¤ Bilik shytUrtle – Happy Sunday, Creepy Sunday and the Sunflower. ¤

08:33



¤ Bilik shytUrtle –  Happy Sunday, Creepy Sunday and the Sunflower. ¤


            Entah kenapa, semalam tiba-tiba dunia seolah berputar, kehilangan keseimbagan dan fokus di tengah nunggu dunlud-an kelar. Ya ALLOH kenapa ini? Rasanya sama seperti saat mau pingsan di kamar mandi kala itu. Ngeri juga kalo kejadian kaya gitu lagi. Melihat jam hampir... jam duabelas malam. Akhirnya menunggu dan setelah selesai berbaring dan bersiap tidur, tapi rasa itu masih saja ada. Benar-benar takut pingsan. Dan khawatir bagaimana kalau hingga esok tak membaik? Membalurkan minyak kayu putih dan memakai kaos kaki lalu memaksa memajamkan mata.


Hari ini sudah direncanakan sejak beberapa hari yang lalu yaitu kalau Minggu tiba kami akan kembali melakukan hiking dan renang di kolam Umbulan, Ngadireso. Kalau saya nggak kunjung membaik bagaimana? Sedang saya sudah mengiyakan rencana main-main itu. Sembuhkan saya ya ALLOH t-.-t


Rencananya mau berangkat pagi-pagi, jam tujuh atau setengah delapan. Tapi pagi tadi malas-malasan dan baru beranjak dari ranjang jam setengah tujuh pagi. Cek hape belum ada sms, tiduran lagi sampai WA dari Tunjung masuk. "Udah baikan?" Tunjung yang semalem emang saya kasih tahu kalo saya sakit mengabarkan bagaimana perkembangan kondisi saya pagi tadi. "Belum." balas saya. "Trus gimana?" saya natap layar hape. Ini Tunjung kesannya nggak khawatir sama kondisi saya, tapi sepertinya dia lebih khawatir kalau acara hari ini batal. Heuheuheu...


Memaksa bangun karena memang jatah molor hari Minggu emang sampek jam tujuh pagi. Lalu memastikan hari ini dimulai jam berapa acaranya. Alhamdulillah Tunjung membalas acara diundur jam sembilan pagi berangkat. Saya lega. Lalu setelah ngopi saya buru-buru ngepel lantai. Kalau dibiarin nanti malah lemes, makin nggak enak badan rasanya.Dan lagi pula hari Minggu memang jadwal buat 'mengesot ria' alias ngepel lantai. Jadi Inem ceritanya kekeke~


Kelar ngepel, nungguin yang lain dateg saya muter musik sambil nari nari nari segaje-gajenya gerakan yang saya bisa. Itung-itung pemanasan, soalnya udah lama sekali pakek banget nggak hiking dan renang.


Jam sembilan lebih dikit udah pada ngumpul. Dan kami nggak jadi hiking, tapi... apa ya... touring?? Soalnya nggak jadi jalan kaki, tapi naik motor. Alhamdulillah. Saya lega. Sebenarnya kepikiran juga kalau hiking, bukan karena trauma di sasarin lagi di bukit, tapi ngebayangin jalan kakinya yang sekitar... 5 Km PP itu yang bikin ngeri. Maklum fisik semakin tua semakin rapuh hihihi. Lega pas yang lain setuju bawa motor.


Berangkat berboncengan, dan sekali lagi nggak ada yang mau bonceng si abnormal Tunjung, dan saya yang akhirnya jadi ojek si Tunjung. She's like a "Momok" for the other wkwkwk.


Ini yang menyenangkan, perjalanan menuju kolam Umbulan. Melewati tegalan--perkebunan- dan hutan di kanan-kiri jalan. Rimbun, sejuk dan hijau benar-benar memanjakan mata. Walau menjadi lebih rimbun di sana-sini, tapi jalan lumayan ramai. Ada anak-anak PRAMUKA hiking. Jadi walau pelan-pelan mengemudi rasanya aman aja karena jalan ramai. Pohon berbunga kuning di tepi jalan menjelang tikungan sedang berbunga lebat. Subhanallah indah sekali.


Jalannya makin lebar dan sudah di aspal semua. Masjidnya juga udah di pugar jadi bagus. Berapa puluh tahun saya nggak main ke desa ini??


Banyak perubahan. Selain jalan yang sudah di aspal, makin padatnya bangunan dan makin banyak bangunan bagus, kolam pun semakin ramai seperti tempat wisata. Namun jadi rimbun di sana-sini juga.


Tak menunggu lama, kami langsung siap-siap nyeblung ke kolam karena kalo nunda khawatirnya ntar makin ramai kolamnya. Setelah nungguin yang lain ganti kostum dan nyewa 'ban' buat yang nggak bisa renang, akhirnya kami nyemplung juga ke kolam. Busyet! Airnya lumayan dingin.


Senengnya renang sana-sini. Tapi tapi tapi pundak rasanya sakit sodara. Efek lama nggak pernah renang ini mah. Puas renang kami duduk-duduk di tepi kolam merendam kaki. GELI!!! Kaki di 'totoli'--dipatuk-patuk- ikan-ikan kecil yang banyak berkerumun di tepi kolam. Seneng main-main dengan 'iwak cemplon' ini (>o<). Saya tangkep pakek tangan, lepasin lagi. Warna mereka juga cantik, ada yang kaya pelangi. Subhanallah.


Kelar renang sambil nunggu baju agak kering karena saya emang nggak bawa ganti, kami berkerumun di pinggir jalan di dekat motor kami terparkir sambil menikmati cilok pedes. Nikmat.


Seperti biasa sebelum pergi saya nyempetin untuk jepret sana jepret sini untuk berburu '(aura) penampakan'. Sapa tahu ada yang nyantol di kamera kekeke~


Rencananya pulang lewat Puthuk. Muter sekalian liat pemandangan bagus dari sana sambil nunjukin tempat yang konon katanya mau dijadikan danau sama orang sakti zaman dulu tapi nggak jadi karena keburu ayam jago berkokok tanda pagi tiba ke Mbak Prima, tapi akhirnya batal. Menjelang dzuhur jalan pasti sepi dan di sana dikenal 'rawan'. Beberapa kejadian perampokan terjadi di sana. Sangat disayangkan tempat bagus harus dinodai oleh ulah para penjahat yang gemar merampok motor orang itu.


Akhirnya kami lewat jalan utama. Sempet belanja buah-buahan juga yang banyak di jumpai di pinggir jalan-jalan utama. Sampai di dekat perkebunan jeruk, saya nangkep pemandangan bagus di sana.



"Eh, di sini bagus buat kalian foto-foto," Tunjung seolah bisa membaca pikiran saya.

"Iya. Kita berhenti bentar ya," saya mengiyakan sembari mengurangi kecepatan motor.

"Eh bau pete." Tunjung saat motor melaju semakin pelan namun belum berhenti. Saya pun mencium aroma pete yang tajam dan menyengat itu. "Jangan berhenti dah. Jangan pokoknya. Bau pete itu bau siluman." Tunjung berubah panik.

Mendengarnya saya nggak mau ambil resiko dan kembali meningkatkan kecepatan laju motor yang sudah hampir terhenti itu. Tiba-tiba ada sesuatu menabrak kaki kiri saya namun saya tak melihat apa-apa di jalan.

"Busyet! Apaan tuh nabrak kaki kiriku? Hewan kah? Nggak ada apa-apa kan?" sambil nyetir sambil melihat dari spion kiri.

"Itu kamu disapa, dicolek, ibaratnya nyapa 'mbak, mbak' gitu sambil nyolek kaki kiri kamu." terang Tunjung.

"Kamfret! Lu ngomong apaan?"

"Dibilangin kok."

"Emang apaan yang nyolek?"

"Ada deh."

"Ih. Slalu begitu. Apaan yang nyolek?" saya benar penasaran.

"Yang biasa nyolek apa?"

"Tangan."

"Nah itu."

"Jadi tangan?"

"Iya.Jadi tangan. Tangan saja nggak ada tubuhnya. Tiga jari gini yang nyolek kamu tadi." Tunjung ngulurin tangan kirinya ke depan, ngasih gambaran gimana 'tangan tiga jari' tadi mencolek kaki kiri saya yang saya rasakan seolah saya tertabrak oleh sesuatu.

"Anjir! Siang-siang gini Njung." saat kami sampai di jembatan menikung.

"Kau tahu, di sini banyak sekali."

"Iya kah? Eh, udah. Jangan disebutin ya!"

Saya teringat kalau di jembatan menikung itu dulu katanya sering jadi tempat pembuangan mayat korban pembunuhan dandi tikungan itu beberapa waktu lalu pernah ada kecelakaan hingga si korban--anak cewek masih SMP- meninggal di tempat. Setelah kecelakaan itu sempat terjadi teror cukup lama di tikungan itu. Orang yang kemaleman atau lewat terlalu pagi di tikungan itu selalu dicegat cewek yang kemudian bertanya pada apakah orang yang dicegat itu tahu dimana lidahnya berada. Merinding walaupun siang hari cerah lewat di jalan itu.



Kami sampai di TPA--salah kah nyebutnya? Itu pokoknya tempat pembuangan sampah akhir hehehe. Tempat ini terkenal sebagai 'buangan sampah'. Dulu sih nggak sebagus itu tempatnya. Sekarang udah di bangun bagus. Saya tertarik sama deretan bunga matahari yang di tanam rapi di depan pagar. Lalu Mbak Prima ngajak mampir. Ya sudah, karena masih terang benderang dan mumpung keluar juga. Kami pun mampir, memarkirkan motor menepi di dekat palang pintu masuk. Weh, di sini jadi keren. Pepohonannya bikin suasana jadi rindang dan sejuk. Bau sampah juga tak semenyengat dulu. Yang unik lagi ada gazebo dari bambu di sana. Kalo nggak dijelasin gini, orang yang liat foto selca kami pasti ngira kami lagi ada di tempat wisata dimana gitu. Padahal mah di tempat pembuangan sampah akhir kekeke.


Narsisnya kunat yeh. Kami bikin foto selca sana-sini di gazebo, di antara pepohonan yang rimbun yang sempet bikin saya jingkrak-jingkrak ketakutan gara-gara liat ulet bulu coklat nemplok di pohon. Hiii serem! Untung saya periksa dulu pohonnya sebelum saya peluk-peluk buat sesi pemotretan kekeke~


Obyek terakhir yang saya pengen foto bersama adalah dengan bunga matahari. Saya buru-buru mendekati satu pohon bunga matahari yang sedang berbunga mekar nan indah. Ada kupu-kupu sama lebah juga lagi nemplok di sana, tapi kupu-kupunya terbang pas saya nyamperin itu bunga. Nyisa si lebah yang cuek-cuek aja sama kehadiran saya yang kemudian pose-pose gaje di dekat bunga itu.


"Pulang yuk!" setelah puas ber-gaje-ria di tempat pembuangan sampah akhir itu saya ngajakin yang lain pulang.


Saya berjalan pelan mendekati motor saya yang terparkir, tiba-tiba saya melihat jagrak (?) motor saya bergerak. Secepat yang saya bisa saya menarik bagian belakang motor saya yang mulai bergerak maju sendiri itu.


"Njung! Tolongin! Motornya jalan sendiri ini!" teriak saya pada Tunjung yang berdiri di dekat bunga matahari berseberangan tak jauh dari saya.


Bukannya menolong Tunjung malah berdiri melongo tertegun menatap saya. Saya nggak kuat nahan motor saya sendiri dari belakang karena posisi saya juga nggak terlalu imbang. Kalau saya lepas, motor saya bakal melaju dan menimpa motor Mbak Prima.


"Njung! Ini beneran motornya mau jalan ndiri! Bantuin saya!" dengan nada lebih keras saya memanggil Tunjung.


Tunjung tersentak seolah kesadarannya baru kembali dan bergegas berlari membantu saya menahan motor. Alhamdulillah motor bisa dikendalikan bersamaan dengan terdengarnya kumandang adzan duhur.


"Kok bisa ini motor jalan sendiri," gumam saya sendiri sembari menyiapkan motor. "Hey, pulang yuk! Udah bedug!" seru saya pada yang lain.


Dan kami merampok bunga matahari hehehe.




Alhamdulillah sampai dengan selamat di markas. Setelah membersihkan diri, kami berkumpul untuk melihat hasil-hasil foto. Saya nanya-nanya sama Tunjung apa di foto-foto yang saya ambil apakah menangkap penampakan.


"Nah trus itu tadi kenapa motornya tadi jalan sendiri?"

"Di senggol sama cewek. Tapi aku heran kok dia bisa gepeng gitu ya?"

"Hah?? Gepeng??"

"Iya. Aku tadi diem bukan tertegun liat kamu, tapi aku pelototin itu cewek gepeng yang usil."

Dan saya pun hening. Diam menatap Tunjung. Lalu melihat kembali dua bayangan putih yang tak sengaja tertangkap kamera.




"Kamu bilang di sana rata-rata peri, tapi kok anak kecil malah ketakutan?"

"Aku sendiri juga heran. Biasanya yang ada di situ juga peri, tapi kenapa tadi yang ada di sana Wewe Gombel ya?"


Sekian dan terima kasih. Mohon maaf sebesar-besarnya jika ada kalimat yang kurang berkenan dalam tulisan ini.

-shytUrtle_yUi-



tempurung kUra-kUra, 16 Maret 2014.

shytUrtle


--Parade foto--


the sunflower :)



found star inside the sunflower <3 span="">


ini yang nebeng ngeksis (cahaya putih dalam lingkaran merah)


bahagianya bocah-bocah itu :)

oh my GOD!!! pohon ini punya tangan. kekeke~


on gazebo. don't ask where is it, because if i tell you the truth, you'll didn't believe it >o<

tidak tertangkap secara jelas namun jika diperhatikan.....








the happy children :D


and thank you ^___^v

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews