Fan Fiction FF

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

21:04

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 

. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
  
Episode #23 (Last Story)

YOWL semakin giat berlatih mempersiapkan lagu mereka. Wonbin dan Jaejoong bekerja sama mengaransemen ulang lagu yang diciptakan Ai. YOWL duduk diujung panggung untuk istirahat. Hyuri membantu Kibum membagikan air mineral untuk member YOWL. Hanbyul tiba-tiba datang berkunjung ke basecamp YOWL sore ini. Ia tidak datang sendiri, Hanbyul membawa teman-teman Viceroy-nya. Hyuri senang melihat Myungsoo turut datang berkunjung. YOWL menyambut baik kunjungan Viceroy yang juga membawa Jieun bersama mereka. Viceroy juga Jieun dibuat kagum melihat basecamp YOWL. Besar, sederhana dan bersahabat, kesan itulah yang mereka tangkap.

“Benar-benar istana bagi Putri Jeonggu Dong Fujiwara Ayumu,” komentar Byunghun sambil mengamati sekitar.
“Disini kami memanggilnya Nona Jung, Jung Jiyoo,” Yongbae bergaya sok menjadi juru bicara YOWL.
 “Jung Jiyoo??” tanya Jieun.
“Dia sebenarnya bukan orang Jepang, dia orang Korea asli, hanya saja dia diadopsi oleh orang Jepang dan mendapatkan nama Fujiwara Ayumu itu. Nama lahirnya adalah Jung Jiyoo,” terang Jaejoong.
“Oh, nama yang sangat bagus. Boleh aku memanggil mu Jiyoo?”
“Ai, itu saja,” tolak Ai.
“Jung Jiyoo itu nama keramat baginya, kami saja tak memanggilnya demikian.” Sambung Jaejin.
“Lalu dia?” Jieun menuding Yongbae.
“Ayo kita latihan lagi!” Ai mengakhiri pembicaraan dan kembali naik ke atas panggung.
“Dia marah?” bisik Jieun.
“Masak Sunbae belum paham juga bagaimana vampire itu?” Hyuri balik bertanya lalu keduanya kemudian tertawa bersama.

Viceroy menyaksikan YOWL berlatih. Usai berlatih YOWL mengundang Viceroy naik ke atas panggung. Kibum yang sedari tadi sibuk dengan handycam-nya mulai menyorot orang-orang yang berkumpul di basecamp. Byunghun dan Minhwan naik ke atas panggung mewakili Viceroy. Kibum memfokuskan kameranya pada orang-orang diatas panggung. Jaejoong, Jaejin, Minhyuk dan Wonbin tampak berunding dengan Byunghun dan Minhwan. Dan orang-orang dibawah panggung dirundung penasaran pada apa yang dirundingkan orang-orang diatas panggung. Ai satu-satunya gadis yang berada diatas panggung terlihat ‘bodoh’ dengan diam menunggu para pemuda tampan itu berunding. Hanbyul yang memperhatikan Ai tersenyum sendiri dan menggelengkan kepala.

Jaejin membisikan sesuatu ke telinga Ai dan gadis itu segera mengangguk lalu mempersiapkan gitarnya. Minhyuk kembali duduk siap memainkan drumnya. Minhyuk mulai memukul drum-nya memulai pertunjukan duet YOWL feat. Viceroy Byunghun dan Minhwan. Kolaborasi ini membawakan lagu ‘Barbie Girl-Aqua’ rock version ala Good Charlotte dan Simple Plan. Kibum mengabadikan momen langka ini. Dan mereka yang berdiri dibawah panggung menyaksikan kolaborasi ini dibuat tertawa karena tingkah konyol orang-orang diatas panggung. Jaejin dan Minhwan mengambil bagian menyanyikan part Lene Nystrom sedang Jaejoong dan Byunghun bergantian menyanyikan part Rene Dif.

Minki yang baru sampai tersenyum lebar dan menggelengkan kepala melihat tingkah orang-orang diatas panggung. Semua kemudian berkumpul dan menikmati makan malam seadanya. Member Viceroy merasa senang bisa duduk dan ngobrol bersama legenda musisi jalanan Lee Minki. Lee Minki leader dan lead guitar pada formasi awal Road Sky sebelum akhirnya mereka debut dengan formasi empat orang. Viceroy juga Jieun merasa senang dan puas berkunjung ke basecamp YOWL, mereka disambut hangat dan baik disana.
***

Keesokan harinya sekolah dibuat heboh dengan diunggahnya video kolaborasi YOWL dan Viceroy Byunghun dan Minhwan di akun resmi YOWL. Link video tersebut juga sengaja dibagikan dalam Hwaseong Academy Community.

“Hey, kau hantu toilet!” Chaerin menghadang langkah Ai dan Hyuri.
“Ma’af? Hantu toilet?” Hyuri merasa salah dengar. “Sunbae berniat bicara pada siapa? Kim Yoojin?”
“Kim Yoojin?” Chaerin dibuat bingung.
“Iya. Hantu toilet itu bernama Kim Yoojin. Sunbae ingin ngobrol dengannya? Ai bisa bantu,” Hyuri merangkul Ai dan tersenyum penuh kebanggaan.
“Hantu toilet itu, dia!” Chaerin menuding Ai.
“Orang ini selalu saja bicara dengan keras dan nada meninggi hingga aku tak paham pada apa yang dikatakannya,” komentar Hyuri membuat Chaerin makin kesal dan hampir saja melayangkan pukulannya pada Hyuri.

Ai langsung berdiri didepan Hyuri dan memegang erat tangan kanan Chaerin yang terangkat. Ai memegang tangan Chaerin dan diam menatap datar Chaerin. Melihat Chaerin meringis kesakitan, Ai melepas pegangannya.

“Tidak bisakah kalian berhenti?” tanya Ai.
“Tidak cukup kah kau mengambil Viceroy?! Kenapa kau lakukan hal yang sama pada Jinwoon Sunbaenim?!” tanya Soojung.
“Kau tahu betapa sakitnya Yiyoung melihat hal itu?” imbuh Gyuri.
“Noh Yiyoung menyukai Jung Jinwoon?” Ai balik bertanya. Hyuri tampak terkejut dan hanya diam dibelakang Ai. “Jika Jinwoon Sunbaenim menghendakinya, itu haknya jika saja dia memang menyukai Noh Yiyoung. Aku tidak punya hak atas hati Jung Jinwoon Sunbaenim.”
“Munafik! Lalu apa arti dari foto-foto yang tersebar itu? Kalian dalam foto-foto itu!” Chaerin kembali bicara.
“Foto curian itu? Jangan-jangan itu ulah kalian,” sela Hyuri.
“Kau!!!” Chaerin menatap tajam Hyuri yang benar-benar memancing emosinya.
“Kami mendapat kiriman foto kalian di bandara. Dan kami tahu kalian liburan bersama. Kau… apa sebenarnya yang kau rencanakan dengan datang ke sekolah ini?” Soojung menatap heran Ai.
“Viceroy mencuri informasi liburan kami dan Jinwoon Sunbaenim datang sendiri bersama Daehyun Sunbaenim, menyusul kami. Kenapa kalian menanyakan itu semua pada Ai? Harusnya kalian bertanya langsung pada Jinwoon Sunbaenim. Kenapa malah berbuat ini pada kami?” jawab Hyuri geram. “Kalau pun aku bicara jujur tentang semua, belum tentu juga kalian percaya. Ayo kita pergi!” Hyuri menggandeng Ai pergi.
“Anak itu semakin menyebalkan saja!” Chaerin menatap kesal Hyuri, “mentang-mentang cucu Nyonya Shin.”
“Lee Chaerin, bisakah kau lebih mengontrol emosi mu?” Soojung beralih menatap kesal Chaerin.
“Mianhae…” bisik Chaerin.
-------

“Kenapa Ai menolak tawaran Jinwoon Sunbaenim? Jika mereka tahu kebenarannya, aku yakin Ai tidak akan terus menerus diperlakukan seperti ini,” Hyuri mengomel kesal.
“Hal demikian sedikit tidak mudah, pilihan yang sulit. Jika Jinwoon Sunbaenim mengatakan kebenarannya tidak dengan mudah orang percaya dan akan timbul makin banyak pertanyaan lagi, itu akan sangat melelahkan.” Komentar Jaejoong. “Mungkin kalian tidak bisa memahami apa yang kami rasakan.”
“Kami rasakan?” tanya Byunghun.
“Iya. Aku dan Ai, kami punya banyak kesamaan, karenanya kami jadi dekat.”
“Pantas saja kalian begitu dekat. Kau dan Fujiwara terlihat seperti kakak dan adik, tapi adik mu itu lebih keren dari mu,” puji Byunghun pada Ai.
‘Jadi, aku dan Ai memang terlihat seperti saudara? Seperti kakak dan adik? Begitu jelaskah hingga orang lain bisa memahaminya hanya dengan melihat?’ batin Jaejoong.
“Leader Kim memang payah jika dibandingkan vampire Ai,” Jaejin memulai olokannya.
“Itu benar. Dalam YOWL, Ai lebih pantas disebut leader,” Minhyuk menimpali.
“Ya! Tega sekali kalian menjelek-jelekan aku didepan umum?” protes Jaejoong.
“Ya, aku tidak menemukan Jiyoo dimana-mana,” Hanbyul datang bergabung, “apa mungkin dia di toilet?” Hanbyul menatap Hyuri.
“Tidak mungkin Ai disana. Tidak ada lagi teman baginya disana.” Jawab Hyuri membuat semua menatapnya heran. “Hantu itu sudah tak disana lagi.” tegasnya.
“Bagaimana bisa?” tanya Jungshin penasaran.
“Kata Ai sudah menyebereang, detailnya kau tanya saja langsung padanya,” Hyuri kemudian mencoba menelfon Ai. Ponsel Ai berdering dan terdengar sangat dekat pada mereka.
Kibum baru menyadari jika ponsel Ai ada padanya. “Ma’af. Tadi Ai menitipkannya padaku.” Ungkap Kibum sungkan.
“Hah… dimana dia??” Hanbyul khawatir dan mengamati sekitar.
“Kugjungma, Ai sudah biasa begini, muncul dan menghilang sesuka hati,” Jaejoong ikut bicara. “Kau harus terbiasa.”

Ponsel Ai kembali berdering dan nomor tanpa nama itu muncul. Kibum menerima panggilan itu, “Yeoboseyo, iya ini ponsel Fujiwara Ayumu,” Kibum diam mendengarkan seseorang diseberang sana bicara. “Nn-nee??” Kibum tampak terkejut membuat yang lain makin penasaran. “Ah, iye, iye, jongmal kamsahamnida,” tutup Kibum.

“Ya, ada apa?” tanya Jaejin penasaran.
Kibum tersenyum menatap Jaejoong lalu Wonbin, Minhyuk dan Jaejin. “YOWL yorobun, chukae! Itu tadi panggilan dari perwakilan Caliptra Seta Entertainment. YOWL diminta tampil live sabtu depan bersama 14 kontestan lainnya. Konfirmasinya sudah dikirim via email.”
“Mwo??” Jaejin kemudian memeluk Kibum saking senangnya. “Ini bukan mimpi kan?”
“Woa~ chukae!!” Byunghun memberi selamat, turut senang mendengar berita itu.
Jungshin memeluk Minhyuk dan memberi selamat. Hanbyul menatap Jaejoong dan tersenyum tulus, “chukae,” kata Hanbyul.
“Aku harus mengatakan ini pada Ai,” Jaejoong bergegas pergi. Hanbyul tersenyum menatap punggung Jaejoong.
-------

“Percayalah, apa kau lihat tak seperti yang kau pikirkan. Aku dan Jinwoon Sunbaenim memang mempunyai hubungan khusus namun itu tak seperti yang kau pikirkan.” Ai berhasil menemui Yiyoung dan membawa gadis itu untuk bicara berdua saja dengannya. “Jadi tolong katakan pada Chaerin, Gyuri dan Soojung untuk berhenti mencegat ku dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan konyol itu. Aku lelah mendengarnya. Itu juga tidak akan berimbas baik pada kalian, Red Venus.”
“Kak-kau mengancam?”
“Apa itu terdengar seperti ancaman? Bagi Hwaseong Academy, Red Venus bukan putri namun dewi, jadi bertindaklah layaknya dewi yang sebenarnya.”
“Tunggu!” cegah Yiyoung sa’at Ai akan pergi. “Apa kau membenci ku karena sikap ku pada Jaejoong?”
“Aku bukan Jaejoong, untuk apa aku membenci mu?”
“Kenapa Jung Jinwoon?”

Ai menghela nafas dan kembali mendekati Yiyoung, “jika kau benar menyukainya, buat dia tahu akan perasaanmu dan berhenti bertanya pada ku. Aku lelah mendengar pertanyaan itu terus. Aku dan Jung Jinwoon…” Ai tak melanjutkan, “ah!” ia pun memilih pergi.

Junhyung menemukan Yiyoung. Ia berpapasan dengan Ai dan menatap Ai yang acuh padanya. “Kau baik-baik saja?” tanya Junhyung pada Yiyoung yang berdiri mematung menatap punggung Ai. “Apa yang ia lakukan pada mu?”

Yiyoung diam seribu bahasa tak menjawab pertanyaan Junhyung.
***

“Konbae!!!” semua bersulang. YOWL juga Kibum, Wooyoung, Hyuri dan Yongbae berkumpul dirumah Ai untuk merayakan lolosnya YOWL ke babak final. YOWL akan bersaing dengan 14 kontestan lain untuk memperebutkan posisi jawara dan mendapatkan kontrak dengan Caliptra Seta Entertainment. Ai permisi untuk menerima panggilan diponselnya. Jaejoong menduga itu adalah panggilan dari Hanbyul.

“Jika YOWL benar terkenal, maka aku akan benar jadi manajer bagi YOWL.” canda Kibum.
“Mana bisa.” Protes Jaejin, “kau masih sekolah juga.”
“Selama ini aku banyak bantu kan?” Kibum membela diri.
“Kalau bisa memilih manajer sendiri, aku pilih Minki Hyung,” kata Minhyuk dan disetujui Jaejin.
“Hyung akan bertemu dengan Road Sky disana,” Kibum menatap Minki.
“Jika kalian memilih ku, ma’af, aku pasti akan menolaknya. Tempat ku adalah disini, Jeonggu Dong.”  Tolak Minki.
“Tapi, Ai akan pergi bersama kami,” Jaejin mencoba membujuk.
“Karena itu, aku akan disini untuknya.” Minki tersenyum tulus.
“Dimana-mana, setiap agensi pasti akan memilih manajer sendiri untuk artis mereka. Kalian ini bicara seolah-olah benar kita akan menang saja,” komentar Jaejoong.
“Hey, kata Ai kita harus optimis!” Minhyuk menuding Jaejoong dengan ujung sumpitnya.
Ai kembali. “Siapa yang menelfon?” tanya Jaejoong.
“Appa, Omma, Euichul Oppa dan Jinwoon Oppa, mereka bergantian memberi selamat dan meminta kita untuk giat berlatih.” Ai dengan binary bahagia diwajahnya.

Jaejoong mendapat tugas mengantar Hyuri pulang. Sepanjang perjalanan keduanya lebih banyak diam daripada mengobrol.
“Gomawo sudah mengantar ku pulang,” Hyuri tersenyum manis.
“Song Hyuri.”
“Nee??”
“Oh, aniya. Pulanglah.”
“Ada yang ingin kau katakan?”
“Anee.”
“Sungguh?”
“Nee.”
“Choa. Gomawo.” Hyuri pun turun dan memasuki rumah mewahnya.
“Ish! Babo!” maki Jaejoong pada dirinya sendiri. “Kau hampir melontarkan pertanyaan konyol itu, Kim Jaejoong! Babo! Ai… dan Hanbyul… hah… itu bukan ulah Hyuri, sudah jelas kan?? Ck!” Jaejoong kembali melajukan mobil truk Morning Glory Florist.
***

Hanbyul memarkirkan mobilnya. “Taman hiburan?” tanya Myungsoo.
“Nee. Ayo! Jiyoo dan Hyuri sudah menunggu.”
“Mereka disini??” Myungsoo bergegas menyusul Hanbyul turun. “Ya, kenapa merencanakan pertemuan ditempat seperti ini?”
“Kau tidak suka?” Hanbyul sambil terus berjalan menuju tempat Ai dan Hyuri menunggu.
“Bukan begitu, tapi…”

Hanbyul melambaikan tangan membalas lambaian tangan Hyuri. Keduanya segera menghampiri Hyuri dan Ai. Myungsoo menatap heran pada Ai. Di cuaca panas ini Ai bertahan menutup kepala dengan topi jaket yang ia kenakan.

“Kenapa kau menatap ku seperti itu?” Ai bangkit dari duduknya dan menatap lurus Myungsoo.
“Kau terlihat aneh!”
“Sinar matahari bisa membuat ku meleleh.”
“Ya! Kau itu bukan vampire!”
“Apa ini mengganggu mu?”
“Lihat betapa pucatnya kulit mu! Itu karena kau jarang terkena sinar matahari!”
Hyuri kembali menepuk keningnya, “kalian selalu saja tak pernah akur jika bertemu! Kim Myungsoo, ayo kita beli tiket!” Hyuri memaksa Myungsoo menemaninya.
Hanbyul beralih didepan Ai. Ia memperhatikan Ai hingga membuat gadis itu risih. “Ww-wae?” tanya Ai.
Hanbyul memegang topi Ai dan menurunkannya. Mata bulat Ai segera menyempit dan ia menahan serangan sinar matahari itu dengan tangannya. Ai kembali memakai topi jaketnya.
“Ini terlalu silau.” Ungkapnya.

Double date, Myungsoo-Hyuri dan Hanbyul-Ai. Hanbyul dan Hyuri memilih tempat hiburan karena keduanya tak pernah pergi kemari sebelumnya. Tanpa meminta persetujuan Ai juga Myungsoo, Hanbyul dan Hyuri mengatur kencan bersama ini. Hyuri dan Myungsoo mencoba berbagai wahana. Sedang Ai menolak beberapa wahana yang ingin dicoba Hanbyul dan membiarkan Hanbyul mencobanya sendiri. Ai benci wahana yang bisa membuatnya mual. Ia memilih menunggu daripada ikut mencoba wahana itu.

Ai antusias akan masuk rumah hantu. Myungsoo tampak enggan. Hyuri pun sama namun ia penasaran dan memaksa Myungsoo untuk ikut. Mereka pun masuk bersama. Ai mengolok Hyuri karena jeritannya paling keras terdengar.

Keempatnya berhenti disalah satu sudut taman hiburan. Disana ada empat badut sedang berkumpul, menari dan menyapa pengunjung. Ai mengambil foto badut panda, ayam, sapid an harimau itu. Tiba-tiba badut panda menarik Ai ke tengah-tengah rekannya dan meminta gadis itu ikut bergoyang. Ai menolak namun badut-badut itu mengerumuninya dan pengunjung menyoraki agar Ai ikut bergoyang. Ai pasrah dan mulai menggerakan badannya, menari sebatas ia bisa. Wajah pucat Ai segera merona pink karena malu. Ia tetap menari menunjukan kemampuan dance-nya yang sangat payah. Myungsoo maju dan unjuk kebolehan menari membuat suasana makin panas. Melihat Myungsoo ambil bagian, Ai tak mau kalah dan menunjukan kemampuan dance yang ia miliki. Hanbyul dan Hyuri dibuat ternganga. Mereka tak menduga jika lady rocker seperti Ai punya kemampuan dance yang lumayan. Myungsoo tersenyum tulus dan bertepuk tangan untuk Ai.

Kelompok ini duduk untuk makan siang. Hyuri tak lupa memberikan pujian pada kemampuan dance Ai namun reaksi Ai datar saja.

“Kau ini tidak bisa menyenangkan hati orang sedikit saja,” protes Myungsoo. Ai hanya tersenyum kecil menanggapinya.
“Oya Jiyoo, Nara Nuna sangat puas pada hasil kerja tim Morning Glory Florist untuk acara seminar kemarin. Nuna berencana menikah akhir tahun ini, aku rasa Nuna akan memakai jasa dekorasi Morning Glory Florist lagi,” ungkap Hanbyul.
“Woa! Chukae! Kau akan dapat pekerjaan besar Ai,” seru Hyuri antusias. “Tapi, siapa itu Nara Onni?”
“Kakak sepupu Hanbyul, dia seorang motivator terkenal,” jawab Myungsoo.
“Wah… kalian sudah saling mengenal sejauh ini….” Hyuri dengan tatapan isengnya membuat Hanbyul tersipu.
“Hah… terik matahari ini benar-benar membakar ku,” Ai merasa kepanasan.
“Lepas jaket mu! Kau terlihat aneh tahu!” olok Myungsoo.
“Ya, apa kalian juga menyadarinya?” tanya Hanbyul.
“Eum? Menyadari apa?” Hyuri balik bertanya.
“Tanpa kita sadari, kita sering melakukan double date.”
“Oh, itu benar. Eh, tapi waktu itu…” Hyuri melirik Myungsoo.
“Ini yang keempat bukan?” tanya Myungsoo mengabaikan eksprsei Hyuri.
“Iya, aku rasa.”
“Jika selama bisa seperti ini menyenangkan bukan?” Myungsoo merangkul Hyuri.
“Tapi siapa tahan jika setiap kali bertemu kalian selalu tidak akur,” protes Hyuri menatap Myungsoo lalu Ai.
“Nanti mereka juga akan jinak sendiri. Bagaimana kalau kita jinakan mereka?” Hanbyul mulai iseng.
“Ide bagus!” Hyuri setuju.
“Kalian pikir aku satwa liar apa?!” protes Myungsoo. “Dia yang perlu dijinakan dan di vaksinasi,” sambil menatap Ai yang asik menyedot jus dihadapannya.
-------

“Hari ini aku sangat senang, terima kasih.” Hanbyul tersenyum tulus.
“Aku tak melakukan apa-apa. Aku lebih banyak mengabaikan mu, membiarkan mu bermain-main sendiri, mian.”
“Tidak apa-apa. Ternyata kau punya rasa takut juga hehehe.”
“Aku tidak takut, aku hanya tidak suka pada permainan menyiksa itu. Usai mencobanya pasti langsung mual.”
Hanbyul tertawa kecil dan mengelus kepala Ai. “Aku pergi.”
“Nee.”
Hanbyul mulai berjalan. Ai masih bertahan ditempat ia berdiri menunggu Hanbyul masuk kembali ke dalam mobilnya dan pergi. Dua langkah berjalan, Hanbyul kembali dan memeluk Ai. Hanbyul mendekap erat Ai seolah ia takut gadis itu pergi. Ai terdiam dalam dekapan Hanbyul. Perlahan Ai menggerakan tangannya, membalas pelukan Hanbyul. Hanbyul tersenyum dan masih mendekap Ai.
***

Ai mondar-mandir sambil berulang kali melihat jam tangannya. Ia berhenti ketika Yongbae kembali.

“Nona akan pergi?”
“Nee. Minki Oppa kemana?”
“Mengantar beberapa pesanan, akan sedikit lama karena harus menata dekorasi juga.”
“Yah…” keluh Ai lalu tatapannya tertuju pada motor Yongbae. “Ya, lekas turun!”
“Nee??”
“Aku pergi dengan ini saja.”
“Mwo?? Nona, bagaimana jika aku antar saja?”
“Tidak perlu. Florist tidak ada yang mengawasi jadi aku pergi sendiri saja.”
Yongbae pasrah namun ia msih merasa khawatir. “Nona yakin akan pergi sendiri?”
“Don’t worry. Aku pengemudi handal.”
“Baiklah. Tolong jangan ngebut.”
“Arasho. Aku pergi.” Ai tersenyum lalu melajukan motor Yongbae dan pergi.

Ai melajukan motornya dengan kecepatan normal. Ia menikmati perjalanannya. Lalu seseorang yang mengendarai motor besar itu muncul dan melajukan motornya disamping Ai, mengiringi laju motor gadis itu. Awalnya Ai mengacuhkan namun pengemudi itu terus mendekat dan memberi isyarat untuk mengajak balapan. Ai menekan emosinya dan berusaha cuek namun pengemudi ini benar-benar sukses membuat Ai geram. Emosi Ai terpancing dan akhirnya meladeni pengemudi itu. Ai melajukan motornya lebih cepat hingga mendahului motor pengemudi usil itu. Namun Ai berhasil terkejar. Adu kecepatan pun tak terelakan. Saling mengejar satu sama lain. Jalan yang lumayan sepi makin mendukung aksi kebut-kebutan ini. Pengemudi motor besar berwarna hitam itu berusaha mendekati Ai. Ia berhasil menempuh jarak terdekat dan tiba-tiba menendang motor Ai. Ai kehilangan keseimbangan, ia berusaha mengendalikan laju motornya namun sia-sia. Motor Ai roboh dan membawa gadis itu terseret hingga beberapa meter.

Ai jatuh tersungkur sedang motornya masih terseret dan berhenti jarak satu meter darinya. Ai masih kembali bangkit, menatap motornya yang berhenti dan tergeletak tak berdaya. Ia kemudian duduk di trotoar sa’at orang-orang mulai berlari mendekatinya. Darah segar mengucur dari lengan kiri Ai. Sambil meringis menahan sakit, Ai meraih ponsel disakunya. Orang-orang mulai mengerumuni Ai dan menanyakan apa Ai baik-baik saja. Beberapa dari mereka memeriksa motor Ai.

Hanbyul duduk menemani Nara. Hari ini Ai janji datang namun sudah 15 menit berlalu, Ai tak kunjung muncul menunjukan batang hidungnya. Hanbyul mulai gusar, khawatir, karena tak biasanya Ai terlambat.
“Mungkin Ai masih ada urusan,” Nara mencoba menenangkan.
“Jiyoo tidak biasa terlambat. Dia selalu datang lebih awal dan memilih menunggu. Perasaan ku tidak enak, aku khawatir terjadi sesuatu padanya.” Hanbyul meraih ponsel disakunya hendak menelfon Ai namun Ai lebih dulu menelfonya. Hanbyul berseri melihat nama Ai muncul, “yeoboseyo…”

Hanbyul berjalan cepat bahkan berlari kecil menyusuri koridor rumah sakit. Ia mencari ruangan 
tempat Ai dirawat. Hanbyul menemukannya, bilik tempat Ai berada.
“Jiyoo!” Hanbyul membuka pintu.
Ai yang duduk diranjang tersenyum. Kening bagian kanan Ai tertutup perban. Tampak parah pada tangan kiri Ai yang terbungkus perban sampai kebawah, pada jari-jari tangannya.
“Jiyoo, bagaimana ini bisa terjadi?” Hanbyul mengelus kepala Ai, benar mengkahawatirkan gadis itu.
“Aku ceroboh dan terjatuh. Mianhae membuat mu khawatir.” Hanbyul kehabisan kata-kata. “Kugjungma, ini hanya luka kecil.” Ai masih bisa tersenyum manis.
“Luka kecil? Balutan perban ditangan kiri mu ini berkata lain. Jiyoo…”
“Bisa aku minta tolong pada mu? Tolong hubungi Minki Oppa.”
-------

Minki, Kibum dan YOWL menunggu diluar. Kali ini giliran keluarga Jung yang masuk ke dalam kamar tempat Ai di rawat. Hanbyul keluar ruangan dan menangkap atmosfer sendu disana. Ia berdiri didekat pintu.

“Dia pergi untuk menemui aku. Ini salah ku, harusnya aku menjemputnya,” ungkap Hanbyul dengan kepala tertunduk.
Jaejoong yang emosi hampir saja memukulnya, beruntung Wonbin dan Minhyuk berhasil menahannya.
“Tidak ada yang salah. Ini tidak akan terjadi jika Tuhan tidak berkehendak. Beruntung Jiyoo masih selamat.” Kata Minki.
“Tapi Hyung, Ai… dengan kondisi ini, dia…” Jaejoong tak bisa lagi menahan diri. Ia memilih pergi. Ia bahkan mengabaikan Hyuri yang baru sampai bersama Myungsoo dan Sunghyun.
Minhwan, Wonbin dan Jaejin menyusul Jaejoong. Mereka hanya menatap Hyuri, Myungsoo dan Sunghyun sebagai tanda sapa’an.
“Aku mengacaukan semuanya,” Hanbyul duduk tertunduk disamping Minki.
Minki menepuk pundak Hanbyul, “sungguh, ini bukan salah mu. Berhentilah menyalahkan diri mu.”
“Ada apa??” tanya Hyuri ragu-ragu.
-------

Suasana sangat hening dikamar Ai. Semua sudah pergi, hanya menyisakan Hanbyul yang tertidur di sofa. Ai masih terjaga. Ia kembali duduk dan menatap Hanbyul yang berada agak jauh darinya. Ai menatap tangan kirinya yang terbalut gibs. Tangan Ai mengalami retak parah akibat kecelakaan yang menimpanya siang tadi. Luka ini tidak akan sembuh dalam waktu singkat dan itu artinya, Ai tidak akan bisa tampil bersama YOWL sabtu ini. Butiran bening itu perlahan jatuh menuruni pipi pucat Ai. Ia menangis.

Hanbyul terbangun. Ia melihat Ai duduk menunduk, menangis. Hanbyul menghampiri Ai dan duduk ditepi ranjang. Hanbyul mengangkat wajah Ai dan mengusap air mata Ai. Ai masih sesenggukan, ia berusaha tersenyum namun air mata itu makin deras mengucur. Hanbyul meraih Ai dalam dekapan hangatnya.
***

Keempat member YOWL berangkat ke sekolah bersama. Berita tentang kecelakaan yang dialami Ai sudah menyebar luas disekolah. Hal ini membuat YOWL menjadi pusat perhatian murid-murid.
Hanbyul berpapasan dengan Jaejoong. Keduanya sama-sama menghentikan langkahnya namun saling diam.

“Mianhae.” Hanbyul memulai. “Aku telah mengacaukan semua.”
“Jujur aku sangat marah, tapi aku tak tahu harus marah pada siapa. Pada Tuhan kah?” keduanya kembali diam. “Kau menjaganya semalaman, gomawo.”
“Itu karena aku memaksa untuk tinggal. Hari ini dia tidak mengijinkan aku membolos.”
Jaejoong berbalik menatap Hanbyul yang berdiri membelakangi dirinya, “ya Jang Hanbyul.”
“Nee?” Hanbyul juga berbalik menghadap Jaejoong.
“Jika ada kesempatan, aku ingin bertanding ssireum dengan mu lagi.”
“Tahun depan?”
“Tapi kau harus bertanding dengan sportif.”
“Ah, mianhae…”
Jaejoong tersenyum dan kembali membelakangi Hanbyul, berjalan pergi.
“Aku janji aku akan menjaganya dengan baik.”
Jaejoong hanya melambaikan tangan kanannya menanggapi teriakan Hanbyul.
“Kamsahae, Jaejoong~aa.” Bisik Hanbyul.
***

“Ya! Apa ini??” Jaejoong baru sampai di basecamp. “Kenapa kalian menghajar orang didalam basecamp, ha?!” bentaknya pada Yongbae dan anak buahnya.
“Omo! Dia memakai seragam yang sama dengan kita,” kata Jaejin. “Oh, Junhyung Sunbaenim??”
“Kalian mengenalnya? Baguslah. Anak inilah yang menyebabkan kecelakaan Nona Besar,” terang Yongbae.
“Mwo?? Bagaimana bisa??”
“Kami segera menyisir tempat dimana Nona mengalami kecelakaan, mengumpulkan keterangan dari saksi mata. Salah satu dari mereka memiliki ingatan yang sangat baik dan membantu kami hingga kami menemukan anak ini.” Yongbae mendorong Junhyung hingga jatuh berlutut didepan Jaejoong dan Jaejin.
“Seharian aku mengintainya dan akhirnya berhasil membawanya kemari,” kata Wooyoung.
“Sunbaenim, benarkah itu?” tanya Jaejin.

Junhyung babak belur, hidungnya mimisan. Ia tertunduk lalu mengangguk mengakui perbuatannya. Emosi Jaejoong kembali memuncak. Ia tak ragu melayangkan tangannya menghadiahkan sebuah pukulan di wajah Junghyun. Jaejoong menarik baju Junhyung, memaksa 
pemuda itu berdiri.

“Kenapa kau tega melakukan ini? Kenapa, ha?!!” bentak Jaejoong.
“Aku benci karena ia membuat gadis yang aku sayangi menangis.”
Jaejoong menghempaskan tubuh Junhyung. Jaejoong berdiri membelakangi Junhyung yang jatuh terduduk. Nafasnya masih terengah-engah karena emosi. Wonbin, Kibum dan Minhyuk yang baru sampai, kaget melihat Junhyung babak belur.
-------

Sore itu kelima member Red Venus keluar bersama dari tempat latihan mereka. Mereka kaget melihat empat member YOWL sudah menunggu di area parkir. Keempatnya diam hanya menatap kelima member Red Venus. Jaejoong kembali ke mobil dan menarik Junhyung keluar. Ia mendorong Junhyung kepada Red Venus.

“Omo, Oppa!!!” Yiyoung panik melihat Junhyung babak belur.
“Ya! Apa yang kalian lakukan pada Junhyung Sunbae?!” bentak Chaerin.

Keempat member YOWL tetap bungkam dan pergi meninggalkan Red Venus juga Junhyung. Jieun menatap mobil YOWL yang berjalan melewatinya. Ia bingung pada apa yang sebenarnya terjadi.
***

Ai terlihat kesulitan memangku netbook dan mengetik dengan jari tangan kanannya. Joongki yang baru memasuki kamar Ai tersenyum melihatnya.

“Kau tidak bisa benar-benar istirahat ya?” Joongki berdiri disamping ranjang Ai.
“Oh, Dokter Song.” Ai baru menyadari jika Joongki ada disana.
“Kenapa kau jadi blank Ai begini? Kau bahkan tidak menyadari aku masuk.”
“Aku tahu ada dokter masuk, tapi aku tak menduga itu Dokter Song.”
“Perlu aku bantu?”
Joongki membantu Ai. Ai mendikte dan Joongki mengetik. Ai tersenyum puas memeriksa hasil kerja Joongki.
“Dokter Song, boleh aku minta tolong satu hal lagi?”

Ai tersenyum menatap Joongki yang duduk dibalik kemudi.
“Kenapa terus menatap ku seperti itu?”
“Ma’af aku merepotkan Dokter lagi.”
“Ini gila, aku melanggar aturan.”
“Aku tidak separah itu Dokter. Aku bisa berjalan normal, kugjungma.”
“Tangan mu itu. Hah… untuk apa benar ingin pergi?”
“Menyelesaikan tanggung jawab ku.” Ai tertunduk.

Joongki diam dan kembali fokus mengemudi. Joongki memarkirkan mobilnya dan mengantar Ai masuk ke kantor Caliptra Seta Entertainment. Orang-orang menatap aneh Ai yang datang dengan memakai seragam pasien rumah sakit. Joongki membantu Ai membawa kertas-kertas berkas.

Ai menjelaskan maksud kedatangannya pada perwakilan penanggung jawab CSE Rock Festival. Ia menyerahkan berkas yang dibawanya kemudian.
“Saya mohon ijinkan YOWL tetap tampil sabtu nanti, walau hanya dengan empat personel saja. Saya telah memperbarui data YOWL, tentang video demo yang kami kirim…” Ai tertunduk.
“Bagi kami bukan masalah besar. Kami hanya perlu kalian tampil untuk final sabtu nanti. Jika kalian menang, tentang kontrak akan dibicarakan ulang. Tidak masalah YOWL akan tampil dengan empat atau lima personel.”
Ai tersenyum lega, “kamsahamnida. Jongmal kamsahamnida,” Ai membungkuk hingga 90`.
“Hah, ini sangat disayangkan,” sambil menatap tangan kiri Ai yang terbungkus perban.

Ai lebih banyak diam sa’at perjalanan kembali ke rumah sakit. Ia terkesan menghindari Joongki yang mungkin saja akan bertanya macam-macam padanya dengan memejamkan mata, pura-pura tidur. Joongki tersenyum dan menggeleng pelan melihatnya.
Ai duduk ditepi ranjang menatap keluar jendela. Ia kembali menatap layar ponselnya lalu mengirimkan pesan yang ia ketik pada keempat member YOWL. Ai menghela nafas panjang dan kembali merebahkan badannya, memejamkan mata mencoba untuk tidur.
-------

Wonbin, Minhyuk dan Jaejin berkumpul usai menerima SMS Ai. Ketiganya terlihat lesu.
“Jadi, kita hanya akan pergi berempat?” Jaejin memecah kebisuan.
“Haruskah YOWL tetap pergi, tanpa Ai?” sambung Minhyuk. “Andai saja hari itu Ai tidak pergi, andai saja kecelakaan itu tidak terjadi…” Minhyuk menunduk.
“Aku ingin kita tetap maju.” Tegas Wonbin.
“Mm-mwo??” mulut Jaejin membulat.
“Kenapa?”
“Tanpa Ai? Benar-benar tanpa Ai?”
“Lihat apa yang ia lakukan hingga kini? Dalam kondisinya yang seperti ini dia masih memikirkan kita, menyelesaikan tanggung jawabnya pada YOWL, lalu setelah itu semua apa kita akan memilih mundur? Itu akan semakin membuat Ai terluka. Dia sudah berkorban banyak, hanya untuk tampil sabtu malam nanti, apa kita kita tidak bisa melakukannya?”
Minhyuk juga Jaejin terdiam. Mereka memikirkan kata-kata Wonbin. “Baiklah, aku ikut. Kita maju!” Minhyuk setuju.
Jaejin menatap Minhyuk lalu Wonbin, kemudian ia menghela nafas. “Aku juga, setuju,” terdengar sedikit lirih.
“Jaejoong, dia dimana?” tanya Wonbin.
Minhyuk dan Jaejin sama-sama melihat sekitar. Baru mereka sadari jika Jaejoong tak ada bersama mereka.

Jaejoong menyendiri diatap sekolah. Ia duduk diatas lantai tak peduli pada panas yang membakar kulitnya. Masa-masa kejayaan YOWL berlima terputar ulang dalam memori otak Jaejoong. Jaejoong tertunduk semakin dalam.
“Apa yang harus aku lakukan? Aku tak akan mampu berdiri di depan umum tanpanya,” bisik dalam hati Jaejoong, “Ai…”
Suasana panas dan terik itu menjadi redup. Jaejoong mengangkat kepala. Wonbin, Minhyuk dan Jaejin sudah berdiri didepannya.
“Apa yang kau lakukan disini? Berjemur?” tanya Minhyuk.
“Kau ingin mati kepanasan?” olok Jaejin.
Wonbin tersenyum tulus dan mengulurkan tangan. Jaejoong terdiam menatap ketiga rekannya. Ia kemudian meraih tangan Wonbin yang membantunya berdiri.
“Kita lakukan bersama-sama,” kata Wonbin.
Jaejoong tersenyum dan menggangguk. Keempat member YOWL ini lalu saling berpelukan satu sama lain.
-------

Jinwoon sengaja menunggu Yiyoung sa’at jam pulang sekolah. Melihat Yiyoung bersama ketiga rekannya, Jinwoon berjalan mendekat. Yiyoung, Gyuri, Soojung dan Chaerin menghentikan langkah mereka dan menatap heran Jinwoon.

“Sunbae?” sapa Gyuri.
“Benarkah kekacauan ini karena Fujiwara dekat dengan ku?” tanya Jinwoon tanpa basa-basi.
Chaerin menelan ludah melihat ekspresi serius Jinwoon. Yiyoung terdiam dan jantungnya berdetub kencang, tak beraturan.
“Bahkan rumor semakin berkembang, kekacauan ini karena Fujiwara Ayumu membuat Noh Yiyoung menangis.” Imbuh Jinwoon. “Hagh! Kekanak-kanakan sekali orang-orang ini.”
“Sunbaenim, aku rasa Sunbae telah salah paham,” Soojung mencoba memberi penjelasan.
Jinwoon mengabaikannya dan berjalan mendekati Yiyoung. “Kau ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi? Kau ingin tahu apa hubungan ku dan Fujiwara Ayumu itu?” Yiyoung hanya bisa tertunduk di depan Jinwoon. “Fujiwara Ayumu, dia adalah adik ku.”
Yiyoung dan ketiga rekannya benar terkejut mendengar pernyataan Jinwoon. Mereka tak menduga Jinwoon akan mengatakan hal ini. Benarkah tentang ini?
“Aku dan Fujiwara Ayumu, kami saudara satu ayah. Dia terlahir dengan nama Jung Jiyoo. Aku rasa kalian akan menjadi paham kenapa Daehyun selalu menyebutnya Jiyoo Fujiwara.”
Yiyoung bagai tersambar petir ditengah hari panas ini mendengar penegasan Jinwoon. Ia benar-benar tak berani mengangkat kepala untuk menatap Jinwoon.
“Terima kasih untuk semuanya. Kalian boleh merasa menang sekarang, karena adik ku akan benar-benar kehilangan impiannya. Kau tahu apa yang di lakukan Jiyoo ketika dia tahu kau menyukai ku? Jiyoo meminta ku untuk lebih memperhatikan siapa itu Noh Yiyoung, tapi apa balasan yang kau beri? Lalu haruskah aku benar memperhatikan gadis yang seperti ini dan belajar menyukainya?” Jinwoon lalu pergi meninggalkan empat member Red Venus ini.
Mendengarnya Yiyoung menjadi sedikit kehilangan keseimbangan. Tubuhnya goyah hingga Gyuri dan Soojung harus menahannya dan memapah Yiyoung berjalan.
***

Setiap hari, usai sekolah Hanbyul selalu ke rumah sakit. Ia menemani dan selalu menghibur Ai. Hanbyul menemani Ai, membawa gadis itu berjalan-jalan ditaman rumah sakit. Keduanya kemudian berhenti didekat kolam. Ai menatap air mancur dan tersenyum.

“Wae?” tanya Hanbyul penasaran.
“Anee.” Ai menggeleng.
“Kau menatap air mancur itu lalu tersenyum sendiri, ada apa sebenarnya?”
“Aku hanya berpikir tentang senja.”
“Senja?”
“Em. Senja, tenang namun penuh misteri. Seperti kehidupan, kita tidak akan pernah tahu bagaimana waktu akan membawa kita pada garis takdir yang tertulis untuk kita. Aku merasa aku telah benar memahaminya, namun masih sangat sulit menerimanya sebagai kenyataan. Harusnya aku mensyukurinya, aku masih hidup dan utuh. Hidup ku tidak benar berakhir sampai disini.” Ai tersenyum menatap Hanbyul.
“Kau tetap manusia biasa. Itu wajar, sangat manusiawi.” Hanbyul menggenggam tangan kanan Ai. “Tuhan tidak pernah bersikap tidak adil. Jika Tuhan tak memberi mu jalan pada keinginan mu, artinya keinginan mu itu tak baik untuk mu, menurut Tuhan. Dan Tuhan pasti punya rencana lain dibalik itu. Hal yang tentunya lebih indah, untuk mu. Selalu ada hikmah dibalik sebuah peristiwa.”
“Aku tidak percaya kata-kata itu keluar dari mulut seorang Jang Hanbyul.”
“Nee?? Wae??”
“Aniya. Gomawo. Sejak mengenal mu, aku belajar banyak hal dari mu.”
“Kau juga mengajarkan banyak hal pada ku.” keduanya tersenyum bersama.
-------

Wonbin, Jaejin dan Minhyuk membubuhkan tanda tangan mereka di gips yang membungkus tangan kiri Ai. Jaejoong  mengambil bagian paling akhir. Hari ini YOWL akan tampil live yang juga disiarkan secara langsung oleh salah satu TV nasional Korea Selatan. Sejak sore mereka berkumpul di kamar Ai. Jaejoong tersenyum usai membubuhkan tanda tangannya. Ai mengamati empat tanda tangan itu.

“Kalian harus membuat tanda tangan yang lebih menarik dari ini,” komentar Ai.
“Begitu jelek ya?” tanya Jaejin.
“Lumayan.” Ai menyadari ekspresi Jaejoong yang menatapnya. “Jangan menatap ku seperti itu. Aku yakin malam ini YOWL akan tampil baik. Kalian sudah melakukannya dengan baik selama delapan bulan aku menghilang. Kali ini pun sama, em? Aku percaya pada mu Kim Jaejoong, pada kalian semua, YOWL.”
“Bagaimana aku melakukannya tanpa mu?” Jaejoong mengakuinya. “Selama ini aku selalu bergantung pada mu. Rasa gugup itu selalu sirna ketika aku melihat mu ada disamping ku, bersama-sama diatas panggung tapi malam ini?”
Hening. Ai merasakan juga gundah yang mendera batin Jaejoong. Andai bisa Ai ingin pergi ke tempat show, namun Dokter yang merawatnya tak memberi ijin. Ai melepas kalung dengan liontin kura-kura dengan tujuh mutiara putih sebagai hiasan temupurungnya. Ai meraih tangan Jaejoong memberikan kalung itu.
“Aku memakainya sejak sebelum aku bergabung dengan YOWL. Ini pemberian kakek ku di Jepang. Tujuh mutiara itu dipercaya sebagai pembawa keberentungan, mungkin hanya alibi, tapi aku mempercayainya. Kau telah menemukan kuncinya jadi jangan ragu lagi.” Ai menggenggamkan tangan Jaejoong.
Jaejoong tersenyum, menggenggam erat kalung pemberian Ai. Ia kemudian memeluk Ai. ai mengelus punggung Jaejoong, “aku selalu bersama mu,” bisik Ai.
Jaejoong melepas pelukannya. Lalu ketiga member YOWL bergantian pamit dan memeluk Ai. Jaejoong keluar ruangan lebih dulu. Ia tersenyum menatap kalung pemberian Ai dan memakainya.
Hyuri yang datang bersama Myungsoo turut pamit. Mereka akan ikut serta mengantar YOWL. “Aku pergi,” Minki berpamitan.
“Tolong jaga mereka untuk ku.”
Minki menggangguk dan mengelus kepala Ai. “Kami pergi,” Kibum ikut pamit.
“Ya, Kim Kibum. Ambil gambar yang bagus, untukku!”
“Araso. Percayakan semua pada Manajer Kim,” canda Kibum membuat Ai tertawa.

Semua pergi dan hanya menyisakan Ai dan Hanbyul. Hanbyul duduk ditepi ranjang merangkul Ai dan mengelus lengan gadis itu.
“Mwoya! Nan gwaenchana.” Protes Ai.
“Jinja?”
“Nee.” Ai tak bisa berbohong lagi. Ia tersenyum sekaligus menangis.
Hanbyul mendekap Ai yang terisak. Hanya ini yang bisa ia lakukan untuk menenangkan Ai.
“Mian…” bisik Ai menghapus air matanya.
“Kau terlihat jelek sa’at menangis.”
“Aku memang jelek. Dan kau, selalu membuat ku merasa cengeng, aku tidak bisa menyembunyikan air mata ku didepan mu.” Ai masih mengusap-usap wajahnya.
Hanbyul memegang kedua tangan Ai. Ditatapnya wajah Ai yang masih basah karena sisa air mata. Hanbyul membersihkannya dengan tisu. Ai merasa tenang dan nyaman bersama pria ini, Jang Hanbyul. Menatapnya dan mendapat perlakuan ini, air mata Ai kembali menetes.
“Eey, kau menangis lagi?”
“Mianhae,” Ai menundukan kepala.

Hanbyul tak tahu lagi harus berbuat apa untuk menghentikan tangisan Ai. Ia meraih wajah Ai dan mencium bibir gadis itu selama beberapa detik. “Aku mohon jangan menangis lagi,” bisik Hanbyul.
Ai memeluk Hanbyul erat, seolah ia takut Hanbyl akan pergi. Hanbyul mendekapnya, membuat Ai merasa tenang.
-------

Yongbae masuk dengan membawa dua tas plastik cemilan. Wooyoung menatapnya heran.

“Aish! Apa yang kau lakukan?” tanya Wooyoung.
“Kita akan nonton bersama, penampilan YOWL bukan?”
“Iya. Menonton penampilan YOWL, bukan nonton film!” Wooyoung kesal.
“Aigo, aigo. Tempat ini jadi begini bagus.” Bibi Han datang bersama Myeongran.
Wooyoung dan Yongbae menyiapkan sebuah TV berukuran besar untuk nonton bersama penampilan YOWL di basecamp. Mereka tidak bisa hadir langsung karenanya mereka memberi dukungan pada YOWL dengan cara ini. Para pengikut setia Ai berkumpul di basecamp untuk nonton bersama.
“Apa aku terlambat?” Jaesuk turut bergabung.
-------

Ai terkekeh membaca SMS yang dikirim Wooyoung.
“Wae?”
“Teisatsu-san menggiring orang-orang untuk nonton bersama di basecamp. Dia itu gila, dipikirnya ini pertandingan sepak bola apa? Nonton bersama, hais…”
“Menyenangkan. Dunia benar-benar milik kita berdua.” Hanbyul duduk ditepi ranjang dan merangkul Ai.
“Annyeong…” Euichul, Jinwoon dan Daehyun masuk bersama membuat Hanbyul terkejut dan kembali berdiri disamping ranjang.
“Buah apel merah segar, kesukaan Jiyoo Fujiwara!” kata Daehyun penuh semangat.
“Kita akan nonton bersama, disini, penampilan YOWL,” Euichul lalu tersenyum menatap Hanbyul.
Hanbyul membalas senyum dan mengusuk kepalanya. ‘Kenapa mereka kemari?’ batin Hanbyul.
Jinwoon tersenyum dan merangkul Hanbyul.
***

Myungsoo dan Hyuri bergabung bersama Sunghyun, Jieun, Byunghun, Minhwan, dan Jungshin yang juga datang untuk memberi dukungan pada YOWL. 15 band rock yang lolos akan tampil secara live untuk memperbutkan kursi juara 1, 2 dan 3. Hyuri, Jieun dan lima member Viceroy berada diantara keramaian penonton. Hyuri tersenyum melihat jumlah pendukung YOWL yang lumayan banyak.

Minki dan Kibum membantu persiapan YOWL dibelakang panggung. Keempat member YOWL selesai di make-up. Mereka menunggu giliran tampil. Wajah keempatnya terlihat sangat nervous. Mereka merapat bersama. Jaejin tersenyum dan mencolek Minhyuk antusian usai menerima SMS dari Ai. Minhyuk, Wonbin dan Jaejoong segera mengambil ponsel masing-masing. Ai mengirim pesan yang sama pada mereka.

Dengan menggunakan satu tangannya, Ai terus mengetik SMS berisi dialog-dialog ringan lima member YOWL, seolah malam ini mereka berada ditempat yang sama. Member YOLW yang tadinya nervous benar dibuat terhibur dengan celotehan Ai di SMS. Perlahan mereka melupakan rasa gugup mereka sambil menunggu giliran tampil.

Penampilan ketujuh, nama YOWL terpanggil. Semua yang berkumpul di basecamp bersorak, tak mau kalah dengan para pendukung YOWL yang hadir ditempat show berlangsung yang juga langsung histeris ketika nama YOWL terpanggil.

Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk naik keatas panggung. Mereka mempersiapkan alat masing-masing sementara itu para gadis dibawah panggung tak hentinya meneriakan nama personil YOWL, idola masing-masing. Jaejoong siap dengan gitarnya. Ia memegang mic dan menatap riuhnya penonton didepannya. Jaejoong menyentuh liontin kalung pemberian Ai dan sejenak memejamkan mata. Jaejoong kembali membuka mata dan mengangguk mantab memberi isyarat pada Wonbin untuk mulai. Wonbin sang lead guitar mulai memainkan gitarnya. YOWL tampil membawakan ‘Perfect-SUM 41’.

Ai duduk tenang menonton penampilan YOWL membawakan salah satu lagu favoritnya. Alunan musik ini membawa ingatan Ai pada masa-masa kebersamaannya bersama YOWL. Mengenang itu semua dan melihat YOWL tampil berempat diatas panggung seperti ini, dada Ai kembali terasa sesak. Ai berusaha keras untuk menahan air matanya. Ai terkejut ketika tiba-tiba Hanbyul meraih tangan kanan Ai dan menggenggamnya erat. Hanbyul tersenyum dan Ai turut tersenyum.

“Mereka benar terlihat seperti SUM 41 bukan?” komentar Daehyun. “Ma’af…” Euichul segera mengacak rambut Daehyun.

YOWL tampil nyaris sempurna. Tak ada kesalahan yang mereka buat dari awal tampil hingga akhir. Jaejoong bernafas lega menatap penonton. Ia bisa melihat Hyuri, Jieun dan Viceroy di antara kerumunan penonton. Jaejoong tersenyum dan kembali menggenggam liontin kalung pemberian Ai.

Sa’at yang paling menegangkan pun tiba. Pengumuman pemenang juara 1, 2 dan 3. Juara 3 terpanggil. Band beranggotakan lima orang itu naik keatas panggung. MC seolah benar ingin membuat penonton makin penasaran dan peserta makin gugup. Ia mengundang dua band yang lolos dan akan menduduki posisi runner up dan posisi jawara. Nama YOWL turut terpanggil membuat suasana kembali histeris. Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk menunduk saling bergandengan tangan menunggu pengumuman. Semua pendukung YOWL ikut harap-harap cemas.

“Dan band yang terpilih sebagai runner up adalah….” Seru MC.

Pendukung YOWL bersorak gembira ketika nama YOWL tak disebut sebagai peraih posisi runner up. YOWL memenangkan posisi teratas, jawara. Jaejoong langsung jatuh berlutut karena bahagia. Dibawah sana Hyuri sampai menitikan air mata. Wooyoung berpelukan dengan Yongbae, keduanya senang bukan kepalang mendengar YOWL keluar sebagai jawara. Ai mengusap air matanya. Ia menangis bahagia. Akhirnya YOWL memenangkan kontes ini walau ia tak bisa ikut bergabung bersama YOWL.
***

Hyuri membantu merapikan pakaian Ai. Hari ini Ai diijinkan untuk pulang. Ai duduk menatap keluar jendela kamarnya. Ia tersenyum lega, akhirnya ia bisa keluar dari rumah sakit. Hanbyul dan Myungsoo datang menjemput. Di bawah sana keluarga Jung sudah menunggu.

“Kau benar-benar tak ingin pulang ke rumah? Setidaknya biarkan kami merawat mu hingga kau sembuh,” pinta Jinyoung dengan wajah penuh harap.
Ai terlihat ragu. Ia menatap Minki yang juga ada bersama mereka. “Besok YOWL akan mulai masuk dorm, ijinkan aku pulang ke Jeonggu Dong hari ini, Appa. Setelah itu aku akan tinggal bersama Appa hingga aku sembuh.”
Jinyoung masih terlihat enggan, “hah… baiklah. Hari ini kau pulang ke Jeonggu Dong.”

Ai berdiri di depan pintu, menatap rumah atapnya yang ia tinggalkan selama dua minggu ini. Hanbyul membantu membawa masuk barang-barangnya bersama Minki. Ai membuka pintu dan keempat member YOWL bersama Kibum menyambutnya. Ai tersenyum lebar. Ia senang melihat keempat rekannya masih disini. Mereka bergantian memeluk Ai lalu menuntun gadis itu masuk.
-------

“Hah… aku ingin malam ini berlangsung lebih lama,” kata Jaejin yang berbaring menatap langit malam.
“Kita butuh mesin pengulur waktu, andai saja itu ada,” sambung Minhyuk yang juga berbaring menatap langit malam.
Jaejin, Ai, Jaejoong, Wonbin dan Minhyuk membaringkan tubuh mereka di atas tikar di depan rooftop tempat Ai tinggal. Kelimanya menatap langit malam.
“Kalian apakah akan merindukan sa’at-sa’at seperti ini?” tanya Ai. “Aku pasti merindukannya.”
“Ya, Jaejoong~aa, tidak bisakah kita membawa Ai bersama kita?” tanya Jaejin.
“Baboya~! Kau ingin mempermalukan YOWL?” jawab Ai.
“Rasanya aneh. Kami akan pergi, masuk asrama CSE tapi tanpa kau.” Keluh Jaejin.
“Biarkan aku pulih dahulu, nanti aku akan menyusul kalian.”
“Apa itu mungkin?” tanya Minhyuk.
“Apa yang tidak mungkin di dunia ini?”
Jaejoong bangkit dan duduk. Ia merasa tak nyaman dengan obrolan ini. “Sebaiknya kita tidur. Ini sudah terlalu larut. Ai ingat, kau belum pulih total.”

Ai yang berbaring di sofa tak bisa memejamkan mata. Ia kembali duduk dan menatap empat member YOWL yang tidur dibawahnya. Besok orang-orang ini akan pergi dan mulai menapakan langkah yang akan semakin jauh darinya. Ai tersenyum kecut.
“Tidurlah.” Suara Jaejoong mengejutkan Ai. “Apa kau akan terus menatap kami seperti ini?”
Ai hanya tersenyum menanggapinya.
***

Tidak ada mesin pengulur waktu. Pagi pun tiba. YOWL masih disini, sarapan bersama Ai, Minki dan Kibum.

“Aku ingin makan.” Kata Ai. “Kalian, bergantian suapi aku satu per satu,” pintanya membuat Jaejoong, Minhyuk, Jaejin dan Kibum menatapnya heran.
Wonbin tersenyum lalu mengulurkan tangan memberi suapan pertama pada Ai. Ai ikut makan pertama kalinya. Minhyuk menyuapi Ai usai Wonbin kemudian Jaejin. Tiba pada giliran Jaejoong. Tangan Jaejoong gemetar ketika memberikan suapannya untuk Ai. Mereka tak bisa memungkirinya. Perpisahan ini bukanlah hal yang mudah bagi YOWL.
Van yang bertugas menjemput YOWL tiba. Hanbyul turut datang melepas YOWL bersama Hyuri dan Myungsoo. YOWL mengucap salam perpisahan. Jaejoong menemui Hanbyul.
“Dia akan sangat sedih karena ini, semuanya. Tolong buat dia selalu tersenyum, seperti yang kau lakukan sebelumnya.” Pinta Jaejoong.
“I’ll do my best.” Hanbyul menyanggupi.
“Aku hanya menitipkannya padamu. Suatu sa’at, aku pasti akan kembali untuk mengambilnya kembali.”
“Nee. Sa’at itu tiba, aku akan menerima apapun keputusan Ai. Tapi aku tidak akan mundur semudah itu karena aku yakin, Ai tercipta hanya untuk ku.”
“Hagh!” Jaejoong dengan senyum tertahan. Ia kemudian menemui Ai.
“Aku bangga padamu. Sekarang aku bisa tenang.” Ai tersenyum tulus. Jaejoong memeluknya selama beberapa detik.
“Gomawo,” bisik Jaejoong lalu melepas pelukannya. “Adak au bersama ku, aku pun bisa tenang,” Jaejoong memegang kalungnya dan Ai tersenyum terharu.
YOWL akhirnya pergi untuk memulai jalan baru karir mereka. Ai mengusap air matanya. Hyuri merangkulnya.
-------

Sore harinya, Jinyoung bersama Euichul dan Jinwoon datang menjemput Ai. Ai terlihat benar enggan meninggalkan Minki walau hanya untuk sementara.

“Pergilah. Ini tak akan lama, lalu kau bisa kembali kemari, Jeonggu Dong.” Kata Minki meyakinkan.
“Apa aku benar tidak bisa tinggal disini? Bersama Oppa?”
“Setelah tangan mu sembuh, em? Ayolah! Jangan manja.”

Ai menghela nafas dan berjalan pergi. Ia memasuki mobil Jinyoung dan menatap Minki. Ai tersenyum kecut melihat Minki melambaikan tangan padanya sa’at mobil Jinyoung mulai melaju.
***

Ai, Hanbyul, Hyuri dan Myungsoo duduk bersama menyaksikan penampilan Stardust disebuah café. Tangan Ai masih terbungkus gips.

“Lagu terakhir, kami akan mengundang seseorang. Orang yang sangat aku sayangi,” kata Jinwoon sebelum melanjutkan pertunjukan, “Ai, mohon naik ke atas panggung.”

Penonton bertepuk tangan mengiringi langkah Ai menuju panggung.

“For people who have found someone special in their life, Yuri Chika-Treasure The World,” kata Ai memberi sambutan.

Stardust mulai memainkan alat musik mereka mengiringi Ai bernyanyi membawakan lagu berbahasa Jepang ‘Treasure The World (Anata ni ai ni ikou)-Yuri Chika’.


*Yuri Chika- Treasure The World (Anata ni ai ni ikou)*

Cinta , musik dan impian adalah tiga ritme yang berhembus dalam satu nafas. Love, music and dreams are three rhythm that blows in one breath. –‘The Onyx of Yowl’ Oh Wonbin-

Hitam dan putih mungkin selamanya tak akan bisa menyatu, tapi dalam ada kalanya ketika Tuhan menunjukan keajaibannya. Hitam dan putih melebur perbedaan yang ada. -‘The Ludicrous Yowl’ Lee Jaejin-

Cinta mengiringi impian menciptakan harmoni indah yaitu musik. -‘The Luminous Yowl’ Kang Minhyuk-

Cinta memberikan banyak jalan pada impian. ‘The Yew of YOWL Kim Jaejoong-

Cinta memberi mu jalan untuk merasakan indah dari penantian, cemburu dan patah hati. Cinta mengajarkan mu apa itu pengorbanan dan ketulusan. Cinta menunjukan pada mu indahnya berbagi. Musik senantiasa mengiringi setiap langkah dalam hidup mu, menjadi melodi dari jatuh cinta, penantian, patah hati, senyum, tangis dan luka. Impian, sesuatu yang membuat mu kuat, tegar dan tak pernah menyerah pada kerasnya kehidupan. Cinta, musik dan impian, tiga harmoni yang akan selalu beriringan dalam alur kehidupan. –Fujiwara ‘Ai’ Ayumu-


------- THE END --------


matur suwun ^_^
.shytUrtle_yUi.
 

Search This Blog

Total Pageviews