Fan Fiction FF

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

05:13

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 

. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
 
 Episode #16

“Aku pulang!” Ai memasuki rumah.
“Darimana saja? Kenapa kau begitu berkeringat?” tanya Minki.
“Duel dengan Bibi Han. Wanita itu, kuat sekali.” Ai menjatuhkan tubuhnya di sofa.
“Dengan hadiah sebuah apel?” Minki melihat apel di tangan Ai. Minki kemudian duduk di samping Ai.
“Oppa, apa maksudnya jika tiba-tiba seorang lelaki menyerah?”
“Em? Apel itu, apa ada hubungannya dengan pertanyaan mu?”
“Memberikan apel merah ini pada ku, memangnya aku ini Ryuk apa?”
“Ryuk??”
“Oppa tahu shinigami, dewa kematian dalam film Death Note? Ryuk, dia suka sekali apel merah, apel...”
“Berarti memang mirip dengan mu bukan?”
“Oppa...” Ai memukul lengan Minki yang tertawa geli.
“Apel itu pemberian siapa?”
“Jang Hanbyul. Memberikan apel ini dan... apa maksudnya? Orang-orang aneh.”
“Kau yang aneh.”
“Aku?? Hah, Viceroy Jang Hanbyul, aku rasa ada yang salah pada saraf otaknya.”
Minki menghela nafas. “Jang Hanbyul, dari pertama melihatnya, aku tahu dia menyukai mu.”
“Mwo?? Oppa yakin sekali?? Itu tidak mungkin. Memang banyak kejadian kebetulan yang kami alami, tapi... aku rasa tidak mungkin dia menyukai ku. Aku rasa ini hanya taruhan Viceroy.”
“Ok, kau anggap hanya taruhan. Oppa bicara pada mu dengan melihat Jang Hanbyul sebagai sama-sama lelaki. Oppa melihatnya dengan jelas, dia, Jang Hanbyul menyukai mu.”
“Op-pa...”
“Em??”
“Tidak ada harapan bagi ku untuk Lee Junki Songsaengnim?”
“Dua laki-laki ini mulai membuat mu bimbang?”
“Hanya satu, Lee Junki Songsaengnim.”
“Kenapa kau mengelak? Sebenarnya yang membuat pikiran mu kalut adalah Jang Hanbyul bukan Lee Junki, benar tidak? Kau mengejar Lee Junki namun dia bersikap datar, lalu orang yang sering kau anggap kebetulan, Jang Hanbyul, datang di antara kalian.”
“Pertanyaan di otak ku, kenapa aku begitu menyukai Lee Junki Songsaengnim? Aku ingin dia melihat ku, memperhatikan aku. Aku melakukan semua untuk mendapatkan hal itu. Lalu ada apa dengan Jang Hanbyul?”
Minki merangkul Ai. “Cinta itu terkadang memang suka seenaknya sendiri. Seperti kupu-kupu yang bebas terbang dan hinggap pada bunga-bunga yang mekar. Kita sering kali tidak menyadari sa’at cinta hadir menyentuh hati kita, sa’at kita tahu, kita sudah berada dalam lingkaran merah cinta. Satu yang harus kau yakini, cinta itu tidak pernah menuntun kita ke jalan yang salah. Sering kali Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta, tapi Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan. Cinta adalah salah satu wujud tangan Tuhan. Bisa jadi tangan Tuhan ini tidak memberi mu orang yang kau minta namun Ia memberikan orang yang kau butuhkan. Jangan terlalu terobsesi pada Lee Junki dan jangan terlalu antipati pada Jang Hanbyul. Kau tidak akan pernah tahu bagaimana akhirnya nanti.”
“Hah... benar juga.”
“Bagaimana kalau akhirnya nanti kau malah kembali pada cinta pertama mu? Itu aku.”
“Oppa...” Ai kembali memukul lengan Minki. “Oppa, ayo kita makan apel ranum ini.”
“Kau yakin mau membaginya dengan ku? Apel merah ranum ini ibaratnya adalah hati Jang Hanbyul yang ia serahkan pada mu.”
“Ish! Oppa berlebihan.”
“Tidak mungkin dia memberi mu apel secara tiba-tiba, iya walau dia tahu shinigami Fujiwara Ayumu ini suka sekali apel merah. Menurut ku Hanbyul melambangkan hatinya adalah apel merah ranum ini dan dia telah memberikannya pada mu, sepenuhnya. Masih mau membaginya dengan ku?”
“Tentu saja. Jika apel ini mengandung guna-guna, agar tak aku sendiri yang menanggungnya.”
“Ish! Kau ini!”
“Oppa benar. Kenapa aku mengacaukan diri ku sendiri? Aku juga tidak tahu bagaimana perasaan ku esok, lusa dan hari-hari selanjutnya. Apakah aku akan tetap menyukai Lee Junki Songsaengnim atau justru akan membencinya. Begitu juga Jang Hanbyul. Jika benar Jang Hnabyul menyukai aku, maka dia juga harus menyukai Oppa juga, karena Oppa adalah orang yang sangat aku sayangi.”
“Hemm, jadi besar kemungkinan kau akan bersamanya? Jang Hanbyul?”
“Besar kemungkinan aku akan bersama Oppa karena ini kenyataan.” Keduanya tersenyum lalu Ai membagi dua apel pemberian Hanbyul dan memakannya bersama Minki.
***

Hari berganti. Sampai pada awal bulan mei. Setelah skandal di bulan april kemarin, awal bulan mei ini Hwaseong Academy Community sedikit sepi. Sekolah pun tenang. Viceroy dan YOWL seolah sedang mengalami masa tidur, perang dingin.

Pengumuman resmi di gelarnya Hwaseong Festival telah keluar. Festival akan di gelar sehari penuh pada tanggal 15 juni mendatang. Akan ada bazar dan pentas seni dari pihak sekolah dan terbuka bagi pengunjung dari murid sekolah lain dan umum. Masing-masing kelas harus berpartisipasi dalam bazar, termasuk kelas X-F.

“Kita masih punya waktu banyak untuk mempersiapkan stan kita. Lalu kalian ingin menjual produk apa untuk kelas X-F?” tanya Junki.
“Songsaengnim,” Yang Yoseob si ketua kelas angkat tangan.
“Yang Yoseob, kau ada usul?”
“Nee.” Yoseob berdiri. “Kita kelas X-F sudah mempunyai maskot, saya rasa alangkah baiknya jika kita menggunakannya.”
“Maskot?”
“Nee.” Yoseob menoleh. “Itu Fujiwara Ayumu.”
Ai yang sedari tadi sibuk membuat coretan dalam bindernya menangkat kepala mendengar namanya di sebut. Ai menatap Yoseob. “Maskot?”
“Nee. Kau dan Morning Glory Florist.” Seisi kelas menjadi ribut. “Mohon tenang.” Pinta Yoseob dan kelas menjadi tenang. “Kau adalah member kelima YOWL, ini menjadi sorotan, setidaknya kelas kita memiliki satu poin untuk di lirik. Dan belakangan baru aku tahu kau punya toko bunga, Morning Glory Florist.”
“Kau ingin kelas kita menjual bunga?” tanya Ai.
“Nee. Say With Flower, bagaimana? Setahu ku belum pernah ada yang membuka stan florist sepanjang Hwaseong Festival di gelar.”
“Ikebana, itu sangat menarik.” Sela Junki. “Aku setuju usul Yoseob.”
Mendengar Junki setuju, Ai pun tak mau menolak. “Ok. Aku akan bantu.”
“Tapi bukankah ada club Bahasa Jepang, bagaimana jika mereka juga menampilkan Ikebana?” Kibum angkat bicara.
“Kau tidak perlu khawatir. Kita tidak hanya akan menampilkan Ikebana. Ada beberapa negara yang mempunyai ciri khas dalam merangkai bunga. Kita juga akan menampilakn rangkaian bunga khas Cina, Eropa, Amerika dan beberapa negara lainnya. Kita juga bisa menampilkan mahkota bunga ala Yunani atau mencoba rangkaian ala Mesir.” Jawab Ai.
“Woa~ itu terdengar sangat menarik.” Yoseob tersenyum kagum. “Itu sangat cocok untuk Hwaseong Festival.”
“Lalu siapa yang bersedia menjadi relawan untuk membantu ku?” tanya Ai.
Wooyoung dan Kibum kompak mengangkat tangan. “Jang Wooyoung, Kim Kibum, siapa lagi?” tanya Yoseob.
Lee Chanhee –Chunji Ten Top- mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Di susul kemudian Lee Sungjeong, Lee Hongki dan terakhir pemuda paling jangkung di kelas X-F Lee Kyumin.
“Daebak! Kuartet Lee,” bisik Kibum.
“Lee Chanhee, Lee Sungjeong, Lee Hongki dan Lee Kyumin, apa ini cukup?” tanya Junki.
“Jadi hanya aku satu-satunya wanita dalam tim ini?” komentar Ai membuat seisi teman-teman sekelasnya tertawa. “Gadis di kelas ini tidak ada yang suka bunga ya?” imbuhnya membuat para gadis menunduk. “Ini cukup, Songsaengnim.” Ai tersenyum manis.
“Aku juga akan membantu.” Yoseob kemudian duduk.
“Baiklah. Ayo kita tampilkan yang terbaik, Say With Flower.” Tutup Junki.
-------

“Jadi kelas X-F akan membuka stan florist?” tanya Joongki.
“Nee. Kami akan menjual rangkaian bunga. Seperti apa Hwaseong Festival itu?”
“Ini festival budaya sekolah, dimana hal modern dan tradisi lama Korea akan di tampilkan bersama. Kau akan menemui permainan tradisional seperti ssireum (gulat), permainan khusus wanita, geunetagi (ayunan) dan tioban (jungkitan), dan ada juga kompetisi memanah.”
“Ini seperti festival Danoje?”
“Iya. Mungkin Nyonya Shin terinspirasi dari itu.”
“Woa, pasti sangat keren. Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya.”
“Sebentar lagi, kau akan melihatnya. Oya, kenapa hari ini kau ke klinik?”
“Mereka akan dengan mudah menemukan aku di tiga titik itu, aku sedikit jenuh. Lagipula ruangan Dokter tak berbau obat, disini wangi aroma terapinya, aku suka.”
Joongki tersenyum lebar. “Ayo makan.” Ia kemudian membagi bekalnya untuk Ai.
“Eum, rasa masakannya sama seperti masakan Nyonya Shin. Ini rasa masakan khas Beliau.”
Joongki terlihat shock menatap Ai. “Kau jeli sekali?”
“Tidak juga. Hanya saja Hyuri membuat ku terbiasa dengan masakan neneknya, Nyonya Shin.”
“Ini karena aku juga mendapatkan bekal dari Beliau.”
“Menyenangkan punya Nenek yang begini baik dan perhatian.”
“He’em. Makanlah.”
-------

“Say With Flower, kelas X-F sudah mengirimkan tema stan mereka. Mereka akan membuka stan florist? Apa ini ide Jiyoo Fujiwara?” Daehyun mengomel sendiri.
“Ma’af, Jiyoo Fujiwara?” tanya Myungsoo yang kebetulan sedang menyerahkan tema stan kelasnya.
“Kau menguping ku?” Daehyun menatap curiga Myungsoo.
“Kau menggerutu terlalu keras.” Myungsoo membela diri.
“Ck! Hah, apa Jiyoo Fujiwara akan menampilkan ikebana?” gumam Daehyun lagi.
“Ikebana?” sahut Joonghun yang juga berada di kantor Dewan Senior. “Apakah stan club Bahasa Jepang bisa berdampingan dengan kelas X-F?” pintanya.
“Ma’af, kami tidak bisa. Ibu Presedir meminta urutan sesuai kelas tidak acak seperti tahun kemarin.” Jawab Taemin. “Untuk club di beri stan sendiri bersama club sekolah lainnya.”
“Wah, sayang sekali.” Sesal Joonghun.
-------

“Ya, apa benar yang aku dengar jika Joonghun Sunbaenim meminta stan club Bahasa Jepang di sandingkan dengan stan kelas X-F?” tanya Chaerin.
“Kenapa sampai seperti itu?” tanya Gyuri.
“Kelas X-F membuka stan apa sampai ketua club Bahasa Jepang meminta bersanding dengan kelas X-F?” sambung Soojung.
“Say With Flower, itu tema stan kelas X-F. Mereka akan membuka stan florist dan ini akan menjadi stan florist pertama sepanjang sejarah di gelarnya Hwaseong Festival.” Terang Jieun.
“Begitu saja di buat heboh.” Komentar Chaerin.
“Lalu kenapa Joonghun Sunbaenim ingin bersanding dengan stan kelas X-F?” tanya Yiyoung.
“Yang aku dengar mereka akan menampilkan Ikebana.”
“Ikebana? Seni merangkai bunga dari Jepang?” sela Soojung.
“Nee. Kalian tidak tahu jika Fujiwara Ayumu itu punya toko bunga yang terkenal dengan keindahan Ikebananya? Morning Glory Florist dan Fujiwara sendiri yang membuat Ikebana di sana.”
Keempat member Red Venus kaget mendengarnya.
***

Sejak berjanji tidak akan terus mengejar Ai, Hanbyul hanya memperhatikan gadis itu dari kejauhan saja. Hanbyul selalu memperhatikan segala tingkah Ai dan tak jarang mengambil foto-foto gadis itu.

Hari berganti hari. Viceroy dan Red Venus makin giat berlatih. Gerakan dance mereka semakin sempurna begitu juga permainan band mereka.
Begitu juga YOWL dan timnya. YOWL dan timnya juga semakin rapi mengemas persiapana pertunjukan mereka. Semua duduk beristirahat. Wonbin duduk di ujung panggung memperhatikan semua. Ia tersenyum sendiri melihat Ai sibuk ngobrol dengan Gahee dan Junki. Wonbin kemudian menatap Minhyuk yang asik bercengkrama dengan Hyuri, Jaeki, Luhan, Chaebin dan Sunggyu. Wonbin beralih pada Jaejoong yang ngobrol bersama Himchan dan Hyebyul. Sejenak pandangan Wonbin terhenti pada Hyebyul.

“Apa tidak ada yang mengingatnya?” keluh Jaejin membuyarkan lamunan Wonbin. Wonbin beralih menatap Jaejin yang memasang ekspresi kesal. “Bahkan yang punya hajat juga terlihat santai. Apa dia juga tidak mengingatnya?” Jaejin memperhatikan Ai. “Minki Hyung, Kibum dan Wooyoung, mereka lama sekali, ck!”
“Ya Tuhan! Baru aku ingat.” Ucap Wonbin tiba-tiba membuat Jaejin beralih menatapnya heran.

Wonbin kemudian berdiri di atas panggung dan meraih gitarnya. Jaejin duduk di pinggir panggung memperhatikan Wonbin. Wonbin mulai mengelus gitar rock elektriknya dan menyita perhatian semua orang yang berada dalam basecamp. Wonbin memainkan lagu selamat ulang tahun versi rock. Jaejin tersenyum lebar dan memberikan dua jempolnya untuk Wonbin yang masih beraksi di atas panggung. Minhyuk langsung menepuk jidatnya sendiri. Jaejoong pun terlihat baru menyadari sesuatu. Ai tersenyum melihat Wonbin melakukan aksi solo guitar di atas panggung. Wonbin menampilkan solo permainan gitarnya selama 00.02.09. Semua pun bertepuk tangan sa’at Wonbin mengakhiri permainan gitarnya.

“Saengil chukae, Wacky Way, Ai,” ucap Wonbin sambil tersenyum manis membuat semua mata tertuju pada Ai. Mereka tidak tahu jika hari ini adalah hari ulang tahun Ai, 5 mei.

Minki masuk bersama Kibum dan Wooyoung membawa tart dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Sunggyu ikut bernyanyi kemudian di ikuti oleh yang lain. Mereka kompak menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Ai. Ai terharu dan berusaha menahan air matanya agar tak jatuh. Minki membawa tart di tangannya ke hadapan Ai. Ai tersenyum dan terharu lalu meniup lilin pada tart. Semua bertepuk tangan. Yongbae kemudian membawa masuk timnya yang menbawa hidangan lezat dan segera menatanya di atas meja yang sudah di siapkan sebelumnya. Satu per satu member YOWL bergantian memberi ucapan selamat dan memeluk Ai. Semua pun menikmati hidangan yang sudah di sajikan.

Ai duduk di ujung panggung dan tersenyum melihat rekan-rekannya. Ponsel Ai berdering. Muncul nama Jinyoung di layar. Ai menraik nafas lalu membuangnya cepat dan meneriman panggilan itu. Jinyoung dan Hyunjung memberi ucapan selamat pada Ai. Jinyoung lah yang mengirim masakan lezat itu untuk mendukung tim YOWL tepat di hari ulang tahun Ai.

“Gomawo, Appa,” Ai mengusap air matanya yang menetes dan segera beralih membelakangi rekan-rekannya. “Nee, jika aku butuh sesuatu, aku akan bilang. Nee, kamsahamnida.” Ai mengakhiri panggilan dan menunduk mengusap air matanya.
---------

Ai mengantar Junki dan Gahee keluar. Gahee memeluk Ai dan kembali mengucapkan selamat ulang tahun lalu masuk lebih dulu ke mobil.

“Selamat ulang tahun, Fujiwara. Ma’af aku tidak bisa memberi mu kado apa-apa,” Junki sebelum pergi.
“Kehadiran Bapak setiap kami latihan adalah hadiah yang sangat besar bagi ku. Terima kasih,” Ai membungkuk di depan Junki.
“Aku pergi.”

Ai mengangguk. Rekan-rekan YOWL juga mulai berpamitan. Mereka memberi selamat pada Ai yang berdiri di dekat pintu. Ai tersenyum lebar dan menghela nafas melihat rekan-rekan YOWL berjalan pulang.

“Kau senang?” Jaejin berdiri di samping Ai.
“Ini yang terindah, sungguh.”
“Aku bisa melihatnya dari senyum mu itu. Senyum seperti ini sangat jarang terlihat di wajah mu.”
“Ish!” Ai merangkul Jaejin. “Sobat ku, terima kasih.”
“Ck! Kau itu payah! Bagaimana bisa kau lupa pada hari ulang tahun mu sendiri? Padahal hari ulang tahun mu bertepatan dengan perayaan Danoje dan hari terbaik sepanjang tahun!”
“Mianhae, tapi kalian sudah mengingatkan aku.”
Jaejin tersenyum lebar dan merangkul Ai berjalan masuk.
-------

Ai membuka pintu rumahnya. “Saengil chukae!!!” Daehyun tiba-tiba muncul mengejutkan Ai. Ai benar di buat shock melihat Daehyun dan Euichul berada di dalam rumahnya.
“Bagaimana kalian bisa disini?”
“Aku yang meminta mereka tinggal.” Terang Minki. “Gawat jika tim YOWL melihat Daehyun datang.” Daehyun tersenyum dan mengangguk antusias membenarkan.
“Selamat ulang tahun adik ku,” Euichul memeluk Ai.
“Selamat ulang tahun Jiyoo Fujiwara,” gantian Daehyun memeluk Ai.
“Bisakah kau berhenti memanggilnya Jiyoo Fujiwara?” protes Minki dan Daehyun hanya nyengir menanggapinya.
“Jiyoo, Omma membuat sup untuk mu. Aku sudah memanaskannya, ayo kita makan.” Ajak Euichul.
“Eum... sedap sekali. Ayo kita makan!” Ai bersemangat.
“Oya, Jiyoo Fujiwara, tadi ada seseorang yang mengirim ini.” Daehyun memberikan amplop coklat itu pada Ai. “Kado dari fans mu juga terus berdatangan. Daebak.”
Ai hanya tersenyum menanggapinya dan melanjutkan makan.

Jinwoon sibuk menatap monitor laptopnya. Hyunjung menghampiri Jinwoon. “Apa ini?” tanya Hyunjung.
“Fanpage YOWL.”
“YOWL? Oh. Kau tidak ikut bersama Euichul dan Daehyun?”
“Aku tidak seberani itu Omma. Aku belum siap.”
Hyunjung mengelus pundak Jinwoon. “Jiyoo pasti memahaminya lebih dari yang kau duga.”
“Nee. Pasti sangat menyenangkan di sana.”
--------

Ai berkutat dengan laptopnya. Ia melihat halaman resmi YOWL. Begitu banyak kiriman selamat ulang tahun untuknya. Hal serupa juga menyerbu akun pribadi Ai. Ai berusaha membalas semua ucapan selamat yang sampai padanya. Ia kemudian teringat pada amplop coklat yang di berikan Daehyun. Ai membuka amplop itu yang ternyata berisi satu keping CD. Ai mengamati CD itu dan menduga-duga apa isinya. Ai penasaran dan memutarnya.

To my black shining star The Wacky Way of YOWL, Ai ^_^

Tulisan itu menyambut Ai. Ai mengerutkan dahi, penasaran apa sebenarnya isi dari CD ini. Mata bulat Ai melebar melihat Hanbyul muncul di video rekaman dalam CD itu.

“Annyeong...” Hanbyul tersenyum dan melambaikan tangan. “Kau ingat aku? Iya ini aku Jang Hanbyul. Hah, jujur saja aku ingin menemui mu secara langsung tapi aku sudah janji karenanya aku menahan diri. Happy birthday nae saranghaneun chingu, Fujiwara Ayumu.”
Hanbyul kemudian menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Ai. Senyum kecil terkembang di wajah Ai melihat Hanbyul menyanyi untuknya.

“Yeah, once again, happy birthday Fujiwara Ayumu. Wish you all the best. Dan harapan terbesar ku adalah, kau akan selalu mengingat ku. Segeralah kembali seperti Fujiwara yang sebelumnya. Bicara pada ku.” Hanbyul kembali tersenyum. “Ma’af. Tapi aku ingin kau kembali mengingatnya, aku sudah mendapatkan mu Fujiwara Ayumu. Aku tidak akan mundur dan tetap menunggu mu.” Hanbyul menuding lalu melakukan wink.

Berikutnya adalah kumpulan foto-foto Ai yang berhasil di kumpulkan Hanbyul. Hanbyul merangkumnya dalam sebuah video dengan menggunakan backsound lagu ‘LED Apple-Yeah’ lengkap dengan liriknya. Ai tercengang melihat foto-fotonya. Ada foto sa’at di Namsan juga.

“Anak ini. Pasti benar telah terjadi kesalahan pada saraf otaknya,” gumam Ai setelah melihat keseluruhan isi dari hadiah yang di kirim Hanbyul untuknya.
***

Ai terkejut sa’at terbangun pagi ini. Ruang tamu di penuhi beberapa kado. Jumlah kiriman kado tahun ini lebih banyak dari tahun sebelumnya. Minki masuk sambil membawa tumpukan kado lagi membuat Ai ternganga.

Pos Moonsik tempat ia menjaga gerbang juga di penuhi kado membuat murid yang berjalan masuk menatapnya heran.
“Woa! Paman, kenapa begitu banyak kado di sini?” Daehyun yang baru datang bersama Taemin.
“Sejak gerbang di buka, banyak yang menitipkan kado-kado ini.”
“Apa ini kado-kado yang di kirim untuk pertandingan persahabatan nanti?” tanya Taemin.
“Sebanyak ini?” Daehyun balik bertanya.
“Lumayan banyak yang mengidolakan tim basket sekolah kita.”
Moonsik tersenyum lebar, “Nona Fujiwara!” panggilnya pada Ai yang baru sampai bersama Kibum dan Wooyoung. Ai pun mendekat. Ia juga Kibum dan Wooyoung menatap heran tumpukan kado-kado itu. “Kado-kado ini di kirim untuk mu.”
“Nee??” Ai terkejut begitu juga Daehyun dan Taemin.
“Jiyoo Fujiwara, semua ini... untuk mu?? Daebak!!” Daehyun menggelengkan kepala.
“Di rumah juga sudah penuh,” Kibum menggelengkan kepala.
“Sepertinya akan terus bertambah.” Kata Moonsik.
“Paman bisa bantu aku mengurusnya?” pinta Ai.
“Dengan senang hati. Aku akan menampung semua yang datang untuk Nona.”
Ai tersenyum tulus, “kamsahamnida. Nanti aku akan meminta Minki Oppa mengambilnya.”
“Jiyoo Fujiwara, ayo kita foto!” Daehyun mengajak Ai foto di depan tumpukan kado yang sengaja di kirim untuk Ai. Mereka pun foto bersama.

Rising star or rising sun of Hwaseong Academy? Lihat! Begitu banyak perhatian untuknya, Fujiwara Ayumu. Bahkan Paman Lee mengatakan, “Sepertinya akan terus bertambah.” Benar-benar membuat iri :3

Daehyun menulis kata-kata itu di atas foto yang ia unggah ke dalam Hwaseong Academy Community. Foto Daehyun bersama Ai di depan tumpukan kado ini pun segera menjadi pusat perhatian para pengunjung setia Hwaseong Academy Community. Komentar pun bermunculan.

“Menurut perkembangan berita yang aku terima, jumlah kado yang di kirim untuk Fujiwara sudah melebihi jumlah kiriman kado untuk Myungsoo juga member Stardust.” Kata Minhwan.
“Benarkah? Wah, itu keren!” puji Sunghyun.
“Ada yang dari Jepang, Cina dan Thailand. Benarkah dia setenar ini?”
“Bukankah itu wajar? Fujiwara berasal dri Jepang dan sebelumnya ia menghilang selama delapan bulan untuk mencari jati diri. Yang aku dengar dia mengunjung Jepang, Cina dan Thailand selama delapan bulan itu.” Komentar Jungshin.
“Dalam waktu sesingkat itu bisa mendapatkan begini banyak perhatian? Apa ini bukan rekayasa?” Byunghun sangsi.
“Apa untungnya merekayasa hal demikian? Membuang banyak biaya. Itu bukan kebiasaan Ai yang aku kenal,” bela Sunghyun.


“Jumlah kiriman kado untuk Fujiwara melebihi jumlah kiriman kado untuk Yiyoung?” Chaerin tak percaya usai membaca update news terbaru.
“Bahkan melebihi Myungsoo dan Stardust.” Soojung menimpali.
“Ada kiriman dari Jepang, Cina dan Thailand juga.” Imbuh Gyuri.
“Kalian berlebihan sekali. Bukankah itu wajar? Selama delapan bulan Ai meninggalkan Korea, ia menghabiskan waktunya di Jepang, Cina dan Thailand. Pasti dia mendapat banyak teman di sana.” Terang Jieun.
“Ya! Kau ini Yowlism kah?” tanya Chaerin.
“Bukan. Itu fakta yang di ketahui banyak orang, walau bukan Yowlism.” Jieun tersenyum manis lalu pergi.
Soojung memperhatikan Yiyoung yang terlihat kesal.
***

Sementara murid-murid meributkan masalahsepele tentang kado untuk Ai, club basket sekolah sedang mempersiapkan diri untuk pertandingan persahabatan hari ini.

“Aku mohon bantu aku, please.....” Hyuri memelas di depan Ai.
“Tidak mau!” tolak Ai.
“Ya, Ai. Kau ini pelit sekali! Apa susahnya menemani Hyuri meliput jalannya pertandingan persahabatan hari ini? Dan membantunya mengambil beberapa foto. Bukankah kau memang punya bakat di sana?” Kibum membela Hyuri. “Sewaktu SMP kau juga tergabung dalam tim wartawan sekolah. Hasil jepretan mu selalu mendapat pujian.” Imbuhnya.
“Ayolah Ai bantu aku. Bantu memotret saja... ya... ya... please....” Hyuri kembali memelas.
“Nona...” Wooyoung ikut memelas.
“Ayolah Ai...” Kibum pun ikut mendesak.
“Huft... baiklah!”
“Hore!!!” Hyuri bertepuk tangan riang begitu juga Kibum.

Hyuri memimpin langkah Ai, Kibum dan Wooyoung. Lapangan basket indoor sudah di penuhi penonton. Kibum dan Wooyoung mencari tempat duduk di tribun yang masih kosong. Hanbyul dan timnya sudah bersiap di pinggir lapangan. Begitu juga tim lawan. Hyuri meminta izin untuk meliput jalannya pertandingan di pinggir lapangan dan sekaligus memperkenalkan Ai sebagai fotografernya. Hanbyul tersenyum lebar melihat Ai datang. Ini adalah tugas pertama yang Hyuri terima dari club jurnalistik. Hyuri menolak bantuan rekan sesama clubnya karena ia sebenarnya ingin membawa Ai untuk melihat pertandingan ini, Hanbyul. Member Viceroy dan Red Venus duduk bersama untuk memberi dukungan. Mereka heran melihat Hyuri dan Ai muncul lengkap dengan tanda pengenal dari club jurnalistik. Myungsoo terus memperhatikan Ai lalu Hanbyul. Entah kenapa ia kesal di buatnya. Sunghyun yang menyadari hal itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Myungsoo lalu menatap Hyuri. Ia memperhatikan gadis itu terus dan terus.

Pertandingan pun di mulai. Wooyoung dan Kibum duduk di tribun penonton. Hyuri berdiri di tepi lapangan siap dengan notenya sedang Ai yang sedari tadi sudah sibuk mengambil beberapa gambar terlihat sibuk dengan kameranya. Empat member Red Venus menatap kesal Ai yang leluasa berjalan kesana-kemari dan sibuk mengambil foto-foto para pemain yang berlaga di tengah lapangan basket. Member Stardust baru sampai. Jinwoon tersenyum melihat Ai yang sibuk sendiri dengan kameranya. Berulang kali Hanbyul mencuri pandang menatap Ai. Dan tak jarang tatapan keduanya saling bertemu. Jika Ai tetap cuek, Hanbyul tersenyum sendiri.

Ai beralih ke dekat ring. Pertandingan akan segera berakhir. Ai menuruti bisikan kata hatinya dan menunggu di dekat ring. Tak lama kemudian tim basket Hwaseong Academy melakukan serangan dan Hanbyul mencetak skor terkahir. Hanbyul melayang di udara, lalu memasukan bola dalam ring. Ai berhasil mengabadikan detik demi detik momen itu. Para pendukung tim basket Hwaseong Academy bersorak karena pertandingan persahabatan kali ini kembali di menangkan tim tuan rumah. Ai menyerahkan kamera pada Hyuri dan meninggalkan lapangan basket. Hanbyul yang sedang merayakan kemenangan menatapnya kecewa. Ia berharap Ai tetap tinggal untuk mengambil foto tim dari dua kubu. Hyuri menatap Hanbyul dan pemuda itu tersenyum tulus padanya. Hyuri pun ikut tersenyum.
***

Hanbyul dan Hyuri janjian untuk bertemu di toko buku. Keduanya bertemu dan berkeliling bersama. Tanpa di duga keduanya bertemu Myungsoo. Myungsoo diam dan menatap Hyuri juga Hanbyul yang terlihat benar terkejut melihat Myungsoo di sana.

“Myungsoo, kau juga di sini?” sapa Hanbyul.
“Apa ini?” Myungsoo balik bertanya.
“Kami janji bertemu di sini untuk mencari buku bersama.” Myungsoo masih menatap tajam Hanbyul, tatapan curiga. “Ini tak seperti yang kau pikirkan.”
“Apa yang aku pikirkan, kau tahu?”
“Kau mencurigai kami, benar kan?” tandas Hyuri. “Kau pikir aku dan Hanbyul, kami punya hubungan khusus di belakang kalian?”
“Siapa pun yang melihat keakraban kalian pasti akan berpikir demikian.”
“Aku dan Hyuri memang berteman, kami lumayan dekat.” Hanbyul kembali bicara.
“Song Hyuri.” Myungsoo menggelengkan kepala.
Hyuri berusaha menutupi rasa gugupnya dengan bersikap tenang. Ia terus mengingat bagaimana Ai bersikap.

“Song Hyuri?” suara Ai mengejutkan ketiganya.
Hanbyul dan Hyuri kompak menoleh. Keduanya terkejut melihat Ai sudah berdiri di belakang mereka dan lurus menatap keduanya.


-------TBC-------

matur suwun
.shytUrtle_yUi.

Fan Fiction FF

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

03:15

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 

 

. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
 
 Episode #15

Seperti yang sudah-sudah, hanya selang beberapa menit saja, skandal Jinwoon-Ai-Minhwan sudah mengisi halaman Hwaseong Academy Community. Tidak hanya itu, foto-foto Ai bersama Hanbyul dan Byunghun juga turut menghiasi komunitas khusus murid Hwaseong Academy itu. Semua murid di buat terkejut dengan di unggahnya foto-foto itu. Foto Hanbyul mengusap kening Ai dengan sapu tangan. Foto Ai dan Byunghun di dalam gedung olah raga. Serta foto Minhwan memapah Ai melewati Jinwoon, kini menjadi bahasan hampir seluruh murid.

*Good Charlotte-Keep Your Hands Of My Girl*

Jaejoong menghampiri Hanbyul yang sedang duduk bersama Jungshin di taman. Sedang Minhyuk dan Jaejin menghadang langkah Byunghun dan Minhwan. Jaejoong menatap sinis pada Hanbyul, begitu pula Minhyun dan Jaejin pada Byunghun dan Minhwan.

“Apa ini karena foto-foto itu?” tanya Byunghun.
“Apa maksud dari semua ini?” Minhyuk balik bertanya.
“Apa ini termasuk tak-tik kalian?” sambung Jaejin.
“Bukan kami yang menyebarkan foto-foto itu,” bantah Minhwan. “Kami juga di buat kerepotan karenanya.”
“Sebaiknya kalian berhenti sekarang! Berhenti menganggu gadis kami, Ai.” Minhyuk menegaskan. “Apa maksud semua ini? Taruhan kalian?”
“Minhyuk... itu, itu tidak seperti yang kau duga,” Minhwan kembali membantah.
“Kami tidak segan memakai cara kekerasan. Kami tidak takut sekali pun itu Woo Sunghyun.” Ancam Jaejin.
“Ini peringatan pertama dan terakhir bagi kalian!” imbuh Minhyuk yang kemudian pergi bersama Jaejin.
“Ottokke??” bisik Minhwan. Byunghun memijat keningnya dan menggeleng. “Bukankah harusnya mereka menemui Jinwoon Sunbaenim juga?” imbuh Minhwan.

Hanbyul bangkit dari duduknya dan berdiri tepat berhadapan dengan Jaejoong. “Maksud kedatangan mu...”
“Jauhi gadis ku!” potong Jaejoong yang masih menatap sinis Hanbyul. “Ini peringatan pertama dan terakhir bagi kalian, jauhi gadis ku!”
Hwaseong Academy Community makin ramai ketika foto-foto member YOWL menemui member Viceroy juga diunggah beberapa menit kemudian.
-------

“Mwo?? Hagh!” Hyuri tersenyum geli. “Kau pikir aku akan menggunakan cara rendahan ini untuk mengacaukan kalian? Lagi pula aku tidak punya banyak waktu untuk menjadi penguntit, itu bukan keahlian ku. Menggelikan memakai skandal ini untuk menghancurkan kalian? Itu bukan jalan yang aku pilih.”
“Kau mengelak?” tandas Myungsoo.
“Mengelak?? Oh, jadi hanya ini yang bisa kau lakukan? Menuduh dan menuduh? Kenapa tidak kau tanyakan pada member-member Viceroy itu? Kenapa mereka ada di sekitar Ai? Oh, atau jangan-jangan kalian merencanakan Ai sebagai taruhan?”
“Mwo??”
“Ini aneh. Kenapa tiba-tiba member Viceroy ada di sekitar Ai? Dan kau, dengan sikap-sikap mu ini, menurut ku semakin menunjukan betapa kecil dan lemahnya diri mu, Kim Myungsoo.”
“Song Hyuri!”
“Nada mu meninggi? Sunbaenim? Jangan membentak ku! Jika kau merasa hebat, carilah bukti dan berhenti menuduh orang tanpa bukti!” Hyuri melewati Myungsoo dan pergi.
“Hah!!” Myungsoo mengacak rambutnya. “Anak itu! Dia benar-benar!”
-------

“Hyuri. Kau menemukan Ai?” Kibum berlari menghampiri Hyuri.
“Bukannya dia di klinik? Joongki Oppa mengirim pesan pada ku, katanya Ai sedang tidur. Aku akan menjenguknya.”
“Nona tidak ada di kamarnya. Kami tak menemukan Nona di rumah Paman Lee juga di taman belakang sekolah.” Terang Wooyoung.
“Hah! Apalagi ini?? Anak-anak YOWL menemui anak-anak Viceroy?? Ini benar mereka??” Kibum menatap layar ponselnya dan Hyuri juga Wooyoung segera bergabung. “YOWL melabrak Viceroy??”
“YOWL melabrak Viceroy dan Viceroy melabrak ku?” bisik Hyuri.
“Wae??” tanya Kibum.
“Ah, aniya.”
“Oh, Hyuri. Apa mungkin Ai di toilet?”
“Ah, aku akan melihatnya. Ayo!”

Kibum dan Wooyoung menunggu agak jauh dari toilet. Hyuri kembali namun tak bersama Ai. Hyuri, Kibum dan Wooyoung kembali mencari Ai. Tanpa sengaja mereka bertemu Sunghyun yang mengamati tempat kejadian dimana Ai tertimpa lapisan atap. Tempat itu sudah di bersihkan namun luka di atap masih di biarkan menganga.

“Gadis ini benar-benar kuat. Dia bahkan tidak pingsan dan yang aku dengar dari Minhwan, dia tetap dalam kondisi stabil,” Sunghyun bicara lalu menatap tiga teman Ai yang berhenti di lorong itu.”Padahal beberapa kasus menyebabkan amnesia sementara dan kehilangan keseimbangan selama beberapa sa’at.”
“Faktor keberuntungan, Ai akan menjawabnya demikian jika kau bertanya.” Jawab Kibum.
“YOWL menemui Viceroy, ini keren bukan? Don’t touch my girl. Apa dia baik sekarang?”
“Ai menghilang. Tidak ada di klinik juga di semua tempat ia biasa berada.” Jawab Hyuri.
“Kami belum menemukannya.” Imbuh Wooyoung.
“Hobi sekali melarikan diri. Ma’af aku tidak bisa membantu.” Sunghyun tersenyum lalu pamit pergi.
“Kalian tahu, menurut ku hanya dia yang normal dalam Viceroy. Aku pernah melihatnya beberapa kali menonton pertunjukan YOWL di club milik Paman Yoo Jaesuk.” Kata Kibum.
“Viceroy Woo Sunghyun menonton pertunjukan YOWL??” Hyuri tak percaya mendengarnya.
“Entah kenapa aku merasa ia dan Ai saling kenal.”
“Ayo kita mencari Nona.” Sela Wooyoung.

Joongki tersenyum melihat kotak bekalnya. Ai tiba-tiba menghilang dan belum kembali hingga kini. Joongki heran, apakah obat tidur yang ia campur dalam minuman Ai tak bereaksi pada gadis itu? Padahal Joongki melihat isi dari botol air mineral itu berkurang separuh lebih.

Jinwoon duduk menyendiri di tribun penonton lapangan sepak bola. Jerit suara Ai sewaktu memanggilnya ‘Oppa’ terus terniang di telinga Jinwoon. Kejadian di koridor itu terputar berulang kali di otak Jinwoon. Ia menunduk dan menutup wajah dengan kedua tangannya.
-------

“Omo! Kapchagi!” Minhwan kaget sa’at membuka pintu ruang latihan yang biasa menjadi markas Viceroy di sekolah. Minhwan kaget mendapati Ai sudah duduk di sofa. Ai duduk dengan tatapan datar itu dan tetap tenang. Kelima member Viceroy yang berjalan di belakang Minhwan juga di buat terkejut dengan keberadaan Ai disana.
“Fuj-fujiwara? Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah seharusnya kau beristirahat di klinik?” tanya Minhwan.
“Foto-foto itu, siapa pelakunya?”
“Kami juga tidak tahu. Sadarkah kau jika bukan hanya kau yang di rugikan atas kejadian ini?” jawab Byunghun yang ketahuan kalah duel dari Ai.
“Kalian tidak bisa mengendalikan situasi ini, Raja Muda Hwaseong Academy?”
“Ya! Masalah teknologi bisa jadi mimpi buruk bagi siapa saja. Kau pikir kami ahli dalam segala hal?” nada Byunghun sedikit meninggi.
“Kau menyalahkan kami? Apa mau mu?” tanya Myungsoo.

Ai bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat. Ia berhenti dan menatap satu per satu member Viceroy di hadapannya. “Harusnya kalian puas bukan? Aku dalam foto-foto itu seperti piala bergilir yang berpindah dari satu tangan member Viceroy ke tangan member Viceroy lainnya. Inikah tak-tik kalian karena aku satu-satunya wanita dalam YOWL?! Cara itu benar-benar rendah dan membuat kalian semakin mirip burung bangau yang gemar berada di tempat becek dan berlumpur. Apa arti dari warna putih yang selalu kalian banggakan sebagai warna negara Viceroy?! Aku pikir kalian benar-benar putih tapi aku tahu, aku salah menilai. Aku kecewa. Lawan ku...” Ai tak melanjutkan ucapannya dan kembali menatap satu per satu member Viceroy lalu berjalan membelah mereka dan keluar. Hanbyul menyusul langkah Ai dan suasana dalam ruang latihan berubah hening.

“Semua menggila hari ini...” kata Minhwan lirih.
“Ini karena ide konyol Lee Byunghun.” Myungsoo kembali melontarkan tuduhan.
“Kau menyalahkan aku?!” Byunghun terlihat emosi.
“Sudahlah. Hentikan.” Jungshin melerai. “Semua sudah terjadi, tidak ada gunanya saling menyalahkan.”
“Biarkan saja mereka berpesta, sa’at bosan pasti akan hilang juga dengan sendirinya.” Kata Sunghyun. “Masalahnya hanyalah, ini tentang YOWL dan Viceroy, karena itu jadi semakin heboh.”
“Tetap saja, jika begini, bagaimana mengatasinya?” tanya Minhwan.


“Tunggu!” Hanbyul meraih lengan Ai mencoba menahan langkah gadis itu. “Tolong berhenti dan dengarkan aku,” pinta Hanbyul. Ai menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Hanbyul dengan tatapan datarnya.
“Ini hanya salah paham.” Kata Hanbyul.
“Kebetulan saja? Begitu menurut mu? Lalu, kau ingin agar aku membantu mu untuk memenangkan taruhan di antara kalian?”
“Tidak ada taruhan.”
“Omong kosong! Tanpa alasan khusus tiba-tiba member Viceroy, satu per satu berada di sekitar ku. Tidak ada kebetulan yang terjadi secara berjama’ah, seperti demikian ini. Itu omong kosong.”
Hanbyul menelan ludah dan terdiam. Ia tak menyangka Ai begitu jeli dan mengetahui perihal taruhan itu. Ai menyincingkan senyum di bibir tipisnya dan melepas pegangan tangan Hanbyul pada lengannya. “Jadi benar ada taruhan di antara kalian?”
“Fujiwara, itu tidak seperti yang kau duga. Sungguh, aku...” Hanbyul serba salah kini. Ia memang tak menyetujui taruhan itu namun dia adalah member Viceroy.
Ai menggeleng pelan lalu kembali berjalan. Hanbyul kembali mengejar dan berhenti tepat di depa Ai kembali memaksa gadis itu berhenti.
“Aku tahu kau tidak akan percaya aku, apapun yang aku katakan. Aku sudah mendapatkan mu Fujiwara Ayumu dan aku tidak akan mundur. Sedari awal aku sudah mengatakannya dan aku tidak akan menarik kata-kata ku.”
“Ok! Aku terima tantangan mu! Kita lihat, sampai mana kau mampu bertahan Jang Hanbyul.”
Hanbyul perlahan melepas pegangan tangannya pada Ai. “Ok...” bisiknya membiarkan Ai pergi. Hanbyul menatap punggung Ai yang berjalan menjauh meninggalkan dirinya.


Hanbyul kembali. Kelima member Viceroy menatap Hanbyul dengan tatapan mengadili. Hanbyul berusaha rileks dan duduk bergabung.

“Kenapa kau mengejarnya?” tanya Minhwan.
“Ya, Jang Hanbyul, ada apa dengan mu?” sambung Byunghun.
“Kau menyukainya?” tanya Myungsoo yang duduk lurus berhadapan dengan Hanbyul.
Hanbyul menatap satu per satu rekannya. “Iya. Aku menyukainya. Aku menyukai Fujiwara Ayumu.” Tegas Hanbyul membuat kelima rekannya benar terkejut.
-------

“Sebaiknya kau kembali ke klinik. Lihat, kau pucat sekali.” Yoojin mengkhawatirkan Ai. “Kau harus banyak istirahat. Hari ini benar-benar berat untuk mu.”
Ai masih duduk melipat tangan dan memejamkan mata. “Bagaimana jika Lee Junki Songsaengnim berpikir buruk tentang ku? Bagaimana jika Beliau membenci ku?” Ai masih dengan mata terpejam.
“Ck! Kau masih mengkhawatirkan hal itu? Lee Junki, Lee Junki! Apa hebatnya dia? Apa untungnya bagi mu begitu memikirkan dia dan harus sempurna di depannya? Apa dia memperhatikan mu? Apa dia membalas semua sikap mu?!”
“Kenapa kau marah?” Ai membuka mata dan menatap Ai.
“Aku melihat tidak ada harapan untuk mu bersamanya, Lee Junki. Sebaiknya kau berhenti atau kau akan sakit sendiri nanti.”
“Haruskah aku mempercayai ucapan arwah penasaran seperti mu?”
“Ai Chan.....”
“Aku pergi.”

“Akhirnya kau kembali.” Sambut Joongki. “Kemana saja kau?”
“Menghindari kunjungan jam istirahat.” Jawab Ai santai.
“Mereka mencari mu kemana-mana dan panik.”
“Dokter mencampur obat tidur dalam minuman ku?”
“Kau tahu? Kau meminumnya?”
“Anee. Aku membuangnya, terlihat alami? Aku tidur sejenak karena aku mau dan kepala ku terasa sangat berat.”
“Kau ini benar-benar bandel! Sekarang apakah massih terasa berat?”
“Lebih dari itu. Kenapa aku tidak mengalami amnesia saja?”
“Gadis bodoh! Jika itu terjadi lalu bagaimana pertempuran YOWL? Sebaiknya makan ini dan lekas istirahat.” Joongki memberikan kotak bekal ditangannya.
“Dari Hyuri?”
“Mwo?? Oh, nee... ini dari Hyuri, karena tak menemukan mu, dia menitipkannya pada ku. Kau harus bertahan Fujiwara, kau tahu kenapa? Aku sudah memberikan suara ku untuk YOWL, jika YOWL kalah, itu akan sangat memalukan aku.”
“Dokter mendukung kami?”
“Nee. Skandal kecil ini hanya kerikil, jangan sampai menjatuhkan dan mematahkan semangat mu. Kau harus tetap bertahan. Fighting!” Joongki menyemangati.
Ai tersenyum. “Kamsahamnida.”
“Mau aku temani makan siang? Kebetulan aku juga belum makan.”
“Nee.”
***

Wooyoung turut dalam rombongan YOWL. Ia mengantar Ai pulang. Ai menghentikan langkahnya melihat mobil sedan mewah warna hitam itu sudah terparkir di dekat tangga menuju ke rumahnya. Ai membalikan badan hendak kabur namun Wonbin menahannya.

“Sampai kapan kau akan menghindar?” Wonbin masih memegang lengan Ai. “Mereka pasti sangat mengkhawatirkan mu dan itu akan mempersulit Minki Hyung juga Wooyoung.”

Ai menghela nafas dan kembali berjalan menuju rumahnya. Ai menunduk di depan pintu, kembali menghela nafas panjang. “Aku pulang!” seru Ai sa’at membuka pintu dan berjalan masuk. Wooyoung ikut masuk ke dalam. Setelah melihat Ai masuk, Wonbin mengajak Jaejoong, Minhyuk, Jaejin dan Kibum pergi.
Jinyoung, Hyunjung dan Euichul bangkit dari duduknya. Ai diam menatap mereka lalu menundukan kepala memberi salam. Minki memberi isyarat agar Ai mendekat. Ai pun berjalan mendekat namun masih diam menatap Jinyoung, Hyunjung dan Euichul.
“Kau baik-baik saja?” tanya Hyunjung dengan mimik khawatir itu.
“Nee. Aku sangat baik, jangan khawatir.” Ai menunjukan senyum terbaiknya. “Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku dan berkunjung. Aku mohon jangan marah pada Jinwoon Oppa.”
“Dia mengabaikan mu, kau msih bisa membuat permohonan ini untuknya?” Jinyoung angkat bicara.
“Jiyoo, Omma harap kau mema’afkan sikap-sikap Jinwoon pada mu selama ini.” Sela Hyunjung.
“Aku tidak pernah mempermasalahkannya. Omma harus menjamin agar Appa tak memarahi Jinwoon Oppa.”
“Jiyoo~ya.” Protes Jinyoung.
“Yaksokhae! Appa tidak akan marah pada Jinwoon Oppa.”
Jinyoung menghela nafas panjang. “Nee, choa. Yaksokhae.”
Ai segera tersenyum lebar mendengarnya.

“Kami pergi. Istirahatlah dengan baik.” Euichul mengelus kepala Ai.
“Nee. Oppa jangan khawatir, aku ini wanita kuat.”
Euichul tersenyum lalu masuk ke dalam mobil dan pergi. Ai, Minki dan Wooyoung masih menatap mobil yang melaju semakin menjauh dan menghilang di tikungan. Wooyoung kemudian pamit pergi. Minki dan Ai menaiki tangga.
“Aku khawatir jika Appa akan marah pada Jinwoon Oppa.”
“Laki-laki itu selalu memegang teguh kata-katanya. Kau harus percaya pada Tuan Besar.”
“Hah... kepala ku masih terasa berat...”

“Jiyoo Fujiwara!!!” Daehyun tiba-tiba muncul mengejutkan Ai dan Minki. Daehyun segera memnghampiri Ai. “Kau baik-baik saja? Kenapa tadi kau tiba-tiba menghilang??”
“Tenanglah. Aku baik-baik saja.”
Jinwoon muncul dan berjalan pelan menaiki tangga. Ai terkejut melihatnya. “Jinwoon Hyung, datang bersama ku.” Kata Daehyun antusias.

Minki menemani Daehyun duduk di teras. Ai dan Jinwoon duduk di ruang tamu namun saling terdiam.

“Tidak perlu merasa bersalah. Ini murni kecelakaan. Ma’af soal foto-foto itu.” Ai memecah kebisuan.
“Kenapa kau menolong ku?”
“Itu... spontan. Terjadi secara tiba-tiba, begitu saja. Beberapa hari aku mimpi buruk dan ada kau dalam mimpi ku. Baru hari ini kita bertemu dan ternyata ini jawabannya.”
“Bagaimana pun juga terima kasih.”
“Nee.” Ai tersenyum manis.
***

Wooyoung mengawal Ai dan Kibum menemaninya. Beberapa Princess, fans fanatik Viceroy, gadis-gadis itu berkumpul di depan gerbang. Sepertinya mereka benar-benar menunggu Ai. Wooyoung memasang tampang paling sangar yang ia punya untuk melindungi Ai. Ai tetap terlihat tenang. Gadis-gadis itu minggir memberi jalan pada Wooyoun, Ai dan Kibum. Murid-murid menatap Ai kemudian saling berbisik satu sama lain ketika Ai melintas di depan mereka.
Junki di buat heran. Ai memilih tidur di kelas sa’at jam pelajarannya berlangsung. Junki membiarkan gadis itu mengingat peristiwa kemarin. Sesudah pelajaran Junki berakhir, Ai memilih keluar dan berdiam diri di toilet bersama Yoojin. Ai mengunci toilet, benar-benar ingin menghindari teman-temannya.

Hanbyul duduk sendiri di taman belakang sekolah. Hanbyul duduk di bangku tempat Ai biasa menghabiskan waktu. Ia terus mengirim sms pada Ai walau Ai tak membalas satu pun sms-nya. Hanbyul kembali mencoba menelfon namun sia-sia. Ai memasukan nomer Hanbyul dalam daftar tolak.

“Skandal ini menguntungkan siapa?” tanya Chaerin. “Aku ikut pusing karenanya. Siapa pelaku yang melakukan semua ini?”
“Bukan dari kubu kalian?” tanya Byunghun.
“Kau sudah gila ya? Menuduh kami demikian? Itu cara rendahan!” Gyuri tak terima.
“Ma’af.”
“Minhwan, kenapa Jinwoon Sunbaenim ada dalam foto kalian?” tanya Soojung.
“Kemarin...” Minhwan diam, “...kemarin aku memang membuntuti Fujiwara. Aku melihat mereka berpapasan, Fujiwara menahan langkah Jinwoon Sunbaenim. Mereka saling diam dan tiba-tiba Fujiwara mendorong Jinwoon Sunbaenim dan atap itu menimpanya.”
“Apa dia punya hubungan dengan Jinwoon Sunbaenim?”
“Entahlah.” Minhwan mengangkat kedua bahunya.
“Ia sempat mengatakan ingin melamar Stardust, apa karena Jinwoon Sunbaenim?” Soojung menduga-duga.
“Kalian ini. Bukankah itu sangat tidak penting?” sela Yiyoung. “Sebaiknya kita fokus pada proyek kita.”
“Itu benar. Skandal ini sangat tidak penting. Byunghun, kau tidak perlu begini murung,” Chaerin merangkul Byunghun.
“Aku ketahuan kalah duel, itu aku yang menantang Fujiwara.” Byunghun masih lesu.
“Kalah dalam sebuah pertarungan bukankah wajar? Setidaknya kau tidak penasaran lagi karena Fujiwara telah meladeni tantangan mu.” Jungshin angkat bicara.
“Lakukan kesalahan, namun jangan menyeasalinya. Jika kau lakukan keduanya, kau akan terus terpuruk.” Komentar Sunghyun.
“Hah... aku benar-benar penasaran pada rencana YOWL.” Keluh Minhwan.
-------

“Oh? Nona?” Moonsik kaget melihat Ai sudah berbaring i ranjangnya. “Nona sudah merasa baik hari ini?”
“Kepala ku hampir pecah.”
“Memikirkan ini semua?”
“Nee.”
“Dari sudut pandang saya ini tak terlalu merugikan YOWL.”
“Bagaimana jika dia memiliki pemikiran yang sama? Aku gadis serakah yang ingin mengencani semua member Viceroy?”
“Jika dia orang yang pandai dan bijaksana, tentu dia tidak akan berpikir sedangkal itu. Aku yakin dia tidak akan menelan mentah-mentah kasus ini.”
Ai bangkit dari tidurnya. “Itu tidak akan menjadi sepenuhnya benar kecuali aku angkat bicara. Kenapa aku begitu khawatir? Jika aku angkat bicara, mungkin dia akan memahaminya. Sore ini, aku akan mengatakan semua, di depan mereka. Paman, terima kasih.” Ai bergegas pergi dan Moonsik tersenyum serta menggelengkan kepala melihatnya.
***

Seluruh tim YOWL sudah berkumpul di basecamp bersiap latihan. Ai naik ke atas panggung dan memperhatikan rekan-rekannya yang sibuk di bawah sana.

“Mohon perhatiannya sejenak.” Pinta Ai. Semua diam dan menatap panggung. Ai menatap Junki sejenak. “Ada yang ingin aku sampaikan. Hal ini benar membebani dan memenuhi otak ku. Tentang skandal, foto-foto itu..... aku minta ma’af jika aku membuat kalian kecewa. Terserah kalian mau berpikir apa tentang ku setelah melihat foto-foto itu. Disini aku hanya ingin mengatakan, ma’af. Itu semua terjadi, memang terjadi. Tapi sama sekali tak ada niat dari ku untuk berbuat demikian dan... dan mengencani satu per satu member Viceroy, tentang itu sangatlah tidak benar. Tudingan jika itu adalah tak-tik YOWL, itu juga tidak benar. Tentang dugaan itu tak-tik Viceroy... juga tidak benar. Baik YOWL juga Viceroy, kami sama-sama korban.”

“Dia membela Viceroy?” bisik Hyebyul pada Himchan.
“Biarkan dia selesai bicara.”

“Aku... aku tidak tahu harus bicara apalagi. Tak-tik ku hanya ini, menjadikan kalian semua patner ku. Aku.....” Ai menundukan kepala. Suasana dalam basecamp hening sejenak.

“Hanya karena itu kau menjadi lemah?” suara Gahee memecah keheningan. “Jika itu benar berarti siapa pun itu yang menyebarkan foto-foto itu, kau membiarkannya menang. Padahal pelaku itu hanyalah orang kerdil dengan pemikiran kerdil yang terlalu membenci mu padahal ia sangat mencintai mu dan menciptakan semua kekacauan ini. Ini hanya bumbu penyedap, harusnya kau makin kuat karenanya.”

“Gahee Songsaengnim keren,” puji Chaebin dan Sunggyu tersenyum mengangguk.

“Kalian yang merasa ragu pada YOWL, boleh pergi dan memutuskan kerjasama ini.” Imbuh Gahee yang kemudian diam. Suasana masih hening. “Ok. Aku anggap semua tetap pada kerjasama ini. Fujiwara, lihat. Mereka tetap bersedia tinggal, apa kau masih merasa takut? Apa kau masih ragu?” Ai tersenyum lebar. “Ayo! Berlatih yang giat anak-anak ku! Fighting!” Gahee menyemangati lalu kembali duduk di samping Junki.

“Huft...” Gahee menghela nafas panjang.
“Kau hebat!” puji Junki.
“Gahee Songsaengnim,” Ai tersenyum lebar berdiri di depan Gahee dan Junki. Gahee terkejut melihat ekspresi Ai. “Domo arigatou gozaimasu,” Ai membungkuk di depan keduannya.
“Akhirnya kau tersenyum pada ku setelah sekian lama seolah aku tak ada di sini.” Komentar Gahee.
“Jongmal jeosonghamnida. Sekarang aku yakin jika Gahee Songsaengnim ada di pihak YOWL.”
“Mwo?? Memang selama ini kau tidak percaya pada ku?”
“Oh, bukan, bukan demikian... aduuh bagaimana ya...” Ai menggaruk kepalanya.
Gahee tersenyum tulus, berdiri merangkul Ai. “Jangan murung lagi dan berlatih yang baik, em?”
“Nee, Songsaengnim.”
-------

“Hah, menurut ku, YOWL dan patner mereka adalah tim hebat. Fujiwara, gadis itu benar-benar luar biasa. Bagaimana dia bisa memunculkan ide hebat ini? Tapi, bagaimana bisa dia sedikit kehilangan rasa percaya dirinya hanya karena foto-foto tak bertuan itu?” Junki sambil fokus menyetir.
“Itu karena kau!”
“Mwo?? Aku??” Junki sampai menoleh.
“Seseorang, ketika sedang jatuh cinta bisa kehilangan akal sehatnya. Fujiwara sedang membangun citra baik di depan mu, untuk mencari perhatian mu. Tapi tiba-tiba foto-foto itu muncul, skandal Fujiwara dengan lebih dari satu member Viceroy, tentu saja ini menjadi mimpi buruk bagi Fujiwara. Ia takut kau benar berpikiran sama seperti orang-orang yang membencinya dan mempercayai kebenaran foto-foto itu. Iya memang foto-foto itu asli, tapi aku yakin Fujiwara bukanlah gadis seperti itu.”
“Aku tidak berpikir sejauh itu. Hah, Fujiwara tidak boleh terus memupuk rasa sukanya pada ku.”
“Dia mungkin tidak mau tapi dia sendiri tidak bisa menolaknya. Menurut pengalaman ku, semakin di tolak jadi semakin menggebu.”
“Kenapa ini terjadi pada kami? Begitu banyak pria tampan di sekitar Fujiwara, tapi kenapa dia malah menyukai aku?”
“Jika dia tahu alasannya pasti dia sudah berhenti mengejar mu dan menetralkan perasaannya. Cinta itu sederhana namun sangat rumit.”
-------

“Teisatsu-san makin ketat menjaga ku.”
Wooyoung yang berjalan di samping kanan Ai tersenyum mendengarnya. “Tidak bisakah kita menjadi seperti yang lain? Teman?”
“Selama ini, apa kita bukan teman?”
“Nona selalu memanggil ku Teisatsu-san, apakah itu sebutan untuk seorang teman?”
“Kau selalu memanggil ku Nona, apakah itu sebutan untuk seorang teman?”
“Itu suatu keharusan bagi ku pada Nona.”
“Teman tidak mengenal kata itu, Nona, berarti aku majikan bagi mu. Kau sendiri yang membangun tembok itu. Panggil saja Ai atau Jiyoo, bisa kan?”
“Itu...itu tidak mudah, Nona.”
“Jang Hanbyul?”
“Nee?? Jang Hanbyul??” Wooyoung menatap ke depan. Mobil Hanbyul terparkir dan pemuda itu duduk di ujung tangga menuju rumah Ai. “Untuk apa dia kemari? Nona, apa perlu aku mengusirnya?”
“Kita lihat apa maunya.” Ai berjalan mendahului. Hanbyul bangkit dari duduknya dan tersenyum manis menyambut Ai.
“Kau, untuk apa kemari?” tanya Wooyoung.
“Aku ingin menjenguk Fujiwara.”
“Kau lihat, dia baik sekarang. Jadi kau bisa pergi.”
Hanbyul menatap Ai berharap gadis itu mau bicara padanya. Namun Ai tetap datar, diam menatapnya.
“Sebaiknya kau pergi sebelum member YOWL yang lain melihat mu.” Saran Wooyoung.
“Baik. Aku pergi.” Hanbyul pun pamit.

Ai dan Wooyoung menatap mobil Hanbyul hingga menghilang di tikungan. “Pantang menyerah sekali,” suara Wonbin mengejutkan Wooyoung dan Ai.
“Sejak kapan kau di sana?” tanya Ai.
“Baru saja.” Wonbin berjalan mendekat. “Netbook mu tertinggal.”

Ai dan Wonbin duduk di teras rumah Ai menatap langit malam.
“Ramalan waktu itu, inikah jawabannya?” Wonbin memulai obrolan.
“Itu hanya ramalan.”
Wonbin menatap Ai yang masih mendongak menatap langit. “Sikap mu sangat dingin pada Jang Hanbyul. Sepertinya dia sangat mengkhawatirkan mu.”
“Hanya perasaan mu saja. Dia Viceroy, tidak berbeda dengan yang lain, Viceroy, bangau-bangau itu.”
“Hanya itu letak kesalahannya? Dia Viceroy? Aku melihat tatapan berbeda darinya.”
“Bagaimana dengan Junki Songsaengnim?”
“Kau yakin pada apa yang kau rasakan padanya?”
“Kau meragukan perasaan ku pada Junki Songsaengnim?”
“Terkesan kau takut patah hati. Jika benar, kenapa kau tetap maju? Jika takut sakit, lebih baik berhenti saja.”
-------

Hyuri segera berlari keluar. Benar Hanbyul sudah menunggunya di depan gerbang. Hyuri mempersilahkan Hanbyul masuk dan mengajaknya duduk di teras untuk mengobrol. Hanbyul butuh teman bicara dan ia memutuskan menemui Hyuri. Hanbyul menceritkan apa yang baru ia lakukan dan apa yang ia rasa belakangan ini. mendengar cerita Hanbyul, sejenak Hyuri merasa bersalah. Ia merasa semua ini karena ulahnya. Andai ia tak membuka jalan bagi Hanbyul untuk lebih dekat dengan Ai.

“Sunbae, benar menyukai Ai?” tanya Hyuri setelah Hanbyul selesai bicara.
“Awalnya aku pikir ini biasa namun semakin lama, aku semakin menginginkannya, Fujiwara. Semua kebetulan itu...” kenang Hanbyul.
“Ma’af aku tidak bisa membantu banyak.”
“Nee, gwaenchana. Aku hanya ingin ada seseorang yang tahu jika aku tidak ingin mempermainkan Fujiwara, dan aku percaya pada mu Hyuri.”
“Kamsahamnida sudah mempercayai aku. Aku akan menjaga kepercayaan itu tapi Sunbae harus membuktikannya, jika Sunbae tidak akan mempermainkan Ai.”
“Kau yang pertama memberi kepercayaan pada ku. Aku akan melakukan yang terbaik yang aku bisa.”
“Nee.” Hyuri tersenyum tulus.
-------

Ai berdiri berhadapan dengan Bibi Han. Myeongran menelan ludah melihat keduanya. Myeongran minggir. Ai menyincingkan senyum lalu mulai menyerang Bibi Han. Myeongran minggir dan melihat duel antara ibunya dengan Ai. Ai tiba-tiba datang dan menantang Bibi Han untuk berduel. Bibi Han menurutinya dan mengikuti Ai ke basecamp. Hanya ada mereka bertiga di dalam basecamp, Ai, Bibi Han dan Myeongran. Myeongran sedikit khawatir karena menurutnya Ai bukanlah lawan yang sepadan untuk Ibunya. Myeongran menutup mata ketika Bibi Han berhasil menjatuhkan tubuh Ai di lantai. Ai terbaring di lantai dengan nafas terengah-engah. Bibi Han turut berbaring di samping Ai menatap langit-langit. Ai tersenyum sendiri. Myeongran menghampiri keduanya dan mengamati keduanya.

“Nona, kau baik-baik saja? Omoni?” tanya Myeongran.
Bibi Han kembali duduk. “Kau merasa lebih baik sekarang?” tanyanya pada Ai yang masih terbaring di lantai.
Ai tertawa kecil, “ini menggelikan.” Ai menertawakan dirinya sendiri. Pikirannya di buat kacau oleh makhluk bernama laki-laki.


Ai berjalan pulang sendiri. Mata bulat Ai melebar mobil Hanbyul kembali terparkir disana. Dan Hanbyul kembali duduk di ujung tangga. Ai mengerjapkan matanya, berharap ini hanya ilusi. Namun Hanbyul telah menyadari kehadirannya dan berlari menghampiri Ai. Hanbyul tersenyum manis di depan Ai.

“Annyeong...” sapa Hanbyul kemudian mengamati Ai. “Kenapa kau berkeringat? Malam-malam begini kau olah raga?”
“Nee. Aku baru berduel dengan Bibi Han.”
“Duel??”
“Ada apa kau kemari? Lagi.”
Hanbyul tersenyum dan menunjukan sebuah apel merah ranum. “Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku telah mendapatkan mu Fujiwara Ayumu, dan aku tidak akan mundur. Aku tidak akan bertindak bodoh dengan terus mengejar mu, mulai sekarang aku akan menunggu. Aku akan menunggu sampai kau kembali seperti sebelumnya pada ku, ngobrol dengan ku. Sa’at itu terjadi, tolong ijinkan aku bicara dan sesudahnya aku akan mendengar mu, aku akan terima apapun keputusan mu.” Hanbyul meraih tangan Ai dan memberikan apel merah ranum itu pada Ai. “Aku pergi.” Hanbyul tersenyum lalu pergi.
Ai berdiri mematung menatap mobil Hanbyul yang segera menghilang di tikungan. Ai kemudian menatap apel merah ranum di tangannya dan menggeleng pelan sambil berjalan menaiki tangga.


-------TBC-------



matur suwun
.shytUrtle_yUi.

Fan Fiction FF

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

03:53

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 

 

. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
 
 Episode #14

Hyuri berjalan cepat dan tak sengaja menabrak Jaejoong. “Oh, mianhae,” Hyuri segera membungkuk.
“Kau baik-baik saja? Ekspresi mu itu...” tanya Jaejoong.
“Jaejoong~aa...” keluh Hyuri.


Ai menyincingkan senyum dibibir tipisnya, “menantang ku duel? Kau tidak malu berkata demikan? Menantang seorang gadis?”
“Gadis?? Hagh!” Byunghun berkacak pinggang. “Kau yakin kau ini seorang... gadis?”
“Besok, usai jam sekolah, aku tunggu di ruang olah raga.” Ai melewati Byunghun.
“Hagh! Gadis itu benar-benar!” Byunghun menatap punggung Ai. “Apa ini benar? Aku menantangnya duel? Ck! Byunghun! Itukah cara pendekatan yang benar? Babo!”


“Mwo?? Bwahahahaha....” tawa Jaejoong pecah mendengar cerita Hyuri.
“Kenapa kau malah tertawa? Kau tidak takut aku benar melakukannya?”
Jaejoong berusaha menghentikan tawanya, “jadi, itukah sosok Song Hyuri yang sebenarnya? Untuk apa takut? Kami sudah tahu jika Ai pergi bersama Hanbyul.”
“Mwo?? Jinjaro??”
“Hah, dia mengatakan demikian. Bukankah ini lucu? Ck! Bagaimana Hanbyul bisa menemukan ponsel Ai??”
-------

“Kau baik-baik saja?” tanya Sunghyun pada Myungsoo.
“Song Hyuri, apa pribadinya benar seperti itu? Seperti itu kah dia yang sebenarnya?”
“Nee?? Kau ini meracau apa?”
“Song Hyuri, dia mengatakan jika ia akan membuat Hanbyul dan Fujiwara saling jatuh cinta, dia akan mengacaukan Viceroy dan YOWL dengan cara itu.”
“Eum, itu bagus dan sebaiknya kau mundur.”
“Mwo??”
“Tidak akan ada harapan jika kau berusaha mengejar Ai hanya untuk menjawab rasa penasaran mu karena menurut ku kau terlalu menjual mahal harga diri mu. Kau terlalu gengsi untuk maju namun enggan mundur. Langkah mu terhenti di satu tempat, itu membuang waktu saja. Lagi pula aku yakin Ai tidak akan melirik mu, aku rasa kau bukan tipe ideal baginya.”
“Nee??”
“Aku juga tidak yakin pada Hanbyul. Apa anak itu benar maju?”
“Jadi menurut mu baik aku atau Hanbyul tak punya harapan? Lalu seperti apa tipe pria ideal Fujiwara Ayumu itu?”
“Entahlah. Sudah ku katakan aku tak sedekat itu dengannya. Kau serius tentang hal ini? Taruhan mendapatkan Ai?”
Myungsoo diam sejenak lalu kembali pergi. “Hah... mereka menggila,” Sunghyun menggelengkan kepala.

Myungsoo bergegas menemui Jieun dan membawa gadis itu pergi bersamanya.

“Nee??” Jieun menoleh dan menatap heran pada Myungsoo yang duduk disampingnya. “Aku tidak tahu tentang itu, lagi pula ada banyak pria di sekitar Ai, bisa jadi salah satu dari mereka adalah tipe idealnya.”
“Hah...” Myungsoo mengacak rambutnya. ‘Bodoh! Kenapa aku menanyakan hal ini pada Jieun?’ batin Myungsoo.
“Kita berteman sejak kecil, kau tidak perlu sungkan.” Jieun tersenyum manis. “Ai, benar menarik perhatian mu? Apa ini artinya jatuh cinta pada pandangan pertama?”
“Ah, aku rasa tidak. Terlalu dini untuk menyimpulkan demikian.”
“Eum, Tuan Sempurna.....”
“Hah, hanya sa’at pertama melihatnya di Hongdae... ada gadis seperti dia?” kenang Myungsoo. “Mengamen sendiri di Hongdae.”
“Bukannya banyak ya gadis seperti itu disana?”
“Ah, entahlah.” Myungsoo menggaruk kepalanya.
“Kau jarang memperhatikan sekitar, itu masalahnya. Dan dia, Ai, jadi demikian menarik karena dia memang berbeda. Aku tidak pernah melihat mu tersenyum seperti ini sebelumnya.”
“Hanya perasaan mu saja.” Myungsoo salah tingkah.

“Lihat!” Chaerin menuding ke arah Jieun dan Myungsoo. “Apa yang mereka lakukan berdua disana?? Apa ini benar artinya jika mereka bukan sekedar teman biasa?”
“Kau itu berlebihan Chaerin! Jieun dan Myungsoo teman sejak kecil, wajar jika mereka begitu dekat.” Sanggah Soojung.
“Kita kesana!” Gyuri berjalan memimpin. Yiyoung, Chaerin dan Soojung mengikuti langkah Gyuri.

“Kalian membicarakan sesuatu? Tentang konsep kita?” tanya Gyuri pada Jieun dan Myungsoo.
“Hanya mengobrol,” jawab Jieun. “YOWL sudah menyerahkan proposal mereka, kami menunggu Viceroy dan Red Venus.”
“Kau ini sebenarnya di pihak mana?” tanya Chaerin.
“Aku netral.” Jieun bangkit dari duduknya. “Sebaiknya kita tidak meremehkan YOWL.” Jieun tersenyum lalu pergi.
“Dia makin aneh saja,” gerutu Chaerin. “Ya, Myungsoo, kau sudah punya rencana untuk kita?”
“Akan aku pikirkan.” Myungsoo sambil bangkit dari duduknya.
“Masih akan kau pikirkan? Kau dengar peringatan Jieun tadi?” Gyuri kesal pada jawaban Myungsoo. Myungsoo mengabaikannya dan pergi. “Hah! Ada apa dengan orang-orang itu??”
***

Moonsik menemani Ai dan Minki didekat gerbang sekolah malam ini. Selang 10 menit kemudian sebuah mobil sedan mewah warna biru tiba. Moonsik segera membuka gerbang dan mobil itu masuk. Jungshin memarkir mobilnya dan segera keluar menemui Ai.

“Ma’af aku terlamabat. Kau sudah lama sampai?” tanya Jungshin.
“Kami datang 10 menit lebih awal dan kau terlambat 10 menit.”
“Ah, ma’af...” Jungshin menggaruk kepalanya.
“Ayo segera kita mulai!”

Moonsik berjalan memimpin berdampingan dengan Minki. Dibelakangnya berjalan Ai dan Jungshin. “Terima kasih sudah mengirim kamera mu pada ku,” Ai kembali memulai obrolan.
“Aku yang harus berterima kasih pada mu. Kau mau membantu ku.”
“Benar ingin tahu tentang dunia lain?”
“Hanya ingin membuktikan teori ku bahwa selain kita, ada makhluk lain yang tak tampak, hidup berbagi ruang dengan kita. Terima kasih telah membalas semua email ku dan bersedia membantu ku.”
Ai menghentikan langkahnya daan menatap keluar jendela. Jungshin turut berhenti dan mengikuti arah pandangan Ai. “Bulan purnama penuh, indah bukan? Mereka mengatakan, ini adalah sa’at yang tepat untuk berpesta.” Ai kembali berjalan begitu juga Jungshin.
“Eh? Kita tidak pergi ke toilet siswi kelas X??” tanya Jungshin.
“Aku tidak mau mempublikasikan teman baik ku.”
“Teman baik?? Hantu itu??”
“Dia hanya arwah yang belum bisa menyeberang. Ada tempat lain.”

Mereka sampai di depan bangunan kecil yang sudah tak terpakai lagi disalah satu sudut sekolah. Bangunan usang ini semakin menunjukan keangkerannya.
“Nona yakin mau masuk?” tanya Moonsik.
“Nee. Kalian tunggu diluar saja.”
“Kami akan masuk memasang kamera.” Imbuh Minki.

Moonsik membuka gembok lalu mundur bersama Jungshin. Ai menatap Minki, pemuda itu mengangguk lalu keduanya masuk bersama. Ruangan pengab dan berdebu menyambut Ai dan Minki. Cahaya penerangan yang minim menjadikan tempat itu tampak remang-remang dan makin terlihat angker. Ai menurunkan tas punggungnya dan mempersiapkan upacara kecil untuk meminta izin pada si penghuni. Baik Minki juga Ai, keduanya menangkap suasana yang tak bersahabat namun mereka tetap melanjutkan misi mereka. Ai dan Minki mulai memasang empat kamera yang sudah mereka persiapkan. Ai mulai tampak gusar.

“Jiyoo, kau baik saja?” tanya Minki.
“Oppa sudah selesai?”
“Hampir, kenapa?”
“Sangat tidak bersahabat. Cepatlah Oppa!”
“Coba nyalakan!”
“On.”
“Semua?”
“Nee.”
“Ok. Beres!”

Ai mengamati ruangan sempit itu lalu segera keluar bersama Minki. Junghsin dan Moonsik kompak berdiri dari duduknya diatas lantai melihat Ai dan Minki keluar. Wajah keduanya, terlebih Ai terlihat sangat pucat.
-------

Ai meneguk teh yang di berikan Moonsik. Ia terlihat lebih tenang kini. Jungshin yang duduk tepat berhadapan dengan Ai terus menatap Ai.

“Kenapa kau menatap adik ku seperti itu?” tanya Minki.
“Oh, anee... ma’af telah merepotkan kalian.”
“Kau punya banyak uang, kenapa tidak menyewa mudang (dukun) saja?”
“Pernah, beberapa kali, namun mereka bukan orang dengan kemampuan yang sebenarnya.”
“Jadi, kau tertipu?” Minki dengan senyum tertahan.
“Begitulah.”
“Oppa, bukankah ini keren? Kita seperti pemburu hantu. Hah, profesi yang bisa kita perhitungkan bukan?”
“Ish! Kau mau?”
“Eum... bisa dipertimbangkan.”
“Dasar!”
“Gudang itu pernah akan dibongkar.” Moonsik duduk bergabung. “Tiba-tiba beberapa pekerja kesurupan massal. Sekolah mencoba mengusir mereka dengan menyewa beberapa mudang, namun tak satu pun berhasil.”
“Paman bilang hanya satu padahal banyak.” Protes Ai. “Dan gadis di gudang itu sangat tidak bersahabat, beda dengan Yoojin.”
“Yoojin??” tanya Jungshin.
“Nee. Yang sering kalian sebut hantu toilet kelas X.”
“Yang sering muncul adalah gadis lalu menghilang dalam gudang itu.” Kata Moonsik. “Aku tidak tahu jika ada yang lain disana. Yang aku dengar dari para pendahulu, disana dulu pernah ada gadis bunuh diri, menggantung dirinya disana.” Suasana berubah hening.
Ai menunduk, “jangan dilanjutkan lagi.” Kata Ai. “Dia... disini.”
Suasana jadi sedikit tegang. Jungshin mengamati sekitar. Minki mengelus tengkuknya dan Moonsik menunduk mengaduk tehnya.
“Hah... aku tidak yakin kita akan berhasil.” Imbuh Ai.
“Jangan pesimis. Kita lihat saja bagaimana besik, em?” Jungshin tersenyum manis.
-------

“Sekali lagi, terima kasih Fujiwara. Sampai jumpa besok pagi.” Jungshin pamit lalu melajukan mobilnya.
Ai dan Minki berjalan pulang bersama. “Ada apa dengan anak-anak itu?” tanya Minki.
“Anak-anak yang mana?”
“Viceroy.”
“Eum... entahlah. Hah... besok aku akan sangat sibuk.” Keluh Ai. “Pasti melelahkan, sangat.”
“Jiyoo, bagaimana jika salah satu dari keenam pangeran itu benar menyukai mu?”
“Aku terlajur menyukai seseorang dan tak terpikirkan oleh ku sedikit pun tentang enam raja muda, Viceroy. Lagi pula, hanya ada dalam film, kisah pangeran jatuh cinta pada itik buruk rupa.”
“Itik buruk rupa? Hey, kau ini juga seorang Tuan Putri. Putri Jeonggu Dong, itu gelar mu kini bukan?”
“Itu menggelikan Oppa.”
“Seseorang, yang kau maksud, guru itu?”
“Em! Aku rasa dia cinta pertama ku!”
“Yakin sekali? Dulu kau bilang jika aku lah cinta pertama mu, lalu sekarang?”
“Hehehe... iya Oppa cinta pertama ku dan dia... dia orang yang aku jatuh cinta pada pandangan pertama?”
Minki tersenyum lalu mengelus kepala Ai. “Sebaiknya berhenti saja. Kau, jangan membiarkan rasa itu tumbuh semakin subur.”
“Wae?” Ai menghentikan langkahnya.
“Aku khawatir nantinya kau akan patah hati. Jadi tolong pikirkan ulang tentang itu, em?”
“Apa karena perbedaan usia kami yang terlalu jauh?”
“Banyak faktor. Cobalah seperti sebelumnya, lihat, dengar dan rasakan. Pikirkan lagi tentang perasaan mu itu, em?” Minki kembali mengelus kepala Ai lalu kembali berjalan.
Ai masih diam ditempat ia berdiri dan menatap punggung Minki.
***

Pagi-pagi Jungshin sudah berangkat. Walau demikian Ai tetap lebih dulu sampai daripada dirinya. Keduanya segera menuju gudang tempat mereka meninggalkan kamera semalam. Keduanya terkejut melihat peralatan mereka porak-poranda. Empat handycam itu berserakan dilantai. Ai dan Jungshin segera memeriksanya satu per satu.

“Kemarilah!” panggil Ai. “Coba lihat ini!” sambil menunjukan handycam ditangannya.
“Omo! Itu??? Fujiwara, kita berhasil??” Ai mengangguk dan Jungshin amat senang hingga memeluk Ai. “Ehem! Ma’af.” Kata Jungshin kemudian.
“Pergilah dulu.” Ai memberikan handycam ditangannya.
“Bagaimana dengan mu?”
“Ada hal yang harus aku lakukan, sebentar saja.”
“Em, baiklah. Fujiwara, kamsahamnida, jongmal kamsahamnida.” Jungshin membungkuk lalu pergi.
Ai tersenyum melihat tingkah Jungshin. Ia kemudian mengamati sekitarnya. “Kamsahamnida, teman-teman tidak tampak ku,” Ai tersenyum dan membersihkan peralatan yang masih berserakan. Ia kemudian kembali menggelar upacara kecil sebelum pergi.


Ai berjalan sambil membersihkan seragamnya. Hampir saja ia bertabarkan dengan Hanbyul. Hanbyul menatap heran Ai. Seragam Ai sedikit kotor disana sini.

“Kau darimana? Sepagi ini kenapa seragam mu, kotor?” sapa Hanbyul.
“Gudang belakang sekolah.” Jawab Ai kemudian kembali sibuk membersihkan seragamnya.
Hanbyul tersenyum melihatnya. Ia kemudian mendekat dan mengambil benang putih, sarang laba-laba yang menghiasi kepala Ai. Hanbyul kemudian mengambil sapu tangannya dan membersihkan debu di kening Ai.
Tangan memegang ponsel dan mengabadikan momen pertemuan Ai dan Hanbyul pagi ini.
Ai menarik diri menjauh dari Hanbyul. “Gomawo,” Ai membungkuk lalu segera pergi dari hadapan Hanbyul.
Hanbyul tersenyum sendiri lalu menghela nafas panjang dan berjalan pergi.
-------

“Omo! Omo!” Minhwan ikut melihat rekaman dalam handycam Jungshin. “Ini, ini benar terekam kamera mu? Daebak... bayangan putih itu seperti seorang gadis ya?”
“Kau yakin itu penampakan? Bukan tipuan kamera?” Byunghun meragukan keaslian video rekaman milik Jungshin.
“Dari empat kamera, hanya ini yang tersisa. Jika kau ragu, aku bisa memebawa mu ke gudang. Fujiwara mungkin masih disana.”
“Fujiwara?” tanya Minhwan.
“Iya. Ini karena bantuannya. Mengejutkan, dalam semalam langsung berhasil.”
“Wah, semua rekan ku makin gencar melakukan pendekatan. Minhwan, bagaimana dengan mu?” tanya Byunghun.
“Aku... kau sendiri bagaimana?” Minhwan balik bertanya.
“Tentu saja kau sudah punya rencana.”
Minhwan keluar kelas dengan wajah kesal. Ia kemudian melihat Myungsoo dan Sunghyun. Minhwan berseri dan mengejar keduanya.

“Sunrise Harmony in the Summer Time?” Taemin membaca judul proposal yang baru diserahkan Myungsoo.
“Nee. Mungkin bisa berubah sa’at pertunjukan nanti.”
“YOWL sudah menyerahkan proposal mereka lebih dulu dari kami?” tanya Sunghyun.
“Nee. Summer Windmill.”
“Summer Windmill??”
“Siapa saja yang jadi rekan mereka?” tanya Minhwan.
“Ma’af. Itu rahasia.” Tegas Taemin.
-------

“Jadi kita berdiri sendiri? Hah... Stardust yang malang....” keluh Jonghyun.
“Bukankah ini menguntungkan? Kita jadi pihak netral, bebas menentukan pilihan kita pada siapa, maksud ku dukungan kita. Polling masih berlanjut bukan? Dan mereka telah menyerahkan konsep masing-masing pada Dewan Senior. Aku tidak sabar menunggu bulan juni tiba.” Terang Sungyeol.
“Kalian urun suara?” tanya Joonghun.
“Sudah. Aku memberikan suara ku untuk YOWL. Walau mereka tak jadi melamar Stardust, aku masih ingin mendukung mereka.” Jawab Jonghyun.
“Wah, aku masih ragu akan memberikan suara ku pada siapa.” Komentar Sungyeol. “YOWL atau Viceroy??”
“Aku juga telah memberikan suara ku untuk YOWL.” Joonghun sambil menatap Jinwoon yang duduk diatas meja menatap keluar jendela.
***

Jam sekolah berakhir. Ai menghilang sejak pelajaran jam terakhir. Murid-murid mulai meninggalkan sekolah, termasuk YOWL dan Viceroy. Minhwan mengendap-endap mengikuti langkah Byunghun. Byunghun tampaknya buru-buru, ia berjalan cepat menuju gedung olah raga. Tanpa diketahui Byunghun, diam-diam Minhwan membuntuti sahabatnya itu. Byunghun memasuki gedung olah raga. Minhwan menghentikan langkahnya. Ia tak bisa masuk karena Byunghun menutup rapat pintu gedung olah raga. Minhwan memikirkan cara, bagaimana agar ia bisa melihat ke dalam. Minhwan menuju kelas terdekat dan mengambil kursi. Minhwan memanjat kursi dan mengintip ke dalam gedung olah raga melalui jendela kecil yang letaknya agak tinggi. Mata sipit Minhwan melebar melihat kejadian di dalam gedung olah raga.

Byunghun berdiri berhadapan dengan Ai. Ai tampak tenang, berdiri tepat di depan Byunghun. Ai masih memakai seragam sekolahnya ditambah dengan celana olah raga panjang. Byunghun melepas jasnya dan mengendori dasi di lehernya kemudian menyisingkan lengan bajunya. Minhwan menelan ludah, ia penasaran pada apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Aku tidak akan bersikap lunak walau kau seorang anak perempuan,” kata Byunghun.
“Kau terlihat lunak sa’at kau berani menantang seorang anak perempuan untuk berduel.”
“Kau bicara tentang siapa? Dirimu? Kau yakin kau ini perempuan? Aku hanya ingin membuktikan tentang kebenaran julukan Putri Jeonggu Dong. Apa benar kau sehebat itu? Menghajar dua preman sampai babak belur. Ayo lawan aku!”

Minhwan tak menyangka jika Byunghun serius pada ucapannya. Byunghun akhirnya benar menantang Ai duel. Dan menurutnya ini adalah metode yang ia tempuh untuk mendekati Ai. Byunghun menyerang dan Ai menghindar. Berulang kali Byunghun menyerang, Ai terus menghindarinya. Sekali Ai menyerang, ia berhasil menghadiahkan pukulan di tubuh Byunghun. Gerakan luwes Ai berhasil menghindari setiap serangan Byunghun dan ketika ia menyerang balik, hasilnya tak pernah meleset. Ai selalu berhasil mengukir pukulan di tubuh Byunghun. Serangan terakhir, Ai berhasil menjatuhkan Byunghun. Byunghun jatuh terduduk di lantai. Ai mengulurkan tangan kanannya. Byunghun masih dengan nafas terengah-engah menatap Ai. Ai menarik tangannya kembali.

“Makhluk dari planet mana kau ini?” tanya Byunghun.
“Jeonggu Dong.” Ai menyangklet tasnya. “Teknik mu sangat bagus, sayang kau ragu-ragu.  Keraguan itu juga yang membuat mu kalah dari Jaejoong? Aku pergi.”

Minhwan bersembunyi di balik semak-semak sa’at Ai lewat. Ai tersenyum dan menggeleng pelan sambil tetap berjalan pergi menyadari keberadaan Minhwan. Minhwan segera menyusul Byunghun ke dalam gedung olah raga.

“Byunghun~aa!!” Minhwan berlari kecil mendekati Byunghun yang terkapar di lantai. “Byunghun~aa, kau baik-baik saja??”
Byunghun masih terbaring dan menatap langit-langit lalu ia tersenyum sendiri.
-------

“Ma’af, kami terlambat.” Byunghun masuk bersama Minhwan.
Empat member Red Venus dan empat member Viceroy sudah berkumpul dalam studio milik Sunghyun itu.
“Darimana kalian?” tanya Sunghyun.
“Aku latihan sebentar dan Minhwan menemani ku,” Byunghun merangkul Minhwan.
“Iya benar. Aku menemani Byunghun berlatih sebentar.” Minhwan membenarkan. Byunghun dan Minhwan segera duduk bergabung.
“Jadi apa intinya? Sunrise Harmony in the Summer Time?” tanya Byunghun.
“Kita akan membagi Viceroy dan Red Venus dalam dua tim. Kami, aku, Soojung dan Yiyoung akan bernyanyi daan menari bersama Myungsoo, Sunghyun dan kau, Byunghun.” Terang Gyuri.
“Oh, cover song dan menari, ok.” Byunghun mengangguk paham.
“Lalu akan ada duet Hanbyul dan Chaerin, bersama Viceroy.” Imbuh Soojung.
“Chaerin dan Hanbyul?” tanya Minhwan.
“Nee. Hanbyul sangat ingin menyanyikan lagu itu, Evanescence-Bring Me To Life.”
“Oh, lagu itu. Bagus juga.” Minhwan manggut-manggut. “Lalu Jieun?”
“Karena dia juga Dewan Senior, maka dia hanya akan tampil bersama Red Venus, membuka penampilan kita,” terang Yiyoung.
“Apa kita akan menang dengan ini?” tanya Myungsoo. “Tidak ada hadiah untuk kompetisi ini namun kita benar-benar harus berperang dengan YOWL secara resmi, aku sedikit khawatir. Bagaimana pun juga YOWL tidak bisa diremehkan.”
“Andai saja kita bisa tahu sedikit tentang konsep mereka. Aku mencoba merayu Jieun, tapi nihil.” Kata Yiyoung.
“YOWL bisa memainkan lagu terkenal dengan warna mereka sendiri, totalitas bermusik merekaa terkadang membuat ku ngeri juga jika mengingat pertarungan ini.” Komentar Sunghyun. “Tapi kalian jangan berkecil hati. Penilaian akan di lakukan secara adil.”
“Lagi pula polling kita masih unggul sampai sa’at ini.” Sambung Chaerin.
“Jika ada ide, jangan sungkan untuk mengungkapnya.” Pinta Myungsoo dan semua mengangguk paham.
***

Hal ini terjadi lagi. Ai terbangun di tengah malam karena mimpi buruk. Ai duduk dengan nafas terengah-engah dan wajah penuh keringat. Berulang kali Ai mimpi buruk dan Jinwoon ada di dalam mimpinya. Bekalangan ini Ai sibuk dengan proyeknya hingga jarang memperhatikan Jinwoon seperti sebelumnya.
Ai masih memikirkan mimpi buruknya semalam juga mimpi-mimpi sebelumnya. Ai menggeleng dan terus berjalan menyusuri koridor  yang menuju ke perpustakaan. Minhwan diam-diam membuntuti Ai. Ia tak tahu harus menggunakan cara apa untuk mulai pendekatan pada Ai. Minhwan tak mau kalah dari teman-temannya. Hari ini ia mewujudkan rencananya, membuntuti Ai dan berharap ada kesempatan baginya untuk bisa mendekati gadis itu. Minhwan menghentikan langkahnya dan segera bersembunyi. Ia mengintip dari tempat persembunyiannya. Minhwan melihat Ai berpapasan dengan Jinwoon dan keduanya berhenti di koridor.

“Tunggu!” cegah Ai sambil menghentikan langkahnya. Jinwoon mendengaranya dan berhenti. Keduanya tetap pada posisi masing-masing, berhenti dan berdiri saling membelakangi. Kemudian Ai membalikan badan menatap punggung Jinwoon yang masih berdiri membelakanginya. Ai hendak bicara namun lapisan plafon yang berada tepat diatas kepala Jinwoon menarik perhatiannya. Plafon itu retak dan sepertinya akan runtuh.

“Oppa!!” Ai mendorong tubuh Jinwoo. “Aa!!!” jerit Ai kemudian.

Jinwoon yang tiba-tiba di dorong sedemikian rupa oleh Ai benar terkejut. Ia menoleh dan mendapati Ai sudah terduduk di lantai. Lapisan plafon itu runtuh dan menimpa Ai. Jinwoon tertegun melihatnya. Minhwan segera berlarui menghampiri Ai.

“Fujiwara... kau baik-baik saja??” Minhwan membantu membersihkan kepala Ai. “Aigoo... bagaimana jika kau terluka? Ayo, aku akan menggendong mu ke klinik.”
“Aku baik-baik saja.” Kata Ai sambil membersihkan seragamnya.
“Baik-baik saja? Kau lihat betapa tebalnya lapisan ini? Ayo!”
“Aku bisa jalan.”
“Baiklah, aku akan mengantar mu ke klinik.”
Minhwan memapah Ai. Keduanya melewati Jinwoon yang masih tampak syok. Minhwan sempat menatap Jinwoon dan menggeleng heran.
-------

“Dokter, sudahlah. Aku baik-baik saja.” Ai menolak Joongki yang akan memeriksanya.
“Atap itu jatuh tepat menimpa kepala mu, apa kau yakin baik-baik saja? Setidaknya biarkan Dokter Song memeriksa kepala mu.” Minhwan benar khawatir.
Ai menghela nafas dan pasrah membiarkan Joongki memeriksanya. Joongki langsung memeriksa kepala Ai yang masih sedikit kotor.
“Ajaib. Hanya tergores sedikit. Kau ini sebenarnya manusia apa bukan?” goda Joongki. “Tertimpa lapisan atap setebal 3cm itu tepat di atas kepala mu, kau bahkan tidak pingsan dan masih kuat berjalan kemari, daebak. Kau ini alien ya?”
“Bukan tapi aku vampire. Sekarang terasa sedikit berat kepala ku dan sangat sakit, panas disini.” Ai mengelus pundak kanannya.
“Buka baju mu!” perintah Joongki.
“Nee??” Ai melotot kaget.
“Aku khawatir ada luka disana.”
“Tapi...” Ai menatap Joongki lalu Minhwan.

Joongki dan Minhwan keluar sementara itu seorang perawat wanita msuk untuk memeriksa Ai. Ai membuka jasnya dan sedikit membuka bajunya. Benar yang di khawatirkan Joongki, ada luka gores lumayan parah disana. Perawat itu mengobati luka Ai. Kemudian ia keluar dan menjelaskannya pada Joongki. Joongki sendiri dibuat heran. Seragam Ai tak robek namun pundaknya bisa terluka.
-------

Joongki dan Minhwan ada di tempat dimana Ai kejatuhan lapisan atap. Minhwan menjelaskan kronologi kejadian sesuai yang ia lihat.

“Fujiwara benar-benar beruntung. Jika lapisan runcing itu jatuh lurus di kepalanya, hah...” Joongki menggeleng. “Untung lapisan itu jatuh pada bahunya.”
“Apa luka Fujiwara serius??”
“Tidak. Setelah di beri obat pasti akan kering. Baiklah Choi Minhwan, terima kasih sudah membantu. Aku harus kembali karena pasien ku ini sedikit bandel.”
“Nee. Aku akan melapor.”
“Ok.” Keduanya berpisah.
-------

Hanbyul berlari menuju klinik sekolah usai menerima pesan singkat dari Minhwan.

“Kenapa aku mengirim sms pada Hanbyul??” gumam Minhwan. “Ah.” Dia melanjtukan perjalanannya menuju ruang tata tertib untuk melapor.

Hanbyul tiba di ruang kesehatan namun Joongki menahannya. “Dia baru saja istirahat. Karena dia bandel aku sengaja melakukan ini.”
“Dokter melakukan apa??” tanya Hanbyul.
“Mencampur obat tidur dalam minuman Ai. Dia benar-benar harus istirahat. Hanya itu cara yang bisa aku tempuh.”
“Oh... baiklah.”
“Hah... aku harus menghalau YOWL juga teman-teman Ai yang lain. Mereka pasti akan menyerbu klinik. Aku harus memberi tahu Hyuri agar membantu ku.” Joongki meninggalkan Hanbyul.
Hanbyul berjalan mendekali pintu kamar tempat Ai di rawat. Hanbyul hanya bisa berdiri disana walau sebenarnya ia sangat ingin masuk dan melihat Ai.
-------

Jinwoon berdiri diam di dekat jendela. Ia menatap keluar jendela dan tak bisa ia pungkiri jika ia memikirkan dan mengkhawatirkan Ai. Gambaran kejadian di koridor berulang kali muncul dalam benaknya. Jerit suara Ai yang memanggilnya ‘Oppa’ terus terniang di telinga Jinwoon.

“Jinwoon!!” Sungyeol berlari masuk dan menghampiri Jinwoon. “Jinwoon, benarkah orang dalam foto ini, kau??” Sungyeol menunjukan ponselnya pada Jinwoon.



-------TBC--------

matur suwun
.shytUrtle_yUi.

Fan Fiction FF

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

23:00

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 

. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
 
 Episode #13

Jam sekolah berakhir. Jaejoong dan ketiga rekannya Wonbin, Minhyuk dan Jaejin menunggu Ai di gerbang. Namun yang muncul hanya Wooyoung dan Kibum.
“Nona bersama kalian?” tanya Wooyoung.
“Itu yang akan aku tanyakan pada mu.” Jawab Jaejoong.
“Ai tidak bersama kalian, apa dia bersama Hyuri?” tanya Jaejin.

Hyuri berjalan menyusuri koridor sendirian. Ia berjalan sambil sibuk mengotak-atik ponselnya dan tidak fokus hingga ia menabrak seseorang. Ponsel Hyuri terjatuh di lantai dan ia terbelalak melihat mpat orang gadis yang berdiri mencegatnya.
‘Red Venus?’ batin Hyuri. Hyuri sedikit merasa takut dan khawatir karena ia sendirian kini. Dan diketahui banyak orang jika ia dekat dengan YOWL. Ini bisa jadi mimpi buruk bagi Hyuri.
“Kenapa cucu dari penndiri Hwaseong Academy ini memilih bergaul dengan orang kelas rendah seperti YOWL?” Gyuri mulai bicara.
“Menurut hukum psikologi, sejenis akan menarik sejenis, mungkin karena sejenis maka mereka bisa bertahan bersama,” sambung Soojung.
“Bagaimana dengan strata sosial diantara mereka?” imbuh Chaerin.
“Strata sosial dan perbedaan dengan sendirinya akan melebur ketika seseorang telah merasa cocok dengan orang lainnya,” jawab Yiyoung.
Chaerin memungut ponsel Hyuri dan mengembalikannya. “Sebaiknya kau berhati-hati dengan siapa kau bergaul.” Kata Chaerin sebelum pergi.
Hyuri berdiri diam menatap empat member Red Venus yang berjalan pergi meninggalkannya.
“Kenapa kau memilih jalan yang membawa mu untuk di lukai?” Myungsoo berjalan menuruni tangga. Hyuri membalikan badan dan menatap Myungsoo. Myungsoo berjalan mendekat dan berhenti di depan Hyuri. Ditatapnya gadis itu. Myungsoo tersenyum lalu pergi.

Hyuri berjalan cepat memeluk buku dan menundukan kepala. “Hyuri!” Jaejoong menyambut Hyuri. “Ai, apa dia bersama mu?”
“Tidak.” jawab Hyuri tanpa menghentikan langkahnya atau mengalihkan pandangannya pada Jaejoong.
“Kau tahu dimana Ai?” tanya Jaejin.
“Molla!”
“Dia kenapa?” Minhyuk heran.
“Hyuri!” Kibum mengejar Hyuri, menarik tangan gadis itu hingga Hyuri menghentikan langkahnya. “Apa terjadi sesuatu?” tanya Kibum setelah berhasil menghentikan langkah Hyuri. Hyuri menatap Kibum, Wooyoung lalu keempat member Viceroy. Hyuri menghela nafas panjang dan kembali tenang.
“Mianhae,” kata Hyuri lirih. Kibum melepas pengangannya pada lengan Hyuri.
“Mereka menyakiti mu lagi? Viceroy?” Tanya Jaejin.
“Empat member Red Venus menemui ku, mengatakan hal-hal yang… yang sangat tidak penting.”
“Red Venus??” Minhyuk tak percaya yang di dengarnya.
“Kenapa aku kesal karenanya? Harusnya aku bangga akan hal ini. Mereka memperhatikan aku dan mungkin merasa iri pada ku karena aku bisa dekat dengan kalian, YOWL.”
Minhyuk merangkul Hyuri, “kau semakin kuat sekarang.”
“Benar. Mereka itu iri pada mu, jadi kau harus tunjukan siapa diri mu sebenarnya, em?” Jaejin ikut menyemangati.
“Lihat! Bagaimana orang yang kau kejar mati-matian itu. Mereka tak secantik penampilannya,” Minhyuk menatap Jaejoong.
“Hah… dimana Ai?” Jaejoong masih gusar mencari Ai.
“Oh, kalian tahu jika ponsel Ai hilang? Mungkin dia pergi mencarinya.” Kata Hyuri.
“Hilang?? Bagaimana bisa?” tanya Jaejoong.
“Pantas saja tidak aktif,” Kibum menyimpan ponselnya kembali. “Hilang dimana?”
“Entahlah, Ai juga tidak yakin akan hal itu. Dia sangat panik, semua nomer calon patner YOWL ada disana dan Ai belum membalas satu pun pesan yang masuk.”
“Wah… ini gawat. Mimpi buruk.”
***

Ai melompat turun dari bangku taman ketika Hanbyul datang. “Kau datang!” sapa Ai. Hanbyul menoleh dan menatap heran seseorang yang berjalan menghampirinya dengan kepala tertutup topi jaket. “Ini aku!” Ai membuka topi jaketnya.
Hanbyul tersenyum lebar melihat Ai. “Syukurlah benar disini tempatnya.”
“Ponsel ku!” Ai menadongkan tangan.
Hanbyul segera menarik senyumnya dan ekspresi itu berubah terkejut. ‘Apa tidak bisa basa-basi dulu? Padahal sangat sulit untuk bertemu.’ Batin Hanbyul.
Ai memiringkan kepala dan menurunkan tangannya mengamati Hanbyul, “kau meminta kompensasi?”
“Mwo??” pertanyaan Ai membawa kesadaran Hanbyul kembali. “Kompensasi?” bisik Hanbyul. “Oh, nee. Tentu saja. Bayangkan jika yang menemukan ponsel mu itu orang lain?”
“Baiklah. Apa ganti ruginya? Kau mau apa?”
‘Orang macam apa gadis ini?’ gumam Hanbyul dalam hati. “Temani aku, aku bosan.”
“Ok!”
“Ok?”
“What can I do to get rid of your boredom?”
“Eum? Accompany me going somewhere.”
“Ok. Where do you want to go to? Let's kick out your boredom.”
“Namsan?”
“Namsan?”
“Nee. I’m really wanna go to Namsan Tower.”
“Ok. Kau bawa mobil?”
“Nee, wae?”
“Ponsel ku, tolong, sebentar saja.” Hanbyul pun memberikan ponsel Ai kembali. Ai mengaktifkan ponselnya dan menelfon seseorang. “Kita tunggu sebentar,”  Ai kembali mematikan ponselnya dan memberikannya kembali pada Hanbyul. Ai memimpin Hanbyul untuk duduk dibangku taman.

Ai dan Hanbyul duduk berdampingan namun saling terdiam. Keduanya menunggu hingga beberapa menit. Ai kemudian bangkit dari duduknya dan melambaikan tangan. Myeongran berlari mendekati Ai dan Hanbyul.

“Nuna??” Hanbyul turut bangkit dari duduknya.
“Annyeong…” Myeongran memberi salam. “Ada apa Nona meminta ku kemari?” tanya Myeongran pada Ai.
“Onni bisa menyetir?”
“Nee.”
Ai beralih menatap Hanbyul, “mana kunci mobil mu?”
“Nee??” Ai tetap menadongkan tangannya dan sekali lagi Hanbyul menurut. Ia memberikan kunci mobilnya pada Ai.
“Onni, tolong bawa mobil Hanbyul pergi dari sini.” Ai memberikan kunci ditangannya pada Myeongran.
“Mwo??” Myeongran dibuat bingung.
“Bawa kemana saja, asal jauh dari Jeonggu Dong, nanti aku akan menelfon Onni lagi untuk membawanya kembali, bisa kan?”
“Ah, nee…” walau masih bingung Myeongran menurut saja dan pergi.
“Fujiwara, what’s that mean?” tanya Hanbyul.
“Let’s go to Namsan Tower!”
“But you sent my car to somewhere else?”
“Let me take you there using my own way, kaja!” Ai berjalan memimpin. Hanbyul berlari kecil mengejar lalu berjalan disamping kanan Ai.
“You make me so confused.”
Ai hanya tersenyum menanggapinya.


*Led Apple-Barae (Hope)*

Ai mengajak Hanbyul naik bus untuk menuju Namsan. Ini pertama kalinya bagi Hanbyul, naik angkutan umum, bus. Hanbyul terlihat benar menikmati perjalanannya. Ia taak sungkan bertanya-tanya pada Ai. Ai pun bertindak sebagai pemandu yang baik bagi Hanbyul. Suasana di Namsan Tower cukup ramai sore itu ketika Ai dan Hanbyul tiba disana.

“Kenapa kebanyakan orang ingin pergi ke Namsan?” Ai kembali memulai obrolan.
“Karena tempatnya romantis?”
“Romantis?? Itu terdengar lucu.”
“Kau pernah kesini sebelumnya?”
“Nee.”
“Bersama kekasih mu?”
“Minki Oppa lalu bersama Jaejoong, Wonbin, Minhyuk, Jaejin dan Kibum. Aku senang melihat panorama dari kereta kabel, sangat indah. Seperti melayang di udara,” Ai tersenyum mengenangnya. “Ayo kita coba.”
“Ok.”

Ai tersenyum melihat ekspresi Hanbyul. Hanbyul benar-benar menikmati perjalanannya dalam kereta kabel. Ai berdiri di pojok kereta dan diam. Hanbyul mengambil beberapa foto. Ia kemudian menangkap Ai dalam bidikan kamera ponselnya. Tanpa sepengetahuan Ai, Hanbyul mengambil beberapa foto gadis itu. Keduanya kemudian berjalan menuju puncak.

“Oh, itu paviliun Palgakjeong.” Tunjuk Ai pada gazebo dengan gaya bangunan khas bangunan Korea kuno itu. Keduanya segera menuju kesana.
“Woa… it’s so fantastic!” Hanbyul terlihat sangat senang.

Ai berdiri menyandarkan punggungnya pada salah satu pilar gazebo. Ia tersenyum melihat ekspresi Hanbyul. Hanbyul kembali mengambil beberapa foto dirinya juga pemandangan di sekitarnya. Ia membidikan kamera ponselnya ke segala arah. Hanbyul kembali menangkap Ai dalam bidikan kamera ponselnya. Gadis itu tak menyadarinya. Ia tetap berdiri di dekat salah satu pilar gazebo dan diam memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Hanbyul tersenyum lalu mengambil beberapa foto Ai. Setelah puas mengambil gambar-gambar Ai, Hanbyul menghampiri gadis itu.

Ai kemudian mengajak Hanbyul menuju pagar tempat digantungnya gembok-gembok dan merupakan tempat favorit bagi setiap pasangan yang datang ke Namsan Tower. Ai kembali menjauh dan memilih diam membiarkan Hanbyul menikmati waktunya di Namsan.

“Ini!” Hanbyul tiba-tiba menyodorkan sebuah gembok warna pink pada Ai.
‘Pink?’ batin Ai sambil menatap aneh pada gembok itu. Ai memang tidak terlalu suka pada warna pink.
“Oh, apa kau sudah pernah mencobanya sebelumnya?”
“Kau percaya pada mitosnya?”
“Eum, entahlah. Bagaimana kalau kita mencobanya?”
“Kita??”
“Kita buat permohonan bersama lalu menyatukan gembok kita dan menggantungnya, bagaimana? Ah, kita buat untuk Viceroy dan YOWL, bagaimana?”
“Baiklah.” Akhirnya Ai menyerah juga dan Hanbyul tersenyum lebar.
Keduanya menulis harapan singkat pada gembok masing-masing lalu mereka menyatukan gembok itu dan menggantungnya. Hanbyul lalu membuka kunci dari dua gembok itu.
“Kita akan lihat bagaimana hasilnya,” kata Hanbyul penuh semangat.

Langit berubah gelap. Ai berada di balkon observasi. Ia berdiri menatap keluar dinding kaca melihat gemerlap lampu kota Seoul yang terlihat bagai bintang di langit malam. Hanbyul kembali dengan membawa dua kaleng minuman ditangannya. Langkah Hanbyul terhenti. Ia memperhatikan Ai yang tak menyadari kehadirannya. Tatapan yang tak pernah hanbyul lihat sebelumnya dari seorang Fujiwara Ayumu. Tatapan sendu mencerminkan kesedihan yang teramat dalam terlukis di wajah ayu Ai. Hanbyul terdiam, berdiri mematung menatap Ai. Ai kemudian menoleh dan menyadari kehadiran Hanbyul. Hanbyul tersenyum dan berjalan mendekati Ai.

“Aku tidak bisa meminumnya,” kata Ai sebelum Hanbyul memberikan salah satu minuman kaleng ditangannya pada Ai.
“Tunggu sebentar.” Hanbyul merogoh kantung jaketnya dan memberikan satu kotak susu coklat dan sebuah lolipop coklat.
“Thanks.” Ai tersenyum lebar dan tulus, terlihat sangat manis. Dan senyuman tulus pertama yang di lihat Hanbyul dari seorang Fujiwara Ayumu. Ai segera meminum susu kotak pemberian Hanbyul. Hanbyul tersenyum melihatnya.
“Apa kau menemukan inspirasi?” hanbyul kemudian meneguk isi minuman kalengnya. “Berdiri diam menatap keluar dinding kaca, kau pasti sedang mencari inspirasi, benar tidak?”
“Tempat ku mencari inspirasi adalah toilet.”
“Mwo??”
“Nee. Itu tempat favorit ku.”
“Termasuk toilet berhantu di sekolah?”
“Em.” Ai mengangguk. “Kim Yoojin tidak banyak membantu namun tidak merepotkan juga.”
“Kim Yoojin??”
“Kau ini mata-mata Viceroy ya?”
“Mwo?? Tentu saja bukan. Apa untungnya menjadi, spy?”
“Kau tidak merasa bersalah dan telah berkhianat pada teman-teman mu karena kau pergi dengan ku?”
“Bagaimana dengan mu?”
“Aku terbiasa membuat aturan sendiri, ini bukan masalah besar bagi ku.”
“Member YOWL mencari mu?”
“Ponsel ku ada pada mu, mana aku tahu.”
Hanbyul teringat kejadian di taman. Ai kembali mematikan ponselnya usai menelfon Myeongran dan kembali memberikan ponsel itu pada Hanbyul. “Oh, ma’af.”
“Aku akan mengambilnya setelah selesai membayar kompensasi ini.”
“Ok.” Hanbyul kembali meneguk minumannya.
“Apa aku menarik perhatian mu?” pertanyaan Ai sukses membuat Hanbyu tersedak hingga terbatuk-batuk. Wajah Hanbyul memerah karenanya. Ai menoleh, menatap Hanbyul dengan tatapan datar seperti kebiasaannya. Hanbyul sedikit salah tingkah dibuatnya.
“Siapa band idola mu?” tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari mulut Hanbyul.
“Helloween dan sangat iri pada Amy Lee. Hah, dia itu wanita sempurna.” Puji Ai.
Hanbyul menghela nafas lega kemudian.
-------

Ai kembali membawa Hanbyul ke taman. Myeongran sudah menunggu keduanya disana. Hanbyul berdiri berhadapan dengan Ai.

“Thanks for all. I’m feel so fresh now,” Hanbyul tersenyum manis dan Ai senang melihat lesung pipi itu muncul di pipi kiri Hanbyul.
“Thanks for keep my phone well.”
“I hope, next time, we could going together again.”
“Hope so.”
“I’m leave.”
“Ok.”
Hanbyul pun pamit pergi. Ai dan Myeongran pulang bersama.

“Nona terlihat begitu dekat dengan Tuan Muda Jang. Kalian terlihat baik bersama.” Komentar Myeongran.
“Kelihatan demikian?”
“Nee. Kalian cocok.” Myeongran memberikan dua jempolnya. “Tuan Muda Jang, sejauh aku bekerja padanya, aku tak pernah melihatnya bersama seorang gadis, kalau pun ada yang berkunjung, Tuan Muda tak begitu hangat menyambutnya.”
“Berarti aku mendapat perhatian istimewa darinya?”
“Bukankah itu sangat terlihat?”
“Kaja!” Ai merangkul Myeongran.
***

Myeongran merasa risih ketika sampai di basecamp YOWL. Jaejoong, Jaejin, Wonbin dan Minhyuk mencegat Ai dan Myeongran. Tatapan keempatnya benar-benar membuat Myeongran merasa di adili.

“Kemana saja kau?” tanya Jaejoong.
“Kau tiba-tiba menghilang sa’at di sekolah. Kami tak menemukan mu disemua tempat.” Sambung Jaejin.
“Aku pergi mengambil kembali ponsel ku.” Jawab Ai santai.
“Siapa yang menemukannya?” tanya Minhyuk.
“Jang Hanbyul.”
“Mwo??” Jaejoong, Jaejin dan Minhyuk kompak. “Bagaimana bisa? Jang Hanbyul?” imbuh Jaejin.
“Pantas saja aku mencium bau asing, menempel padamu.” Komentar Wonbin.
Jaejin segera mendekati Ai dan mengendus bau yang dikatakan Wonbin. “Benar. Ada aroma paerfum lain. Ya, apa yang kalian lakukan?”
Ai teringat kejadian sa’at pulang. Bus penuh hingga Ai dan Hanbyul harus berdiri. Ai dan Hanbyul berdiri berhadapan dalam bus yang sesak. Dan mereka berdiri demikian hingga setengah jam lamanya.
“Bus penuh sesak, kami harus berdesakan sa’at pulang.” Jawab Ai.
“Bus?? Kalian…” Jaejoong tak melanjutkan ucapannya.
“Aku harus membayar kompensasi pada Hanbyul.”
“Kalian sedekat itu dan dia memeluk mu, dalam bus?”
“Ck! Berhenti berpikiran konyol!” Ai mendorong Jaejoong dengan ujung jari telunjuknya. “Hah, kita harus bekerja! Waktu kita tidak banyak!”
Wonbin, Jaejin dan Minhyuk menyusul langkah Ai sedang Jaejoong bertahan menatap Myeongran. “Nuna, apa yang sebenarnya terjadi? Apa mereka berkencan?”
“Nee?? Mo-molla.” Myeongran menggelengkan kepala.
“Myeongran Onni, dia hanya menjaga mobil Hanbyul. Kau tahu kan jika Myeongran Onni bekerja sebagai charlady untuk Hanbyul?” sahut Ai yang sudah duduk dan sibuk dengan ponselnya.
“Sebenarnya apa yang kalian lakukan?” Jaejin juga penasaran.
“Mengantar Hanbyul melihat Namsan, itu saja.”
“Sungguh??” Jaejoong masih curiga.
“Apa menguntungkan bagi ku jika aku berbohong? Yang terpenting ponsel ku selamat. Ini masa depan YOWL.”
***

Kedua daun pintu basecamp terbuka lebar. Ada satu meja dengan lima kursi lalu di depannya di tata rapi beberapa kursi. Yongbae membagikan amplop coklat pada setiap kursi. Minhyuk dan Jaejin tiba di basecamp. Keduanya di buat terkesan dengan tata ruang basecamp hari ini. Itu terlihat sangat resmi. Ai benar-benar ingin menyambut baik calon-calon rekannya. Jaejoong yang datang bersama Wonbin dan Kibum juga sama. Ketiganya terkesan dengan tata ruang basecamp hari ini. Yongbae tak lupa memamerkan ikebana buatannya pada keempat member YOWL dan Kibum.

Ai baru sampai. Dengan mulut terisi lolipop, tangan kiri memangku netbook dan kedua telinga tertutup headphone, Ai berjalan memasuki basecamp. Ai tersenyum pada enam pemuda tampan yang kompak menatapnya. Ia kemudian duduk di kursi paling tengah dari lima kursi yang tertata berjajar di belakang satu meja panjang. Ai menyempatkan diri melihat ikebana yang di letakan tepat di hadapannya dan memujinya. Yongbae benar dibuat tersipu-sipu karenanya.

“Kau menyebar lamaran pada berapa orang?” tanya Minhyuk yang duduk diatas meja.
“Aku lupa.” Jawab Ai enteng.
“Lupa?? Aish!”
“Menurut mu, apa mereka semua akan datang kemari hari ini?” tanya Wonbin yang berdiri di samping Minhyuk.
“Entahlah. 50:50, mungkin. Semoga kita beruntung.”
“Bagaimana temanya?” tanya Kibum.
“Yoreumeun YOWL? Musim panas ini milik YOWL.” usul Jaejoong.
“Itu terlalu narsis.” Protes Jaejin.
“Konsep yang kalian usung?” tanya Kibum lagi.
“Iya, Ai. Bagaimana realisasinya? Kau bahkan tidak memberi bocoran pada kami.” Kata Jaejoong.
“Hah… aku jadi sedikit khawatir,” Ai berubah ragu.
“Nona. Ini daftar orang yang pasti bergabung.” Wooyoung datang bergabung.
“Benarkah??” Jaejin ikut bergabung membaca isi kertas yang baru diserahkan Wooyoung.
“Wah, ini lumayan. Aku pikir YOWL benar-benar tak akan dapat patner di sekolah. Apalagi setelah menolak Viceroy juga Stardust.” Komentar Minhyuk yang ikut membaca.
“Orang kita juga sudah berjaga di beberapa titik yang Nona minta.” Yongbae ikut melapor.
“Ok. Terima kasih atas kerja keras kalian untuk membantu ku. Hah… sa’atnya kita menunggu.”

Bukan hanya Ai yang merasa gundah, harap-harap cemas. Rekan-rekannya pun merasakan hal yang sama. Setelah memberikan jeda waktu selama seminggu, hari ini adalah penentuan apakah YOWL akan mendapatkan rekan-rekan mereka atau tidak. Hyuri datang 10menit lebih awal dari jam yang ditentukan dalam sms balasan Ai untuk semua yang mengirim pesan padanya.

Menunggu. Hal ini membosankan. Ai naik ke atas panggung dan mulai memainkan keyboardnya. Jaejin menyusul naik keatas panggung lalu Minhyuk dan Wonbin juga Jaejoong. YOWL memainkan alat musik mereka dan intro ‘Wind Of Change-Scorpions’ pun terdengar. Wonbin memainkan gitar akustik, Jaejoong pada melody. Ai mengambil alih tugas vokal Jaejoong dan bernyanyi. Junki tiba bersama Gahee. Ai yang masih bernyanyi diatas panggung sedikit mengerutkan dahi melihat Junki datang dengan seorang wanita yang tak di kenalnya. YOWL melanjutkan pertunjukan mereka. Jaeki dan Luhan datang. Yongbae mempersilahkan keduanya untuk duduk. Luhan langsung menikmati pertunjukan YOWL. selang beberapa menit kemudian, Sunggyu dan Chaebin tiba. Lalu Himchan dan Hyebyul. Kemudian beberapa orang yang menerima lamaran YOWL pun berdatangan. Himchan kaget melihat rekan-rekannya dalam club musik tradisional juga hadir. Ia segera menyapa rekan-rekannya itu. Penonton pun bertepuk tangan sa’at pertunjukan YOWL berakhir. Kelima member YOWL tak menduga yang datang akan sebanyak ini. Setidaknya jumlah itu adalah banyak bagi mereka, walau hanya seperempat dari yang diharapkan.

“Terima kasih sudah berkenan hadir. Inilah markas kami, YOWL.” Ai memberikan sambutan. “Sebelum menuju pada pokok pembahasan, saya ingin sekali lagi bertanya. Anda sekalian yang datang ekmari hari ini apakah benar menerima lamaran kami, YOWL, dan bersedia menjadi rekan kami? Jika Anda merasa terpaksa atau tak nyaman, Anda bisa pergi.”

Suasana menjadi hening. Ai menunggu, kalau-kalau ada yang berdiri untuk mundur menjadi rekan YOWL. Hingga beberapa detik berlalu, tidak ada yang beranjak dari tempat duduk masing-masing.

Ai tersenyum tulus, “kamsahamnida,” ia membungkukan badan. “Mari kita bekerja sama untuk Hwaseong Festival tahun ini. Nah, amplop coklat yang ada pada Anda sekarang adalah konsep yang akan kita kerjakan untuk pertunjukan nanti.”
“Ma’af!” Himchan mengangkat tangan kanannya.
“Nee, Kim Himchan Sunbaenim. Ada yang ingin Anda tanyakan?”
“Kenapa YOWL memilih kami?”
“Kita sama-sama golongan minoritas dan YOWL ingin mengusung konsep rock-tradisional, jadi YOWL butuh Anda sekalian. Kim Himchan dan Jung Hyebyul Sunbaenim, seperti yang kita tahu club pecinta musik tradisional Hogyeongi kurang mendapat perhatian dan peminat. Kalian mati-matian mempertahankan club ini agar tetap bisa berkarya dengan anggota yang sangat minim dan sekolah tak terlalu memperhatikannya bukan? Bukankah ini sa’at yang tepat bagi sesama golongan minoritas ini untuk bersatu?”
“Lihat! Misinya sangat keren,” bisik Luhan namun Jaeki tak mendengarnya malah sibuk melihat ke arah pintu masuk. “Jaeki?”
“Oh nee?? Ah, Oh Sehun Sunbaenim, sepertinya dia tidak datang.”
“Lalu bagaimana dengan kami?” tanya Chaebin.
“Park Chaebin Sunbaenim dan Kim Sunggyu Sunbaenim. Aku sering melihat duet kalian di Hongdae. Aku juga pengamen Hongdae.”
“Oh. Dia juga seniman jalanan Hongdae?” gumam Sunggyu tak percaya.
“Bagaimana dengan aku?” Luhan mengangkat tangan. Jaeki segera menatapnya heran.
“Xiu Luhan, pelajar dari Cina dan permainan seruling yang sempurna.”
“Ah, kau tahu??” Luhan tersipu malu.
“Mencari informasi tentang kalian bukanlah hal yang mudah. Terima kasih sudah bersedia bergabung. Kita bahas konsep kita sekarang. Terima kasih juga untuk Lee Junki Songsaengnim dan…” Ai menatap Gahee.
“Itu Park Gahee Songsaengnim. Guru biologi kelas XI,” bisik Jaejoong.
“Dan Park Gahee Songsaengnim. Mohon bimbingannya.” Ai tersenyum tulus dan Gahee pun membalas senyum.

YOWL dan rekan baru mereka membahas konsep pertunjukan yang di ajukan Ai. Mereka berdiskusi dan saling tukar pendapat. Jaeki hanya diam dan sesekali melihat ke arah pintu. Diskusi berjalan santai dan telah mencapai kesepakatan. Sehun berlari masuk dan lega melihat semua masih berada disana. Sehun kemudian berjalan mendekat sambil mengatur nafasnya.

“Apa aku terlambat?” tanya Sehun.
“Baru saja aku berpikir jika kau benar-benar menolak lamaran kami,” sambut Ai.
“Ah, aku juga ingin mengoyak-oyak Viceroy.”
“Welcome yo our world, Oh Sehun Sunbaenim.”
Jaeki tersenyum lega melihat Sehun tiba dan setuju bergabung dalam kubu YOWL. “Mereka terlihat akrab ya?” bisik Luhan.

“Kamsahamnida Songsaengnim,” Ai membungkuk di depan Junki dan Gahee setelah diskusi berakhir.
“Aku mengajak Gahee, karena dia teman baik ku dan aku rasa dia bisa membantu kalian dengan baik.” kata Junki.
‘Teman?’batin Ai yang segera tersenyum lebar. “Oh, nee, kamsahamnida. Itu ide yang baik.”
“Konsep YOWL sangat keren. Aku yakin kalian bisa memukul telak Viceroy.” Kata Gahee.
“Sayang tidak ada hadiah khusus untuk pemenang, tapi aku yakin YOWL tidak membutuhkan itu.” Imbuh Junki. “Baiklah, kami pamit pergi.”
“Songsaengnim akan mendampingi kami kan? Setiap latihan?”
“Tentu.” Junki tersenyum tulus. “Kami pergi.”
“Nee.” Ai tersenyum lebar. Ai kemudian kembali bergabung dengan rekan-rekannya, YOWL. ia tersenyum melihat Jaejin cs yang tak hentinya membahas pertemuan barusan.
***

Jaejoong menyerahkan proposal YOWL pada Dewan Senior. Jieun membaca isinya dan tersenyum.

“Summer Windmill, jadi itu tema kalian?” tanya Jieun.
“Nee. Yorumeun YOWL, musim panas tahun ini akan jadi milik YOWL.” Jaejoong penuh percaya diri.
“Ok.” Jieun tersenyum manis.
“Kalian tidak ingin menyantumkan nama rekan kalian dalam konsep?” tanya Taemin.
“Tidak.” jawab Wonbin.
“Baiklah. Kami akan mengumumkan tema YOWL saja.”
“Jika sampai bocor, berarti itu salah satu dari kalian.” Minhyuk membungkuk dan meletakan kedua tangannya pada meja.
“Jangan khawatir. Proposal masing-masing kubu adalah rahasia dan kami akan menjaganya dengan baik.” Daehyun tersenyum meyakinkan.
“Gomawo.” Tutup Jaejin dan keempat member YOWL ini pun pergi.
“Sebenarnya apa yang mereka rencanakan? Summer Windmill?? Kincir angin musim panas?” gumam Taemin.
“Dari nama-nama ini, aku hanya tahu tentang Kim Himchan dan Jung Hyebyul.” Kata Daehyun.
“Jieun, Viceroy belum menyerahkan proposal. Apa kalian belum menentukan konsep?” tanya Taemin.
“Aku belum tahu. Belum ada panggilan untuk berkumpul dari Myungsoo.”
“Jangan meremehkan YOWL.”
“Nee.”
“Hah… andai aku bukan Dewan Senior, aku yakin YOWL pasti akan melamar ku juga,” kata Daehyun tiba-tiba. Taemin dan Jieun kompak menatapnya lalu tersenyum dan menggelengkan kepala.
-------

“Song Hyuri!” panggil Hanbyul lirih yang memang sedang menunggu Hyuri lewat.
“Jang Hanbyul Sunbaenim?” Hyuri benar kaget lalu mengawasi sekitar takut ada yang melihat keduanya. “Ada apa?”
Hanbyul tersenyum tulus, “aku ingin mengucapkan terima kasih padamu. Kamsahamnida.”
“Nee?? Terima kasih?? Untuk apa??”
“Tentang Fujiwara.”
“Oh itu hehehe… Ah, Sunbaenim…??”
“Nee.”

Myungsoo memergoki Hanbyul dan Hyuri. Ia terus memperhatikan keduanya dengan tatapan curiga. Melihat ekspresi wajah Hyuri dan Hanbyul yang terlihat sama-sama berseri, Myungsoo makin curiga. Ada apa sebenarnya antara Hanbyul dan Hyuri?

“Kau ingin berpindah komunitas sekarang?” Myungsoo berjalan mendekati Hyuri setelah Hanbyul pergi.
Hyuri menatap sinis Myungsoo. “Wae? Kau takut?”
“Mwo? Untuk apa aku takut?”
“Aku dekat dengan YOWL dan kini aku juga dekat dengan salah satu member Viceroy. Hah, bisa kau bayangkan bagaimana jika aku membuat kekacauan diantara kalian?”
“Mwo??”
“Benar! Aku akan membuat kekacauan itu. Aku akan membuat kacau YOWL juga Viceroy. Kau tahu apa yang telah aku lakukan? Aku akan membuat Jang Hanbyul dan Fujiwara Ayumu saling menyukai.”
“MWO??”
“Hagh! Aku yakin kau akan menderita karenanya.”
“Mwo?? Ya! Song Hyuri!”
“Kenapa? Kau kaget? Inikah Song Hyuri yang sebenarnya? Iya, inilah Song Hyuri yang sebenarnya. Kalian pikir kalian hebat apa? YOWL juga Viceroy, beraninya kalian mengacaukan sekolah yang di bangun Nenek ku dengan susah payah ini!”
“Mwo??” Myungsoo makin bingung. “Kau mengancam?”
“Ini tidak hanya akan jadi ancaman atau peringatan! Sebaiknya kau mempersiapkan diri, Kim Myungsoo.” Hyuri tersenyum mencibir lalu berjalan pergi.
Myungsoo berdiri tertegun menatap punggung Hyuri. “Ada apa dengannya?? Benarka itu sosok sebenarnya Song Hyuri??”


Byunghun mencegat Ai yang berjalan sendiri sambil membuka lembar demi lembar halaman buku ditangannya.

“Ada apalagi?” tanya Ai malas.
“Aku menantang mu duel, Fujiwara Ayumu!”




-------TBC-------

matur suwun
.shytUrtle_yUi.

 

Search This Blog

Total Pageviews