Fan Fiction FF

The White Prince and The Red Princess #7

05:04


The White Prince and The Red Princess.

* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.

Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.







#7

Taemin masih terlihat syok melihat Minhee ada di antara anggota kelompok Lion. Jaejin ikut mengalihkan pandangan dan ia tersenyum.

"Ayo!" Jaejin merangkul Taemin dan membawanya berjalan mendekati kelompok Lion. Jinki dan anggota kelompok The King mengekor di belakang keduanya.
"Oh my God! Murid terhukum?!" Krystal benar terkejut melihat Taemin berjalan mendekat dengan di rangkul Jaejin yang tak lain adalah ketua kelompok The King.
Minhee ikut menoleh. Tatapannya tertuju pada Taemin namun ekspresinya datar. Minho dan Jonghyun berdiri di antara Krystal, sedang Myungsoo dan Hyoseok di antara Minhee.
"Jadi ini. Pantas aku merasa tak asing padanya. Dia salah satu 'pangeran' The King." gumam Myungsoo.
Jaejin menyincingkan senyum ketika sampai di depan kelompok Lion. "Wah, Red Princess dan Blue Pearl hadir di Throne Street. Ada apa gerangan?" ia menyapa kelompok Lion dengan menyebutkan dua tokoh utama yang sedang menjadi sorotan publik. "Berada di sini apa tak takut merusak citra kalian?" imbuhnya.
"Pencitraan seseorang tak bisa dinilai dari satu sudut pandang saja. Kau tak perlu mengkhawatirkan bagaimana citra kami. Khawatirkan saja dirimu sendiri." jawab Krystal ketus seperti kebiasaannya.
"Wowowow Blue Pearl. Akhirnya aku mendapat teguran di dunia nyata."
Krystal menyincingkan senyum mencibir kemudian menatap Taemin yang terus menatap Minhee yang bersikap acuh.
"Kenapa tiba-tiba melayangkan tantangan balapan?" tanya Jonghyun.
"Kim Jonghyun... jangan pura-pura tak tahu," Jaejin mengangkat tangan kanannya, "dia pasti sudah menjelaskan apa yang terjadi kan?" imbuhnya sembari menuding Minho.
"Anggotamu jatuh sendiri dari motornya. Minho mengalami cidera kaki karena kecurangan anggotamu. Ia menendang kaki kiri Minho saat balapan. Sayangnya ia hilang kendali dan jatuh sendiri. Aku heran kau masih punya muka untuk menantang kami balapan. Lagi pula kondisinya tak parah. Kenapa kau semarah itu?"
"Malam ini tidak akan ada balapan," suara Minho yang penuh wibawa menyela. "Balapan antara aku dan salah satu anggotamu, terjadi secara tidak sengaja. Jadi tidak akan ada balapan sampai periode berikutnya tiba."
"Pertandingan persahabatan. Seperti itulah. Hanya main-main," Jaejin memutar tangannya. "Karena kau cidera, jadi tak ada satu pun anggota Lion yang berani maju? Malam ini, saudaraku," Jaejin merangkul Taemin, "yang akan maju balapan."
Suasana jadi sedikit ribut ketika Jaejin menyebutkan Taemin akan maju balapan. Minhee yang semula acuh sampai mendongakan kepala menatap Taemin. Begitu juga Krystal, semakin memicing ketika menatap Taemin.
"Oppa, kau sedang cidera. Kau tak boleh memaksakan diri untuk balapan." Minhee berbicara lirih berharap Minho tak akan maju untuk balapan.
"Bukan Minho yang akan maju, tapi aku." Myungsoo maju selangkah dan berada tepat di depan Taemin.
Taemin yang sebelumnya enggan balapan turut maju selangkah. Ia pun berdiri lebih dekat dengan Myungsoo.
Senyum menyincing terkembang di wajah dingin Myungsoo. "Pada akhirnya di sini kita dipertemukan kembali.”
"Kau terkejut?"
"Tidak sama sekali. Dari awal aku tahu kau."
Taemin bungkam. Sebenarnya ia-lah yang terkejut mengetahui fakta jika Minhee adalah bagian dari kubu lawan dari kelompoknya.
"Lalu taruhannya apa?" Jaejin kembali bicara.
"Bukankah hanya main-main?" Sahut Jonghyun.
"Balapan tanpa taruhan itu seperti sayur tanpa garam. Hambar. Tidak enak, tidak sedap."
"Ini hanya main-main. Tak ada taruhan." Taemin angkat bicara.
"Hah... baiklah. Aku menurut saja pada White Prince-ku karena hari ini ia telah bersedia turun untuk balapan." Jaejin mengangkat kedua tangannya pasrah. "Sebaiknya kita bersiap!" serunya membalikan badan dan mulai berjalan pergi.
Taemin sempat melihat Minhee sebelum ia pergi menyusul Jaejin.

Myungsoo beralih ke hadapan Minhee yang berdiri menundukan kepala.
"Ini hanya salah paham." Krystal menengahi.
"Aku rasa Minhee tak tahu tentang ini sebelumnya." Jonghyun mendukung Krystal.
"Ada apa sebenarnya?" tanya Minho penasaran.
"Tidak ada." Krystal berusaha meyakinkan.
"Kemaren Minhee datang ke tempat latihan bersama pemuda itu. Pemuda yang akan bertanding denganku." Myungsoo mengungkapkan fakta yang berusaha ditutupi Jonghyun dan Krystal.
"Kau... pergi dengan salah satu pangeran The King??" Minho menatap Minhee yang tertunduk menuntut jawaban yang benar.
"Itu semua... secara tidak sengaja. Oppa, aku bisa jelaskan." Minhee berusaha memberi penjelasan.
"Dia murid terhukum yang dikirim ke klub teater oleh Lee Junki Sonsaengnim. Karena tampan, ia pun dipilih menjadi pemeran utama dalam pertunjukan kami. Beradu akting dengan Minhee. Kemaren aku pingsan, karena panik Minhee sampai lupa pada ponselnya. Lee Taemin yang menemukan ponsel itu dan datang untuk mengembalikannya. Aku rasa benar karena kebetulan mereka bertemu di sudut itu. Karenanya Minhee datang bersama Lee Taemin." Krystal menyambung penjelasan Minhee. "Dan kami tak tahu tentang Lee Taemin dan The King. Datang ke Throne Street juga baru malam ini!"
Minho menggelengkan kepala menatap Minhee yang berdiri menundukan kepala.
***

"Choi Minhee adalah seorang Lion? Tidak! Aku berharap aku salah. Tapi, dia di sana. Berdiri di antara para Lion. Itu benar-benar dia." Taemin yang sudah duduk di atas motor sportnya siap untuk balapan masih belum bisa memercayai kenyataan jika Minhee adalah bagian dari kubu lawan. Ia kembali melirik Minhee yang berdiri di tepi jalan bersama anggota Lion. "Aku pun tak tahu kenapa aku menyetujui balapan ini. Tanpa taruhan. Hanya main-main. Untuk apa? Unjuk kebolehan di depan Red Princess? Tidak! Tidak!" ia terus bergumam dalam hati.

Minhee berdiri di samping kiri Minho di tepi jalan di dekat garis start. Krystal berdiri tepat di samping kirinya. Seharusnya malam ini ia bersenang-senang bersama band-nya di Throne Street, tapi kenyataan sedikit tak berpihak padanya. Ia tak menyangka bertemu Taemin namun dengan posisi seb agai lawan. Berakting sok acuh adalah keahliannya, namun itu tak cukup untuk menutupi keterkejutannya. Taemin adalah musuh Minho dan Lion, itu juga memiliki arti bahwa Taemin adalah musuhnya. Namun anehnya, jauh tersembunyi di dasar hatinya, ia justeru mengkhawatirkan Taemin. Bukan Myungsoo yang berada satu kubu dengannya.

Balapan pun dimulai. Taemin dan Myungsoo beradu kecepatan di atas tunggangan masing-masing. Peraturan malam itu cukup satu putaran saja. Masing-masing kubu terlihat cemas menunggu jagoan masing-masing. Mereka menyimak live report melalui handy talky.
Kubu Lion panik ketika mendengar jagoannya mengalami kecelakaan. Jaejin tersenyum mencibir mendengarnya. Kemudian terdengar update jika Taemin memutar balik motornya dan menolong Myungsoo yang terjatuh. Kedua kubu berubah panik ketika mendengar Myungsoo tiba-tiba menyerang Taemin yang berusaha menolongnya. Perkelahian pun tak dapat dihindari. Kedua kubu segera mengirim perwakilan masing-masing ke tempat kejadian untuk melerai Myungsoo dan Taemin.

Minhee dan Krystal menunggu ditemani Hyoseok. Krystal merangkul Minhee yang tak bisa menyembunyikan kepanikannya. Tak lama kemudian kedua kubu kembali ke start. Minhee melihat ke arah Myungsoo yang berjalan di papah oleh salah satu anggota Lion. Myungsoo berjalan sedikit pincang dan ada lebam di pipi kanannya. Kemudian Minhee beralih melihat ke arah kubu The King. Taemin tampak baik berjalan di antara anggota The King. Terlihat pojok bibirnya berdarah. Malam itu balapan motor tak memiliki pemenang dan konser musik yang akan digelar team Lion pun dibatalkan.
***

Minhee berjalan sendiri usai mengambil buku materi yang diminta guru pengajar di kelasnya. Tanpa sengaja ia bertemu dengan Taemin yang berjalan dari arah berlawanan di koridor. Laju langkah keduanya mengendur ketika menyadari keberadaan masing-masing.

Terlihat begitu canggung di antara keduanya usai peristiwa semalam di Throne Street. Minhee memeluk buku materi di dekapannya erat-erat ketika berada semakin dekat dengan Taemin. Dari arah berlawanan, Taemin yang biasanya langsung berbinar ketika melihat Minhee terlihat acuh.

"Apa Sunbaenim baik-baik saja?" tanya Minhee sambil menghentikan langkah ketika berpapasan dengan Taemin.
Mendengar Minhee menyapanya, Taemin pun menghentikan langkah. "Seperti yang kau lihat, aku masih hidup dan baik." jawabnya tanpa membalikan badan.
Minhee yang juga bertahan membelakangi Taemin tersenyum getir. "Maaf untuk insiden penyerangan semalam. Myungsoo terlalu mengkhawatirkan aku dan..."
"Aku bisa memahaminya," potong Taemin. "Hanya saja, aku cukup syok menerima kenyataan semalam. Kau dan aku..."
"Musuh." giliran Minhee memungkas ucapan Taemin. "Aku pun sama. Terkejut. Tapi aku rasa begini lebih baik. Kita mengetahuinya lebih awal. Tapi Sunbaenim tak perlu khawatir tentang hukuman itu. Aku akan membantu Sunbaenim hingga masa hukuman itu selesai. Harap tak menjadi canggung karena kita adalah satu tim. Mari bekerja sama dengan baik."

Suasana berubah hening selama beberapa detik. Minhee menundukan kepala dan mendesah pelan lalu kembali berjalan meninggalkan Taemin yang berdiri membelakanginya.

Setelah yakin jika Minhee telah berjalan cukup jauh, Taemin membalikan badan. Di tatapnya punggung Minhee yang semakin jauh meninggalkannya. Ia menghela napas, membalikan badan kemudian berjalan pergi.
***

"Kenapa memanggilku di jam pelajaran?" Taemin duduk di kursi kosong di hadapan Junki. "Di perpustakaan pula. Apakah ini ada hubungannya dengan hukumanku?"
"Kau bertemu dengannya? Aku telah mendengar tentang kejadian semalam dari Jaejin."
"Tak perlu khawatir tentang itu. Bukan salah Hyung kok. Aku bertemu dengannya di sini, di perpustakaan ini, sebelum Hyung mengirimku ke klub teater."
"Kemaren ia memergoki kita bicara bersama, tapi ketika aku tanya sejak kapan ia berdiri di belakangku, ia menjawab baru saja. Mungkin ekspresiku terlalu menonjol hingga membuatnya curiga. Lalu ia mengatakan ia sampai ketika kau bergegas pergi. Lalu peristiwa semalam..." Junki tak melanjutkan.
"Hyung memanggilku hanya untuk membahas semua ini?"
"Aku tahu kau menyukai Choi Minhee. Aku selalu memperhatikanmu Lee Taemin. Kau tak pernah bersikap seperti itu pada seorang gadis. Binar dimatamu ketika melihatnya itu sangat menonjol."
"Dan Hyung khawatir karena dia adalah anggota Lion?"
"Bukan hanya itu. Choi Minhee adalah putri bungsu dari Tuan Choi Mun Hee, kau tahu siapa dia? Dia adalah musuh bebuyutan ibumu. Sejak lama Bibi dan Tuan Choi bersitegang dalam urusan bisnis dan bidang lain. Jadi kau tahu artinya kan? Jika kau terus maju itu tak akan baik untukmu juga Minhee. Keadaan semakin memburuk usai peristiwa kelam tiga tahun yang lalu. Apa kau mengetahuinya?"
"Peristiwa tiga tahun yang lalu?"
"Em." Junki mengangguk.
Taemin mengerutkan dahi. "Apakah tentang kematian putri sulung Tuan Choi? Kakak Minhee?"
"Iya. Berita yang tersebar putri sulung Tuan Choi meninggal karena sakit, tapi sebenarnya ia bunuh diri.”
"Aku mendengarnya dari Minhee. Kakaknya bunuh diri setelah tahu kekasihnya mati dalam kecelakaan."
"Kau tahu siapa kekasih putri sulung Tuan Choi yang meninggal dalam kecelakaan itu? Dia adalah salah satu orang kita. Tuan Choi tak menyetujui hubungan putri sulungnya dengan salah satu orang kita karena strata sosial. Pemuda yang dicintai putrinya berada di kasta yang lebih rendah dan parahnya lagi adalah orang dari pihak kita. Penyebab kecelakaan yang merengut nyawa orang kita tak lain adalah ulah Tuan Choi."
Taemin menjatuhkan punggungnya ke punggung kursi. Minhee adalah putri dari pembunuh?
"Walau pelaku telah di tangkap dan di penjara, orang-orang kita belum bisa memaafkan Tuan Choi. Lee Seunghwan pemuda yang baik, tapi ia harus mati dengan cara mengenaskan hanya karena ia mencintai putri seorang Tuan Choi. Aku menyesalkan hal itu." Junki menatap Taemin yang tiba-tiba diam seribu bahasa. "Bagaimanapun juga ini salahku. Aku telah mengirimmu ke klub teater yang membawamu semakin dekat pada Minhee. Sebelumnya aku pikir kau tak akan tertarik pada Red Princess atau Blue Pearl, tapi..." Junki kembali diam. "Kalau bisa sudahi saja. Sebelum rasa itu tumbuh semakin subur di hatimu. Maafkan aku untuk semua ini." Junki menundukan kepala di depan Taemin yang bergeming.

Taemin harus menelan pil pahit bernama kenyataan bahwa gadis yang ia sukai--Choi Minhee- tak hanya seorang Lion tapi juga putri dari seorang yang tega menghabisi nyawa salah satu orang yang berada di pihaknya hanya karena pemuda itu jatuh hati pada putrinya. Semua kenyataan itu sukses membuat Taemin kacau hanya dalam waktu singkat. Ia tak tahu harus berbuat apa kini. Rasa kesal dan benci itu ada, tapi rasa suka pada Minhee pun bertindak sama kuatnya. Semua itu campur aduk dan bergemuruh di dalam dada Taemin.

Taemin berjalan kembali dari perpustakaan saat jam istirahat tiba. Ia menghentikan langkah ketika melihat Minhee dan Krystal berjalan bersama. Kedua gadis itu terlihat riang. Terus diperhatikannya gadis bernama Choi Minhee yang telah membuatnya jatuh hati sejak pertama ia melihatnya. Haruskah ia membenci gadis itu karena ulah ayahnya? Haruskah ia benar-benar mengubur perasaannya pada Choi Minhee? Membunuh perasaan  itu?

Junki yang baru sampai di belakang Taemin turut menghentikan langkah. Ia menghampiri pemuda itu dan menepuk pelan pundak Taemin. Taemin mengembangkan senyum--yang terlihat sangat tak tulus, senyuman getir- lalu kembali berjalan meninggalkan Junki.
***

"Mari bekerja sama dengan baik." suara Minhee kembali terniang di telinga Taemin yang hendak meninggalkan sekolah bermaksud tak mengikuti latihan teater. Usai suara itu muncul, senyuman manis di wajah ayu Minhee melintas di ingatan Taemin. Ia menggelengkan kepala dan berbalik lalu bergegas menuju basecamp klub teater.

Minhee sedang berlatih tarian bersama para gadis ketika Taemin sampai. Junki tersenyum lega saat Taemin memasuki basecamp. Sempat ia berpikir jika Taemin akan bolos latihan usai ia menceritakan tentang Minhee dan Tuan Choi.

Taemin duduk bergabung dengan anggota klub yang lain. Menyaksikan jalannya latihan. Terus diamatinya Minhee yang sedang menari diiringi lagu yang menceritakan keinginan seorang gadis yang ingin selalu berada dekat dengan pemuda yang ia cintai walau itu sangat sulit dan bahkan tak mungkin. Si gadis percaya akan keajaiban dan kekuatan cinta yang akan membantunya mengalahkan semua halangan hingga ia bisa berada dekat dan bersama-sama dengan kekasihnya, selamanya.

Iringan lagu dan bagaimana ekspresi Minhee ketika menari membuat dada Taemin semakin sesak. Bukankah itu yang sedang mereka alami kini? Ingin berada dekat satu sama lain namun kenyataan tak akan pernah mengizinkan itu terjadi. Taemin semakin merasakan sakit ketika tatapannya bertemu pandang dengan pandangan Minhee yang sering tertuju padanya saat menari.

"Apa yang harus aku lakukan? Bertahan atau pergi? Bertahan hanya untuk hukuman. Itu saja. Benar yang dikatakan Minhee. Aku dan dia ada dalam satu tim karenanya kami harus bekerja sama dengan baik. Ekspresi itu... itu hanya akting! Choi Minhee menyukai Kim Kibum." Taemin bergumam hati. Meyakinkan dirinya sendiri bahwa Minhee hanya berakting dan sama sekali tak memiliki perasaan padanya. "Choi Minhee hanya menyukai Kim Kibum dan selama ini ia hanya berakting. Akting untuk membantuku lolos dari hukuman ini. Iya, hanya berakting!"

------- TBC --------
.shytUrtle.

Fan Fiction FF

The White Prince and The Red Princess #6

05:10


The White Prince and The Red Princess.

* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.

Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.





#6

Taemin menegakan tubuhnya. Masih mengamati sosok dengan kostum serba hitam dengan tas berbentuk gitar di punggungnya.

"Gitar?" bibir Taemin bergerak tanpa suara. Ia berjalan cepat mendekati sosok misterius yang keluar dari area rumah Minhee dengan cara tak wajar itu.

Sosok misterius itu sibuk dengan tali yang baru saja ia gunakan untuk turun saat Taemin berhenti jarak dua langkah di belakangnya. Taemin merasa gugup. Ia menelan ludah dan bingung harus melakukan apa. Apa sebaiknya ia langsung meringkus sosok misterius yang ia curigai sebagai pencuri itu?

"Kenapa Oppa berjalan kaki?" Minhee yang telah selesai merapikan tali yang sebelumnya ia gunakan untuk menuruni tembok menegakan badan berbalik. "Oh! Sunbaenim?" ia kaget melihat Taemin sudah berdiri jarak dua langkah di belakangnya.
"Kau?!!" Taemin terbelalak kaget ketika sosok misterius yang sebelumnya ia kira sebagai pencuri ternyata adalah Minhee. "Apa yang kau lakukan?!"
"Ini rutinitas."
"Rutinitas??"
"Apa yang Sunbaenim lakukan di sini?"
Taemin meraih ponsel Minhee di saku jaketnya. "Mengembalikan ini." mengulurkan ponsel di tangan kanannya.
"Besok di sekolah kan bisa." Minhee meraih ponselnya.
"Oppa siapa yang kau tunggu?" Taemin kembali menyimpan kedua tangannya di saku jaket. "Kim Kibum? Jadi begini cara kalian kabur dan berkencan?"
"Kenapa selalu curiga pada Kibum Oppa?" Minhee menyimpan ponselnya ke dalam saku celana.
"Karena dia yang kau taksir dan menurut apa yang aku dengar dari obrolan kalian, ayahmu tak merestui itu."
"Oppa yang aku tunggu adalah Minho Oppa. Dia yang akan membantuku kabur. Tapi karena hari ini ponselku sempat menghilang dan Krystal pingsan, aku rasa dia tak akan datang. Pasti Oppa sedang menemani Krystal." Minhee berubah lesu.
"Ponselmu sudah kembali, kenapa tak mencoba menghubunginya?"
"Momen bersama Krystal adalah momen langka bagi Oppa. Aku tak mau mengganggunya. Aku bisa jalan kaki untuk mencapai jalan utama dan mendapatkan bus," Minhee melemparkan tali yang sebelumnya ia gunakan untuk menuruni tembok ke bagian dalam tembok. "Terima kasih untuk ponselnya dan maaf merepotkan." ia membungkukkan badan di depan Taemin lalu berbalik dan mulai berjalan.
"Tunggu!" Taemin mengejar dan berhenti di depan Minhee. "Aku bisa mengantarmu. Kemana pun itu. Mari kita pergi bersama." sambil mengulurkan tangan dan tersenyum lebar.
***

Hanya dengan menerima tawarannya, Minhee sudah cukup membuat Taemin berbunga-bunga. Senyum terus terkembang di wajah tampan Taemin ketika ia membawa Minhee dalam boncengannya menembus padatnya jalan raya kota malam itu.

Taemin menyusuri gang kecil yang hanya cukup di lalui motor saja mengikuti instruksi Minhee. Ia menghentikan motornya di depan sebuah bangunan kecil yang lusuh. Seperti tak terawat.

"Tempat apa ini?" tanya Taemin usai memarkirkan motornya.
"Ikut aku." Minhee meraih tangan kanan Taemin dan menuntunnya untuk ikut masuk ke dalam bangunan sederhana yang terlihat lusuh itu.

Kondisi di dalam gedung tak seburuk di luar. Walau cat yang menutupi tembok tak begitu sempurna, namun masih cukup sedap di pandang. Setelah melewati ruang depan, ada satu kamar dan sebuah tangga untuk turun ke bawah. Minhee memimpin Taemin menuruni tangga dan sampai di satu ruangan di mana di dalamnya ada tiga orang pemuda sedang memainkan alat musik.

"Oh, Red Princess kita sudah datang!" kata pemuda yang duduk di balik drum.
"Annyeong!" sapa Minhee ramah.
"Aku pikir kau tidak akan datang." sambut pemuda yang duduk memangku gitar elektrik berwarna hitam.
"Karena Krystal sakit? Aku bisa pergi sendiri kan? Dan lihat! Aku sampai dengan selamat!" Minhee merentangkan kedua tangannya.
"Dia, siapa?" tanya pemuda berwajah dingin yang duduk memangku gitar elektrik berwarna putih.
"Dia teman sekolahku. Lee Taemin." Minhee memperkenalkan Taemin.
"Lee Taemin??" pemuda berwajah dingin menyipitkan mata. "Sepertinya tak asing."
"Mereka adalah teman-teman band-ku. Drummer itu Kim Hyoseok. Gitar putih Kim Myungsoo dan gitar hitam Kim Jonghyun," Minhee berganti memperkenalkan teman-temannya pada Taemin. "Aku akan berlatih, jika Sunbaenim ingin pergi, tak apa."
"Aku akan menunggu. Aku yang membawamu pergi, aku pula yang harus membawamu kembali pulang. Itu tanggung jawabku sebagai laki-laki."
Minhee tersenyum mendengarnya. "Kalau begitu duduk dan nikmatilah musik kami." Minhee bergabung bersama Jonghyun, Myungsoo dan Hyoseok. Ia mempersiapkan gitarnya dan melakukan cek sound kemudian latihan pun dimulai.

Taemin duduk tenang menunggu Minhee latihan. Senyum manis kembali terkembang di wajah tampannya saat kedua matanya fokus menatap Minhee yang sedang mengelus gitarnya. Satu lagi rahasia Red Princess yang ia temukan. Gadis itu gemar kabur dari rumah dengan jalan melompat pagar hanya untuk berlatih musik dengan band-nya. Sungguh di luar dugaan mengingat wajah Minhee sangat kalem dan jauh dari kesan pemberontak.
***

Taemin berjalan di belakang Minhee yang menyusuri lorong dalam sebuah mini market. Setiap kali mengambil sebuah barang, Minhee menawarkannya pada Taemin juga.

Taemin menunggu di salah satu kursi di depan mini market. Tak lama kemudian Minhee keluar membawa dua cup ramen yang sudah matang.

"Ayo, makan!" Minhee menyodorkan satu cup ramen panas pada Taemin kemudian mulai memakan ramen miliknya.
Taemin mengaduk-aduk ramen miliknya dan terus memperhatikan Minhee yang sedang memakan ramen dengan lahap. Lagi-lagi Taemin tersenyum dibuatnya. "Cintanya bertepuk sebelah tangan, hobi kabur dari rumah dengan cara melompat pagar dan makan ramen? Setelah ini apalagi?" Taemin mulai bicara.
"Appa tak akan mengizinkan aku makan ramen di rumah. Itu tak sehat. Begitu menurutnya."
"Jadi setiap kali kau kabur kau makan ramen di sini? Para pegawai di mini market ini sampai hafal padamu."
"Untuk makan ramen hanya sebulan sekali, tapi setiap kali usai latihan kami selalu belanja di sini. Minuman dan makanan ringan kadang."
"Jadi itu air mineral favoritmu?" Taemin melirik botol air mineral di samping kanan Minhee.
"Nee. Hanya merk ini yang menyediakan air putih terbaik. Dan ini merk ramen favoritku." Minhee nyengir.
"Maaf karena harus mematikan mp3 di ponselmu dan wallpaper itu..." Taemin diam sejenak, "apakah kau dan Kim Kibum?"
"Bukan. Itu Eonniku dan kekasihnya. Gambar itu Myungsoo yang membuatnya. Apa terlihat seperti aku dan Kibum Oppa?"
"Rambut bergelombang itu membuatku berpikir itu kau."
"Eonniku rambutnya juga bergelombang."
"Wah, kalian seperti anak kembar dong?"
"Mungkin begitu."
"Kok mungkin? Coba kalian foto bersama pasti terlihat seperti anak kembar."
"Aku tidak bisa."
"Kok tidak bisa? Oh, kakakmu tinggal di luar negeri ya?"
"Tidak."
"Tidak? Lalu kenapa tidak bisa?"
"Eonniku... dia sudah terbang ke surga."
Taemin terkejut mendengarnya. "Maafkan aku. Aku benar-benar tidak tahu tentang itu."
"It's ok!" Minhee tersenyum tulus. "Saat menguping pasti Sunbaenim mendengar tentang peristiwa pahit tiga tahun yang lalu kan? Eonniku meninggal tiga tahun yang lalu. Bunuh diri."
Lagi-lagi Taemin menunjukan ekspresi terkejut. "Bun-nuh diri?" tanyanya terbata.
"Nee. Appa tak merestui pernikahan Eonniku dengan kekasihnya. Kakak iparku meninggal dalam sebuah kecelakaan dan Eonniku bunuh diri selang dua hari setelah mendengar berita duka itu." Minhee menundukan kepala sambil mengaduk-aduk isi dalam cup ramen.
Taemin diam menatap Minhee. Ia merasa bersalah telah membuat Minhee harus menceritakan kenangan buruknya.
"Jangan merasa bersalah karenanya. Aku baik-baik saja. Lagi pula memang begitu kenyataan nya." Minhee kembali memakan ramennya yang mulai dingin.
***

Sangat hening di antara Taemin dan Minhee sepanjang perjalanan pulang. Taemin menghentikan motornya di tempat yang sama saat ia melihat Minhee muncul dari balik tembok.

"Terima kasih sudah membantuku." Minhee membungkukan badan di depan Taemin.
"Bagaimana kau kembali?" Taemin penasaran.
"Orang kepercayaanku akan melemparkan tali untukku kembali naik."
"Kau ini benar-benar tak terduga. Naik dengan tali itu kan sulit."
"Susah payah aku belajar, akhirnya bisa juga."
"Sudah lama seperti ini?"
"Tiga bulan terakhir. Sejak ketahuan Appa kalau aku main band. Appa tak setuju. Main band kurang berkelas. Begitu menurutnya."
"Seperti apa sih ayahmu? Begini tak boleh, begitu tak boleh. Apa beliau tak tahu jika putrinya ini punya banyak bakat?"
"Termasuk bakat kabur juga ya?"
Minhee dan Taemin tertawa bersama.
"Terima kasih telah mengizinkan aku untuk tahu lebih banyak, tentangmu. Red Princess benar-benar sosok yang tak terduga."
"Aku sendiri tak tahu kenapa aku membiarkan Sunbaenim larut sejauh ini. Maafkan aku."
"Mungkin memang takdir kita seperti ini. Mungkin juga karena kau merasa aman dan nyaman bersamaku. Kau tak perlu meminta maaf. Ini terjadi karena kemauanku juga."
Minhee tersenyum dan mengangguk.
"Ngomong-ngomong tak ada cc tv di rumahmu?"
"Ada. Tapi di sisi ini tidak ada. Dulu ada dan Minho Oppa membantu mengacaukannya. Setelahnya dicabut. Lagi pula sisi ini menghadap kamar mendiang Eonniku. Tak ada yang perlu di awasi di sana."
"Oh."
Tiba-tiba tali terulur dari dalam menjulur keluar menuruni tembok. Minhee tersenyum melihatnya.
"Aku harus pergi. Sekali lagi terima kasih." Minhee kembali membungkukan lalu membalikan badan membelakangi Taemin. Ia memeriksa tali sebelum kembali menaiki tembok.
"Tunggu sebentar!" Taemin memeluk Minhee dari belakang.
Minhee terkejut dibuatnya. Ia terdiam mematung dalam dekapan hangat Taemin. Perlahan pegangan tangannya pada tali mengendur sampai terlepas sepenuhnya. Ia membiarkan dirinya larut dalam pelukan Taemin.
***

"Oh my God! Jadi murid terhukum itu yang membantumu kabur semalam?" komentar Krystal ketika mendengar cerita Minhee tentang apa yang ia alami semalam. "Lalu bagaimana reaksi yang lain?"
"Biasa saja. Aku katakan jika Taemin Sunbaenim teman sekolahku."
"Myungsoo?"
Minhee diam sejenak, mengingat bagaimana reaksi Myungsoo ketika melihat Taemin. "Ia merasa tak asing dengan Taemin Sunbaenim." ucapnya setelah berhasil mengingat.
"Ess... perasaanku sedikit tak enak."
"Annyeong..." Taemin masuk ke basecamp mengejutkan Krystal dan Minhee.
"Seharusnya kita tak menyebut namanya agar dia tak tiba-tiba muncul seperti itu." gumam Krystal membuat Minhee tersenyum.
"Oh, Blue Pearl sudah kembali. Bagaimana keadaanmu?" Taemin seraya duduk di samping Minhee.
"Aku belum merestui hubungan kalian. Jangan dekat-dekat dengan Minhee-ku!" bukannya menjawab sapaan ramah Taemin, Krystal malah mengoceh mengultimatum.
"Dia milikku. Sejak awal aku melihatnya, sudah tertulis bahwa Minhee adalah milik Taemin."
"Mwoya! Semalam kau menguntit ya? Sampai mengantar Minhee pergi."
"Takdir yang mempertemukan kami."
"Ish!"
"Sebaiknya kau istirahat saja. Urusan membantu Minhee kabur, serahkan saja padaku."
"Mwo??" Krystal menatap Taemin dengan ekspresi terkejut. Ekspresi yang sama juga terlihat di wajah Minhee.

Amber dan Victoria memasuki basecamp. Ada Junki turut bersama mereka. Krystal, Minhee dan Taemin menghentikan obrolan mereka dan berdiri menyambut. Tak lama kemudian satu per satu anggota datang. Masing-masing segera mempersiapkan diri untuk latihan.

Karena festival sekolah semakin dekat, Junki menyatakan mulai hari ini ia akan selalu hadir dalam setiap sesi latihan. Ia ingin memantau langsung bagaimana anak didiknya berlatih walau alasan yang sebenarnya adalah untuk memantau Taemin.

Senyum terus terkembang di wajah Junki selama ia menyaksikan jalannya latihan. Taemin yang biasanya suka seenaknya sendiri terlihat patuh selama latihan. Ia pun tampak baik dalam berdialog, berakting dan tentu saja menari. Junki tak menyangka jika ide memasukannya ke dalam klub teater bisa berhasil membawa dampak baik bagi Taemin. Saat di kelas, pemuda itu pun jadi tak malas lagi baik dalam mengikuti pelajaran atau mengerjakan tugas sastra. Walau demikian Junki belum bisa bernapas lega. Melihat perubahan Taemin, memunculkan pemikiran lain di benak Junki.
***

"Aku terpesona melihat bagaimana kau berdialog dan berakting," Junki menyusul langkah Taemin yang berjalan meninggalkan basecamp klub teater. "Berada dalam klub teater sepertinya membuatmu senang. Aku tak menyangka melihatmu bisa seratus persen fokus. Setahun ini kita seperti Tom and Jerry saja, tapi hari ini aku benar-benar bangga padamu. Tidak sabar menunggu pertunjukan nanti."
Taemin menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Junki. "Sudah membuat laporannya? Hyung, pasti mendapatkan penghargaan dari eomma."
"Ini bukan karena Bibi Lee, tapi lebih pada nilai akademismu."
"Sastra... ah, tetap aja aku tak begitu tertarik. Eomma mengatakan membebaskan aku, tapi kenyataannya?"
"Seorang penggiat dunia sastra pasti punya rasa malu ketika anaknya..."
"Iya, aku paham." potong Taemin. "Sekarang mulai aku perbaiki kan?"
"Em." Junki mengangguk. "Aku ada satu pertanyaan lagi."
"Em? Apa itu?"
"Perubahanmu... apa benar karena Choi Minhee?"
Taemin tiba-tiba tersenyum mendengarnya. "Berhenti ikut campur soal itu."
Ekspresi Junki berubah serius. "Sebaiknya... sudahi saja. Begini maksudku, kalian cukup berteman saja. Jangan sampai lebih." Giliran ekspresi Taemin yang berubah serius.
"Kenapa begitu?"
Junki tiba-tiba bungkam sejenak. "Begini..."
"Taemin!" Jinki datang menyela. Ia membungkuk memberi salam pada Junki lalu membisikan sesuatu pada Taemin.
"Maaf, aku harus pergi." kata Taemin kemudian buru-buru pergi bersama Jinki.
"Hah..." Junki menghela napas panjang dan membalikan badan. Betapa terkejutnya ia melihat Minhee sudah berdiri di belakangnya. "Min... Minhee? Sejak kapan kau berdiri di sana?" tanyanya sedikit terbata.
***

Suasana cukup ramai ketika Taemin sampai bersama Jinki di Throne Street. Di jalan itu para pembalap liar biasa berkumpul untuk balapan. Tak hanya balap liar, konser musik dan dance jalanan juga sering digelar di sana. Ada beberapa banyak kelompok yang suka berkumpul di kawasan itu termasuk kelompok Taemin dan teman-temannya yang dikenal sebagai The King yang menjadi salah satu kelompok terbesar. Walau bukan sebagai ketua, Taemin sangat di hormati dalam kelompoknya. Karena ia merupakan sepupu dari ketua kelompok The King yaitu Lee Jaejin.

"Kau akan balapan lagi?" tanya Taemin saat menghampiri Jaejin. "Melawan Lion?"
"Tiga hari yang lalu anggota kita kalah dan mengalamai kecelakaan. Karenanya aku melayangkan tantangan untuk balapan malam ini." Jaejin yang duduk di atas motornya yang terparkir menjawab dengan santai.
"Itu murni kecelakaan tunggal. Bukan ulah kubu Lion. Kenapa menyulut api lagi?"
"Ess... kau ini kenapa Lee Taemin?" Jaejin bangkit dari duduknya dan berdiri berhadapan dengan Taemin. "Kau pembalab handal tapi sayang kau tak mau berjuang untuk kelompokmu. Malam ini kau mau maju? Ayolah. Ini pertandingan persahabatan. Bahkan akan ada konser untuk merayakannya. Bagaimana?"
"Konser itu Lion yang menggelarnya kan? Malam ini harusnya tak ada balapan karena semua hanya ingin menyaksikan pertunjukan. Kenapa kau mengacaukan rencana mereka?"
"Kau tak ingin merebut tempat kita lagi?"
"Kita kalah jadi kita harus mengakui kekalahan kita sampai periode baru dimulai. Kau akan membuat permainan baru, jika kau kalah lagi apa kau siap menerimanya?"
Jaejin meletakan tangannya di pundak kiri Taemin. "Kali ini kita akan menang. Percayalah padaku."
"Kau mau bertindak curang?"
"Mereka... kenapa ada di sini?" ucap Jinki di tengah keseriusan Jaejin dan Taemin.

Taemin mengikuti arah pandangan Jinki. Kedua matanya terbelalak ketika menemukan Krystal dan Minhee juga berada di Throne street bersama kelompok Lion.

------- TBC --------

.shytUrtle.

Search This Blog

Total Pageviews