Khayalan shytUrtle

BLACK NOTE

06:02

BLACK NOTE

“Percayai mimpimu, ikuti petunjuknya dan temukan kebenaran.”

           Di dunia ini begitu banyak misteri. Hitam dan putih, maya dan nyata bersanding. Tentang kebenaran bukanlah hal mudah untuk di temukan. Saat alam sadar tak lagi bisa menuntunmu, akankah kau mempercayai mimpi-mimpimu dan meyakininya sebagai petunjuk?

***

NOTE #6
Sunee terlihat terburu-buru saat Hazel tiba memenuhi panggilannya. “Pergilah ke pusat kota Elsdon, dan berikan ini padanya.” Sunee selesai memasukan semua dalam tas. Bibirnya bergerak merapalkan mantra dan tas itu berubah dalam ukuran kecil, sesuai untuk Hazel. “Jangan ditunda lagi. berangkatlah tengah hari ini. Aku percayakan semua ini padamu, sahabatku.”
Hazel menangkap kekhawatiran dibalik wajah renta Sunee. “Sunee, aku… aku tak yakin apakah aku sanggup menjalankan misi ini. Aku hanya peri pembawa kekayaan dan kemakmuran, aku bukan peri pejuang yang tangguh.”
“Kenapa kau jadi rapuh? Kala kesempatan ini datang, semangatmu mengendur. Aku tak suka pada sikap ini.”
“Tapi, Sunee…”
“Kau sanggup.” Potong Sunee. “Aku yakin kau sanggup. Karena itu aku memilihmu. Walau kau hanya peri pembawa kekayaan dan kemakmuran, tapi kau adalah peri yang kuat dan tangguh. Kau pandai membaca situasi alam untuk menghindari bahaya. Kekuatan tak terhingga dari kasih sayangmu pada seorang sahabat, itu melebihi kekuatan apapun.” Hazel menatap Sunee. Ia terharu mendengar pujian Sunee. Sunee tersenyum tulus. “Saat kau bertatap muka dengannya, tolong sampaikan padanya jika aku sangat menyanyanginya. Walau dalam masa singkat ini kita bersama.”
“Nada bicaramu. Kau mengatakan hal itu seolah kau tak akan bertemu lagi dengannya. Kita akan bersama lagi, berkumpul di sini, hutan Orea.”
Sunee menerawang, menatap keluar jendela rumahnya yang terbuka. “Angin ini, sedikit tak bersahabat. Apa kau juga merasakannya?” Sambil melebarkan jendela yang tadinya terbuka sebagian. Hazel mengangguk dan menyangklet tas kecil pemberian Sunee, terbang keluar melalui jendela.
“Berjuanglah, sahabatku.” Sunee menutup jendela rumahnya.
***
Raja Landry Carney mengurut keningnya. Kekacauan terus terjadi di Wilayah Utara dan Wilayah Selatan Elsdon. Ksatria istana dan prajurit yang dikirim untuk mengalahkan monster pengacau, kembali pulang dengan membawa kekalahan. Dua wilayah itu sedang dikacaukan oleh ular raksasa dan raksasa berkepala banteng yang gemar memakan manusia.
“Monster-monster itu terlalu kuat, tidak ada pilihan lagi. Kita harus mengirimkan Empat Ksatria Utama, masing-masing dua ke Wilayah Utara dan Selatan. Hanya mereka yang bisa mengemban tugas ini. Jangan biarkan korban terus bertambah.” Raja Landry setelah beberapa menit terdiam.
“Yang Mulia, apakah ini keputusan yang bijaksana?” Panglima James Vincent tampak ragu.
“Istana ini masih memilikimu, Panglimaku. Juga pasukan muda terbaik. Aku tahu tanda-tanda kembalinya Ozora mulai bermunculan, termasuk kekacauan ini. Akan tetapi, aku juga tidak bisa diam melihat rakyatku di Wilayah Utara dan Selatan dilanda ketakutan. Jika Empat Ksatria Utama dapat menyelesaikan tugas ini lebih cepat, kemudian bergegas kembali ke istana, aku yakin situasi akan terkendali.”
Panglima James Vincent terdiam sejenak, menimbang permintaan Raja Landry. “Para Tetua juga menyetujui hal ini, dibawah instruksi Pendeta Agung Istana, dan Yang Mulia Raja mengabulkannya. Saya akan melaksanakan titah ini Yang Mulia.” Panglima James Vincent menyerah.
“Yakinklah pada kekuatan Elsdon, Panglimaku.” Panglima James Vincent pamit undur diri. Raja Landry menghela nafas, berusaha menepis kekhawatirannya.
***
Neva hanya mengaduk-aduk makanan dalam piring dihadapannya. Ini pertama kalinya Neva, Yocelyn makan siang satu meja bersama Lavina dan Winola. Bukan keinginannya, tapi karena ulah Kevin yang memaksa Lavina dan Winola bergabung. Sambil makan, Yocelyn terus menatap Winola. Ia heran, Winola hanya memakan buah-buahan, sesekali menyentuh sayuran namun mencium aromanya lebih dahulu. Winola sama sekali tak menyentuh daging.
“Kau tak suka pada hidangan ini? Kenapa kau mengendus masakan sebelum memakannya? Seperti… kucing. Bukankah itu tak sopan?” Yocelyn angkat bicara. Tak tahan melihat sikap Winola.
“Daging dan masakan yang mengandung unsur bernyawa lainnya, hanya akan membuat manusia semakin sulit mengendalikan diri dan berpikir jernih. Sulit mengikat nafsu yang tak jarang semakin memperbudak manusia.” Winola menjawab tanpa menatap Yocelyn, tetap menikmati apel merah ranum ditangannya.
“Kau penganut Budha?” Tanya Neva.
“Aku hanya meyakini ajaran itu dan menerapkannya.” Winola hendak minum, namun tiba-tiba gelas di tangan Winola pecah jadi dua. Air putih itu mengguyur baju Winola.
“Kau baik-baik saja?” Lavina membantu mengelap baju Winola.
“Bagaimana bisa pecah?” Yocelyn keheranan.
Neva terbelalak ketika Winola mengeluarkan kalung yang tergantung di lehernya, mengeringkan kalung itu. Neva seketika bangkit dari duduknya dan pamit pergi. Neva berjalan cepat dengan kepala tertunduk dan bibirnya terus bergumam. Neva menabrak seseorang.
“Oh, Pangeran Alden. Maaf.”
“Kau baik-baik saja? Wajahmu, pucat sekali.” Violin khawatir meilhat Neva.
“Aku baik, hanya sedikit terburu-buru.”
“Dimana Yocelyn?” Tanya Alden.
“Makan siang, di kantin, bersama Lavina, Kevin dan Winola.”
“Winola?” Bisik Alden berseri. Ia bergegas menyusul ke kantin.
“Harusnya kau tak menyebut nama ‘Winola’. Dia sepertinya benar tergila-gila pada gadis itu.” Violin kesal.
“Bagaimana mungkin?”
“Menurutnya Winola itu unik. Bagiku sangat aneh mendengarnya.” Keduanya kembali terdiam. Violin mengamati Neva. “Kau yakin jika kau baik-baik saja?” Neva mengangguk antusias. “Eum, semoga kau tak berbohong. Kita berpisah di sini.”
***
Neva berkutat dengan tumpukan buku-buku tebal yang ia harap dapat membantunya. Neva menghela nafas panjang dan menutup buku ketujuh. Nihil, Neva tak menemukan satupun petunjuk.
“Mendapat petunjuk? Maaf baru menemuimu sekarang.” Edsel duduk di depan Neva. “Kali ini, apa yang kau cari?”
Edsel diam, menatap Neva yang sedang menggambar. Gadis itu tak hanya hobi membaca, ia juga pandai menggambar. Neva menunjukan hasil gambarannya pada Edsel. Sebuah liontin berbentuk lengkungan tak putus, menyerupai angka delapan. Bagian atas lebih kecil dari bagian bawah, memiliki sisi runcing di bagian atas, di samping kanan dan kiri, menyerupai dua segitiga bersatu dan membentuk lingkaran oval di tengahnya. Bagian bawah memiliki bentuk lebih besar, hampir membentuk lingkaran sempurna dan di tengahnya terdapat batu hitam dengan kilatan cahaya membentuk bintang putih dengan lima sudut. Edsel mengamatinya.
“Pernah melihatnya?” Tanya Neva.
“Eum, tidak. Ini pertama kalinya aku melihat liontin dengan bentuk ini. Unik. Ada apa dengan liontin ini?”
“Seorang wanita misterius muncul dalam mimpiku, menitipkan bayi mungil itu padaku, bayi itu memakai kalung dengan liontin ini. Sangat terkejut melihat Winola memakainya.”
“Win-winola??”
“Iya. Kau tahu apa pesan wanita misterius itu?” Edsel menggeleng. “Sekarang aku percayakan dia padamu. Jagalah dia, bukan hanya untukku, tapi untuk Elsdon.”
“Untuk Elsdon??”
“Bantu aku Edsel. Aku mohon. Aku bisa gila karena ini semua.”
Edsel kembali mengamati gambar liontin itu. “Angka delapan atau tak terhingga? Apa liontin ini ada hubungannya dengan Parama Academy? Parama Academy identik dengan angka delapan. Batu ini kira-kira batu apa? Dan kilatan cahaya berbentuk bintang ini… apa maksudnya?”
“Jika benar, apa hubungan antara Winola dan Parama Academy? Untuk Elsdon?”
“Aku akan mencari tahu. Kau, cobalah bicara pada Winola. Kau harus bisa memancing Winola untuk bicara tentang kalung yang ia kenakan. Hanya itu jalan satu-satunya. Kalian tinggal dalam satu bilik, cobalah untuk memperbaiki hubungan. Hari ini Kevin cukup membantu bukan? Jujur aku sama sekali tak merasakan adanya energi negatif dari Winola. Semoga ini tak salah.”
“Baiklah. Akan aku coba.”
***
Winola terlihat murung sejak kejadian kemarin. Gelas yang tiba-tiba pecah bukanklah pertanda baik. Winola terus memikirkannya. Ia terdiam di taman, menatap senja. Neva menghampirinya. Duduk di samping Winola namun tetap diam. Setelah beberapa detik berjalan demikian, Neva memberanikan diri menunjukan gambar liontin yang ia buat kemarin pada Winola.
“Mimpi yang sangat berbeda. Berada di taman bunga yang indah, melihat satu keluarga yang terlihat bahagia. Lalu seorang wanita yang tak bisa aku lihat wajahnya menitipkan bayi mungil padaku, bayi itu memakai kalung dengan liontin ini. Dan kemarin, tanpa sengaja aku melihatmu, memakainya. Aku membaca beberapa buku, namun tak membantu. Edsel pun tak tahu banyak. Ia menyarankan agar aku bicara padamu.” Ungkap Neva.
Winola kembali mengeluarkan kalungnya. “Sejak kecil aku sudah memakainya. Nenek mengatakan padaku, dahulu menemukan aku terdampar di tepian sungai, dan kalung ini ada bersamaku. Mungkin inilah satu-satunya petunjuk. Walau aku tak mau, Nenek tetap mengirimku kemari untuk mencari jawabannya.”
“Kau sendiri tak tahu banyak tentang kalung ini?”
“Perak. Onyx hitam, api dan saturnus adalah elemennya. Pengendalian diri dan mengusir energi negatif. Itu saja yang aku tahu.”
“Lalu bentuk dari liontin itu, menurutmu apakah angka delapan atau… ah, ayolah. Aku yakin kau tak jauh beda dariku. Kau juga memiliki rasa penasaran yang tinggi. Tak mungkin kau tak tahu banyak tentang kalung itu. Kau pasti berpikir jika ini ada hubungannya dengan Parama Academy. Lalu, apa yang kau temukan?”
“Kau dan Putri Yocelyn, itu yang pertama. Kemudian Edsel.”
“Winola!”
“Kau bicara pada orang yang kau ragukan. Orang yang kau curigai.” Winola menoleh menatap Neva.
“It-itu… Winola, aku mohon maafkan aku. Ada banyak hal, misterius. Ini semua hampir membuatku gila. Maafkan aku. Kau mengalami hal yang sama denganku? Mimpi buruk. Itu yang membuatmu sering terjaga?”
“Yang ada padaku, lebih buruk dari itu. Aku tak bisa mengatakannya sekarang. Dia yang meninginkan ragaku, biasa muncul di senja hari. Ketika sore akan berganti malam.”
Neva tak paham, namun ia tahu diri Winola sudah memberi peringatan untuk tak bertanya lagi. Neva juga Winola dibuat kaget ketika tiba-tiba Alden menghampiri mereka. Alden terlihat gugup sedang Neva dan Winola diam menunggu.
“Maaf menyita waktu kalian. Aku, aku hanya ingin mengatakan ini. Kau, Amabel Winola, maukah kau pergi bersamaku ke pesta dansa?” Alden mengungkapnya cepat membuat Winola juga Neva terkejut.
Neva tersenyum sambil melangkah pergi. Ia kembali mengenakan kalung pemberian Winola. Kini ia membenarkan ucapan Edsel. Tak ada energi negatif pada Winola. Langkah Neva terhenti di depan aula musik. Permainan piano ini, Odell Bayanaka kah? Neva mengintip dari pintu yang sedikit terbuka. Joe Leverrett duduk di balik piano, terlihat serius memainkannya. Joe menghentikan gerak jari tangannya dan menoleh ke arah pintu. Neva terkejut, menarik dirinya dan mengendap-endap kemudian berlari pergi. Joe menyincingkan senyum, kembali memainkan pianonya.
***
 “Murid laki-laki menggila. Apa kalian juga menerima ajakan pergi ke pesta dansa? Aku menerima beberapa, namun aku menolak semua. Aku hanya ingin pergi dengan Edsel.” Yocelyn memulai obrolan. “Bagaimana denganmu Neva? Dan kalian? Ah, kalian kan tamu kehormatan. Pasti kalian punya pilihan sendiri.”
“Senior Alden Jason menwarkan diri untuk menjadi pasangan Winola. Ia meminta Winola pergi bersamanya di depanku.” Ungkap Neva.
“Ben-benarkah??” Lavina tak percaya. “Murid idola, Pangeran Elsdon. Dia menyukaimu? Aku tahu, ada yang berbeda dari caranya menatapmu. Aku melihatnya berulang kali saat kompetisi.”
“Kau mengabulkan permintaan kakakku, Winola?” Tanya Yocelyn yang sama sekali tak terkejut mendengarnya.
“Aku belum menjawabnya.”
Lavina khawatir Winola tak akan hadir. “Dia, phobia keramaian, sebenarnya begitu. Tak mahir dalam urusan pesta.”
“Ya ampun!” Yocelyn menepuk keningnya. “Sebagai tamu kehormatan kau juga harus berdansa.” Yocelyn bangkit dari duduknya. “Ayo. Kau harus belajar berdansa Winola.” Yocelyn mengulurkan tangan.
Lavina mendorong Winola hingga gadis itu berdiri. Yocelyn menyambut Winola dan mulai mengajarinya berdansa. Neva turut mengulurkan tangan pada Lavina. Lavina tersenyum lebar menyambutnya. Mereka berlatih berdansa dalam bilik 505. Untuk pertama kalinya terdengar canda tawa riang dari dalam bilik 505.
Di tengah asiknya berdansa, tiba-tiba terdengar bunyi sesuatu menabrak jendela. Benturan yang lumayan keras. Winola bergegas membuka jendela. Ia terlihat syok dan memungut sesuatu dalam telapak tangannya. Yocelyn dan Neva menatapnya penasaran. Lavina yang sudah berdiri di samping Winola menampakan ekspresi sedih membuat Yocelyn dan Neva makin penasaran ada apa sebenarnya.
“Ada apa? Apa yang kau ambil dari jendela?” Tanya Yocelyn melihat tangan Winola yang kosong.
“Sepertinya dia sangat kelelahan.” Kata Lavina.
“Dia??” Pekik Yocelyn.
“Ah, aku lupa kalian tak bisa melihatnya. Winola, lakukan sesuatu.”
Winola meminta Neva dan Yocelyn mendekat. Winola mengangkat tangannya yang terbuka lalu meniupkan ke arah Neva dan Yocelyn yang tepat berada di depannya. Neva dan Yocelyn berkedip, mengusap kedua mata mereka. Yocelyn ternganga ketika matanya kembali terbuka. Ia tak percaya pada apa yang di lihatnya. Neva menunjukan reaksi yang sama ketika membuka mata. Makhluk kecil bersayap hijau lembut seperti kupu-kupu itu terkulai lemas diatas telapak tangan Winola.
“Ini… peri?? Benar-benar peri??” Tanya Yocelyn masih tak percaya.
“Menempuh jarak dari hutan Orea kemari, apakah ini pertanda baik? Atau buruk?” Tanya Lavina.
“Kita harus menolong Hazel.” Winola terlihat panik.
***
 

-------TBC--------
 .shytUrtle.

Fan Fiction FF

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

07:39




Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......



. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-                  Song Hyu Ri (송휴리)
-                  Rosmary Magi
-                  Han Su Ri (한수리)
-                  Jung Shin Ae (정신애)
-                  Song Ha Mi (송하미)
-                  Lee Hye Rin (이혜린)
-                  Park Sung Rin (박선린)
-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.



...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini...?
***

The Beginning


                “Ibu, apakah itu?” gadis kecil  berusia empat tahun ini menuding lengkungan warna-warni di ufuk Timur.

                “Itu pelangi, Anakku.” wanita cantik ini duduk dan membelai lembut kepala gadis kecil yang berdiri di hadapannya. Putri kecilnya.

                “Pelangi? Eum... apakah itu... jembatan? Lihatlah! Bentuknya seperti jembatan. Dari ujung Utara ke Selatan. Jika itu jembatan, aku ingin menyeberanginya.” seru gadis kecil ini riang.

                Wanita cantik bermahkota ini tersenyum geli mendengar celotehan putri keciolnya. Ia menarik gadis kecil itu dalam pangkuannya. Membelai-belai rambut panjang gadis itu. “Dalam kepercayaan kita, pelangi itu adalah Naga.”

                “Naga...? Setahuku Naga tak memiliki kulit berwarna-warni. Hanya hitam, abu-abu, hijau. Tapi, itu! Lihatlah! Merah, kuning, hijau, biru, dan...”

                “Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Itulah warna pelangi.”

                “Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu? Tujuh warna? Naga Pelangi punya tujuh warna? Woa...”
               
                “Em. Itulah warna pelangi.”

                “”Tapi Naga hanya memiliki satu warna. Hijau, abu-abu, hitam. Itu dari dongeng yang aku dengar.”

                “Kita dan seluruh masyarakat Wisteria Land percaya jika pelangi yang memiliki tujuh warna adalah jelmaan Naga. Naga yang selalu menjaga Wisteria Land. Mengawasinya sepanjang waktu dan terkadang muncul seperti sekarang ini.”

                “Jika benar itu Naga, dimana kepala dan ekornya?”

                “Naga datang dari Utara dan meminum air di laut Selatan jika ia muncul di ufuk Timur. Dan sebaliknya, Naga datang dari Selatan dan minum di laut Utara jika ia muncul di ufuk Barat.”

                “Minum? Jadi Naga tak selalu muncul di ufuk Timur seperti ini?”

                “Iya. Ia beristirahat dan minum sembari mengawasi negeri kita ini.”

                “Aku ingin pergi ke Selatan, agar aku bisa melihat kepala Naga Pelangi. Dia... pasti sangat cantik.”

                “Secantik putri kecilku ini.” sahut pria tampan yang berjalan menuju balkon.

                “Ayah! Ayah! Ayah!” gadis kecil itu melompat turun dari pangkuan sang Ibu dan berlari menuju sang Ayah.

                Pria tampan ini menyambut dan langsung menggendong putri kecilnya. “Ah! Putriku yang cantik.” ia mencium kedua pipi si gadis kecil.

                “Ayah kembali? Tak bawa oleh-oleh untukku? Tapi tak masalah. Lihatlah!” gadis kecil ini menuding ke ufuk Timur. “Naga Pelangi yang cantik menyapa kita sore ini Ayah.”

                “Dan naga kecilku yang cantik ini meyambutku sore ini.” pria ini tersenyum bangga. “Kaulah naga cantik itu, Anakku.” bisiknya lembut.

                “Aku...? Naga...?” gadis kecil ini menuding hidungnya sendiri.

                Pria tampan ini tersenyum, menurunkan gadis kecil dari gendongannya dan kemudian berlutut di depannya. “Iya. Kau-lah naga cantik yang nantinya akan mengawasi Wisteria Land ini. Memimpin negeri ini.”

                “Tapi Ayah, apakah mungkin sebuah negeri dipimpin oleh seorang wanita?”

                “Kenapa tidak? Dibalik kehebatan para pria, pastilah ada wanita-wanita hebat.” Pria tampan ini menatap lembut sang istri yang berdiri di belakang gadis kecilnya. Lalu ia tersenyum bangga.

                Wanita bermahkota ini membalas senyum. Begitu lembut dan manis.

                “Jadi... kelak aku akan menjadi naga cantik dan memimpin negeri ini? Tapi Ayah, ini Wisteria Land, ini negeri Ayah. Ayah adalah raja dari negeri ini.”

                Pria tampan ini tersenyum lembut. “Walau Ayah adalah raja dari negeri ini, tapi Ayah tak akan hidup selamanya, kan? Tak ada yang abadi, Anakku. Dan inilah takdirmu. Takdir yang harus kau penuhi karena kau terlahir sebagai putri tunggal Raja Wisteria Land.” ia menatap teduh putri semata wayangnya. “Kelak mungkin kau akan mengalami banyak penderitaan seperti yang telah diramalkan, akan tetapi nasib buruk itu tak akan merubah takdirmu. Kau harus kuat Anakku. Karena kau-lah putri mahkota yang sebenarnya.” pria ini mengecup kening putri kecilnya.

                “Aku... putri mahkota yang sebenarnya...?” bisik gadis kecil itu. “Dan aku akan menjadi naga...? Raja wanita yang memimpin negeri ini...? Woa...” mata gadis kecil ini berbinar.

                “Dan Ayah punya sesuatu untukmu.”

                “Oya...? Apa itu Ayah? Apa itu?”

                Pria tampan ini merogoh saku baju hangatnya dan menunjukan sebuah kalung dengan liontin naga bersayap terkembang dan melilit sebuah batu mulia biru keunguan. “Seorang Willow memberikan ini pada Ayah. Ia berpesan agar Ayah memberikannya padamu.”

                “Willow...? Ayah bertemu Willow...? Penyihir putih yang bertapa dan menyendiri di hutan belantara? Woa...!”

                Pria tampan ini memakaikan kalung berliontin naga pada leher putri semata wayangnya. “Willow itu berpesan, apa pun yang terjadi, jangan lepaskan kalung ini dari lehermu. Dia akan menjagamu hingga kau dewasa kelak. Jika kau melepasnya, maka nasib buruk itu akan dimulai. Terlebih ketika kami tak lagi bersamamu. Kau ingat?”

                “Aku ingat, Ayah. Kalung yang sangat indah.” gadis kecil ini memegang liontin kalung. “Aku suka batu biru keunguan ini.”

                “Batu garnet. Dia akan menjadi lentera di kala kau menemui kegelapan. Begitu kata Willow yang membuat kalung ini untukmu.”

                Wanita cantik bermahkota ini turut berlutut dan memeluk si gadis kecil. Pria tampan itu memeluk istri dan anaknya.

***

                “Karena adikku tak memiliki anak laki-laki. Ini petaka. Jika Raja tak memiliki keturunan laki-laki, maka ini petaka.” Ungkap wanita cantik ini. Tatapannya licik. “Akhir dari negeri ini adalah ketika Raja tak memiliki keturunan laki-laki. Ini terjadi. Terlebih gadis itu, maksudku Putri Mahkota lahir dimana pelangi muncul mengitari matahari. Sang Naga muncul bak cincin yang mengitari matahari. Ini pertanda buruk.” Putri Maesil memperkuat pendapatnya.

                “Anda yakin dengan hasil pengamatan Anda, Yang Mulia?” Ryeong, pria tua dengan rambut putih panjang dan berjenggot ini meragukan.

                “Aku-lah keturunan Raja Lee Shin yang memiliki kemampuan melihat masa depan dan membaca gejala alam.” Putri Maesil menatap sinis Ryeong.

                “Yang Anda pelajari dan Anda kuasai adalah ilmu sihir hitam Yang Mulia. Dan Anda kembali menyebarkan teror ini dalam masyarakat Wisteria Land.”

                “Kau berani menuduhku seperti itu?! Ryeong!!”

                “Karena itu saya bertugas meluruskan fakta-fakta bohong yang Anda sebarkan, Yang Mulia. Berhentilah berbuat demikian. Raja Lee Jin naik tahta adalah karena ini takdirnya. Yang Mulia Tuan Putri tak akan bisa merebut tahta dengan cara kotor ini.”

                Maesil melirik sinis Ryeong. Sejenak kemudian ia tertawa lantang. Memenuhi seluruh ruangan yang tak cukup terang itu. “Aku salut pada keberanianmu. Datang untuk memperingatkanku. Bagaimanapun juga sebagaian rakyat tetap mempercayai ucapanku karena aku keturunan Raja. Tenanglah. Aku tak akan merebut tahta. Aku biarkan adikku berkuasa memimpin negeri ini.”

                “Tak merebut tahta namun terus menyebar berita teror hingga membuat rakyat tak tenang begitu juga pihak istana. Ini lebih kejam dari kudeta.”

                Putri Maesil menyeringai. “Kau sendiri yang mengatakan, yang kuat dia yang bertahan. Jika adikku kuat dan bisa bertahan, maka negeri dan rakyat Wisteria Land akan aman. Tapi jika adikku tak kuat... hancurlah Wisteria Land.”

                Ryeong tetap tenang. Ia kemudian tersenyum. “Aku paham kenapa Anda terus menyebarkan teror seperti ini. Putri Mahkota dilahirkan ketika Sang Naga muncul melilit matahari, karenanya Putri Mahkota diberkahi kekuatan luar biasa. Para Tetua Holly juga Mudang daerah menyatakan jika Putri Mahkota memiliki cahaya bersinar dan takdirnya adalah menjadi Raja bagi negeri ini kelak. Apa pun yang akan Yang Mulia lakukan, hal itu tak akan merubah takdirnya. Ini mutlak ketentuan Sang Penguasa Alam.”

                “Sang Penguasa Alam?! Akulah Sang Penguasa Alam itu. Dia, gasdis kecil itu tak akan bisa mengalahkan aku seperti yang kalian ramalkan. Kekuasaan Lee Jin tak lama lagi akan runtuh dan Putri Mahkota akan turut binasa. Ini sumpahku! Sumpah Sang Penguasa Alam.”

                Tiba-tiba petir menggelegar. Ryeong dibuat terkejut. Putri Maesil tersenyum sinis.

                “Aku akan tetap menjadi yang terkuat. Selamanya. Abadi menyiksa rakyat Wisteria Land dan pemerintahannya.” Putri Maesil kembali menyincingkan senyum bengisnya.

                “Ketahuilah Yang Mulia, alam menyaksikan sumpah Yang Mulia. Ketika Yang Mulia membuat semua itu benar terjadi, maka alam akan mempersiapkan balasan yang berlipat bagi Yang Mulia.”

                “Ancaman seorang Holly kecil sepertimu bagai debu yang segera hilang tertiup angin.”

                Ryeong tersenyum tenang. “Anda hanya bisa merubah nasibnya, namun tidak dengan takdirnya. Putri Mahkota akan tetap memenuhi takdirnya. Ini janjiku.”

                “Sebelum janjimu itu terwujud, adakah pesan terakhir yang ingin kau sampaikan, Ryeong?”

                “Hendaklah Yang Mulia mengingat pertemuan kita hari ini, kelak.”

                Putri Maesil tersenyum sinis. “Terkabulkan!”

***

                Pimpinan tertinggi Holly; Badan Keagamaan dan Astronomi Kerjaan, Ryeong meninggal dunia. Seusai sarapan, Ryeong mengeluh sakit kepala yang teramat sangat. Sesudahnya ia muntah darah dan meninggal dunia. Istana berduka, terlebih Raja Lee Jin yang sangat mempercayai Ryeong. Selama ini Ryeong berjuang keras melawan Putri Maessil kakak kandung Raja Lee Jin yang selalu membuat kekacauan.

Sehari sebelum meninggal Ryeong menemui Raja dan mengatakan jika ia baru saja menemui Putri Maesil di Kastil Basil; tempat tinggal Putri Maesil. Ryeong mengatakan hidupnya tak akan lama lagi, karenanya Ryeong berpesan banyak pada Raja Lee Jin. Wasiat Ryeong yang paling ia tekankan adalah menjaga Putri Mahkota.

Raja Lee Jin paham semua ini akan terjadi mengingat betapa dahulu kakaknya; Putri Maesil sangat marah ketika tak berhasil naik tahta. Putri Maesil merasa ia-lah yang pantas naik tahta karena ia putri sulung Raja terdahulu; Lee Shin. Namun wasiat Raja Lee Shin mewariskan tahta pada Lee Jin. Putri Maesil sangat marah dan dendam. Ia pergi meninggalkan istana dan mempelajari ilmu sihir hitam. Putri Maesil membunuh guru yang membimbingnya belajar sihir dan menguasai kitab sihir milik mendiang sang Guru. Putri Maesil menjadi ahli ilmu sihir hitam dan membangun Kstil Basil serta memiliki beberapa pengikut setia. Putri Maesil mulai melakukan teror dengan menyebarkan isu-isu yang meresahkan masyarakat. Puncaknya adalah ketika Putri Mahkota lahir di tengah hari bertepatan dengan terjadinya peristiwa halo. Putri Maesil menyebarkan isu bahwa Putri Mahkota yang lahir bertepatan dengan munculnya Naga yang melilit matahari ini nantinya akan membawa banyak petaka bagi Wisteria Land. Beberapa rakyat percaya karena takut pada kekejaman Ratu Maesil. Beberapa percaya pada ramalan yang dikeluarkan pihak Holly. Sejak saat itu muncul pro dan kontra dalam masyarakat. Beruntung pihak istana masih bisa mengatasi kekacauan ini.
***

“Setelah Pemimpin Holly-nim Ryeong, kini satu per satu Rowan-nim yang menentang Raja ditemukan meninggal mengenaskan. Apakah kita harus benar-benar mengirim Putri Mahkota ke pengasingan? Ini sangat tak adil. Putri Mahlkota tak tahu menahu tentang ini, akan tetapi harus menanggung akibatnya.” Rowan-nim Kim Byunsoo mendesah penuh sesal.

“Aku pun tak bisa berbuat apa-apa. Rakyat mendesak hal ini dan Yang Mulia Raja mengabulkannya. Sepertinya Putri Mahkota akan benar-benar di asingkan.” Rowan-nim  Cha Sunmoo menunjukan ekspresi yang sama.

“Tapi, aku rasa inilah cara terbaik untuk melindungi Putri Mahkota. Menitipkan Putri Mahkota pada Willow sahabat Yang Mulia akan membuatnya aman dari jangkauan Putri Maesil yang kejam.” Rowan-nim Lee Sungmin berpendapat lain.

“Akan tetapi membiarkan Yang Mulia Raja pergi tanpa pengawalan sangatlah berbahaya. Seharusnya perintahkan saja orang untuk mengawal Tuan Putri secara rahasia. Apalagi Yang Mulia Ratu sedang mengandung.”  Holly-nim Jung Hye Young turut bicara.

“Mengandung...?” Rowan-nim Lee Sungmin terkejut. Begitu juga Rowan-nim Cha Sunmoo dan Rowan-nim Kim Byunsoo.

“Iya. Tapi Yang Mulia Ratu masih merahasiakan hal ini pada Yang Mulia Raja.” Holly-nim Jung Hye Young membenarkan.

“Bukankah ini berita bagus? Kutukan Putri Maesil salah. Yang Mulia Ratu hamil, kemungkinan memiliki keturunan laki-laki bukanlah hal mustahil.” Rowan-nim Kim Byunsoo menyambut gembira berita ini.

“Akan tetapi jika berita ini tersebar, maka akan membahayakan keselamatan Yang Mulia Ratu dan bayi yang di kandungnya. Sebaiknya kita merahasiakan hal ini. Yang Mulia Ratu akan segera memberitahu Raja tentang hal ini.”

“Baiklah. Kita rahasiakan hal ini.” Rowan-nim Cha Sunmoo mengangguk-anggukan kepalanya.

“Lalu, bagaimana persiapan perjalanan Yang Mulia Raja dan Ratu mengantar Putri Mahkota ke pengasingan? Aku mencoba menahan Yang Mulia Ratu namun beliau memaksa. Perasaanku sangat tidak enak.” Holly-nim Jung Hye Young mengungkapkan kegundahan hatinya.

“Empat Reed terbaik kepercayaan Raja akan mengawal secara diam-diam. Lalu beberapa kelompok Reed juga berjaga di titik-titik rawan. Holly-nim tak perlu khawatir. Kami berusaha sedetail mungkin mengawal perjalanan Raja.” terang Rowan-nim Kim Byunsoo.

“Baiklah. Aku percayakan semua pada kalian.” Holly-nim Jung Hye Young mencoba menenangkan kegundahan hatinya.


Gagak hitam besar ini terbang setelah hinggap di salah satu jendela istana. Ia melayang di udara, terbang menuju Kastil Basil. Putri Maesil menyambutnya dengan senyum lebar. Gagak hitam itu mendarat di tangan kiri Putri Maesil yang segera menatap mata hitam legam gagak itu selama beberapa detik. Putri Maesil kembali menerbangkan gagak di tangan kirinya.

“Berita yang sangat bagus. Mari kita bersenang-senang Adikku tersayang.” gumam Putri Maesil di susul tawanya yang menggelegar.
***

Raja Lee Jin mengemudikan mobil hitam kesayangannya. Ratu Dayoon duduk menemani di sampingnya. Putri Ahreum kecil tertidur pulas di kursi tengah. Keluarga orang nomer satu di Wisteria Land ini menikmati perjalanan tanpa pengawalan ketat prajurit istana.

Raja Lee Jin tersenyum usai melihat kaca spion mobil. “jarak mereka terlalu dekat.” ucapnya kemudian.

“Sebaiknya pura-pura tak tahu saja. Dan jangan mengambil kesempatan untuk kabur. Bagaimanapun juga empat sahabat baik Yang Mulia sangat mengkhawatirkan keamanan perjalanan kita.”

“Rowan-nim Kim Byunsoo, Lee Sungmin, Cha Sunmoo dan Holly-nim Jung Hye Young, hanya mereka yang aku miliki sekarang. Justeru aku sangat mengkhawatirkan kesetiaan mereka padaku nantinya akan membuat mereka menderita.”

“Kebaikan dan kebenaran memang selalu tak indah pada awalnya. Penderitaan yang teramat sangat adalah janji pasti bagi para penganutnya. Namun kebaikan dan kebenaran ini pula yang nantinya akan menjadi sangat indah di akhir cerita. Batu mulia terbaik dihasilkan dari tempaan alam yang sangat keras bukan?”

“Hah... kau benar istriku. Aku tak berhasil menyelamatkan Holly-nim Ryeong, lalu para Rowan-nim itu. Aku takut...”

“Ssh!” Ratu Dayoon memberi kode. Putri Ahreum terbangun dari tidurnya.


Mobil sedan hitam ini berjalan tak jauh di belakang mobil Raja. Empat orang pemuda duduk di dalamnya. Choi Jinhyuk, Lee Seunghyo, Yoo Yunsuk dan Sungjoon. Choi Jinhyuk yang berada dibalik kemudi fokus pada jalan juga mobil Raja yang berada di depannya.

“Ya! Ya! Berhenti di sana!” pinta Yoo Yunsuk menuding sebuah SPBU.

“Wae...?! Bensin kita penuh!” tanya Choi Jinhyuk.

“Perutku... sakit sekali.... aku tak tahan lagi.” Yoo Yunsuk benar terlihat tersiksa menahan rasa sakit perutnya.

“Ah, pantas saja dari tadi ada bau tak sedap. Ck!” Choi Jinhyuk kesal. “Tahanlah sebentar. Gawat jika kita kehilangan mobil Yang Mulia Raja.”

“Ya! Kau gila ya? Aku juga tak tahan.” protes Lee Seunghyo yang duduk di samping Jinhyuk.

“Tapi, Hyung...”

“Apa kau ingin kami bertiga buang air besar di mobil?!” potong Sungjoon.

“Astaga. Ada apa dengan kalian,,.?” Jinhyuk menepikan mobilnya di dekat pintu masuk SPBU.

Yunsuk, Seunghyo dan Sungjoon bergegas keluar mobil dan berlari menuju toilet. Jinhyuk menghela napas kesal turut keluar mobil. Ia menunggu ketiga rekannya.

Jinhyuk cukup lama menunggu dan berulang melihat jam tangannya. Ia mulai gusar. 15 menit berlalu, Raja pasti sudah melaju sangat jauh kini. “Bagaimana bisa mereka sakit perut secara bersamaan...?” gumam Jinhyuk. Ia kembali diam. Berpikir. Jinhyuk mengingat-ingat kejadian dari awal ia bertemu ketiga rekannya pagi ini. Jinhyuk tiba ketika ketiga temannya menikmati sarapan. Hidangan istana.

“Omo! Apa ada yang sengaja meracuni makanan itu?” dugaan Jinhyuk tiba-tiba. “Aku menolak sarapan dan aku tak sakit perut...”

“Hah... ini benar-benar menyiksa.” Seunghyo kembali bersama Yunsuk dan Sungjoon. “Menguras semua isi perutku.” imbuhnya.

“Aku yakin ada yang sengaja meracuni kalian.” tuduh Jinhyuk tiba-tiba.

“Mwo...? Racun...?” pekik Yunsuk.

“Aku tak sarapan, kalian sarapan dan kalian sakit perut.” Jinhyuk mengutarakan analisisnya.

Seunghyo, Sungjoon dan Yunsuk terdiam. Berpikir.

“Tak ada waktu lagi. Yang Mulia! Cepat masuk!” perintah Jinhyuk.

Epmat pemuda ini bergegas masuk mobil. Jinhyuk segera melajukan mobilnya. Ngebut untuk segera mengejar mobil Raja.

“Apalagi ini...?” gumam Jinhyuk ketika melihat ada pemeberitahuan pemgalihan jalan.

“Aku akan turun dan bertanya.” Sungjoon turun dari mobil dan menghampiri pria paruh baya yang turut mengatur jalannya lalu lintas.

Dari dalam mobil Seunghyo dan Yunsuk mengamati sekitar. Jalan raya sangat sepi. Tak seperti biasanya.

“Jalan dialihkan.” kata Sungjoon, “Kita tak bisa mengambil jalan ini karena ada perbaikan jembatan.”

“Perbaikan jembatan? Kenapa tak ada laporan sebelumnya?” tanya Jinhyuk.

“Pembongkarannya mulai hari ini. Semua mobil yang akan lewat jalur ini dialihkan. Kita tak punya pilihan.” Sungjoon sudah kembali masuk. “Lumayan sepi. Ikuti saja acuan mereka.” perintah Sungjoon.

Jinhyuk mengangguk paham dan memutar balik mobilnya kemudian mengikuti arah jalur alternatif.

Pria baruh baya yang sempat ngobrol bersama Sungjoon mengawasi mobil pengawal istana itu. Setelah yakin mobil itu melaju jauh dan tak menjangkaunya, pria ini menelfon seseorang dan segera membubarkan timnya.
***

“Ayah, kita sudah berada jauh dari pusat kota. Kita akan kemana?” tanya Putri Ahreum kecil. “Ini dimana? Aku sedang menulis jurnal perjalanan, jadi harus jelas.” Putri Ahreum menengok keluar jendela mobil. “Woa... pemandangannya... indah sekali.”

“Kau masih ingin bertemu Willow?” tanya Raja Lee Jin.

“Willow...? Aku mau! Aku mau!”

“Duduklah yang manis dan nikmati perjalanan ini. Ayah akan membawamu bertemu Willow hari ini.”

“Baik, Ayah.” Putri Ahreum tersenyum manis dan duduk tenang.

Raja Lee Jin tersenyum kemudian menoleh pada Ratu Dayoon. Ratu pun tersenyum manis.


Mobil pengawal Raja berputar kembali. Seperti dugaan mereka, pengalihan jalan hanyalah siasat. Entah siapa yang sengaja mengacaukan hal ini.

“Kalian tiba-tiba sakit perut lalu pengalihan jalan ini. Aku rasa informasi bocor.” Jinhyuk geram.

“Apa ini ada hubungannya dengan Putri Maesil?” tanya Yunsuk.

“Entahlah. Semoga Yang Mulia tak mengalami gangguan apa pun.” harap Seunghyo yang sudah mengmbil alih kemudi.


Mobil Raja melaju pelan. “Anakku sebentar lagi kita akan melewati jembatan. Pemandangannya sangat indah.” Raja memeberi petunjuk.

Putri Ahreum langsung semangat menepi lebih dekat pada kaca mobil. “Ayah, bolehkah kita berhenti sejenak di tengah jembatan dan berfoto di sana?” pintanya.

“Tentu saja.” Raja menyanggupi membuat Putri Ahreum kembali tersenyum berbinar.

Mobil Raja masih melaju pelan memasuki jembatan lebar dan panjang yang berdiri megah di atas sungai.  Putri Ahreum berbinar menatap keluar jendela penuh kekaguman.

“Kau suka?” tanya Raja Lee Jin.

“Sangat suka! Ini indah sekali, Ayah. Wisteria Land adalah negeri yang indah. Aku janji, aku akan menjaganya.”

Raja Lee Jin tersenyum bangga. “Ayah percaya padamu. Naga kecilku.”

“Yeobo, perhatikan truk itu.” Ratu Dayoon menuding truk yang datang dari arah berlawanan. “Kencang sekali ia melaju. Aku rasa sopirnya mungkin mabuk. Kita menepi dahulu.”

Raja Lee Jin menurut dan menepikan mobilnya di sisi kiri jalan hampir di tengah jembatan.

“Kita turun di sini Ayah?” tanya Putri Ahreum.

“Tunggu sebentar Anakku. Bersabarlah.” Raja Lee Jin fokus pada truk yang datang dari arah berlawanan itu.

Truk besar dari araah berlawanan ini melaju sangat kencang daan terlihat sedikit oleng. Lajunyaa tak lurus, meliuk-liuk. Raja Lee Jin diam di balik kemudi. Ratu Dayoon tak kalah tegang. Sedang Putri Ahreum asik menikmati pemandangan sekitar.

“Yeobo! Truk itu mengarah pada kita!” Ratu Dayoon makin panik.

“Kita keluar!” Raja Lee Jin berusaha membuka pintu namun tiba-tiba semua macet.

Raja dan Ratu berubah panik ketika semua pintu macet. Mereka terkurung dalam mobil sedang truk besar dengan kecepatan tak beraturan itu menuju pada mobil mereka. Putri Ahreum menyadari kepanikan Raja dan Ratu yang sama-sama berusaha membuka pintu mobil.

“Ayah, Ibu, ada apa?” tanya Putri Ahreum polos.

“Cobalah untuk keluar, Ahreum!” perintah Raja di tengah kepanikannya.

“Buka pintunya dan keluarlah, Anakku. Lalu berlarilah menjauh.” Ratu pun sama.

“Tapi ada apa?” Putri Ahreum bingung.

“Lakukan saja!” bentak Raja dan Ratu bersamaan.

Putri Ahreum menurut dan mulai mencoba membuka pintu. “Tak bisa Ayah!”

Semakin panik di dalam mobil Raja. Lalu pesawat terbang melintas. Putri Ahreum menghentikan usahanya membuka pintu, mendongak menatap pesawat terbang yang melintas di atas mobilnya. Tiba-tiba gncangan keras terjadi dan semua berubah menjadi gelap.
***

Kecelakaan maut terjadi di atas jembatan panjang di perbatasan menuju wilayah tertimur dari Ambrosia. Truk tersangkut di pagar jembatan. Mobil pengawal Raja terbalik. Pintu belakang terbuka. Salah seorang pengawal Raja terlempar keluar dan tengkurap, tergeletak tak berdaya di atas aspal. Tak nampak mobil Raja di tempat kejadian.

Sebuah mobil melintas dan menemukan korban kecelakaan ini. Ia segera menelfon, meminta bantuan. 45 menit kemudian tim medis datang dan mengevakuasi para korban. Beberapa langsung menyisir sekitar tempat kejadian karena mendapat informasi jika mobil Raja juga melintasi jalur ini.

Seluruh rakyat Wisteria Land berduka. Satu jam setelah munculnya berita kecelakaan naas di jembatan panjang menuju wilayah tertimur Ambrosia, istana membuat pengumuman berita duka. Raja Lee Jin dan Ratu Dayoon dinyatakan meninggal dalam kecelakaan maut tersebut. Empat pengawal Raja pun dinyatakatan tewas di tempat. Sopir truk pun ditemukan tewas di tempat. Sedang jenazah Putri Ahreum tak ditemukan.

Istana dan seluruh rakyat mengibarkan bendera setengah tiang, tanda berduka. Raja Lee Jin yang terkanal arif dan penuh kasih ini meninggal dengan cara yang mengenaskan membuat rakyat benar-benar terluka. Raja dan Ratu ditemukan tak bernyawa di dalam mobil mereka yang jatuh ke sungai dan hanyut terbawa arus. Namun tim evakuasi tak menemukan jenazah Putri Ahreum di dalam mobil Raja.

Keesokan harinya jenazah Raja Lee Jin dan Ratu Dayoon di bawa ke pulau Zinnia untuk dimakamkan. Pulau kecil nan asri dan indah dimana di sana terdapat sebuah kuil yang menjaga makam keluarga Raja Wisteria Land. Jung Hyeyoung, Kim Byunsoo, Cha Sunmoo dan Lee Sungmin turut mengantar jenazah Raja yang sekaligus sahabat mereka ini. Ketika rombongan pengantar jenazah Raja dan Ratu Dayoon hendak menyeberang menuju pulau Zinnia, Putri Maesil tiba-tiba muncul. Jung Hyeyoung menghadang Putri Maesil.

“Aku ingin mengantarkan jenazah adikku ke pemakaman, apa tak boleh?” tanya Putri Maesil sinis.

“Sebelum meninggal, mendiang Raja berwasiat, Beliau tak ingin dilayat oleh Yang Mulia Putri Maesil. Melayat pun tak boleh, apalagi mengantar jenazah Raja ke peristirahatan terakhirnya.” cegah  Jung Hyeyoung.

“Little Brats! Sadarkah kau saat ini kau bicara pada siapa?!”

“Istana dan seluruh rakyat Wisteria Land sedang berduka Yang Mulia. Maaf atas ketidaksopanan bajingan kecil ini. Hamba hanya menyampaikan wasiat mendiang Raja.”

Putri Maesil menatap geram Jung Hyeyoung. “Kau sadar posisimu hanyalah Holly-nim kecil di istana?” bisik Putri Maesil dengan nada geram.

“Hamba sadar akan hal itu. Akan tetapi hamba adalah Holly-nim kepercayaan mendiang Raja dan Ratu setelah Holly-nim tertinggi Ryeong meninggal,” Jung Hyeyoung mengangkat kepala menatap sinis Putri Maesil, “karena Anda!” tandasnya.

Putri Maesil menyincingkan senyum licik. “Kau yakin karena aku?”

“Perlu Anda ketahui, Yang Mulia Ratu sedang mengandung. Apa yang Anda ramalkan, tak benar adanya.”

Putri Maesil melotot kaget.

“Dan perlu Anda ketahui, terkutuklah orang yang membunuh wanita yang sedang hamil.” imbuh Jung Hyeyoung. Ia tersenyum sinis lalu meninggalkan Putri Maesil.

Putri Maesil terdiam. Lalu berbalik menatap rombongan pengantar jenazah Raja yang menaiki perahu dan menyeberang menuju pulau Zinnia. “Bagaimanapun juga, aku yang terkuat. Aku tak akan kalah di sini. Dan selama aku hidup, Wisteria Land tak akan pernah tenang.” Putri Maesil tersenyum sinis sambil menatap langit. “Dengan semua ini, aku yakin kalian yang di sana dan telah menduhuluiku tak akan tenang.” Putri Maesil kembali tersenyum sinis kemudian berjalan pergi.
***

Putri Maesil menyebarkan berita jika kematian Raja dan Ratu tak lain karena keberadaan Putri Ahreum yang sejak lahir dinyatakan sebagai pembawa sial oleh Putri Maesil. Kepercayaan rakyat pada istana pun pecah. Beberapa membenarkan berita yang disebar luaskan Putri Maesil. Beberapa menolaknya dan tetap setia pada mendiang Raja Lee Jin.

Di dalam istana sendiri terjadi pergolakan yang tak lain juga karena hasutan Putri Maesil. Desakan untuk segera memilih Raja baru juga pertentangan lainnya. Tim khusus yang dibentuk untuk mencari keberadaan Putri Mahkota pun tak kunjung menemukan dimanakah Putri Mahkota Lee Ahreum. Apakah Putri Mahkotaa masih hidup pun tak ada yang tahu.

Rowan dan Holly berkumpul untuk bersama membahas kekosongan pemerintahan Wisteria Land. Perdana Menteri memimpin jalannya pertemuan hari ini. Di tengah-tengah perundingan, tiba-tiba Putri Maesil muncul. Hal ini membuat kubu pendukung mendiang Raja Lee Jin panik.

“Aku hanya ingin menyaksikan jalannya perundingan. Setelah ini pada siapakah tahta akan diturunkan. Dimana pewaris tahta? Putri Mahkota Lee Ahreum lenyap bagai di telan bumi.” Putri Maesil duduk bergabung. “Hingga detik ini Putri Mahkota tak ditemukan, bagaimana selajutnya negeri ini?” Putri Maesil menyincingkan senyum sinis.

“Apakah Yang Mulia mengincar tahta ini?” tuding Rowan-nim Kim Byunsoo langsung.

Putri Maesil menatapnya sejenak lalu tersenyum. “Aku adalah Ratu dalam kastil Basil. Kekuasaan Wisteria Land, aku tak berminat lagi.”

Kim Byunsoo geram, namun Lee Sungmin memintanya tetap tenang dan tak terpancing oleh ulah Putri Maesil.

Holly-nim Jung Hyeyoung berdiri. “Saya rasa sudah saatnya membacakan surat wasiat Raja yang dibuat dan titipkan pada mendiang Ketua Holly-nim Ryeong.”

Sejenak para peserta rapat ini ribut. Lalu situasi kembali tenang. Mereka mengiyakan permintaan Holly-nim Jung Hyeyoung.

“Saya mewakili mendiang Ketua Holly-nim Ryeong berdiri di sini membacakan surat wasiat mendiang Raja Lee Jin. Raja Lee Jin menuliskan bahwa tahta diturunkan kepada Putri Mahkota Lee Ahreum. Namun seperti yang kita ketahui, hingga kini kita tak kunjung menemukan dimana keberadaan Putri Mahkota. Apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal. Beberapa dari kami berunding dan menyetujui jika tahta sementara diberikan kepada Song Joongkok suami dari Putri Lee Kyeongmi, putri tunggal dari mendiang Pangeran Lee Yeol. Beliau adalah kerabat terdekat Raja.” terang Holly-nim Jung Hyeyoung.

Para peserta rapat kembali ribut.

“Song Joongkok adalah Panglima Reed . Dia yang terbaik di Wisteria Land dan termasuk dalam jajaran orang terdekat Raja. Saya mendukung keputusan ini.” Rowan-nim Cha Sunmoo memberikan suaranya.

“Aku pun menyetujuinya.” disusul Rowan-nim Lee Sungmin.

“Aku memberikan suaraku untuk Song Joongkok.” Rowan-nim Kim Byunsoo memberikan dukungan yang sama.

“Aku pun memberikan suaraku untuk Song Joongkok.” sambung Holly-nim Jung Hyeyoung.

Berikutnya muncul suara keberatan. Disusul suara mendukung. Begitu bersautan hingga tiba pada giliran Perdana Menterin istana. Jumlah sementara pendukung Song Joongkok untuk naik tahta unggul.

“Aku pun memberikan suaraku untuk Song Joongkok.” tutup Perdana Menteri.

Pihak pendukung mendiang Raja Lee Jin tersenyum lega. Pihak kontra menggerutu. Putri Maesil tersenyum sinis menatap para teman setia mendiang Raja Lee Jin.


“Aku memberi kalian ruang untuk beranapas sejenak.” Putri Maesil menghampiri keempat sahabat mendiang Raja Lee Jin. “Kim Byunsoo, Lee Sungmin, Cha Sunmoo, Jung Hyeyoung. Kalian pikir Wisteria Land akan selamat jika Song Joongkok yang naik tahta?”

“Bukankah ini lebih baik? Daripada negeri ini di pimpin siluman seperti Anda?” Rowan-nim Kim Byunsoo meluapkan kegeramannya.

“Siluman? Terkabulkan.” Putri Maesil tersenyum sinis. “Makhluk-makhluk jelmaan hewan tak sempurna, teruntuk kalian. Terkabulkan!” Putri Maesil tersenyum bengis. “Nobatkan saja Song Joongkok. Kita akan menikmati permainan ini bersama-sama.”

“Kami tak gentar. Seperti apa yang dikatakan mendiang Ratu Dayoon,  Kebaikan dan kebenaran memang selalu tak indah pada awalnya. Penderitaan yang teramat sangat adalah janji pasti bagi para penganutnya. Namun kebaikan dan kebenaran ini pula yang nantinya akan menjadi sangat indah di akhir cerita. Batu mulia terbaik dihasilkan dari tempaan alam yang sangat keras bukan? Kami akan menemani Yang Mulia. Kami akan menjaga Wisteri Land sampai Putri Mahkota kembali dan merebut tahta.” Jung Hyeyoung menyanggupi.

“Hahaha. Yakin sekali jika gadis kecil pembawa sial itu masih hidup?”

“Anda menemukan jenazahnya? Atau Anda yang menyembunyikannya?”

Putri Maesil terdiam.

Jung Hyeyoung tersenyum sinis. “Aku melihat ketakutan di mata Anda Yang Mulia. Sebaiknya Anda manjaga keyakinan Anda. Karena jika keyakinan itu runtuh, Anda tak akan mendapatkan apa-apa kecuali penderitaan dari rasa kesepian itu menghancurkan Anda.”

Putri Maesil menatap geram Jung Hyeyoung. Sejenak kemudian ia tersenyum. “Bagaimanapun juga, aku yang terkuat. Ketika ia kembali, ia tak lebih seorang gadis remaja tak berpengalaman. Aku akan lebih kuat saat itu terjadi.”

“Aku menyaksikan sumpah Anda ini Yang Mulia.”

Putri Maesil tersenyum sinis. “Baiklah. Karena keberanianmu ini, aku akan menjagamu dan membiarkanmu tetap hidup.” Putri Maesil pun pergi.

Jung Hyeyoung bernapas lega. “Segera siapkan penobatan Panglima Song Joongkok untuk naik tahta. Lebih selektif memilih orang. Istana ini tak lagi aman. Istana ini tak lagi bisa dipercaya. Bahkan dinding pun bisa bicara kini.”

“Iye!” tiga Rowan-nim sahabat Raja kompak kemudian pamit pergi.

***


Choi Jinhyuk berdiri di teras rumah bambu di tepi sungai ini. Tatapannya menerawang. Air mata kembali menetes di pipinya. Jinhyuk teringat kembali peristiwa kecelakaan itu.

Mobil pengawal Raja sampai di jembatan. Dari arah berlawanan truk melaju kencang menuju mobil Raja yang terhenti di pinggir jalan. Sepertinya terjadi sesuatu pada mobil itu. Seunghyo tak mampu berpikir jernih. Ia bertindak nekat. Seunghyo melajukan mobilnya menghadang truk  yang lurus menuju mobil Raja. Mobil kecil ini tak mampu menghalau truk. Mobil ini terlempar dan terbalik. Jinhyuk terlempar keluar dari kursi belakang. Setengah sadar Jinhyuk bisa melihat truk yanag oleng menabrak mobil Raja dan menodorongnya jatuh k e sungai.

Tangan kanan Jinhyuk mengepal. Ia menangis teringat kejadian pahit yang merenggut nyawa ketiga rekannya juga nyawa orang yang paling ia junjung tinggi Raja Lee Jin. Jinhyuk terus menyalahkan dirinya akan kejadian ini.

“Lama tak jumpa, Reed Choi Jinhyuk.” suara wanita itu mengejutkan Jinhyuk.

“Holly-nim...?” saat Jinhyuk membalikan badan dan menemukan Jung Hyeyoung.

Hyeyoung tersenyum. “Bagaimana keadaanmu?”

“Beginilah Holly-nim. Setiap malam selalu tersiksa oleh mimpi buruk itu.”

“Bertahanlah. Tetaplah hidup untuk Putri Mahkota. Carilah keberadaan Putri Mahkota. Karena inilah tujuan kenapa aku memalsukan keterangan tentangmu. Kau tahu bukan bagaimana mirisnya negeri kita ini kini? Baru sebulan Yang Mulia Raja wafat, rakyat sudah dibuat begini menderita oleh ulah Putri Maesil. Walau Raja Song Joongkok memiliki kesetiaan tinggi, namun kekuatannya tak mampu mengalahkan Putri Maesil. Hanya jika Putri Mahkota kembali, negeri kita ini akan kembali damai seperti sedia kala. Terlebih Putri Mahkota harus membuktikan bahwa dirinya bukanlah pembawa sial seperti yang dituduhkan Putri Maesil. Gelar Ratu yang ia minta akan segera dikabulkan. Dengan begitu Putri Maesil akan turut andil dalam pemerintahan. Bertahanlah hidup di luar istana. Temukan Yang Mulia Putri Mahkota dan lindungi beliau. Aku mohon padamu.”

“Holly-nim...”

“Kau saksi hidup yang harus memberitahukan hal buruk yang menimpa kedua orang tuanya. Kau saksi hidup yang harus memberinya kekuatan untuk bertahan dan bersembunyi menyusun kekuatan. Akan buruk jadinya jika pihak istana menemukan Yang Mulia Putri Mahkota terlebih dahulu. Seperti kau tahu, satu per satu pengikut setia mendiang Raja Lee Jin disingkirkan. Yang kita butuhkan adalah menyatukan kekuatan kita yang semakin lama semakin terkikis ini. Aku percayakan tugas ini padamu Choi Jinyuk.” Jung Hyeyoung memberikan lencana tugas kerajaan pada Jinhyuk.

Jinhyuk menatapnya ragu. Perlahan tangan kanannya bergerak menerima lencana itu.

Jung Hyeyoung tersenyum lega. “Mari kita bersama-sama menjaga Wisteria Land ini. Bertahanlah hidup Choi Jinhyuk.”Jung Hyeyoung kembali tersenyum lalu pergi.

Jinhyuk menatap lencana tugas kerajaan ditangannya. “Aku pasti akan bertahan hidup. Demi mendiang Raja Lee Jin yang telah mengangkat derajatku dan memuliakanku untuk menjadi pasukan pengawal pribadinya. Demi mendiang Ratu Dayoon. Demi Putri Lee Ahreum. Demi Wisteria Land.” Jinhyuk menggenggam erat lencana tugas kerajaan.


-------TBC--------

Keep on Fighting
-shytUrtle-


Search This Blog

Total Pageviews