Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy - Land #40
04:26Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle
. Rate: Serial/Straight/Fantasy/Romance.
. Cast:
- Song Hyu Ri (송휴리)
- Rosmary Magi
- Han Su Ri (한수리)
- Jung Shin Ae (정신애)
- Song Ha Mi (송하미)
- Lee Hye Rin (이혜린)
- Park Sung Rin (박선린)
- Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.
Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, di Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini?
Land #40
Beberapa hari berikutnya pemberitaan tentang insiden penyerangan Hyuri berangsur mereda. Rakyat kembali tenang dan memberikan kepercayaan mereka pada pihak istana untuk kembali bekerja menangani kasus penyerangan itu. Kondisi di dalam Hwaseong Academy pun mulai normal. Walau Duo Maehwa yang tersisa masih dikucilkan, mereka bisa bergerak sedikit lebih bebas, karena berkurangnya intensitas pergunjingan di kalangan murid.
Hyuri kembali mempelajari tentang protokol kerajaan bersama Hami. Hami tersenyum geli ketika menemukan Hyuri yang duduk di sampingnya tertidur pulas. Dayang pengajar kembali dan terkejut melihat Hyuri tidur pulas, menyandarkan kepala di atas bukunya yang terbuka di atas meja.
"Bagaimana bisa seorang calon pewaris tahta berkelakuan seperti ini? Bahkan dia belum mempelajari apa pun sejak ia datang ke istana. Bagaimana Yang Mulia Tuan Putri membiarkan hal ini terjadi?" Dayang pengajar menegur Hami. Ia geram atas tingkah Hyuri dan sikap Hami yang dinilai lalai.
"Dayang Senior Choi," Hami menahan saat Dayang Choi akan membangunkan Hyuri. "Sejak insiden penyerangan itu, Yang Mulia Tuan Putri Ahreum menjalani hari-hari yang berat. Yang Mulia mengeluhkan tentang gangguan tidur yang menyerangnya sejak masuk ke dalam istana dan makin parah sejak penyerangan itu. Bisa tidur nyenyak di sini adalah anugerah baginya. Mungkin karena merasa aman di sini. Jadi, tolong biarkan Yang Mulia Tuan Putri Ahreum beristirahat."
"Yang Mulia, ini bukan yang pertama kali terjadi." Dayang Choi berusaha menekan emosi dan nada bicaranya. "Jika terus dibiarkan, kapan Yang Mulia Putri Ahreum akan sadar? Beliau harus didisiplinkan."
Hyuri menggeliat. Tindakan itu menyita perhatian Hami dan Dayang Choi. Hyuri mengusap kedua matanya, kemudian perlahan membukanya. Samar-samar ia melihat satu sosok yang berdiri di hadapannya.
"Hagh!" Hyuri tersentak kaget ketika menyadari sosok itu adalah Dayang Choi. Kedua matanya langsung terbuka lebar. "Maafkan, saya. Saya ketiduran lagi." Ia segera meminta maaf pada Dayang Choi. Kemudian ia menundukkan kepala dalam-dalam karena tak mampu membalas tatapan Dayang Choi yang mengintimidasi.
Dayang Choi menghela napas dengan kasar. "Cukup untuk hari ini. Sebaiknya Yang Mulia kembali ke Istana Magnolia dan beristirahat."
"Nee!" Hyuri antusias dan segera berkemas. Ia melirik Hami, memberi kode sebagai tanda pamit.
Hami tersenyum dan menganggukkan kepala pada Hyuri.
Hyuri bergegas berdiri dan berkata, "Saya mohon diri. Terima kasih untuk hari ini, Dayang Senior Choi." Buru-buru ia meninggalkan ruang belajar sebelum Dayang Pengajar berubah pikiran.
Dayang Choi mengembuskan napas dengan kasar dan menggelengkan kepala melihat tingkah Hyuri.
Langkah Hyuri terhenti ketika ia hendak mengenakan sepatu untuk meninggalkan ruang belajar. Ia melihat pasukan raja datang. Hami bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Hyuri. Ia berdiri dekat di samping kanan Hyuri. Turut melihat pasukan raja yang tiba-tiba mendatangi ruang belajar.
"Ada apa ini?" Tanya Hami menyambut kehadiran pasukan raja. "Kenapa kalian ke sini?"
"Maafkan kami, Yang Mulia. Kedatangan kami pasti mengganggu waktu belajar Yang Mulia. Kami diperintahkan untuk menjemput kedua Yang Mulia Tuan Putri untuk menemui Yang Mulia Raja." Pimpinan dari pasukan itu menyampaikan maksud kedatangannya.
Menjemput dengan pasukan sebanyak ini? Memangnya Raja di mana? Di luar istana? Batin Hyuri.
"Kami harus menemui Yang Mulia Raja di jam belajar? Ada apa sebenarnya?" Hami enggan pergi.
"Maafkan kami, Yang Mulia. Pagi ini pelaku penyerangan yang melibatkan Yang Mulia Tuan Putri Ahreum ditemukan tewas di dalam penjara. Berita itu telah menyebar hingga ke telinga para dewan istana, Rowan. Rowan mendesak untuk diadakan pertemuan untuk menindaklanjuti kasus ini. Para anggota Rowan meminta agar Yang Mulia Putri Ahreum turut menghadiri pertemuan."
Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan pimpinan pasukan raja, buku dalam pelukan Hyuri mendadak jatuh ke lantai.
Hami terkejut karena salah satu buku menyentuh kakinya. Ia mengangkat kepala dan menatap Hyuri yang berdiri dengan wajah pucat. Ia bisa melihat dengan jelas tangan Hyuri gemetaran. Dayang Choi menyadari hal yang sama.
"Yang Mulia Tuan Putri Ahreum kurang enak badan. Dayang Senior Choi mengirimnya kembali ke Istana Magnolia sebelum jam belajar usai. Aku akan pergi bersama kalian, tapi Yang Mulia Putri Ahreum akan kembali ke Istana Magnolia. Aku akan menjelaskan situasi ini pada Rowan." Hami mengeluarkan titahnya.
Hami meraih tangan kanan Hyuri. Terasa amat dingin dan basah karena keringat. "Kembalilah dan tetap berada di dalam Istana Magnolia. Sisanya, akan saya urus." Ia berkata lirih pada Hyuri. "Dayang Senior Choi, tolong temani Yang Mulia Putri Ahreum untuk kembali ke Istana Magnolia." Hami meminta bantuan Dayang Choi untuk menemani Hyuri.
"Baik, Yang Mulia." Dayang Choi menerima titah Hami.
Hami menepuk dua kali tangan kanan Hyuri. Ia tersenyum tulus pada Hyuri, lalu melepaskan genggaman tangannya pada tangan Hyuri. Ia pun pergi bersama pasukan raja yang menjemputnya.
"Sebaiknya Yang Mulia segera kembali ke Istana Magnolia dan beristirahat." Dayang Choi meminta Hyuri untuk pergi bersamanya.
Hyuri masih terdiam dan mematung di tempatnya berdiri. Ia seolah tak mendengar permintaan Dayang Pengajar.
Dayang Choi dan Dayang Han—ketua dayang Istana Magnolia untuk Hyuri—saling melempar pandangan. Dayang Choi memberi kode agar Dayang Han turut menegur Hyuri.
"Yang Mulia." Dayang Han mendekati Hyuri dan menegurnya.
"Saya mendengarnya. Dayang Senior Choi, kami bisa kembali ke Istana Magnolia tanpa Anda. Saya baik-baik saja bersama Dayang Han. Sebaiknya Dayang Senior Choi kembali pada tugas yang harus dilakukan." Hyuri menolak tawaran Dayang Choi.
Dayang Choi menatap Hyuri yang masih menatap kosong ke arah Hami menghilang bersama pasukan raja. "Baik, Yang Mulia." Ia pun mundur.
Hyuri pun pergi bersama dayang dan pasukan pribadinya.
Dayang Choi menghela napas saat rombongan Hyuri berjalan menjauhinya. "Ini akan semakin sulit baginya." Ia menatap iba pada punggung Hyuri yang berjalan semakin jauh meninggalkannya.
***
Sebelum menghadiri pertemuan dengan seluruh anggota Rowan, Joongki sempat bertemu dan berkumpul membahas insiden di penjara yang terjadi pagi ini bersama orang-orang kepercayaannya termasuk Ratu Kyeongmi, Hami dan Hyeyoung. Apa yang mereka bahas sebelumnya dipastikan benar ketika sidang istana digelar. Para anggota dewan mendesak agar Putri Ahreum dihadirkan dalam sidang menyangkut peristiwa tewasnya pelaku penyerangan.
Terjadi perpecahan pendapat di antara anggota rawan. Sebagian berasumsi bahwa kematian pelaku penyerangan ada hubungannya dengan Putri Ahreum dan Lesovik yang masih terus menjalankan aksi mereka di luar sana. Sebagian berasumsi bahwa kematian pelaku penyerangan adalah ulah pihak Ratu Maesil yang bisa saja menyusup ke istana untuk membunuh pelaku penyerangan. Sidang berlangsung panas karena masing-masing kubu mempertahankan pendapat serta menunjukkan bukti untuk memperkuat apa pun yang mereka yakini.
"Sampai detik ini, urusan kriminal ditangani oleh pihak kepolisian kerajaan. Aku memercayai setiap hasil penyelidikan mereka. Pelaku penyerangan terhadap Putri Ahreum dinyatakan gila, bahkan psikiater terbaik di negeri ini pun membenarkannya. Sebelum penyelidikan selesai, sebaiknya para Rowan-nim yang terhormat tidak mudah terpancing untuk tergesa-gesa melakukan pertemuan seperti ini.” Joongki angkat bicara setelah mendengarkan jajak pendapat di antara anggota Rowan. "Yang Mulia Putri Ahreum baru beberapa hari kembali ke istana setelah belasan tahun hidup di luar istana. Beliau membutuhkan penyesuaian untuk ini."
"Lalu, sampai kapan kami harus menunggu?" Interupsi salah satu Rowan.
"Lesovik masih saja beraksi di luar sana. Merampok para pejabat bahkan setelah Yang Mulia Putri Ahreum kembali ke istana. Dan tiba-tiba saja satu-satunya petunjuk ditemukan tewas gantung diri di penjara. Ini cukup mencurigakan Yang Mulia. Bagaimana jika yang dikatakan pelaku itu benar, bahwa Putri Ahreum yang berada di dalam istana ini adalah putri palsu dan dia punya rencana busuk untuk negeri ini." Satu Rowan lain ikut bicara.
"Ratu Maesil adalah bibi dari Yang Mulia Putri Ahreum, bagaimana kita bisa mergukan penilaian beliau? Bahkan Holly-nim Jung Hye Young juga membiarkan hal ini. Selama ini pemberontakan kecil terjadi di mana-mana dan salah satunya adalah tindakan kelompok Lesovik. Kerajaan sedang mengusahakan penyelidikan untuk menumpas pemberontakan-pemberontakan itu. Kami membutuhkan kerja sama para Rowan dalam hal ini juga. Aku janjikan Putri Ahreum akan hadir pada pertemuan selanjutnya." kata-kata tidak tegas dan menggantung Joongki itu menambah kekecewaan pada seluruh anggota pertemuan hari ini.
Seperti sebelumnya, ia hanya mengandalkan kekuasaan sebagai raja tanpa bisa memberikan keputusan untuk menenangkan Rowan dan rakyatnya. Dan para anggota Rowan pun seperti biasa menerima saja keputusan Joongki sebagai raja mereka. Lagi-lagi pertemuan hanya menjadi ajang jajak pendapat dengan hasil yang mengambang.
***
"Bagaimana Dayang Han? Informasi apa yang berhasil Anda dapatkan?" Sambut Hyuri penasaran saat Dayang Han kembali.
Dayang Han duduk berhadapan dengan Hyuri. Ia mulai menjelaskan tentang apa yang berhasil ia kumpulkan. Informasi tentang kematian pelaku penyerangan, juga kekacauan pertemuan antara raja dan Rowan hari ini. Hyuri terduduk lemas mendengarnya.
"Terima kasih. Sekarang tolong tinggalkan aku sendiri." Pinta Hyuri.
"Apa Yang Mulia baik-baik saja?" Dayang Han khawatir dengan kondisi Hyuri.
"Jujur saja, saya sangat tidak baik. Karena itu saya ingin sendiri. Tolong, saya tidak ingin bertemu siapa pun dan saya akan memanggil Dayang Han jika membutuhkan sesuatu. Saya yakin, hari ini Yang Mulia Raja, Putri Song Hami, juga Holly-nim Jung Hye Young tak akan menemui saya. Bahkan jika ada kunjungan dari salah satu dari mereka, tolong katakan jika saya tidur. Saya benar-benar ingin sendiri sekarang. Saya mohon." Hyuri memelas dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Baik, Yang Mulia." Dayang Han membawa semua bawahannya untuk keluar dan meninggalkan Hyuri sendiri.
Hyuri menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang kemudian meringkuk memeluk guling dan menangis. Ia merutuki nasibnya yang harus terjebak dalam lingkaran sesat pemerintahan. Bagaimana ia harus menghadapi para Rowan? Apa yang bisa ia jelaskan tentang Lesovik? Ia takut akan itu semua. Ia yakin, kali ini tamatlah riwayatnya.
Ratu Maesil mengatur skenario dan akan membunuhnya dengan cepat sebagai karakter yang tidak jelas di posisinya berada. Antagonis kah? Atau protagonis? Insiden penyerangan itu kembali muncul dalam ingatan Hyuri. Pikiran kalutnya berlanjut membayangkan bagaimana kemarahan rakyat ketika mereka tahu bahwa ia adalah putri palsu. Hyuri akan menerima hukuman kerajaan yang keji dan mengerikan, lalu berakhir dengan kematian yang tragis sebagai pemberontak.
Hyuri melepas kalung dengan liontin naga yang tergantung di lehernya. Ia beralih pada posisi terlentang di atas ranjang. Tangan kanannya terangkat dan kalung dengan liontin naga itu berputar-putar di atas kepalanya.
"Sebenarnya siapakah tuanmu? Kembalilah padanya dan katakan bahwa aku tak sanggup menggantikan tugasnya di sini. Aku benar-benar tak sanggup." Hyuri menurunkan tangan kanannya dan kembali meringkuk lalu menangis.
Tak lama kemudian tak terdengar lagi isak tangis Hyuri. Ia masih terbaring di atas ranjang mewah milik Putri Raja itu. Tubuhnya miring ke kanan dengan tangan kanan masih menggenggam kalung dengan liontin naga yang diketahui sebagai milik Putri Ahreum Yang Hilang. Kedua matanya terpejam. Menangis begitu melelahkan hingga membuat Hyuri terlelap. Ia terlihat tenang dalam tidurnya.
***
Hyuri masih menggenggam kalung dengan liontin naga di tangan kanannya. Ia berjalan menyusuri lorong yang gelap gulita. Jauh di depan sana, ia melihat setitik cahaya putih. Hyuri mempercepat langkahnya menuju cahaya putih itu. Ketika sampai, ia melihat seorang raja dan ratu di balkon istana dengan seorang putri kecil. Ketiganya terlihat sangat bahagia.
Selanjutnya Hyuri melihat keluarga Raja itu bersiap-siap dengan mobil mereka dan perjalanan pun dimulai. Hyuri melihat kebahagiaan sepanjang perjalanan itu dimulai, hingga tiba pada bagian tragis di jembatan di mana mobil keluarga Raja ditabrak hingga terjatuh ke sungai di dasar jembatan. Hyuri berlari mendekati mobil keluarga raja dan melihatnya terjatuh perlahan ke dasar sungai. Saat Hyuri akan meraih tangan gadis kecil yang terulur meminta bantuan padanya, tiba-tiba seseorang meraih tangan kanannya.
"Kak-kau...." Hyuri terbata.
"Iya. Ini aku. Dan hanya sampai pada bagian ini lah aku tahu tentang keberadaan Putri Ahreum." Jawab Ratu Maesil dengan ekspresi tenang dan mengerikan. Ia masih memegang tangan kanan Hyuri.
"Kak-kau pelakunya? Kau yang membunuh keluarga raja?"
"Bagaimana menurutmu?" Ratu Maesil sedikit membungkuk untuk lebih dekat menatap Hyuri.
Tatapan bengis Ratu Maesil benar-benar membuat Hyuri bergidik hingga gadis itu menarik tubuhnya satu langkah mundur. Tangan kanan Hyuri yang masih berada dalam cengkraman Ratu Maesil pun terangkat dan membuat kalung dengan liontin naga yang ia genggam menggantung dan berputar-putar di udara. Ratu Maesil menatap kalung dengan liontin naga yang tergantung dan berputar-putar di udara itu dengan tatapan licik. Sedang Hyuri menatapnya dengan tatapan ketakutan. Ratu Maesil menyadari ketakutan Hyuri.
"Ketakutanmu adalah musuh terbesarmu, Gadis Kecil." Nada suara Ratu Maesil rendah namun begitu menekan pada Hyuri.
"Ap-apa maksudmu?" Hyuri semakin ketakutan.
"Kau bertanya pada kalung ini, siapakah tuanny,a dan kau ingin ia kembali pada tuannya untuk menyampaikan pesan mirismu bukan?"
"Ak-aku... aku benar-benar tidak tahu siapa pemilik kalung ini. Jadi berhenti menggangguku!"
"Ckckck. Aku tidak datang untuk mengganggumu keponakanku yang palsu. Aku datang untuk membantumu."
"Aku tidak butuh bantuanmu!" Hyuri berusaha menarik tangan kanannya namun tangan kiri Ratu Maesil semakin erat mencengkeramnya. Semakin Hyuri memberontak, semakin erat tangan kiri Ratu Maesil mencengkeramnya.
“Aku mohon lepaskan aku." Hyuri meronta masih berusaha menarik tangan kanannya.
"Bersama-sama kita akan mencari tahu siapa pemilik kalung ini yang sebenarnya." Ratu Maesil semakin erat mencengkram tangan kanan Hyuri dan menarik gadis itu kembali melangkah lebih dekat di hadapannya. Tangan kanan Ratu Maesil terangkat dan jari telunjuknya menyentuh kening Hyuri. Jari telunjuk tangan kanan Ratu Maesil berhenti di titik tengah-tengah antara kedua alis Hyuri.
Ketika jari telunjuk Ratu Maesil menyentuh keningnya, Hyuri merasakan tubuhnya seolah tersengat oleh aliran listrik. Sedetik setelah itu, tubuhnya terasa kaku dan tak dapat digerakkan sama sekali. Ia mati rasa dan napasnya terasa sesak. Lehernya seolah tercekik. Ia bisa melihat dengan jelas ekspresi Ratu Maesil yang berdiri di hadapannya. Wajah yang anggun namun keji itu menampilkan seutas senyum yang membuat napas Hyuri semakin tercekat.
Apakah ini rasanya kematian? Apakah ini yang dinamakan sekarat? Apakah aku akan mati sekarang? Siapa pun, tolong aku. Tolong selamatkan aku. Aku tidak ingin mati dengan cara menyedihkan seperti ini. Aku tidak ingin mati tanpa mengetahui kebenaran yang sebenarnya. Kedua mata Hyuri berkedip-kedip. Semakin susah ia bernapas karena rasa tercekik itu.
Ratu Maesil tak mencekiknya namun Hyuri bisa merasakan dengan jelas jika ia akan kehabisan napas. Hyuri ingin berontak namun sekujur tubuhnya mati rasa. Yang bisa ia rasakan hanyalah napasnya yang semakin tercekat.
"Siapa pun... tolong aku..." Hyuri berbisik dalam hatinya dan berharap ada seseorang yang bisa menolongnya.Kedua matanya yang mulai lemah tak kuat lagi untuk terbuka. Di sela pandangannya yang mulai kabur, ia masih bisa melihat wajah ayu dengan seutas senyum di hadapannya. Wajah Ratu Maesil yang ditakuti seluruh rakyat Wisteria Land.
"Apakah aku akan benar-benar mati di tangan Ratu Maesil sekarang? Siapa pun, aku mohon tolong aku..."
***
0 comments