Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

08:12

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
 

 


. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-                  Song Hyu Ri (송휴리)
-                  Rosmary Magi
-                  Han Su Ri (한수리)
-                  Jung Shin Ae (정신애)
-                  Song Ha Mi (송하미)
-                  Lee Hye Rin (이혜린)
-                  Park Sung Rin (박선린)
-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.

...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini...?
***
 
Land #25

                Pulang sekolah Magi, Sungrin, Hyuri dan Suri langsung menuju club Golden Rod. Clovis juga baru sampai di club sepuluh menit lebih awal dari rombongan Magi. Selain Jaesuk, ada Sungjeong dan Nichkhun juga yang menunggu di sana. Dan keberadaan keduanya sempat membuat Hyuri dan Suri terkejut. Mereka ada di luar kastil?

                Sungjeong tersenyum lebar menyambut Magi. “Kenapa? Aneh melihatku di sini?” tanya Sungjeong sembari menatap Hyuri lalu Suri. “Aku harus memastikan semua gaun rancanganku pas di badan kalian dan memastikan apakah ada kekurangannya. Tatapan kalian berlebihan sekali,” Sungjeong bersungut-sungut menatap kesal Hyuri dan Suri.

                “Maafkan kami Sunbaenim,” Suri menunduk sopan diikuti Hyuri.

                “Sudahlah. Jangan merusak suasana hatiku yang sedang senang berbunga-bunga ini.” Sungjeong kembali menatap Magi, “Jadi bagaimana pasangannya Nona?”

                “Aku telah memikirkannya... musim dingin untuk Dongwoo dan Hyuri, musim panas Seunghyun dan Suri, musim semi untuk Hyoseok dan Sungrin lalu musim gugur aku dan Yonghwa. Bagaimana?” Magi meminta pertimbangan dari usulannya.

                “Kami menurut saja,” Yonghwa setuju mewakili teman-temannya.

                “Bagaimana dengan kalian?” Sungjeong menatap Hyuri, Suri dan Sungrin. “Aku anggap kalian setuju!” ucapnya cepat mengambil keputusan sebelum tiga gadis itu sempat membuka mulut. “Sekarang kalian coba kostum masing-masing,” Sungjeong membagikan kardus-kardus di tangannya. “Kalian sudah tahu kan di mana ruang tunggu Snapdragon?”

                “Tentu saja. Kami pergi dulu,” Suri pamit kemudian pergi bersama Hyuri dan Sungrin.

                “Lekas kembali! Jangan lama-lama!” seru Sungjeong.

                “Iya!” jawab Suri dan Hyuri hampir bersamaan.

                Clovis yang telah mendapatkan kostum mereka pun pergi untuk mencoba kostum rancangan Sunjeong itu. Sungjeong tersenyum puas lalu bergabung bersama Nichkhun, Magi dan Jaesuk yang berkumpul di satu meja.

                “Aku menambahkan beberapa pembaruan di sana-sini dari ide Sungjeong dan idemu, bagaimana kau setuju?” tanya Nichkhun sembari menunjukan hasil rancangannya pada Magi.

                “Penyempurnaanya aku serahkan pada Oppa sepenuhnya.” Jawab Magi menyetujui apa pun usulan Nichkhun.

                “Hah... ini pasti akan sangat keren. Setiap malam menjelang tidur aku selalu membayangkannya,” Jaesuk berbinar.

                “Paman seperti anak kecil saja,” olok Magi.

                “Apa kalian akan benar-benar menggunakan bunga asli untuk semua dekorasinya?”

                “Rencananya begitu,” Nichkhun sembari tersenyum puas menjawab pertanyaan Jaesuk.
***

                “Wah, tadinya aku pikir gaun ini benar-benar tanpa lengan, ternyata ada kain tipis dan lembut ini,” Suri selesai mengenakan gaun hijau untuknya. Ia sibuk memperhatikan bayangannya di cermin.

                “Jadi di sini Magi dan Snapdragon biasa tampil?” Sungrin yang telah selesai memakai gaun putih untuknya lebih dulu tengah duduk di salah satu kursi rias di ruang tunggu Snapdragon.

                “Iya. Kursi yang kau duduki itu kursi rias milik Magi.”

                “Wah, kebetulan sekali. Saat malam pasti terlihat lebih hebat di sini,” Sungrin senyum-senyum membayangkannya.

                “Gaun putih itu pas sekali di tubuhmu.” Puji Suri.

                “Iya. Onni Desainer itu hebat ya. Dia juga cantik.”

                Suri hanya tersenyum menanggapi pujian Sungrin. ‘Dia mana tahu jika Sungjoeng Sunbaenim itu laki-laki. Lucu sekali mendengarnya memanggil Sungjeong Sunbaenim dengan sebutan Onni,’ gumam dalam hati Suri.

                “Teman-teman! Tolong aku!” Hyuri muncul dari balik kelambu ruang ganti dan tampak kerepotan dengan gaun ungu miliknya. “Aku tak bisa mengancingkannya,” keluhnya berlanjut.

                Suri menggeleng pelan sembari berjalan mendekati Hyuri. “Aku rasa benar kata Magi, kau itu bukan perempuan, tapi laki-laki,” olok Suri yang kemudian berhenti tepat di belakang Hyuri.

                “Aku perempuan tulen!” bantah Hyuri. “Hanya saja ini pertama kalinya aku memakai baju merepotkan seperti ini.”

                “Ini gaun, bukan baju.” Suri meralat. “Angkat rambutmu.” Pinta Suri pada Hyuri.

                Hyuri mengumpulkan semua rambutnya dengan tangan kanan dan menariknya ke atas bersamaan dengan sampainya Sungrin di dekatnya.

                “Kau punya tato??” Suri terbelalak menatap tato berbentuk kupu-kupu berwarna ungu di tengkuk Hyuri.

                Sungrin ikut terkejut dan turut mengamati tato di tengkuk Hyuri.

                “Hanya iseng.” Jawab Hyuri.

                Suri menghela napas sembari menaikan resleting gaun Hyuri. Sementara Sungrin masih mengamati tato Hyuri hingga Hyuri menurunkan rambutnya kembali dan menutupi gambar kupu-kupu itu.
“Hanya iseng?? Mana mungkin. Aku tahu kau penggila warna ungu, tapi apa artinya gambar kupu-kupu itu?” tanya Suri yang penasaran tanpa sungkan. Sungrin diam dan menyimak.

“Kupu-kupu hanya wujud lain dari ulat buruk rupa setelah metamorfosis. Ulat buruk rupa yang lemah dan menjijikan itu, setelah bertapa akan berubah menjadi kupu-kupu cantik. Aku merasa aku adalah ulat buruk rupa itu dan aku berharap suatu saat nanti, entah kapan itu, setelah penempaan keras itu, aku harap aku bisa berubah jadi kupu-kupu cantik. Itu saja. Apa itu terlalu tinggi?” Hyuri menatap Suri lalu Sungrin. Sejenak suasana menjadi hening.

“Anee.” Sungrin memecah kebisuan. “Setiap orang punya hak untuk berharap. Kemudian berusaha mewujudkan harapan itu. Tentang hasil akhir, serahkan saja pada Sang Penguasa Alam. Yang penting kita sudah berusaha.” Sungrin tersenyum manis pada Hyuri.

Hyuri tersenyum lega membalas tatapan Sungrin. “Hah... ini sangat merepotkan.” Keluh Hyuri kembali. “Apa kita juga harus memakai high heels?”

“Aku harap tidak. Akan sangat menyiksa jika seharian di atas truk berdiri dengan mengenakan high heels. Untuk satu itu aku harus protes pada Magi,” Suri sambil menggeleng antusias. Ia membayangkan betapa lelahnya ia nanti jika harus mengenakan high heels.

“Sebaiknya kita segera kembali. Kalau tidak ada kekurangan, kita bisa segera pergi dari sini,” ajak Sungrin.

“Itu benar. Ayo!” Hyuri merangkul Sungrin pergi lebih dulu meninggalkan Suri.

“Dia bertemu orang baru yang bisa membesarkan hatinya dan melupakan aku. Hah...” keluh Suri sembari berjalan menyusul Hyuri dan Sungrin.
***

Suri tiba di depan sebuah gedung. Bangunan yang terletak di pojok jalan sesuai petunjuk yang diberikan Jonghwan via SMS. Suri meraih ponsel di sakunya dan segera membalas SMS Jonghwan. Suri menghela napas dan mengamati sekitar.

“Benar ini tempatnya? Untuk apa ia ingin bertemu denganku di sini?” gumam Suri sendiri. “Anak laki-laki kan seharusnya menjemput anak perempuan, tapi ini kenapa malah aku yang harus datang? Hah, Han Suri! Sebenarnya kau bisa beralasan kan? Tapi kenapa kau malah mengiyakan? Aigo... entahlah.” Suri berbicara sendiri.

“Han Suri!” beberapa detik kemudian Jonghwan muncul dari tangga pada lorong yang berada di samping kiri dari tempat Suri berdiri. Ia berlari kecil menaiki tangga.

Suri terkejut dan sedikit melotot melihat Jonghwan yang berlari kecil menaiki tangga. “Bagaimana kau bisa muncul dari sana?” sambut Suri saat Jonghwan tiba di depannya.

“Wae?”

“Anee.” Suri menggeleng pelan.

“Kaja! Kaja!” Jonghwan meraih tangan kiri Suri dan menggandengnya. “Aku ingin mengenalkanmu pada teman-temanku!” nada bicara Jonghwan begitu antusias.

“Mwo?? Teman-teman?? Ya, Jonghwan-ya!!” protes Suri saat Jonghwan mulai menyeretnya. Suri tak bisa menolak. Ia pasrah dan menuruti ajakan Jonghwan yang membawanya berjalan menuruni tangga entah tujuannya kemana.

Jonghwan semangat menuntun Suri menuju markas dimana ia dan teman-temannya biasa berkumpul. Setelah menuruni tangga yang seolah membawa keduanya menuju ruang bawah tanah itu, Jonghwan tiba di depan sebuah pintu. Masih menunntun tangan Suri ia membukanya dan membawa Suri masuk.

Suri terkesima ketika memasuki ruang bawah tanah itu. Jika diperhatikan di luar sana memang terkesan kumuh dan angker. Namun ketika masuk ke dalam ruangan itu, Suri merasakan suasana yang hangat dan bersahabat.

“Teman-teman. Ini dia yang sering aku ceritakan pada kalian. Han Suri. Bidadariku!” seru Jonghwan sembari merangkul Suri.

“Mwo??” Suri terbelalak mendengar bagaimana Jonghwan memperkenalkan dirinya. “Bidadariku?? Ya, Jo Jonghwan! Berhenti bercanda!” Suri menggerakan bahu kanannya agar tangan Jonghwan yang merangkulnya terjatuh.

Bukannya menjatuhkan tangannya dari pundak Suri, Jonghwan malah meremas pundak Suri dan merangkulnya lebih dekat.

“Jonghwan!” protes Suri sedikit berbisik.

“Oh, jadi ini Han Suri.” Pemuda ini muncul dengan tangan kanan memegang barbel yang ia gerak-gerakan untuk melatih otot tangannya. Suri terbelalak menatapnya. “Aku Kim Haneul. Teman Jonghwan.” Dengan cepat dan singkat pemuda yang muncul dengan membawa barbel di tangan kanannya itu memperkenalkan diri. Suri tersenyum kaku membalasnya.

“Kau lepas pun dia tak akan kemana-mana. Khawatir sekali.” satu pemuda  lagi keluar. “Hallo Han Suri. Selamat datang di markas kami. Aku Lee Hongki. Dan ini Himchan dan Hyungsik.” Hongki memperkenalkan dua pemuda yang baru muncul di belakangnya. Lagi-lagi Suri hanya membalasnya dengan senyuman kaku.

“Mereka itu kuartet H. Haneul, Hongki, Himchan, Hyungsik.” Jonghwan kembali memperkenalkan keempat temannya.

“Annyeong. Han Suri imnida,” Suri memperkenalkan diri tak lupa membungkuk sopan di depan keempat teman Jonghwan yang kini berdiri berjajar berhadapan dengannya.

“Jadi ini mantan murid SMA Maehwa itu?” Hyungsik mengamati Suri dari atas ke bawah membuat Suri risih.

“Hanya karena sekolah kami memiliki image buruk, apa kau juga berpikir semua buruk?” Suri balik bertanya.

“Anee. Kenapa kau begitu sopan?” Hyungsik masih mengamati Suri.

“Oh.” Suri tersenyum tersipu. “Tak semua murid SMA Maehwa buruk kan? Seperti yang aku katakan sebelumnya, itu hanya image kami di luar.”

“Nah ini benar kata pepatah. Melihat buku jangan dari sampulnya,” celetuk Himchan.

Suri tersenyum tersipu mendengarnya. Jonghwan tersenyum lega dan melepas tangannya yang sedari tadi memegangi pundak kanan Suri.

“Terima kasih telah menyambut Suri dengan baik.” Jonghwan tersenyum tulus pada keempat temannya.

“Hey! Kau ini! Ck! Memangnya Suri itu siapa sampai-sampai kami harus bersikap buruk padanya?” komentar Hongki kembali membuat Suri tersipu.


Empat pemuda lain baru memasuki ruangan itu. MIR, Jin, Junhyung dan Chanyeol kaget menemukan adanya makhluk asing di dalam markas bersama kelima teman mereka.

“Wah, siapa gadis ini?” tanpa sungkan MIR menghampiri Jonghwan dan Suri. Ia berdiri tepat di samping kiri Suri. Cukup dekat dengan Suri.

“Han Suri imnida,” Suri kembali memperkenalkan diri dengan sopan pada salah satu teman Jonghwan itu. “Oh! Kalian kembar??” Suri menuding MIR lalu Hongki. “Iya kembar kan??”

“Hahaha kau juga mengira kami demikian?” MIR berjalan mendekati Hongki. “Banyak yang berpendapat sama denganmu.” MIR merangkul Hongki. “Bahwa kami ini kembar.”

“Tapi kami ini benar berbeda. Aku lebih tampan darinya.” Hongki membanggakan dirinya sendiri.

“Ey! Aku lebih tampan!” MIR pun tak mau kalah.

Suri tersenyum melihat keduanya.

“Mereka itu MIR, Jin, Junhyung dan Chanyeol. Inilah teman-temannku. Kami bersama-sama sejak kami SMP hingga kini.” Jonghwan memperkenalkan empat temannya yang tersisa.

“Bersembilan?? Sejak SMP?? Woa!! Kalian seperti SNSD saja,” canda Suri.

“Hey! Kami ini laki-laki!” protes MIR. “Kami ini Gu-Mi-Ho!”

“Gu-Mi-Ho?? Aigo... itu mengerikan.”

“Itu keren tahu! Kau tahu Naruto? Dia keren kan?”

“Aigo...” Suri menggeleng pelan.

“MIR dan Hongki bersekolah di Orenji Highschool sekarang,” sela Jonghwan.

“Iya kah??” Suri berbinar menatap MIR lalu Hongki. “Dua  rekanku di transfer ke sana. Sulli dan Hara. Apa kalian kenal? Apa mereka baik saja di sana? Lama kami tak komunikasi.” Sejenak ekspresi Suri meredup.

“Ada delapan murid SMA Maehwa yang di transfer ke sekolah kami. Tapi maaf kami tak pernah memperhatikan mereka.” Jawab Hongki.

Suri terlihat kecewa.

“Ya, Han Suri. Kau mau melihat penampilan kami?? Gu-Mi-Ho??” MIR dengan nada riang.

“Nee??” Suri menatap tak paham pada MIR.
***

Junhyung bertindak sebagi DJ sedang trio MIR, Hyungsik dan Jin unjuk kebolehan dance di depan Suri. Suri yang duduk di samping kiri Jonghwan itu benar menikmati pertunjukan teman-teman Jonghwan. Suri bertepuk tangan antusias ketika pertunjukan berakhir.

“Sekarang giliranku. Duduklah dengan tenang Han Suri.” Kata Jonghwan sembari berdiri. Suri menatapnya heran.

Hongki, Chanyeol dan Haneul turut berdiri. Suri makin dibuat bingung, dibuat penasaran. Kejutan apalagi yang akan mereka buat untuknya? Suri masih menatap keempat pemuda yang berjalan menuju alat-alat musik yang tertata rapi di salah satu sudut ruangan itu. Tanpa di komando Suri pun menggeser posisi duduknya agar lebih jelas dan nyaman menonton Jonghwan dan kawan-kawannya.

Chanyeol duduk dibalik drum usai memeriksanya lebih dulu. Hongki sibuk dengan bass miliknya sedang Haneul memeriksa tuts-tuts keyboard di hadapannya. Jonghwan sibuk memeriksa gitarnya.

Tatapan Suri terhenti pada Jonghwan usai mengamati Chanyeol, Hongki dan Haneul. “Jonghwan bisa main gitar?” tanya Suri. “Maksudku Jonghwan bisa memainkan gitar?” Suri meralat pertanyaannya.

“Mereka berempat bermain dalam satu band bersama sejak sebulan setelah kami berkenalan di SMP. Tapi anehnya hingga kini band kami itu tak memiliki nama.” Terang Himchan. “Dan sejak mereka main band bersama, hanya sekali saja mereka tampil di depan umum, saat perpisahan di SMP kami lulusan kemarin.” Imbuhnya.

“Benar-benar aneh,” Suri menggeleng pelan. “Lalu Himchan-gun punya keahlian apa? Aku perhatikan semua member Gu-Mi-Ho memiliki bakat-bakat unik.”

“Hanya aku yang tak memiliki bakat apa-apa di sini,” Himchan menggeleng pelan.

“Benarkah?? Aku tak percaya.”

“Dia itu pemain Janggu. Dia tergabung dalam salah satu grup seniman tradisional.” Sanggah MIR.

“Benar kan kau punya keahlian,” Suri menyipitkan kedua matanya ketika kembali menatap Himchan.

“Sudah mulai! Sudah mulai! Simak baik-baik Han Suri. Jonghwan mempersiapkan ini semua untukmu.” MIR antusias.

Suri segera mengalihkan pandangannya dari menatap Himchan. Tatapan Suri kembali terfokus pada Jonghwan. Jonghwan tersenyum pada Suri.

“Lagu ini... untukmu. Han Suri.” Jonghwan sebelum mulai.

Suri terkejut dan tersipu. Wajahnya bersemu merah usai mendengarnya.

Jonghwan dan ketiga rekannya mulai memainkan alat musik masing-masing menciptakan sebuah perpaduan melodi apik. Suri menikmati pertunjukan itu. Jonghwan menyanyikan lagu Saranghaeyo-Kim Hyungsub (OST.Sassy Girl Chunyang) untuk Suri. Sepanjang menonton pertunjukan, tatapan Suri hanya terfokus pada Jonghwan. Tak beralih sedikitpun. Dengan senyum terkembang di wajahnya, Suri terus menatap Jonghwan.
***

Magi mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Senyum lebar terkembang di wajah pucatnya. Penonton yang berkerumun bertepuk tangan. Magi mengucapkan terima kasih sembari membungkuk ke segala arah bergantian. Satu per satu penonton maju meletakan uang di toples yang telah disediakan Magi seperti tempo hari tiap kali Magi menggelar pertunjukan di jalan Elder Flower.

Bocah laki-laki mendekati Magi dan menarik pelan lengan Magi. Magi menoleh dan tersenyum lalu berlutut di depan bocah laki-laki itu. L.Joe terus memperhatikannya sambil tak lupa sesekali memotret Magi. Bocah laki-laki itu memberikan setangkai bunga anyelir merah keunguan pada Magi. Magi tersenyum lebar dan berterima kasih pada bocah itu usai menerima bunga anyelir. L.Joe tersenyum memperhatikan adegan itu. Bocah laki-laki itu mencium pipi kanan Magi sebelum akhirnya kembali berlari menuju ibunya dan melambaikan tangan pada Magi. L.Joe menarik senyumnya melihat adegan yang baru saja berjalan mulus dihadapannya.

Magi tersenyum dan kembali berdiri masih membalas lambaian tangan bocah laki-laki yang memberinya setangkai bunga anyelir. Magi menghela napas sambari menatap bunga anyelir di tangannya setelah bocah itu membalikan badan dan berjalan pergi bersama kedua orang tuanya dan tak melambaikan tangan padanya lagi.

“Satu ciuman di pipi seharga setangkai anyelir? Murah sekali.”

Magi terkejut dan menoleh. Ia menemukan L.Joe berjalan mendekatinya. “Dia hanya seorang bocah. Ayolah...”

“Saat ini iya, tapi tidak beberapa tahun lagi. Dia akan tumbuh menjadi pemuda tampan dan bukan tidak mungkin dia akan kembali dan mencarimu.”

Magi mengerutkan kedua alisnya menatap L.Joe. Pantaskah pemuda tingkat 3 ini cemburu pada anak SD? Batin Magi.

Sejenak kemudian L.Joe tersenyum melihat ekspresi Magi. Ia berjalan lebih dekat pada Magi. “Aku hanya bercanda. Tersenyumlah.” L.Joe mengelus lembut pipi kanan Magi dimana bocah tadi menciumnya. Magi masih cemberut di depan L.Joe.

“Bahkan penonton belum sepenuhnya pergi, tapi kalian sudah mengumbar kemesraan di depan umum seperti itu,” Sungrin berjalan mendekati Magi dan L.Joe. Ada Kyuhyun di sampingnya.

“Sungrin. Kau kemari?” sambut Magi ramah yang kemudian beralih menatap pria tampan di samping kanan Sungrin.

“Ini oppaku, Cho Kyuhyun.” Sungrin memperkenalkan pria yang beraada dekat di samping kanannya.

“Oh. Senang bertemu dengan Anda. Aku Rosmary Magi, teman sekelas Sungrin.” Magi memperkenalkan diri dengan sopan.

“Dan aku Lee Byunghun. Panggil saja L.Joe, kekasih Rosmary Magi,” L.Joe turut memperkenalkan diri dengan bangga menyebut dirinya kekasih Rosmary Magi.

“Ya!” Magi memukul pelan lengan L.Joe. “Dia senior kami.” Magi meralat.

“Tapi sekaligus kekasih Magi,” imbuh Sungrin membenarkan pernyataan L.Joe.

“Baiklah. Kalian kompak bersekongkol. Aku menyerah.” Magi mengangkat kedua tangannya sejajar dada membuat yang lain tertawa.

“Ini suatu kebetulan yang disengaja. Maksudku kami sengaja datang kemari dan menonton pertunjukanmu. Apa kalian luang? Bagaimana kalau setelah ini kita makan malam bersama? Sebentar lagi hari akan berubah gelap. Lalu kita menghabiskan malam bersama. Jalan-jalan bersama. Bagaimana?” Kyuhyun mengajak L.Joe dan Magi bergabung.

“Double date? Double dinner date? Ide menarik. Ayo kita lakukan bersama.” L.Joe langsung setuju.

“Tapi maaf aku tidak bisa.” Tolak Magi langsung. “Makan malam sejenak tak apa tapi jalan-jalan, maaf aku tidak bisa. Selanjutnya aku harus ke Panti Jompo Peony.”

“Astaga. Maaf aku lupa tentang itu.” L.Joe beru ingat tentang jadwal Magi selanjutnya.

“Panti Jompo Peony? Ah, aku ingat. Kau akan tampil di sana? Boleh kami ikut?” pinta Sungrin. “Oppa, tak apa kan kita pergi bersama ke Panti Jompo Peony? Aku ingin melihat pertunjukan Magi.”

“Kalau Nona Rosmary Magi mengizinkan, aku pun ingin pergi bersama.” Kyuhyun tersenyum pada Magi.

“Dengan senang hati. Semua pasti akan senang melihatku membawa teman baru lagi.” Magi mengiyakan permintaan Sungrin dan Kyuhyun.

“Tunggu apalagi, kaja! Kaja!” Sungrin antusias.

Mereka pun pergi bersama.
***

Jonghwan menyangklet tas gitar di punggungnya dan berjalan di samping kanan Suri. Keduanya sama-sama diam, namun ekspresi keduanya sama-sama berseri sepanjang perjalanan keluar dari markas geng Jonghwan.

“Kau tak mengatakan apa pun, kenapa?” Jonghwan yang bosan pada keheningan itu memulai obrolan. “Biasanya... kau sangat cerewet.”

“Syok.” Jawab Suri singkat.

“Syok?? Apa ini semua keterlaluan??”

“Sedikit. Aku tak menyangka kau punya sisi kehidupan seperti ini.”

Jonghwan tersenyum mendengarnya. “Tapi... lagu tadi benar untukmu. Aku ragu, apa isi dari lagu itu benar-benar mewakili persaanku padamu. Ah harunya aku memilih lagu yang lain. Yang lebih tegas.”

Suri tersenyum geli.

“Eh! Senyummu itu... meledek sekali.”

“Boleh aku tanya sesuatu?”

“Silahkan.”

“Benar lagu itu untukku?”

“Apa kurang jelas pernyataan yang baru saja aku katakan?”

“Kenapa aku?”

“Kenapa kau??”

“Kau...” Suri diam sejenak. “Omo! Jangan-jangan kau mempersiapkan ini semua untuk Magi. Dan kau meminta pendapatku. Begitu kah? Aigo... babo Suri...” Suri dengan nada lirih pada kalimat terakhir.

“Kenapa jadi Magi??” Jonghwan menghentikan langkahnya dan menoleh menatap heran pada Suri.

“Kau suka Magi kan?”

“Mwo??”

“Jangan bohong. Iya kan??”

“Ya! Kau itu bodoh atau apa? Kalau aku suka Magi kenapa aku malah mengundangmu? Kenapa aku malah memberikan bunga itu padamu?”

Suri menarik senyumnya. Suasana kembali hening dan kaku. Jonghwan dan Suri menjadi canggung.

“Kenapa aku? Kau bisa mendapatkan yang lebih dari aku. Dan aku rasa Magi benar cocok untukmu. Kalian sederajat,” Suri memecah kebisuan.

“Kau ini bicara apa?”

“Anak Walikota dan gadis seperti Magi yang aku rasa cucu dari orang kaya raya. Bukankah kalian serasi.”

“Ya! Apa kau lupa jika Magi itu milik L.Joe Sunbaenim?? Kau mau dia membunuhku ha? Lagi pula aku tak suka Magi. Maksudku dia memang teman yang baik, tapi hanya sekedar teman. Gadis yang aku sukai adalah kau, Han Suri.”

Suri terperangah kaget mendengar pengakuan Jonghwan. Kedua matanya terbelalak dan mulutnya sedikit terbuka menatap Jonghwan yang berdiri tak jauh di depannya.

“Kenapa kau menatapku seperti itu??” Jonnghwan bingung melihat reaksi Suri. “Tak perlu terlalu memikirkannya. Aku tak memaksa dan aku akan sabar menunggu. Aku harap kau pun tak akan berubah sikap padaku setelah mendengar ini semua. Aku mengungkapkan isi hatiku agar kau tahu apa yang aku rasa padamu, itu saja. Maaf jika kau sudah punya kekasih dan kau kecewa pada sikapku ini. Aku yang menodai kepercayaanmu sebagai teman dengan berani jatuh hati padamu.”

“Kau ini cukup cerewet juga ya,” komentar Suri dengan tatapan tak percaya pada Jonghwan.

“Nee?? Ah, aku... aku benar-benar takut sekarang...”

“Aku merasa beruntung ketika menemukan Magi, Hyuri, Seungho dan kau Jonghwan. Gadis kelas bawah sepertiku dan Hyuri bisa mengenal kalian sungguh itu sangat luar biasa. Tapi aku mohon jangan mengasihani kami hingga seperti ini. Aku takut untuk bermimpi karena jika aku terbangun dan mimpi itu sirna, pasti akan terasa sakit bagiku.”

Jonghwan bungkam menatap Suri.

“Sungguh aku merasa tak pantas menerima pengakuan darimu seperti yang baru saja terjadi Jo Jonghwan.”

“Tolok ukur pantas dan tak pantas itu seperti apa? Aku tak tahu dan aku tak mau tahu.”

“Kau itu benar-benar konyol Jo Jonghwan. Kau tak tahu dan tak mau tahu, tapi bagaimana dengan dunia di sekitarmu?”

“Kau memikirkannya itu sama artinya kau memiliki rasa yang sama denganku.”

Suri kembali dibuat tercengang.

“Jika kau tak punya rasa yang sama padaku, kau tak akan peduli dan memberi alasan untuk menjawab pertanyaanku, tapi kau tidak.” Jonghwan tersenyum penuh kemenangan.

“Bukan beg...”

Jonghwan menarik Suri dan mencium bibir merah Suri. Suri terkejut. Jonghwan tiba-tiba meraih tubuhnya dan menciumnya. Namun ia tak kuasa menolak dan hanya bisa diam merelakan ciuman pertamanya pada Jonghwan.

Jonghwan melepas kecupannya. Tangan kanannya masih melingkar pada pinggang Suri. Ia tersenyum dan menatap lembut Suri. Menerima tatapan lembut itu tiba-tiba air mata Suri meleleh. Jatuh menuruni pipi putihnya. Jonghwan kembali dibuat bingung melihat Suri menitikan air mata.

“Kau... kau kenapa menangis?? Aku... aku salah ya??” Jonghwan berubah panik.

Suri menundukan kepala dan menggeleng sembari menghapus air mata di pipinya.

“Apa kau pikir ini terlalu cepat? Aku tak tahu. Entahlah. Tapi jumlah siswi di Hwaseong Academy sangat minim. Kalau aku tak cepat-cepat, aku takut aku tak akan mendapatkanmu. Terlebih kau lumayan terkenal di sekolah dan kau cantik. Pasti banyak yang diam-diam mengincarmu.”

“Mwoya!” Suri memukul pelan lengan Jonghwan. “Sadarkah kau jika kau terlihat bodoh seperti ini?”

Jonghwan tersenyum lega menatap Suri yang sedikit tertunduk di depannya. “Aku tak keberatan terlihat bodoh asal kau selalu ada di depanku.”

“Di depanmu?” Suri mengangkat kepala menatap Jonghwan.

“Akhirnya kau mengangkat kepalamu.” Jonghwan kembali tersenyum puas.

“Jo Jonghwan!”

Jonghwan menarik Suri dalam pelukannya. “Gomawo...” bisiknya.

“Aku yang pantas mengucap kata itu. Gomawo...” Suri pun membalas pelukan Jonghwan.

Jonghwan tersenyum dan bernapas lega mendekap Suri dalam pelukannya.
***

Sungrin terpesona melihat bagaimana Magi tampil di atas panggung dan memainkan kecapi. Snapdragon kembali menampilkan permainan alat musik tradisional untuk menghibur para lanjut usia di Panti Jompo Peony.

L.Joe duduk tenang menyaksikan pertunjukan. Senyum terus terkembang di wajahnya menemani tatapan teduh penuh kekaguman pada Magi. Kyuhyun terus memperhatikan L.Joe. Tatapan mata elang L.Joe fokus pada Magi seolah ia tak akan melepas gadis itu walau hanya sedetik saja. Kyuhyun menghembuskan napas panjang dan kembali menatap panggung.

“Hey! Kami ingin mendengar lagu modern. Kami dengar kalian biasa menampilkan itu di Club Golden Rod. Berikan pada kami juga!” seorang kakek berdiri dan menarget Snapdragon membuat kelima member Snapdragon tercengang menatapnya. “Apa di luar sana kalian bernyanyi dan menari seperti gadis-gadis di TV itu? Seperti ini.” imbuhnya sembari menirukan gerakan dance dari salah satu girlsband yang sering ia lihat di TV.

“Kakek itu menirukan dance SNSD,” gumam Sungrin sembari menahan senyum dan menggeleng pelan.

“Kakek ingin melihat kami menari dan bernyanyi?” tanya Songeun.

“Iya. Dan kita menari bersama-sama.” Kakek itu penuh percaya diri. “Oppan Gangnam Style!” kakek itu tiba-tiba menirukan tarian PSY membuat seisi aula sederhana itu tertawa.

“Kita lakukan lain kali. Kami tak mungkin menari dan bernyanyi nyanyian modern dengan memakai hanbok kan? Dan lagipula kami butuh persiapan lebih untuk itu.” Magi dengan lembut seolah berbicara dengan anak kecil yang rapuh hatinya. “Tapi malam ini aku akan menyanyikan satu lagu modern. Apa Kakek mau mendengarnya?”

“Mau! Tentu saja mau!” seru kakek itu antusias.

“Kalau begitu, Kakek duduk yang tenang. Kami akan bernyanyi untuk Kakek.” Magi mengantar kakek itu kembali duduk di kursinya.

Hanya ada keyboard di sana. Tersisa Songeun dan Magi di atas panggung. Songeun memainkan keyboard dan Magi bernyanyi. Duo Snapdragon ini membawakan lagu milik Taeyeon SNSD-Closer (OST. To The Beautiful You).
***

Sungrin terus tersenyum sepanjang perjalanan pulang bersama Kyuhyun. Ia puas akhirnya bisa melihat penampilan Snapdragon walau tak semegah di Club Golden Rod seperti yang diceritakan Suri dan Hyuri tempo hari. Kyuhyun turut tersenyum memperhatikan bagaimana ekspresi Sungrin.

“Oppa menertawakan aku?” tanya Sungrin menyadari senyum Kyuhyun.

“Ekspresimu itu apa tak berlebihan hanya untuk gadis itu?”

“Benar yang dikatakan Suri dan Hyuri tentang Magi. Dia akan berubah saat di atas panggung. Bagiku dia bukan putri, tapi bidadari.”

“Kau pun kalau mau berias bisa sepertinya.”

“Oppa!”

“Aku pun terkejut melihat Rosmary Magi di taman sore tadi.”

“Eh??” Sungrin menatap Kyuhyun dengan tatapan bingung.

“Sebenarnya beberapa waktu lalu kami datang ke Club Golden Rod.”

“Oppa curang! Tak mengajakku?”

“Rombongan Reed. Melaksanakan tugas.”

“Ke club?? Tugas apa itu??” Sungrin menatap curiga pada Kyuhyun.

“Kau ini!”

“Hehehe. Ara. Itu rahasia. Kau tahu Oppa, dia itu, Rosmary Magi selalu penuh kejutan. Dia membuatku terkesan dari awal aku melihatnya. Dia itu benar-benar tak terduga.”

“Jangan katakan jika kau jatuh hati padanya.”

“Ey! Oppa! Jelek-jelek begini aku masih normal tahu!”

Kyuhyun terkekeh. “Sepertinya kau tak kesepian lagi sekarang,” Kyuhyun meletakan tangannya di puncak kepala Sungrin lalu mengelus pelan kepala gadis itu. “Lalu apakah pemuda tadi itu, Lee Byunghun, L.Joe benar-benar kekasih Rosmary Magi?”

“Iya.” Jawab Sungrin mantab membenarkan. “Kisah cinta mereka itu... ah benar-benar manis. Beberapa waktu lalu aku berhasil membuat Magi bicara lumayan banyak tentang kisah cintanya bersama L.Joe Sunbaenim. Ini rahasia kita Oppa, diam-diam aku menulis tentang kisah cinta mereka. Aku berharap aku bisa mengikutinya sampai akhir. Dan aku berharap akhir kisah cinta mereka happy ending!” Sungrin berbinar dan tersenyum lebar.

Ekspresi Kyuhyun berubah redup melihat binar bahagia di wajah Sungrin yang telah menghentikan langkahnya. Keduanya sampai di depan Panti Asuhan Periwinkle.

“Aku bahkan tak menduga jika orang misterius yang sering memberikan sekantung uang pada anak-anak tak lain adalah Magi,” Sungrin tersenyum sembari menatap sejenak kantung plastik di tangannya. “Semakin aku penasaran dengannya, semakin aku ingin dekat dengannya dan semakin aku ingin tetap tinggal di sisinya.” Sungrin dengan tatapan menerawang tersenyum mengenang.

“Kau ingat darimana mereka berasal kan?”

“Nee. Dan aku tahu kenapa Oppa berkata demikian. Tenang Oppa, aku bukan pemberontak.”

“Syukurlah jika kau ingat semua.” Kyuhyun kembali mengelus puncak kepala Sungrin.

“Oppa tak mampir masuk?”

“Aku harus segera kembali.”

“Ara. Oppa sudah terlalu lama menemaniku di luar sini.”

“Tak apa. Kita akan melakukannya lagi jika aku luang. Kau selalu siap kan?”

“Nee.”

Kyuhyun mengecup kening Sungrin. “Aku pergi.” Pamitnya.

“Nee, Oppa. Jangan lupa mengirim pesan padaku saat Oppa sampai.”

“Nee.”

Sungrin tersenyum manis dan tetap berdiri menatap Kyuhyun yang berjalan pergi usai mengantarnya pulang kembali ke panti asuhan.
***

Kyuhyun berjalan menyusuri koridor sepi menuju asrama Reed di istana sembari sibuk mengetik pesan pada Sungrin.

“Kau sudah kembali?” Joongki tiba-tiba muncul membuat Kyuhyun terkejut hingga ponselnya hampir jatuh. “Maaf. Aku benar mengejutkanmu?”

“Maaf Yang Mulia. Hamba benar-benar tidak sopan di depan Yang Mulia,” Kyuhyun segera membungkukan badan meminta maaf.

“Ini salahku.”

“Yang Mulia... menunggu hamba? Sendirian di sini??”

“Ssh! Aku bosan. Temani aku ngobrol sejenak.”


Joongki dan Kyuhyun duduk berdua di gazebo di samping bangunan istana tempat tinggal Joongki. Ditemani teh lotus hangat dan kue keduanya mengobrol. Kyuhyun menceritakan apa yang Joongki ingin tahu darinya usai keluar akhir pekan ini. Senyum terkembang di wajah Joongki ketika ia mendengar Kyuhyun bercerita.

“Menghabiskan akhir pekan di luar sana pastilah menyenangkan apalagi ditemani seseorang yang sangat kau kasihi.  Kau selalu saja membuatku iri Cho Kyuhyun, tapi cerita-ceritamu selalu membuatku merasa hidup. Seolah aku turut keluar sana. Bersamamu.” Komentar Joongki membuat Kyuhyun tersipu. “Hari ini jalan Elder Flower dan Panti Jompo Peony? Kau melihat Snapdragon juga tampil di sana?”

“Iya, Yang Mulia. Sepertinya Snapdragon sudah terbiasa tampil di sana.”

“Sangat ingin melihat penampilan mereka kembali.”

“Yang Mulia benar penasaran pada Snapdragon?”

“Bukan. Hanya pada satu anggotanya saja.”

“Satu anggotanya saja??”

“Sempat terpikir untuk mengundang mereka ke istana, tapi itu akan terlalu beresiko bagi mereka.”

“Siapakah yang benar menyita perhatian Yang Mulia hingga Yang Mulia begini penasaran?”

Joongki mengamati sekitarnya. “Tolong tinggalkan kami!” pinta Joongki pada dayang dan pengawal yang berjaga disekitar gazebo. “Ada salah satu Reed terbaik bersamaku di sini, aku aman.”

Ajudan Raja, dayang dan pengawal itu pun mematuhi perintah Joongki dan pamit pergi. Hening. Hanya menyisakan Joongki dan Kyuhyun di sana. Joongki menghela napas lega.

“Kali ini aku akan benar-benar bicara jujur padamu. Aku akan menceritakan semua dari awal padamu. Ini akan menjadi rahasia kita. Apa kau bisa menjaganya bersamaku?” tanya Joongki sebelum mulai bercerita.

“Dengan segenap jiwa dan raga hamba Yang Mulia.” Kyuhyun menjanjikan bahwa rahasia Joongki pasti aman bersamanya.

Joongki tersenyum lega. “Baiklah. Mungkin ini adalah hal paling konyol yang pernah kau dengar dariku.” Joongki pun mulai bercerita.
***

Kyuhyun terkejut mendengar pengakuan Joongki. Dugaannya benar, gadis yang membuat Joongki jatuh hati tak lain adalah Rosmary Magi. Joongki tak hanya sekedar bercerita pada Kyuhyun, ia juga meminta Kyuhyun untuk membantunya. Apalagi Joongki tahu jika Hami, Magi dan Sungrin adalah teman sekelas. Joongki benar-benar ingin mengenal Magi tanpa harus diketahui pihak istana. Ia tak mau istana tahu dan pada akhirnya memaksa Magi untuk menjadi pendampingnya. Terlebih Magi adalah murid pindahan dari SMA Maehwa, itu semua akan membuat urusan semakin rumit.

Kyuhyun berjalan sedikit melamun menyusuri koridor menuju asrama Reed. Bagaimana momen sore tadi bersama Sungrin, Magi dan L.Joe kembali melintas di benaknya. Gadis yang ditaksir Joongki adalah gadis yang memiliki kekasih. Kyuhyun tak kuasa berkata jujur pada Joongki perihal keberadaan L.Joe di samping Magi. Ia merasa berdosa jika tak mau membantu Joongki yang selama ini begitu baik padanya. Di sisi lain, jika Kyuhyun harus mengganggu hubungan sepasanga kekasih, itupun termasuk dosa baginya. Kyuhyun benar-benar dibuat bingung akan posisinya saat ini. Haruskah ia membantu Raja dan mengabaikan Sungrin juga Magi? Atau Kyuhyun harus melakukan hal lain? Kyuhyun benar-benar dilema.

“Hyung! Kenapa berajalan sambil melamun?” sapa Geunsuk mengejutkan Kyuhyun. “Aiya! Benar Hyung berjalan sambil melamun. Ada apa Hyung?”

“Geunsuk! Ini kebetulan sekali.” Kyuhyun berbinar. Geunsuk menatapnya heran.

“Ad-da ap-pa Hyung??”

“Ayo kita bicara sejenak!” Kyuhyuh menyeret Geunsuk untuk pergi bersamanya.



***

-------TBC--------

Keep on Fighting
                shytUrtle

 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews