu duduk di bawah pohon sama abang tukang bakso, satu duduk di atas motornya).
"Bentar. Aku tak nanya-nanya." kataku sambil melepas helm dan berjalan menuju tiga mas-mas yang lagi asik ngobrol. Daku tulis versi bahasa Indonesia aja ya percakapannya. Kemarin dialognya pakek bahasa Jawa.
"Permisi, Mas. Maaf, mau numpang tanya. Lembah Tumpang Resort itu di mana ya?" tanyaku.
Tiga masnya kompak menjawab. "Ya ini, Mbak!" sambil nuding tempat berpagar di sisi kanan belakangku.
"Oh, itu. Tapi, udah di buka untuk umum kah tempatnya?"
"Belum, Mbak." jawab Mas yang duduk di atas motor. "Tapi, kalau Mbak kenal sama Bu Eni dan Pak (maaf saya lupa namanya), Mbak bisa ke sana. Minta izin buat masuk dan liat-liat. Mbak kenal apa nggak?"
Aku menggeleng sambil tersenyum dan berkata, "Nggak." Biasanya daku nekat pakek jurus SKSD. Tapi, kali ini nyali daku menciut lihat tempatnya. Daku udah grogi duluan.
"Kenapa nggak kamu antar aja!" kata Mas yang berdiri di dekat gerobak bakso pada Mas yang duduk di atas motor.
"Iya. Kamu kan pegawainya." Mas yang duduk di bawah pohon menimpali.
"Itu kan dulu. Sekarang nggak." jawab Mas yang duduk di atas motor.
Aku tersenyum melihat tingkah mereka. "Itu katanya kapan hari ada kegiatan di sana ya?" selaku.
"Iya, Mbak. Hari Jum'at kemarin pada pulang. Kalau Mbak kenal sama Bu Eni, ke sana aja Mbak. Nggak papa. Sapa tahu boleh masuk dan lihat-lihat. Tapi, banyak orang kerja di sana."
"Nggak deh, Mas. Ya udah, makasih infonya. Monggo." aku pamit, membungkukan badan dan pergi kembali ke motor.
"Belum di buka untuk umum." kataku saat sampai di motor.
"Kayaknya emang belum selesai di bangun gitu." komentar Bapak. "Trus, kemana sekarang."
"Mbung."
"Di mana itu?"
"Malangsuko. Lewat jalan tadi lho terus."
"Seingatku itu kalau terus ke pemancingan."
Bukannya ini pemancingan ya?
"Ayo wes. Nanti lek jalan buntu ya balik."
Nah, gitu kan enak. Ini rider sama yang dibonceng cek-cok mulu ya. Hahaha.
Motor kembali melaju. Dan dari atas, bangunan tinggi yang masih setengah jadi itu terlihat. Mungkin itu yang dimaksud Prime Eonni kastil. Aku minta berhenti buat foto-foto. Pas udah nepi, fokusku malah teralihkan pada tupai-tupai kecil yang berlompatan di atas pohon. Mereka lucu!!! Aku berusaha bidik, tapi tak berhasil mengabadikan satu pun dari mereka. Jadi inget tupai piaraanku yang mati usai pindah tangan. Hiks.
Kondisi alamnya mirip di desa Puthuk. Ibarat di Puthuk itu, komplek Lembah Tumpang Resort ada di bawah. Di sawah yang mengelilingi bukit Pusung Keris. Baper nggak lu, kura-kura?
Baper sangat! You know, daku punya khayalan aneh tentang tempat di Puthuk itu. Markas Sarang Clover di bangun di sana. Edan, kan? Hahaha. Dan, Lembah Tumpang Resort adalah visualisasi nyatanya. Merinding daku jadinya.
Lembah Tumpang Resort
Dari Lembah Tumpang Resort lanjut ke Sumber Ringin dan Mbung (kolam pemancingan). Nanti daku bahas khusus sumber-sumber deh.
Mbung
Di Mbung, Rara ngotot ngajak naik-naik. Dia penasaran sama wisata sapi perah di desa Gubugklakah. And Dad agree with her. Ok! Kita bakalan naik-naik dan kostumku lagi-lagi "tipis" untuk ukuran daku bisa bertahan di tempat dingin. Daku pakek sweater SLANK. Dalemnya kaos tanpa lengan. Celanaku jeans. Bisakah aku bertahan naik-naik dengan kostum kayak gitu? Bismillah.
Ini lewat mana hayo? Ada yang tahu? Hehehe. Desa Tulus Besar
Selamat Datang di Desa
Gubugklakah.
02 Oktober 2016 lalu, pertama kalinya aku kembali mengunjungi desa Gubugklakah. Itu pun tanpa rencana. Karena permintaan iseng Mbak Maimun, aku membuat keputusan nekat di hari pertama keluar bawa motor ndiri untuk uji diri melawan anxie. Padahal pas di Candi Jago anxie sempet nyambangi, tapi akhirnya nekat aja naik ke Gubugklalah setelah sempat ngajak ngobrol Jagiya. Sama kayak tuannya, kondisi Jagiya juga rada nggak OK. Maklum, lama belum diservis. But, we go! Dan kami berhasil. Alhamdulillah.
Kayaknya ntar bikin catatan khusus aja kali ya buat jalur ke Bromo ini? Ok! Di sini daku bakal bahas sedikit aja. Tentang perjalanan kemarin.
Suasana emang udah mendung dari pagi ya. Pas naik pun sendu suasananya. Dingin mulai menusuk tulang. Daku yang pakek sweater tanpa pelindung leher, langsung narik rambut dan lilitin ke leher. Lumayan bikin anget. Hahaha.
Jalur ini nggak pernah sepi. Apalagi kalau hari Minggu. Kami nggak cuman ketemu kawanan trail rider, tapi ada bikers juga. Keren!
Pas nyampek desa Kunci, ada satu kawanan trail rider berhenti di pinggir jalan. Kayaknya ada motor anggota kawanan yang rewel gitu. Mereka pada lepas helm. Bening-bening euy! Hahaha. But, nggak ada Lexi di antara mereka. Kayaknya bukan orang deket sini sih.
Sekarang aku tahu kenapa Mbak Maimun sering blank waktu pegang kamera padahal dia posisi dibonceng. Kadang obyek yang kita lihat itu bisa mengalihkan seluruh perhatian kita. Aku mengalaminya. Kamera ponselku standby. Tapi, karena daku terkesima sama obyek yang daku liat. Itu kamera nggak sempet ngabadiin apa-apa. Heuheuheu.
Naik-naiknya berhenti di pintu masuk Coban Pelangi. Dari sana Bapak ngajak naik lagi. Katanya sampai Njarak Ijo aja. You know, perjalanannya is really amazing!
Pintu Masuk Coban Pelangi
Zaman SMA dulu pernah naik di jalur ini. Diajakin almarhum Pak Matali ke Bromo. Naik ambulans. Pemandangannya tetep sama. AMAZING!!! Subhanallah. Indah sekali maha karya-Nya.
Dan kami berhenti di gapura 'Selamat Datang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru'. Amazing!
Here the view.
Ngantri foto di gapura
Daku numpang lewat ya. Hahaha.
Bunga ungu yang cantik.
Andai Rara nggak ngotot ngajak turun ke sapi perah, kami udah lanjut naik ke Ngadas dan ke Njemplang. Liat Bromo dari sana. Kalau ke Bromo, jujur daku masih trauma. Dulu, pas naik ke sana, nyampek puncak, tubuhku kaku dan sesak napas. Itu alasan kenapa daku trauma. Walau waktu itu selamat karena air putih, daku masih aja trauma kalau diajak naik ke Bromo.
Well, the trip is really amazing. Tapi, rasanya kurang greget karena daku nggak jadi rider, nggak sama Jagiya. Heuheuheu. Next time kita naik ya Jagiya. Inshaa ALLOH daku sanggup memenuhi undangan Bidan Ngadas untuk main-main ke sana. Kan medannya udah dipelajari. Pelan-pelan inshaa ALLOH pasti bisa!
Pas perjalanan turun aku mendengar deru motor trail. Lalu aku berkata pada Rara, "Kayake ada kawanan trail naik deh!" And, yeah! Kawanan yang tadi berhenti di desa Kunci itu naik. And I said, they are cool. Hahaha. Apalagi pas papasan sama rider yang lagi komunikasi sama anggota kawanannya via alat komunikasi yang dia cantolin di bajunya. Kok aku liatnya keren gitu ya. Hahaha. You make me blind, Lexi!
Oya, daku pikir kalau naik-naik pakek motor trail bakalan lancar. Ternyata nggak juga. Banyak trail rider yang berhenti di pinggir jalan buat benerin motor mereka yang rewel. Ketemu nggak cuman satu kawanan yang kayak gitu. Tapi tiga. Hmmm... persiapannya harus matang ya. Aku jadi metik pelajaran dari pertemuan itu. Aku harus benerin fisik Jagiya dulu, servisin dia sebelum ngajak dia naik-naik.
Pas di perkampungan, simpan kamera di tas dan pakai sarung tangan. Sumpeh dinginnya kagak nahan. Nggak cuman tangan, tapi sekujur tubuh kedinginan. Salah kostum sih. Lain kali, harus tetep bawa jaket cadangan. Karena rute perjalanan bisa berubah tak sesuai rencana.
Ini kondisi cuaca pas kami turun
Tempurung
kura-kura, 13 November 2016.
.shytUrtle.
0 comments