Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle
. Rate: Serial/Straight/Fantasy/Romance.
. Cast:
- Song Hyu Ri (송휴리)
- Rosmary Magi
- Han Su Ri (한수리)
- Jung Shin Ae (정신애)
- Song Ha Mi (송하미)
- Lee Hye Rin (이혜린)
- Park Sung Rin (박선린)
- Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.
Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, di Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini?
Land #51
Magi, Su Ri, dan Sung Rin tidak bisa kembali ke sekolah. Begitu juga Jong Hwan dan Seung Ho. Menuruti saran sang ayah, Jong Hwan berangkat menuju vila milik keluarganya yang berada jauh dari pusat kota. Sedang Seung Ho belajar di rumah besarnya.
Seperti yang diperintahkan Magi, Sung Rin pun datang ke Rumah Seni Snowdrop usai dikeluarkan dari panti asuhan. Song Eun sudah menyiapkan sebuah kamar untuk Su Ri dan Sung Rin.
Malam itu Magi telah siap dengan kostum serba hitamnya. Ia akan kembali ke Kastil Asphodel untuk menyapa langsung anggota Lesovik. Song Eun membantunya bersiap. Walau keberatan, ia tak bisa menahan langkah Magi.
"Apakah di luar ada pasukan kerajaan?" Tanya Magi usai merapikan kostum yang menempel indah di tubuhnya.
"Iya. Seperti teman-teman Song Hyu Ri yang lain, Rumah Seni Snowdrop juga dijaga pasukan kerajaan."
Magi menghela napas dengan pelan. "Setidaknya kalian aman."
"Dari jangkauan Ratu Maesil? Tidak ada jaminan. Yang Mulia tahu akan hal itu, kan?"
Magi tersenyum miris. "Aku pergi dulu. Tolong jaga Su Ri dan Sung Rin." Magi memiringkan kepala usai menyebut nama Sung Rin. Bagaimana ia akan melewati para penjaga? Gumamnya dalam hati. Aku penasaran. Apa dia bisa melewati pasukan kerajaan dan datang ke pertemuan malam ini. Tiba-tiba rasa antusias muncul dalam diri Magi.
"Yang Mulia sudah siap?" Suara Song Eun membuyarkan lamunan Magi.
"Nee." Magi menjawab tanpa ragu.
Song Eun mengantar Magi menuju dapur. Di sana Myung Soo dan Baro sudah menunggu. Melalui pintu tersembunyi di lantai dapur, ketiganya masuk ke dalam terowongan rahasia dan meninggalkan Rumah Seni Snowdrop. Jarak antara Kastil Asphodel dan Rumah Seni Snowdrop tidak terlalu jauh. Melalui terowongan bawah tanah itu mereka bisa mencapai kastil dalam waktu 20 menit.
Pintu keluar berada di taman belakang Kastil Asphodel. Di sana, Nichkhun dan Sung Jeong sudah menunggu. Keduanya lega bisa melihat Magi kembali ke kastil bersama Myung Soo dan Baro. Bersama-sama mereka masuk ke dalam kastil untuk memulai rapat.
Nichkhun menyampaikan keberatannya jika Magi akan menyerahkan tahta Leshy—pemimpin tertinggi Lesovik—padanya. Sung Jeong, Myung Soo, dan Baro menyetujui keberatan Nichkhun. Mereka meminta Magi bertahan sebagai Leshy hingga mereka berhasil merebut tahta dan menyelamatkan Hyu Ri. Kalah suara, Magi akhirnya menyerah.
Usai rapat, mereka menuju bangunan yang lokasinya terpisah dari bangunan utama kastil. Letaknya di dekat pintu keluar yang menghubungkan kastil dengan hutan. Dari pintu itulah para anggota Lesovik diizinkan masuk.
Baro tersenyum getir ketika menatap pintu yang sudah terbuka lebar itu. Tiba-tiba ia merindukan Han Su Ri. Dulu ia pernah membawa Han Su Ri melewati pintu itu dan menuju hutan untuk melihat bunga eglantine. Hari itu Su Ri terlihat sangat senang. Dalam hati Baro berjanji, jika peperangan ini sudah selesai dan kutukan yang melekat padanya hilang, ia ingin kembali membaw Su Ri berjalan-jalan menyusuri hutan untuk kembali melihat bunga eglantine.
"Baro, kamu pernah membawa Su Ri ke hutan, kan? Kamu yakin dia tidak melihat markas kita?" Suara Magi membuyarkan lamunan Baro. Pemuda itu terkejut karena merasa Magi bisa membaca apa yang sedang ia pikirkan.
"Markas kita selalu tertutup kabut tebal, efek dari mantra yang Yang Mulia tanam. Dia sama sekali tidak menyadarinya." Baro menjawab dengan agak gugup. Tapi, ia yakin hari itu Su Ri tidak menyadari keberadaan bangunan yang dijadikan markas Lesovik.
"Jika sesuatu terjadi pada kastil, gunakan markas sebagai tempat berlindung. Selama aku masih bernapas, kabut ini akan melindungi kalian dari jangkauan musuh." Magi berhenti jarak satu langkah di depan kabut tebal yang memisahkan area taman dengan bangunan yang berada di baliknya.
"Kenapa Yang Mulia berkata seperti itu? Kasti Asphodel pun dilindungi mantra sihir. Tidak akan terjadi apa-apa di sana." Suara Sung Jeong bergetar.
"Tapi, Hyu Ri sudah melihat dan pernah menginjakkan kaki ke sana." Magi melangkah menembus kabut. Lalu sampai di sisi seberang dan di sambut sebuah bangunan yang lumayan megah. Suasana di sekitarnya sama sekali tak gelap. Banyak lampu-lampu taman yang menyala. Sama persis seperti suasana di taman Kastil Asphodel. Sangat hening dan tenang.
Nichkhun, Sung Jeong, Myung Soo, dan Baro menyusul Magi. Bersama-sama mereka menyusuri jalan yang ditutupi rumput hijau yang terpotong rapi untuk mencapai satu-satunya bangunan di area itu. Walau hari sudah gelap, suasana di taman itu terang karena banyaknya lampu taman. Berbeda dari taman Kastil Asphodel, pada sisi ini tidak ada bunga yang ditanam. Hanya rumput hijau yang menutup tanah di seluruh area. Lalu, di depan pintu besar bangungan markas, pada sisi kanan dan kiri tumbuh bunga wisteria ungu yang menjadi hiasan pintu alami.
Dua orang pemuda menyambut kedatangan rombongan Magi. Baro bertanya pada pemuda yang berdiri di sisi kiri pintu berhadapannya dengannya tentang para anggota. Pemuda itu mengatakan semua anggota utama sudah datang.
Kedua pemuda membuka pintu dan mempersilahkan Magi dan rombongannya untuk masuk. Magi yang berdiri di tengah, di antara Nichkhun dan Sung Jeong pun masuk. Di belakangnya, Myung Soo dan Baro menyusul. Setelah melewati satu lorong, rombongan Magi tiba di sebuah ruangan luas yang di dalamnya sudah berkumpul banyak orang. Kerumunan itu membelah menjadi dua. Memberi jalan di tengah-tengah untuk Magi dan rombongannya yang berjalan menuju ujung ruangan.
Lantai di ujung ruangan sedikit lebih tinggi. Menjadi podium bagi petinggi Lesovik saat berbicara dengan seluruh anggota yang hadir. Magi berada di atas podium didampingi Nichkhun dan Sung Jeong. Baro dan Myung Soo berdiri di atas podium agak jauh di belakang ketiganya.
Magi menatap orang-orang yang berkumpul di hadapannya. Ia menemukan Sung Rin di antara anggota Lesovik. Dia berhasil lolos. Batinnya sembari tersenyum samar.
Magi kembali mengedarkan pandangan dan menemukan Lee Byung Man, ayah L.Joe di antara anggota Lesovik yang datang. Ia bernapas lega ketika tak menemukan L.Joe di sana. Nichkhun sempat menentang ketika Magi memiliki hubungan dengan L.Joe. Waktu itu Sung Jeong yang membelanya dan membeberkan fakta bahwa L.Joe atau Lee Byung Hun adalah putra dari Lee Byung Man. Salah satu orang yang melindungi harta mendiang Raja di luar istana. Orang yang mendukung Lesovik dan melindungi Magi. Kesalahan yang ia buat adalah ia tidak bisa mengendalikan perasaannya dan jatuh hati pada L.Joe. Perasaan mengikat yang kini membuat dadanya sesak karena ketakutan. Takut L.Joe akan mengalami kesialan karena memiliki hubungan khusus dengannya.
Magi menghela napas pelan, lalu meminta Nichkhun untuk memulai agenda pertemuan hari ini. Saat Nichkhun membuka pertemuan, Magi kembali mengamati kerumunan. Wajah-wajah yang tak begitu asing karena ia pernah melihat mereka dalam buku berisi foto dan biodata anggota Lesovik. Kedua mata Magi terhenti pada sosok pemuda yang berdiri di samping Sung Rin. Dia datang, batinnya masih menatap Kyu Hyun. Fokus Magi teralihkan ketika Nichkhun memberinya waktu dan ruang untuk berbicara.
Magi maju satu langkah ke depan dan mulai menyapa anggota Lesovik. Ia berterima kasih atas kehadiran para anggota atas permintaan yang mendadak. Ia juga menyampaikan duka atas meninggalnya salah satu anggota di tangan Ratu Maesil. Kemudian, ia menyampaikan maksud dan tujuan mengumpulkan anggota malam itu. Tak lupa ia memperkenalkan dirinya sebagai Leshy dan juga Putri Ahreum yang selama ini mereka lindungi. Terdengar lirih kericuhan para anggota yang berkerumun di depan podium.
"Saya tidak ingin kehilangan keluarga saya lagi. Lesovik adalah satu-satunya keluarga yang saya miliki sekarang. Karena itu, tolong bantu saya untuk maju dan berjuang sekarang." Magi berusaha meredam kericuhan kecil di hadapannya.
"Saya setuju dengan rencana Yang Mulia. Mati dalam peperangan melawan Ratu Maesil adalah cara yang terhormat bagi saya." Salah satu anggota pria memberanikan diri bersuara.
"Benar! Saya juga setuju. Tuan Leshy, maaf, maksud saya Yang Mulia pasti sudah memiliki rencana hingga berani mengambil keputusan ini. Saya juga merasa terhormat bisa membantu perjuangan ini. Mati pun saya siap." Satu anggota pria lainnya turut mengutarakan pendapatnya.
Suara setuju saling bersahutan. Lebih banyak suara setuju daripada tidak setuju. Pertemuan malam itu pun mencapai kesepakatan untuk mendukung langkah yang dipilih Magi. Nichkhun pun mengatakan jika rencana akan dibagikan pada ketua tiap kelompok. Pertemuan selama dua jam itu pun berjalan dengan lancar, sesuai apa yang diharapkan Magi.
Magi menyapa Lee Byung Man yang menemuinya setelah pertemuan. Magi merasa agak canggung harus berhadapan dengan ayah dari L.Joe. Jika ia dan L.Joe berjodoh, pria di depannya itu akan menjadi bapak mertua baginya.
Lee Byung Man mendesah, "Walau awalnya saya pikir ini terlalu gegabah, tapi saya akan mendukung rencana Yang Mulia dengan sepenuh hati."
"Terima kasih." Magi berterima kasih dengan sopan.
"Karena Ratu Maesil sudah mengibarkan bendera perang, saya pun sudah melakukan banyak persiapan. Sebisa mungkin, saya akan melakukan yang terbaik untuk mendukung Yang Mulia. Tolong kembalikan kestabilan Wisteria Land. Akhiri kejahatan Ratu Maesil."
Magi melihat ketulusan pada wajah Lee Byung Man. Ia paham, pria itu pasti mengkhawatirkan keluarganya. "Saya tidak akan mundur lagi! Keputusan saya sudah bulat. Saya ingin menyelamatkan Song Hyu Ri dan mengakhiri kekuasaan Ratu Maesil."
"Saya percaya, Anda pasti akan melakukannya. Karena, hanya Anda yang bisa menjadi lawan seimbang Ratu Maesil."
"Saya akan berusaha, hingga akhir!"
Lee Byung Man menganggukkan kepala. Ia tak memiliki keraguan sedikit pun pada Magi. "Yang Mulia."
"Iya?"
Lee Byung Man menatap Magi, ragu untuk mengungkap apa yang menjadi ganjalan hatinya. "Ah! Tidak! Tidak apa-apa."
"Katakan saja. Apa pun itu, saya ingin mendengarnya."
Lee Byung Man masih ragu. Ia menarik napas dan mengembuskannya dengan cepat. "Saat ini, Byung Hun baik-baik saja. Saya memang tidak berniat membawanya ke dalam pertemuan ini. Tapi, dia pun di pihak yang sama dengan Anda."
Magi terkejut mendengarnya. Jadi... L.Joe Seonbaenim tahu siapa aku yang sebenarnya?
"Tolong maafkan dia. Karena telah berani jatuh hati kepada Yang Mulia." Lee Byung Man membungkuk dalam-dalam di depan Magi.
Sejenak Magi merasa linglung. "Aa-anee. Jatuh cinta bukanlah kesalahan. Kenapa harus dimaafkan?" Kalimat itu keluar terputus-putus dari mulut Magi.
Lee Byung Man tersenyum melihat wajah Magi yang merona. Ia tahu jika gadis itu tulus mencintai putranya. "Terima kasih sudah menerima Byung Hun. Saya pikir dia akan mundur. Nyatanya seperti ini. Namun, saya sama sekali tak menyesalinya."
Magi tersenyum dan menundukkan kepala.
"Kalau begitu, mari bersama-sama maju untuk melawan Ratu Maesil."
"Mohon bantuannya." Gantian Magi yang membungkuk dalam-dalam di depan Lee Byung Man.
Ketulusan Magi membuat Byung Man terharu. Dalam hati ia memanjatkan doa agar Magi dan L.Joe bisa bersama hingga akhir peperangan ini.
***