The White Prince and The Red Princess.
* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.
Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan
senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang
sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.
#7
Taemin masih
terlihat syok melihat Minhee ada di antara anggota kelompok Lion. Jaejin ikut
mengalihkan pandangan dan ia tersenyum.
"Ayo!"
Jaejin merangkul Taemin dan membawanya berjalan mendekati kelompok Lion. Jinki
dan anggota kelompok The King mengekor di belakang keduanya.
"Oh my God!
Murid terhukum?!" Krystal benar terkejut melihat Taemin berjalan mendekat
dengan di rangkul Jaejin yang tak lain adalah ketua kelompok The King.
Minhee ikut
menoleh. Tatapannya tertuju pada Taemin namun ekspresinya datar. Minho dan
Jonghyun berdiri di antara Krystal, sedang Myungsoo dan Hyoseok di antara
Minhee.
"Jadi ini.
Pantas aku merasa tak asing padanya. Dia salah satu 'pangeran' The King."
gumam Myungsoo.
Jaejin
menyincingkan senyum ketika sampai di depan kelompok Lion. "Wah, Red
Princess dan Blue Pearl hadir di Throne Street. Ada apa gerangan?" ia
menyapa kelompok Lion dengan menyebutkan dua tokoh utama yang sedang menjadi
sorotan publik. "Berada di sini apa tak takut merusak citra kalian?"
imbuhnya.
"Pencitraan
seseorang tak bisa dinilai dari satu sudut pandang saja. Kau tak perlu
mengkhawatirkan bagaimana citra kami. Khawatirkan saja dirimu sendiri."
jawab Krystal ketus seperti kebiasaannya.
"Wowowow Blue
Pearl. Akhirnya aku mendapat teguran di dunia nyata."
Krystal
menyincingkan senyum mencibir kemudian menatap Taemin yang terus menatap Minhee
yang bersikap acuh.
"Kenapa
tiba-tiba melayangkan tantangan balapan?" tanya Jonghyun.
"Kim
Jonghyun... jangan pura-pura tak tahu," Jaejin mengangkat tangan kanannya,
"dia pasti sudah menjelaskan apa yang terjadi kan?" imbuhnya sembari
menuding Minho.
"Anggotamu
jatuh sendiri dari motornya. Minho mengalami cidera kaki karena kecurangan
anggotamu. Ia menendang kaki kiri Minho saat balapan. Sayangnya ia hilang
kendali dan jatuh sendiri. Aku heran kau masih punya muka untuk menantang kami
balapan. Lagi pula kondisinya tak parah. Kenapa kau semarah itu?"
"Malam ini
tidak akan ada balapan," suara Minho yang penuh wibawa menyela.
"Balapan antara aku dan salah satu anggotamu, terjadi secara tidak
sengaja. Jadi tidak akan ada balapan sampai periode berikutnya tiba."
"Pertandingan
persahabatan. Seperti itulah. Hanya main-main," Jaejin memutar tangannya.
"Karena kau cidera, jadi tak ada satu pun anggota Lion yang berani maju?
Malam ini, saudaraku," Jaejin merangkul Taemin, "yang akan maju
balapan."
Suasana jadi
sedikit ribut ketika Jaejin menyebutkan Taemin akan maju balapan. Minhee yang
semula acuh sampai mendongakan kepala menatap Taemin. Begitu juga Krystal,
semakin memicing ketika menatap Taemin.
"Oppa, kau
sedang cidera. Kau tak boleh memaksakan diri untuk balapan." Minhee
berbicara lirih berharap Minho tak akan maju untuk balapan.
"Bukan Minho
yang akan maju, tapi aku." Myungsoo maju selangkah dan berada tepat di
depan Taemin.
Taemin yang
sebelumnya enggan balapan turut maju selangkah. Ia pun berdiri lebih dekat
dengan Myungsoo.
Senyum menyincing
terkembang di wajah dingin Myungsoo. "Pada akhirnya di sini kita
dipertemukan kembali.”
"Kau
terkejut?"
"Tidak sama
sekali. Dari awal aku tahu kau."
Taemin bungkam.
Sebenarnya ia-lah yang terkejut mengetahui fakta jika Minhee adalah bagian dari
kubu lawan dari kelompoknya.
"Lalu
taruhannya apa?" Jaejin kembali bicara.
"Bukankah hanya
main-main?" Sahut Jonghyun.
"Balapan
tanpa taruhan itu seperti sayur tanpa garam. Hambar. Tidak enak, tidak
sedap."
"Ini hanya
main-main. Tak ada taruhan." Taemin angkat bicara.
"Hah...
baiklah. Aku menurut saja pada White Prince-ku karena hari ini ia telah
bersedia turun untuk balapan." Jaejin mengangkat kedua tangannya pasrah.
"Sebaiknya kita bersiap!" serunya membalikan badan dan mulai berjalan
pergi.
Taemin sempat
melihat Minhee sebelum ia pergi menyusul Jaejin.
Myungsoo beralih
ke hadapan Minhee yang berdiri menundukan kepala.
"Ini hanya
salah paham." Krystal menengahi.
"Aku rasa
Minhee tak tahu tentang ini sebelumnya." Jonghyun mendukung Krystal.
"Ada apa sebenarnya?"
tanya Minho penasaran.
"Tidak ada."
Krystal berusaha meyakinkan.
"Kemaren
Minhee datang ke tempat latihan bersama pemuda itu. Pemuda yang akan bertanding
denganku." Myungsoo mengungkapkan fakta yang berusaha ditutupi Jonghyun
dan Krystal.
"Kau... pergi
dengan salah satu pangeran The King??" Minho menatap Minhee yang tertunduk
menuntut jawaban yang benar.
"Itu semua...
secara tidak sengaja. Oppa, aku bisa jelaskan." Minhee berusaha memberi
penjelasan.
"Dia murid
terhukum yang dikirim ke klub teater oleh Lee Junki Sonsaengnim. Karena tampan,
ia pun dipilih menjadi pemeran utama dalam pertunjukan kami. Beradu akting
dengan Minhee. Kemaren aku pingsan, karena panik Minhee sampai lupa pada
ponselnya. Lee Taemin yang menemukan ponsel itu dan datang untuk
mengembalikannya. Aku rasa benar karena kebetulan mereka bertemu di sudut itu.
Karenanya Minhee datang bersama Lee Taemin." Krystal menyambung penjelasan
Minhee. "Dan kami tak tahu tentang Lee Taemin dan The King. Datang ke Throne
Street juga baru malam ini!"
Minho
menggelengkan kepala menatap Minhee yang berdiri menundukan kepala.
***
"Choi Minhee
adalah seorang Lion? Tidak! Aku berharap aku salah. Tapi, dia di sana. Berdiri
di antara para Lion. Itu benar-benar dia." Taemin yang sudah duduk di atas
motor sportnya siap untuk balapan masih belum bisa memercayai kenyataan jika
Minhee adalah bagian dari kubu lawan. Ia kembali melirik Minhee yang berdiri di
tepi jalan bersama anggota Lion. "Aku pun tak tahu kenapa aku menyetujui
balapan ini. Tanpa taruhan. Hanya main-main. Untuk apa? Unjuk kebolehan di
depan Red Princess? Tidak! Tidak!" ia terus bergumam dalam hati.
Minhee berdiri di
samping kiri Minho di tepi jalan di dekat garis start. Krystal berdiri tepat di
samping kirinya. Seharusnya malam ini ia bersenang-senang bersama band-nya di
Throne Street, tapi kenyataan sedikit tak berpihak padanya. Ia tak menyangka
bertemu Taemin namun dengan posisi seb agai lawan. Berakting sok acuh adalah
keahliannya, namun itu tak cukup untuk menutupi keterkejutannya. Taemin adalah
musuh Minho dan Lion, itu juga memiliki arti bahwa Taemin adalah musuhnya.
Namun anehnya, jauh tersembunyi di dasar hatinya, ia justeru mengkhawatirkan
Taemin. Bukan Myungsoo yang berada satu kubu dengannya.
Balapan pun
dimulai. Taemin dan Myungsoo beradu kecepatan di atas tunggangan masing-masing.
Peraturan malam itu cukup satu putaran saja. Masing-masing kubu terlihat cemas
menunggu jagoan masing-masing. Mereka menyimak live report melalui handy talky.
Kubu Lion panik
ketika mendengar jagoannya mengalami kecelakaan. Jaejin tersenyum mencibir
mendengarnya. Kemudian terdengar update jika Taemin memutar balik motornya dan
menolong Myungsoo yang terjatuh. Kedua kubu berubah panik ketika mendengar
Myungsoo tiba-tiba menyerang Taemin yang berusaha menolongnya. Perkelahian pun
tak dapat dihindari. Kedua kubu segera mengirim perwakilan masing-masing ke
tempat kejadian untuk melerai Myungsoo dan Taemin.
Minhee dan Krystal
menunggu ditemani Hyoseok. Krystal merangkul Minhee yang tak bisa
menyembunyikan kepanikannya. Tak lama kemudian kedua kubu kembali ke start.
Minhee melihat ke arah Myungsoo yang berjalan di papah oleh salah satu anggota
Lion. Myungsoo berjalan sedikit pincang dan ada lebam di pipi kanannya.
Kemudian Minhee beralih melihat ke arah kubu The King. Taemin tampak baik
berjalan di antara anggota The King. Terlihat pojok bibirnya berdarah. Malam
itu balapan motor tak memiliki pemenang dan konser musik yang akan digelar team
Lion pun dibatalkan.
***
Minhee berjalan
sendiri usai mengambil buku materi yang diminta guru pengajar di kelasnya.
Tanpa sengaja ia bertemu dengan Taemin yang berjalan dari arah berlawanan di
koridor. Laju langkah keduanya mengendur ketika menyadari keberadaan
masing-masing.
Terlihat begitu
canggung di antara keduanya usai peristiwa semalam di Throne Street. Minhee
memeluk buku materi di dekapannya erat-erat ketika berada semakin dekat dengan
Taemin. Dari arah berlawanan, Taemin yang biasanya langsung berbinar ketika
melihat Minhee terlihat acuh.
"Apa
Sunbaenim baik-baik saja?" tanya Minhee sambil menghentikan langkah ketika
berpapasan dengan Taemin.
Mendengar Minhee
menyapanya, Taemin pun menghentikan langkah. "Seperti yang kau lihat, aku
masih hidup dan baik." jawabnya tanpa membalikan badan.
Minhee yang juga
bertahan membelakangi Taemin tersenyum getir. "Maaf untuk insiden
penyerangan semalam. Myungsoo terlalu mengkhawatirkan aku dan..."
"Aku bisa
memahaminya," potong Taemin. "Hanya saja, aku cukup syok menerima kenyataan
semalam. Kau dan aku..."
"Musuh."
giliran Minhee memungkas ucapan Taemin. "Aku pun sama. Terkejut. Tapi aku
rasa begini lebih baik. Kita mengetahuinya lebih awal. Tapi Sunbaenim tak perlu
khawatir tentang hukuman itu. Aku akan membantu Sunbaenim hingga masa hukuman
itu selesai. Harap tak menjadi canggung karena kita adalah satu tim. Mari
bekerja sama dengan baik."
Suasana berubah
hening selama beberapa detik. Minhee menundukan kepala dan mendesah pelan lalu
kembali berjalan meninggalkan Taemin yang berdiri membelakanginya.
Setelah yakin jika
Minhee telah berjalan cukup jauh, Taemin membalikan badan. Di tatapnya punggung
Minhee yang semakin jauh meninggalkannya. Ia menghela napas, membalikan badan
kemudian berjalan pergi.
***
"Kenapa
memanggilku di jam pelajaran?" Taemin duduk di kursi kosong di hadapan
Junki. "Di perpustakaan pula. Apakah ini ada hubungannya dengan
hukumanku?"
"Kau bertemu
dengannya? Aku telah mendengar tentang kejadian semalam dari Jaejin."
"Tak perlu khawatir
tentang itu. Bukan salah Hyung kok. Aku bertemu dengannya di sini, di
perpustakaan ini, sebelum Hyung mengirimku ke klub teater."
"Kemaren ia
memergoki kita bicara bersama, tapi ketika aku tanya sejak kapan ia berdiri di
belakangku, ia menjawab baru saja. Mungkin ekspresiku terlalu menonjol hingga
membuatnya curiga. Lalu ia mengatakan ia sampai ketika kau bergegas pergi. Lalu
peristiwa semalam..." Junki tak melanjutkan.
"Hyung
memanggilku hanya untuk membahas semua ini?"
"Aku tahu kau
menyukai Choi Minhee. Aku selalu memperhatikanmu Lee Taemin. Kau tak pernah
bersikap seperti itu pada seorang gadis. Binar dimatamu ketika melihatnya itu
sangat menonjol."
"Dan Hyung
khawatir karena dia adalah anggota Lion?"
"Bukan hanya
itu. Choi Minhee adalah putri bungsu dari Tuan Choi Mun Hee, kau tahu siapa
dia? Dia adalah musuh bebuyutan ibumu. Sejak lama Bibi dan Tuan Choi
bersitegang dalam urusan bisnis dan bidang lain. Jadi kau tahu artinya kan?
Jika kau terus maju itu tak akan baik untukmu juga Minhee. Keadaan semakin
memburuk usai peristiwa kelam tiga tahun yang lalu. Apa kau mengetahuinya?"
"Peristiwa
tiga tahun yang lalu?"
"Em."
Junki mengangguk.
Taemin mengerutkan
dahi. "Apakah tentang kematian putri sulung Tuan Choi? Kakak Minhee?"
"Iya. Berita
yang tersebar putri sulung Tuan Choi meninggal karena sakit, tapi sebenarnya ia
bunuh diri.”
"Aku
mendengarnya dari Minhee. Kakaknya bunuh diri setelah tahu kekasihnya mati
dalam kecelakaan."
"Kau tahu
siapa kekasih putri sulung Tuan Choi yang meninggal dalam kecelakaan itu? Dia
adalah salah satu orang kita. Tuan Choi tak menyetujui hubungan putri sulungnya
dengan salah satu orang kita karena strata sosial. Pemuda yang dicintai
putrinya berada di kasta yang lebih rendah dan parahnya lagi adalah orang dari
pihak kita. Penyebab kecelakaan yang merengut nyawa orang kita tak lain adalah
ulah Tuan Choi."
Taemin menjatuhkan
punggungnya ke punggung kursi. Minhee adalah putri dari pembunuh?
"Walau pelaku
telah di tangkap dan di penjara, orang-orang kita belum bisa memaafkan Tuan
Choi. Lee Seunghwan pemuda yang baik, tapi ia harus mati dengan cara
mengenaskan hanya karena ia mencintai putri seorang Tuan Choi. Aku menyesalkan
hal itu." Junki menatap Taemin yang tiba-tiba diam seribu bahasa.
"Bagaimanapun juga ini salahku. Aku telah mengirimmu ke klub teater yang
membawamu semakin dekat pada Minhee. Sebelumnya aku pikir kau tak akan tertarik
pada Red Princess atau Blue Pearl, tapi..." Junki kembali diam.
"Kalau bisa sudahi saja. Sebelum rasa itu tumbuh semakin subur di hatimu.
Maafkan aku untuk semua ini." Junki menundukan kepala di depan Taemin yang
bergeming.
Taemin harus
menelan pil pahit bernama kenyataan bahwa gadis yang ia sukai--Choi Minhee- tak
hanya seorang Lion tapi juga putri dari seorang yang tega menghabisi nyawa
salah satu orang yang berada di pihaknya hanya karena pemuda itu jatuh hati
pada putrinya. Semua kenyataan itu sukses membuat Taemin kacau hanya dalam
waktu singkat. Ia tak tahu harus berbuat apa kini. Rasa kesal dan benci itu
ada, tapi rasa suka pada Minhee pun bertindak sama kuatnya. Semua itu campur
aduk dan bergemuruh di dalam dada Taemin.
Taemin berjalan
kembali dari perpustakaan saat jam istirahat tiba. Ia menghentikan langkah
ketika melihat Minhee dan Krystal berjalan bersama. Kedua gadis itu terlihat
riang. Terus diperhatikannya gadis bernama Choi Minhee yang telah membuatnya
jatuh hati sejak pertama ia melihatnya. Haruskah ia membenci gadis itu karena
ulah ayahnya? Haruskah ia benar-benar mengubur perasaannya pada Choi Minhee?
Membunuh perasaan itu?
Junki yang baru
sampai di belakang Taemin turut menghentikan langkah. Ia menghampiri pemuda itu
dan menepuk pelan pundak Taemin. Taemin mengembangkan senyum--yang terlihat
sangat tak tulus, senyuman getir- lalu kembali berjalan meninggalkan Junki.
***
"Mari bekerja
sama dengan baik." suara Minhee kembali terniang di telinga Taemin yang
hendak meninggalkan sekolah bermaksud tak mengikuti latihan teater. Usai suara
itu muncul, senyuman manis di wajah ayu Minhee melintas di ingatan Taemin. Ia
menggelengkan kepala dan berbalik lalu bergegas menuju basecamp klub teater.
Minhee sedang
berlatih tarian bersama para gadis ketika Taemin sampai. Junki tersenyum lega
saat Taemin memasuki basecamp. Sempat ia berpikir jika Taemin akan bolos
latihan usai ia menceritakan tentang Minhee dan Tuan Choi.
Taemin duduk
bergabung dengan anggota klub yang lain. Menyaksikan jalannya latihan. Terus
diamatinya Minhee yang sedang menari diiringi lagu yang menceritakan keinginan
seorang gadis yang ingin selalu berada dekat dengan pemuda yang ia cintai walau
itu sangat sulit dan bahkan tak mungkin. Si gadis percaya akan keajaiban dan
kekuatan cinta yang akan membantunya mengalahkan semua halangan hingga ia bisa
berada dekat dan bersama-sama dengan kekasihnya, selamanya.
Iringan lagu dan
bagaimana ekspresi Minhee ketika menari membuat dada Taemin semakin sesak.
Bukankah itu yang sedang mereka alami kini? Ingin berada dekat satu sama lain
namun kenyataan tak akan pernah mengizinkan itu terjadi. Taemin semakin
merasakan sakit ketika tatapannya bertemu pandang dengan pandangan Minhee yang
sering tertuju padanya saat menari.
"Apa yang
harus aku lakukan? Bertahan atau pergi? Bertahan hanya untuk hukuman. Itu saja.
Benar yang dikatakan Minhee. Aku dan dia ada dalam satu tim karenanya kami
harus bekerja sama dengan baik. Ekspresi itu... itu hanya akting! Choi Minhee
menyukai Kim Kibum." Taemin bergumam hati. Meyakinkan dirinya sendiri
bahwa Minhee hanya berakting dan sama sekali tak memiliki perasaan padanya.
"Choi Minhee hanya menyukai Kim Kibum dan selama ini ia hanya berakting.
Akting untuk membantuku lolos dari hukuman ini. Iya, hanya berakting!"
------- TBC
--------
.shytUrtle.