The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)

06:30

The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
            다음 이야기 화성 아카데사랑, 음악과
 
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미사랑, 음악과
. Author: shytUrtle
. Rate: Serial/Straight
. Cast
- Fujiwara Ayumu (
藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (
김재중)
2. Oh Wonbin (
오원빈)
3. Lee Jaejin (
이재진)
4. Kang Minhyuk (
강민혁)
- Song Hyuri (
송휴리)
- Kim Myungsoo (
김명수)
- Jang Hanbyul (
장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1


New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
   

Cinta, musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang dan hidup…
 
Episode #21
Untuk pertama kalinya kembali terdengar gaduh permainan alat musik yang dimainkan dalam harmoni seimbang di dalam basecamp setelah sekian lama hanya bunyi check sound dari satu per satu alat musik saja. Pemandangan yang sangat berbeda ini menyambut kedatangan Byunghun dan Minhwan yang kebetulan datang bersama Hyuri. Anak-anak dari Keluarga Jung berkumpul di atas panggung, memainkan alat musik dan bernyanyi. Euichul memainkan bass, Ilwoo dan Jinwoon memainkan gitar 1 dan 2, Daehyun berdiri paling tengah mengambil posisi vokal dan Ai duduk menabuh drum.
“Itu… Jung Daehyun…?” bisik Hyuri masih terpesona menatap panggung. Ia tak menyangka Daehyun mengambil posisi vokal.
Di atas panggung, anak-anak dari Keluarga Jung memainkan satu musik untuk check sound. Mereka berlima terlihat menikmati kebersamaan itu. Kemudian mereka mulai memainkan sebuah lagu.
“Bahkan Fujiwara bisa memainkan drum sebaik itu.” Minhwan takjub.
“Bukankah Nona memang mahir memainkan beberapa alat musik? Itu seperti nafas dalam hidupnya.” Shin Ae tersenyum bangga.
“Aku tak pernah melihatnya menabuh drum.”
Shin Ae tersenyum menatap melirik ekspresi Minhwan.
“Suara Daehyun…” Hyuri tak kalah dibuat terkesima oleh penampilan Daehyun.
Byunghun tersenyum kecil mendengar itu semua. Tatapannya fokus menatap panggung, menatap Ai.
“Oh, Hyuri. Kalian kemari.” Minki menghampiri.
“Oppa. Ini… untuk apa?” Hyuri menuding panggung. “Mereka akan perform seperti itu…?”
“Entahlah. Tahu-tahu mereka datang kemari dan memainkan itu semua. Sayang si bungsu Jung Sungha tak turut. Dia pemain gitar akustik yang handal. Aku sendiri curiga, sedang tangan Jiyoo baru pulih. Mungkin sebelumnya mereka latihan terpisah. Ah, aku juga bingung. Belakangan aku terlalu sibuk dengan florist.” terang Minki berputar-putar.
Hyuri tertawa geli. “Minki Oppa berputar-putar. Aku bingung mendengarnya. Ai juga begitu, gemar sekali membuat ledakan.”
“Aku mencurigai sesuatu, tapi setiap kali aku bertanya, Jiyoo selalu menyibukanku dengan pertanyaannya seputar florist. Sejak Yongbae sakit jadi sedikit kacau.”
“Tapi Yongbae akan segera kembali kan?”
“Setelah terapinya selesai. Dikhawatirkan ada trauma akibat benturan di kepalanya kala kecelakaan itu.”
“Semoga tak terlalu lama.”
Byunghun diam menyimak obrolan Hyuri dan Minki.
“Lagu yang keren.” celetuk Minhwan. “Tapi ini lagu siapa? Mereka menciptakannya? Fujiwara suka anime dan ini seperti aliran musik visual key band, pasti Ai kan…?”
Minki tersenyum mendengarnya. “Ricochet-Seremedy.” jawabnya.
“Seremedy…?” Minhwan benar tak paham.
“Aku pernah dengar tentang itu dari Ai. Keren sih.” komentar Hyuri.
“Memang kau tahu…?” Minhwan beralih menatap Hyuri.
“Seremedy, band visual key asal Swedia. Belakangan Jiyoo tergila-gila padanya. Terutama pada Yohio.” jawab Byunghun.
“Ah, aku benar tak tahu.” Minhwan menyerah.
Byunghun, Minki dan Hyuri kompak tersenyum melihatnya. Shin Ae pun sama.
Semua yang berada dalam basecamp menyaksikan pertunjukan perdana Keluarga Jung bertepuk tangan. Daehyun melompat turun panggung, sementara Ai, Jinwoon, Euichul dan Ilwoo masih berunding di atas panggung. Sepertinya mereka sedang mengevaluasi peralatan YOWL yang lumayan lama tak terpakai sejak YOWL pergi dan Ai mengalamai kecelakaan.
“Hai!” Daehyun tersenyum lebar menghampiri Byunghun, Minhwan dan Hyuri. “Tak menyangka kalian datang. Itu membuatku gugup. Kalian juga termasuk tim Wisteria Land…?”
“Wisteria Land…?” Hyuri bingung.
“Nama tempat ini. Belum resmi memang.”
“Oh, aku baru tahu.” Hyuri tersenyum manis. “Penampilan yang bagus. Kau punya suara bagus kenapa tak pernah ditunjukan?”
“Tak ada yang mengajakku, padahal ingin sekali main band.” keluh Daehyun.
“Kali ini Ai tak meminta bantuanku juga, tapi kalian itu, apa mungkin akan di tampilkan juga?”
“Jiyoo Fujiwara hanya akan menggunakan kekuatan Jeonggu Dong. Keras kepala sekali, bukan?”
“Tapi aku dengar dari Myungsoo, nanti Viceroy akan urun tampil, benar tidak…?” Hyuri menyikut Minhwan yang berada dekat di sampingnya.
“Baru rencana. Itu pun kami yang meminta. Akan sangat sulit jika hanya mengandalkan kekuatan Jeonggu Dong. Hingga kini sepertinya masih minim yang mau bergabung.” jawab Byunghun.
“Wah, kau jadi banyak tahu ya? Belakangan aku perhatikan kau terlihat dekat dengan Jiyoo Fujiwara. Jadi Viceroy akan tampil tanpa Hanbyul? Lalu siapa yang akan menjadi lead vocal Viceroy…?” cerocos Daehyun.
“Yang pasti bukan kau. Kami masih punya Sunghyun.” kata Minhwan.
“Hahaha. Aku juga tak mau menggantikan posisi Jang Hanbyul.” Daehyun membela diri.
“Penampilan kalian bagus, sayang jika tak ditampilkan.” kata Hyuri.
“Jika memungkinkan sih akan tampil.” Daehyun sangsi.
“Kok jika memungkinkan…?” tanya Minhwan.
“Jiyoo Fujiwara terlalu banyak rencana. Ini dan itu, banyak sekali ide di kepalanya, namun ia tak memikirkan ruang minim dan resikonya. Tadi Euichul Hyung dan Ilwoo Hyung mencoba bicara padanya. Orang tuaku juga Paman Jinyoung dan Bibi Hyunjung juga berencana hadir, tapi ini rahasia. Bisa gawat kalau Jiyoo Fujiwara tahu.”
“Nanti juga akan terbaca.” komentar Hyuri.
“Kalau Keluarga Jung tampil bersama, mungkin Jiyoo khawatir akan rahasianya. Rahasia jika ia adalah putri bungsu Jung Jinyoung.” Byunghun kembali bicara.
“Nah, iya itu. Tapi untuk apa ditutupi? Itu kenyataan bukan?” Daehyun terdengar kesal. “Dia itu benar-benar kepala batu. Kapan ada air menetes yang bisa membuatnya sedikit luluh?”
“Jung Jinyoung, dahulu pernah berkuasa di sini, kan? Sebelum ia tobat dan jadi pengusaha sukses seperti sekarang ini.” kata Minhwan.
“Wah, kau cari tahu tentang Paman Jinyoung…? Iya, sebenarnya ayah kami jaman mereka muda dahulu adalah berandalan. Iya, tak banyak yang tahu tentang itu. Kini orang hanya tahu tentang kesuksesan mereka saja. Tentang Jiyoo Fujiwara memang sedikit rumit. Aku juga khawatir jika rahasianya terbongkar, ia justru dipojokan nantinya.” Daehyun beralih empati.
“Ah, tadi kau kesal. Sekarang?” olok Minhwan.
“Semua ini membuatku pusing, tau!” Daehyun cemberut.
***
“Tapi kau harus ingat, jangan terlalu lelah. Tangan kirimu harus tetap diperhatikan. Jangan terlalu memaksakan diri.” Ilwoo mengingatkan.
“Arasho.” Ai tersenyum manis. “Sayang Sungha tak bisa bergabung.”
“Dia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Solo gitar akustiknya dan jadwalnya yang super padat itu.”
“Dia maestro muda kebanggaan kita.” Euichul menyela.
“Em, benar. Patut dibanggakan.” Ai setuju. “Kenapa bukan Ilwoo Oppa saja yang menjadi menajer Sungha?”
“Aku…? Mantan preman…? Ilwoo menuding hidungnya sendiri. “Itu tak lucu.”
“Eh, ayah kita juga mantan preman.” kata Ai.
Mereka tertawa bersama.
“Aku tak suka hal terikat semacam itu.” kata Ilwoo.
“Aku juga.” Ai setuju.
“Sebenarnya kalian ini cocok, kenapa tak kerjasama saja?” usul Euichul.
“Tak akan sejalan. Jiyoo terlalu keras kepala, aku pun demikian.”
“Iya juga ya.” Euichul setuju pada ungkapan Ilwoo.
“Kau menolak tawaran kolaborasi untuk malam pelepasan siswa?” Jinwoon yang diam mendengarkan tiba-tiba bertanya pada Ai. “Kita tertolak untuk yang kedua kali, begitu kata Junghun.”
Ai tersenyum. “Maaf. Tapi aku tak pernah mau bekerja sama dengan orang tenar di sekolah, bukan? Itu tak akan membuatku nyaman. Aku pasti akan tertekan.”
“Ish. Masih saja sombong.” komentar Jinwoon. “Katakan saja kau punya rencana lain.”
“Oppa sudah tahu, kenapa bertanya…? Eum, tapi aku ingin menawarkan satu penampilan bersama di atas panggung dengan mawar merah di mana-mana. Ah, mawar merah.” Ai tersenyum seolah mengenang sesuatu.
“Mawar merah…?” tanya Jinwoon.
“Menarik. Ini lagi-lagi akan jadi misteri. Biarkan saja seperti itu sampai dia mau bicara.” sela Euichul.
“Sebentar lagi.” Wooyoung datang dengan membawa bendelan kertas di tangannya.
“Seperti waktu itu…? Pertempuran dalam Hwaseong Festival…? Kau melakukannya lagi?” tanya Jinwoon.
“Tapi aku tak mencantumkan nomer ponselku. Eum, hanya pada satu orang tapi ia tak kunjung menghubungiku. Jujur aku tak yakin proyek ini akan berhasil. Dari awal yang postitif bergabung hanya Song Seunghyun.” Ai sedikit lesu.
“Yah, kenapa kau jadi tak percaya diri begitu? Kau harus yakin. Em?” Ilwoo merangkul Ai.
“Kali ini kau juga melamar banyak orang?” Jinwoon benar penasaran.
“Hanya untuk astu band saja.”
“Ini semacam The Next YOWL…?” buru Jinwoon.
“Oppa ingin tahu sekali.” Ai kesal.
“Maaf.” Jinwoon tertunduk.
Ilwoo, Euichul dan Wooyoung tersenyum saja melihatnya.
***
“Jadi nanti akan dibuat semacam ini, karena sudah lumayan banyak yang ingin bergabung untuk bazar. Jadi ada beberapa area yang harus kita amankan agar peserta bazar dan pengunjung merasa aman. Jadi seperti ini…” Shin Ae sibuk menjelaskan tugas yang ia emban bersama timnya.
Minhwan duduk manis di ujung panggung memperhatikan Shin Ae. Berulang kali ia tersenyum sendiri menatap gadis itu.
“Sepanjang perjalanan Minhwan mengoceh tentang penolakan Ai. Idemu dibahas mereka sepertinya. Aku rasa Ai tak akan setuju.” Hyuri duduk di kursi berhadapan dengan Daehyun di salah satu sudut basecamp.
“Aku tahu Jiyoo Fujiwara tak akan mau bekerja sama seperti itu, dia tak akan setuju. Tapi… ah, aku benar-benar ingin ada kolaborasi.” Daehyun frustasi. “Aku tahu mereka, Viceroy, Red Venus dan Stardust sudah mengadakan pertemuan lalu mereka mengundang Jiyoo Fujiwara.”
“Aku rasa lagi-lagi Ai akan membuat ledakan, tapi entah kali ini apa.”
“Dia tak memberi tawaran padamu?”
“Tidak ada.”
“Apa mungkin belum…?”
“Entahlah.”
“Aku benar ingin ada dalam timnya.”
“Hehehe, seru memang. Jika ingat kala pertarungan dalam Hwaseong Festival, aku juga ingin bekerja dalam tim Ai lagi.”
“Ya, bagaimana kalau kita bersama-sama membujuknya…?”
***
Ai bertahan duduk memangku gitar akustiknya, memetiknya, masih dengan headset menutup kedua telinganya. Gerak tangan Ai terhenti. Ia mendongakan kepala. Byunghun yang sudah berdiri di hadapan Ai tersenyum. Ai membalas senyum dan melepas headset di kedua telinganya.
“Bersikukuh tak mau periksa?” Byunghun duduk di samping kiri Ai.
“Periksa…? Aku tak sakit.”
“Aiya~.”
“Eum, mimisan bisa terjadi pada siapa saja. Ini bukan keadaan yang berbahaya. Apalagi saat musim panas seperti ini. Lapisan lender hidung kering dan pembuluh darah teriritasi, jadilah mimisan.”
“Karena bahan kimia yang menyengat juga dapat menimbulkan mimisan karena iritasi pada selaput lender dan pembuluh darah hidung. Artikel ini banyak beredar di internet.”
Ai tersenyum.
“Membaca artikel saja tak cukup. Ayolah. Aku khawatir ada sesuatu yang salah di dalam sana hingga membuatmu mimisan.”
“Aku bukan orang bodoh yang membiarkan sesuatu menggerogoti tubuhku begitu saja. Aku tak mau mati muda karena masih banyak hal yang ingin aku lakukan. Jika aku katakan aku baik saja, ya berarti aku baik saja. Tak lelah aku memintamu untuk percaya.”
“Dasar keras kepala. Menyebut kematian dalam obrolan. Itu mengerikan tahu.”
“Kau takut pada kematian? Bukankah hal itu pasti?”
“Tapi…” Byunghun tak melanjutkan kata-katanya. Diam menatap Ai.
“Hey, kalian.” Daehyun dan Hyuri bergabung. “Hyuri baru saja mengingatkan aku. Ah, ini sangat kebetulan sekali, tanggal 23. Tim sekolah kita hari ini menghadapi final dalam Olimpiade Musim Panas Antar SMA , lalu hari ini tim pendukung Wisteria Land dikumpulkan dan nanti tepat jam delapan malam YOWL akan debut dengan meluncurkan single mereka. Daebak.”
Hyuri tersenyum lebar dan mengangguk mendukung pernyataan Daehyun. “Semua itu saling berhubungan, benar kan Ai?” tanya Hyuri kemudian.
“Ah, aku justru baru menyadarinya.” kata Ai kemudian tersenyum.
Byunghun tersenyum sendiri. Ia pun baru menyadari kebetulan ini.
***
TOP, Jaesuk, Bibi Han, Myungran, Tuan Jeon dan Paman Hwang sudah berkumpul di basecamp. TOP juga membawa serta beberapa anak buahnya. Tak lama kemudian Seunghyun datang sendiri. Dia adalah orang pertama yang datang lima menit lebih awal dari waktu yang ditentukan bagi orang-orang yang sengaja dilamar untuk bergabung. Seunghyun terlihat antusias namun tampak pula rasa gugup yang terlukis jelas di wajahnya.
Shin Ae menyambut kedatangan Seunghyun dan tak lupa menawarkan minuman dan makanan yang sengaja disediakan di basecamp.
Seunghyun benar dibuat terkejut. Terkesima. Ia merasa sangat dihargai ketika ia datang dalam basecamp ini. Dan ketika berada di dalamnya, Seunghyun merasakan suasana hangat dari rasa kekeluargaan. Ia tersenyum menatap panggung dimana di sana Ai tampak sibuk memeriksa peralatan dibantu Jinwoon, Euichul, Byunghun dan Minhwan. Disudut lain tampak beberapa orang mempersiapkan layar. Seunghyun menatapnya heran.
“Kami akan nonton siaran langsung debut YOWL.” Shin Ae membawakan minuman kaleng untuk Seunghyun. “Kau bisa tinggal setelah semua selesai. Nonton bersama lebih seru bukan? Taerin sedang tak ada di sini.”
“Kau tahu itu…? Ah, aku lupa jika kau… maaf.” Seunghyun salah tingkah.
“Mereka anak-anak Hwaseong Academy juga.”
“Em. Viceroy bahkan Stardust Jinwoon…?”
Shin Ae tersenyum. “Tak perlu kaget. Dia orang kita.”
“Oh, kau sudah datang Seunghyun? Selamat bergabung. Kau sudah makan?” sapa Minki.
“Nanti aku akan ambil makanan yang aku mau, Hyung. Terima kasih.” Seunghyun menunduk sopan.
“Jangan sungkan ya. Silahkan makan dan minum. Anggap saja di rumah sendiri.” Minki menepuk pundak Seunghyun.
“Nee, Hyung.” Seunghyun masih saja terlihat benar dibuat terkesima dengan sambutan dalam basecamp.
“Jangan heran seperti itu. Jelek tau.” olok Shin Ae. “Rileks saja.”
“Jadi semua ini benar adanya.”
“Nee…?”
“Ada seorang warga yang mengatakan hal seperti ini, andai hidup ini hanya untuk makan, cukup datang ke basecamp Nona Fujiwara, kau akan kenyang di sana. Makanan dan minuman tersedia melimpah. Siapa saja boleh makan dan minum di sana, secara gratis.”
“Oya…? Wah, sambutan baik. Syukurlah. Tapi kami masih punya banyak musuh. Maksudku orang yang tak suka pada tempat ini.”
“Namanya juga kehidupan. Itu jadi warna bukan?”
“Iya, tapi menjadikan stress juga.”
Seunghyun tersenyum.
“Selamat menikmati dan menunggu. Maaf aku tak bisa menemani lama-lama.” Shin Ae pamit.
Seunghyun tersenyum dan mengangguk. Ia kemudian menghela napas panjang sambil kembali mengamati sekitarnya.
***
Shin Ae membuka acara pertemuan sore ini di basecamp. Ai juga maju memberikan sambutan dan rasa terima kasih pada orang-orang yang bersedia datang untuk bergabung. Jauh di dasar hatinya, Ai merasa kecewa. Orang yang datang tak sesuai dengan targetnya. Namun Ai tetap tersenyum di depan timnya ini. Ai kemudian menjelaskan rencana pembukaan Wisteria Land yang akan digelar pada akhir musim gugur nanti.
Pertemuan ini berlangsung cepat. Beberapa memilih tinggal untuk nonton bersama siaran langsung debut YOWL. Seunghyun pun memilih tinggal. Bergabung dalam keramaian dan kehangatan dalam basecamp.
Ai duduk di ujung panggung. Sendiri. Ia terlihta lesu menatap orang-orang yang ramai berkumpul di depan layar besar itu. Tatapan Ai berhenti pada Seunghyun. Dari empat pemuda yang ia lamar, hanya Seunghyun yang datang memenuhi syarat lamaran itu sore ini. Ai menghembuskan napas panjang dan kembali redup. Ai tertunduk. Keyakinannya mulai goyah. Apakah ia mampu mewujudkan rencana ini?
“Akan segera dimulai.” Hyuri muncul mengejutkan Ai. “Aigo, kau murung…? Wae…?”
“Anee. Kaja. Aku tak sabar ingin melihat jagoanku, YOWL.” Ai merangkul Hyuri kemudian duduk bergabung di antara kerumunan orang-orang dalam basecamp.
Semua duduk manis dan fokus menatap layar OHP, menunggu siaran langsung debut YOWL. Suasana menjadi makin tenang ketika acara di salah satu televisi nasional Korea itu dimulai. Semua diam dan fokus menyaksikan liputan live itu.
Banyak Yowlism berkumpul di lokasi debut YOWL. Menyaksikan begitu banyaknya Yowlism yang datang untuk memberi dukungan dan antusiasme mereka, Ai benar dibuat merinding. Ia tak menyangka jika pendukung YOWL benar sebanyak itu di luar sana. Ai merasa senang dan terharu.
Hyuri meraih tangan Ai dan menggenggamnya. Ia tersenyum tulus ketika Ai menoleh padanya. “Lihat. Betapa hebatnya YOWL. Ini baru debut, nantinya pasti akan lebih dari ini. aku rasa orang-orang yang dahulu mencibir YOWL, benar menyesal kini.” Hyuri melirik Minhwan.
“Aish! Myungsoo yang paling parah tau!” Minhwan membela diri.
“Dan aku.” Sahut Byunghun. “Melihat YOWL kini, aku bangga.” ia tersenyum tulus.
Ai turut tersenyum. “Oh! Song Hami…?” Ai melotot kaget melihat gadis yang sedang di wawancarai di televisi.
“Kau kenal dia?” tanya Hyuri.
“Pernah beberapa kali bertemu dengannya.”
“Dia itu Top Leader dari fansclub Yowlism. Dia mendirikan wadah untuk seluruh Yowlism Seoul. Terakhir aku dengar anggotanya makin bertambah dan sudah ada beberapa anak cabang di beberapa kota besar.”
“Anak cabang…?” gumam Minhwan.
“Dia itu Yowlism sejati. Sama sekali semangatnya tak berubah dari awal aku mengenalnya.” imbuh Hyuri. “Dia murid Orenji Highschool dan berteman baik dengan adik presedir CSE Kim Taehee.”
Ai diam menatap layar OHP. “Kami hutang budi banyak padanya.” bisiknya.
“Tak ada kata hutang budi antara fans dan idola, karena mereka saling membutuhkan.” sahut Jinwoon seraya tersenyum manis.
Ai pun membalas senyum.
***
“Selamat ya. Aku turut bangga atas prestai kalian.” Soojung mengulurkan tangan pada Taerin. Senyumnya lebar dan tulus ketika mengatakan hal ini.
Kibum dan Taerin benar dibuat heran menerima perlakuan Soojung kali ini.
“Kenapa menatapku seperti itu…?” tanya Soojung masih dengan tangan terulur.
“Gomawo.” Taerin menjabat tangan Soojung.
“Maafkan aku. Sikapku keterlaluan. Ini karena permintaan Fujirawa.”
“Ai…?” Kibum tak percaya mendengarnya.
“Sebenarnya kami, Red Venus telah meminta maaf pada Fujiwara. Itu selepas Yiyoung dan Junhyung Sunbaenim meminta maaf pada Fujiwara. Kami berbaikan, namun tak ada yang tahu. Belakangan Fujirawa meminta bantuanku, ia mengatakan ini uji tahan mental untuk kalian berdua karena ini debut kalian. Fujiwara tak mau kalian lemah dan memanfaatkan wajah antagonisku ini untuk menjadi cambuk bagi kalian. Maafkan aku, ya.” terang Soojung.
“Dasar, Ai.” gerutu Kibum kesal.
“Beruntung sekali memiliki teman seperti Fujiwara, dia juga leader yang baik. Dia bekerja tidak hanya dengan pikiran, tenaga dan harta kekuasaannya, tapi dengan hati. Aku yakin, dia pasti akan menjadi orang hebat kelak.”
“Tapi dia itu sangat keras kepala, jarang sekali mau mendengar pendapat orang.” sanggah Kibum.
Taerin hanya diam menyimak obrolan.
“Tidak juga. Dia peduli kok. Aku yakin kau juga meraba hal itu.” Soojung tersenyum manis lalu melirik Taerin. “Kalian tak ikut nonton bersama? Semua berkumpul untuk melihat debut YOWL. Ayo.” Soojung kembali tersenyum manis sebelum pergi.
Kibum tersenyum menatap Soojung yang berjalan menjauh. “Ayo. Ini akan jadi malam yang hebat bagi YOWL, Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk. Aku tak ingin melewatkannya.”
Taerin mengangguk dan berjalan beriringan dengan Kibum menuju ruang tengah tempat dimana tim perwakilan Hwaseong Academy berkumpul untuk nonton bersama debut YOWL.
***
Terdengar teriakan yel-yel antusias dari fans yang berkumpul di luar sana. Para Yowlism. Di sini, di dalam ruang tunggu, Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk selesai di make up. Tim manajemen YOWL memilih kawasan Hongdae untuk live perform debut mereka. Kawasan yang kesehariannya ramai pengunjung ini makin padat karena adanya even yang digelar Caliptra Seta Entertainment ini.
Keempat personel YOWL duduk menunggu. Tak bisa dipungkiri mereka terlihat tegang. Gugup. Terdengar MC membuka acara dan kemudian teriakan Yowlism menyeruak. Benar membuat merinding para pendengarnya, termasuk keempat personel YOWL yang duduk di ruang tunggu.
Minhyuk terus menggerakan badannya seolah sedang menggebuk drum. Ia mencoba mengalihkan rasa gugupnya. Di samping Minhyuk duduk Jaejin yang sibuk dengan ponselnya. Wonbin terlihat lebih tenang, duduk memetik gitar akustik. Sedang Jaejoong duduk dan terus mengelus kalung pemberian Ai yang tergantung di lehernya.
“Ya! Ai mengirim sms, dia memberi semangat untuk kita!” kata Jaejin tiba-tiba.
Tiga member YOWL yang lain segera memeriksa ponsel masing-masing.
“Padaku juga.” Minhyuk sumringah.
“Sepertinya pada kita semua.” Wonbin masih menatap layar ponselnya dan tersenyum.
Jaejoong tersenyum lega usai membaca pesan yang dikirim Ai. “Jangan kecewakan dia. Jangan kecewakan mereka semua yang mendukung kita.”
Tiga member YOWL yang lain mengangguk.
“Hah! Di basecamp pasti sangat ramai sekarang.” Jaejin menerawang membayangkan situasi di basecamp.
“Kaja!” Jaejoong berdiri dan mengulurkan tangan kanannya.
Jaejin tersenyum lebar, berdiri dan meletakan tangan kanannya di atas tangan Jaejoong. Minhyuk menyusul dan ditutup oleh Wonbin. Mereka saling menatap lalu tersenyum.
“YOWL!!!” seru Jaejoong.
“Auuwww!!!” berempat mereka kompak meraung.
***

Yowlism berteriak histeris ketika satu per satu member YOWL muncul di atas panggung. Jaejoong naik pertama kali, disusul Wonbin, Jaejin dan Minhyuk. Mereka terlihat tampan dalam balutan kostum serba hitam dan riasan gothic itu. MC memperkenalkan satu per satu member YOWL pada publik yang berkumpul.
Ai duduk diam. Senyum terkembang di wajahnya melihat YOWL berdiri penuh percaya diri di atas panggung untuk melayani sesi tanya jawab. Ia bangga pada rekan-rekannya itu. Pada Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk. Walau rasa perih itu ada, namun semua itu perlahan mulai membuat Ai terbiasa. Yang dominan justru rasa bangga akan keberadaan YOWL saat ini. Orang-orang terdekat Ai seolah bergantian menatap gadis itu. Minki tersenyum saja melihat Byunghun yang berulang kali menatap Ai.
Di asrama perwakilan tim Hwaseong Academy pun sama. Mereka berkumpul di depan televisi menonton debut YOWL. Myungsoo tersenyum. Kibum pun demikian. Taerin diam dan menatap bangga sang kakak Jaejoong yang berdiri penuh percaya diri dan benar terlihat tampan di atas panggung.
Diantara kerumunan Yowlism, terlihat Yiyoung hadir ditemani Junhyung. Chaerin, Gyuri dan Jieun juga hadir di sana. Tampak pula Taemin dan Daehyun juga beberapa murid Hwaseong Academy lainnya yang sengaja hadir ke salah satu sudut jalan Hongdae itu untuk memberi dukungan pada YOWL. Mereka yang seolah membentuk kerumuman sendiri sempat terekam kamera. Hal itu membuat Hyuri heboh sendiri sambil menuding layar OHP.
Secara bergantian member YOWL menjawab setiap pertanyaan yang diajukan pada mereka. Namun yang dominan bicara justru Minhyuk, bukan sang leader Jaejoong. Pertanyaan pun sampai menyinggung tentang mantan member YOWL, Ai. Keempat member YOWL sempat terdiam dan saling menatap selama beberapa detik, lalu Jaejoong mengambil alih situasi dan memberikan jawaban.
Melihat Jaejoong berdiri dan berbicara dengan tegas mengenai YOWL dan mantan membernya, Ai yang duduk diantara orang-orang dalam basecamp tiba-tiba merasakan sesak yang teramat di dadanya. Ia terharu. Namun Ai menahan diri. Menahan tangisnya. Seperti sebelumnya, ia tak mau terlihat lemas di depan rekan-rekannya. Ai berusaha tetap tersenyum dalam diamnya.
Satu per satu member YOWL juga memberi jawaban mereka tentang Ai. Boleh dikatakan ini ungkapan hati mereka untuk Ai. Sejenak suasana menjadi haru. Dibawah panggung, para pendukung setia Ai sampai menangis. Hal ini terekam kamera dan sempat ditayangkan.
Hyuri merangkul Ai dan mengusuk lengan gadis itu. Ai tersenyum lesu, memberikan isyarat jika ia baik saja.
Melihat tayangan itu, Taerin juga merasakan haru. Selama ini ia tak begitu memperhatikan YOWL walau Jaejoong sering menceritakan tentang YOWL dan tak jarang membanggakannya. Melihat YOWL berdiri di atas panggung dan dikerumuni Yowlism yang jumlahnya begitu banyak di bawah panggung benar membuat Taerin merasa kehilangan sesuatu. Kemana ia selama ini?
Jaejoong kembali menyapa Yowlism. Bahkan ia tak lupa mengajak fans fanatik YOWL ini untuk meraung. Sementara Wonbin, Jaejin dan Minhyuk mempersiapkan peralatan masing-masing. Jaejoong juga sudah siap dengan gitarnya. YOWL memainkan intri YOWL untuk membuka pertunjukan mereka. Selanjutnya YOWL membawakan sebuah cover song dari band idola mereka Helloween. Pertunjukan dilanjutkan dengan membawakan lagu andalan YOWL di album single “Rising Spirit” yang berjudul “Young, Ordinary, Wild and Lovely”.
Total YOWL membawakan lima lagu dalam minishow debut mereka. Dua lagu dari album single perdana YOWL dan tiga lagu cover song dari band papan atas dunia. Yowlism benar merasa puas oleh penampilan perdana YOWL.
***
“Daebak. YOWL benar-benar daebak.” Taehee berulang kali mengatakan hal itu. ia tak menyangka acara debut YOWL begini sukses. “Aku tahu pilihanku tak salah. Ini benar-benar… daebak.”
Sukjin tersenyum. “Aku akan mengantar mereka pulang.”
“Nee. Tolong minta mereka segera istirahat. Mulai besok, aku yakin akan banyak tawaran masuk untuk mereka. Hah, YOWL itu benar tenar bahkan sebelum mereka debut.” Taehee menggelengkan kepala.
Sukjin tersenyum melihat empat pemuda yang sedang bercanda di ruang tunggu itu. “Anak-anak. Selamat. pertunjukan malam ini benar-benar… daebak. Kalian tahu, di sana Ibu Presedir terus mengatakan hal itu. Daebak, YOWL benar-benar daebak.”
Keempat personel YOWL tersenyum puas mendengarnya.
“Ayo. Kalian harus istirahat. Besok pasti akan banyak tawaran dan jadwal padat sudah menunggu kalian. Kita pulang.” ajak Sukjin.
Sepanjang perjalanan pulang, Jaejin dan Minhyuk terus mengoceh. Wonbin hanya bisa menggelengkan kepala mendengarnya. Sukjin yang duduk dibalik kemudi juga hanya tersenyum. Ia kemudian menoleh menatap Jaejoong yang menemaninya di kursi depan. Jaejoong terlihat sibuk dengan ponselnya, menelfon. Namun wajah Jaejoong terlihat kesal sambil terus mengulangi panggilan.
“Dia pasti ada di sana, duduk menyaksikan kalian, hanya saja mungkin ia tak mungkin diganggu.” kata Sukjin. Ia paham jika Jaejoong berusaha menelfon Ai.
“Hyung… tahu…?” tanya Jaejoong.
“Seperti yang dialami Road Sky awal debut mereka tanpa Lee Minki. Ah, ini semacam roda perputaran atau apa ya…? YOWL dan Road Sky.”
“Apa yang menimpa kami berbeda.”
“Dari tadi aku telfon tak bisa.” sahut Jaejin.
“Terus sibuk.” Minhyuk menimpali.
“Aku rasa Ai ingin kita istirahat malam ini. Dia pasti akan datang berkunjung untuk kita.” Wonbin ikut bicara.
Jaejoong tersenyum getir, kembali menatap jalan yang lurus di hadapannya. Sungguh ia ingin menelfon Ai dan mengungkapkan apa yang ia rasa, tapi sepertinya Ai memilih menghindari kontak itu.
Deburan ombak bergemuruh di dalam dadaku. Aku gugup, sangat gugup. Aku menatap Wonbin, Jaejin dan Minhyuk, mereka bisa mengendalikan itu, lebih dari yang aku duga. Aku berharap kau tiba-tiba muncul di ruang tunggu, tersenyum dan kemudian memelukku, menenangkanku. Tapi aku tahu itu tak mungkin. Aku memaafkanmu J Selang beberapa menit kemudian aku hanya bisa menggenggam kalung pemberianmu. Itu membuatku tenang, seolah kau berada dekat denganku, menenangkanku seperti yang sudah-sudah. Aku merasa lebih tenang hingga aku harus naik panggung. Aku paham kini, kau, aku, kita akan tetap bersama dimana pun kita berada. Gomawo Jiyoo-aa J
Jaejoong tersenyum menatap keluar jendela mobil usai mengirim pesan singkat untuk Ai.
***
“Oh. Taerin…? Kau belum tidur…? Kibum kaget ketika menemukan Taerin di balkon asrama.
“Sedikit panas di dalam sana. Di sini cukup nyaman. Kau… belum tidur…?”
Kibum turut duduk di samping kanan Taerin. “Tak sabar menunggu pagi dan ingin cepat-cepat kembali.”
Keduanya kembali diam.
“YOWL… hebat ya. Tadi itu benar-benar keren.” Kibum memulai obrolan lagi.
“Em.” Taerin mengangguk.
“Jaejoong, aku tak menyangka melihatnya begitu tegar. Dia sudah bertransformasi rupanya. Aku lega leader YOWL itu benar berubah kini.”
Taerin tersenyum mendengarnya.
“Sayang ia tak mau menerima panggilanku. Ck.” Kibum kembali menatap ponselnya lalu mengantonginya lagi.
Taerin menatap Kibum namun tetap diam. Hening. Hanya terdengar desiran angin malam ditengah musim panas yang menyela diantara Kibum dan Taerin.
“Kenapa Fujiwara tak mau menerima panggilanmu…? Apa dia… eum, maksudku, bukankah kalian begitu dekat dan sepertinya Fujiwara benar berarti bagi kalian.” Taerin mulai bicara memecah kebisuan.
“Dia itu… sulit sekali ditebak. Benar semaunya sendiri. Kau pasti banyak mendengar tentangnya dari Jaejoong hingga kau bosan. Dia hanya gadis biasa, hanya saja dia berbeda dari gadis pada umumnya.”
“Seperti batu karang. Ia sangat acuh. Kau tahu kan teror-teror itu. Skandal-skandal itu.”
“Selalu mengkhawatirkan orang lain dan mengabaikan dirinya sendiri. Kadang aku tak paham pada jalan pikirannya. Dia berkorban sana-sini dan…” Kibum tak melanjutkan ucapannya.
Suasana kembali hening.
“Seperti yang ia lakukan padamu. Ai tahu jika kau tak suka padanya tapi ia tak peduli akan hal itu dan tetap berbuat baik padamu.” lanjut Kibum.
Taerin menoleh, menatap tak paham pada Kibum.
“Entah karena apa, mungkin karena Jaejoong begitu menyayangimu dan karena Ai menyayangi Jaejoong. Ai melakukannya untuk Jaejoong, mungkin atau benar tulus ia lakukan seperti pada kami semua. Mungkin tak banyak yang kau tahu hingga kau tetap bersikap seperti itu pada Ai.” Kibum diam sejenak, menarik napas lalu menghembuskannya pelan.
“Disela keterpurukannya kala itu, kecelakaan dan kegagalannya turut bersama YOWL, Ai mengungkap kekhawatirannya padamu. Ai memintaku untuk membantunya menjagamu karena setelah Jaejoong pergi kau harus hidup sendiri di Jeonggu Dong. Saat itu aku marah, sangat marah. Aku hanya bisa diam di hadapannya dan mengumpat dalam hati. Untuk apa ia memperhatikan gadis yang sama sekali tak pernah menganggapnya ada bahkan membencinya.” lanjut Kibum. “Bagaimana jika malam tiba dank au berada sendiri di dalam rumah. Bagaimana jika musuh-musuh Jaejoong balas dendam dan berbuat buruk padamu. Bagaimana jika begini dan begitu. Hah! Aku lelah mendengarnya. Aku serta merta menolak.”
Taerin tertunduk mendengarkan Kibum bicara.
“Setiap malam Ai selalu menyempatkan diri menengok rumahmu, diam berdiri menetapnya lumayan lama. Setelah yakin aman, dia pergi. Minki Hyung mengkhawatirkan kondisi kesehatan Ai sendiri, kemudian ia memerintahkan anak buah Yongbae untuk menjagamu. Setiap malam, dua orang anak buah Yongbae selalu menengok rumahmu dan memastikan semua aman. Tiga kali setiap malam, di jam-jam rawan kejahatan mereka datang menengok rumahmu. Walau demikian, Ai masih sering melakukan tugas itu sendiri.”
Taerin tertunduk makin dalam. Tangannya menggenggam erat ponselnya.
“Bodoh. Dan lebih konyol ketika aku menemukan Ai selalu mengirim bunga mawar untukmu. Jaejoong pernah bercerita jikaa kau suka sekali mawar merah, kala itu Ai langsung memberikan satu pot tanaman mawar merah pada Jaejoong. Lalu Jaejoong mengeluh mawar itu mati. Setelah Jaejoong pergi, yang Ai lakukan adalah diam-diam mengirim buket mawar merah untukmu. Ia mulai melakukannya ketika teringat ucapan Jaejoong jika kau suka mawar merah dan tanaman mawar merahmu mati. Di hari-hari tertentu, kau pasti menemukan buket mawar merah di depan pintu rumahmu bukan? Itu Ai.” Kibum tersenyum dan menggelengkan kepala.
“Ai berpikir ini akan menghiburmu. Karena kesepian itu.” imbuh Kibum. “Hah.. tentang lomba ini, Ai pun mengkhawatirkanmu.” Kibum tersenyum menerawang langit malam. “Hah, sudah larut. Semoga pagi cepat datang.” ia bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Taerin sendiri.
Taerin terduduk lemas setelah Kibum pergi. Napasnya tak beraturan. Ia tak percaya pada semua yang ia dengar tentang Ai.
***
“Debut YOWL, daebak. Aku bangun pagi-pagi untuk menonton live streaming.” Suri antusias. “Kau nonton juga…? Kau online juga kan pagi ini…? Ai tak muncul, pasti dia datang ya dalam debut YOWL semalam.”
Hanbyul menghela napas. “Jiyoo tak datang. Hanya menonton bersama-sama di basecamp. Aku tak nonton debut YOWL, tapi aku lega Jiyoo mau menerima telefonku.” Hanbyul tersenyum mengenang obrolan singkatnya bersama Ai.
Suri tersenyum melihat ekspresi Hanbyul. “Aigoo, pasti sudah di ujung sekali rasa kangen itu. Kan bisa video call.”
“Iyalah, tapi…”
“Aku tahu.” potong Suri. “Hanya bisa memandangnya namun tak bisa menyentuhnya. Ckckck, miris. Sepasang kekasih yang menjalin hubungan jarak jauh selalu miris. Teman sekelasku ada yang senasib denganmu. Jika rindu pada kekasihnya, dia hanya bisa mencium monitor laptopnya. Ya, Jang Hanbyul, apa kau juga demikian jika kalian bicara melalui web cam…?”
“Mwo…?” Hanbyul menatap tajam Suri.
“Iya pun tak mengapa. Wajar kok.”
“Ya, Han Suri-ya!!!”
“Hahaha… kau marah, berarti iya…?”
“Ya!!”
“Oke-oke, maaf, maaf. Aku hanya bercanda. Jangan marah ya.” Suri mengusuk lengan Hanbyul.
Hanbyul menggerakan lengannya bermaksud mengusir tangan Suri.
“Kugjungma. Aku tak akan menggodamu. Aku sudah janji untuk menjagamu, bukan menggodamu.”
“Mwo…?”
“Hahaha. Kau ini konyol sekali Jang Hanbyul. Ck. Hah, aku pergi.” Suri pamit.
“Hagh.” Hanbyul tersenyum sendiri sambil menatap Suri yang berjalan meninggalkannya. Ia kemudian mengehela napas. “Kau benar. Aku hanya bisa mencium monitor laptopku, hah…” keluh Hanbyul.
***
Tim perwakilan Hwaseong Academy tiba kembali di sekolah siang ini. Mereka mendapat sambutan hangat dari para guru. Usai bersalaman dengan guru-guru, Kibum buru-buru pergi untuk menemui Ai.
“Nona izin tak masuk hari ini.” kata Wooyoung.
Kibum kecewa. “Ah, tapi Ai baik-baik saja kan…? Dia tidak sakit…?”
“Terlihat baik…” Wooyoung sangsi. “Baik, kok. Aku yakin itu.”
“Ah, syukurlah.” Kibum  lega.

Seunghyun menghampiri Taerin yang berdiri memperhatikan Kibum dan Wooyoung.
“Taerin~aa! Chukae!! Benar kan prediksinya…? Kau menang lomba ini, ya walau hanya juara tiga, tapi masuk tiga besar itu keren untuk penampilan perdanamu.”
“Gomawo…” Taerin tersenyum canggung dan masih curi-curi pandang pada Kibum dan Wooyoung.
Seunghyun  mengikuti arah pandangan Taerin. “Sayang Ai Nuna tak masuk hari ini.”
“Tak masuk…?” Taerin benar terkejut.
Seunghyun menatap heran Taerin.
“Ah, aku haus.” Taerin berjalan pergi menuju kantin.
Seunghyun memiringkan kepala lalu menggeleng dan menyusul langkah Taerin.

Myungsoo menemui Hyuri yang duduk sendiri di taman belakang sekolah. “Aku pulang tapi tak ada yang menyambutku. Menyedihkan.” kata Myungsoo membuyarkan lamunan Hyuri.
Hyuri terkejut dan bangkit dari duduknya menatap Myungsoo.
Myungsoo tersenyum dan berjalan mendekati Hyuri. “Kemenanganku kali ini untukmu.” Myungsoo merentangkan kedua tangannya berharap Hyuri memeluknya.
“Ini… di sekolah…” Hyuri risih.
Myungsoo menghela napas mendekati Hyuri dan memeluk gadi itu erat-erat. “Aku tak peduli, aku rindu padamu.” bisiknya masih memeluk Hyuri.
Hyuri tersenyum dalam dekapan Myungsoo. “Aku pun rindu padamu.” ia membalas pelukan Myungsoo.
***
Ai tersenyum sendiri kembali membaca pesan singkat yang dikirim Jaejoong untuknya. Ai menghela napas masih duduk di atas kasur tanpa ranjangnya.
“Kau sudah siap…?” Minki melongok dari balik pintu.
“Nee, Oppa.”
“Ok, ayo.”
Ai meraih ponselnya dan beranjak.
Ai berjalan di belakang Minki menuruni tangga. Keduanya kemudian pergi dengan naik bus. Sepanjang perjalanan Ai banyak diam dan terus menatap keluar jendela bus. Minki tersenyum sendiri dan membiarkan Ai tetap seperti itu.
  
 
---TBC---
 
  shytUrtle
 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews