¤ Last Fantasy ¤
06:05
Last Fantasy
. Genre: series/straight/comedy romance(?)
. Author: shytUrtle
. Cast:
- all my lovely shigUi as Yoo Si Hyeon
- Infinite (Sungkyu, Hoya, Woohyun, Dongwoo, L, Sungyeol, Sungjeong)
- Yoo Hyun Gi, Yoo Jae Suk, Ji Suk Jin, etc.
. Theme song: Infinite (Cover Girl, Amazing, Julia) etc.
Last Fantasy
Episode #2
“Aku pulang!” kata Sihyeon seraya memasuki rumahnya. “Oh! Ada tamu rupanya.”
“Annyeong, Onni.” Sapa Soojung –Jung Soojung-Krystal f(x)-. Lalu tatapan Soojung tertuju pada Myungsoo yang berada dibelakang Sihyeon. ‘Woa… tampan sekali…’ puji Soojung dalam hati.
“Ah, syukurlah Nuna sudah pulang. Aku tidak bisa membantu mereka.” Kata Sungjeong menuding Hyungi-Soojung.
“Ada apa?” Tanya Sihyeon.
“PR matematika.” Jawab Hyungi.
“Aa, Myungsoo, bantu mereka!” perintah Sihyeon dengan entengnya.
“Aku??” Myungsoo menunjuk batang hidungnya sendiri.
“Iya. Memangnya ada Myungsoo yang lain disini??”
“Ada PR mengarang juga.” Tambah Hyungi.
“Kalau begitu, kita selesaikan bersama-sama!” Myungsoo menarik tangan Sihyeon dan membawa gadis itu duduk disampingnya berhadapan dengan Soojung dan Hyungi. “Kita belajar bersama.” Myungsoo kemudian tersenyum manis. Soojung tersipu sendiri menatap Myungsoo yang duduk tepat di hadapannya.
Myungsoo dan Sihyeon bekerja sama membantu Hyungi dan Soojung mengerjakan tugas sekolah mereka. Sesekali Soojung curi-curi pandang pada Myungsoo dan kemudian tersenyum sendiri. Sungjeong yang juga berada diruang tamu menangkap gelagat Soojung. Ia hanya tersenyum dan menggeleng pelan melihatnya.
Hyungi mengantar Soojung sampai di ujung gang. “Hyungi~aa, aku sangat senang belajar disini bersamamu. Bagaimana kalau kita minta Sihyeon Onni dan Myungsoo Oppa menjadi guru privat kita?” usul Soojung penuh semangat.
“Kalau kau melakukannya, Nuna pasti akan meminta bayaran.”
“Tega sekali kau berkata seperti itu tentang kakak mu sendiri.”
“Kau suka pada Myungsoo Hyung?!”
“Apa?? Aa… tidak… kau ini bicara apa??” Soojung salah tingkah.
“Aku melihatnya. Perlu kau tahu, itu tidak akan berguna.”
“Apa?? Ap-apa maksud mu??”
“Myungsoo Hyung adalah kekasih Sihyeon Nuna.” Soojung tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Ia berdiri terpaku dihadapan Hyungi. “Myungsoo Hyung dan Sihyeon Nuna, mereka adalah sepasang kekasih.” Hyungi menegaskan.
“Aku pulang!” Soojung berpamitan dan berjalan cepat meninggalkan Hyungi.
***
“Aa, Oppa, terima kasih banyak.” Sihyeon membungkuk.
“Ma’af terlambat, ini karena kita hanya bertemu di hari sabtu dan minggu.” Kata Sungkyu –Kim Sungkyu-.
Setiap akhir pekan, di hari sabtu dan minggu Sihyeon memiliki pekerjaan tambahan. Ia bekerja membersihkan gedung teater ‘Inspirit’. Sihyeon mendapat pekerjaan ini atas bantuan Myungsoo yang tergabung sebagai musisi dalam teater ‘Inspirit’.
“Sihyeon~aa!!” pemuda jangkung itu berlari kecil menuju Sihyeon dan Sungkyu. “Saengil chukahamnida!!!” kata Sungyeol –Lee Sungyeol- sambil menyodorkan sebuah kado pada Sihyeon.
“Sungyeol…” Sihyeon merasa sungkan.
Sungkyu tersenyum melihat keduanya. “Aku pergi dulu,” pamitnya.
“Ayo!” Sungyeol merangkul Sihyeon pergi.
# IU-Last Fantasy #
Seluruh anggota teater ‘Inspirit’ berkumpul diatas panggung. Mereka menyebar dan sibuk dengan urusan masing-masing mempersiapkan latihan. Sihyeon duduk di tribun penonton deretan paling belakang dimana hanya ada kegelapan disana. Ia harus menunggu sampai latihan usai. Sihyeon tersenyum ketika Woohyun masuk ke ruang latihan. Seperti biasa, pemuda itu pasti akan masuk begitu saja tanpa menyapa rekan-rekannya. Mulutnya pasti bergerak, bersenandung menirukan lagu yang ia putar dalam ipod-nya. Kemudian dia akan duduk dibibir panggung dan menghafal dialognya. Ia akan tetap seperti itu jika tak ada rekan yang menghampiri dan mengajaknya ngobrol. Sihyeon sampai hafal pada kebiasaan Woohyun ini.
Latihan dimulai. Sihyeon menyandarkan kepala pada punggung kursi didepannya. Sihyeon selalu berkhayal dirinya berada diantara para pemain teater ‘Inspirit’ dan menjadi bagian dari mereka. Melihat para pemain yang sibuk berlatih, mengingatkan Sihyeon pada masa kejayaannya dulu, ketika ia masih duduk di bangku SMA. Sihyeon tersenyum kecut mengenangnya. Ia kembali menyandarkan punggungnya pada punggung kursi. Sihyeon menghela nafas panjang kembali menegakan badan. Tatapannya tertuju pada Myungsoo. Myungsoo duduk diantara para musisi teater ‘Inspirit’. Ia tampak serius memainkan gitar akustik dalam pangkuannya. Sihyeon tersenyum lebih tulus. Ia senang melihat Myungsoo berada disana. Meskipun band yang di dirikan Myungsoo semasa SMA harus bubar, kini Myungsoo masih bisa melanjutkan karir bermusiknya bersama teater ‘Inspirit’. Angan Sihyeon kembali menerawang, terbang kembali ke masa lalu. Masa-masa SMA tentangnya, Myungsoo, Howon dan Dongwoo.
Howon, Myungsoo, Sihyeon dan Dongwoo, mereka masih berseragam. Keempatnya duduk diatas rumput taman menikmati pemandangan sore dipertengahan musim gugur. Daun-daun berguguran disekitar mereka.
“Musim gugur itu, indah juga ya..” kata Sihyeon.
“Musim yang paling kreatif,” Dongwoo menadah kan telapak tangannya ke udara menangkap sehelai daun yang gugur.
“Apa selamanya kita bisa seperti ini?” Tanya Howon.
“Tidak mungkin!” jawab Sihyeon.
“Kenapa tidak mungkin?” Tanya Howon lagi.
“Kau mau selamanya jadi murid SMA? Terus berseragam seperti ini??”
“Aish!” Howon kesal hendak memukul Sihyeon namun gadis itu bisa menghindar dengan cepat. Sihyeon terkekeh sambil bersembunyi dibalik Myungsoo.
“Kalian, kalau sudah sukses jangan lupakan aku ya.” Kata Dongwoo.
“Kau juga, kalau kau sukses lebih dulu daripada aku, jangan lupakan aku.” Howon meminta hal yang sama.
“Kalau aku sukses lebih dulu, maka aku akan membawa kalian semua bersama ku.” Janji Dongwoo.
“Apa itu bisa dipercaya?” Tanya Sihyeon.
“Tentu saja. Kau bisa pegang janjiku!” Dongwoo mengulurkan jari kelingkingnya. Sihyeon hanya tersenyum tak melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Dongwoo.
“Aku percaya.” Kata Sihyeon kemudian.
“Kira-kira setelah lulus nanti, apa yang akan terjadi pada kita? Lalu, kelak kita akan jadi seperti apa?” Tanya Myungsoo.
“Aku malah belum memikirkan tentang hal itu.” Jawab Howon. “Aku tidak tahu aku mau jadi apa.”
“Aku ingin membuka usaha sendiri.” Kata Dongwoo. “Jika usaha ku sukses, maka aku bisa memberi pekerjaan untuk orang lain.”
“Mulia sekali.” Puji Sihyeon.
“Kalau begitu, kita kerjasama saja, bagaimana?” Howon berseri menatap Dongwoo.
“Kau ini, selalu saja begitu! Apa kau tidak punya ide lain?” Dongwoo kesal. “Kau itu terlalu santai dalam menjalani hidup mu!”
“Aku hanya menjalani apa yang ada, apakah itu salah? Myungsoo, kau sendiri ingin jadi apa? Kau akan terus bermusik?”
“Iya.” Jawab Myungsoo.
“Lalu kau Sihyeon??” Howon beralih pada Sihyeon.
“Aku ingin menjadi penulis skenario. Mungkin terlalu tinggi, tapi sungguh, aku sangat menginginkannya.” Jawab Sihyeon malu-malu.
“Kau punya bakat disana, jadi berusahalah.” Dongwoo menyemangati.
“Kau tidak ingin menjadi aktris?” Tanya Howon. “Karir mu di teater sekolah cukup bagus.”
“Aku lebih suka menjadi orang dibelakang layar.”
“Jika terus bertahan berada dalam kegelapan, bagaimana bisa orang melihat mu.” Suara Sunggyeol membuyarkan lamunan Sihyeon.
“Sejak kapan kau disini?”
“Ini yang tidak aku suka darimu, selalu bersembunyi, ketakutan dan merasa rendah diri. Jika terus begini, orang lain tidak akan pernah tahu betapa berbakatnya dirimu.”
“Kau kira aku tidak ingin berada disana?” Sihyeon menoleh menatap panggung. “Diantara para pemain itu. Dan kau benar, aku takut untuk mencobanya.”
“Jika Myungsoo bisa, kenapa tidak dengan mu?”
“Kami berbeda. Tidak ada keberuntungan yang sama meskipun kita memiliki kesempatan yang sama. Menunggu keajaiban adalah hal bodoh. sekarang, aku hanya menjalani apa yang ada, apakah itu salah?” Sihyeon mengcopy kata-kata Howon.
“Tidak salah. Tidak ada salahnya juga jika kau mau mencoba. Sedikit membuka diri dan memberikan ruang bagi dunia untuk melihat mu. Pernahkah kau memikirkan tentang dirimu? Apakah kau bahagia dengan ‘menjalani apa yang ada’ sekarang?”
Sihyeon terdiam dan menundukan kepala. Ia menyadari apa yang di katakan Sungyeol benar adanya. Sihyeon hanya memikirkan uang, hutang dan pekerjaan. Karenanya ia semakin menutup diri dan hari-harinya terbenam dalam rutinitas itu. Ia terus mengkhawatrikan masa depan Hyungi, nasib Jaesuk dan juga Sungjeong. Sihyeon tak tahu apakah belakangan ini ia sempat memikirkan tentang dirinya. Sihyeon merasakan rindu yang teramat sangat pada mendiang Sang Mama. Ia menunduk makin dalam dan air matanya kembali menetes.
“Ayo, kemarilah semua!” panggil Jinyoung –Park Jinyoung (JYP)- pada Sungyeol, Sihyeon dan Myungsoo. Ia membawa sebuah minitart black forest ke atas panggung dan duduk dilantai. Sungyeol, Sihyeon dan Myungsoo bergabung. “Sihyeon, ini untuk mu.”
“Untuk ku??”
“Siapa lagi? Ada yang lain yang sedang berulang tahun disini?!” Jinyoung terdegar ketus membuat Sihyeon terkekeh. “Tiup lilinnya.”
“Buat permohonan dulu!” cegah Sungyeol.
“Apa masih berlaku? Ulang tahun Sihyeon sudah lewat tiga hari yang lalu. Sihyeon, tiup saja lilinnya. Kalau kau terlalu banyak membuat permohonan, nanti Tuhan akan bingung harus mengabulkan yang mana.”
“Paman!” protes Sungyeol. Jinyoung tak peduli dan Sihyeon langsung meniup lilin hingga padam.
“Ada masalah?” Tanya Myungsoo memecah kebisuan sa’at perjalanan pulang.
“Tidak ada. Hanya merasa sedikit tidak percaya, hari ini aku masih mendapat kejutan ulang tahun.”
“Harusnya kau sadari itu, betapa orang di sekitarmu sangat peduli dan sayang padamu.”
“Em!” Sihyeon berhenti didepan rumahnya. Myungsoo berdiri berhadapan dengan Sihyeon. Tatapan Myungsoo tertuju pada kalung yang tergantung dileher Sihyeon. Ia tersenyum melihatnya. Sihyeon yang menyadari hal itu merasa risih.
“Ini… terima kasih.” Kata Sihyeon seraya memegang liontin pada kalungnya. Kalung perak dengan liontin berbentuk bulat kecil dengan mata berwarna biru aquamarine. Myungsoo tersenyum lebih lebar dan mengangguk. “…Sihyeon~aa, saengil chukahaeyo. Choeseon-eul dahagil balae. I’ll protect you.” Sihyeon mengulangi membaca tulisan Myungsoo pada kartu ucapan selamat ulang tahunnya. “Aku akan melindungi mu??”
“Percayalah. Itu bukan sekedar tulisan, tapi itu janji ku, untuk mu.” Myungsoo tersenyum dan berjalan pergi. Sihyeon tertegun mendengarnya.
“Ish! Apa yang dia pikirkan tentang itu??”
***
# Infinite-Amazing #
Dongwoo, Howon, Hyungi, Sihyeon dan Myungsoo berdiri berjajar menatap lima kostum badut yang telah disediakan untuk mereka. Panda, monyet, kelinci, domba dan harimau. Sihyeon tersenyum sengit melirik yang lain. Ia kemudian bergerak mendahului, dengan cepat ia menyambar kepala panda dan memeluknya erat. Hyungi memeluk erat kepala domba, Dongwoo mendapatkan kostum monyetnya dan Myungsoo mendapatkan kostum harimau.
“Ya! Mwoya!!” Howon berkacak pinggang dan menatap kesal yang lain. Yang tersisa untuknya hanyalah kostum kelinci. “Sihyeon! Kita tukar tempat!” perintahnya.
“Tidak mau! Siapa cepat dia dapat!” tolak Sihyeon mentah-mentah.”Panda ini, milikku.”
“Ya! Lihat! Kelinci ini…” Howon menunjuk pita merah besar pada telinga kanan kelinci.
“Tidak apa-apa, Hyung. Tidak akan ada yang tahu jika yang berada dibalik kostum kelinci cantik itu adalah Hyung, eum… maksudku, laki-laki.” Kata Hyungi disusul tawa Dongwoo.
“Hyungi benar!” Dongwoo di sela tawanya. “Para pengunjung tidak akan tahu akan hal itu, karena kita dilarang bicara.”
“Ish! Coba tadi kau tidak ikut! Aku tidak akan sesial ini!” Howon memarahi Hyungi.
“Kenapa jadi aku yang disalahkan?”
“Howon. Apa yang salah pada kelinci itu?” Tanya Sihyeon. “Kau tak beda jauh dengannya, kalian sama-sama cute. Iya kan Dongwoo??” Dongwoo hanya bisa mengangguk karena ia tak bisa berhenti menertawakan Howon.
“Kalian! Ish!”
“Kita tukar.” Myungsoo memberikan kostum harimau miliknya pada Howon. Semua menatap heran pada Myungsoo. “Kenapa??”
“Tidak. Ayo lekas bersiap!” perintah Sihyeon.
“Myungsoo, terima kasih.” Howon merangkul Myungsoo. “Kau memang teman yang baik dan dapat diandalkan.” Dongwoo dan Sihyeon kompak mencibir mendengarnya.
Monyet Dongwoo, panda Sihyeon, harimau Howon, domba Hyungi dan kelinci Myungsoo siap beraksi. Harimau Howon memimpin timnya keluar dari ruang ganti. Kelima badut ini berjalan berurutan dan mulai menyapa para pengunjung taman hiburan. Ini pertama kalinya bagi mereka bekerja sebagai badut di taman hiburan. Hari minggu taman hiburan selalu dipadati pengunjung. Hari ini pun demikian. Harimau Howon dan monyet Dongwoo sukses mengumpulkan banyak pengunjung. Dance yang dilakukan keduanya menarik banyak perhatian. Tidak hanya anak-anak yang mengerubuti harimau Howon dan monyet Dongwoo. Ada pula remaja dan orang tua yang rela mengantri untuk foto bersama keduanya. Domba Hyungi dan kelinci Myungsoo menyapa ramah anak-anak. Anak-anak terihat nyaman berada disekitar kelinci Myungsoo yang ramah. Domba Hyungi yang aktif tampak menggoda beberapa pasangan kekasih. Keisengan domba Hyungi malah disambut hangat oleh mereka.
Panda Sihyeon berada jauh dan terpisah dari kelompoknya. Ia terus dikerubuti anak-anak yang ingin berfoto dengannya. Dengan sabar panda Sihyeon melayani permintaan pengunjung untuk berfoto dengannya. Panda Sihyeon melambaikan tangan usai pemotretan dengan pengunjung yang mengantri paling akhir.
“Tuan Panda, adikku ingin berfoto denganmu.” Suara itu tedengar sangat sopan dari arah belakang panda Sihyeon. Panda Sihyeon membalikan badan. Ia tersentak kaget. Woohyun dengan senyum tulusnya berdiri menggendong bocah laki-laki.
“Ucapan salam pada Tuan Panda.” Perintah Woohyun.
“Annyeong Tuan Panda.” Bocah laki-laki itu melambaikan tangan kananya. “Aku Nam Jihyun.” Imbuhnya memperkenalkan diri. Panda Sihyeon menyambut hangat. Ia melambaikan tangan lalu mengajak Jihyun berjabat tangan. Bocah laki-laki berumur empat tahun itu tertawa senang.
“Tuan Panda, apa kau tidak keberatan menggendong adikku untuk foto bersamamu?” pinta Woohyun dengan sopan. Panda Sihyeon mengangguk antusias lalu mengambil alih Jihyun dari gendongan Woohyun.
Woohyun mengambil beberapa foto Jihyun bersama panda Sihyeon. Ia kemudian meminta bantuan seorang pengunjung untuk mengambil fotonya bersama Jihyun dan panda Sihyeon. Beberapa foto diambil, Woohyun meminta sekali lagi. Ia dan panda Sihyeon berbagi menggendong Jihyun ditengah, lalu Woohyun dan panda Sihyeon membentuk hati dengan satu tangan masing-masing dimana keduanya bertemu tepat diatas kepala Jihyun. Woohyun dan Jihyun tak lupa mengucap terima kasih pada panda Sihyeon usai foto bersama. Bahkan Jihyun menghadiahkan sebuah kecupan untuk panda Sihyeon.
Panda Sihyeon merasa senang bukan kepalang. Ia berjalan kesana kemari dengan langkah riang. Sesekali ia melompat dan menari, seolah hanya ada dirinya disana. Kelinci Myungsoo berhasil menemukan panda Sihyeon. Ia keheranan melihat tingkah Sihyeon. Kelinci Myungsoo segera mengahampiri panda Sihyeon dan menuntunnya pergi menuju panggung hiburan dimana tiga temannya berkumpul. Panggung hiburan jadi makin ramai karena ulah lima badut yang menari didepan panggung hiburan.
***
Hari ini adalah hari tergila yang pernah aku jalani. Perlu di catat, menjadi badut ditaman hiburan bukanlah pekerjaan yang mudah. Harus menghibur orang, membuat para pengunjung bahagia didalam kostum yang tertutup rapat, tak boleh mengeluarkan suara dan harus berperang dengan rasa panas juga haus. Hanya beberpa jam saja sudah membuat ku hampir pingsan, bagaimana jika aku harus melakukannya seharian penuh? Aku bisa mati karenannya. Aku bisa katakan, ini pekerjaan yang amat menyenangkan. Ketika melihat tawa bahagia anak-anak dan kata ‘terim kasih’ dari pengunjung, rasanya semua lelah itu hilang sudah. Tidak! Itu bohong! Tetap saja aku merasa sangat tersiksa didalam kostum badut itu. Tapi tidak aku pungkiri jika aku merasa bahagia karenanya. Mereka tersenyum lebar dan tulus pada ku tanpa memandang siapa ‘orang’ dalam kostum badut itu. Andai setiap hari seperti itu.. tapi, siapa mau setiap hari berkeliaran dengan memakai kostum badut? Aku bisa ditangkap dengan berbagai tuduhan. Gila. Perampok? Hahaha… Senang sekali melihat senyum mereka. Akan tetapi yang paling menyenangkan adalah ketika aku melihat senyumannya… Senyuman lebar dan tulus yang tak pernah aku lihat sebelumnya darinya…
Sihyeon mengirimkan posting baru dalam blog pribadinya ‘Lime Island’. Lime adalah jenis kayu yang sesuai untuk orang yang lahir pada tanggal 11 maret-20 maret. Sihyeon ada dalam golongan ini. Karena alas an itulah Sihyeon menggunakan kata ‘Lime Island’ sebagai nama blog pribadinya dan ‘Lime Lady’ sebagai code name authornya.
Silence
‘…Senyuman lebar dan tulus yang tak pernah aku lihat sebelumnya darinya…’??
Sihyeon tersenyum membaca komentar yang pertama kali masuk. Ia melihat jam tangannya. Masih ada waktu untuk tinggal, sebentar saja meladeni komentar dari ‘Silence’, pengujung sekaligus komentator setia “Lime Island’.
Lime Lady
reaksi yang cepat. Silence is number #1 ^^y
Silence
naega jeil jalaga ^_^
Lime Lady
Silence
apa sebutan fans untuk ‘Lime Lady’?
Lime Lady
aku tak tahu :c
Silence
harus dicari.
Lime Lady
untuk apa? aku bukan orang terkenal seperti 2NE1.
Silence
Tidak hari ini, tapi bagaimana besok atau lusa?
Lime Lady
Akan tetap sama :(
Silence
Memangnya kau Tuhan yang bisa menentukan apa yang terjadi esok?
Lime Lady
Hanya manusia biasa dengan ribuan kekurangan
Silence
tahu diri juga. Dimana kau sekarang?
Lime Lady
playground
Silence
ini terlalu larut, kau tidak takut? Belakangan marak penculikan.
Lime Lady
isu itu? aku tahu, tapi itu tidak akan terjadi pada ku. hanya orang bodoh yang mau menyia-nyiakan waktunya untuk menculikku.
Silence
aku tertarik. berhati-hatilah! aku bisa datang kapan saja dan menculikmu.
Lime Lady
coba saja! aku tidak takut!
Lama menunggu tak ada balasan. Sihyeon merasa ngeri berada di area playground sendirian mala mini. Ia mengusuk tengkuknya dan mengamati sdekitar. Seolah ada yang mengawasinya. Sihyeon segera merapikan peralatannya dan bergegas pergi. Seseorang yang bersembunyi dan terus memantau Sihyeon turut pergi meninggalkan area playground.
***
“Aku tahu Sihyeon Onni dan Myungsoo Oppa bukan sepasang kekasih! Mereka teman baik sejak SMA.” Soojung menghampiri Hyungi.
“Dapat infonya juga, akhirnya..” komentar Hyungi santai tanpa menatap Soojung. Ia tetap membuka lembar demi lembar buku dihadapannya. Soojung makin kesal melihat tingkah Hyungi.
“Hyungi!!!”
“Em?”
“Kenapa kau bohong pada ku?!”
“Apa itu sangat mengganggu mu?” Hyungi menutup bukunya dan berdiri. Ia menatap dingin Soojung hingga gadis itu menunduk. “Jadi benar kau menyukai Muyngsoo Hyung?? Kenapa kau menunduk?? Kau tak berani menatap ku??”
“Jangan menekan ku seperti ini?!!” Soojung mendorong dada Hyungi. Hyungi tersenyum mencibir.
“Dengar! Jika kau berani menyentuh Myungsoo Hyung, aku tidak akan mema’afkan mu, selamanya!” Hyungi kemudian pergi.
Soojung berdiri mematung usai mendengar ancaman Hyungi. “Hyungi…” bisiknya.
Hyungi tampaknya serius pada ucapannya. Di kelas ia berubah menjadi sangat dingin pada Soojung. Sa’at jam sekolah berakhir, ia juga pulang lebih dulu tak menunggu Soojung untuk pulang bersama seperti kesehariannya.
“Sihyeon, kita pulang sama-sama dan mampir ke kedai Nenek Han sebentar, kau mau?” ajak Howon.
“Kalian berdua saja. Aku ada urusan.” Tolak Sihyeon.
“Urusan?? Pentingkah?? Apa perlu kami menemani mu?” Dongwoo terlihat khawatir.
“Tidak usah. Aku hanya akan bertemu Paman Jinyoung.”
“Ini hari senin, untuk apa bertemu dengan Paman Jinyoung?” giliran Howon bertanya.
“Pekerjaan baru.” Sihyeon tersenyum manis sambil menyangklet tasnyan dan pergi.
“Dia itu… siluman atau robot?? Apa dia tidak punya lelah??” gumam Dongwoo.
“Harusnya Tuhan menciptakan waktu bukan 24jam dalam sehari. Itu tidak cukup bagi Sihyeon…” Howon menggeleng pelan.
“Hanya perlu datang dua kali dalam seminggu dihari rabu dan minggu untuk membersihkan rumah, tapi bayarannya lumayan besar. Paman, ini serius??” Sihyeon memastikan.
“Apa aku terlihat bercanda??”
“Hehehe.. tidak. Baiklah, aku ambil.”
“Kau yakin kau mampu??”
“Akan aku coba.”
“Kalau begitu, rabu besok datanglah ke alamat ini.” Jinyoung memberikan sebuah kartu nama pada Sihyeon.
Mata Sihyeon melebar membaca kartu nama di tangannya.
-------TBC-------
ma'af atas keterlambatan terbit dari episode #2 ini. terima kasih sudah menunggu dan mohon kritik juga saran ya ^^
kamsahamnida
-shytUrtle_yUi-
. Genre: series/straight/comedy romance(?)
. Author: shytUrtle
. Cast:
- all my lovely shigUi as Yoo Si Hyeon
- Infinite (Sungkyu, Hoya, Woohyun, Dongwoo, L, Sungyeol, Sungjeong)
- Yoo Hyun Gi, Yoo Jae Suk, Ji Suk Jin, etc.
. Theme song: Infinite (Cover Girl, Amazing, Julia) etc.
Last Fantasy
Episode #2
“Aku pulang!” kata Sihyeon seraya memasuki rumahnya. “Oh! Ada tamu rupanya.”
“Annyeong, Onni.” Sapa Soojung –Jung Soojung-Krystal f(x)-. Lalu tatapan Soojung tertuju pada Myungsoo yang berada dibelakang Sihyeon. ‘Woa… tampan sekali…’ puji Soojung dalam hati.
“Ah, syukurlah Nuna sudah pulang. Aku tidak bisa membantu mereka.” Kata Sungjeong menuding Hyungi-Soojung.
“Ada apa?” Tanya Sihyeon.
“PR matematika.” Jawab Hyungi.
“Aa, Myungsoo, bantu mereka!” perintah Sihyeon dengan entengnya.
“Aku??” Myungsoo menunjuk batang hidungnya sendiri.
“Iya. Memangnya ada Myungsoo yang lain disini??”
“Ada PR mengarang juga.” Tambah Hyungi.
“Kalau begitu, kita selesaikan bersama-sama!” Myungsoo menarik tangan Sihyeon dan membawa gadis itu duduk disampingnya berhadapan dengan Soojung dan Hyungi. “Kita belajar bersama.” Myungsoo kemudian tersenyum manis. Soojung tersipu sendiri menatap Myungsoo yang duduk tepat di hadapannya.
Myungsoo dan Sihyeon bekerja sama membantu Hyungi dan Soojung mengerjakan tugas sekolah mereka. Sesekali Soojung curi-curi pandang pada Myungsoo dan kemudian tersenyum sendiri. Sungjeong yang juga berada diruang tamu menangkap gelagat Soojung. Ia hanya tersenyum dan menggeleng pelan melihatnya.
Hyungi mengantar Soojung sampai di ujung gang. “Hyungi~aa, aku sangat senang belajar disini bersamamu. Bagaimana kalau kita minta Sihyeon Onni dan Myungsoo Oppa menjadi guru privat kita?” usul Soojung penuh semangat.
“Kalau kau melakukannya, Nuna pasti akan meminta bayaran.”
“Tega sekali kau berkata seperti itu tentang kakak mu sendiri.”
“Kau suka pada Myungsoo Hyung?!”
“Apa?? Aa… tidak… kau ini bicara apa??” Soojung salah tingkah.
“Aku melihatnya. Perlu kau tahu, itu tidak akan berguna.”
“Apa?? Ap-apa maksud mu??”
“Myungsoo Hyung adalah kekasih Sihyeon Nuna.” Soojung tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Ia berdiri terpaku dihadapan Hyungi. “Myungsoo Hyung dan Sihyeon Nuna, mereka adalah sepasang kekasih.” Hyungi menegaskan.
“Aku pulang!” Soojung berpamitan dan berjalan cepat meninggalkan Hyungi.
***
“Aa, Oppa, terima kasih banyak.” Sihyeon membungkuk.
“Ma’af terlambat, ini karena kita hanya bertemu di hari sabtu dan minggu.” Kata Sungkyu –Kim Sungkyu-.
Setiap akhir pekan, di hari sabtu dan minggu Sihyeon memiliki pekerjaan tambahan. Ia bekerja membersihkan gedung teater ‘Inspirit’. Sihyeon mendapat pekerjaan ini atas bantuan Myungsoo yang tergabung sebagai musisi dalam teater ‘Inspirit’.
“Sihyeon~aa!!” pemuda jangkung itu berlari kecil menuju Sihyeon dan Sungkyu. “Saengil chukahamnida!!!” kata Sungyeol –Lee Sungyeol- sambil menyodorkan sebuah kado pada Sihyeon.
“Sungyeol…” Sihyeon merasa sungkan.
Sungkyu tersenyum melihat keduanya. “Aku pergi dulu,” pamitnya.
“Ayo!” Sungyeol merangkul Sihyeon pergi.
# IU-Last Fantasy #
Seluruh anggota teater ‘Inspirit’ berkumpul diatas panggung. Mereka menyebar dan sibuk dengan urusan masing-masing mempersiapkan latihan. Sihyeon duduk di tribun penonton deretan paling belakang dimana hanya ada kegelapan disana. Ia harus menunggu sampai latihan usai. Sihyeon tersenyum ketika Woohyun masuk ke ruang latihan. Seperti biasa, pemuda itu pasti akan masuk begitu saja tanpa menyapa rekan-rekannya. Mulutnya pasti bergerak, bersenandung menirukan lagu yang ia putar dalam ipod-nya. Kemudian dia akan duduk dibibir panggung dan menghafal dialognya. Ia akan tetap seperti itu jika tak ada rekan yang menghampiri dan mengajaknya ngobrol. Sihyeon sampai hafal pada kebiasaan Woohyun ini.
Latihan dimulai. Sihyeon menyandarkan kepala pada punggung kursi didepannya. Sihyeon selalu berkhayal dirinya berada diantara para pemain teater ‘Inspirit’ dan menjadi bagian dari mereka. Melihat para pemain yang sibuk berlatih, mengingatkan Sihyeon pada masa kejayaannya dulu, ketika ia masih duduk di bangku SMA. Sihyeon tersenyum kecut mengenangnya. Ia kembali menyandarkan punggungnya pada punggung kursi. Sihyeon menghela nafas panjang kembali menegakan badan. Tatapannya tertuju pada Myungsoo. Myungsoo duduk diantara para musisi teater ‘Inspirit’. Ia tampak serius memainkan gitar akustik dalam pangkuannya. Sihyeon tersenyum lebih tulus. Ia senang melihat Myungsoo berada disana. Meskipun band yang di dirikan Myungsoo semasa SMA harus bubar, kini Myungsoo masih bisa melanjutkan karir bermusiknya bersama teater ‘Inspirit’. Angan Sihyeon kembali menerawang, terbang kembali ke masa lalu. Masa-masa SMA tentangnya, Myungsoo, Howon dan Dongwoo.
Howon, Myungsoo, Sihyeon dan Dongwoo, mereka masih berseragam. Keempatnya duduk diatas rumput taman menikmati pemandangan sore dipertengahan musim gugur. Daun-daun berguguran disekitar mereka.
“Musim gugur itu, indah juga ya..” kata Sihyeon.
“Musim yang paling kreatif,” Dongwoo menadah kan telapak tangannya ke udara menangkap sehelai daun yang gugur.
“Apa selamanya kita bisa seperti ini?” Tanya Howon.
“Tidak mungkin!” jawab Sihyeon.
“Kenapa tidak mungkin?” Tanya Howon lagi.
“Kau mau selamanya jadi murid SMA? Terus berseragam seperti ini??”
“Aish!” Howon kesal hendak memukul Sihyeon namun gadis itu bisa menghindar dengan cepat. Sihyeon terkekeh sambil bersembunyi dibalik Myungsoo.
“Kalian, kalau sudah sukses jangan lupakan aku ya.” Kata Dongwoo.
“Kau juga, kalau kau sukses lebih dulu daripada aku, jangan lupakan aku.” Howon meminta hal yang sama.
“Kalau aku sukses lebih dulu, maka aku akan membawa kalian semua bersama ku.” Janji Dongwoo.
“Apa itu bisa dipercaya?” Tanya Sihyeon.
“Tentu saja. Kau bisa pegang janjiku!” Dongwoo mengulurkan jari kelingkingnya. Sihyeon hanya tersenyum tak melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Dongwoo.
“Aku percaya.” Kata Sihyeon kemudian.
“Kira-kira setelah lulus nanti, apa yang akan terjadi pada kita? Lalu, kelak kita akan jadi seperti apa?” Tanya Myungsoo.
“Aku malah belum memikirkan tentang hal itu.” Jawab Howon. “Aku tidak tahu aku mau jadi apa.”
“Aku ingin membuka usaha sendiri.” Kata Dongwoo. “Jika usaha ku sukses, maka aku bisa memberi pekerjaan untuk orang lain.”
“Mulia sekali.” Puji Sihyeon.
“Kalau begitu, kita kerjasama saja, bagaimana?” Howon berseri menatap Dongwoo.
“Kau ini, selalu saja begitu! Apa kau tidak punya ide lain?” Dongwoo kesal. “Kau itu terlalu santai dalam menjalani hidup mu!”
“Aku hanya menjalani apa yang ada, apakah itu salah? Myungsoo, kau sendiri ingin jadi apa? Kau akan terus bermusik?”
“Iya.” Jawab Myungsoo.
“Lalu kau Sihyeon??” Howon beralih pada Sihyeon.
“Aku ingin menjadi penulis skenario. Mungkin terlalu tinggi, tapi sungguh, aku sangat menginginkannya.” Jawab Sihyeon malu-malu.
“Kau punya bakat disana, jadi berusahalah.” Dongwoo menyemangati.
“Kau tidak ingin menjadi aktris?” Tanya Howon. “Karir mu di teater sekolah cukup bagus.”
“Aku lebih suka menjadi orang dibelakang layar.”
“Jika terus bertahan berada dalam kegelapan, bagaimana bisa orang melihat mu.” Suara Sunggyeol membuyarkan lamunan Sihyeon.
“Sejak kapan kau disini?”
“Ini yang tidak aku suka darimu, selalu bersembunyi, ketakutan dan merasa rendah diri. Jika terus begini, orang lain tidak akan pernah tahu betapa berbakatnya dirimu.”
“Kau kira aku tidak ingin berada disana?” Sihyeon menoleh menatap panggung. “Diantara para pemain itu. Dan kau benar, aku takut untuk mencobanya.”
“Jika Myungsoo bisa, kenapa tidak dengan mu?”
“Kami berbeda. Tidak ada keberuntungan yang sama meskipun kita memiliki kesempatan yang sama. Menunggu keajaiban adalah hal bodoh. sekarang, aku hanya menjalani apa yang ada, apakah itu salah?” Sihyeon mengcopy kata-kata Howon.
“Tidak salah. Tidak ada salahnya juga jika kau mau mencoba. Sedikit membuka diri dan memberikan ruang bagi dunia untuk melihat mu. Pernahkah kau memikirkan tentang dirimu? Apakah kau bahagia dengan ‘menjalani apa yang ada’ sekarang?”
Sihyeon terdiam dan menundukan kepala. Ia menyadari apa yang di katakan Sungyeol benar adanya. Sihyeon hanya memikirkan uang, hutang dan pekerjaan. Karenanya ia semakin menutup diri dan hari-harinya terbenam dalam rutinitas itu. Ia terus mengkhawatrikan masa depan Hyungi, nasib Jaesuk dan juga Sungjeong. Sihyeon tak tahu apakah belakangan ini ia sempat memikirkan tentang dirinya. Sihyeon merasakan rindu yang teramat sangat pada mendiang Sang Mama. Ia menunduk makin dalam dan air matanya kembali menetes.
“Ayo, kemarilah semua!” panggil Jinyoung –Park Jinyoung (JYP)- pada Sungyeol, Sihyeon dan Myungsoo. Ia membawa sebuah minitart black forest ke atas panggung dan duduk dilantai. Sungyeol, Sihyeon dan Myungsoo bergabung. “Sihyeon, ini untuk mu.”
“Untuk ku??”
“Siapa lagi? Ada yang lain yang sedang berulang tahun disini?!” Jinyoung terdegar ketus membuat Sihyeon terkekeh. “Tiup lilinnya.”
“Buat permohonan dulu!” cegah Sungyeol.
“Apa masih berlaku? Ulang tahun Sihyeon sudah lewat tiga hari yang lalu. Sihyeon, tiup saja lilinnya. Kalau kau terlalu banyak membuat permohonan, nanti Tuhan akan bingung harus mengabulkan yang mana.”
“Paman!” protes Sungyeol. Jinyoung tak peduli dan Sihyeon langsung meniup lilin hingga padam.
“Ada masalah?” Tanya Myungsoo memecah kebisuan sa’at perjalanan pulang.
“Tidak ada. Hanya merasa sedikit tidak percaya, hari ini aku masih mendapat kejutan ulang tahun.”
“Harusnya kau sadari itu, betapa orang di sekitarmu sangat peduli dan sayang padamu.”
“Em!” Sihyeon berhenti didepan rumahnya. Myungsoo berdiri berhadapan dengan Sihyeon. Tatapan Myungsoo tertuju pada kalung yang tergantung dileher Sihyeon. Ia tersenyum melihatnya. Sihyeon yang menyadari hal itu merasa risih.
“Ini… terima kasih.” Kata Sihyeon seraya memegang liontin pada kalungnya. Kalung perak dengan liontin berbentuk bulat kecil dengan mata berwarna biru aquamarine. Myungsoo tersenyum lebih lebar dan mengangguk. “…Sihyeon~aa, saengil chukahaeyo. Choeseon-eul dahagil balae. I’ll protect you.” Sihyeon mengulangi membaca tulisan Myungsoo pada kartu ucapan selamat ulang tahunnya. “Aku akan melindungi mu??”
“Percayalah. Itu bukan sekedar tulisan, tapi itu janji ku, untuk mu.” Myungsoo tersenyum dan berjalan pergi. Sihyeon tertegun mendengarnya.
“Ish! Apa yang dia pikirkan tentang itu??”
***
# Infinite-Amazing #
Dongwoo, Howon, Hyungi, Sihyeon dan Myungsoo berdiri berjajar menatap lima kostum badut yang telah disediakan untuk mereka. Panda, monyet, kelinci, domba dan harimau. Sihyeon tersenyum sengit melirik yang lain. Ia kemudian bergerak mendahului, dengan cepat ia menyambar kepala panda dan memeluknya erat. Hyungi memeluk erat kepala domba, Dongwoo mendapatkan kostum monyetnya dan Myungsoo mendapatkan kostum harimau.
“Ya! Mwoya!!” Howon berkacak pinggang dan menatap kesal yang lain. Yang tersisa untuknya hanyalah kostum kelinci. “Sihyeon! Kita tukar tempat!” perintahnya.
“Tidak mau! Siapa cepat dia dapat!” tolak Sihyeon mentah-mentah.”Panda ini, milikku.”
“Ya! Lihat! Kelinci ini…” Howon menunjuk pita merah besar pada telinga kanan kelinci.
“Tidak apa-apa, Hyung. Tidak akan ada yang tahu jika yang berada dibalik kostum kelinci cantik itu adalah Hyung, eum… maksudku, laki-laki.” Kata Hyungi disusul tawa Dongwoo.
“Hyungi benar!” Dongwoo di sela tawanya. “Para pengunjung tidak akan tahu akan hal itu, karena kita dilarang bicara.”
“Ish! Coba tadi kau tidak ikut! Aku tidak akan sesial ini!” Howon memarahi Hyungi.
“Kenapa jadi aku yang disalahkan?”
“Howon. Apa yang salah pada kelinci itu?” Tanya Sihyeon. “Kau tak beda jauh dengannya, kalian sama-sama cute. Iya kan Dongwoo??” Dongwoo hanya bisa mengangguk karena ia tak bisa berhenti menertawakan Howon.
“Kalian! Ish!”
“Kita tukar.” Myungsoo memberikan kostum harimau miliknya pada Howon. Semua menatap heran pada Myungsoo. “Kenapa??”
“Tidak. Ayo lekas bersiap!” perintah Sihyeon.
“Myungsoo, terima kasih.” Howon merangkul Myungsoo. “Kau memang teman yang baik dan dapat diandalkan.” Dongwoo dan Sihyeon kompak mencibir mendengarnya.
Monyet Dongwoo, panda Sihyeon, harimau Howon, domba Hyungi dan kelinci Myungsoo siap beraksi. Harimau Howon memimpin timnya keluar dari ruang ganti. Kelima badut ini berjalan berurutan dan mulai menyapa para pengunjung taman hiburan. Ini pertama kalinya bagi mereka bekerja sebagai badut di taman hiburan. Hari minggu taman hiburan selalu dipadati pengunjung. Hari ini pun demikian. Harimau Howon dan monyet Dongwoo sukses mengumpulkan banyak pengunjung. Dance yang dilakukan keduanya menarik banyak perhatian. Tidak hanya anak-anak yang mengerubuti harimau Howon dan monyet Dongwoo. Ada pula remaja dan orang tua yang rela mengantri untuk foto bersama keduanya. Domba Hyungi dan kelinci Myungsoo menyapa ramah anak-anak. Anak-anak terihat nyaman berada disekitar kelinci Myungsoo yang ramah. Domba Hyungi yang aktif tampak menggoda beberapa pasangan kekasih. Keisengan domba Hyungi malah disambut hangat oleh mereka.
Panda Sihyeon berada jauh dan terpisah dari kelompoknya. Ia terus dikerubuti anak-anak yang ingin berfoto dengannya. Dengan sabar panda Sihyeon melayani permintaan pengunjung untuk berfoto dengannya. Panda Sihyeon melambaikan tangan usai pemotretan dengan pengunjung yang mengantri paling akhir.
“Tuan Panda, adikku ingin berfoto denganmu.” Suara itu tedengar sangat sopan dari arah belakang panda Sihyeon. Panda Sihyeon membalikan badan. Ia tersentak kaget. Woohyun dengan senyum tulusnya berdiri menggendong bocah laki-laki.
“Ucapan salam pada Tuan Panda.” Perintah Woohyun.
“Annyeong Tuan Panda.” Bocah laki-laki itu melambaikan tangan kananya. “Aku Nam Jihyun.” Imbuhnya memperkenalkan diri. Panda Sihyeon menyambut hangat. Ia melambaikan tangan lalu mengajak Jihyun berjabat tangan. Bocah laki-laki berumur empat tahun itu tertawa senang.
“Tuan Panda, apa kau tidak keberatan menggendong adikku untuk foto bersamamu?” pinta Woohyun dengan sopan. Panda Sihyeon mengangguk antusias lalu mengambil alih Jihyun dari gendongan Woohyun.
Woohyun mengambil beberapa foto Jihyun bersama panda Sihyeon. Ia kemudian meminta bantuan seorang pengunjung untuk mengambil fotonya bersama Jihyun dan panda Sihyeon. Beberapa foto diambil, Woohyun meminta sekali lagi. Ia dan panda Sihyeon berbagi menggendong Jihyun ditengah, lalu Woohyun dan panda Sihyeon membentuk hati dengan satu tangan masing-masing dimana keduanya bertemu tepat diatas kepala Jihyun. Woohyun dan Jihyun tak lupa mengucap terima kasih pada panda Sihyeon usai foto bersama. Bahkan Jihyun menghadiahkan sebuah kecupan untuk panda Sihyeon.
Panda Sihyeon merasa senang bukan kepalang. Ia berjalan kesana kemari dengan langkah riang. Sesekali ia melompat dan menari, seolah hanya ada dirinya disana. Kelinci Myungsoo berhasil menemukan panda Sihyeon. Ia keheranan melihat tingkah Sihyeon. Kelinci Myungsoo segera mengahampiri panda Sihyeon dan menuntunnya pergi menuju panggung hiburan dimana tiga temannya berkumpul. Panggung hiburan jadi makin ramai karena ulah lima badut yang menari didepan panggung hiburan.
***
Hari ini adalah hari tergila yang pernah aku jalani. Perlu di catat, menjadi badut ditaman hiburan bukanlah pekerjaan yang mudah. Harus menghibur orang, membuat para pengunjung bahagia didalam kostum yang tertutup rapat, tak boleh mengeluarkan suara dan harus berperang dengan rasa panas juga haus. Hanya beberpa jam saja sudah membuat ku hampir pingsan, bagaimana jika aku harus melakukannya seharian penuh? Aku bisa mati karenannya. Aku bisa katakan, ini pekerjaan yang amat menyenangkan. Ketika melihat tawa bahagia anak-anak dan kata ‘terim kasih’ dari pengunjung, rasanya semua lelah itu hilang sudah. Tidak! Itu bohong! Tetap saja aku merasa sangat tersiksa didalam kostum badut itu. Tapi tidak aku pungkiri jika aku merasa bahagia karenanya. Mereka tersenyum lebar dan tulus pada ku tanpa memandang siapa ‘orang’ dalam kostum badut itu. Andai setiap hari seperti itu.. tapi, siapa mau setiap hari berkeliaran dengan memakai kostum badut? Aku bisa ditangkap dengan berbagai tuduhan. Gila. Perampok? Hahaha… Senang sekali melihat senyum mereka. Akan tetapi yang paling menyenangkan adalah ketika aku melihat senyumannya… Senyuman lebar dan tulus yang tak pernah aku lihat sebelumnya darinya…
Sihyeon mengirimkan posting baru dalam blog pribadinya ‘Lime Island’. Lime adalah jenis kayu yang sesuai untuk orang yang lahir pada tanggal 11 maret-20 maret. Sihyeon ada dalam golongan ini. Karena alas an itulah Sihyeon menggunakan kata ‘Lime Island’ sebagai nama blog pribadinya dan ‘Lime Lady’ sebagai code name authornya.
Silence
‘…Senyuman lebar dan tulus yang tak pernah aku lihat sebelumnya darinya…’??
Sihyeon tersenyum membaca komentar yang pertama kali masuk. Ia melihat jam tangannya. Masih ada waktu untuk tinggal, sebentar saja meladeni komentar dari ‘Silence’, pengujung sekaligus komentator setia “Lime Island’.
Lime Lady
reaksi yang cepat. Silence is number #1 ^^y
Silence
naega jeil jalaga ^_^
Lime Lady
Silence
apa sebutan fans untuk ‘Lime Lady’?
Lime Lady
aku tak tahu :c
Silence
harus dicari.
Lime Lady
untuk apa? aku bukan orang terkenal seperti 2NE1.
Silence
Tidak hari ini, tapi bagaimana besok atau lusa?
Lime Lady
Akan tetap sama :(
Silence
Memangnya kau Tuhan yang bisa menentukan apa yang terjadi esok?
Lime Lady
Hanya manusia biasa dengan ribuan kekurangan
Silence
tahu diri juga. Dimana kau sekarang?
Lime Lady
playground
Silence
ini terlalu larut, kau tidak takut? Belakangan marak penculikan.
Lime Lady
isu itu? aku tahu, tapi itu tidak akan terjadi pada ku. hanya orang bodoh yang mau menyia-nyiakan waktunya untuk menculikku.
Silence
aku tertarik. berhati-hatilah! aku bisa datang kapan saja dan menculikmu.
Lime Lady
coba saja! aku tidak takut!
Lama menunggu tak ada balasan. Sihyeon merasa ngeri berada di area playground sendirian mala mini. Ia mengusuk tengkuknya dan mengamati sdekitar. Seolah ada yang mengawasinya. Sihyeon segera merapikan peralatannya dan bergegas pergi. Seseorang yang bersembunyi dan terus memantau Sihyeon turut pergi meninggalkan area playground.
***
“Aku tahu Sihyeon Onni dan Myungsoo Oppa bukan sepasang kekasih! Mereka teman baik sejak SMA.” Soojung menghampiri Hyungi.
“Dapat infonya juga, akhirnya..” komentar Hyungi santai tanpa menatap Soojung. Ia tetap membuka lembar demi lembar buku dihadapannya. Soojung makin kesal melihat tingkah Hyungi.
“Hyungi!!!”
“Em?”
“Kenapa kau bohong pada ku?!”
“Apa itu sangat mengganggu mu?” Hyungi menutup bukunya dan berdiri. Ia menatap dingin Soojung hingga gadis itu menunduk. “Jadi benar kau menyukai Muyngsoo Hyung?? Kenapa kau menunduk?? Kau tak berani menatap ku??”
“Jangan menekan ku seperti ini?!!” Soojung mendorong dada Hyungi. Hyungi tersenyum mencibir.
“Dengar! Jika kau berani menyentuh Myungsoo Hyung, aku tidak akan mema’afkan mu, selamanya!” Hyungi kemudian pergi.
Soojung berdiri mematung usai mendengar ancaman Hyungi. “Hyungi…” bisiknya.
Hyungi tampaknya serius pada ucapannya. Di kelas ia berubah menjadi sangat dingin pada Soojung. Sa’at jam sekolah berakhir, ia juga pulang lebih dulu tak menunggu Soojung untuk pulang bersama seperti kesehariannya.
“Sihyeon, kita pulang sama-sama dan mampir ke kedai Nenek Han sebentar, kau mau?” ajak Howon.
“Kalian berdua saja. Aku ada urusan.” Tolak Sihyeon.
“Urusan?? Pentingkah?? Apa perlu kami menemani mu?” Dongwoo terlihat khawatir.
“Tidak usah. Aku hanya akan bertemu Paman Jinyoung.”
“Ini hari senin, untuk apa bertemu dengan Paman Jinyoung?” giliran Howon bertanya.
“Pekerjaan baru.” Sihyeon tersenyum manis sambil menyangklet tasnyan dan pergi.
“Dia itu… siluman atau robot?? Apa dia tidak punya lelah??” gumam Dongwoo.
“Harusnya Tuhan menciptakan waktu bukan 24jam dalam sehari. Itu tidak cukup bagi Sihyeon…” Howon menggeleng pelan.
“Hanya perlu datang dua kali dalam seminggu dihari rabu dan minggu untuk membersihkan rumah, tapi bayarannya lumayan besar. Paman, ini serius??” Sihyeon memastikan.
“Apa aku terlihat bercanda??”
“Hehehe.. tidak. Baiklah, aku ambil.”
“Kau yakin kau mampu??”
“Akan aku coba.”
“Kalau begitu, rabu besok datanglah ke alamat ini.” Jinyoung memberikan sebuah kartu nama pada Sihyeon.
Mata Sihyeon melebar membaca kartu nama di tangannya.
-------TBC-------
ma'af atas keterlambatan terbit dari episode #2 ini. terima kasih sudah menunggu dan mohon kritik juga saran ya ^^
kamsahamnida
-shytUrtle_yUi-
0 comments