Fan Fiction FF

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

07:18

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤


 


. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
 
 

Episode #9

 

Hanbyul terdiam sejenak, lalu ia berlari kecil mengejar langkah Ai. Ia berjalan dibelakang Ai seperti sebelumnya. Seperti sebelumnya pula, dua makhluk ini saling diam. Ai tiba-tiba menghentikan langkahnya membuat Hanbyul hampir menabrak punggungnya. Hanbyul bingung dan Ai tiba-tiba mundur selangkah dan berhenti disamping kanan Hanbyul.

“Kau bukan bodyguard, jadi jangan berjalan dibelakang ku,” kata Ai. Hanbyul kembali dibuat tertegun. “Kau tidak paham maksud ku?”

“Ah, anee… bukan begitu,” Hanbyul masih saja canggung.

“Berjalan beriringan, paham tidak?”

“Oh, nee… arasho, arasho.”

“Kau takut padaku?” Ai mulai berjalan, begitu juga Hanbyul.

“Anee. Hanya heran, kenapa kau membantu ku.”

“Karena kau member Viceroy? Image Jeonggu Dong sudah cukup buruk, apa jadinya jika aku berbuat jahat padamu disini atau membiarkan mu tersesat disini? Jangan khawatir, tidak ada kompensasi buat ini.”

‘Dia tahu apa yang aku pikirkan?’ gumam Hanbyul dalam hati.

“Kita sampai.”

“Kamsahamnida sudah membantu ku.”

“Em.” Ai kemudian tersenyum tulus. Ai menunggu sampai mobil Hanbyul menghilang di tikungan. Ia kemudian pergi bersama ketiga anak buahnya.

-------

 

Kenapa dia bersikap begitu manis dan menolong ku? Fujiwara Ayumu, tidaklah mengerikan seperti ketika ia disekolah, sangat dingin dan misterius. Senyumnya itu… akh, kenapa aku jadi memikirkan gadis ini? Pasti aki tampak sangat bodoh didepannya tadi.

Ponsel Hanbyul berdering, membuyarkan semua kata dibenaknya.

“Ya, Hanbyul, kau dimana sekarang? Kami menunggu mu,” kata Byunghun diseberang sana.

“Aku segera menyusul,” kata Hanbyul yang kemudian menambah kecepatan mobilnya.

Hanbyul sampai di café tempat dimana member Viceroy yang lain menunggu. Minhwan segera melambaikan tangan sa’at Hanbyul memasuki café. “Ma’af terlambat,” Hanbyul duduk bergabung.

“Darimana saja kau?” Tanya Byunghun.

“Jeonggu Dong,” kata Hanbyul enteng.

“Jeonggu Dong??” Minhwan benar terkejut mendengarnya. “Tempat asal YOWL, apa yang kau lakukan disana?”

“Tidak terjadi sesuatu kan?” buru Byunghun.

“Han Myungran, charlady yang bekerja pada Hanbyul berasal dari Jeonggu Dong, aku yang membantunya mendapatkan itu,” terang Sunghyun.

“Kenapa dari Jeonggu Dong?” Tanya Minhwan.

“Kebetulan, mungkin.”

“Lalu kenapa kau kesana?” Tanya Byunghun lagi pada Hanbyul.

“Mengantar obat untuk Myungran Nuna, beberapa hari ini dia terlihat tidak baik namun memaksa bekerja.”

“Oh.”

“Lalu apa tempat itu benar mengerikan seperti sarang penyamun dalam dongeng?” sambung Minhwan.

“Em, tidak juga. Namun sedikit membingungkan, gang-gang itu. Untung saja ada seseorang yang memnbantuku.”

“Seseorang?” Myungsoo dengan tatapan curiganya.

“Nee.”

***

Liburan singkat dimusim semi berakhir sudah. Murid-murid Hwaseong Academy kembali berkatifitas. Beberapa siswi berkumpul didekat gerbang. Mereka segera berteriak histeris ketika keempat member YOWL datang. Fans YOWL mulai muncul disekolah walau jumlahnya tak banyak. Mereka mulai berani menunjukan diri di muka umum. Grup khusus YOWL yang didirikan di komunitas murid Hwaseong Academy juga mulai ramai pengunjung.

Junki terkejut ketika sampai di meja kerjanya. Sebuah rangkaian bunga, bukan tapi bunga dalam vas, bukan. Ah, apa ini? Junki tak paham. Tiga tangkai bunga daisy berwarna merah dan tujuh tangkai bunga seruni kuning, tampilannya semakin cantik di tambah dengan daun dan hiasan mirip akar atau kayu berwarna coklat itu ditata diatas media unik. Junki tak pernah melihat rangkaian bunga seperti ini sebelumnya.

“Pagi!” sapa Gahee. “Oh? Itu…” Gahee menunjuk bunga diatas meja Junki.

“Iya. Kau tahu ini apa?” Gahee mengamati rangkaian bunga itu. “Tidak ada nama pengirimnya, hanya kata You’re so beautifull.”

“Eum, menurut ku ini ikebana.”

“Ikebana?”

“Iya. Seni merangkai bunga dari Jepang.”

“Seni merangkai bunga dari Jepang??”

“Iya. Ini cantik sekali. Siapa yang mengirimnya untuk mu? Daisy merah? Itu berarti apa ya?” Gahee penasaran. “Sebentar,” Gahee membuka halaman demi halaman buku agenda hitam miliknya dan Junki setia menunggu. “Ah, ini dia! Arti dari bunga daisy merah, kecantikan yang tidak diketahui pemiliknya, cinta, tulus, sederhana, cinta yang jauh dari gairah yang berlebihan, cinta diam-diam? Omo, Junki, aku rasa ada yang benar-benar mengagumi dan bukan sekedar kagum.”

“Mm-mwo??”

-------

“Aaaaa, ini cantik sekali!!!” Yoojin senang bukan kepalang Ai membawakannya sebuah ikebana dua tangkai bunga daisy warna oranye yang di padu dengan seruni kuning, juga hiasan pemanis lainnya. “Indah sekali! Kau membuatnya sendiri?? Eh, artinya apa ini?”

Daisy oranye, kehangatan, sukacita, semangat.”
“Woa! Daebak! Seperti hari ini yang penuh semangat, untuk YOWL hehehe… oya, hari ini kau akan mendaftar club apa?”
“Entahlah. Belum ada rencana.”
“English conversation, ada Lee Junki disana.”
“Tidak mau terlalu mengejarnya, cukup dikelas saja.”
“Katanya cinta pada pandangan pertama, kenapa tidak berusaha mendapatkannya?”
“Aku takut patah hati.”
“Mwo?? Kau punya rasa takut juga? Hehehe itu terdengar sangat lucu, Ai chan. Oya, aka nada even besar dan perubahan besar, jadi bersiaplah. Aku menguping pembicaraan beberapa orang pagi ini.”
“Detektif Kim Yoojin? Teman tidak tampak ku?? hoho… ini akan jadi sangat keren.”
“Kau minta aku melakukan apa? Aku siap!”

“Ai!!!!!” Hyuri berlari lalu memeluk Ai yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Kau ini kenapa?”
“Nenek menyukainya, ikebana itu, krisan kuning, ck, sangat indah. Kau membuatnya sendiri? Ha? Ajari aku, ya ya ya…” rengek Hyuri manja sambil melingkarkan tangannya di lengan Ai dan menggoyang lengan Ai.
-------
“Kita akan sangat sibuk hari ini,” Taemin baru memasuki ruang Dewan Senior. “Kira-kira club apa yang paling banyak diminati?”
“Club Yowlism sudah ada di komunitas Hwaseong Academy,” kata Daehyun yang sibuk menatap ponselnya.
“Pagi tadi sedikit heboh digerbang, gadis-gadis itu…”
“Kau masuk apa? Prince? Atau Red Fire? Skydust? Atao Yowlism?”
“Taemin World!” jawab Taemin kesal.
“Hari ini kita harus mengumpulkan seluruh anggota Dewan Senior, rapat khusus untuk mebahas Hwaseong Festival.” Jieun baru bergabung.
“Mendadak sekali?” Tanya Taemin.
“Apa ini tidak terlalu dini?” sambung Daehyun.
“Apa mungkin karena tahun ini adalah festival ke-50?” terka Taemin.
“Entahlah. Bahkan menurut rumor diantara pengajar, kali ini Nyonya Shin akan memantau langsung, termasuk kerja kita, tim panitia,” terang Jieun.
“Hah… it’s not a good idea!” keluh Daehyun. “Kita akan terus di awasi, ck.”
-------
Byunghyun menyincingkan senyum melihat mms yang baru memasuki inbox ponselnya. “Ada penemuan baru,” ucapnya.
“Iya?? Apa itu??” Minhwan penasaran.
“Tentang Fujiwara Ayumu itu?” terka Jungshin.
“Nee. Siapa lagi kalau bukan dia?” Byunghun membenarkan.
“Kali ini apalagi?” Tanya Hanbyul.
“Skandal.”
“Skandal??” pekik Minhwan. “Aa, dengan siapa?” Byunghun hanya menjawabnya dengan senyuman. Myungsoo meliriknya dan benar dibuat penasaran, begitu juga Hanbyul.
-------
Ai menarik sebuah buku dari rak. Disa’at yang sama seseorang juga menarik buku yang sama dari arah berlawanan. Ai memiringkan buku dan mengintip siapakah yang berebut buku dengannya dari celah rak.
“Kau rupanya,” respon Ai datar, seperti yang sudah-sudah.
“Annyeong The Wacky Way,” sapa Sunghyun lengkap dengan senyum tulusnya. “Kau juga berminat pada buku ini?”
“Ambil saja,” Ai melepas pegangannya.
“Tunggu!” tahan Sunghyun sa’at Ai hendak melangkah. “Sabtu malam, pasti kau yang menolong Hanbyul.”
“Hanya kebetulan. Dia menceritakannya?”
“Tidak semua. Hanya dugaan ku dan benar. Terima kasih sudah membantunya.”
“Kenapa kau membawanya ke club? Sengaja ingin melihat pertunjukan kami?”
“Oh, Myungsoo? Aku rasa kau sudah tahu jawabannya. YOWL tahu akan hal itu?”
“Penampilan kalian terlalu menonjol disana. Kau takut martabat Viceroy jatuh? YOWL tahu tentang mu, apa mereka membukanya di depan rekan-rekan mu?”
“Anee, gomawo. Aku mengkhawatirkan teman-teman ku.”
“You don’t know me and I don’t know you. Let it’s work like this.”
“But sooner or later, they will know about this, me, you and YOWL.”
“You afraid about Byunghun? Let me take care of him, then all will be fine.”
“Are you sure about it? Byunghun is not weak as you look before.”
“I know, dia sedikit merepotkan. Lee Byunghun.”
“Ah, aku seperti musuh dalam selimut saja.”
“Berhenti saja dari sekarang,” kata Ai kemudian berjalan pergi. Sunghyun tersenyum, menimbang buku ditangannya dan pergi.
***
Junki harus mengajar di kelas X-F. Ia lega melihat bangku Ai masih kosong. Sejenak Junki berpikir picik, ia berharap Ai tidak akan muncul untuk mengikuti pelajarannya.
Ai berjalan pelan sambil memeluk buku-buku yang baru ia pinjam dari perpustakaan. Langkah Ai semakin lambat dan tangan kanannya merapat pada tembok. Buku-buku dalam pelukan Ai jatuh seiring dengan jatuhnya tubuh Ai terduduk di lantai. Ai menggigit bibirnya, meringis menahan sakit sambil meremas perutnya. Mual dan kepala Ai terasa sangat berat diiringi dengan nafasnya yang mulai sesak. Hanbyul yang tak sengaja lewat menemukan Ai. Ia kager dan segera menghampiri Ai.
“Fujiwara, kau kenapa? Ya Tuhan, wajahmu pucat sekali,” Hanbyul panik melihat wajah pucat Ai yang berkeringat.
“Aku baik-baik saja,” bisik Ai menahan sakit.
“Ayo!” Hanbyul tidak tahan melihatnya. Ia segera menggendong Ai dan berlari membawa gadis itu menuju klinik sekolah.
Suasana tenang dan para murid serius mengikuti pelajaran didalam kelas. Kosentrasi murid mulai terganggu oleh ribut para gadis dilapangan olah raga. Para gadis histeris dan menjadi ribut melihat Hanbyul berlari sambil menggendong seorang gadis. Suara gaduh itu mengganggu seluruh ruang kelas X tak terkecuali X-F. Kibum yang juga mendengar keributan itu menoleh dan bangku Ai masih kosong. Ia menatap Wooyoung lalu keduanya kompak berdiri dan keluar kelas tanpa minta izin Junki terlebih dahulu. Bahkan teriakan Junki diabaikan oleh keduanya.
Hanbyul membaringkan tubuh Ai diruang perawatan klinik sekolah dan mundur untuk mengatur nafasnya yang terengah-engah. Ai masih meringis menahan sakit dan ia duduk.
“Kau bisa mati Jang Hanbyul,” kata Ai yang sudah duduk dipinggir ranjang.
“Tenanglah, aku ini atlet basket,” Hanbyul masih terengah-engah. “Lagi pula, lelaki macam apa yang tega meninggalkan seorang gadis kesakitan? Kau yang bisa mati.”
“Aku punya Sembilan nyawa, jadi aku tidak akan mati semudah itu.”
“Ish! Kau, kucing? Cat women? Begini masih bisa bercanda. Aku akan memanggil Dokter.” Ai memandang punggung Hanbyul yang berdiri membelakanginya.
“Aku disini!” kata Dokter tampan yang tiba-tiba muncul dari balik pintu. Hanbyul juga Ai sama-sama terkejut. “Ah, aku mengagetkan kalian? Ma’af jika itu benar. Aku Song Joongki, dokter piket hari ini,” Joongki memperkenalkan diri. “Oh, jadi ini Fujiwara Ayumu itu?”
“Nee? Dokter tahu saya?”
“Setelah pertunjukan sabtu kemarin, YOWL muncul kepermukaan, siapa yang tidak tahu?” Joongki melirik Hanbyul. “Kita lihat, kau sakiy apa,” Joongki hendak memeriksa Ai.
“Tunggu! Dokter, aku baik-baik saja, ok? Ini hanya masalah… wanita.”
“Em?? Wajah mu pucat sekali, biar aku periksa.”
“Tunggu!!” Ai melirik Hanbyul. Joongki paham akan hal itu.
“Bisa kau tinggalkan kami?” pinta Joongki pada Hanbyul.
-------
“Hanbyul, dia pasti sudah gila!” umpat Soojung. “Apa dia sadar akan tindakannya ini??”
“Menurut ku, Hanbyul melakukan tindakan benar. Apa salahnya menolong seseorang?” Jieun bersuara.
“Walau itu seorang YOWL?”
“YOWL? Kenapa? Mereka juga manusia dan murid Hwaseong Academy, sama seperti kita.”
“Ya! Lee Ji Eun!” bentak Gyuri. “Kau sadar akan ucapan mu itu?”
“Iya, aku sadar.”
“Kau!” Soojung geram.
“Soojung~aa! Geumanhae!” cegah Yiyoung.
“Cepat sekali?” gumam Chaerin yang sedari tadi fokus menatap monitor tab ditangannya.
Hanya selang 15 menit dan peristiwa Hanbyul menggendong Ai langsung ramai dibicarakan dalam Hwaseong Academy Community, lengkap dengan foto-foto mereka. Seluruh murid Hwaseong Academy wajib bergabung grup ini dan hampir keseluruhan member adalah pengguna aktif. Sedikit posting baru pasti akan langsung diperhatikan.
Hanbyul menangkap atmosfer tak bersahabat ketika ia memasuki ruang latihan. Byunghun, Minhwan, Sunghyun, Jungshin dan Myungsoo, mereka menatap Hanbyul. Hanbyul merasa diadili. Hanbyul telah memprediksikan hal ini dan ia telah mempersiapkan diri sejak ia meninggalkan klinik sekolah.
“Kalian boleh marah padaku, ma’afkan aku,” kata Hanbyul setelah duduk bergabung.
“Itu sangat laki-laki,” komentar Jungshin.
“Apa kalian akan marah pada Hanbyul hanya karena dia menolong Fujiwara? Karena Fujiwara member YOWL?” Tanya Sunghyun.
“Pagi ini Byunghyun bicara tentang skandal, inikah skandal itu?” Minhwan mengajukan pertanyaan lain.
“Ya! Itu skandal lain! Aku sendiri tidak menduga ini akan terjadi,” Byunghun menatap heran pada Hanbyul.
“Fujiwara menolong ku sa’at aku tersesat di Hongdae, melihatnya kesakitan seperti tadi, ma’af aku tidak bisa membiarkannya,” terang Hanbyul. “Jika begini, aku tak merasa punya hutang budi lagi padanya.”
“Semoga benar seperti itu yang terjadi,” komentar Myungsoo sinis.
-------
Hyuri ada bersama Kibum dan Wooyoung dikamar tempat Ai beristirahat. Ai sudah terlihat lebih baik. Joongki kembali masuk sambil membawa buku yang ditinggalkan Ai.
“Sebaiknya kalian kembali ke kelas. Aku yakin setelah ini member YOWL pasti akan kemari. Klinik tidak boleh terlalu padat pengunjung dan ribut, sama halnya dengan perpustakaan, em?” kata Joongki.
“Oppa, hanya Ai yang dirawat disini,” protes Hyuri.
“Nona Song Hyuri, panggil aku Dokter Song. Ini sekolah!”
“Hih! Oppa menggelikan!” Hyuri melipat tangan, kesal pada sikap sepupunya itu.
“Lekas pergi! Fujiwara juga butuh istirahat!” usir Joongki.
“Arasho! Arasho! Oppa, tolong jaga Ai untuk ku,” kata Hyuri sebelum pergi meninggalkan kamar Ai bersama Kibum dan Wooyoung.
“Anak itu. Nyonya Shin terlalu memanjakannya. Cucu perempuan satu-satunya keluarga Shin, terlahir dari putri bungsu Nyonya Shin, Shin Hyunjin. Bibi Shin menikah dengan kakak dari ayah ku,” terang Joongki namun seperti biasa Ai bereaksi datar. “Hanbyul menitipkan ini,” Joongki meletakan buku di meja.
“Kamsahamnida,” Ai menundukan kepala.
“Berterima kasihlah pada Hanbyul. Murid-murid pasti gila karena skandal ini.”
“Skandal?? Dokter Song terlalu berlebihan.”
“Bagaimana Princess dan Prince menyikapi hal ini? Lalu Yowlism?” Ai hanya tersenyum. “Kau ini pelit sekali ya.” Joongki sedikit kesal pada reaksi Ai. “Sebaiknya kau memulai hidup teratur dan mengatasi masalah ini. Jika dibiarkan bisa berakibat fatal.”
“Ini masalah umum para gadis.”
“Bukan itu, tapi…” Joongki tak melanjutkan ketika terdengar bunyi ketukan pintu, “ah, itu pasti member YOWL. Masuklah!” panggil Joongki. “Oh, Hyung??” Joongki kaget.
Ai mengangkat kepala dan betapa terkejutnya ia melihat siapa yang datang. Itu Lee Junki, iya Lee Junki yang muncul bukan empat member YOWL. Semburat rona pink segera memenuhi seluruh wajah Ai. Ia tertunduk dan jantungnya berdetub tak karuan. Ai benar dibuat nervous oleh kehadiran Junki. Tangan Ai sampai berkeringat dan ruangan itu terasa panas baginya.
“Bagaimana keadaannya? Apa benar Fujiwara pingsan?” Tanya Junki.
“Ah, mereka itu berlebihan. Dia sudah mulai baik sekarang,” terang Joongki. “Baiklah, aku pergi,” Joongki pamit.
‘Dokter Song, jangan pergi!’ batin Ai namun tak berguna, Joongki telah keluar dan menutup pintu. ‘Be calm Ai. Ini hanya ilusi!’
“Benar sudah merasa lebih baik?” Junki duduk dikursi disamping ranjang.
“Nee. Terima kasih sudah menjenguk.”
“Rangkaian bunga itu, kau yang mengirimnya?”
“Ikebana itu, selamat menyambut datangnya musim semi,” Ai tersenyum manis. Junki turut tersenyum dan sangat manis bagi Ai yang dibuat tenang melihatnya.
“Kau sendiri yang membuatnya?”
“Nee. Promosi untuk Morning Glory Florist, Bapak bisa mendapatkannya disana,” canda Ai menutupi rasa gugupnya.
“Wah, aku tidak menyangka kau sendiri yang membuatnya, gadis seperti mu.. ah, ma’af.”
“Itu wajar. Bapak bukan yang pertama tidak mempercayai hal ini. Memalukan jika aku tidak bisa merangkai bunga.”
“Karena kau memiliki nama Jepang? Setiap gadis Jepang harus bisa ikebana?”
“Karena aku terlahir dari wanita perangkai bunga,” kenang Ai. Dan melihat ekspresi itu Junki ikut merasa sedih.
“Beliau pasti wanita yang sangat cantik, seperti mu,” puji Junki berniat menghibur Ai.
Ai tersenyum kecil. “Mendiang Ibu memang cantik,” ungkapnya.
“Mendiang?”
“Nee. Ibu meninggal sa’at melahirkan aku dan aku hanya tahu dari foto.” Ai sendiri tak paham kenapa ia bisa begini jujur didepan Junki. Apakah benar ini karena cinta?
Suara derap langkah beberapa kaki. Semakin mendekat. Brak! Jaejoong membuka pintu kamar tempat Ai berada. Tanpa permisi Jaejoong langsung mendekati Ai dan memegang kedua lengan gadis itu, mengamatinya.
“Kau baik-baik saja? Apa yang sakit? Apa benar kau pingsan?” Jaejoong sangat khawatir. Junki sampai berdiri dari tempat ia duduk.
***
Ai berjalan melipat tangan. Ia cemberut dan terlihat benar kesal. Jaejoong, Wonbin, Minhyuk, Jaejin dan Kibum berjalan dibelakangnya sa’at pulang sekolah.
“Ai, apa kau baik saja?” Minhyuk memberanikan diri bertanya.
“Bagaimana kalau kita mampir ke kedai ramen diujung gang?” usul Jaejin. “Kau pasti lapar.”
Ai menghentikan langkah mendadak. Jaejoong hampir menabraknya dan yang lain turut berhenti. Ai membalikan badan, melihat kelima rekannya. Ai menghela nafas lalu pergi mendahului dengan langkah cepat.
“Dia itu kenapa?” gumam Kibum.
“Ini gara-gara dia!” Minhyuk mendorong Jaejoong.
“Kenapa aku?” protes Jaejoong.
“Sobat, menurut kalian, mungkinkah Ai benar telah jatuh cinta pada Lee Junki Songsaengnim?” Tanya Wonbin yang masih menatap punggung Ai.
“Mwo???” pekik Jaejoong, Minhyuk dan Jaejin kompak.
“Ess, aku juga menangkap aura yang sama,” komentar Kibum.
“Ya! Kalian berdua ini bicara apa?” Jaejoong terlihat benar tak terima. Wonbin menghela nafas dan kembali berjalan disusul Kibum. “Ck! Anak-anak itu.”
“Benarkah Ai begitu?” Tanya Jaejin.
“Hah, ayo pulang!” Minhyuk merangkul Jaejin.
Menyebalkan! Kenapa mereka tiba-tiba muncul? Jaejoong! Dia itu selalu saja berlebihan. Bagaimana kalau Junki Songsaengnim salah paham? Andai mereka tidak muncul pasti aku bisa berlama-lama berdua dengan Junki Songsaengnim.
Ai menghentikan langkahnya melihat mobil sedan putih itu telah terparkir didepan tangga menuju tempat tinggalnya. Ai kembali menghela nafas dan memutar langkah. Buru-buru ia pergi menuju basecamp. Yongbae kaget melihat Ai datang masih mengenakan seragam sekolahnya. Melihat ekspresi Ai, Yongbae tak berani bertanya.
“Jika ada yang mencari ku, katakan aku tidak disini,” kata Ai kemudian masuk ke ruangan berukuran sedang yang lebih mirip kamar tempat dimana ia atau member YOWL yang lain istirahat. Ai duduk bersila, menghela nafas panjang, melipat tangan dan memejamkan mata meredam kekesalannya.
Minki mempertemukan Euichul dengan keempat member YOWL juga Kibum. Euichul masih mengkhawatirkan Ai, namun tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali menuruti perkataan Minki juga teman-teman Ai yaitu pergi.
Jinyoung tak cukup mendengarkan penjelasan Euichul dan meminta Wooyoung datang. Wooyoung menceritakan apa yang terjadi pada Ai juga penjelasan Joongki. Ia merasa sedikit lega mendengarnya dan sedikit tenang.
Jinwoon pergi usai menguping percakapan Jinyoung, Euichul dan Wooyoung. Ia masih saja kesal dengan kondisi ini, namun ia juga selalu penasaran segala sesuatu tentang Ai, termasuk kejadian hari ini. Ia meraih ponselnya.
From Daehyun: Hyung, ada kabar tentang Jiyoo Fujiwara? Apa dia baik saja?
“Hagh!” umpat Jinwoon kesal.
-------
“Apa ada yang kemari?” Ai keluar setelah dua jam mengurung diri.
“Iya, namun tidak memaksa untuk bertemu Nona,” jawab Yongbae.
“Mereka siapa yang kau maksud?”
“Minki Hyung dan member YOWL.”
“Ada yang lain?”
“Tidak ada.”
“Baiklah, aku akan pulang sekarang.”
***
Kali ini ikebana mawar ungu yang menghiasi meja Junki. Diluar sana murid-murid meributkan skandal Viceroy Hanbyul dan YOWL Ai, dan pagi ini Junki kembali mendapat kiriman ikebana.
“Wah, lagi?” sapa Gahee.
“Mawar ungu, apa artinya kali ini?”
“Ah, manis sekali,” Gahee berseri.
“Ah, manis sekali?”
“Ck! Mawar ungu, artinya cinta pada pandangan pertama! Ah, kau punya secret admire sekarang? Ini membuatku iri.”
Junki masih tertegun. ‘Cinta pada pandangan pertama?’ batinnya mulai khawatir.
-------
“Bagaimana jika aku mengirim bunga untuknya?” Jaejoong sambil terus menatap Yiyoung. “Hah… bidadari ini, benar-benar indah.”
“Kenapa baru terpikirkan sekarang?” Tanya Jaejin.
“Setelah mengetahui Ai mengirim ikebana untuk Junki Songsaengnim pastinya,” jawab Minhyuk.
“Ssh! Pelankan suaramu! Itu berbahaya untuk Ai. Kau tahu, dia mengirimnya secara diam-diam,” Jaejoong melirihkan suaranya. “Wonbin~aa!” Jaejoong merangkul Wonbin.
“Aku tidak mau! Katakan sendiri pada Ai dan jujurlah itu untuk Yiyoung,” tolak Wonbin sebelum Jaejoong mengutarakan maksud hatinya.
“Ck! Kau ini tidak setia kawan sekali.” Jaejoong melepas rangkulan tangannya. Minhyuk dan Jaejin cekikikan melihatnya.
-------
Ai menghentikan langkahnya dan membalikan badannya menatap kesal Wooyoung yang terus membuntutinya. “Teisatsu-san, apa kau tidak lelah terus mengekor seperti ini?!”
“Ma’af  jika membuat Nona tidak nyaman . Tapi aku harus melakukannya. Tuan Besar memintaku untuk lebih intensif menjaga Nona setelah kelalaian waktu itu.”
“Itu konyol! Hah!” Junki lewat dan Ai segera menurunkan tangan dari pinggangnya. Ai tersenyum namun Junki terlihat kikuk dan berlalu begitu saja. “Huft… tidak bekerja sempurna,” Ai berjalan menunduk menuju toilet. Wooyoung tak bisa mengikutinya kesana.
-------
“Skandal itu dan sekarang? Hah, ini merepotkan, selalu merepotkan,” keluh Taemin. Jieun hanya diam walau ia juga terlihat lelah.
“Aha! Aku puny ide!” kata Daehyun tiba-tiba. “Hwaseong Festival bisa jadi ajang pertempuran, secara resmi dan besar.”
“Ya! Kau mau memanfa’atkan even ini?”
“Apa kau yakin bisa?” Tanya Jieun.
“YOWL juga patut diakui, mereka juga band berbakat yang dimiliki Hwaseong Academy. Eh, tunggu! Kau itu dipihak siapa?” Daehyun menuding Jieun.
“Netral! Aku adalah Dewan Senior disini.”
“Ok! Dengarkan rencanaku baik-baik.”
-------
“Terlalu frontal? Ah, tidak, rata-rata gadis Seoul juga begitu,’’ komentar Yoojin. “Mungkin saja Junki Sonsaengnim belum siap untuk menerima kejutan-kejutan ini. Mawar ungu apa artinya?”
“Cinta pada pandangan pertama.”
“Mwo???”
Hanbyul duduk diatas meja dan menatap keluar jendela. Diluar sana Ai tiba-tiba muncul dan Wooyoung masih mengekor dibelakangnya. Ai terlihat kesal, ia berjalan lalu berhenti, menoleh dan kembali berjalan lagi. Hanbyul tersenyum melihatnya.
“Sebaiknya kau berhati-hati,” Myungsoo duduk dimeja dekat Hanbyul.
“Kau takut aku menyukai Fujiwara? Atau kau lebih dahulu menyukai Fujiwara?”
“Hagh! Kau pikir aku sudah gila dan kehilangan akal sehat ku? Dia itu YOWL.”
“Dan dia seorang gadis. Bertentangan dan penuh tantangan, aku tidak yakin kau tidak tertarik. Salah satu kelemahan pria adalah wanita.”
“Jadi pandanglah dia sebagai YOWL, bukan sebagai seorang gadis.” Sunghyun menyela. “ Mengejutkan, ternyata member kelima YOWL adalah perempuan.”
“Apa yang dilakukan Byunghun?” tuding Hanbyul keluar jendela.

“Aku dengar kau juga jago bekelahi,” Byunghun sudah mencegat Ai dan Wooyoung. Wooyoung siaga berdiri disamping kanan Ai yang tetap tenang menghadapi Byunghun yang menghadangnta bersama Minhwan.
“Kau mencoba menggoda Hanbyul?” sambung Minhwan.
“Kita duel,” tantang Byunghun.
“Lelaki menantang duel perempuan? Sunbae bercanda?” Tanya Wooyoung. “Jika ingin duel, lawan aku saja.”
“Yang aku dengar dia adalah putri Jeonggu Dong, pasti sangat jagoan dalam urusan berkelahi juga. Dia dan preman-preman itu.”
“Ada apa ini?” Jaejoong datang bersama ketiga member YOWL dan Kibum yang telah mengirim pesan lebih dulu padanya. Bersamaan dengan itu ketiga member Viceroy, Myungsoo, Hanbyul dan Sunghyun juga bergabung.
“Viceroy dan YOWL kembali bertarung!” seru seorang siswa sambil berlari. Jungshin menyimpan kamera ditangannya, menghela nafas dan bangkit dari duduknya. Jungshin baru tiba dan kedua kubu ini sudah saling berhadapan siap menyerang satu sama lain.
Chaerin, Soojung, Yiyoung dan Gyuri turut melihat dua kubu ini dari jarak aman. Daehyun berlari sekencang ia bisa. Taemin dan Jieun menyusul dibelakangnya. Daehyun menerombol kerumunan dan berhenti diantara Viceroy dan YOWL. Semua dibuat ternganga oleh tindakan Daehyun.
“Geumanhae!” kata Daehyun disela nafasnya yang terengah-engah. “Jebal, geumanhae…”
“Wow! Wakil Dewan Senior datang melerai?” komentar Byunghun. “Minggir! Ini bukan urusan mu!”
“Kalian ini, selalu merepotkan saja! Hwaseong Academy bukan sekolah preman!”
“Sebaiknya kau minggir Jung Daehyun,” Jaejoong memperingatkan.
“Taemin! Lakukan sesuatu!” Jieun panik.
“Tenanglah. Daehyun pasti bisa mengatasinya.”

Joonghun tersenyum melihat keluar jendela, “adik mu berulah lagi. Lihat, kali ini Jung Daehyun turun tangan.”
Jinwoon yang sibuk dengan game ditangannya langsung berdiri dan menatap keluar jendela. “Daehyun, bodoh! Apa yang dia lakukan?!” Jinwoon hendak keluar namun Joonghun menahannya.
“Kau tertarik bergabung?” Tanya Jonghyun –Kim Jonghyun SHINee-.
“Taruhan! Kalian menjagokan siapa?” Tanya Sungyeol –Lee Sunggyeol Infinite-. “Aku YOWL.”
“Kau Yowlism?” Tanya Jonghyun.
“Kala itu siapa yang membuat Byunghun babak belur hingga masuk rumah sakit? Kim Jaejoong. Kubu YOWL lebih unggul dalam hal ini.”
“Dasar gila! Ya, Jinwoon~aa, tenanglah.”
“Tapi Daehyun.”
“Daehyun atau Fujiwara?” Tanya Joonghun.
“Nee?? Fujiwara??” Tanya Jonghyun.
“Kau lupa siapa yang kita buntuti kala itu? Akh, babo!” Sungyeol memukul pelan kepala Jonghyun.

Daehyun menunjukan kertas ditangannya. “Berhenti menggunakan cara ini! Bersainglah secara legal! Ini adalah surat keputusan tentang Hwaseong Festival tahun ini. Ibu Presedir turun tangan sendiri mengawasi Hwaseong Festival ke-50 ini. Jika masing-masing dari kalian merasa hebat, maka aku menantang kalian, Viceroy juga YOWL untuk bertarung secara resmi, secara kreatifitas. Kami Dewan Senior, akan melibatkan kalian berdua untuk turut andil dalam pertunjukan Hwaseong Festival tahun ini. Apa kalian sanggup menerima tantanganku ini?” Daehyun menatap kubu Viceroy lalu YOWL.
“Dengan senang hati,” Ai maju selangkah membuat kubu YOWL kompak menatapnya heran.
Myungsoo turut maju. Ia berhenti didekat Daehyun, “aku terima tantangan ini,” ucapnya lurus menatap Ai.


-------TBC--------

matur suwun

shytUrtle_yUi

 

 

Bilik shytUrtle

¤ Bilik shytUrtle - Amy Lee vs. Amabelle Lee ¤

04:32

¤ Bilik shytUrtle - Amy Lee vs. Amabelle Lee ¤

tempurung kUra-kUra, 24.09.2012


Aje gile. Lemes! Ngantuk! Hampir pingsun. Gubrak!
Sumpah panasnya superboy banget dah.

Ini maksa, maksa ini! Nulis note ditemenin 'Bring Me To Life-Evanescene', tetep aja hot summer, aje gile. Whatever~

Ini maksa, maksa ini! Sabtu malam kemarin, ditengah-tengah ngetik naskah 'Seoul Romance', saya di landa B Virus alias Virus Bosan. Enaknya ngapain ya? Saya otak-atik blackstar, buka folder 'muse'. Isinya foto-foto orang-orang yang menginspirasi saya. SLANK, Helloween, GNR, Avril dan Amy Lee. Mata saya terhenti pada satu foto Amy Lee. Disana Mbak Amy lagi senyum, manis banget, sampek lesung pipinya kelihatan, di pipi kanan duank.

CLING!

Otak cancer saya yang doyan ngayal memunculkan ide usil. Saya beralih ke folder 'foto' nyari foto-foto saya. Got it!
Saya buka xiu-xiu, cut sana, cut sini. Tempel sana, tempel sini. Terakhir di permak jadi foto hitam-putih. Jadi dah editan gaje ala kUra-kUra gila. Aje gile dah!

Next, saya upload fotonya. 'Aje gile, tembem sama lesung pipinya sama, maksa ini maksa' dengan melampirkan tulisan demikian diatas foto. Seingat saya sich gitu :o Dan saya membantai sekitar 40 teman saya untuk jadi korban tag. Nyahahaha~ maksa ini maksa! Saya menikmatinya, penderitaan teman-teman yang jadi korban tag saya, kapok (¿)

Langsung ada like dan comment, aje gile. Pertama ada panglimanya SC, Dree. Lalu ada Bebi Minhozy. Ah, ntar aja copas comment-nya iye. Sari malah nyangka itu foto sebelah kanan adalah mamah saya. Gubrak. Emak saya emang cantik, tapi wajahnya Jawa banget, bukan bule. Kalau Emak saya bule, saya blesteran dong? Huhu, enggak. Muka saya tetep aja pas-pasan, Jawa asli, dan saya suka, Emak saya juga suka, uye! Comment bawah-bawah dibilang, mirip. Bahkan Yoonhee Onni nulis, lumayan mirip, beda hidung sama mata. Iyalah hidung Mbak Amy mancung ke depan, punya saya mancung ke belakang (baca: pesek). Mata Mbak Amy belok, mata saya belek. Aje gile. Nining menulis, beningan yang satunya. Iyalah pasti ini mah, terang aja Mbak Amy uda di permak, di make up. Na saya? Dijemur idup-idup, malang nian.

Sebenarnya saya nggak begitu ngefans sama Mbak Amy, cenderung ke Avril. Tapi makin dilihat makin suka. Tampilannya keren, gothic. Sampai sekarang belum keturutan pengen di rias ala Amy Lee.


Amy Lee vs. Amabelle Lee

Baru nyadar kalau nama debut kami sama-sama berawal A dan kata belakang 'Lee'. Saya nggak tahu kenapa Mbak Amy menambah kata 'Lee' dibelakang namanya. Apakah itu marga keluarga atau sekedar nama panggung, saya nggak tahu. Payah. Kalau saya sedari dulu emang udah suka sama marga 'Lee'. Zaman SMA saya uda pakek nama Lee dibelakang nickname fenomenal saya, Kotrek. Jadinya Kotrek Lee. Nggak ada yang nanya.

Amy Lee vs. Amabelle Lee:
- Sama-sama cewek, bedanya Mbak Amy cewek terawat, saya cewek teruwet.
- Sama-sama punya huruf A dan kata Lee dalam nickname. Bedanya, Mbak Amy namanya asli dan keren. Dan saya namanya asli dan keren (?) Apapun itu harus mensyukuri dan membanggakan nama kita.
- Sama-sama penyanyi. Bedanya, Mbak Amy penyanyi beneran, tenar. Saya penyanyi abal-abal yang beraninya konser dalam angan-angan, mentok kamar mandi. Mbak Amy uda punya banyak album rekaman, terjual bebas dan resmi. Saya punya rekaman cover song yang beberapa di upload ke 4shared, di download orang ketiban sial dan sinya jamuran di dalam blackstar.
- Sama-sama punya lesung pipi di pipi kanan. Bedanya, punya Mbak Amy Lee dipandang sedap, punya saya dipandang sedap (?) Bagaimana pun juga harus mensyukuri karunia pemberian ALLOH SWT.
- Sama-sama tembem. Bedanya, Mbak Amy tembem seksi, saya tembem goplem.
- Sama-sama pengarang. Bedanya, Mbak Amy pengarang lagu, saya pengarang tulisan. Apa'an ya? Ah, proud aja jadi penulis, walau hanya penulis di FB.
- Sama-sama suka riasan gothic, smokey eyes. Bedanya, mata Mbak Amy hasil riasan, mata saya efek kurang tidur. L-tUrtle-yUi banget dah *colek Yijung*

Apa lagi ya?

Mohon ma'af jika ada tulisan yang tidak berkenan. Note ini JUST FOR FUN, tanpa ada maksud dan tujuan lain. Terima kasih.


.shytUrtle.

Fan Fiction FF

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

20:02

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 

. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
  

Episode #8

Yongbae tersenyum bangga menunjukan hasil kerja timnya pada Ai. Minhyuk dan Jaejin dibuat terkagum-kagum melihat perubahan didalam gedung tua milik Bibi Han. Gedung yang dulu kosong dan tak terawat kini berubah menjadi semacam aula serbaguna lengkap dengan panggung. Isi gedung ini benar telah dirubah total oleh Ai.

“Dong Yongbae, aku tidak menyangka kau sehebat ini,” puji Minhyuk.

“Aku hanya menjalankan perintah Nona Besar,” terang Yongbae.

“Kau banyak menyumbang ide, terima kasih,” ungkap Ai membuat Yongbae tersipu malu mendengarnya.

“Gabungan ide Ai dan Yongbae bagus juga ya,” Jaejin menggut-manggut melihat sekeliling.

“Minki Hyung juga banyak membantu,” imbuh Yongbae.

“Jadi hanya kami yang tidak tahu?” Tanya Jaejoong.

“Ini untuk kalian, YOWL,” kata Ai. “Ini adalah markas baru kita.”

“Woa!!!” Minhyuk bertepuk tangan bersama Jaejin.

“Akan kau beri nama apa basecamp kita ini?” Tanya Wonbin.

“Eum, entahlah. Aku belum memikirkannya, hanya basecamp, itu saja.”

“White Lily Island?” celetuk Jaejin.

“Itu judul lagu!” Protes Jaejoong.

“Dong Yongbae, apakah kau masih mau bekerja sama dengan kami?” Tanya Ai.

“Dengan senang hati, Nona,” Yongbae tersenyum tulus.

“Makan malam!” seru Kibum yang baru sampai bersama Minki. Kemudian semua duduk diatas lantai panggung untuk menikmati makan malam. Ai tersenyum sendiri memperhatikan pemuda-pemuda itu. Ponsel Ai bordering tanda panggilan masuk.

“Yeoboseyo?” Ai tak berkata apapun dan langsung terburu-buru keluar.

“Ada apa dengannya?” Tanya Minhyuk dengan mulut penuh.

“Aku akan melihatnya,” kata Jaejoong hendak bangkit dari duduknya.

“Aku saja,” tahan Minki. “ Kau disini saja, temani yang lain.”

 

Ai berlari agar segera sampai ke rumahnya. Ai sampai juga dan berjalan mendekati Euichul yang sudah menunggunya. “Oppa kemari?”

“Ah, Jiyoo…” Euichul langsung memeluk Ai.

“Oppa!” protes Ai sambil melepas pelukan Euichul.

“Aku sangat rindu padamu.”

“Mwoya?? Ish!”

“Jiyoo, aku punya sesuatu untuk mu.”

Ai melihat ke belakang Euichul, “truk??”

“Ah, iya. Kau tidak suka?”

“Kenapa Oppa merepotkan diri Oppa?”

“Aku hanya ingin membantu mu Jiyoo, setelah menjual truk lama mu, kau harus mengeluarkan biaya sewa, itu pemborosan.”

“Ini perintah ayah?”

“Bukan. Ini inisiatif ku sendiri. Appa tidak tahu jika aku membeli truk ini untuk mu. Tapi cepat atau lambat Appa akan tahu, bukan hanya tentang ini, tapi rencana mu. Appa sudah tahu jika selama ini kau hanya menggunakan 25% dari uang yang Appa kirim, bahkan Appa juga tahu jika 50% dari uang itu kau sumbangkan pada yayasan atas nama Appa.”

“50% masih tersimpan rapi, ah tapi benar beberapa waktu lalu aku menggunakan 25% darinya.”

“Aku tak tahu apa yang kau pikirkan.”

“Apa ini pinjaman??” Ai berkeliling memeriksa truk (disini kita menyebutnya pick up) berwarna hitam itu.

“Jiyoo!!!” Euichul kesal.

“Hehehe… em, gomawo Oppa.”

“Jadi kau suka??”

“Suka.” Ai tersenyum tulus. Minki baru sampai dan melihat Ai sudah bersama Euichul namun Minki tetap menjaga jarak dan bersembunyi memperhatikan keduanya. Euichul tersenyum lebar lalu mengelus kepala Ai kemudian pergi. Setelah Euichul pergi, Minki pun mendekat.

“Dia kemari?”

“Kenapa Oppa sembunyi?” Ai masih sibuk mengamati truk pemberian Euichul. “Kau lihat Oppa, sama sekali tak ada sentuhan seni. Oppa, kita harus sedikit memolesnya.”

“Ok.”

***

Viceroy berkumpul dan main bilyard bersama. Byunghun dan Minhwan juga Hanbyul dan Jungshin sibuk bermain. Sunghyun duduk membaca buku sedang Myungsoo duduk diam dan cemberut.

“Terjadi sesuatu?” Tanya Sunghyun menutup buku ditangannya.

“Anee,” jawab Myungsoo singkat.

“Beberapa hari ini kau menghilang,” sahut Byunghun.

“Mengurus restoran di Hongdae.”

“Wah, mulai serius mengurus bisnis ya?” Tanya Minhwan yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Myungsoo.

“Kalian sudah tahu berita terbaru tentang YOWL?” Tanya Byunghun.

“Ada hal baru?” Myungsoo tertarik.

“Ada grup khusus pendukung mereka dan itu di bentuk dari komunitas murid Hwaseong Academy,” terang Byunghun.

“Wah, pendukung mereka mulai bermunculan.” Hanbyul duduk bergabung.

“Tidak terlalu banyak tapi lumayan mengganggu,” sambung Minhwan.

“Apa saja isi dari grup itu? Kau tahu siapa pendirinya?” buru Myungsoo.

“Kau tertarik?” Byunghun balik bertanya.

“Aniya. Setelah penampilan mereka pasti keadaan akan sedikit berbeda,” bantah Myungsoo.

“Itu benar, tapi akan sulit untuk menyamai kita, Viceroy,” Minhwan membenarkan.

“Myungsoo, sebenarnya, apa kau mulai penasaran pada YOWL?” Tanya Jungshin tiba-tiba.

“Iya. Aku penasaran, setelah ini apa yang akan mereka perbuat.”

 

Myungsoo berbohong. Beberapa hari ini ia tak sibuk mengurus restoran. Myungsoo menghilang beberapa hari ini karena sibuk membuntuti Ai. Iya, Myungsoo sangat penasaran tentang siapa sebenarnya Ai, gadis pengamen misterius di Hongdae. Selasa malam ketika Myungsoo berkutat dengan laptop di meja kerjanya untuk mengecek hasil penjualan hari ini tiba-tiba seorang pelayan menghampirinya dan memberikan sebuah amplop merah. Pelayan itu hanya mengatakan seseorang memintanya mengantar amplop itu pada Myungsoo. Tanpa curiga Myungsoo langsung membuka amplop merah itu. Myungsoo terkejut hingga mulutnya terbuka melihat isi amplop tersebut. Uang pecahan 10.000 won? Dan sebuah surat? Myungsoo segera meraih surat tersebut.

Lupakan hutang pihutang. Apa kau menyesal pernah tersihir oleh ku? Bersiaplah untuk pertarungan baru. –Ai-

 

Myungsoo diam dengan pandangan lurus kedepan. Sunghyun yang duduk dibalik kemudi tersenyum melihatnya. “YOWL membebani mu?” Sunghyun memulai obrolan.

“Nee??” Myungsoo menoleh menatap Sunghyun.

“Aku tahu kau sedang berbohong. Aku menyadari ekspresi mu berubah ketika Ai mulai bernyanyi, kau sepertinya kaget mendengar nyanyian itu. Sebelumnya apa kau pernah bertemu dengan gadis itu?”

“Anee.”

“Kau itu paling payah dalam urusan berbohong. Jadi gadis pengamen itu Ai?”

“Kau tahu??” Myungsoo yang terkejut mendengarnya langsung menoleh menatap Sunghyun.

“Wah, dugaan ku benar ternyata,” Sunghyun tersenyum penuh kemenangan. “Kau pernah cerita tentang pengamen misterius itu pada ku.”

“Mungkin terdengar bodoh, tapi beberapa hari ini aku terus mengawasinya.”

“Dia gadis luar biasa. Dia tumbuh dengan baik di Jeonggu Dong. Kau tahu bagaimana lingkungan itu kan?”

“Kampung preman?”

“Iya. Selain preman dan mantan preman, banyak juga mantan penjahat dan mafia yang bermukim disana. Itulah kenapa YOWL sering di juluki band berandalan oleh Bapak Kepala sekolah.”

“Sepertinya kau tahu banyak tentang YOWL, tapi kenapa kau tidak pernah bicara tentang hal ini?”

“Lumayan. Aku penikmat musik YOWL dan aku juga dekat dengan beberapaa Yowlism.”

“Kau penikmat musik YOWL?? Yowlism??”

“Yowlism, julukan bagi fans YOWL, seperti Viceroy memiliki Princess. Aa, aku puny ide!” Sunghyun segera memutar mobilnya.

“Ya! Kita akan kemana?”

“Diam saja! Aku yakin kau suka.”

Sunghyun memimpin Myungsoo memasuki club kecil itu. Sunghyun sangat santai dan terlihat sudah terbiasa dengan tempat untuk orang kalangan menengah ke bawah ini. Lain dengan Myungsoo. Pangeran tampan ini terlihat kikuk sambil berjalan mengikuti langkah Sunghyun. Suasana club cukup meriah jum’at malam ini.  Ruang kosong di depan panggung penuh dengan penonton. Sunghyun memilih tempat duduk dipojok agar tak terlalu mencolok. Ia tersenyum melihat Myungsoo yang terlihat kaku. YOWL sedang tampil diatas panggung dan Ai sudah hampir selesai menyanyikan lagu ‘Complicated-Avril Lavigne’. Myungsoo lurus menatap panggung dan ingatannya terbang ke memori beberapa hari yang lalu ketika ia diam-diam membuntuti Ai. Myungsoo benar penasaran pada sosok Ai Si Pengamen Misterius. Beberapa hari membuntuti gadis itu, Myungsoo jadi sedikit tahu tentang Ai. Ai yang ternyata suka berkunjung ke sebuah florist bernama ‘Morning Glory’. Gadis yang suka tersenyum sendiri ketika duduk sendiri ditaman sambil melihat bunga azalea mekar. Sejenak Myungsoo menyadari jika Ai adalah gadis biasa dan normal seperti gadis lainnya. Namun bagaimana dengan rumor ia berbicara dengan hantu di toilet sekolah?

Sunghyun selesai mengobrol dengan beberapa orang yang menghampiri mejanya. Ia kembali menatap Myungsoo yang masih fokus melihat kearah panggung. Sunghyun tersenyum melihat rekannya itu yang seolah tak berkedip melihat penampilan YOWL. Sunghyun ikut bertepuk tangan ketika Ai selesai bernyanyi hingga Myungsoo terkejut dibuatnya.

“Malam ini adalah hari istimewa bagi YOWL,” kata Ai. “Mala mini kami akan tampil bersama legenda jalanan, Lee Minki. Oppa mohon naik,” pinta Ai dan penonton kembali bertepuk tangan.

“Legenda jalanan?” Tanya Myungsoo.

“Iya, Lee Minki Hyung. Kau tidak pernah melihatnya mengamen dengan Ai?” Myungsoo menggeleng. “Minki Hyung adalah mantan member band jalanan Road Sky.”

“Road Sky?? Band yang digawangi rocker ternama Korea Kim Junghyuk??”

“Em. Ah, lihat mereka akan tampil bersama. Aku ingin sekali melihat permainan gitar Minki Hyung.”

Minki naik keatas panggung. Jaejoong memeluk Minki kemudian Minki mempersiapkan gitarnya. Penonton bersorak memberi semangat lalu kembali diam. Minki mulai mengelus gitarnya memainkan intro lagu ‘Future World-Helloween’. Wonbin menemani Jaejoong membawakan lagu ini. Myungsoo dibuat ternganga oleh permainan gitar Minki. Ia tak menyangka jika YOWL dekat dengan Lee Minki, mantan member Road Sky yang kini terkenal sebagai band rock papan atas Korea. Suasana club kecil milik Jaesuk menjadi meriah. Suasana semakin panas ketika penonton turut bernyanyi menyanyikan reff lagu Future World menjelang lagu berakhir. Sunghyun berdiri dan turut bertepuk tangan ikut larut dalam kebahagiaan Yowlism membuat Myungsoo menatapnya.

“Ini menggelikan,” gumam Myungsoo.

“Mereka keren bukan?” Sunghyun kembali duduk.

“YOWL? Ish! Walau aku sempat terkejut mengetahui mereka dekat dengan mantan member Road Sky, bagi ku mereka tetap saja biasa.”

“Mereka memang biasa, tapi Ai berhasil menarik perhatian mu, itu luar biasa.”

“Tidak, bukan seperti yang kau duga,” bantah Myungsoo dan Sunghyun tersenyum menanggapinya. “Musik mereka membuat telinga ku sakit,” imbuh Myungsoo kemudian segera meneguk minuman yang tersaji didepannya.

“Tapi kau berhasil bertahan sampai akhir, itu hebat,” Sunghyun turut meminum minumannya. “Sa’at ini Minki Hyung bekerja mengurus Morning Glory Florist,” terang Sunghyun.

“Morning Glory Florist??”

“Kau pasti pernah melihat Ai disana dalam pengintaian mu.”

“Aa, itu…” Myungsoo jadi salah tingkah.

“Florist itu miliknya.”

“Florist itu milik Fujiwara??”

“Tidak banyak yang aku tahu tentang Ai, namun benar aku mengenalnya.”

“Tapi kenapa member YOWL tak menyadari hal itu dan bersikap sama padamu?”

“Mereka tidak tahu tentang ini.”

“Apa??”

“Nama Fujiwara Ayumu itu ia dapatkan karena Ai di asuh oleh pasangan suami-istri dari Jepang. Beberapa dari mereka mengatakan Ai adalah keturunan Korea asli namun tak ada yang tahu lebih dalam tentang hal itu. Pribadi Ai dan segala sisi misteriusnya membuat ku iri.”

“Iri??”

“Di kenal sebagai anak pejabat Negara, sangat membuat ku tidak nyaman. Andai bisa menyembunyikan jati diri ku seperti dia,” Sunghyun menatap ke arah member YOWL yang baru saja turun panggung dan duduk berkumpul. “Dia bebas pergi kemana pun ia mau.”

“Dia hanya gadis biasa, wajar jika sangat mudah baginya menyembunyikan jati diri. Kau terlalu berlebihan Sunghyun.”

“Itu benar. Dan sebaiknya kau berhati-hati dengan kedua mata mu itu.”

“Nee??”

“Sedari tadi aku perhatikan kau terus menatap Ai. Itu berbahaya.”

“Mwo?? Aniya. Sudah ku katakan itu tak seperti yang kau kira!” bantah Myungsoo lagi dan kembali membuat Sunghyun menertawakannya.

***

“Woa~ daebak!!” puji Minhyuk melihat truck hitam yang terparkir didepan florist. “Hyung, ini keren!!” ia memberikan dua jempolnya untuk Minki.

“Merah dan hitam, YOWL sekali,” Jaejin sambil mengitari truck dan masih memakai masker.

“Ini karena kecintaan Ai pada kita, YOWL…” Jaejoong membanggakan diri. Ai yang berdiri disamping Wonbin hanya tersenyum menanggapi sikap Jaejoong. Wonbin menyikut Ai ketika melihat sebuah mobil mendekat. Perhatian semua member YOWL termasuk Minki langsung tertuju pada mobil berwarna metalik itu. Kaca mobil itu terbuka dan Hyuri melongok sambil melambaikan tangan dan tersenyum lebar.

“Ada apa dengannya?” gumam Jaejoong lirih heran melihat tingkah Hyuri.

“Aaiii…..!!!!” Hyuri turun dari mobilnya dan berlari menghampiri Ai. “Ah, kalian masuklah!” perintah Hyuri penuh semangat pada Wonbin, Jaejoong, Jaejin dan Minhyuk membuat keempat pemuda itu menatapnya heran. “Aku akan ikut ke kebun bunga milik Ai. Atau kalian mau duduk di belakang truck?”

“Pergilah bersama Hyuri, aku akan menemani Minki Oppa,” Ai menyela.

“Ayo! Ayo!” Hyuri memimpin keempat member YOWL dan membukakan pintu mobil untuk mereka. “Masuklah!” Hyuri tersenyum lebar.

“Kalian???” Minhyuk kaget melihat Wooyoung dan Kibum sudah duduk manis di kursi belakang.

“Aku yang mengajak mereka. Ayo lekas naik!” perintah Hyuri yang sudah duduk di kursi depan.

Ai tersenyum melihat tingkah teman-temannya. Kedua mobil ini pun melaju pelan meninggalkan florist. Mobil sedan hitam yang berhenti agak jauh dari florist itu bergerak pelan dan berhenti tepat di depan ‘Morning Glory Florist’. Jinwoon membuka sedikit kaca mobilnya dan mengamati florist yang berdiri diseberang. Setelah mengamati selama beberapa sa’at, Jinwoon kembali menutup jendela mobilnya dan meminta sopir menjalankan mobil.

 

*Simple Plan-Welcome To My Life *

Mobil Ai memimpin di depan. Ai membiarkan jendela mobilnya terbuka lebar. Ai melihat keluar jendela dan menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Minki tersenyum melihat Ai.

“To be hurt. To feel lost. To be left out in the dark. To be kicked when you're down. To feel like you've been pushed around. To be on the edge of breaking down. And no one's there to save you. No, you don't know what it's like. Welcome to my life…” Ai dan Minki turut bernyanyi mengikuti alunan musik Simple Plan yang mereka putar dalam mobil.

“Oh??” Ai kemudian tertawa kecil usai membaca pesan singkat yang baru saja memasuki inbox ponselnya.

“Wae?” Tanya Minki.

From Yew: Ada Kibum dan Wooyoung disini. Mereka berdesakan di kursi belakang :-D

“Pesan dari Jaejoong?” Minki usai melihat ponsel Ai.

“Nee. Hyuri, dia itu benar-benar lucu.”

“Lucu? Kau sedang memuji atau menghina Hyuri?”

Wonbin duduk di kursi tengah berdampingan dengan Jaejoong. Minhyuk, Jaejin, Kibum dan Wooyoung duduk bersama berdesakan di kursi belakang. Satu jam perjalanan, mereka pun sampai di perkebunan bunga milik Ai. Semua turun. Jaejoong merentangkan tangan dan Minhyuk menghirup udara segar sambil melirik Jaejin yang sibuk membetulkan maskernya. Dua orang pemuda segera menghampiri rombongan Ai.

“Akhirnya bisa bertemu langsung dengan Nona, selamat datang. Bagaimana perjalanannya?” sapa Kang Dongwoon, putra sulung keluarga Kang, orang yang di percaya mendiang Minki untuk mengelola perkebunan bunga milik Ai.

“Panggil saja dia Ai,” jawab Minki. “Apa kabar Hyung?” ia segera memeluk Dongwoon.

“Bersyukur semua baik. Baiklah Nona Ai, perkenalkan saya Kang Dongwoon dan ini adik saya Kang Daesung,” Dongwoon memperkenal dirinya dan pemuda yang berdiri disampingnya.

“Fujiwara Ayumu,” Ai menjabat tangan Dongwoon kemudian Daesung. “Tolong jangan panggil aku Nona, itu terdengar aneh di telinga ku.”

“Iye??” Daesung melotot kaget.

“Hehehe… mohon bantuannya,” Ai menunduk sopan.

“Jangan heran Daesung, dia ini memang spesies langka,” Minki merangkul Ai.

“Ahahaha kau ini bisa saja Minki. Ah, mari,” Dongwoon memimpin rombongan ini masuk.

Sementara Ai dan Minki mengobrol bersama Keluarga Kang, Jaejoong dan yang lain berkeliling kebun bunga. Jaejin yang menderita alergi serbuk bunga memilih tinggal bersama Ai. Terlihat dari ekspresinya jika Jaejin ingin ikut berkeliling, namun ia tak berani mengambil resiko yang bisa membahayakan dirinya sendiri. Ia hanya bisa menghela nafas panjang melihat teman-temannya pergi.

Jaejoong dan Wonbin berjalan memimpin. Dibelakangnya ada Hyuri dan Minhyuk. Paling belakang Kibum dan Wooyoung menutup barisan. Jaejoong merentangkan tangan hingga menyentuh deretan bunga yang sedang bermekaran indah disamping kanan dan kirinya.

“Ish! Tingkah mu itu membuat ku geli Jaejoong!” protes Minhyuk.

“Aku preman berhati lembut,” jawab Jaejoong sukses mebuat yang lain tertawa.

“Aku tidak menyangka Ai mempunyai florist dan kebun bunga ini, sangat bertolak belakang,” komentar Hyuri.

“Aku juga tidak menyangka seorang cucu presedir mau berteman dengan berandalan seperti kami ini,” Jaejoong menimpali membuta Hyuri menatapnya tajam. “Wae? Kami semua tahu akan hal itu.”

“Mm-mwo?? Ai juga?? Apa dia yang menemukan jati diri ku??” Hyuri terlihat panik.

“Bukan, tapi Kibum,” jawab Minhyuk. “Dia pernah berkunjung ke rumah Nyonya Shin untuk mendapat kesempatan ulang bersekolah di Hwaseong Academy.”

“Aku melihat foto keluarga Nyonya Shin dan kau ada diantara mereka. Pantas saja aku seolah pernah melihat mu sebelumnya sa’at Ai mengenalkan mu pada kami,” terang Kibum.

“Lalu, kalian tidak ingin berteman dengan ku karena alasan itu?”

“Apa motif mu sebenarnya? Apa benar kau seorang Yowlism?” desak Wonbin.

“Kalian mencurigai aku?”

“Orang seperti mu lebih pantas berada bersama Viceroy dan Red Venus, tapi kenapa kau ada bersama kami?” imbuh Minhyuk. “Men-cu-ri-ga-kan!”

Hyuri terpojok dengan mata berkaca-kaca. “Ya, kalian membuatnya sedih,” sela Wooyoung. “Hyuri~ssi ma’afkan mereka.”

“Jangan cengeng,” Jaejoong memegang pundak Hyuri. “Kalau cengeng bagaimana bisa menjadi bagian dari preman-preman ini, em?”

“Jangan khawatir. Kami tidak akan berbuat macam-macam pada mu.” Sambung Minhyuk.

“Kami tahu kau tulus, ma’af kami keterlaluan,” Wonbin menepuk pundak Hyuri.

“Kalian…” Hyuri mengusap matanya.

“Kau menangis?” Kibum berusaha melihat wajah Hyuri.

“Anee. Mata ku terkena debu,” bantah Hyuri membuat kelima pemuda itu menertawakannya.

“Song Hyuri,” Minhyuk merangkul Hyuri, “kau harus kuat, em? Berada dekat dengan YOWL, disekolah aku rasa akan membuat mu sedikit tidak nyaman. Kau tidak takut dipandang aneh seperti alien Fujiwara Ayumu itu?” Hyuri menggeleng. “Kalau begitu kau harus kuat dan jangan cengeng, em? Makian dan pengasingan bisa datang kapan saja pada mu jika kau berada dekat dengan YOWL.”

“Tapi kau tidak perlu khawatir akan semua itu karena kami ada bersama mu,” Kibum meyakinkan. Hyuri tersenyum dan mengangguk.

“Lagi pula kami tidak bisa berbuat apa-apa karena sepertinya Ai telah jatuh hati pada mu,” celetuk Jaejoong.

“Mwo?? Jatuh hati??”

“Ma’af menyela Anda semua teman-teman Nona Fujiwara,” suara seorang gadis menyita perhatian mereka semua. Angin berhembus sepoi mengiringi senyum manis gadis itu. Kibum, Wooyoung, Minhyuk, Jaejoong dan Wonbin juga Hyuri terdiam menatap gadis cantik itu.

“Annyeong haseyo, jonun Kang Jiyoung imnida,” Kang Jiyoung –Jiyoung KARA- memperkenalkan diri. “Makan siang sudah siap, mari ikuti saya,” Jiyoung berjalan memimpin.

“Woa~ bidadari…” puji Minhyuk yang tersihir oleh kecantikan Jiyoung. Ia melepas tangannya dari pundak Hyuri dan berjalan mengikuti Jiyoung.

“Jika gadis tadi siluman rubah pemakan hati manusia, pasti Minhyuk jadi mangsa empuk buatnya,” komentar Kibum.

“Hahaha kau itu! Ayo!” ajak Jaejoong.

Berbagai makanan lezat tersaji di meja. Benar-benar menggoda selera. Semua berkumpul mengitari meja panjang itu dan duduk bersama untuk makan siang. Lagi-lagi Ai dibuat tersenyum melihat keakraban itu.

“Oppa, apa Nona Fujiwara tidak ikut makan?” bisik Jiyoung pada Daesung.

“Menurut Minki Hyung, Nona Fujiwara memang seperti itu, jarang makan.”

“Dia itu alien jadi tidak bisa memakan makanan manusia,” sahut Jaejin yang mendengar obrolan Daesung dan Jiyoung. “Jangan khawatir, dia tidak akan mati kelaparan.”

“Apa perlu aku menemani Nona Fujiwara berkeliling?” Tanya Daesung.

“Biarkan saja dia sendiri, itu lebih baik. Ayo makanlah,” ajak Jaejin.

*Helloween-If I Could Fly*

Puas berkeliling kebun krisan Ai pun duduk di dalam pondok beratap jerami yang berada dipinggir kebun. Tatapannya menerawang jauh melihat hamparan perkebunan yang terbentang luas di depannya. Pikiran Ai mulai mengembara mengingat semua tentang dirinya. Ai yang kehilangan ibu kandungnya sa’at ia di lahirkan. Ai yang kemudian di adopsi sahabat mendiang Sang Ibu pasangan suami-istri Jepang, keluarga Fujiwara. Ai yang harus kehilangan kedua orang tua adopsinya sa’at ia berumur 7 tahun. Ai yang memilih tetap tinggal di Korea dan bertahan hidup bersama keluarga Lee. Ai yang harus menerima kenyataan jika ia adalah putri bungsu dari Jung Jinyoung seorang pengusaha sukses sekaligus mantan mafia yang telah insaf, di usianya yang ke 10 tahun. Ai yang harus kehilangan pengasuh setianya, ibu kandung Minki. Ai yang hingga kini tidak bisa menghadapi kenyataan tentang jati dirinya dan terus melarikan diri dari kenyataan itu. Ai yang harus menghadapi sikap benci teramat sangat dari saudara tirinta Jung Jinwoon. Butiran Kristal bening itu memenuhi kedua mata Ai. Ai menekuk lututnya dan membenamkan wajahnya, menangis.

Minki menahan Jaejoong yang hendak menghampiri Ai. Keduanya hanya memperhatikan dari jarak ini.

-------

Ai tersenyum dan menyodorkan buket krisan kuning pada Hyuri. “Salam untuk Nyonya Shin.”

“Curang! Kau sudah tahu siapa aku namun pura-pura tidak tahu!”

“Kenapa kau tidak bicara jujur?”

“Apa penting mengungkap status ku yang sebenarnya?”

“Eum, tidak juga. Sudah pulang sana! Kau terlalu lama berada di luar rumah.”

“Nenek tidak akan protes jika aku mengatakan aku pergi dengan mu. Hah, sepertinya nenek telah jatuh hati juga pada mu.”

“Kau lupa aku ini penyihir? Aku bisa memantrai hati siapa saja dan membuat mereka bertekuku lutut di depan ku, termasuk kau Song Hyuri.”

“Ish! Sombong sekali! Baiklah, aku pulang. Sampai ketemu senin nanti di sekolah.”

“Nee.” Ai tersenyum menatap mobil Hyuri yang mulai berjalan menjauh. Tatapan Ai kemudian tertuju pada mobil hitam yang terparkir di seberang jalan lalu kembali masuk ke dalam florist.

“Apa dia tahu ini kita??” Tanya Daehyun yang berada di dalam mobil bersama Jinwoon.

“Ini bukan mobil ku, tidak mungkin dia mengenali kita.”

“Jiyoo Fujiwara di juluki The Wacky Way of YOWL karena dia itu luar biasa. Dia tahu banyak hal, seolah tahu segalanya. Dan Hyung mengajak ku mengintainya seperti ini, hah… ini pertanda buruk.”

“Dia bukan Tuhan, dia hanya tahu apa yang ingin dia ketahui, bukan tahu segalanya.”

“Siapa juga yang mengatakan Jiyoo Fujiwara itu Tuhan,” gerutu Daehyun sukses membuat Jinwoon menatap kesal padanya.

“Song Hyuri bukankah dia cucu dari Shin Min Gi?” Tanya Joonghun yang duduk di kursi tengah.

“Pendiri Hwaseong Academy?? Gadis itu??” Tanya Sungyeol yang duduk di sampingnya.

“Ya, bisa kita pergi sekarang?” Tanya Jonghyun yang berbaring di kursi belakang. “Ini sangat membosankan.”

“Iya, iya kita pergi!” Jinwoon melajukan mobilnya.

Ai yang memperhatikan dari dalam florist tersenyum geli dan menggelengkan kepala melihat hitam itu pergi. “Ada apa?” Tanya Minki.

“Seminggu ini berulang kali mobil parkir disana,” Ai menunjuk tempat dimana tadi mobil hitam berhenti. “Seperti mengintai tempat ini, tapi siapa mereka? Dan untuk apa mengintai florist kita ini? Apa mereka orang-orang ayah??”

“YOWL telah muncul ke permukaan Hwaseong Academy, bisa jadi mereka itu fans yang ingin tahu banyak tentang Ai.”

“Sasaeng fans?”

“Bisa jadi.”

“Ya! Oppa!”

-------

Nyonya Shin menata bunga krisan kuning pemberian Ai dalam vas. “Hari ini kalian pergi kemana?” Tanyanya sa’at Hyuri kembali.

“Kebun bunga milik Ai. Nenek, apa nenek tidak khawatir aku pergi bermain-main dengan berandalan YOWL itu?”

“Siapa yang mengenalkan mu pada YOWL?”

“Nenek.”

“Duduklah.” Hyuri pun duduk di dekat Nyonya Shin. “Melihat buku jangan hanya dari sampulnya saja, bukalah satu per satu halamannya maka kau akan tahu isi dari buku itu. Aku senang melihat kau bersama anak-anak YOWL.”

“Sedekat itukah nenek mengenal mereka?”

“Bagaimana dengan mu? Apa yang kau rasakan?”

“Em.. nyaman dan menyenangkan.”

“Bacalah halaman selanjutnya dan temukan fantasi lain didalamnya, em?” Hyuri tersenyum lebar mendengarnya.

***

“Nona meminta kami kemari?” Yongbae datang ke florist bersama ketujuh anak buahnya.

“Em. Duduklah!” Ai menggerakan kepala menunjuk meja kotak dengan sepuluh kursi. Empat kursi berhadapan dan dua kursi lainnya berjajar. Yongbae dan anak buahnya segera duduk. Ai memperhatikan satu persatu pemuda yang sudah duduk manis di depannya. Yongbae dan ketujuh rekannya menatap heran perlatan yang tersaji di depan mereka.

“Kita akan belajar seni merangkai bunga dari Jepang, ikebana,” terang Ai.

“Mwo??” Yongbae benar kaget mendengarnya begitu juga ketujuh rekannya. “Nona. Nona tidak sedang bercanda kan?”

“Tidak. Aku ingin kalian punya ketrampilan. Apa kalian ingin selamanya hidup dengan memukul dan menarget? Masuk penjara, di cap sebagai penjahat, tidak punya masa depan? Yang merasa keberatan silahkan keluar.”

Yongbae bangkit dari duduknya dan menunggu ketujuh rekannya. Namun tidak ada yang berdiri. Yongbae menatap satu per satu anak buahnya, mereka semua menunduk, enggan beranjak. Karena tak mendapat dukungan, Yongbae kembali duduk. Ai tersenyum penuh kemenangan.

“Baiklah, kita akan belajar seni merangkai bunga. Ini tidak sepenuhnya ikebana, kita akan membuat kreasi bebas. Perhatikan alat-alat di depan kalian. Gunting, mangkok dan kenzan (alas berduri tajam) untuk mencucukan bunga. Kita akan membuat rangkaian bunga sederhana terlebih dahulu.”

Minki muncul membawa sekeranjang bunga warna-warni. “Minki Hyung juga akan belajar?” Tanya salah seorang anak buah Yongbae.

“Iya. Ayo sama-sama belajar.”

*FT.Island-Wanna Go*

Ai mulai mengajarkan cara merangkai bunga. Dengan telaten Ai mengajari pemuda-pemuda jalanan itu. Minki yang sedikit mengusai seni merangkai bunga turut membantu Ai. Meskipun awalnya menolak, Yongbae akhirnya menikmati pelajaran merangkai bunga itu. Kedelapan preman ini benar-benar dilatih kesabarannya untuk merangkai bunga dengan baik. Ai berulang kali menggigit tangannya sendiri karena kesal mengajari preman-preman yang kadang tempramen ini. Ada saja kesalahan yang bergantian mereka buat. Melihat semangat Ai, kedelapan preman ini pun tak mau kalah. Mereka berusaha mengontrol emosi mereka dan terus mencoba membuat rangkaian bunga terbaik menurut versi mereka.

Ai berdiri siap menilai hasil kerja Yongbae dan rekan-rekannya yang telah berusaha mati-matian tiga jam ini. Delapan rangkaian bunga sederhana karya Yongbae dan ketujuh anak buahnya tersaji di meja. Yongbae dan yang lain juga terlihat harap-harap cemas menunggu hasil penilaian Ai.

“Ini hebat! Terima kasih kalian telah berusaha dengan baik hari ini,” puji Ai berhasil mmbuat kedelapan preman itu tersenyum lega. “Apa kalian kapok?”

“Jujur saja awalnya seperti membosankan tapi ini sangat menarik, terima kasi Nona bersedia mengajari kami secara cuma-cuma,” ungkap Yongbae.

“Kalau begitu, kita harus belajar lebih baik, em? Hwaiting!” Ai menyemangati.

“Non-na…” panggil salah seorang anak buah Yongbae. Preman bertubuh tambun ini tampak malu-malu.

“Kau ingin menyampaikan sesuatu?” Tanya Ai. Malu-malu pemuda tambun itu menunjukan sebuah rangkaian bunga pada kawat yang ia bentuk melingkar seperti mahkota. Ai tersenyum, “silahkan,” kata Ai sedikit merendahkan badannya. Malu-malu pemuda tambun itu meletakan mahkota bunga hasil karyanya di puncak kepala Ai. Semua bertepuk tangan untuknya.

 

Ai, Yongbae dan ketujuh anak buahnya berjalan bersama menuju basecamp. Langkah mereka terhenti ketika mobil sedan sport warna merah itu berhenti tak jauh dari mereka. Ai terus mengawasi dan seseorang keluar.

“Jang Hanbyul?” kata Ai.

“Nona mengenalnya?” Tanya Yongbae.

“Member Viceroy, untuk apa dia ke Jeonggu Dong??”

Hanbyul mengawasi sekitar. Tempat ini sangat asing baginya, Jeonggu Dong. Hanbyul bingung. Ia menjadi sedikit gusar, takut ketika gerombolan itu berjalan mendekat padanya. ‘Ya Tuhan, itu Fujiwara? Sial! Aku tertangkap. Bagaimana ini?’ gumam Hanbyul dalam hati. Walau ia tak pernah terlibat baku hantam dengan member YOWL namun tetap saja Hanbyul adalah member Viceroy. Dan datang sendiri ke Jeonggu Dong, daerah asal YOWL sebenarnya bukanlah ide baik. Namun sudah terlanjur. Hanbyul tertangkap oleh Ai.

“Jang Hanbyul? Apa yang kau lakukan disini?” sapa Ai ramah. Hanbyul heran dibuatnya. Ia menatap Ai dari atas ke bawah lalu menatap delapan pemuda yang berdiri di belakang Ai. “Sepertinya, kau tersesat.”

“Oh, iya. Rumah Bibi Han, aku mencari rumah Bibi Han,” terang Hanbyul.

“Em?” Ai memiringkan kepala mengamati Hanbyul. Pemuda ini benar-benar tersesat. Ai memutar badan membelakangi Hanbyul. “Kalian bertiga jaga mobil ini. Yongbae dan yang lain kembalilah ke basecamp dan katakan pada Jaejoong aku ada urusan dan akan segera menyusul,” Ai membagi tugas.

“Nona mau kemana?” Tanya Yongbae.

“Aku harus membantunya.”

“Oh, baiklah. Kami pergi.” Yongbae pamit.

‘Nona?’ Tanya di benak Hanbyul.

Ai kembali menghadap Hanbyul. “Ayo! Aku akan mengantar mu.”

“Iye??” Hanbyul merasa salah dengar.

“Jeonggu Dong tidak terlalu luas namun cukup menyesatkan. Kau takut aku berbuat jahat padamu?”

“An-anee.”

“kaja!” Ai mulai berjalan. Hanbyul berlari kecil menyusul langkah Ai.

Hanbyul berjalan mengikuti Ai. Ai tersenyum dan menggelengkan kepala melihat Hanbyul yang tetap berjalan di belakangnya. Mereka berhenti di depan pintu rumah sederhana.

“Ajumoni ini aku!” seru Ai. Hanbyul berdiri diam di belakangnya. “Ajumoni!!”

“Iya, tunggu sebentar!” terdengar suara wanita dari dalam. “Nona?” Bibi Han heran melihat Ai datang. “Oh??” ia lebih dibuat heran melihat pemuda yang berdiri di belakang Ai.

“Kenapa Ajumoni begitu kaget? Dia datang mencari Ajumoni.”

“Ha?? Dia siapa??”

Ai langsung membalikan badan menatap tajam pada Hanbyul. “Annyeong haseyo Ajumma, aku Hanbyul Jang Hanbyul.” Hanbyul memperkenalkan diri.

“Jang Hanbyul??” Bibi Han masih tampak bingung.

“Iya. Myungran Nuna, apakah dia ada?”

Ai turut duduk diruang tamu kediaman Bibi Han. Maksud kedatangan Hanbyul adalah mengantar obat untuk Han Myungran putri semata wayang Bibi Han yang sehari-hari bekerja di apartemennya. Ai menggembungkan pipinya dan mengamati Myungran lalu Hanbyul.

“Jadi Bodyguard Onni bekerja pada Jang Hanbyul? Wah, suatu kebetulan sekali.” Kata Ai.

“Nona, jangan panggil aku Bodyguard Onni!” protes Myungran, wanita bertubuh subur itu. “Aku bekerja bukan menjadi pengawal Tuan Muda!”

“Arasho.”

“Myungran Nuna banyak membantu ku, dia wanita hebat,” puji Hanbyul.

“Tentu saja, jika kau mengatakan dia buruk, dia bisa membanting mu, mengahajar mu habis-habisan. Dia itu pegulat,” Ai sedikit berbisik pada kata terakhir.

“Ya! Nona puas terus mengatakan itu?!” protes Myungran lagi. Dan Hanbyul masih di buat bertanya-tanya kenapa orang-orang ini memanggil Ai ‘nona’ dan terlihat sangat menghormati member kelima YOWL ini.

 

“Aku bisa pulang sendiri,” kata Hanbyul setelah keluar dari rumah Bibi Han.

“Baik. Silahkan!” Ai berdiri melipat tangan. Hanbyul membalikan badan dan melihat pemukiman padat di depannya. Gang-gang kecil itu, Hanbyul tak ingat gang mana yang ia lewati tadi. Hanbyul benar-benar tak bisa mengingatnya.

“Ayo!” Ai berjalan mendahului.

 

 

---TBC----

 

kamsahamnida

.shytUrtle_yUi.

 

Search This Blog

Total Pageviews