Fan Fiction FF

The White Prince and The Red Princess #12

06:20

The White Prince and The Red Princess.

* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.

Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.





#12

Krystal mondar-mandir di depan pintu salah satu ruangan di IGD rumah sakit tempat Minhee dirawat. Dalam perjalanan menuju rumah sakit ia sudah menghubungi Minho dan memberitahukan perihal kecelakaan yang dialami Minhee. Namun sudah satu jam berlalu sejak ia tiba di rumah sakit, Minho belum juga muncul.

Krystal menghentikan langkahnya dan melepas kuku jari yang selama mondar-mandir terus ia gigiti sendiri. "Haruskah aku memberi tahu Lee Taemin?" gumamnya lirih.
"Krystal!" suara Minho membuyarkan lamunan Krystal.
"Oppa!" Krystal mengangkat kepala dan menyambut Minho yang berlari menghampirinya.
"Bagaimana keadaan Minhee? Apa dia baik saja? Bagaimana hal buruk ini bisa menimpanya? Ini salahku. Tak seharusnya aku membiarkannya pergi sendirian," Minho benar-benar panik.
"Oppa! Oppa tenanglah!" Krystal menggoyang lengan Minho meminta pemuda itu untuk tenang. Ia menuntun Minho untuk duduk di bangku yang tersedia di depan ruangan. "Apa Paman tahu?"
"Aku belum memberi tahu beliau. Pagi ini beliau terbang ke Hongkong untuk urusan bisnis. Aku rasa sebaiknya kita menunggu kepastian kabar Minhee saja. Bagaimana?"
"Paman ke Hongkong? Berapa lama di sana?"
"Dua minggu. Mungkin."
"Aku paham sekarang. Minhee merencanakan pernikahan dengan Taemin Sunbaenim karena Paman Choi ke Hongkong. Anak ini!" gumam Krystal dalam hati.
"Krystal," panggil Minho pada Krystal yang terdiam.
"Iya?" Krystal tersadar dari lamunannya. "Oh, iya. Kita tunggu perkembangan kabar Minhee saja."

Kembali hening di antara Krystal dan Minho. Terlihat jelas di wajahnya jika Minho mengkhawatirkan Minhee. Sedang Krystal sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia marah juga kagum pada kerjasama antara Minhee dan Taemin. Minhee bahkan berani melangkah tanpa bertanya padanya dahulu. Semua kejadian itu membuat Krystal kembali bertanya-tanya sedahsyat itu kah kekuatan cinta?


Taemin telah sampai di rumahnya sejak setengah jam yang lalu. Baru saja ia selesai mengobrol dengan Ibunya yang esok akan terbang ke Singapura untuk urusan bisnis. Kini ia berada di kamarnya, membaringkan tubuh sambil menunggu kabar dari Minhee. Sudah satu setengah jam berlalu tapi Minhee belum juga membalas pesannya. Ia pun mulai gusar dan mencoba menelfon Minhee namun ponsel gadis itu sedang tidak aktif. Taemin menenangkan dirinya sendiri dengan berpikir Minhee lelah dan memilih istirahat.


"Krystal-ssi," Dokter yang menangani Minhee keluar ruangan.
Krystal dan Minho bangkit dari duduknya secara bersamaan dan bergegas menghampiri sang Dokter.
"Bagaimana keadaan Minhee?" tanya Krystal dan Minho hampir bersamaan.
"Dia kakak Minhee," Krystal menjelaskan tentang jati diri Minho. "Dokter Song adalah Dokter keluargaku. Aku mempercayakan Minhee pada beliau," selanjutnya ia memperkenalkan Dokter tampan yang menangani Minhee pada Minho.
"Oh, kakaknya Minhee. Senang bertemu denganmu. Aku Song Joongki," Dokter Song mengulurkan tangan.
"Senang bertemu dengan Anda. Aku Choi Minho, kakak Minhee," Minho menjabat tangan Joongki.
"Kau tak perlu khawatir. Minhee tidak mengalami luka serius. Ini keajaiban. Hanya saja kemungkinan ada trauma. Kita hanya perlu menunggunya sadar."
Minho mengangguk paham. Ia lega mendengar Minhee tak menderita luka serius.
"Krystal, bisa kita bicara sebentar? Ikutlah denganku," Joongki berjalan mendahului.
Krystal menatap Minho yang segera mengangguk. Ia pun segera menyusul Joongki.


Krystal berada di ruangan Joongki. Secangkir kopi hangat mengepul di hadapannya. Kepalanya tertunduk di hadapan Joongki yang duduk berseberangan dengannya.

"Hah..." Joongki menghela napas usai mendengar penjelasan Krystal. "Jadi kau sudah tahu?"
"Iya. Maafkan aku Dokter. Karena alasan itu pula aku memilih membawa Minhee ke rumah sakit ini dan meminta Dokter Song yang menanganinya. Ini keajaiban. Saat kami tiba Dokter sedang berjaga di IGD. Aku rasa kali ini Tuhan mendukung kami."
"Tuhan mendukung kalian? Jadi temanmu juga ingin tetap menjaga janinnya?"
"Iya."
"Sebenarnya apa yang kalian rencanakan?"
"Jika aku katakan semuanya, apakah Dokter Song bersedia membantu hingga akhir?"
"Kenapa aku harus ikut campur?"
"Karena hanya Dokter Song yang bisa aku percaya untuk menjaga Minhee dan janinnya."
Joongki diam sejenak. Ia menimbang-nimbang permintaan Krystal. "Katakan apa yang sebenarnya terjadi. Jika tindakan kalian benar, aku janji akan membantu kalian hingga akhir."
Senyum lebar terkembang di wajah Krystal. Ia pun segera menceritakan semua yang terjadi pada Joongki.
***

Karena semalam Minhee tak membalas pesan yang ia kirim, Taemin memutuskan menemui kekasihnya itu di sekolah. Ia sengaja berangkat lebih awal untuk mengimbangi kebiasaan Minhee.

Murid-murid yang mulai berdatangan menatap aneh pada Taemin yang berdiri di dekat gerbang. Taemin tak peduli dan tetap dengan sabar menunggu kedatangan Minhee. Tapi di mana gadis itu? Kenapa hingga sesiang ini dia belum juga muncul? 

"Di sini kau rupanya," Jinki yang baru sampai di sekolah langsung menghampiri Taemin. "Menunggu Minhee?"
"Em," jawab Taemin singkat sembari menganggukan kepala.
"Belum datang? Tumben? Biasanya dia tiba di sekolah pagi-pagi kan?"
"Iya. Entah kenapa sejak semalam perasaanku tidak enak. Saat menemani Omma minum teh bersama, cangkirku tiba-tiba pecah."
"Oya??"
"Itu... pertanda buruk kan?"
"Mmm, jangan berpikir yang aneh-aneh. Nah, itu Blue Pearl!" Jinki menuding Krystal yang baru turun dari mobil. "Tahan dirimu!" ia menahan Taemin yang buru-buru akan berlari menuju Krystal. "Kita masuk," sambil merangkul Taemin berjalan ke dalam area sekolah.


"Kau tidak tahu?" Taemin dengan raut kecewa kembali mengulangi pertanyaannya.
"Em," Krystal mengangguk. "Semalam kami berniat membeli beberapa barang, tapi Minhee tiba-tiba minta pulang. Mungkin dia sedikit tak enak badan. Wanita jika sedang hamil katanya memang begitu."
"Sampai ponselnya pun tak diaktifkan?"
"Itu juga yang membuatku kesal," Krystal menunjukan ekspresi kesal.
"Ibuku pagi ini terbang ke Singapura."
"Oya?" Krystal menoleh menatap Taemin yang berdiri tak jauh di samping kanannya. "Sunbaenim tahu jika Paman Choi ke Hongkong?"
"Iya. Minhee memberitahuku. Karenanya kami merencanakan pernikahan itu."
"Oh, kebetulan yang brilian. Aku merasa Tuhan mendukung kita kali ini."
"Jadi kita akan melanjutkannya?" sela Jinki. "Kau sudah meminta bantuan Kim Kibum?"
"Oh, itu. Gampang sih," Krystal menyibakan rambutnya yang ia biarkan terurai begitu saja. "Nanti sepulang sekolah aku akan menemui Minhee. Sunbaenim tak perlu khawatir. Aku jamin Minhee dan juga janinnya akan baik-baik saja. Aku permisi ke kelas dahulu," Krystal pamit dan pergi meninggalkan Taemin dan Jinki.
Jinki menepuk bahu Taemin sebagai isyarat agar Taemin tak resah lagi akan keadaan Minhee.


Sementara itu di rumah sakit Minhee telah dipindahkan di ruang rawat inap. Joongki berdiri di samping ranjang, menatap Minhee yang masih terbaring tak sadarkan diri. Ia menghela napas setelah mengamati gadis itu selama beberapa saat.

"Gadis yang malang. Tetaplah kuat. Aku yakin kali ini Tuhan akan berpihak padamu," Joongki mengelus lengan Minhee.
"Oh, Dokter," sapa Minho saat memasuki ruangan.
Joongki tersenyum menyambut Minho. "Ku dengar Tuan Choi sedang berada di Hongkong."
"Iya. Karenanya aku dilema. Menurut Dokter haruskah aku memberitahu Paman?"
"Aku sendiri tak bisa memastikan kapan Minhee akan sadar. Resiko dari lebih baik memberitahu atau tidak, tentu Anda yang lebih tahu. Maaf aku tak bisa memberi pendapat. Tapi jika urusan di Hongkong benar-benar penting sebaiknya biarkan saja beliau menyelesaikannya."
Minho menghela napas dan mengangguk.
"Ajaklah dia mengobrol," Joongki melirik Minhee yang terbaring di ranjang. "Dukungan dari orang-orang yang ia cintai akan mempercepat proses kesembuhannya. Fisiknya tak ada masalah, tapi..."
"Tapi kenapa Dokter?"
"Tidak. Tidak apa-apa," Joongki menepuk bahu Minho sebelum berjalan keluar ruangan. 

Minho menatap Joongki hingga Dokter itu menghilang di balik pintu. Ia berbalik dan memerhatikan Minhee yang masih terbaring tak sadarkan diri. Tatapannya meredup dan lagi-lagi ia menyesali kelalaiannya. Bunyi dering ponsel membuyarkan lamunannya. Ia pun segera keluar untuk menerima panggilan itu.

"Halo?" sapa Minho dengan nada datar dan tenang.
"Hyung, pelaku sudah ditemukan dan anggota menggila," suara di seberang sana terdengar terburu-buru.
"Apa?? Sudah dipastikan jika benar dia adalah pelaku?"
"Iya, Hyung. Plat nomer motor sesuai dengan yang disebutkan sopir pribadi Nona Krsytal."
"Baiklah. Aku segera ke sana. Tolong tenangkan.anggota."
"Kau di sini rupanya," sapa Joongki saat Minho mengakhiri obrolan di telefon.
"Iya, Dokter. Apa ada masalah?"
"Tidak. Tapi ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Bisa ikut ke ruanganku?"
Minho diam sejenak. Ia terlihat ragu, namun akhirnya ia mengangguk dan mengikuti langkah Joongki.
***

Jam sekolah berakhir. Taemin berjalan tergesa-gesa menuju basecamp teater untuk menemui Krystal. Ketika sampai ia hanya menemukan Amber di sana.

"Ia sedikit tak enak badan dan izin pulang sebelum jam sekolah usai. Begitu yang aku dengar dari teman sekelasnya. Aku sebenarnya juga ada perlu dengan Krystal," Amber menjelaskan apa yang ia tahu tentang Krystal pada Taemin.
"Ini aneh," gumam Taemin.
"Aneh?" Amber tak paham.
"Minhee tak masuk sekolah dan Krystal tiba-tiba minta izin pulang sebelum jam sekolah usai. Apa mereka menyembunyikan sesuatu?"
"Entahlah. Mereka berdua sangat sulit ditebak."
Taemin mengangguk lalu pergi begitu saja meninggalkan Amber yang masih terlihat bingung.

Di tempat parkir Jinki menunggu Taemin. Ada Luna di sampingnya yang langsung berhambur menyambut ketika Taemin muncul.

"Dari mana saja kau?" tanya Luna yang sudah berjalan di samping kiri Taemin.
"Jinki, kau antar Luna pulang. Aku ada urusan," Taemin mengabaikan pertanyaan Luna dan langsung memberi perintah pada Jinki.
"Kau mau ke mana?" tanya Luna mendesak ingin tahu.
Jinki memegang bahu Luna dan berkata, "Kita pergi."

Jinki dan Luna membiarkan Taemin yang entah ingin pergi ke mana tanpa ditemani keduanya.
"Kau membiarkan dia pergi begitu saja?" protes Luna pada Jinki.
"Dia sedikit suntuk karena..."
"Red Princess kan?" potong Luna. "Aku tak melihatnya di sekolah seharian ini."
"Em. Iya."
"Ada apa sebenarnya? Hubungan mereka ketahuan?"
"Kau tahu tentang Taemin dan Minhee??" Jinki melotot kaget.
Luna menghela napas dan memiringkan kepala. "Kita berteman sejak SD dan kau tetap saja tak berubah. Aku rasa akulah yang paling mengenal kalian berdua. Aku tahu Taemin dan Minhee pacaran. Dan aku suka hal itu terjadi. Tapi aku juga khawatir karena... ya kau tahulah alasannya apa."
"Iya. Permusuhan keluarga mereka yang entah dimulai sejak kapan. Sepertinya sejak kita semua belum lahir," Jinki berubah lesu.
"Perasaanku tidak enak."
"Em?" Jinki menatap Luna.
"Entahlah. Kau coba pergi susul Taemin. Dia pasti belum jauh. Buntuti dia. Sungguh perasaanku sangat tidak enak."
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Aku terbiasa pulang sendiri dengan naik bus. Sana! Lekas susul Taemin."
Jinki mengangguk, segera mengenakan helmnya dan melajukan motor menyusul Taemin.
"Semoga tak terjadi apa-apa..." Luna menghela napas dan berjalan meninggalkan area parkir di sekolah.
***

Krystal duduk di samping ranjang Minhee. Sepanjang waktu di sekolah ia tak bisa konsentrasi belajar karena terus memikirkan kondisi Minhee.

"Ya, Minhee-ya! Sebenarnya apa maumu? Kau ingin menyusahkanku? Kenapa kau malah asik-asikan tidur di sini dan..." Krystal tak melanjutkan ucapannya. Butiran bening yang keluar dari matanya meluncur pelan melewati pipinya yang mulus. Ia menangis.

Krystal tak tega melihat Minhee terbaring lemah dan tak sadarkan diri seperti itu.

"Sampai kapan kau akan seperti ini Choi Minhee? Bukankah kau ingin menikah? Kau tahu kita tak punya banyak waktu, tapi... tapi kenapa kau malah tidur pulas seperti ini. Apa yang harus aku katakan pada Murid Terhukum kekasihmu itu?" Krystal kembali berucap di tengah isak tangisnya. "Aku mohon bangunlah. Dan aku... aku akan benar-benar membantumu untuk mewujudkan pernikahnmu dengan Lee Taemin Sunbaenim. Jadi aku mohon bangunlah..."

Kepala Krystal tertunduk dan ia menangis tersedu di samping ranjang Minhee.

Selama satu jam Krystal tinggal di dalam kamar Minhee. Saat keluar, ia menemukan Minho sudah berdiri menyandarkan punggung di dekat pintu masuk.
"Oppa. Oppa sudah kembali?" sapa Krystal yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Minho. "Aku tak tahan di sekolah. Kepikiran Minhee terus. Jadi aku minta izin pulang lebih awal. Apa Dokter Song mengatakan sesuatu pada Oppa saat aku pergi
"Iya."
"Apa itu?" Krystal antusias.
Minho menghela napas panjang dan menegakan punggungnya lalu mengubah posisinya lurus menghadap Krystal. "Pernikahan. Pernikahan Choi Minhe dan... Lee Taemin?"
Krystal terkejut mendengarnya. "Op-oppa..."
"Ada apa sebenarnya?"
Krystal menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. "Apa maksud pertanyaan Oppa?"
"Aku mendengar apa yang kau katakan pada Minhee."
Kedua mata sipit Krystal terbelalak mendengar pengakuan Minho. "Aku..." Ponsel Krystal berdering, menyela obrolannya dengan Minho.
Minho menatap ponsel di tangan Krystal dan memberi kesempatan pada gadis itu untuk menerima panggilan di ponselnya.
 
Krystal menelan ludah melihat nama yang muncul di layar ponselnya. Lee Taemin. Nama itu muncul di layar ponselnya. Ia pun ragu harus menerima panggilan itu atau mengabaikannya.

"Aku ingin bertemu dengan Lee Taemin," suara berat Minho mengalihkan perhatian Krystal dari layar ponselnya.
Krystal terdiam dan fokus menatap Minho.
"Aku tahu siapa dia. Kau mengatakan pernikahan impian Minhee bersama Taemin. Aku ingin mendengar penjelasan kalian berdua tentang hal itu."
"Apa aku bisa percaya Oppa?" suara Krystal bergetar.
"Apa aku pernah berkhianat pada kalian?" Minho balik bertanya.
Krystal diam selama beberapa detik lalu perlahan mengangkat tangan dan menerima panggilan dari Taemin.


Taemin terlihat gusar. Ia berjalan mondar-mandir di sebuah taman yang sepi pengunjung di hari yang mulai beranjak malam itu. Dari kejauhan, Jinki mengendap-endap. Bersembunyi dan mengawasi Taemin.

Taemin menghentikan gerak kakinya ketika ia melihat Krystal datang. Senyum di wajahnya sirna ketika ia menyadari Krystal tak datang sendiri namun ada Minho yang menemaninya.


------- TBC -------- 

.shytUrtle.


 

Fan Fiction FF

The White Prince and The Red Princess #11

06:01

The White Prince and The Red Princess.

* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.

Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet. 





#11

Walau berusaha bersikap normal, kecanggungan masih tampak di antara Minhee dan Taemin. Krystal yang menyadari hal itu sejak keduanya kembali hanya terus mengamati dalam diam. Malam itu kegiatan di tutup dengan gladi bersih di ruang pertemuan. Lalu para anggota klub menuju ke kamar yang telah disediakan oleh pengurus panti. Anggota perempuan dan laki-laki tidur di ruang terpisah.
"Ya, Choi Minhee!" panggil Krystal saat Minhee akan memasuki kamar.
"Em?" Minhee menghentikan langkah dan menoleh.
Krystal diam menatap Minhee dan begitu sebaliknya. "Ah, sudahlah. Sebaiknya kita tidur." Krystal berjalan masuk ke kamar melewati Minhee.

Minhee menggeleng pelan dan hendak masuk ke kamar ketika ia mendengar suara Taemin memanggil namanya. Ia menoleh ke arah kiri dan mendapati Taemin sudah berdiri menatapnya. Sambil menyipitkan mata ia berjalan mendekat dan berdiri jarak satu langkah di depan Taemin yang tersenyum padanya.

"Kenapa kemari?" tanya Minhee.
"Aku hanya ingin mengatakan, tidurlah yang nyenyak. Jangan memikirkan tentang esok atau lusa. Aku tahu kita butuh rencana, tapi aku pun tak mau kau terlalu terbebani tentang rencana itu. Aku tak akan lari. Kau percaya padaku, kan?" Taemin kembali mengembangkan senyumnya yang indah. Senyum yang selalu membuat hati Minhee berdebar dan luluh.
Krystal yang menguping mengerutkan dahi mendengar ungkapan Taemin.
"Itu bukan berarti aku bergantung padamu. Aku pun sedang memikirkannya. Sebuah rencana untuk kita. Jadi aku harap kau tidak terlalu mengkhawatirkannya dan tidurlah dengan baik. Kau harus benar-benar menjaga kesehatanmu."
"Oppa yang terlalu khawatir. Tenanglah. Aku baik-baik saja." Minhee menunjukan senyum terbaiknya.
"Huft... Baiklah. Aku percaya padamu. Selamat malam Red Princess. Selamat tidur. Dan semoga kau memimpikan aku." Taemin membalikan badan membelakangi Minhee lalu berjalan cepat meninggalkan gadis itu.
Minhee tersenyum dan menggeleng pelan masih menatap Taemin yang berjalan pergi meninggalkannya.
"Rencana?" gumam Krystal lirih. "Apa yang mereka bicarakan? Rencana apa?"
***

Kegiatan bakti sosial sukses digelar. Klub teater tak hanya menyumbang uang untuk panti asuhan, tapi juga barang-barang kebutuhan untuk anak-anak. Pertunjukan pun sukses digelar. Taemin yang jago dance turut urun pertunjukan dance solo yang disambut meriah para penonton. Sore harinya rombongan berkemas dan kembali pulang.

Taemin cemberut sepanjang perjalanan pulang. Kibum turut dalam bus dan Minhee memilih untuk duduk bersamanya membuat Taemin harus rela menghabiskan waktu perjalanan pulang bersama Amber.

Bus sampai di sekolah ketika hari sudah gelap. Ada beberapa orang tua yang sudah menanti di sana. Tampak pula Minho sudah berdiri di samping mobil sedan hitam menunggu Minhee. Melihatnya membuat kerutan di kening Taemin semakin dalam. Karena ada Minho akan sulit baginya untuk berpamitan pada Minhee.

Minhee dan Krystal berdiri di samping bus. Keduanya mengucapkan terima kasih pada seluruh peserta bakti sosial yang turun dari bus. Minho yang mengamati dari tempatnya menunggu mengerutkan dahi melihat Taemin dan Jinki ada di antara rombongan. Dan apa yang dikhawatirkan Taemin terjadi juga, ia tak bisa puas berpamitan pada Minhee karena ada Minho.
***

Taemin bangkit dari duduknya dan berlari kecil menyambut Minhee ketika gadis itu muncul di koridor menuju basecamp klub teater.

"Bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak? Kenapa kau tidak membalas pesanku? Semua baik-baik saja kan?" Taemin memberondong Minhee dengan pertanyaan-pertanyaannya.
"Oppa kenapa kemari?" bukannya menjawab pertanyaan Taemin, Minhee malah mengajukan pertanyaan padanya.
"Aku masih berstatus murid terhukum di klub teater. Kau lupa? Katakan semua baik-baik saja kan?" Taemin mengimbangi langkah Minhee yang pelan menuju basecamp.
"Em." Minhee mengangguk.
"Masih... sakit??" tanya Taemin ragu-ragu.
Minhee mengangkat kepala dan menatap Taemin dengan sinis.
Taemin dibuat serba salah oleh tatapan Minhee. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Maaf. Aku tak akan tanya lagi."
Senyum terkembang di wajah Minhee. Menurutnya tingkah Taemin sangat lucu. "Oppa jangan khawatir. Aku baik-baik saja."

Minhee masuk ke dalam basecamp. Taemin mengikutinya. Kemudian keduanya duduk berdampingan di atas bangku panjang yang ada di dalam basecamp.

"Oppa khawatir aku hamil?" Minhee kembali memulai obrolan.
"Tid-tidak." Taemin kemudian menghela napas. "Begini, Minhee. Semalam aku telah memikirkan semua dan aku telah bertekad. Aku... aku.. telah memutuskan. Aku... akan menikahimu."
Minhee langsung menoleh. "Menikah?? Tapi kita... masih sekolah. Oppa..."
"Itu semua bisa diatur. Serahkan saja padaku. Atau kau tak mau menikah denganku?"
"Bukan begitu. Tapi..."
"Menikah?" suara Krystal mengejutkan Minhee dan Taemin.

Krystal berdiri melipat tangan di dada menatap Minhee dan Taemin secara bergantian.
"Kebetulan kau muncul. Aku butuh bantuanmu," sapa Taemin pada Krystal.
Krystal memiringkan kepala. "Kau mau menikahi Minhee?"
"Krystal..."
"Iya."
Jawab Minhee dan Taemin berurutan.
"Oh my God! Kenapa kalian selalu saja membuatku pusing? Tuhan... kenapa sejarah harus terulang? Ya aku mengagumi bagaimana kisah cinta kalian tapi, ayolah. Ini terlalu beresiko. Menikah? Kalian masih terlalu muda dan berstatus murid SMA. Aku pasti sedang bermimpi," Krystal meletakan tangan di kedua pipinya.
"Aku..." Taemin tak melanjutkan kalimatnya karena Junki tiba-tiba memasuki basecamp.

"Oh, Lee Taemin. Kau masih di sini?" sapa Junki.
"Iya. Sonsaengnim belum memberi penilaian dan keputusan aku lulus atau tidak," jawab Taemin dengan ekspresi kesal.
"Ah, iya. Maaf aku lupa. Begini saja, buatlah karangan tentang pengalamanmu selama mengikuti kegiatan klub teater."
"Mwo??" mulut Taemin membulat. "Mengarang??"
"Iya. Jika kau cepat menyelesaikannya maka kau akan cepat pergi dari klub ini."
"Tapi sepertinya ia enggan pergi," sela Krystal dengan lirikan memicing pada Taemin. "Sonsaengnim sebaiknya memberikan deadline padanya. Jujur saja aku bosan melihatnya ada di antara anggota klub."
Mulut Taemin terbuka tanpa suara ketika Junki berkata, "Baiklah. Seminggu. Aku tunggu tugasmu di mejaku dalam tenggang waktu seminggu. Terhitung mulai hari ini."
Krystal tersenyum penuh kemenangan, sedang Taemin menatapnya kesal.
"Jangan protes! Kau sudah cukup mengganggu seperti kata Krystal. Minhee, kemarilah!" Junki berjalan melewati Taemin. Minhee mengikuti di belakangnya.
***

Keesokan harinya Taemin ingin membahas kembali rencana perikahannya dengan Minhee, namun ketika ia sampai di basecamp klub teater Minhee tak sendiri di sana. Ada Amber dan Krystal yang menemaninya.

Taemin mengirim pesan pada Minhee agar mereka bisa bertemu berdua saja, namun Minhee mengabaikannya dan tetap memilih duduk bersama Amber dan Krystal. Ia yang kesal hanya bisa mondar-mandir di basecamp.

"Hey, Murid Terhukum! Kau kenapa? Tidak bisq duduk tenang ya?" tanya Krystal.
"Tak usah pedulikan aku!" Taemin menggerakan tangan kanannya.
"Belum dapat inspirasi untuk membuat karanganmu?" sambung Amber turut bertanya.
"Aku sudah menulisnya semalam. Hanya saja orang yang ingin aku pinta untuk membacanya pertama kali malah mengabaikanku," Taemin menghentikan langkah dan melirik Minhee.
Amber dan Krystal turut menoleh mentap Minhee. "Maksudmu Minhee?" tanya Amber.
"Iya."
"Oh, maaf. Aku terlalu sibuk berdiskusi," Minhee menundukan kepala.
"Jika Choi Minhee menilainya bagus, aku rasa Lee Junki Sonsaengnim juga akan menilainya bagus. Waktuku tak banyak di klub ini, tapi ada banyak hal yang harus aku selesaikan. Kenapa kalian tak mau mengerti?" Taemin sepenuhnya menghadap pada Amber, Krystal dan Minhee. Ekspresinya benar-benar frustasi.
Amber melongo mendengar ungkapan Taemin.
"Ehem!" Krsytal berdehem. "Sepulang sekolah nanti aku dan Minhee berniat mampir ke taman baca yang ada di jalan menuju sekolah. Kau bisa bergabung. Aku akan membiarkan kau berkonsultasi pada Minhee."
Senyum lebar terkembang di wajah Taemin. "Benarkah?" ia segera berdehem ketika menyadari ekspresinya terlalu berlebihan. "Baiklah," ucapnya dengan nada lebih datar.
***

Krystal melipat tangan di dada, merengut menatap Taemin yang datang bersama Jinki.

"Aku pikir kau sudah paham akan alasanku memaksa Minhee untuk bicara. Aku dan Minhee, kami tak punya banyak waktu lagi. Hanya kau dan Jinki yang bisa membantu kami," Taemin menjawab perengutan wajah Krystal padanya.
"Sepertinya Blue Pearl keberatan," sambung Jinki.
"Aku tak percaya telah menyewa ruang VIP dari taman baca ini hanya untukmu," Krystal memijit keningnya. "Kenapa sih kau buru-buru ingin menikahi Minhee? Masih banyak waktu dan jalan untuk... ya berusaha meluluhkan hati orang tua kalian."
"Itu yang sedang kami usahakan!" Taemin antusias.
"Apa menikah adalah jalan satu-satunya?" Krystal mengerutkan dahi menatap Taemin. "Kau tahu, tiga tahun yang lalu, pernikahan diam-diam seperti ini berakhir merenggut nyawa kakak perempuan Minhee."
Minhee tertunduk dan meremas roknya ketika mendengar ungkapan Krystal tentang peristiwa maut yang menimpa kakak perempuannya tahun yang lalu.
"Itu juga merenggut nyawa salah seorang anggotaku," Taemin membenarkan.
"Nah, akhirnya kau juga tahu. Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang? Menikah? Mengulang sejarah? Tidak akan aku izinkan! Tidak akan ku izinkan kau merenggut Minhee-ku. Lagi pula ada hal mendesak apa sampai-sampai kau harus menikahi Minhee dalam waktu dekat ini?"
"Itu karena..." Taemin menatap Minhee yang duduk menundukan kepala di depannya.
"Aku punya pertanyaan yang sama dengan Blue Pearl," sela Jinki. "Kau minta kami menbantu pernikahanmu cepat-cepat. Ada apa sebenarnya?"
Taemin masih menatap Minhee. Haruskah ia berkata jujur pada Jinki dan Krsytal? "Itu karena..." ia mengulangi kalimatnya yang belum selesai. "Karena..."
"Aku hamil," sahut Minhee cepat. Walau ia melafalkannya dengan lirih namun suaranya cukup jelas di dengar Jinki dan Krystal di dalam ruang VIP yang hening itu.
"Mm-mwo??" suara Jinki keluar terbata.
Krystal tertegun menatap Minhee yang duduk di sampingnya.
Minhee mengangkat kepala. "Iya, aku hamil. Oppa..." ia menatap lurus Taemin.
"Geotjimal! Skenario apa yang sedang kau buat Choi Minhee?" nada suara Krystal meninggi. "Kau hamil?? Hagh! Omong kosong! Katakan saja jika kau juga ingin menikah dengannya, tapi tak perlu beralasan kau hamil! Itu alasan bodoh! Dan kau tidak bodoh Choi Minhee!"

Minhee diam, hanya mendengar protes Krystal. Tangannya bergerak merogoh sesuatu dalam sakunya. Tes kehamilan itu kemudian ia letakan di atas meja membuat semua pasang mata yang ada di dalam ruangan VIP itu menaruh perhatian pada alat berwarna putih yang menunjukan dua strip garis hitam pada bagian tengahnya.

"Choi Minhee! Ini tidak lucu! Sampai seperti ini kau mempersiapkannya?!" Krystal masih meragukan bukti yang ditunjukan Minhee.
Jinki menatap Taemin lalu Minhee. "Ada apa sebenarnya? Apakah kalian benar sedang memainkan sebuah peran?"
"Saat itu aku dan Minhee terjebak di tengah hujan badai, dalam mobil, di dalam bangunan itu..." Taemin menelan ludah, masih menatap lurus-lurus pada Minhee yang kembali menundukan kepala. "Semua terjadi di sana." ucapnya cepat menyelesaikan kalimatnya.

Krystal seketika merasa lemas mendengar pengakuan Taemin. Punggungnya jatuh menimpa punggung kursi yang ia duduki. Jadi... Minhee benar-benar hamil? Minhee mengandung anak Taemin?? Tuhan... kenapa sejarah harus terulang??

"Krystal... Maafkan aku..." bisik Minhee dengan suara serak sembari menyentuh tangan Krystal yang tergeletak di atas meja.
Tatapan Krystal kosong seolah jiwanya sedang tak berada di dalam tubuhnya. "Kutukan. Aku yakin ini adalah kutukan untuk keluarga kalian. Tuhan... katakan aku harus bagaimana sekarang?"
"Bantulah kami," desak Taemin.
"Kau pikir ini mudah?" sela Jinki.
"Aku tidak mau membunuh anak ini," Minhee menggeleng dan mengelus perutnya.
"Aku pun begitu. Perasaanku lurus padamu Choi Minhee. Aku mencintaimu. Aku ingin kau menjadi istriku, menjaga anakku hingga ia lahir ke dunia," Taemin menatap Minhee penuh harap. 

Krystal tiba-tiba bangkit dari duduknya dan berjalan keluar meninggalkan ruang VIP tempat mereka berkumpul membuat Jinki dan Taemin kaget.

"Aku telah melukai perasaannya..." Minhee menutup wajah dengan kedua tangan dan menangis.
Taemin bangkit dari duduknya dan beralih ke samping Minhee untuk menenangkan gadis itu. Jinki menatap pintu yang tertutup usai di banting Krystal lalu beralih menatap Minhee yang menangis dalam pelukan Taemin. "Ini benar-benar rumit," bisiknya sembari menggeleng.

Pintu kembali terbuka dengan kasar. Krystal muncul dengan wajah basah. Sepertinya ia baru saja membasuh mukanya.

"Mungkin aku benar-benar sudah gila. Ya, Choi Minhee! Katakan bagaimana skenarionya dan bagaimana peran yang harus aku lakoni! Aku tidak akan membiarkan tragedi tiga tahun yang lalu kembali terjadi. Aku akan melakukan apa pun untuk itu!" ucap Krystal penuh amarah.
***

Taemin tersenyum lega saat keluar dari taman baca bersama Jinki. Perundingan telah selesai. Jika semuanya lancar maka ia akan menggelar pernikahan bersama Minhee satu hari sebelum deadline yang diberikan Junki tiba. Ia pun merangkul Jinki dan langkahnya terasa begitu ringan ketika berjalan.

Sementara itu di dalam ruang VIP Krystal dan Minhee masih duduk berhadapan. Walau Krystal telah menyatakan setuju akan membantu Minhee dengan cara apa pun, namun ekspresi syok itu masih betah menghiasi wajah ayunya.

"Ini pertama kalinya dan kau langsung menyerahkan dirimu padanya... kenapa?" Krystal seolah sedang bicara dengan dirinya sendiri.
"Maafkan aku Krystal," Minhee menanggapinya dengan meminta maaf.
Ini ketiga kalinya dua makhluk cantik itu melakukan hal yang sama.
"Hah! Sebaiknya kita pergi!" Krystal bangkit dari duduknya. "Ada banyak hal yang harus kita lakukan agar pernikahanmu dan Taemin Sunbaenim bisa berjalan tepat waktu."

Krystal merapikan barang-barang miliknya. Begitu juga Minhee. Ponsel Krystal berdering tanda pesan masuk. Krystal buru-buru membukanya.
"Ayo! Sopirku sudah sampai. Aku juga sudah memberi tahu Ajushi juga Minho Oppa kalau kau pergi bersamaku. Tenang saja, sopirku bisa dipercaya."

Krystal dan Minhee buru-buru keluar dari taman baca. Saat sampai di luar ternyata sopir Krsytal menunggu di seberang jalan sehingga Krystal dan Minhee harus menyeberang.

Krystal menyeberang lebih dulu karena Minhee harus kembali ke ruang VIP untuk mengambil bukunya yang tertinggal. Ia menunggu Minhee sembari berdiri menyandarkan punggung pada Mobil sedan merah miliknya.

Tak lama kemudian Minhee kembali terlihat di depan taman baca. Ia melambaikan tangan pada Krystal dan bersiap menyeberang. Krystal tersenyum menunggu Minhee tiba di hadapannya.

Minhee mulai berjalan hendak menyeberang. Tiba-tiba dari arah kanan muncul motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Motor itu menabrak Minhee.

Krystal menjerit. Meneriakan nama Minhee ketika melihat temannya itu tertabrak motor dan terseret hingga beberapa meter. Karena suasana di sekitar taman baca cukup sepi, pelaku pun dengan mudah melarikan diri.

Minhee yang setengah sadar sempat melihat Krystal yang menghampirinya. Ia tersenyum kemudian semuanya berubah menjadi gelap.

------- TBC --------

.shytUrtle.
 

Fan Fiction FF

The White Prince and The Red Princess #10

05:33

The White Prince and The Red Princess.

* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.

Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.





#10

Satu setengah jam perjalanan rombongan klub teater tiba di panti asuhan tempat mereka akan mengadakan bakti sosial. Sepanjang perjalanan Taemin tak tidur, justeru Minhee-lah yang terlelap tak lama setelah bus melaju.

"Bagaimana? Perjalananmu menyenangkan, White Prince?" Krystal menghampiri bangku tempat Taemin dan Minhee duduk. "Dia sih begitu. Kalau tidak sibuk dengan buku atau kameranya, ia pasti akan mendengarkan musik dan tidur." Imbuhnya tanpa menunggu jawaban Taemin.
"Tega sekali membuka aib temanmu." Protes Minhee yang duduk menunggu semua nyawanya kembali usai terlelap.
"Tapi itu bukan karena dia mabuk darat," Krystal tak menanggapi aksi protes Minhee. "Itu hanya kebiasaannya saja saat dalam perjalanan."
"Ayo, turun!" Minhee berdiri. "Kau tak ingin membantu yang lain?"

Para pengurus panti asuhan menyambut kedatangan rombongan Minhee. Alis Taemin terangkat melihat Kibum berdiri di antara pengurus panti.

"Aku mengenal panti asuhan ini darinya. Kibum Oppa, walau hidupnya tergolong pas-pasan, dia adalah donatur tetap panti asuhan ini," Minhee yang berjalan di samping kiri Taemin menjelaskan tentang keberadaan Kibum. "Mengetahuinya aku merasa kerdil. Aku kagum padanya. Walau ia sendiri kekurangan, ia masih mau berbagi. Sedang aku?"
"Eum, itu yang membuatmu jatuh hati padanya?" Respon Taemin.
"Mungkin sebagai salah satu alasannya iya."
Taemin tersenyum kecut dan mengangguk.
Minhee tersenyum melihatnya. "Mari kita bersenang-senang bersama," kata Minhee sembari melingkarkan tangannya di lengan kiri Taemin. Taemin menoleh, tersenyum manis pada Minhee dan mengangguk.
***

Sejak tiba hingga sore anggota klub teater sibuk mempersiapkan pertunjukan mereka esok. Beberapa dari mereka mendekorasi ruang pertemuan yang memiliki panggung kecil di bagian depan. Ada yang ngobrol dengan para pengurus dan ada yang sibuk bermain dengan anak-anak.

"Oh ya ampun!" Krystal menepuk keningnya sendiri. "Bagaimana jumlah hadiahnya bisa kurang? Oppa!" ia menatap tajam pada Kbum, "Kenapa tak bilang kalau penghuni panti asuhan ini bertambah?"
"Aku sudah mengatakannya padamu. Coba kau cek ulang pesan yang aku kirim," Kibum membela diri. "Aku bilang ada lima anak baru, tiga perempuan dan dua laki-laki."
"Sepertinya aku yang lalai. Bagaimana sekarang?" 

Minhee tiba di tempat Krystal dan Kibum menata kado ketika Krystal mengeluh, "Bagaimana sekarang?"
"Ada masalah?" Tanya Minhee.
"Iya. Kadonya kurang. Lima hadiah. Tiga anak perempuan dan dua anak laki-laki. Aku lalai tak membaca detail pesan dari Kibum Oppa," Krystal murung. "Bagaimana ini? Mereka pasti kecewa."
"Belum terlambat. Aku akan pergi membeli kado untuk mereka. Dua anak laki-laki dan tiga perempuan kan?" Minhee bersedia pergi.
"Apa kau akan pergi dengan membawa bus kita? Kau tidak membawa mobil!"
Minhee tersenyum manis. "Aku akan pergi menggunakan mobil panti."
"Mobilnya sedang keluar," sela Kibum.
"Bagus. Tak ada jalan lain." Krystal menyerah.
"Tapi aku rasa kau bisa meminjam milik Ibu sebelah," Kibum tersenyum lebar sedang Krystal dan Minhee menatapnya heran. "Iya Ibu sebelah. Maksudku Ibu yang tinggal di sebelah panti asuhan ini. Dia baru saja beli mobil. Tapi kau tahu kan dia itu selalu ketus pada anak perempuan dan kau tahu aku tak bisa menyetir, jadi bagaimana?"
"Ah, aku paham! Oppa mau merayunya dan meminjam mobilnya? Tapi harus laki-laki yang membawa mobilnya?" Tebak Krystal.
"Iya, begitu." 
Taemin yang baru tiba langsung menyita perhatian Kibum, Krystal dan Minhee. Ia heran, lebih tepatnya bingung melihat tiga manusia yang berada di ruangan kecil itu tiba-tiba diam dan menatapnya ketika ia sampai.
"Kau mendapatkan apa yang kau cari!" Krystal berbisik dan mendorong Kibum agar lekas berdiri.
***

Minhee tertawa geli mendengar Taemin yang bersungut-sungut menceritakan tentang bagaimana proses meminjam mobil bersama Kibum beberapa menit yang lalu sebelum keduanya berangkat untuk membeli kado.

"Sudah, sudah jangan marah. Fokuslah mengemudi," pinta Minhee disela tawanya. "Aku bisa bayangkan bagaimana ekspresi Sunbaenim saat Ajumma itu bertingkah manja. Pasti lucu sekali." Ia tak bisa menghentikan tawanya.
"Kau suka pacarmu yang tampan ini digoda Ajumma genit tadi?" Taemin masih bersungut-sungut.
Minhee tak bicara dan berusaha menghentikan tawanya.
"Apa kita harus kembali ke kota untuk membeli kado?"
"Eum, tidak. Ada toserba tak jauh dari sini. Empat puluh lima menit perjalanan sampai."
"Itu cukup jauh!"
Lagi-lagi Minhee terkikik mendengarnya.
"Minhee."
"Iya?"
"Bukankah kita sudah resmi pacaran sekarang?"
"Eum, iya. Begitulah."
"Bisakah kau berhenti memanggilku Sunbaenim?"
"Oh? Eum, iya. Mau dipanggil apa? Jagiya?" Goda Minhee. "Yeobo??"
"Ish!" Taemin mencibir. "Panggil saja oppa."
"Oppa??"
"Iya. Walau ya sangat umum tapi aku suka. Terlebih jika kau yang memanggilku oppa."
"Baiklah. Lagi pula Sunbaenim, eh Oppa memang lebih tua dariku."
Taemin tersenyum puas dan fokus mengemudi.

Taemin dan Minhee tiba di toserba setelah menempuh perjalan selama tiga puluh menit. Karena jalanan cukup sepi, Taemin pun sedikit ngebut dan jadilah mereka tiba lima belas menit lebih awal dari perkiraan Minhee.

Awalnya Taemin mengira tugas membeli kado adalah tugas yang mudah, tapi tidak demikian pada prakteknya. Ya mungkin bagi Taemin mudah, tapi tidak dengan Minhee. Gadis itu membutuhkan waktu selama satu jam berkeliling toserba hanya untuk membeli lima buah kado. Selesai membeli kado, mereka harus mengantri di depan kasir untuk membayar. Taemin menggerutu, kenapa toserba sebesar itu hanya memiliki satu kasir? Merepotkan.

"Oh! Gerimis!" Minhee saat keluar dari toserba.
"Kenapa? Kau tidak suka hujan?" Tanya Taemin yang menyusul keluar di belakangnya.
"Eum, suka sih. Tapi... kalau hujan badai dan petir... Ah, cuaca belakangan ini benar-benar ekstrim!"
"Tenang saja. Ada aku!" Taemin merangkul Minhee dengan tangan kirinya yang tak membawa barang. Keduanya berlari-lari kecil menuju mobil.

Hujan deras mengguyur ketika Taemin dan Minhee baru saja masuk ke dalam mobil. Minhee cemberut menatap hujan dari kaca depan mobil. Taemin tersenyum dan menyalakan mesin mobil lalu mulai melajukan mobilnya.

Mobil yang ditumpangi Taemin dan Minhee melaju pelan menembus derasnya hujan. Sebenarnya Taemin tak tahan jika harus melajukan mobil dengan pelan di jalan yang sepi, namun itu permintaan Minhee. Wajah pucat Minhee yang mengiba membuatnya menyerah. Setidaknya mobil itu tetap melaju walau sebelumnya Minhee sempat meminta berhenti dan menepi ketika hujan semakin deras disertai angin dan petir yang menyambar-nyambar.

"Berhenti di sana!" Minhee menuding sebuah bangunan kosong. "Aku mohon kita berhenti dulu. Aku pernah berteduh di dalam gedung itu bersama Krystal."
"Tidak akan jadi masalah. Tenanglah. Tidak apa-apa kita tetap melaju di tengah hujan," Taemin bersikukuh untuk terus melanjutkan perjalanan.

Minhee diam. Kedua tangannya meremas ujung jaket yang ia kenakan. Ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan terlihat semakin pucat. Taemin menghela napas panjang dan membelokan mobil ke dalam bangunan tua yang ditunjuk Minhee. Ketika mobil berhenti di dalam gedung, Minhee langsung melepas sabuk pengaman dan meloncat ke kursi belakang.
Minhee menaikan kedua kaki dan menekuknya. Kedua tangan terangkat ke samping dan menutup rapat kedua telinganya. Tatapannya was-was mengamati sekitar dan napasnya terengah-engah.

Taemin yang masih duduk dibalik kemudi bingung melihat tingkah Minhee. Ada apa dengan gadis itu? Apakah hujan badai benar-benar menakutkan baginya hingga ia bertingkah seperti itu?

Setelah diam sejenak dan menduga-duga, Taemin melepas sabuk pengamannya kemudian turut beralih ke kursi belakang. Di rengkuhnya tubuh Minhee yang gemetaran ke dalam pelukannya.

"Tenanglah. Ada aku," bisik Taemin dekat di telinga Minhee yang sudah ada dalam pelukannya.

Minhee terkejut ketika Taemin tiba-tiba memeluknya. Ia masih gemetaran, namun dekapan hangat Taemin perlahan-lahan menenangkannya.

Hujan badai masih mengguyur di luar sana. Angin bertiup kencang menyertai jatuhnya air hujan. Kilat menyambar-nyambar disusul bunyi gelegar petir. Minhee tak merasa takut lagi. Ia merasa aman dalam dekapan hangat Taemin. Napasnya mulai kembali normal. Tubuhnya pun tak gemetaran lagi.

Taemin bisa merasakan jika tubuh Minhee tak gemetaran lagi. Ia merasa lega. Namun berada sangat dekat dengan Minhee seperti ini membuat jantungnya berdetub dua kali lebih cepat. Sesekali ia melirik Minhee yang mulai tenang dalam dekapannya. Ia tak berani menunduk terlalu dalam karena jika ia melakukannya bibirnya bisa saja menyentuh kening Minhee.

"Gomawo..." Minhee memecah kebisuan.
"Em?" Taemin berdehem. "Tak apa. Maaf. Aku tak tahu kau benar-benar ketakutan."
"Hah... satu lagi rahasiaku terbongkar."
Taemin menggeser posisi tubuhnya sedikit hingga ia bisa melihat wajah Minhee yang sedikit tertunduk. "Aku pikir gadis sepertimu tak memiliki rasa takut. Ingat bagaimana kau kabur dengan melompati pagar?"
"Itu berbeda. Hanya saja..." Minhee diam sejenak, "Lupakan saja. Hujan badai disertai petir seperti mimpi buruk bagiku."
"Tapi hari ini kau bisa melewati mimpi burukmu kan?"
Minhee mengangkat kepala, menatap Taemin lalu tersenyum. "Ne, gomawo."
Taemin membalas senyum. "Mulai sekarang tetaplah di dekatku agar mimpi buruk tak lagi dekat-dekat padamu, em?"
"Tapi... kedekatan kita... bukankah itu mimpi buruk?"
"Mwo??" Mulut Taemin membulat. Minhee terkekeh.
"Mimpi buruk bagi Appaku dan Eommamu."

Hening sejenak. Minhee kembali menurunkan wajahnya sedang Taemin masih menatapnya. Suara hujan badai dan guntur kembali terdengar setelah sempat menghilang di telinga Minhee membuatnya kembali merasa ngeri.

Satu kilatan cahaya putih muncul dan menciptakan bunyi menggelegar di udara. Minhee menjerit mendengarnya, spontan membenamkan wajah ke dada Taemin dan melingkarkan tangannya ke pinggang Taemin. Minhee memeluk Taemin.

"Oh, mian!" Ucap Minhee ketika menyadari tindakan spontannya sambil menarik kedua tangan dan tubuhnya menjadi tegak. Ia malu karena tiba-tiba memeluk Taemin. Guntur sialan! Umpatnya dalam hati.
Taemin tersenyum lalu mengecup pipi kiri Minhee membuat gadis itu tersentak kaget.
"Sunbaenim!" Minhee melotot sambil memegang pipi kirinya yang baru saja dikecup Taemin.
"Untuk menghilangkan rasa takutmu, lakukanlah hal-hal yang menyenangkan."
"Mwo?? Sunbaenim, apakah menci..." Minhee tak bisa melanjutkan ucapannya karena Taemin telah mendaratkan kecupan di atas bibirnya.

Taemin melepas kecupannya. Tatapannya bertemu dengan pandangan Minhee. Ia dan Minhee saling menatap dalam hening selama beberapa detik. Kepalanya bergerak turun perlahan dan kembali mencium bibir pink Minhee.

Minhee memejamkan mata. Perlahan ia mulai lupa pada ketakutannya dan larut dalam kecupan hangat Taemin.

Ciuman yang sebelumnya lembut itu berlanjut semakin liar. Setelah ini tak akan ada lagi waktu yang akan mereka miliki seperti saat ini. Taemin dan Minhee bercumbu, melepaskan hasrat masing-masing bagai sepasang kekasih yang lama tak berjumpa. Keduanya menumpahkan kerinduan masing-masing dan meleburnya menjadi satu.

Taemin tak ingin melepaskan Minhee. Minhee adalah miliknya. Hanya miliknya. Baginya dirinya dan Minhee kini adalah satu.

Minhee tak bisa menolaknya. Ciuman Taemin, pelukannya, sentuhannya. Semua itu membuatnya lupa. Lupa akan ketakutannya pada hujan badai dan petir. Lupa akan segala hal yang sebelumnya berkecamuk dalam otaknya. Ia hanya bisa berpasrah kini. Menyerahkan diri sepenuhnya pada Taemin.
***

Hujan sudah reda. Krystal mondar-mandir dengan resah di depan pintu masuk panti. Kenapa Minhee belum kembali? Apa dia baik-baik saja? Hujan badai yang datang tiba-tiba beberapa saat setelah Minhee pergi bersama Taemin membuat Krystal resah. Ia menyesal karena memilih tinggal di panti asuhan dan membiarkan Minhee pergi sendiri.

"Minhee belum kembali?" Kibum menghampiri Krystal.
Krystal menggeleng. "Setidaknya hujan sudah reda."
"Jangan khawatir. Aku yakin Minhee baik-baik saja. Dia bukan sosok yang lemah."
"Aku tahu, tapi..." Krystal tak melanjutkan ucapannya dan sejenak tertegun menatap gerbang masuk panti asuhan. Ia kemudian berlari menyambut Minhee yang berjalan berdampingan dengan Taemin. 

Melihat Krystal berlari mendekat, Minhee segera menarik tangannya dari genggaman Taemin.

"Minhee-ya!" Krystal yang berlari kecil berhenti di depan Minhee. "Mianhae..." ucapnya menyesal. "Kau baik-baik saja kan?"
"Em." Minhee mengangguk dan tersenyum kaku.
Kibum yang baru sampai segera mengambil alih barang belanjaan di tangan Minhee. "Aku akan membuatkan teh herbal untuk kalian." Sambil berjalan cepat menuju gedung panti asuhan.
"Ikuti Kibum Oppa, dia tahu di mana tempat hadiah!" perintah Krystal pada Taemin.
Taemin menatap Minhee meminta izin untuk pergi lebih dulu. Setelah Minhee tersenyum dan mengangguk, ia pun pergi menyusul Kibum.
"Aku hampir gila memikirkanmu. Maafkan aku karena membiarkanmu sendiri di tengah hujan badai," lagi-lagi Krystal mengungkap penyesalannya.
"It's ok Blue Pearl. I'm fine."
"I know. I know White Prince will treat you well. What he did when you scared during the thunderstorm? Is he hug you tight? Ah... I know he will do that. How dare he do this to me. Take you from my hand! Huh!"
Minhee tersenyum dan menggeleng pelan lalu kembali berjalan.
Krystal melipat tangan, menyipitkan mata mengamati Minhee yang berjalan dengan satu tangan memegang perut bagian bawah. Ia pun berlari menyusul Minhee. "Kau sakit?"
"Ah, tidak. Eum, mungkin karena badai. Iya jadi sedikit tak nyaman."
"Aigoo... ayo lekas masuk!" Krystal merangkul Minhee. "Kau harus tetap hangat. Kibum Oppa pasti akan segera selesai membuat teh herbal untukmu."
***

Taemin berjalan-jalan usai makan malam. Lebih tepatnya ia berkeliling mencari Minhee. Sejak kembali ke panti asuhan, ia belum mengobrol dengan Minhee. Krystal dan Kibum terus menemani gadis itu dan entah kenapa membuatnya enggan mendekat. Senyum lebar terkembang di wajahnya ketika menemukan Minhee sedang duduk sendiri di bangku kosong di dekat kolam.

Minhee yang tengah duduk melamun terkejut ketika bangku yang ia duduki sedikit bergoyang. Ia menoleh ke arah kiri dan mendapati Taemin sudah duduk di sana. Segera ia alihkan pandangannya menjadi lurus ke depan.

Taemin yang baru saja duduk mengetahui jika Minhee menoleh dan menatapnya dengan ekspresi terkejut. Namun ia diam tak merubah posisinya hingga gadis itu kembali menatap ke arah depan. Menatap kolam, mungkin. Beberapa detik kemudian suasana kembali hening. Tidak. Tidak sepenuhnya hening. Hanya bunyi gemercik air pancuran di kolam dan nyanyian hewan malam.

Taemin menoleh, menatap Minhee. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya membuka obrolan.
"Em." Minhee menganggukan kepala.
"Itu... soal tadi... maafkan aku..."
"Itu terjadi karena kita menginginkannya." Minhee masih menatap ke arah depan namun pandangan nanar, kosong.
"Aku akan bertanggung jawab."
Mendengar ungkapan itu Minhee menoleh. Tatapannya bertemu dengan Taemin. "Nee." Ucapnya lirih. "Aku pun sedang memikirkan hal itu. Dari awal hubungan kita sangat sulit. Bagaimana bisa mendapatkan restu orang tua kita?"
Taemin menghela napas pelan. "Apakah... seorang gadis bisa langsung hamil ketika melakukannya untuk yang pertama kali?"
"Kenapa? Sunbaenim menyesalinya?"
"Buk-bukan begitu."
"Hah... bisa jadi. Apalagi aku dalam masa subur."
"Mm-mwo??"
Keduanya kembali terdiam.
Tiba-tiba Taemin tersenyum cerah. "Bukankah ini pertanda baik?" Celetuknya.
"Mwo??"
"Jika kau hamil, kita menikah."
"Mwo?? Tapi usiaku baru..."
"Kenapa memang? Keluarga kerajaan juga menikah di usia muda. Lalu kau ingin bagaimana? Menggugurkannya?"
"Ck! Aku bukan tipe gadis sebodoh itu. Jika aku hamil, anak kita pasti lucu." Minhee berbinar.
Taemin ikut tersenyum. Ia meletakan tangannya di atas pundak Minhee dan menggeser duduknya lebih dekat pada Minhee. "Kau adalah milikku sekarang. Kita akan menikah."
Minhee mengangkat wajah dan menatap Taemin.
"Iya, kita akan menikah dan menyatukan keluarga kita. Kau percaya padaku kan? Jika kita bertekad dan menyatuka kekuatan, kita pasti berhasil. Aku butuh rencana. Ayo, kau buat skenarionya dan kita mainkan peran kita masing-masing." Mata Minhee berkaca-kaca dan mengangguk, mengiyakan permintaan Taemin.


------- TBC -------- 

.shytUrtle.


Search This Blog

Total Pageviews