¤ Beberapa Catatan yang Belum Terpublikasi ¤

07:02



¤ Beberapa Catatan yang Belum Terpublikasi ¤




Pada akhirnya catatan yang ditulis pada 17 April 2014 itu berhasil dikirimkan. Namun sayangnya pesan FB masih tak dapat membantu. Beruntung Email masih bisa berfungsi. Iya, kebiasaan itu masih sama. Menulisnya di note ponsel lalu menguploadnya satu per satu via pesan FB. Namun belakangan pesab FB sering eror ketika digunakan untuk mengirimkan cikal bakal note yang saya tulis di ponsel. Beruntung Young memiliki otak yang jauh lebih cerdas dari Blackjack yang sedihnya kini sedang mengalami koma kembali. Get well soon my Blackjack.


Catatan tertanggal 17 April 2014 itu sempat beberapa kali saya coba menguploadnya namun selalu gagal. Bahkan Email pun tidak dapat menolong kala itu. Ah, sudahlah. Saya akui saya lelah dan tetap menyimpannya dalam draft Young. Dan beberapa detik yang lalu saya menghapusnya, tepatnya setelah saya berhasil mengirim bagian awal via PM FB dan dua bagian terakhir via Email. Jika nantinya catatan itu tidak saya temukan saat membukanya via gUi, maka... yah, mungkin saya memang tak diizinkan untuk mempublikasikan catatan itu seperti tiga bulan yang lalu. Saya iklhas.


Membuat catatan yang berhubungan dengan peristiwa besar tentulah tak mudah. Terlebih jika peristiwa itu menyangkut tentang hal global suatu negara. Alhamdulillah pada catatan sebelumnya saya tidak menemukan kesulitan ataupun gangguan walaupun waktu itu saya menulis tentang tragedi pesawat MH370. Tentu saja hal ini berkat bantuan Mbah Google yang dengan tangkas membantu saya menemukan beberapa artikel yang berhubungan dengan pesawat MH370. Alhamdulillah kejadian yang dialami Tunjung di sini dialami juga oleh orang lain dan sudah di posting di beberapa blog. Setelah menemukan beberapa artikel itu, akhirnya saya memberanikan diri untuk membuat catatan yang sama. Menuliskan apa yang kami alami di sini sehubungan dengan pesawat MH370.


Dunia kembali berduka. Peristiwa di Gaza. Dan belakangan berita duka atas di tembaknya pesawat MH17. Turut berbelasungkawa atas kejadian mengejutkan ini. Dan jika mengingat catatan sebelumnya, maka kali ini pun kita kembali dipertemukan dengan angka 8, bukan? Jika perhitungan tidak salah maka kita benar ditemukan dengan angka 8. Angka yang masih sangat membuat saya penasaran hingga kini.


Untuk menulis catatan ini, harus berusaha keras mengingat semua kejadian tiga bulan lalu. Sebut saja ini bahasan lanjutan dari catatan yang tertulis pada 17 April 2014.


Sebelumnya mohon maaf, catatan ini saya buat bukan untuk mencari sensasi atau apalah itu sejenisnya. Catatan ini saya buat hanya semata untuk mengabadikan sebuah peristiwa yang kami alami dalam sebuah tulisan. Karena itu mohon maaf jika catatan ini tak berkenan di hati pembaca.


Lelah. Namun mata tak mau terpejam. Hanya berbaring dan bergelimpangan di atas kasur di dalam tempurung kUra-kUra. Sampai pusing sendiri. Pengen bisa bobok barang sejenak, tapi tetap saja tidak bisa. Bisa bobok tetep menjadi hal langka dan mahal bagi saya. Takdir? Mungkin.


Pagi tadi terbangun dari mimpi buruk tepat di jam makan sahur. Subhanallah. Sambil menikmati kopi coklat panas dan satu butir telur ceplok bikinan Ibu saya terus berpikir tentang mimpi saya. Aneh. Kok saya mimpi kaya gini? Sampai selesai sahur masih terus memikirkan hal tersebut. Karena hari Minggu, saya bermalas-malasan di dalam tempurung kUra-kUra. Membuka akun fanbase TDWIZARD_INDO untuk mengalihkan pikiran tentang mimpi buruk semalam; lebih tepatnya mimpi di sepertiga malam terakhir. Saya tak bisa mengingat mimpi sebelumnya dan hanya teringat mimpi di sepertiga malam terakhir yang entah kenapa malah saya kategorikan dalam mimpi buruk atau yang pagi tadi saya sebutkan pada Hojoon sebagai "nightmare, horrible nightmare". Sebegitu burukkah mimpi itu bagi saya? Yang pasti walaupun sepanjang pagi saya menghabiskan waktu dengan melihat video fancam ToppDogg dan Hojoon, pikiran tentang mimpi buruk itu tetap saja muncul dan muncul.


Hingga matahari benar-benar telah terbit. Hari berubah cerah dan di markas Sarang Clover semua telah membuka mata, telah bangun. Seperti biasa jadwal di hari Minggu adalah membabu ria membersihkan markas. Tapi sebelum memulai membabu ria, kami; saya dan Tunjung berkumpul di dapur markas.


"Aku mimpi buruk semalam," saya memulai obrolan.

"Mimpi apa?" tanya Tunjung merespon.

"Aneh deh. Masa mimpi di kuburan gitu."

"Gimana ceritanya?"

Saya pun menghela napas lalu mulai menceritakan mimpi saya di sepertiga malam terakhir dini hari tadi.



Berbaris bersama teman-teman SMA. Kami mengenakan seragam putih-putih yang biasa dipakai setiap hari Senin dan Selasa. Setelah berbaris di lapangan besar yang sangat asing bagi saya, kami diminta berjalan keluar lapangan masih sesuai dengan barisan. Teman-teman mulai berjalan keluar lapangan, begitu juga aku, Siwi dan Mimin. Siwi dan Mimin adalah dua teman yang lumayan dekat dengan saya semasa SMA. Barisan kami melewati jalan yang tak begitu luas dengan rerimbunan di kanan-kiri jalan. Sebut saja ladang yang berada di kanan-kiri jalan yang kami lalui. Aspal jalan tak begitu halus, berlubang di sana-sini. Di tengah perjalanan saya, Siwi dan Mimin tertinggal barisan hingga harus berlari mengejar teman-teman. Setelah melewati sebuah perempatan, kami sampai di jalan yang lebih sempit dari sebelumnya dan tak beraspal. Hanya tanah dan sedikit berbatu.


"Itu kah pohon yang kau maksud?" tanya Siwi di tengah perjalanan sambil menuding ke arah tiga pohon yang ukurannya tak terlalu besar dengan daun yang habis dimakan ulat.

Saya menatap tiga pohon itu dengan seksama dan merasa deja vu. "Iya. Sepertinya tak asing, tapi tak begini," jawab saya meragu masih memerhatikan tiga pohon yang menyerupai pohon alpukat itu. Besar, sedang dan agak kecil. Begitu urutan tiga pohon alpukat yang berdiri di tepi jalan tepat di pinggir sebuah pekarangan itu.

"Dan itukah rumah yang kau cari?" Siwi kembali menuding. Kali ini ia menuding sebuah bangunan rumah dengan ukuran lumayan besar, tampak masih bagus namun tak terawat.

Saya melompat lebih dekat di depan halaman rumah itu. Mengamatinya dengan seksama. "Kok begini? Kayanya nggak gini," masih dengan penuh keraguan saya menjawab pertanyaan Siwi, masih sembari mengamati rumah itu.


Rumah dengan tembok putih sedikit usang dengan bentuk sederhana khas rumah orang-orang desa di kampung kami. Yang saya ingat dari rumah itu adalah adanya jendela kaca besar di bagian depan dan tertutup kain kelambu putih bermotif bunga-bunga kecil. Sedikit lusuh tampilan kelambu kain itu. Saya tidak ingat apakah ada pintu atau tidak di rumah itu. Saya hanya ingat ada taman kecil di depan rumah itu. Taman bunga yang tampak tak terawat. Bunga-bunga bermekaran tumbuh diantara rumput liar yang juga tumbuh subur dalam taman itu. Di dekat taman ada sebuah baju dan Sewek (Jarik) yang sedang di jemur. Yang saya rasakan adalah kecewa. Sepertinya rumah itu bukan rumah yang saya cari.


"Apa benar bukan itu?" imbuh Siwi penasaran seraya mengikuti langkah saya.

"Entahlah. Aku rasa bukan," masih saja aku meragu.


Dan kami pun sampai di sebuah area pemakaman tepat di samping rumah tadi. Area pemakaman ini di bagi menjadi dua bagian. Di sisi kanan seperti area pemakaman umum. Dan satu yang menarik perhatian saya. Ada satu makam yang masih basah. Gundukan tanahnya masih tinggi tanda makam itu masih baru. Saya merinding sendiri melihatnya. Entah kenapa saya teringat pada baju Kebaya Nenek dan Jarik yang di jemur di halaman rumah asing yang kami lewati sebelumnya ketika menatap makam yang masih basah itu. Karena merasa tak nyaman dengan area pemakaman di sebelah kanan, saya pun menoleh ke arah kiri depan. Area pemakaman di sisi kiri ini lebih rapi. Ada pagar, bukan tapi tembok yang tidak terlalu tinggi. Di empat sudut tembok terdapat bentuk apa ya nyebutnya, seperti rumah-rumahan kecil. Dan area di dalam kupengan tembok itu terdapat makam-makam rapi dan di tengah-tengahnya ada makam yang terletak di dalam pendopo. Di sisi pemakaman ini tak ada kesan angker. Yang ada suasana tenang. Hening.


"Kenapa kita ke sini?" tanya Siwi.

"Nyai yang nyuruh. Kita di suruh ziarah ke sini. Katanya hanya kunjungan biasa jadi kita saja yang kemari, Nyai nggak ikut," jawab saya menerangkan. Sambil berjalan dan kemudian kami sudah sampai di area makam. Namun terasa aneh. Makam di mana kami bertiga berada saat itu ada di dalam area tertutup.

"Itu apa?" Siwi menuding ruangan di sisi kanan kami duduk. Ruangan yang seluruhnya terbuat dari kayu lengkap dengan ukiran-ukiran khas Jawa dan tertutup rapat. Tampak gelap di dalam sana.

"Itu ruangan khusus untuk orang yang mau nginep di sini. Buat orang ritual nyepi," saya kembali menerangkan.

"Oh..." Siwi menganggukan kepala tanda paham.


Setelah ziarah, kami hendak pulang dan berjalan di jalan ramai seperti pasar.

"Pundak kananku sakit, kepala bagian kananku pun sakit," saya mengeluh pada Siwi.

"Eh, tau nggak. Kata Nyai kamu diikutin sama nenek-nenek. Dan Nyai meminta kita jenguk makam yang baru tadi," sela Mimin.


Saya dan Siwi menghentikan langkah. Siwi diam menatap saya, begitu juga Mimin. Saya pun berdiri diam diantara lalu lalang orang. Merasakan sakit di pundak dan kepala. Tiba-tiba sesosok nenek-nenek memakai baju Kebaya Nenek dan Jarik melintas di pikiran saya. Bersamaan dengan itu saya terbangun.


Ya Tuhan, apa maksud dari mimpi itu? Makam? Rumah? Nenek-nenek? Dan ingatan tentang mimpi buruk itu terus menghantui saya seharian ini walau seharian ini saya disibukan dengan kegiatan membabu ria.


Migraine. Mungkin karena lelah dan tak bisa istirahat jadinya migraine datang di sore hari yang alhamdulillah turun hujan. Pundak kanan dan kepala bagian kanan saya sakit sangat.


Terkadang mimpi memang sebuah pertanda. Tapi tentang kebenaran dan kenyataan hanya ALLOH Yang Maha Mengetahui.


Di tengah rasa lelah dan tak bisa tidur, hanya bisa rebahan tak karuan, saya kembali membuka draft catatan di Young. Saya menemukan catatan yang tertulis pada 17 April 2014. Catatan yang diam menjamur dalam draft Young. Catatan tentang tragedi tenggelamnya kapal ferry Sewol Korea Selatan. Catatan yang sempat saya coba upload berulang-ulang namun gagal dan akhirnya saya biarkan menjamur di dalam draft Young. Dan tadi iseng saya kirim via FB dan Email dan alhamdulillah berhasil.


Saya ingat kala itu saya sampai jengkel karena terus gagal mengupload catatan kecil itu. Kala itu memang Korea Selatan sedang berduka dan pencarian korban masih terus dilakukan. Situasi belum stabil dan duka masih menyelimuti warga Korea. Sudahlah.


Mungkin memang tak baik hasilnya jika di upload sekarang. Akhirnya saya pun menyerah. Membiarkan catatan itu begitu saja tanpa menambahnya sedikit pun.


Seperti saya yang bertanya pada Tunjung ketika ada orang meninggal, "Apakah dia pamit sama kamu?", beberapa waktu lalu setelah terjadinya tragedi kapal Sewol ada seorang teman bertanya pada saya, "Apakah temanmu tak mendapat firasat tentang ini seperti peristiwa pesawat MH370 kala itu? Kenapa kau tidak menuliskannya?" Saya hanya menjawabnya, "Jika diberi izin maka akan saya tulis seperti sebelumnya. Sayangnya saat ini usaha untuk membuat catatan terus gagal. Tunggu ya. Semoga kita ada rejeki menuliskan tentang ini."




17 April 2014.


Honestly I'm forget that today is Junki Oppa's birthday. Adek macam apa saya ini (T.T)


Ok. Sudah memberikan ucapan selamat ulang tahun pada masku tercinta Mas Junki setelah buka notif ultah di FB. Heuheuheu... babo jara. Mas Junki ultah yang ke berapa iya...?? 32 tahun internasional dan 33 tahun usia Korea?? Moga panjang umur dan barokah ya Oppa


Ikutan sedih karena ultah Mas Junki tahun ini diwarnai duka karena adanya insiden tenggelamnya kapal feri Sewol di laut lepas Korea Selatan. Pagi ini dikabarkan 6 orang meninggal dan 290 orang masih dalam status 'missing'. Makin nyesek ketika pesan-pesan SNS dan Kakao dari para korban diposting. Ada pesan terakhir, ada pesan yang menyatakan jika mereka masih hidup di dalam kapal feri dan terjebak diantara korban meninggal dengan baterai hape limit, gelap, terendam air yang dingin dan udara yang minim. Mereka tak berani terpejam karena takut tak bisa bangun lagi. Pesan SNS yang memanggil 'Omma' mereka, minta tolong pada Omma mereka dan mereka ketakutan (TT.TT) Ya ALLOH... membaca itu semua benar-benar bikin nyesek di dada dan nggak bisa tidur. Gimana seandainya saya diposisi korban? Atau di posisi ibu yang anaknya mengirim pesan minta tolong? Rasane nggak duwe ati (TT.TT) lemes seketika otak ini memikirkan itu semua. Anak berangkat liburan niatnya seneng-seneng malah mendapat musibah. Kita memang tidak akan pernah tahu pada apa yang akan terjadi menimpa kita. Hanya ALLOH Yang Maha Tahu.


Yang mengharukan adalah kisah dari... Jung Chawoong. Semalam ada postingan teman isinya "seorang siswa di kelas presiden menyelamatkan teman sekelasnya, tapi dia sendiri tidak selamat. dia berhasil menyelamatkan temannya namun membiarkan dirinya sendiri mati. dan hari ini adalah hari ulang tahunnya."


Terharu. Dialah pahlawan yang sebenarnya. Dan dia meninggal di hari kelahirannya. Dan dinihari teman lain memposting " RIP Jung Chawoong, the true hero. And happy birthday 😔😔 #PrayForSouthKorea" dengan menyertakan sebuah foto. Banyak komentar dalam postingan itu dan dari salah satu komentar saya menjadi tahu Jung Chawoong adalah pemuda yang berada di tengah di dalam foto postingan itu. Pemuda yang tampan dan ksatria yang sebenarnya.


R.I.P he's a true hero. proud of him.


Dan sebuah tragedi selalu saja menimbulkan pro dan kontra. Manusia... (-.-")


Menurut beberapa postingan tragedi kapal Sewol Korea Selatan 15 April 2014 adalah sama dengan tragedi Titanic 15 April (tahunnya lupa). Well, inipun jadi pro dan kontra. Orang nyamain tanggalnya pun jadi masalah, dipermasalahkan. Terserahlah kalian mau apa. Just can pray from here for the victims.


Nah yang bikin saya... apa ya termangu (?) atau nggumun adalah kecelakaan di negara maju tuh gitu ya. Eh, please don't bashing here. Maksudnya gini, kalo di negara kita kan kapal tenggelam yaudah tenggelam aja korban mati ilang dll udah. Tapi di kasus kapal feri Korea Selatan ini korban yang selamat dan terjebak di dalam kapal masih bisa kirim pesan SNS. Saya awalnya meragu, beneran tah postingan itu? Pertanyaan itu muncul ditengah rasa trenyuh yang menyelimuti saya semalam. Logika masih kerja nie otak sepertinya. Saya mikir dalam kondisi kapal feri separo tenggelam apakah masih ada ruang kosong bagi para korban selamat itu? Lalu menurut khayalan otak cancer saya, bisa jadi memang ada seperti yang digambarkan dalam film Titanic dimana sebelum kapal tenggelam seluruhnya memang ada ruang yang tak tersentuh air dan dipenuhi orang-orang hidup yang terjebak dalam kapal, tapi pertanyaan lainnya adalah benar ada sinyal didalam sana? Mungkin saja di dalam sana gelap dan dingin, dan biasanya sinyal di laut lepas itu susah. Kalau di sini sih. Tapi nggak tahu juga ya kalau di negara maju. Dan keajaiban Tuhan itu selalu ada. Nah lho. Otak saya perang sendiri semalam (@.@)?


Hanya bisa mendoakan bagi para korban. Semoga korban selamat segera bisa dievakuasi, diselamatkan dari dalam kapal. R.I.P bagi para korban meninggal dan bagi keluarga para korban semoga diberi ketabahan dan kekuatan. Amin. #PrayForSouthKorea




Dan inilah tambahan catatan dari catatan tertanggal 17 April 2014.



Pagi itu saya menunjukan salah satu foto korban meninggal dari tragedi tenggelamnya kapal ferry Sewol di Korea Selatan pada Tunjung. "Kasihan ya. Dia cantik, masih muda tapi harus meninggal seperti ini," kata saya sembari menunjukan foto gadis cantik bernama Park Jiyoung yang merupakan salah satu korban meninggal dari tragedi tenggelamnya kapal ferry Sewol. Tunjung terkejut melihat foto di hape saya. Dia benar-benar tak bisa menyembunyikan ekspresi keterkejutannya itu.


"Siapa dia? Dia mati kenapa?" buru Tunjung di tengah keterkejutannya.

"Dia?? Namanya Park Jiyoung. Salah satu korban meninggal dalam tenggelamnya kapal ferry di Korea. Kenapa?" saya jadi penasaran. "Omo!!! Jangan katakan dia datengin kamu juga?!!" saya menebak keterkejutan Tunjung.

"Iya, dia. Ya Tuhan! Maaf. Aku pikir dia hantu," Tunjung terlihat tulus meminta maaf.

"Maaf?? Hantu?? Maksud kamu apa sih?"

"Dia datang. Wajahnya putih pucat, tapi dia diem pas nemuin aku cuman kelihatan bingung gitu aja. Ternyata dia bukan hantu. Maaf... maaf..." lagi-lagi Tunjung meminta maaf.

Saya melirik sekitar, "Apa... dia masih di sini...?" tanya saya ragu-ragu. "Iya!" Tunjung mengangguk yakin. Seketika itu saya merasa merinding walau suasana masih pagi.


Selanjutnya kami terus memantau perkembangan tentang tragedi tenggelamnya kapal ferry Sewol. Benar-benar menyentuh hati. Pesan-pesan yang dikirim korban masih hidup dan terjebak di dalam kapal ferry yang mulai tenggelam, membaca semua tulisan tentang itu benar-benar menyentuh hati. Lalu cerita tentang kakak laki-laki yang memberikan pelampung pada adik perempuannya sehingga adik perempuannya selamat dan dia sendiri berakhir tragis ditemukan tewas mengambang jarak beberapa meter dari lokasi tenggelamnya kapal. Kisah yang memilukan. Seolah menonton kematian para korban selamat dan terjebak di dalam kapal ferry yang tenggelam secara perlahan. Pada akhirnya para korban selamat yang terjebak di dalam kapal pun berakhir dengan kematian. Sungguh memilukan.


Walau jauh dan hanya memantau dari akun Twitter #PrayForSouthKorea -> @Pray4SouthKorea yang kala itu langsung memberikan follow back pada saya, rasa duka itu terasa sangat dekat. Takdir, sekuat apa pun kita berusaha tetap saja kita tidak bisa melawannya. Dan tentang kematian yang pasti, tak ada seorang pun yang bisa menolaknya. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu dan Maha Berkehendak.


Tunjung menuturkan beberapa hal yang sempat ia lihat selama tragedi terjadi dan pencarian korban di teruskan. Menurutnya gadis berwajah cantik namun pucat yang belakangan kami ketahui sebagai Park Jiyoung datang menemuinya namun tak mengatakan apa-apa. Kala itu Tunjung tak tahu jika ada tragedi tenggelamnya kapal ferry Sewol di Korea Selatan. Gadis itu datang menemuinya, namun tak menyampaikan apa pun. Ia tampak kebingungan menurut pengakuan Tunjung. Setelah mengetahui jika ada tragedi tenggelamnya kapal ferry Sewol, beberapa hari berikutnya saat bertemu Tunjung saya kembali bertanya apakah ada hal lain yang Tunjung alami. Apakah ada yang datang menemuinya dan mengajaknya masuk ke dalam kapal ferry Sewol yang tenggelam sama seperti ketika tragedi MH370 terjadi. Saya memburu Tunjung dengan pertanyaan penasaran saya.


Tunjung menuturkan gadis itu sempat tinggal cukup lama di dekatnya dan Tunjung membenarkan jika gadis itu menuntunya masuk ke dalam kapal ferry yang tenggelam. Dan tentu saja selanjutnya adalah gambaran-gambaran memilukan yang diceritakan Tunjung.


Menurut saya inilah tragedi paling menyedihkan selama setengah tahun 2014 ini. Bagaimana proses tenggelamnya kapal itu bisa disaksikan namun kita yang hidup tak bisa melakukan apa pun. Hanya bisa diam menonton kematian perlahan dari para korban selamat yang terjebak di dalam kapal yang tenggelam. Semoga semua beriistirahat dengan tenang dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Amin.


Demikian catatan yang sempat tersimpan dalam draft cukup lama. Maaf jika ada kata yang tak berkenan. Terima kasih.

tempurung kUra-kUra, 20 Juli 2014.

shytUrtle

Tambahan. Cerita setelah selesai nulis note ini.


Berdua di markas sama tunjung. tunjung makan apel sambil duduk di lantai sibuk ma ponselnya. saya makan apel sambil baca novel. tiba-tiba...

"U, sekarang loh ya sekarang, di depan markas ada orang lagi ngintip di jendela," kata Tunjung memulai obrolan.
"Orang??"
"Iya. Ngintip gini," Tunjung mempraktekan bagaimana posisi si 'orang' yang Tunjung maksud sedang ngintip di jendela depan. "Dia item, item banget, matanya merah menyala," imbuh Tunjung usai mempraktekan bagaimana si 'orang' mengintip ke dalam markas yang ia maksud. "Dia di jendela utara. Kamu mau buktiin? Coba liat sekarang," pinta Tunjung.
"Emoh! Itu bukan orang, tapi dedemit kali, Njung!" tolakku.
"Hehehe. Dedemit?" Tunjung tersenyum geli.
"Iyalah. Mana ada orang item mata merah menyala kaya gitu?"
"Hehehe." Tunjung nyengir.
"Eh, masih di sana dia?" tanya saya penasaran.
"Iya. Mau lihat kamu?"
"Ogah ah!"
"Gak papa. Pembuktian!"
"Emoh!! Kamu usir dia napa! Ngapain dia ke sini, mau apa ngintip-ngintip." Desak saya.
Tunjung diam melanjutkan makan apel merah di tangannya.
Ok! I hope that dedemit is gone now. That too scary.
 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews