Fan Fiction FF

The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)

05:53

The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
            다음 이야기 화성 아카데사랑, 음악과
 

 


. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미사랑, 음악과
. Author: shytUrtle
. Rate: Serial/Straight
. Cast
- Fujiwara Ayumu (
藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (
김재중)
2. Oh Wonbin (
오원빈)
3. Lee Jaejin (
이재진)
4. Kang Minhyuk (
강민혁)
- Song Hyuri (
송휴리)
- Kim Myungsoo (
김명수)
- Jang Hanbyul (
장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1


New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
   

Cinta, musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang dan hidup…
 
 
 
EPISODE #3

            Ai menyadari kehadiran Hanbyul. Ia menoleh, tersenyum dan melambaikan tangan pada Hanbyul. Hanbyul mengembangkan senyumnya daan bergegas mendekat. Ai menawarkan bekal yang di bawa Joongki untuknya ketika Hanbyul sampai. Bahkan tanpa malu, ia memaksa menyuapi Hanbyul walau ada Joongki di sana. Hanbyul tak kuasa menolak. Malu-malu ia menerima suapan Ai dan segera memuji hasil masakan Joongki. Joongki tersenyum melihat dua anak manusia ini, lalu pamit undur diri. Ai memperhatikan Joongki yang berjalan semakin menjauh darinya. Setelah yakin Joongki tak akan mendengar apa yang ia katakan, Ai segera mendorong kotak bekal di hadapannya pada Hanbyul.
            “Bisa kau habiskan ini semua untukku?” Pinta Ai.
            “Nee??”
            “Dokter Song mengatakan itu olahan, entah ikan apa namanya, sangat amis, aku tak tahan walau menurut Dokter Song, itu baik untuk penyembuhan tulangku. Rasanya sangat aneh dan bau amis itu, membuatku mual.”
            Hanbyul tersenyum lalu menyodorkan apel merah ranum di tangannya. Ai segera tersenyum lebar, meraih apel di tangan Hanbyul dan segera menggigitnya. “Dasar Ryuk!” OLok Hanbyul namun Ai mengacuhkannya. “Mana ada vampire hobi makan apel?”
            “Aku vampire vegetarian.” Keduanya tertsenyum bersama kemudian.
            “Bukanklah masakan ini enak sekali?” Hanbyul mulai menikmati makanan di hadapannya.
            Ai lagi-lagi hanya tersenyum. Diam dan memperhatikan Hanbyul yang dengan lahapnya menyantap bekal makanan Ai. Kembali tersenyum kecil sambil kemudian kembali memasang headset pada kedua telinganya. Ai kembali menatap danau buatan.
            Hanbyul menghentikan aktifitasnya. Ia menatap Ai yang kembali diam menatap danau. Tatapan kosong yang menunjukan jika pikiran Ai tak sedang di sini. Hanbyul memiringkan kepala masih menatap Ai.
            “Sangat merindukan mereka.” Kata Ai tersenyum simpul namun tak mengalihkan pandangannya.
            “Itu sangat manusiawi, bahkan jika nanti kau menangis karenanya, itupun hal yang wajar. Jangan malu-malu, bukankah kau sudah biasa menangis di depanku.” Canda Hanbyul. “Bahu ini selalu siap untuk kau sandari, kapanpun juga.”
            “Ish.”
            “Sama sekali tak menghubungi mereka?”
            Ai menggeleng. “Membicarakan hal ini, aku jadi teringat ketika kami, aku, Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk mempersiapkan pertunjukan pertama kami di sekolah ini, Hwaseong Academy memenuhi permintaan Viceroy, Myungsoo. Aku memilih Sweet Child O’mine dari GNR, semua setuju, begitu juga Jaejoong. Dan karena aku memilih lagu itu, Jaejoong berusaha keras menirukan tarian khas Axl Sunbaenim, goyangan itu, hentakan kaki itu. Tapi yang lain malah mengoloknya.” Ai tersenyum mengenangnya.
            “Tapi Jaejoong melakukannya dengan baik diatas panggung, saat YOWL tampil perdana di sekolah.”
            “Semalaman ia belajar koreo itu karena tak mau terus di tertawakan dan di bandingkan denganku. Kami mempelajarinya bersama hingga subuh tiba.”
            Melihat senyum itu Hanbyul merasa cemburu. Ia merasa di bandingkan dengan Jaejoong. Hanbyul beralih duduk di samping Ai dan mengambil headset di telinga kanan Ai kemudian memasangnya pada telinga kirinya.
            “Hyde, Evergreen.” Kata Ai singkat.
            ***
            Myeongran menatap heran Hanbyul.
            “Ayolah Nuna. Aku mohon bantu aku. Aku mohon ajari aku.” Pinta Hanbyul dengan wajah memelas. “Aku harus menjadi laki-laki yang lebih kuat. Agar aku bisa melindungi Jiyoo dengan baik, menjaganya. Tolong bantu aku Nuna. Ajari aku. Nuna adalah putri tunggal Bibi Han yang terkenal jago dalam seni bela diri, aku yakin bakat itu juga menurun dengan sempurna pada Nuna.”
            “Tapi Tuan Muda…”
            “Tolong jangan katakan tapi,” potong Hanbyul, “ajari aku…”
            “Spesialisasiku adalah gulat.”
            “Mwo??”
            -------
            Minhwan bertandang ke rumah Byunghun. Ia heran mendapati Byunghun masih berlatih giat malam ini.
            “Apakah aka nada kompetisi? Giat sekali berlatih.”
            “Hah.” Byunghun tersenyum manis. “Apa kau melihatnya? Ekspresi tenang itu, walau ia sadar ia takkan menang.”
            “Omo! Byunghun-aa, jangan katakan jika itu Fujiwara. Benar kau mulai menaruh perhatian pada Fujiwara??”
            “Hah. Dia menarik perhatianku dari awal aku melihatnya. Sejak pertama, sangat mempesona. Dan untuk berada di sampingnya, untuk menjaganya, aku harus menjadi orang yang lebih kuat.”
            “Ya, Byunghun-aa! Kau lupa tentang Fujiwara dan Hanbyul??”
            Byunghun hanya tersenyum menanggapinya.
            -------
            “Apa??” Bibi Han terkejut.
            “Ajari aku Guru!” Kibum sambil berlutut di depan Bibi Han lengkap dengan ekspresi memelas itu.
            “Anak ini! Bela diri itu tidak mudah. Apa kau yakin akan belajar bela diri? Setelah sekian lama, kenapa kau tiba-tiba ingin belajar bela diri?”
            “Ai, aku ingin melindunginya, menjaganya. Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk tak di sini lagi. Peristiwa kemarin, mengandalkan kekuatan Wooyoung seorang, itu tak cukup.”
            “Baru terpikirkan olehmu?”
            “Setelah Ai mendapatkan luka itu, ia tak sekuat sebelumnya. Luka di tangan kiri juga luka batinnya. Ini memang sedikit terlambat, namun tak mengapa kan?”
            Bibi Han menggelengkan kepala menatap Kibum.
            -------
            Shin Ae tiba di basecamp. Ia celingukan mengamati sekitar.
            “Kau kemari?” Sapa Yongbae.
            “Nona, apa dia di sini?”
            “Eum, tidak sama sekali, seharian ini tak kemari. Kau ada perlu dengannya? Kau tahu dimana Nona tinggal kan?”
            “Eung…” Shin Ae menggusuk tenguknya, “tidak ah. Nona pasti sedang istirahat.”
            “Akhirnya kau berani juga muncul ke permukaan. Setelah sekian lama hanya jadi penguntit.”
            “Eh?? Penguntit??”
            “Iya, iya. Kau bukan penguntit. Kau diam-diam memperhatikan Nona dan menjaganya.”
            “Itu terpaksa. Untung aku tak terlambat dan orang-orang itu mempercayai ucapanku dan mau membantu, jika tidak… bisa kau bayangkan apa yang terjadi?”
            “Hah, rasanya ingin mati saja setiap kali mengingat tawuran itu. Terima kasih untuk usahamu. Terima kasih sekali.”
            “Hehe, berlebihan sekali.”
            “Nona Pengintai.”
            “Ya! Aku bukan pengintai!!!”
            ***
            Jinwoon menemui Ai yang sedang duduk sendiri di taman belakang sekolah. Ai terkejut dibuatnya. Jinwoon tak peduli lagi pada aturan yang diajukan Ai padanya yaitu melarangnya menemui Ai di sekolah. Jinwoon langsung duduk di depan Ai.
            “Oppa kemari?” Ai sambil mengawasi sekitar khawatir ada yang melihat keduanya.
            “Tak boleh? Hah. Aku lelah dan aku kesepian. Hanya begitu saja? Dan kau pada akhirnya memilih kembali ke Jeonggu Dong? Kembali meninggalkan aku sendiri di rumah besar itu? Hanya tga hari saja aku merasakan bahagia itu, akhirnya aku memiliki seorang teman untuk berbagi dalam sepinya rumah besar itu.”
            “Oppa, itu terdengar berlebihan sekali.”
            “Lihat dirimu. Tak bolehkah kami, aku, merawatmu?”
            “Maafkan aku Oppa. Itu… tidak mudah bagiku.”
            “Akan sampai kapan? Sampai kapan kau akan menghindar dari semua ini? Dari kenyataan ini? Kenyataan tentang kita. Kau membuat banyak aturan yang benar-benar membuatku gila.”
            Ai tersenyum memperhatikan ekspresi Jinwoon. “Ada baiknya kita tak akur seperti dulu ya.”
            “Apa?”
            “Oppa tak akan merasakan kegilaan ini, maaf.”
            “Hah. Kau ini!” Jinwoon mendengus kesal. “Bagaimana lukamu?”
            “Masih sama.”
            “Bukan itu! Tapi luka akibat pengeroyokan itu.” Jinwoon makin kesal sedang Ai malah tersenyum puas.
            “Bukan aku yang terluka, tapi mereka.”
            “Jung Jiyoo!” Jinwoon sedikit meninggi menyebut nama lahir Ai membuat gadis itu tertawa geli.
            “Maaf Oppa, maaf.”
            “Harusnya aku menahanmu, memaksamu untuk tetap tinggal di sisiku.”
            “Appa marah pada Oppa?”
            “Tidak. Appa sangat memahami siapa Jung Jiyoo itu. Walau sempat kesal padaku, Appa tak mempermasalahkannya, apalagi setelah bertemu langsung denganmu di Jeonggu Dong.”
            “Syukurlah.”
            “Jiyoo-aa, lain kali aku mohon dengarkan aku bicara. Jangan terus membantah dengan keyakinan bahwa kau mampu mengatasi semua sendiri. Merasa mampu menjaga dirimu sendiri dalam segala hal. Tidak selamanya demikian. Ada kalanya kau lengah dan lemah. Tuhan hanya menunjukan sedikit saja kemarin jadi bersikaplah sedikit lunak. Keangkuhanmu itu tak selamanya membawamu pada kebenaran. Aku juga mengalaminya.”
            Ai menatap Jinwoon, begitu sebaliknya. Jinwoon kemudian tersenyum manis dan mengelus kepala Ai. “Aku menyanyangimu walau itu terlambat aku sadari. Aku juga ingin seperti yang lain, bisa bebas berada di sisimu. Aku juga ingin menjagamu seperti yang Minki Hyung dan Euichul Hyung lakukan selama ini. Jadi aku mohon, jangan bedakan aku dengan membuat aturan-aturan tak masuk akal itu untukku. Jika mereka bisa dekat denganmu tanpa syarat, kenapa aku tidak?”
            Ai masih menatap Jinwoon. Sejenak ia merasa bersalah pada pemuda ini. “Aku hanya manusia biasa. Aku juga punya rasa iri dan cemburu. Aku tidak akan sanggup bertahan dari rasa iri dan cemburu itu.” Imbuh Jinwoon.
            “Lalu jika aku mengiyakan, apa mungkin kita sanggup menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi?”
            Jinwoon meraih tangan kanan Ai dan menggenggamnya. “Kau dan aku, kita pasti bisa jika kita bersama dan tetap bergandengan erat.”
            “Ish, Oppa akan baik-baik saja. Seperti sebelumnya, pasti aku yang akan menerima imbasnya.”
            “Tidak akan aku biarkan itu terjadi. Itu janjiku, padamu.”
            “Sedari awal Oppa punya ruang yang sama, bahkan ketika Oppa bersikeras menolakku. Tentang aturan-aturan itu, aku hanya tak ingin Oppa menjadi susah karenaku. Jika tak suka, ya sudah, lupakan saja. Tapi jangan menyesal nantinya.”
            “Ck! Seperti masalah besar saja. Jika mereka minta penjelasan, aku yang akan pidato panjang lebar di depan mereka.”
            Ai tersenyum dan menggeleng pelan.
            -------
Ai dan Jinwoon berjalan bersama kembali dari taman belakang sekolah. Bisa di tebak, kebersamaan keduanya segera menjadi pusat perhatian murid-murid lain. Tak jarang mereka saling berbisik sambil memperhatikan Ai dan Jinwoon. Jika Ai terlihat tenang, lain dengan Jinwoon. Ia terlihat risih dengan perlakuan murid-murid itu.
Dari arah berlawanan tampak Yiyoung dan Junhyung berjalan bersama. Dua kubu ini menyadari keberadaan masing-masing. Rasa itu kembali mengitari Junhyung. Rasa khawatir dan takut. Terlebih kali ini Ai menyadari keberadaan dirinya. Yiyoung juga merasakan hal yang sama, bahkan lebih dari yang di rasakan Junhyung. Pria yang ia kagumi dan sukai ada di samping Ai, gadis yang mendapat luka serius di tangannya karena ulah Yiyoung. Jinwoon telah menemuinya dan menyatakan kecurigaannya. Bagaimana jika Jinwoon telah mengetahui jika kecelakaan yang menimpa Ai adalah ulah Junhyung yang beralasan tak terima melihat Yiyoung menangis karena Ai.
Mereka berpapasan. Jinwoon menegakan kepala, sama sekali tak melihat Yiyoung. Yiyoung menatap Jinwoon dan Ai menatap Yiyoung, sedang Junhyung memperhatikan Ai. Jinwoon menggandeng tangan Ai dan berlalu begitu saja saat berpapasan dengan Yiyoung-Junhyung. Junhyung merasa lega Ai tak memperhatikan keberadaannya. Yiyoung menghentikan langkahnya di ikuti Junhyung. Keduanya menatap ke arah Jinwoon dan Ai yang berjalan semakin jauh. Yiyoung menundukan kepala, menghela nafas dan kembali berjalan. Junhyung bergegas menyusulnya.
“Oh, Fujiwara?” Sapa Junki –Lee Junki- pada Ai. Ia kemudian menatap heran keduanya, Ai dan Jinwoon.
“Songsaengnim.” Ai menunduk sopan di ikuti Jinwoon.
“Kalian tampak baik bersama, ini sedikit aneh.” Ai hanya tersenyum menanggapinya. “Bagaimana lukamu?”
“Hanya menunggu pulih, selebihnya aku sangat baik.” Ai kemudian tersenyum manis.
“Syukurlah. Ini sama artinya kau harus belajar lebih sabar dari sebelumnya.”
“Hehehe.” Ketiganya kemudian terdiam dan melihat sekitar. Tatapan murid-murid itu.
“Kebersamaan kalian, aku rasa karena itu.”
“Aku rasa bukan. Pasti terjadi sesuatu.” Sanggah Ai.
-------
Tatapan dan sikap yang benar membuat tak nyaman itu juga melanda Viceroy, Myungsoo, Byunghun, Minhwan, Hanbyul, Jungshin dan Sunghyun. Ini berlangsung hingga jam sekolah usai. Viceroy berkumpul di studio musik sekolah, basecamp mereka.
“Coba lihat Hwaseong Academy Community, aku rasa ada hal baru di sana yang membuat murid-murid menatap kita demikian.” Usul Sunghyun.
“Eum, tidak ada.” Minhwan sibuk dengan TAB di tangannya. “Omo! Ini…”
BRAK! Pintu ruang latihan terbuka. Chaerin, Gyuri dan Soojung masuk bersama. keenam member Viceroy menatap heran ketiganya.
“Menggelikan! Benar-benar menggelikan. Muka babak belur kalian itu, karena tawuran dengan preman? Kalian berkelahi membela gadis itu? Fujiwara Ayumu??” Chaerin penuh emosi.
“Itu yang ingin aku katakan, fotonya di unggah ke Hwaseong Academy Community.” Minhwan melanjutkan penjelasannya yang sempat terpotong.
“Foto-foto perkelahian kalian, itu.. itu benar-benar.” Gyuri tak kalah kesal.
***
Gadis ini berjalan menyusuri lorong kantor Caliptra Seta Entertainment. Masih mengenakan seragam sekolahnya. Kim Hyerin, berjalan dengan senyum yang terus terkembang di wajahnya. Staf yang bertemu dengannya tak lupa memberi sapaan hangat pada Hyerin.
“Kau kemari?”
“Paman.” Hyerin tersenyum dan sedikit menundukan kepala.
“Masih ada rapat, tunggu saja di ruanganku.” Kata Sukjin –Ji Sukjin-, pria paruh baya yang menyambut kedatangan Hyerin.
“Aku mau berkeliling, boleh kan?”
“Asal tidak membuat kekacauan.”
“Kapan aku pernah buat kekacauan?”
“Hehehe, hati-hati tersesat.” Sukjin kemudian pamit pergi.
Hyerin tersenyum kemudian kembali berjalan. Pendengaran Hyerin menangkap bunyi petikan gitar. Hyerin melangkahkan kakinya menyusuri lorong gedung mencari sumber suara petikan gitar. Hyerin menghentikan langkahnya dan menatap balkon di lantai dua itu. Dari sanalah bunyi petikan gitar itu berasal. Seorang pria tampak khusyuk memetik gitar akustik dalam pangkuannya.
Jaejoong duduk sendiri di balkon sambil memainkan gitar akustiknya. Jari-jari Jaejoong bergerak lentur memetik senar-senar akustik dalam pangkuannya. Bibir Jaejoong bersenandung mengiringi suara petikan gitar. Karena terlalu asik dengan gitarnya, Jaejoong tak menyadari kehadiran Hyerin. Hyerin berhenti di ambang pintu menuju balkon dan menyandarkan tubuhnya pada salah satu sisi pintu, melipat tangan menonton pertunjukan gratis dari Jaejoong.
“HYDE-Evergreen.” Tebak Hyerin saat Jaejoong selesai memainkan gitarnya. Jaejoong mengangkat kepala, mengerutkan dahi menatap gadis asing ini. “Benar kan? Yang kau mainkan tadi HYDE-Evergreen.”
‘Makhluk dari planet mana anak ini?’  Batin Jaejoong memperhatikan gadis berseragam sekolah yang berdiri mengembangkan senyum menatapnya.
“The Wacky Way Of YOWL Ai, aku sudah melihatnya. Ini salah satu lagu favoritnya bukan? Sebenarnya ingin menyaksikan Ai menyanyikan lagu itu dengan bahasa aslinya, Jepang, tapi dia hanya memberi kami dua versi dalam Bahasa Inggris. Aku sudah melihat keduanya, piano dan rock version, sama-sama keren. Dia selalu mempesona Yowlism, tak peduli pria atau wanita.”
“Kau Yowlism?”
“Em, begitulah. Tapi aku tidak suka kau. Aku suka The Wacky Way Of YOWL Ai, Fujiwara Ayumu.”
Jaejoong makin mengerutkan dahi mendengar pengakuan blak-blakan gadis asing yang mengaku sebagai Yowlism ini. “Jadi kau suka Ai?”
“Ehem. Dia yang terbaik dan couple yang cocok untuk The Onyx Of YOWL, Oh Wonbin. Hah, sempurna.”
Jaejoong kesal. Ia tak suka mendengarnya. “Couple? Kami bukan boyband yang kental dengan istilah couple dan segala kekonyolan itu.” Kekesalan tak hanya tergambar jelas di wajah Jaejoong.
“Kau Kim Jaejoong, apa kau akan bisa bekerja baik tanpa Ai? Ai si pendiri YOWL dan yang mengatur semua. Jujur aku menyesalkan kondisi ini. YOWL menang tanpa adanya Ai. iya, walau rumor beredar keras ini permintaan Ai, tapi tetap saja aku kecewa. Tanpanya, apakah YOWL akan baik-baik saja? Kau bahkan terlihat sangat buruk saat tampil live untuk final kemarin. Kau tidak bisa menguasai panggung, padahal kau ini kan frontman dari YOWL. Ini semakin membenarkan dugaan jika kalian hanya jago kandang.”
Mendengarnya Jaejoong merasa di adili. “Aku Kim Hyerin. Siswi Orenji Highschool jurusan perfilman. Jika kau tidak bisa bergerak maju, tanpa Ai, YOWL akan hancur. Aku yakin itu.”
“Terima kasih sarannya.” Jaejoong mengembangkan senyumnya.
“Senyummu itu, sangat tidak tulus.”
-------
“Kemana saja kau?” Sambut Taehee –Kim Taehee- Presiden Direktur Caliptra Seta Entertainment saat Hyerin memasuki ruangannya.
“Hanya ada Kim Jaejoong? Kemana member YOWL yang lain?”
“Kenapa kau kemari?”
“Onni tidak suka? Sampai jamuran aku menunggu Onni.”
“Kau tidak memberi kabar jika ingin kemari.”
“Ponsel Onni mati.”
“Astaga. Iya, maaf.” Taehee tersenyum manis. “Kim Jaejoong, dia leader dan mewakili YOWL kemari. Kau bertemu dengannya?”
“Ayo kita pergi. Omma sudah menunggu.”
***
Jaejoong terlihat cemberut. Ia tak memperdulikan ocehan Sukjin. Sukjin di tunjuk Taehee untuk menjadi pengasuh sementara YOWL sampai mereka mendapatkan manajer secara resmi.
“Jaejoong, kau dengar aku?” Tanya Sukjin menyadari ekspresi Jaejoong yang sepertinya mengacuhkan ocehannya.
“Nee.” Jawab Jaejoong malas-malasan.
“Ada masalah? Kau bisa katakan padaku.”
“Aniya. Selanjutnya bagaimana?”
“Untuk penandatanganan kontrak dan persiapan debut YOWL, kita akan segera membicarakannya.”

Jaejoong memasuki dorm YOWL. Masih dengan ekpresi kesal itu membuat Jaejin dan Minhyuk yang berada di ruang depan berhenti bercanda. Wonbin yang sibuk mengelus gitarnya juga turut menghentikan aktifitasnya itu.
“Apa terjadi sesuatu yang buruk?” Tanya Minhyuk.
Jaejoong menjatuhkan tubuhnya di sofa, tepat di samping Jaejin. “Bertemu alien.”
“Alien? Di kantor CSE?” Tanya Jaejin penasaran. “Apa itu Presedir?”
“Bukan. Entahlah. Sedikit membuatku kesal.”
“Lalu ada hal lain?” Tanya Minhyuk.
“Hanya meminta kita serius berlatih. Itu saja.”
“Mau jadi artis tenar itu begini ya? Setiap hari hanya berlatih dan berlatih. Apa yang kurang dari kita?” Gerutu Jaejin. “Ah, aku jadi rindu vampire. Apa yang ia lakukan sekarang? Baru seminggu saja sudah begini rindu. Terakhir mengirim pesan, ia mengatakan sedang mendengarkan Evergreen, HYDE, di taman belakang sekolah. Kalian juga dapat?” Wonbin dan Minhyuk kompak mengangguk, terakhir Jaejoong.
“Apa ada posting baru dalam akun resmi YOWL?” Tanya Wonbin.
“Mereka tak muncul sejak kemenangan kita. Hanya di penuhi pertanyaan dari Yowlism.”
“Hwaseong Academy Community?”
“Ah, itu. Sebentar.” Jaejin segera mengunjungi Hwaseong Academy Community. Minhyuk antusias dan bergabung lebih dekat pada Jaejin sedang Wonbin kembali menggenjreng gitarnya dan Jaejoong hanya duduk diam. Jaejin juga Minhyuk sama-sama menunjukan ekspresi terkejut.
“Ap-apa ini??” Ungkap Minhyuk terbata segera menarik perhatian Jaejoong dan Wonbin.
“Viceroy terlibat tawuran bersama mantan member YOWL Fujiwara ‘Ai’ Ayumu??” Jaejin membaca judul kiriman itu membuat Jaejoong dan Wonbin mendekat.
Foto-foto beserta isu mengenai Viceroy dan Ai memenuhi Hwaseong Academy Community dan ramai di bicarakan murid-murid dan para pengunjung setia komunitas dalam dunia maya yang belakangan makin ramai di kunjungi oleh selain murid Hwaseong Academy sendiri. Pembelaan dan pemojokan tak terelakan dalam komentar dan kiriman. Tanpa pikir panjang, Jaejoong langsung pergi. Teriakan Minhyuk dan Jaejin tak di gubrisnya. Yang ada dalam pikiran Jaejoong hanyaalah menemui Ai dan ia pergi untuk itu.
“Dia pergi…” Keluh Minhyuk.
“Sekarang bagaimana?” Jaejin berubah panik. “Bagaimana jika Manajer Hyung kemari?”
“Kita tidak bisa pergi. Sebaiknya tetap berjaga di sini, sampai Jaejoong kembali dan bersandiwara menutupi kepergian Jaejoong jika Manajer Hyung kemari.” Wonbin menenangkan dan Jaejin juga Minhyuk mengangguk setuju.
-------
Jaejoong tak bisa berpikir jernih melihat foto-foto itu. Apakah dia baik-baik saja? Apa dia terluka? Bagaimana jika benar ia terluka?  Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi kepala Jaejoong dalam perjalanannya menuju Jeonggu Dong. Berjalan cepat dan sedikit berlari agar cepat sampai ke tempat dimana Ai tinggal.
Tunggu! Jaejoong tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika sampai di ujung tangga terbawah menuju rooftop tempat Ai tinggal. Apakah Ai di sini? Bukankah dia telah di boyong ke rumah besar?
Ai baru sampai dan menemukan pemuda sedang berdiri diam di ujung tangga terbawah menuju rumah mungilnya di atap sana. Pemuda dengan kepala tertutup penutup kepala pada rompi yang di kenakannya. “Kim-Jae-Joong??”
Jaejoong menoleh. Ia tersenyum lebar melihat Ai. Jaejoong menghampiri Ai dan langsung memeluk gadis itu. Ia lega melihat Ai, sosok yang sangat ia rindukan dan baru saja sangat ia khawatirkan berdiri dengan kondisi baik di hadapannya. Ai tersenyum dan diam dalam pelukan Jaejoong.

  shytUrtle

Search This Blog

Total Pageviews