Ini Tentang Lexi.
06:39
"Paranormal sehebat apa pun
pasti angkat tangan kalo nemuin kasus kayak kasusmu ini, U!" ujar Tunjung.
Ok! Everyone are call me
"crazy" lately. Bukan hanya "gila", tapi juga
"aneh". Konfirmasi nih, ke mana aja sampai baru menyadari kalo aku
"gila" dan "aneh"?? Atau mungkin kadar dari
"gila" dan "aneh" itu makin bertambah belakangan ini hingga
membuat mereka harus mengucapkannya kembali? Ya, bisa jadi.
Sebenarnya aku masih tergolong
baik-baik saja setelah peristiwa tanggal 5 Juli 2016 yang lalu. Walau sempat
membuat postingan di Twitter, tapi aku masih normal? Oh ayolah! Aku tidak
pernah mengakui kenormalan seseorang karena menurutku setiap orang itu mengidap
paling tidak satu gangguan jiwa, seperti aku. Terserahlah mau menyebutnya apa.
Aku sendiri kesulitan untuk mejabarkannya dalam kata-kata.
Entah pada hari ke berapa ide
itu muncul dan aku mulai menuliskannya salam memo yoUngie. Awalnya aku
berencana ingin memposting tulisan itu di akun Storial dan Wattpad. Maklum, aku
jarang dapet ide tulisan yang bukan fan fiction. Jadi begitu ide itu muncul,
langsung bersemangat buat nulis.
Tanpa outline. Setelah ide itu muncul,
aku langsung minta Mbah Google membantuku mencari nama tokoh. Pertama tokoh
utama cewek dan dapatlah nama Sadara Tertia. Nama ini bikin aku jatuh hati saat
pertama membacanya. Deal! Tokoh utama cewek bernama Sadara Tertia yang memiliki
arti perempuan (anak) ketiga yang terhormat. Nick name-nya Tia. What's a great
name! Hehehe.
Langkah kedua mencari nama tokoh
pendamping tokoh utama perempuan. Aku menjatuhkan pilihan pada nama Saktika
Azalia Wijayanti yang memiliki arti perempuan dengan kekuasaan spiritual yang
sangat unggul dan dilindungi. Tokoh ini nama panggilannya Aza. Kayak nama toko
tempat kerjaku aja. Hahaha.
Ketiga, yap! Tokoh utama pria.
Abraham Alexi Pratama. Kok nama itu bagus ya? Nanti panggilannya Lexi pasti
keren. Artinya putra pertama yang bisa menjadi bapak buat banyak orang, menjadi
pembela dan pelindung bagi semua orang. Wah, cocok banget. Akhirnya pilih nama
itu. Abraham Alexi Pratama yang dipanggil Lexi. Lexi...
Joko Prama Prayitna adalah nama
keempat yang aku pilih. Kata Prama yang bikin jatuh hati. Artinya bagus juga
nama itu, laki-laki yang waspada dan berjiwa muda serta memiliki keunggulan.
Udah. Empat nama itu saja yang
aku copy paste ke dalam memo yoUngie. Selanjutnya aku langsung menulis bab
satu.
Cintaku Bersemi Di Kios Bensin.
Judul itu muncul setelah aku baca-baca judul FTV yang banyak tayang di TV.
Tanpa minta persetujuan siapapun langsung pilih judul itu dan mulai menulis bab
satu. Entah kenapa lancar banget nulisnya. Satu hari satu bab. Setting Malang,
bahkan ada bahasa walikan khas Malang-nya juga.
Jujur nulis cerita ini aku sama
sekali nggak punya beban. Ngalir aja. Nama tokoh tambahan pun langsung muncul
seperti Joko dan Bagong. Untuk teman-teman Tia langsung saja mencomot nama
teman-teman seperti Naomi, Debrina, Hilda, Tadya, Vie, Anita, dan Shafira.
Eh, ada sih sedikit kesulitan
yang kemudian dibantu Nao dan akhirnya memilih kata Triantafylla sebagai nama
grup Tia cs.
Satu hari satu bab. Dalam
sepuluh hari tulisan pun kelar. Udah di copy paste dalam gUi. Seingatku di tengah-tengah
proses penulisan itulah aku mulai baper sama sosok Lexi dan menggila. Tiba-tiba
pengen ketemu lagi sama Mas yang udah menginspirasi hingga lahir tulisan itu.
Niat memposting tulisan itu di akun Storial dan Wattpad pun diurungkan. Karena
apa? Karena aku ingin menerbitkannya sebagai novel.
Jadi edan sendiri. Gila.
Bagaimana caranya aku bisa ketemu lagi sama Mas itu? Aku nggak tahu dia siapa
dan anak mana. Lalu... cring! "Gunakan novel itu sebagai alat!" Ide
itu muncul.
Jalam satu-satunya untuk bisa
melacak "Lexi" adalah jika aku punya alasan kuat untuk bertindak.
Karena aku perempuan. Dan akan aneh sekali jika aku langsung menemui Mas
pemilik bengkel dan nanya-nanya tentang Lexi. Satu-satunya cara yang bisa
membawaku pada petunjuk siapa Lexi adalah balik ke bengkel tempat kami bertemu
dan bertanya langsung pada pemilik bengkel tentang Lexi. Kenapa begitu? Nanti
baa detail ceritanya di novelnya aja. Kekeke~
Ok. Novel itu alatnya. Tapi...
tapi... entah kenapa aku jadi nggak pede sama hasil tulisanku sendiri. Gimana
kalo ceritanya jelek dan nggak layak baca? Karena ini pertama kalinya aku nulis
cerita non fan fiction dengan genre romance dan setting lokal. Akhirnya meminta
tolong Nao, Nyitnyit dan Zi untuk membaca naskah CBKB.
Alhamdulillah ketiganya menilai
kisah Lexi-Tia sederhana dan manis. Hatiku berbunga, tapi bukan berati
kegalauanku hilang. Bukannya novel-novel yang aku tulis sebelumnya tidak bagus
atau tidak rapi. Tapi aku ingin untuk CBKB ini sempurna. Tentu saja sempurna
menurut penilaianku. Karena mereka (buku-bukuku) adalah anak-anakku, sudah
pasti baguslah menurutku. EGP kata orang lain. Hahaha.
Akhirnya memberanikan diri
meminta bantuan Kak Riska. Kakak senior dalam urusan menulis. Sebenernya ada
Dedek sama Haris, tapi aku pikir lebih nyaman kalo minta bantuan ke sesama
cewek. Tentu saja keputusan ini melalui pemikiran panjang dan banyak
pertimbangan. Alhamdulillah Kak Riska mau membantu dan bersedia membaca
naskahnya bahkan menawarkan untuk membantu editing juga. Seneng banget!!! Jujur
aku masih lemah dalam urusan EYD. Alhamdulillah Kak Riska mau bantu.
Proof reader udah. Urusan desain
cover lagi-lagi aku percayakan pada Prime Eonni yanh sebelumnya udah
mengerjakan empat desain cover untuk bukuku. Ilustrasinya minta bantuan Mbak
Bidha Rara. Lalu disampaikan ke Prime Eonni dan selanjutnya saya pasrah.
Sedikit lega dengan naskah, tapi
kegilaan dari efek baper belum reda. Jika sudah begini pasti penghuni Sarang
Clover yang dibuat repot. Bahkan Thata sampai nyeletuk, "Oalah Kak,
sampean ndak pernah penasaran sama orang nyata, sekali penasaran malah begini
susah." Hahaha. Maaf Dek. Kakakmu ini memang gila.
Ini seperti mengejar hantu atau
mencari jarum dalam tumpukan jerami. Berulang-ulang aku mengatakannya. Ini
tidak mudah. Pencarian Lexi bukanlah hal mudah. Kami tak tahu dia siapa dan
anak mana. Lalu bagaimana mencarinya? Mau dicari ke mana? Have no clue! Jalan
buntu. Sedang untuk langsung ke TKP dan melakukan introgasi tentu butuh
pemikiran berjuta kali karena novel belum cetak.
Selanjutnya apa yang aku
lakukan? Ya, menikmati kegilaan yang manis, asam, asin, rame rasanya kayak
permen Nano-nano.
Setiap lewat TKP jadi merhatiin
TKP dan ngarep Lexi ada di sana. Sebelumnya yang males keluar, jadi rajin
keluar. Astaga!!! Jungkir balik dunia kurayui!!! Lexi!!! You make my life in
chaos. How dare you are!!! Virus Lexi melumpuhkanku XD
Ada banyak kegalauan yang
tercurah di akun sosmed. Nggak akan cukup kalo di copy paste di sini. Sungguh.
Novel belum jadi bukan berarti
diam dan menunggu. Suatu ketika aku kembali mengunjungi bengkel, tapi bukan Mas
yang bersama Lexi yang jaga. Ok. Nelen ludah kekecewaan (?) Dan seperti yang
aku tulis di atas, setiap kali lewat pasti perhatiin bengkel. Pernah satu kali
pas pulang nonton sama Thata, malem-malem lewat depan bengkel. Ada beberapa
cowok nongkrong. Thata sampai pelanin motornya karena ada motor trail parkir di
sana. Dia minta aku perhatiin bengkel, but Lexi wasn't there. Nelen ludah
kekecewaan lagi (??)
Bertanya dan berharap. Akankah
aku bisa ketemu lagi sama Lexi?
And that's crazy thing happen!
My elder sister visit bengkelnya and nanya-nanya soal Lexi. Wot e nekad ting!!!
Aku sampai ngakak pas denger kronologinya. Kira-kira begini kejadiannya.
Kakak: "Mas, Lexi nggak
pernah ke sini a?"
Mas Bengkel: "Lexi sopo, Mbak?"
Kakak: "Yang
waktu itu bantuin saya sama adek isi bensin di sini."
Mas Bengkel:
"Sapa aja Mbak?"
Kakak: "Yang pakek kostum trail."
Mas
Bengkel: "Nggak ada yang namanya Lexi."
Kakak: "Yang bantuin
saya sama adek pas beli bensin di sini itu Mas. Dulu temen saya."
Mas
Bengkel: "Kok bagus banget nama panggilannya. Nggak ada yang nama
panggilannya Lexi, Mbak. Anak trail yang suka nongkrong di sini ada empat,
Mbak."
Kakak: "Yang sipit kayak Cina, Mas."
Mas Bengkel:
"Oh, itu. Yang hitam apa yang putih?"
Kakak: "Yang
sedang-sedang, Mas. Nggak terlalu hitam, juga nggak terlalu putih."
Mas
Bengkel: "Waduh, ada-ada aja sampean ini Mbak. Nama aslinya sapa,
Mbak?"
Kakak: "Saya lupa nama aslinya."
Mas Bengkel: "Nanti
anak-anak mau ngumpul di sini, mau touring."
Kakak: "Kapan itu
Mas?"
Mas Bengkel: "Tanggal 27."
Kakak: "Iya udah inshaa
ALLOH. Kalo gitu salam aja Mas."
Mas Bengkel: "Sampean ini ada-ada
aja. Yang mana anaknya aja belum tahu. Sampean rumahnya mana?"
Kakak:
(Menyebut alamat kami)
Dia--kakakku- memang lebih edyan
dari aku. Hahaha. Aku mana punya nyali buat kayak gitu. Yang bikin aku ngakak
kenapa Kakak pakek nama Lexi juga. Itu kan nama fiktif dalam novel CBKB.
Hahaha. Tapi virus Lexi emang udah menjangkit banyak orang. Ia mendadak tenar
karena kami penasaran berjamaah.
Sebelum semua kegilaan itu, aku
sempat mencari tentang Lexi di internet. Ya, gila memang. Bagaimana mencari
sesuatu yang tak memiliki kata kunci sama sekali di dunia maya? Tapi aku tetap
melakukannya. Hasilnya, memang aku tak menemukan dia, tapi aku bisa berkawan
dengan salah seorang trail rider yang punya saluran di Youtube dan berisi
video-video tentang trail adventure. Dari video itu aku mencoba memahami dunia
trail dan trail adventure. Bahkan Masnya juga membantuku ketika aku butuh bahan
untuk tulisanku.
Jika saja aku bisa menemukan
nama aslinya, mungkin aku bisa menemukan akun jejaring sosialnya. Mungkin. Dan
ya, mungkin. Hanya mungkin.
Lalu tentang tanggal 27, apa aku
punya rencana? Aku tidak tahu, tapi... Ah, entahlah. Mungkin memang hanya itu
kesempatan yang aku punya tapi tentu saja bertindak tak semudah berucap. Aku
tidak tahu lagi harus berbuat apa. Tanpa novel itu aku bagai hiu tanpa taring
kalo kata Om Kaka. Lagian aku bukan hiu, aku kura-kura. Oh my!!!
Maaf ya Lexi, karena aku dan
segala kegilaanku kamu jadi tenar di kalangan teman-temanku. Kelak kalau kita
bertemu dan novel CBKB udah cetak, aku pengen kasih novel itu ke kamu. Bukannya
aku tak pernah terinspirasi oleh sosok di dunia nyata dalam menulis, tapi ya
memang ini pertama kalinya aku kasih buku yang berisi tulisanku pada orang yang
sudah menginspirasiku. Aku harap kamu nggak kecewa sama isinya. Dan aku harap
kamu juga nggak kecewa sama penggambaran sosok "Lexi" di sana.
Lalu novelnya mana? Tenang ya.
Sabar. Makasih buat penghuni Sarang Clover yang sampai ikutan nggak sabar
pengen baca novel CBKB. Novelnya lagi dilamarin ke salah satu penerbit yang
udah lama aku pengen nerbitin buku di sana. Doain aja naskahnya lolos dan
segera terbit agar aku bisa maju lagi untuk mencari Lexi. Hehehe.
Btw jadi keinget Vania yang
penasaran sama Lexi lalu nanya Lexi itu nyata dan apakah dia cowok. Hahaha.
Dasar Vania!
Sudah segini aja. Nanti kalo ada
unek-unek dari rasa baper yang masih betah nemplok, aku tulis lagi dah.
Lexi, sepertinya hari ini memang
belum menjadi kesempatan bagiku untuk bertemu lagi denganmu. Rencanaku tak sama
dengan rencana-Nya. Bersyukur jagiya nggak mati di tengah perjalanan karena
bensinnya sengaja aku habisin. Hehehe.
0 comments