Bilik shytUrtle

¤ Bilik shytUrtle - Welcome June. A New Day, New Hope, New Battle ¤

23:14

tempurung kUra-kUra, 01.06.2012

Summer time... of my life ^^b
June is coming, my time is turning and my heart is burning. All the people screaming and they go to swimming (?)
June, summer time. Hot battle would come arround. We have to choose and every choice have a responsibility. I'm scared and I cry, but that's no used. When I wake up in the morning, I back to reality. My real life.

All those dreams that fill all my shortened night, they gave me warning. They whispering, feel so closer in my ears. It's so scary but I couldn't runaway. Every night waked up, I can't sleep. Looking arround my rooms, make me blank and scared. Have I feeling like this? Is it normal?
I really really missing my last time that I could feel so peace in this lonely time.

She is come to my dreams and tell me that they coming closer to us, that's why we must prepared all and got be ready. How so beautifull she is, very very beautifull women. And I wonder who is she? Why she comes to my dream and tell me like that? After all, I ask to myself, who am I? That's make me scared and make me tired. Think about all of those dreams, those warning, those waken up nights.

June, the middle of this year. Hot season, hot weather, hot summer, hot times, hot thinking, hot all of the world. Arround me, inside of me, behind me, in front me, above and under, all make me crazy. Thinking about all of that, makes me wonder, same question that I never know the answer. Same question that always fill in my head.

When june comes, I feel become so older. How old am I now? This year. Thinking about this, make me scared too. I'm scared I have no much time to finish all of my duty. I'm scared I coudn't complete my mission. I'm too scared of many things. I'm scared my time is up. Think about that make me go insane. Day by day, full arround me.
I'm going old now. I'm affraid of many things that could be happen to me. Think about my life, my parents, my elder sister, my elder brother, my angel and people arround me. They didn't see me only. They talk about me too. I don't care if they say that I'm weird. They have to know that I'm not weird but I'm curious hehehe... Please don't try to understand about me, if You try do that, You may go insane. My world is curious world, I'm curious, I'm not normal, I'm unusual. Love me and I'll love You. Hold me and I'll hold You. Hate me and I wouldn't hate You. Actually I can't do that, something that impossible I could rech although I always say nothing is impossible in this world. Hah, it's hard but easy.

Welcome june. A new day, new hope, new battle, still one dream. I hope I could be better than I'm before. I hope I could bring happiness for myself and all arround me. I hope I could through this year and survive until next year. I hope I could bring one of my child to the world. I hope I could make my parents be happy and proud have daughter like me. I hope all love, peace, unity and respect come back to my life. God please hold and save me in your warm love. Without YOU, I'm nothing.

I'm ready now. Ready or not, we have to say ''I'm ready!" Time will not wait for us, they go by flow and we could take it or leave it. Just do what you wanna do, now! Don't wait and waste the time.

I've got all those sound that gave me power to fight. I've got wings that would bring me fly to the sky. I've got all their loves that make me strong to stand up. I've got all their dreams and their trust that make my dreams become true.

Now or never. Do it or don't do it. Take it or leave it. No matter who you are, just keep on fighting! Let's do it! Let's make a change! Right here, right now. God would lead us with love.



. shytUrtle-yUi .

Fan Fiction FF

¤ Last Fantasy ¤

06:05


Last Fantasy

.  Genre: series/straight/comedy romance(?)
.  Author: shytUrtle
.  Cast:
-          all my lovely shigUi as Yoo Si Hyeon
-          Infinite (Sungkyu, Hoya, Woohyun, Dongwoo, L, Sungyeol, Sungjeong)
-          Yoo Hyun Gi, Yoo Jae Suk, Ji Suk Jin, etc.
. Theme song: Infinite (Cover Girl, Amazing, Julia) etc.




Last Fantasy

Episode #2

“Aku pulang!” kata Sihyeon seraya memasuki rumahnya. “Oh! Ada tamu rupanya.”

“Annyeong, Onni.” Sapa Soojung –Jung Soojung-Krystal f(x)-. Lalu tatapan Soojung tertuju pada Myungsoo yang berada dibelakang Sihyeon. ‘Woa… tampan sekali…’ puji Soojung dalam hati.

“Ah, syukurlah Nuna sudah pulang. Aku tidak bisa membantu mereka.” Kata Sungjeong menuding Hyungi-Soojung.

“Ada apa?” Tanya Sihyeon.

“PR matematika.” Jawab Hyungi.

“Aa, Myungsoo, bantu mereka!” perintah Sihyeon dengan entengnya.

“Aku??” Myungsoo menunjuk batang hidungnya sendiri.

“Iya. Memangnya ada Myungsoo yang lain disini??”

“Ada PR mengarang juga.” Tambah Hyungi.

“Kalau begitu, kita selesaikan bersama-sama!” Myungsoo menarik tangan Sihyeon dan membawa gadis itu duduk disampingnya berhadapan dengan Soojung dan Hyungi. “Kita belajar bersama.” Myungsoo kemudian tersenyum manis. Soojung tersipu sendiri menatap Myungsoo yang duduk tepat di hadapannya.

Myungsoo dan Sihyeon bekerja sama membantu Hyungi dan Soojung mengerjakan tugas sekolah mereka. Sesekali Soojung curi-curi pandang pada Myungsoo dan kemudian tersenyum sendiri. Sungjeong yang juga berada diruang tamu menangkap gelagat Soojung. Ia hanya tersenyum dan menggeleng pelan melihatnya.

Hyungi mengantar Soojung sampai di ujung gang. “Hyungi~aa, aku sangat senang belajar disini bersamamu. Bagaimana kalau kita minta Sihyeon Onni dan Myungsoo Oppa menjadi guru privat kita?” usul Soojung penuh semangat.

“Kalau kau melakukannya, Nuna pasti akan meminta bayaran.”

“Tega sekali kau berkata seperti itu tentang kakak mu sendiri.”

“Kau suka pada Myungsoo Hyung?!”

“Apa?? Aa… tidak… kau ini bicara apa??” Soojung salah tingkah.

“Aku melihatnya. Perlu kau tahu, itu tidak akan berguna.”

“Apa?? Ap-apa maksud mu??”

“Myungsoo Hyung adalah kekasih Sihyeon Nuna.” Soojung tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Ia berdiri terpaku dihadapan Hyungi. “Myungsoo Hyung dan Sihyeon Nuna, mereka adalah sepasang kekasih.” Hyungi menegaskan.

“Aku pulang!” Soojung berpamitan dan berjalan cepat meninggalkan Hyungi.
***

“Aa, Oppa, terima kasih banyak.” Sihyeon membungkuk.

“Ma’af terlambat, ini karena kita hanya bertemu di hari sabtu dan minggu.” Kata Sungkyu –Kim Sungkyu-.

Setiap akhir pekan, di hari sabtu dan minggu Sihyeon memiliki pekerjaan tambahan. Ia bekerja membersihkan gedung teater ‘Inspirit’. Sihyeon mendapat pekerjaan ini atas bantuan Myungsoo yang tergabung sebagai musisi dalam teater ‘Inspirit’.

“Sihyeon~aa!!” pemuda jangkung itu berlari kecil menuju Sihyeon dan Sungkyu. “Saengil chukahamnida!!!” kata Sungyeol –Lee Sungyeol- sambil menyodorkan sebuah kado pada Sihyeon.

“Sungyeol…” Sihyeon merasa sungkan.

Sungkyu tersenyum melihat keduanya. “Aku pergi dulu,” pamitnya.

“Ayo!” Sungyeol merangkul Sihyeon pergi.


# IU-Last Fantasy #

Seluruh anggota teater ‘Inspirit’ berkumpul diatas panggung. Mereka menyebar dan sibuk dengan urusan masing-masing mempersiapkan latihan. Sihyeon duduk di tribun penonton deretan paling belakang dimana hanya ada kegelapan disana. Ia harus menunggu sampai latihan usai. Sihyeon tersenyum ketika Woohyun masuk ke ruang latihan. Seperti biasa, pemuda itu pasti akan masuk begitu saja tanpa menyapa rekan-rekannya. Mulutnya pasti bergerak, bersenandung menirukan lagu yang ia putar dalam ipod-nya. Kemudian dia akan duduk dibibir panggung dan menghafal dialognya. Ia akan tetap seperti itu jika tak ada rekan yang menghampiri dan mengajaknya ngobrol. Sihyeon sampai hafal pada kebiasaan Woohyun ini.

Latihan dimulai. Sihyeon menyandarkan kepala pada punggung kursi didepannya. Sihyeon selalu berkhayal dirinya berada diantara para pemain teater ‘Inspirit’ dan menjadi bagian dari mereka. Melihat para pemain yang sibuk berlatih, mengingatkan Sihyeon pada masa kejayaannya dulu, ketika ia masih duduk di bangku SMA. Sihyeon tersenyum kecut mengenangnya. Ia kembali menyandarkan punggungnya pada punggung kursi. Sihyeon menghela nafas panjang kembali menegakan badan. Tatapannya tertuju pada Myungsoo. Myungsoo duduk diantara para musisi teater ‘Inspirit’. Ia tampak serius memainkan gitar akustik dalam pangkuannya. Sihyeon tersenyum lebih tulus. Ia senang melihat Myungsoo berada disana. Meskipun band yang di dirikan Myungsoo semasa SMA harus bubar, kini Myungsoo masih bisa melanjutkan karir bermusiknya bersama teater ‘Inspirit’. Angan Sihyeon kembali menerawang, terbang kembali ke masa lalu. Masa-masa SMA tentangnya, Myungsoo, Howon dan Dongwoo.


Howon, Myungsoo, Sihyeon dan Dongwoo, mereka masih berseragam. Keempatnya duduk diatas rumput taman menikmati pemandangan sore dipertengahan musim gugur. Daun-daun berguguran disekitar mereka.

“Musim gugur itu, indah juga ya..” kata Sihyeon.

“Musim yang paling kreatif,” Dongwoo menadah kan telapak tangannya ke udara menangkap sehelai daun yang gugur.

“Apa selamanya kita bisa seperti ini?” Tanya Howon.

“Tidak mungkin!” jawab Sihyeon.

“Kenapa tidak mungkin?” Tanya Howon lagi.

“Kau mau selamanya jadi murid SMA? Terus berseragam seperti ini??”

“Aish!” Howon kesal hendak memukul Sihyeon namun gadis itu bisa menghindar dengan cepat. Sihyeon terkekeh sambil bersembunyi dibalik Myungsoo.

“Kalian, kalau sudah sukses jangan lupakan aku ya.” Kata Dongwoo.

“Kau juga, kalau kau sukses lebih dulu daripada aku, jangan lupakan aku.” Howon meminta hal yang sama.

“Kalau aku sukses lebih dulu, maka aku akan membawa kalian semua bersama ku.” Janji Dongwoo.

“Apa itu bisa dipercaya?” Tanya Sihyeon.

“Tentu saja. Kau bisa pegang janjiku!” Dongwoo mengulurkan jari kelingkingnya. Sihyeon hanya tersenyum tak melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Dongwoo.

“Aku percaya.” Kata Sihyeon kemudian.

“Kira-kira setelah lulus nanti, apa yang akan terjadi pada kita? Lalu, kelak kita akan jadi seperti apa?” Tanya Myungsoo.

“Aku malah belum memikirkan tentang hal itu.” Jawab Howon. “Aku tidak tahu aku mau jadi apa.”

“Aku ingin membuka usaha sendiri.” Kata Dongwoo. “Jika usaha ku sukses, maka aku bisa memberi pekerjaan untuk orang lain.”

“Mulia sekali.” Puji Sihyeon.

“Kalau begitu, kita kerjasama saja, bagaimana?” Howon berseri menatap Dongwoo.

“Kau ini, selalu saja begitu! Apa kau tidak punya ide lain?” Dongwoo kesal. “Kau itu terlalu santai dalam menjalani hidup mu!”

“Aku hanya menjalani apa yang ada, apakah itu salah? Myungsoo, kau sendiri ingin jadi apa? Kau akan terus bermusik?”

“Iya.” Jawab Myungsoo.

“Lalu kau Sihyeon??” Howon beralih pada Sihyeon.

“Aku ingin menjadi penulis skenario. Mungkin terlalu tinggi, tapi sungguh, aku sangat menginginkannya.” Jawab Sihyeon malu-malu.

“Kau punya bakat disana, jadi berusahalah.” Dongwoo menyemangati.

“Kau tidak ingin menjadi aktris?” Tanya Howon. “Karir mu di teater sekolah cukup bagus.”

“Aku lebih suka menjadi orang dibelakang layar.”


“Jika terus bertahan berada dalam kegelapan, bagaimana bisa orang melihat mu.” Suara Sunggyeol membuyarkan lamunan Sihyeon.

“Sejak kapan kau disini?”

“Ini yang tidak aku suka darimu, selalu bersembunyi, ketakutan dan merasa rendah diri. Jika terus begini, orang lain tidak akan pernah tahu betapa berbakatnya dirimu.”

“Kau kira aku tidak ingin berada disana?” Sihyeon menoleh menatap panggung. “Diantara para pemain itu. Dan kau benar, aku takut untuk mencobanya.”

“Jika Myungsoo bisa, kenapa tidak dengan mu?”

“Kami berbeda. Tidak ada keberuntungan yang sama meskipun kita memiliki kesempatan yang sama. Menunggu keajaiban adalah hal bodoh. sekarang, aku hanya menjalani apa yang ada, apakah itu salah?” Sihyeon mengcopy kata-kata Howon.

“Tidak salah. Tidak ada salahnya juga jika kau mau mencoba. Sedikit membuka diri dan memberikan ruang bagi dunia untuk melihat mu. Pernahkah kau memikirkan tentang dirimu? Apakah kau bahagia dengan ‘menjalani apa yang ada’ sekarang?”

Sihyeon terdiam dan menundukan kepala. Ia menyadari apa yang di katakan Sungyeol benar adanya. Sihyeon hanya memikirkan uang, hutang dan pekerjaan. Karenanya ia semakin menutup diri dan hari-harinya terbenam dalam rutinitas itu. Ia terus mengkhawatrikan masa depan Hyungi, nasib Jaesuk dan juga Sungjeong. Sihyeon tak tahu apakah belakangan ini ia sempat memikirkan tentang dirinya. Sihyeon merasakan rindu yang teramat sangat pada mendiang Sang Mama. Ia menunduk makin dalam dan air matanya kembali menetes.


“Ayo, kemarilah semua!” panggil Jinyoung –Park Jinyoung (JYP)- pada Sungyeol, Sihyeon dan Myungsoo.  Ia membawa sebuah minitart black forest ke atas panggung dan duduk dilantai. Sungyeol, Sihyeon dan Myungsoo bergabung. “Sihyeon, ini untuk mu.”

“Untuk ku??”

“Siapa lagi? Ada yang lain yang sedang berulang tahun disini?!” Jinyoung terdegar ketus membuat Sihyeon terkekeh. “Tiup lilinnya.”

“Buat permohonan dulu!” cegah Sungyeol.

“Apa masih berlaku? Ulang tahun Sihyeon sudah lewat tiga hari yang lalu. Sihyeon, tiup saja lilinnya. Kalau kau terlalu banyak membuat permohonan, nanti Tuhan akan bingung harus mengabulkan yang mana.”

“Paman!” protes Sungyeol. Jinyoung tak peduli dan Sihyeon langsung meniup lilin hingga padam.


“Ada masalah?” Tanya Myungsoo memecah kebisuan sa’at perjalanan pulang.

“Tidak ada. Hanya merasa sedikit tidak percaya, hari ini aku masih mendapat kejutan ulang tahun.”

“Harusnya kau sadari itu, betapa orang di sekitarmu sangat peduli dan sayang padamu.”

“Em!” Sihyeon berhenti didepan rumahnya. Myungsoo berdiri berhadapan dengan Sihyeon. Tatapan Myungsoo tertuju pada kalung yang tergantung dileher Sihyeon. Ia tersenyum melihatnya. Sihyeon yang menyadari hal itu merasa risih.

“Ini… terima kasih.” Kata Sihyeon seraya memegang liontin pada kalungnya. Kalung perak dengan liontin berbentuk bulat kecil dengan mata berwarna biru aquamarine. Myungsoo tersenyum lebih lebar dan mengangguk. “…Sihyeon~aa, saengil chukahaeyo. Choeseon-eul dahagil balae. I’ll protect you.” Sihyeon mengulangi membaca tulisan Myungsoo pada kartu ucapan selamat ulang tahunnya. “Aku akan melindungi mu??”

“Percayalah. Itu bukan sekedar tulisan, tapi itu janji ku, untuk mu.” Myungsoo tersenyum dan berjalan pergi. Sihyeon tertegun mendengarnya.

“Ish! Apa yang dia pikirkan tentang itu??”
***

# Infinite-Amazing #

Dongwoo, Howon, Hyungi, Sihyeon dan Myungsoo berdiri berjajar menatap lima kostum badut yang telah disediakan untuk mereka. Panda, monyet, kelinci, domba dan harimau. Sihyeon tersenyum sengit melirik yang lain. Ia kemudian bergerak mendahului, dengan cepat ia menyambar kepala panda dan memeluknya erat. Hyungi memeluk erat kepala domba, Dongwoo mendapatkan kostum monyetnya dan Myungsoo mendapatkan kostum harimau.

“Ya! Mwoya!!” Howon berkacak pinggang dan menatap kesal yang lain. Yang tersisa untuknya  hanyalah kostum kelinci. “Sihyeon! Kita tukar tempat!” perintahnya.

“Tidak mau! Siapa cepat dia dapat!” tolak Sihyeon mentah-mentah.”Panda ini, milikku.”

“Ya! Lihat! Kelinci ini…” Howon menunjuk pita merah besar pada telinga kanan kelinci.

“Tidak apa-apa, Hyung. Tidak akan ada yang tahu jika yang berada dibalik kostum kelinci cantik itu adalah Hyung, eum… maksudku, laki-laki.” Kata Hyungi disusul tawa Dongwoo.

“Hyungi benar!” Dongwoo di sela tawanya. “Para pengunjung tidak akan tahu akan hal itu, karena kita dilarang bicara.”

“Ish! Coba tadi kau tidak ikut! Aku tidak akan sesial ini!” Howon memarahi Hyungi.

“Kenapa jadi aku yang disalahkan?”

“Howon. Apa yang salah pada kelinci itu?” Tanya Sihyeon. “Kau tak beda jauh dengannya, kalian sama-sama cute. Iya kan Dongwoo??” Dongwoo hanya bisa mengangguk karena ia tak bisa berhenti menertawakan Howon.

“Kalian! Ish!”

“Kita tukar.” Myungsoo memberikan kostum harimau miliknya pada Howon. Semua menatap heran pada Myungsoo. “Kenapa??”

“Tidak. Ayo lekas bersiap!” perintah Sihyeon.

“Myungsoo, terima kasih.” Howon merangkul Myungsoo. “Kau memang teman yang baik dan dapat diandalkan.” Dongwoo dan Sihyeon kompak mencibir mendengarnya.

Monyet Dongwoo, panda Sihyeon, harimau Howon, domba Hyungi dan kelinci Myungsoo siap beraksi. Harimau Howon memimpin timnya keluar dari ruang ganti. Kelima badut ini berjalan berurutan dan mulai menyapa para pengunjung taman hiburan. Ini pertama kalinya bagi mereka bekerja sebagai badut di taman hiburan. Hari minggu taman hiburan selalu dipadati pengunjung. Hari ini pun demikian. Harimau Howon dan monyet Dongwoo sukses mengumpulkan banyak pengunjung. Dance yang dilakukan keduanya menarik banyak perhatian. Tidak hanya anak-anak yang mengerubuti harimau Howon dan monyet Dongwoo. Ada pula remaja dan orang tua yang rela mengantri untuk foto bersama keduanya. Domba Hyungi dan kelinci Myungsoo menyapa ramah anak-anak. Anak-anak terihat nyaman berada disekitar kelinci Myungsoo yang ramah. Domba Hyungi yang aktif tampak menggoda beberapa pasangan kekasih. Keisengan domba Hyungi malah disambut hangat oleh mereka.

Panda Sihyeon berada jauh dan terpisah dari kelompoknya. Ia terus dikerubuti anak-anak yang ingin berfoto dengannya. Dengan sabar panda Sihyeon melayani permintaan pengunjung untuk berfoto dengannya. Panda Sihyeon melambaikan tangan usai pemotretan dengan pengunjung yang mengantri paling akhir.

“Tuan Panda, adikku ingin berfoto denganmu.” Suara itu tedengar sangat sopan dari arah belakang panda Sihyeon. Panda Sihyeon membalikan badan. Ia tersentak kaget. Woohyun dengan senyum tulusnya berdiri menggendong bocah laki-laki.

“Ucapan salam pada Tuan Panda.” Perintah Woohyun.

“Annyeong Tuan Panda.” Bocah laki-laki itu melambaikan tangan kananya. “Aku Nam Jihyun.” Imbuhnya memperkenalkan diri. Panda Sihyeon menyambut hangat. Ia melambaikan tangan lalu mengajak Jihyun berjabat tangan. Bocah laki-laki berumur empat tahun itu tertawa senang.

“Tuan Panda, apa kau tidak keberatan menggendong adikku untuk foto bersamamu?” pinta Woohyun dengan sopan. Panda Sihyeon mengangguk antusias lalu mengambil alih Jihyun dari gendongan Woohyun.

Woohyun mengambil beberapa foto Jihyun bersama panda Sihyeon. Ia kemudian meminta bantuan seorang pengunjung untuk mengambil fotonya bersama Jihyun dan panda Sihyeon. Beberapa foto diambil, Woohyun meminta sekali lagi. Ia dan panda Sihyeon berbagi menggendong Jihyun ditengah, lalu Woohyun dan panda Sihyeon membentuk hati dengan satu tangan masing-masing dimana keduanya bertemu tepat diatas kepala Jihyun. Woohyun dan Jihyun tak lupa mengucap terima kasih pada panda Sihyeon usai foto bersama. Bahkan Jihyun menghadiahkan sebuah kecupan untuk panda Sihyeon.

Panda Sihyeon merasa senang bukan kepalang. Ia berjalan kesana kemari dengan langkah riang. Sesekali ia melompat dan menari, seolah hanya ada dirinya disana. Kelinci Myungsoo berhasil menemukan panda Sihyeon. Ia keheranan melihat tingkah Sihyeon. Kelinci Myungsoo segera mengahampiri panda Sihyeon dan menuntunnya pergi menuju panggung hiburan dimana tiga temannya berkumpul. Panggung hiburan jadi makin ramai karena ulah lima badut yang menari didepan panggung hiburan.
***

Hari ini adalah hari tergila yang pernah aku jalani. Perlu di catat, menjadi badut ditaman hiburan bukanlah pekerjaan yang mudah. Harus menghibur orang, membuat para pengunjung bahagia didalam kostum yang tertutup rapat, tak boleh mengeluarkan suara dan harus berperang dengan rasa panas juga haus. Hanya beberpa jam saja sudah membuat ku hampir pingsan, bagaimana jika aku harus melakukannya seharian penuh? Aku bisa mati karenannya. Aku bisa katakan, ini pekerjaan yang amat menyenangkan. Ketika melihat tawa bahagia anak-anak dan kata ‘terim kasih’ dari pengunjung, rasanya semua lelah itu hilang sudah. Tidak! Itu bohong! Tetap saja aku merasa sangat tersiksa didalam kostum badut itu. Tapi tidak aku pungkiri jika aku merasa bahagia karenanya. Mereka tersenyum lebar dan tulus pada ku tanpa memandang siapa ‘orang’ dalam kostum badut itu. Andai setiap hari seperti itu.. tapi, siapa mau setiap hari berkeliaran dengan memakai kostum badut? Aku bisa ditangkap dengan berbagai tuduhan. Gila. Perampok? Hahaha… Senang sekali melihat senyum mereka. Akan tetapi yang paling menyenangkan adalah ketika aku melihat senyumannya… Senyuman lebar dan tulus yang tak pernah aku lihat sebelumnya darinya…

Sihyeon mengirimkan posting baru dalam blog pribadinya ‘Lime Island’. Lime adalah jenis kayu yang sesuai untuk orang yang lahir pada tanggal 11 maret-20 maret. Sihyeon ada dalam golongan ini. Karena alas an itulah Sihyeon menggunakan kata ‘Lime Island’ sebagai nama blog pribadinya dan ‘Lime Lady’ sebagai code name authornya.

Silence
‘…Senyuman lebar dan tulus yang tak pernah aku lihat sebelumnya darinya…’??

Sihyeon tersenyum membaca komentar yang pertama kali masuk. Ia melihat jam tangannya. Masih ada waktu untuk tinggal, sebentar saja meladeni komentar dari ‘Silence’, pengujung sekaligus komentator setia “Lime Island’.

Lime Lady
reaksi yang cepat. Silence is number #1 ^^y
Silence
naega jeil jalaga ^_^
Lime Lady

Silence
apa sebutan fans untuk ‘Lime Lady’?
Lime Lady
aku tak tahu :c
Silence
harus dicari.
Lime Lady
untuk apa? aku bukan orang terkenal seperti 2NE1.
Silence
Tidak hari ini, tapi bagaimana besok atau lusa?
Lime Lady
Akan tetap sama :( 
Silence
Memangnya kau Tuhan yang bisa menentukan apa yang terjadi esok?
Lime Lady
Hanya manusia biasa dengan ribuan kekurangan
Silence
tahu diri juga. Dimana kau sekarang?
Lime Lady
playground
Silence
ini terlalu larut, kau tidak takut? Belakangan marak penculikan.
Lime Lady
isu itu? aku tahu, tapi itu tidak akan terjadi pada ku. hanya orang bodoh yang mau menyia-nyiakan waktunya untuk menculikku.
Silence
aku tertarik. berhati-hatilah! aku bisa datang kapan saja dan menculikmu.
Lime Lady
coba saja! aku tidak takut!

Lama menunggu tak ada balasan. Sihyeon merasa ngeri berada di area playground sendirian mala mini. Ia mengusuk tengkuknya dan mengamati sdekitar. Seolah ada yang mengawasinya. Sihyeon segera merapikan peralatannya dan bergegas pergi. Seseorang yang bersembunyi dan terus memantau Sihyeon turut pergi meninggalkan area playground.
***

“Aku tahu Sihyeon Onni dan Myungsoo Oppa bukan sepasang kekasih! Mereka teman baik sejak SMA.” Soojung menghampiri Hyungi.

“Dapat infonya juga, akhirnya..” komentar Hyungi santai tanpa menatap Soojung. Ia tetap membuka lembar demi lembar buku dihadapannya. Soojung makin kesal melihat tingkah Hyungi.

“Hyungi!!!”

“Em?”

“Kenapa kau bohong pada ku?!”

“Apa itu sangat mengganggu mu?” Hyungi menutup bukunya dan berdiri. Ia menatap dingin Soojung hingga gadis itu menunduk. “Jadi benar kau menyukai Muyngsoo Hyung?? Kenapa kau menunduk?? Kau tak berani menatap ku??”

“Jangan menekan ku seperti ini?!!” Soojung mendorong dada Hyungi. Hyungi tersenyum mencibir.

“Dengar! Jika kau berani menyentuh Myungsoo Hyung, aku tidak akan mema’afkan mu, selamanya!” Hyungi kemudian pergi.

Soojung berdiri mematung usai mendengar ancaman Hyungi. “Hyungi…” bisiknya.

Hyungi tampaknya serius pada ucapannya. Di kelas ia berubah menjadi sangat dingin pada Soojung. Sa’at jam sekolah berakhir, ia juga pulang lebih dulu tak menunggu Soojung untuk pulang bersama seperti kesehariannya.


“Sihyeon, kita pulang sama-sama dan mampir ke kedai Nenek Han sebentar, kau mau?” ajak Howon.

“Kalian berdua saja. Aku ada urusan.” Tolak Sihyeon.

“Urusan?? Pentingkah?? Apa perlu kami menemani mu?” Dongwoo terlihat khawatir.

“Tidak usah. Aku hanya akan bertemu Paman Jinyoung.”

“Ini hari senin, untuk apa bertemu dengan Paman Jinyoung?” giliran Howon bertanya.

“Pekerjaan baru.” Sihyeon tersenyum manis sambil menyangklet tasnyan dan pergi.

“Dia itu… siluman atau robot?? Apa dia tidak punya lelah??” gumam Dongwoo.

“Harusnya Tuhan menciptakan waktu bukan 24jam dalam sehari. Itu tidak cukup bagi Sihyeon…” Howon menggeleng pelan.


“Hanya perlu datang dua kali dalam seminggu dihari rabu dan minggu untuk membersihkan rumah, tapi bayarannya lumayan besar. Paman, ini serius??” Sihyeon memastikan.

“Apa aku terlihat bercanda??”

“Hehehe.. tidak. Baiklah, aku ambil.”

“Kau yakin kau mampu??”

“Akan aku coba.”

“Kalau begitu, rabu besok datanglah ke alamat ini.” Jinyoung memberikan sebuah kartu nama pada Sihyeon.

Mata Sihyeon melebar membaca kartu nama di tangannya.






-------TBC-------


ma'af atas keterlambatan terbit dari episode #2 ini. terima kasih sudah menunggu dan mohon kritik juga saran ya ^^
kamsahamnida
-shytUrtle_yUi-

Fan Fiction FF

¤ Last Fantasy ¤

05:57

Assalamualaikum...
annyeong haseyo naui sarangeun sgi-gUi ^^v
eum, ff ini terinspirasi dari lagu milik IU-Last Fantasy, karenanya saya mengambil judul yang sama. boleh dibilang juga ff ini adalah another story dari ff Infite 'Rollercoaster'. karena saya merasa ff itu kurang mengena. semoga ff ini memperbaiki kekurangannya, mohon kritik dan sarannya ya...

ok, shi-gUi! welcome to lautan khayalan shytUrte.

Last Fantasy

.  Genre: series/straight/comedy romance(?)
.  Author: shytUrtle
.  Cast:
-          all my lovely shigUi as Yoo Si Hyeon
-          Infinite (Sungkyu, Hoya, Woohyun, Dongwoo, L, Sungyeol, Sungjeong)
-          Yoo Hyun Gi, Yoo Jae Suk, Ji Suk Jin, etc.
. Theme song: Infinite (Cover Girl, Amazing, Julia) etc.


Last Fantasy

Nae majimak pantajireul nae gaseume yeongwonhi… - IU-Last Fantasy –

…kehidupan bisa berubah kapan saja. Tentang takdir itu rahasia. Ketika kerasnya kehidupan mengujimu, kau akan belajar banyak hal dan memetik buah manis sesudahnya. Percayalah bahwa mimpi adalah awal dari kenyataan.


Suasana sore yang tenang di awal musim semi. Kota Seoul berjalan seperti itu, setiap harinya padat dan seolah tak pernah tertidur. Orang-orang berjalan cepat memenuhi trotoar ketika senja tiba menghiasi langit sore. Beberapa sa’at kemudian langit berubah gelap, malam datang mengganti hari.

“Apa???” mata bulat Sihyeon –Yoo Sihyeon- melebar. Ia berdiri terpaku menatap sang majikan. “Paman, aku berani bersumpah, aku tidak mencurinya. Sungguh! Aku tidak tahu bagaimana barang itu bisa berada di dalam tasku.”

Ji Suk Jin berkacak pinggang dan menatap kesal pada Sihyeon satu-satunya karyawan wanita yang bekerja di mini market miliknya. “Apa mungkin barang itu terbang sendiri dan masuk ke dalam tasmu?! Sihyeon, bagaimana hal seperti itu bisa terjadi?!”

“Tapi aku tidak mencurinya!”

“Kau berani memnbentakku!” Sukjin dengan nada meninggi dan melotot kearah Sihyeon. Sihyeon langsung menunduk dan menggelengkan kepala. “Hah!” Sukjin menghela nafas. Sihyeon kembali mengangkat kepala dan cemberut.

“Sihyeon~aa, barang bukti ada didalam tasmu dan kau masih mengelak? Kenapa tidak kau akui saja jika kau memang mencurinya?” Dongwoo –Jang Dongwoo- yang sedari tadi berdiri disamping Sukjin ikut bicara sambil menatap serius pada Sihyeon dengan tatapan yang mampu membuat ketakutan siapa saja yang menerimanya.

“Aku tidak mencurinya, apa yang harus aku akui?!” Sihyeon bersikukuh. Suasana jadi hening dan tegang. Dongwoo terlihat geram sedang Sukjin tidak tahu harus berkata apalagi agar Sihyeon menyerah dan mengakui perbuatannya. “Aku yakin aku tidak salah dan aku tidak mau mengakui tuduhan kalian itu!” Sihyeon menegaskan.

“Sihyeon~aa!” panggil Howon –Lee Howon (Hoya)- dari arah belakang. Sihyeon membalikan badan. “Saengil chukae!!!” Howon langsung menimpuk kepala Sihyeon dengan tepung. Dongwoo ikut bergabung bersama tiga karyawan lainnya dan menghajar Sihyeon dengan tepung ditangan Howon.

“Saengil chukahamnida… saengil chukahamnida… saranghaneun Sihyeon~aa… saengil chukahamnida…” Howon, Dongwoo dan Sukjin bernyanyi untuk Sihyeon. Sihyeon terharu, ia menutup wajah dengan kedua tangannya dan menangis.

“Sihyeon~aa, sudahlah… jangan menangis…” Howon mencoba membuka kedua tangan Sihyeon. Sihyeon bertahan seperti itu dan tak mau membuka kedua tangannya. Howon memeluk Sihyeon disusul Dongwoo.

Howon dan Dongwoo membantu Sihyeon mencuci rambutnya di toilet. Tak jarang keduanya berbuat usil dengan mengacak-acak rambut Sihyeon hingga gadis itu protes. Howon membantu mengeringkan rambut Sihyeon dengan handuk.

“Berhenti menangis! Kau terlihat makin jelek, tahu!” olok Dongwoo.

“Aku tidak menangis! Mataku pedas terkena shampoo.” Sihyeon mengelak.

“Bohong!” Howon seraya menekan kepala Sihyeon.

“Dia tidak menangis karena tuduhan mencuri itu, hah… sandiwara kita gagal.” Keluh Dongwoo.

“Itu terlihat bodoh! Kalian mau melawan master akting kalian?!” Sihyeon menyombongkan diri membuat Dongwoo dan Howon tertawa geli. “Ini berlebihan, maksudku hadiah-hadiah itu.”

“Kalau kau tak mau, buatku saja!” sahut Myungsoo –Kim Myungsoo (L)- yang sudah berdiri diambang pintu. Ia tersenyum dan berjalan mendekati Sihyeon. “Saengil chukahae, Sihyeon!” Myungsoo mengulurkan kado.

“Kamsahamnida…” Sihyeon menundukkan kepala dan lagi-lagi air matanya menetes.

“Cengeng!” Myungsoo berlutut di hadapan Sihyeon dan mengusap sisa air mata di pipi gadis itu. Sihyeon tersenyum tersipu.

“Kalian ini lambat sekali!” cerca Sukjin. Semua menatap kearah pintu. “Sihyeon, cepat rapikan penampilanmu! Howon, Dongwoo, Myungsoo! Kalian harus menjaga Sihyeon dengan baik!”

“Iya, Paman!” jawab Howon, Dongwoo dan Myungsoo kompak.

“Kita mau kemana??” Tanya Sihyeon namun diabaikan oleh ketiga teman lelakinya.

-          INFINITE-Entrust -

Sihyeon lahir pada tanggal 14 maret. Karenanya setiap tahun ulang tahun Sihyeon terasa meriah karena bertepatan dengan perayaan white day. Meskipun dia bukan dari golongan orang kaya yang bisa menggelar pesta ulang tahun dengan mewah, setidaknya di hari ulang tahunnya semua orang terutama anak muda turut merayakan, begitu menurut Sihyeon. Howon, Dongwoo dan Myungsoo mengawal Sihyeon pergi. Keempatnya berteman baik sejak mereka masuk SMA. Hingga kini pertemanan itu tetap terjaga. Myungsoo menyangklet tas yang berisi gitar kesayangannya dipunggungnya sementara tas punggung Dongwoo penuh dengan kado milik Sihyeon. Howon berjalan memimpin dan berdampingan dengan Sihyeon. Sihyeon bak tuan putri dengan tiga pengawal tampan yang menjaganya. Keempatnya naik bus untuk mencapai mall terdekat. Dongwoo menarik Sihyeon masuk ke toko baju, ia memilih beberapa baju dan tanpa sungkan menempelkan baju-baju itu ke badan Sihyeon untuk menilai kecocokannya. Dongwoo bertanya pada Sihyeon mana yang ia suka dari baju-baju yang dipilih Dongwoo. Namun Sihyeon menggelengkan kepala dan berjalan keluar meninggalkan Dongwoo. Bahkan teriakan Dongwoo diabaikan oleh Sihyeon.

Giliran Howon menarik Sihyeon ke depan stan kosmetik. Howon menunjuk lipstick, bedak dan peralatan rias lainnya. Howon berharap Sihyeon mau menerima barang pilihannya itu namun lagi-lagi Sihyeon menggeleng dan berjalan pergi. Myungsoo tersenyum melihatnya dan menyusul langkah Sihyeon. Mereka belanja untuk keperluan pesta kecil yang akan digelar dirumah Sihyeon. Toko terakhir yang mereka datangi adalah toko kue. Howon dan Dongwoo sibuk melihat-lihat kue tart yang terpajang di etalase. Sementara Myungsoo dan Sihyeon menunggu didekat pintu. Howon memannggil Sihyeon untuk memilih kue tart pilihannya dan pilihan Dongwoo. Sihyeon dan Myungsoo mendekat. Sihyeon serius mengamati dua buah kue tart berukuran sedang itu. Akhirnya ia memilih tart yang direkomendasikan Myungsoo yaitu kue tart pilihan Howon. Ketiganya segera menuju rumah Sihyeon untuk berpesta.

Suasana rumah sederhana Sihyeon menjadi ramai dengan kehadiran Dongwoo, Howon dan Myungsoo. Adik kandung Sihyeon, Yoo Hyun Gi menyambut hangat kedatangan teman-teman sang kakak. Ia membantu memindahkan kado ke kamar Sihyeon. Sementara Sihyeon dan Howon sibuk didapur, Dongwoo dan Myungsoo sibuk menata meja. Semua telah siap. Howon, Sihyeon, Myungsoo dan Dongwoo duduk mengitari meja. Hyun Gi kembali bersama Sungjeong –Lee Sungjeong- kakak tirinya. Melihat semua telah berkumpul, Dongwoo buru-buru menyalakan lilin.

“Ucapkan permohonanmu dahulu,” kata Howon.

“Kau percaya hal seperti itu?”

“Ish!” Dongwoo memukul pelan kepala Sihyeon, “ucapkan saja!” Sihyeon tersenyum lalu menutup mata.

Tuhan, aku mohon berikanlah umur yang panjang dan kesehatan bagiku, agar aku bisa menjaga adik-adikku hingga masa sulit ini terlewati. Jagalah Umma dalam pelukan Mu disurga dan jagalah Appa dalam kasih Mu. Jagalah kami semua dalam kasih Mu dan peluklah kami dalam cinta Mu… amin…



-          INFINITE-Cover Girl -

Pagi-pagi Sihyeon sudah bangun dan bergegas meninggalkan rumahnya. Tugas pertamanya setiap pagi adalah mengantar susu. Tugas ini biasa ia selesaikan dalam waktu 1,5jam.

“Hyun Gi! Cepat bangun!” panggil Sihyeon sa’at kembali memasuki rumah. Ia segera menuju dapur dan menyiapkan sarapan untuk kedua adik laki-lakinya.

“Aku sudah bangun Nuna!” Hyun Gi tersenyum manis dan sudah berseragam rapi membuat Sihyeon menatapnya heran.

“Tum-ben??”

“Em! Mulai pagi ini aku mengantar koran sebelum ke sekolah.”

“Apa?? Hyun Gi, tugasmu hanya sekolah dan belajar. Masalah pekerjaan itu urusanku.”

“Nuna selalu memberiku uang saku yang minim!” Ekspresi Sihyeon berubah murung. “Hahaha… aku bercanda Nuna! Mianhae, ayo tersenyumlah!”

“Untuk apa kau bekerja? Biarkan Nuna saja yang melakukan semua.”

“Nuna tidak perlu khawatir, semua akan baik-baik saja. Setidaknya biarkan aku mencari uang jajanku sendiri, em?”

“Terserah kau saja. Aku akan membangunkan Sungjeong.”

Dua tahun yang lalu, ketika Sihyeon lulus dari SMA, ayah kandungnya Yoo Jaesuk menikah lagi dengan Nyonya Chang, ibu kandung Sungjeong. Semua tampak baik awalnya. Sihyeon setuju menunda kuliahnya tahun depan setelah Sungjeong lulus. Namun di tahun kedua pernikahan setelah Sungjeong lulus hal buruk terjadi. Nyonya Chang tiba-tiba menghilang. Tak ada yang tahu kemana perginya wanita itu, bahkan Sungjeong pun tak tahu. Rahasia terbongkar. Sungjeong bukanlah anak kandung Nyonya Chang. Parahnya lagi, Nyonya Chang pergi meninggalkan banyak hutang atas nama Jaesuk. Karena tak mampu membayar hutang-hutang itu, Jaesuk masuk penjara. Sungjeong bekerja serabutan untuk membantu Sihyeon. Nasib buruk kembali menrundung keluarga ini. Sungjeong mengalami tabrak lari hingga kakinya patah. Dokter mengatakan Sungjeong dapat berjalan normal kembali jika ia dioperasi. Karena tak memiliki uang untuk biaya operasi, Sungjeong mengalami cacat sementara dan sudah dua bulan ini ia menganggur.

Sihyeon tersenyum sendiri membaca pesan yang ditulis Hyun Gi dalam potongan kertas kecil itu. “Hari ini Nuna akan mengunjungi Appa?” Tanya Sungjeong. Sihyeon segera menyimpan kertas ditangannya dan merapikan meja.

“Iya, kenapa? Kau ingin ikut?”

“Tidak, itu akan sangat merepotkan Nuna.” Sungjeong menatap Sihyeon yang sibuk merapikan meja. “Apa permohonan Nuna?”

“Iya?? Eum, yang pasti aku tidak meminta Bibi Chang kembali.”

“Akh…” Sungjeong tertawa. “Aku tahu. Sudah, biar aku yang membereskan ini semua.”

“Baiklah! Aku pergi!” Sihyeon menyambar tasnya dan pergi.

“Nuna… mianhae…”

-          IU-Last Fantasy –

Sihyeon berjalan cepat menyusuri trotoar menuju halte bus. Meskipun hidupnya sedang diuji sekarang, namun tak tersirat guratan kesedihan diwajahnya. Ia tetap saja berjalan seperti itu, dengan headset yang bertengger dikedua telinganya, langkah biasa dan wajah ceria. Sihyeon selalu memberikan senyum pada setiap orang yang menatapnya. Hari ini Sihyeon meminta ijin pada Sukjin. Dia akan terlambat karena ia akan mengunjungi Jaesuk. Setiap harinya Sihyeon bekerja selama 9 jam di mini market Sukjin. Sukjin yang tak memiliki anak gadis sangat menyanyangi Sihyeon, karenanya hingga kini ia tak berniat menambah karyawan wanita.

Sihyeon berhenti di pusat perbelanjaan terdekat. Ia bingung harus membawa apa dikunjungan pertamanya ini. Akhirnya ia membeli buah apel dan beberapa camilan juga bucket bunga. Sihyeon memilih duduk di kursi paling belakang dalam bus sambil menatap pemandangan diluar jendela. Sihyeon tersenyum melihat bunga-bunga khas musim semi bermekaran. Lalu ia menundukkan kepala dan memejamkan kedua matanya yang terasa panas. ‘Aku mohon jangan menangis, Sihyeon! Jangan menangis!’ bisik dalam batinnya. Sia-sia, pertahanan Sihyeon tumbang. Air mata itu meluncur hangat menuruni pipi pucat Sihyeon.

Semasa SMA Sihyeon termasuk siswi berprestasi meskipun ia tak begitu tenar. Ia pernah memenangkan sebuah laptop lewat kompetisi menulis cerpen yang diadakan sebuah majalah. Sihyeon juga aktif dalam eskrakulikuler teater dan jurnalistik. Impian Sihyeon adalah menjadi penulis skenario, namun kini ia harus memendam dalam-dalam impian itu. Kehidupan ekonomi keluarga Sihyeon menjadi kacau sejak Jaesuk menikah lagi. Sejak sa’at itu Sihyeon harus bekerja keras membantu sang ayah hingga ia lulus SMA. Harapan Sihyeon satu-sartunya adalah Hyun Gi, ia ingin melihat sang adik kuliah dan menjadi orang sukses.

“Appa! Pelan-pelan makannya.” Kata Sihyeon melihat cara makan sang ayah.

“Ah… makanan ini enak sekali…” Jaesuk dengan mulut masih penuh makanan. Sihyeon tersenyum kecil menanggapinya. “Sihyeon~aa, saengil chukae…”

“Iya??” Sihyeon mengangkat kepala dan menaruh perhatian penuh pada Jaesuk. Jaesuk menelan sisa makanan dimulutnya.

“Saengil chukae…” Jaesuk mengulangi perkataannya. Sihyeon merasa terharu dan hanya diam menatap Jaesuk. “Ess, kau membawa buah dan bunga seperti menjenguk orang sakit saja.”

“Ini pertama kalinya bagiku dan aku tak tahu tata cara menjenguk orang di penjara.” Jaesuk menundukan kepala dan tersenyum. “Appa, Appa baik-baik saja disini?”

“Apa kalian baik-baik saja? Bagaimana adik-adikmu?”

“Jangan khawatir, aku merawat mereka dengan baik.” Sihyeon tersenyum kecil.

“Sihyeon~aa, ma’af… Appa, sangat menyusahkanmu.”

“Tidak, setidaknya aku tidak perlu memberi makan Appa.” Keduanya tertawa bersama.
***
-          FT.Island-Oh -

Sihyeon membersihkan mini market sebelum tempat itu memulai aktifitasnya. Headset masih bertengger dikedua telinga Sihyeon. Tak jarang ia ikut bernyanyi mengikuti alunan lagu yang ia dengarkan sambil merapikan barang-barang. Dongwoo yang sibuk mengelap kaca dan Howon yang sibuk mengepel lantai hanya tersenyum melihat tingkah Sihyeon.
Mini market tak begitu ramai dihari jum’at ini. Sihyeon duduk dibalik meja kasir sambil mengetik di laptop tua kesayangannya. Alunan musik ‘FT.Island-Oh’ memenuhi seluruh mini market. Beginilah kebiasaan Sihyeon jika mini market sedang sepi.

“Oh!” Sihyeon segera berdiri ketika seorang pemuda –Nam Woo Hyun- memasuki mini market. “Selamat datang!” Sihyeon membungkuk sopan meskipun Woohyun mengabaikannya. Wajah Sihyeon langsung berseri. Sepasang mata indahnya terus memperhatikan Woohyun yang sedang berkeliling. Sihyeon mulai membidik Woohyun dengan kamera ponselnya. Sihyeon tertawa kecil dan terlihat amat puas karena berhasil mengambil beberapa foto Woohyun. Howon yang baru saja kembali dari meletakkan barang langsung menghampiri Sihyeon.

‘Kau melakukannya lagi?’ Tanya Howon tanpa suara. Sihyeon hanya menjulurkan lidahnya. ‘Dasar gila!’ olok Howon masih tanpa suara. Keduanya kembali bersikap manis ketika Woohyun menghampiri meja kasir.

“Kamsahamnida.” Sihyeon membungkukkan badan diikuti pula oleh Howon. Woohyun tersenyum kecil kemudian pergi. “Huft… Dia tampan sekali…” Sihyeon berseri sambil menggenggam ponselnya.

“Dasar gila!” olok Dongwoo.

“Apa dia tidak kenal kita?” Tanya Howon.

“Sejak dulu selalu seperti itu kan?” jawab Dongwoo. “Dan dia,” menunjuk Sihyeon, “memang gila. Kita hidup dilingkungan yang dipenuhi orang gila.”

“Itu artinya kalian juga gila!” balas Sihyeon. “Sejenis menarik sejenis, begitukan hukumnya? Jadi hanya orang gila yang mau bergaul dengan orang gila.” Howon dan Dongwoo saling memandang dan terlihat bingung. “Hukum psikologi!” imbuh Sihyeon seraya kembali duduk dan mengetik.
***

Sihyeon memanjat tembok setinggi 1,5meter itu. Myungsoo yang memanjat lebih dulu membantu Sihyeon untuk naik. Myungsoo melompat turun lebih dulu kemudian menangkap tas gitarnya dan tas punggung Sihyeon. Sihyeon duduk bersila di tribun penonton di lapangan basket terbuka itu sedangkan Myungsoo terlihat nyaman membaringkan tubuhnya diatas bangku panjang itu. Sihyeon terfokus pada layar laptopnya dan mengabaikan Myungsoo. Myungsoo bangkit dan memngusuk kedua lengannya mengusir rasa dingin. Ia menatap punggung Sihyeon, gadis itu tetap duduk tenang dan tak terusik oleh hawa dingin di awal musim semi. Myungsoo menggeser duduknya lebih dekat pada Sihyeon dan mengintip apa yang sedang dilakukan gadis itu.

“Oh, kau ikut lomba itu?”

“Aa…mwoya…” Sihyeon mendorong Myungsoo karena merasa kaget merasakan hembusan nafas pemuda itu ditengkuknya. “Siapa tahu aku beruntung seperti waktu itu.”

“Ess…” Myungsoo kembali mengelus kedua lengannya. “…ditengah malam yang dingin, memanjat dinding hanya untuk itu?”

“Adikku, Hyun Gi bersekolah disini, jadi wajar jika aku ikut menikmati fasilitas yang ada.”

“Ish!” Myungsoo tertawa geli.

“Yang aneh itu kau!”

“Aku?? Aneh??”

“Iya aneh. Tidak ada tujuan tapi tetap saja ikut memanjat dinding dan berdiam disini seperti orang bodoh.”

“Ya! Aku…” Myungsoo tak melanjutkan perkataannya.

“Tidak perlu mengkhawatirkan aku seperti itu. Kau tahu sejak dulu beginilah aku kan? Aku rasa kau paham bagaimana aku.” Sihyeon kembali membelakangi Myungsoo. Myungsoo terdiam. Ada kata yang ingin ia ucapkan namun tertahan ditenggorokan dan tak bisa ia ungkapkan. Myungsoo beralih duduk dihadapan Sihyeon.

“Kenapa??”

“Tidak…” Myungsoo menatap laptop milik Sihyeon. “Laptop ini, apakah masih dipenuhi foto-foto Woohyun?”

“Ma’af??” Sihyeon menghentikan gerak tangannya dan menatap Myungsoo.

“Akh~ ma’af, jangan dijawab. Itu pertanyaan bodoh.”

“Iya. Sebut saja aku gila. Hingga kini aku masih menjadi pemuja rahasia Woohyun.”

“Aa… Itu wajar dan sangat manusiawi, tapi sampai kapan kau akan bertahan seperti ini?”

“Entahlah.” Sihyeon kembali mengetik. Myungsoo kembali terdiam dan menatap Sihyeon. Gadis itu tiba-tiba menyatukan kedua tangannya dan menutup mata. Sihyeon terlihat kusyuk berdo’a. Myungsoo terus menatap Sihyeon lalu ia tersenyum.

Tuhan, apapun permohonannya, aku mohon kabulkanlah. Aku sangat menyayangi gadis ini dan aku tak sanggup melihatnya terus menderita sedang aku tak bisa berbuat apa-apa untuknya. Aku rela memberikan semua keberuntunganku untuknya. Aku mohon berikan kebahagiaan pada gadis yang aku sayangi ini Tuhan, amin.

Sihyeon membuka mata dan kembali menatap laptopnya mengabaikan Myungsoo. KLIK! Dengan cepat ia memilih tulisan ‘send’ dan permintaan pun diproses. “Yuhu! Sukses!” Sihyeon kegirangan. “”Akhirnya aku bisa mengirimkan naskahku setelah dua kali gagal mencobanya!! Woo~ hoo~!!!” Myungsoo hanya tersenyum melihat tingkah Sihyeon.

“Ya! Siapa disana?!!” tiba-tiba terdengar suara seorang pria. Myungsoo bergegas menyangklet tas gitarnya dan membantu Sihyeon berkemas. Myungsoo memanjat dinding lebih dulu lalu membantu Sihyeon naik.

“Ya! Ya!” Lee Moonsik berlari menghampiri tembok. “Kalian siapa? Apa yang kalian lakukan diatas sana?!” Myungsoo melompat turun lebih dulu. “Omo! Kau seorang gadis?!! Ya!!” Moonsik menyorotkan lampu senter ditangannya pada Sihyeon yang berada diatas tembok.

“Ajushi!! Kamsahamnida!!” Teriak Sihyeon dari atas tembok. Ia kemudian membentuk hati dengan kedua lengannya. “Saranghae!!” kata Sihyeon sebelum melompat turun.

-          OST.Doremifasolasido-Intro -

Myungsoo langsung menggenggam erat tangan sihyeon dan mengajak gadis itu berlari. Keduanya terus berlari takut Pak Satpam mengejar. Keduanya berhenti setelah merasa aman dan jauh dari sekolah. Keduanya terengah-engah dan sibuk mengatur nafas masing-masing.

“Larimu kencang sekali!” Sihyeon menarik tangannya dari genggaman Myungsoo. “Aku hampir mati karenanya.”

“Ma’af…”

“Hehehe… tidak apa-apa, terima kasih…” Sihyeon mengacak isi tasnya dan mengambil botol air miliknya. Ia meneguk separo air dalam botol itu lalu memberikannya pada Myungsoo. Myungsoo menenggak habis sisa air dalam botol.

“Ayo!!!” Myungsoo kembali menggandeng tangan Sihyeon.


-------TBC--------


sangat jelek sekali kan? mianhae *bow
mohon kritik dan sarannya ya.....
kamsahamnida...
-shytUrtle_yUi-


Search This Blog

Total Pageviews