¤ One More Time ¤
05:58¤ One More Time ¤
assalamualaikum,
annyeong haseyo nae sarangeun shi-gUi ^^
ff oneshoot ini spesial buat anak kedua saya 'Va' (ma'af umma ngga' apal nama fb va). terima kasih buat yuri aka Jung Hyunri Cassiejack yang udah nyumbang judul. terima kasih juga buat kelinci aka Karmila Ticka P yang juga nyumbang judul dengan maksud sama dengan yuri namun penyampaian bahasa beda. thanks to all my lovely shi-gUi and all silent reader. langsung aja ya...
- selamat datang dalam lautan khayalan shytUrtle
¤ One More Time ¤
. Genre: Oneshoot/Romance
. Author: shytUrtle
. Main cast: Lee Junho (Junho 2PM) - Song Hyuri (Violin Song G.O.T)
. Other cast: Dongwoon B2ST,Kyuhyun Super Junior,Gongchan B1A4,Ricky Teen Top,Eli UKISS,Yoobin Wonder Girls,Lee Miyoung.
"...setiap orang akankah memiliki kesempatan kedua? Tuhan, aku tahu Kau memang pantas menghukumku, tapi aku mohon, berikanlah kesempatan kedua itu padaku..."
Hyuri -Song Hyuri- duduk merengkuk disalah satu sudut ruang persegi empat dan bernuansa putih itu. Ia menangis tersedu sambil memeluk lututnya menyesali semua yang telah terjadi. Seperti menonton siaran televisi ia melihat semua kejadian yang sukses membuat air matanya membludak. Hyuri menyesali semua dan teringat pada nenek renta yang tak pernah lelah menyayanginya. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundak Hyuri dengan lembut. Hyuri tersentak dan mengangkat kepala. Wajah pucat Hyuri dan mata yang masih dipenuhi air mata itu menatap heran pada sosok dihadapannya.
"Kak...Kau...Siapa??" tanya Hyuri terbata dengan suara parau itu.
Sosok tampan itu tersenyum manis. "Aku malaikat!" jawabnya cepat.
"Malaikat??" Hyuri mengulangi kata itu menyatakan jika ia meragukan pernyataan pemuda tampan yang masih berdiri dihadapannya.
"Iya,aku malaikat!" 'malaikat' (Dongwoon-B2ST) menegaskan. "Apa kau tidak percaya?" tanyanya kemudian yang hanya dijawab oleh tatapan bingung Hyuri. "Kau sadar dimana kau berada sekarang,Song Hyu-ri?" seraya duduk dihadapan Hyuri. Mata Hyuri melebar ketika 'malaikat' itu melafalkan namanya dengan benar. "Ah~ kau masih meragukannya?"
"Aku... dimana??"
'Malaikat' itu sejenak mengedarkan pandangannya pada seluruh ruangan lalu kembali menatap Hyuri, "jadi kau masih belum menyadarinya?"
"Ap-apa??"
"Song Hyuri,23 tahun. Kau hidup bersama seorang nenek bernama Kim Baek Mo. Kau tidak pernah tahu siapa ayah dan ibumu, yang kau tahu Nenek Baekmo merawatmu sejak kau berumur empat tahun. Kau pemimpin sebuah geng jalanan bernama Thunder. Kau dan teman-teman satu gengmu suka mengacau,menarget,tawuran. Kau...Kau tertabrak mobil dua hari yang lalu."
Mata Hyuri kembali memanas mendengar kalimat terakhir yang diucapkan 'malaikat' itu. Ia menunduk dan tampak putus asa. "Jadi... Aku sudah mati..." kata Hyuri lirih.
***
Lee Miyoung, wanita paruh baya yang terkenal sukses itu berlutut didepan altar. Kedua tangannya bertemu dan mengepal, matanya terpejam. Ia tampak khusuk memanjatkan do'a kepada Tuhan. Miyoung berharap Tuhan mengirimkan bantuan padanya.
"JUNHO!!!" teriak seorang gadis itu terdengar melengking.
Junho -Lee Junho- tetap angkuh mengantongi kedua tangannya. Ia menghentikan langkahnya lalu berbalik, "tidak usah teriak! Aku tidak tuli!" jawabnya pada gadis itu.
Yoobin -Kim Yoobin- berjalan medekat pada Junho. "Aku hamil!" katanya singkat, "dan ini anakmu!" tambahnya.
"Apa?? Hagh...hahaha..." tawa Junho pecah, "bagaimana kau bisa seyakin itu?" dengan tatapan meragukan. "Kau mengencani banyak pria bukan?" berbisik ditelinga kanan Yoobin.
"LEE JUNHO!!!" Yoobin benar marah. "Aku hanya melakukannya denganmu!"
"Gugurkan!!! Mudah kan? Aku akan mengirim uang padamu!" membalikkan badannya dan kembali berjalan.
"Hey,Kau!!! LEE JUNHO!!!" teriakan Yoobin tak digubris oleh Junho.
"Kau sudah pulang!" sambut Miyoung sa'at Junho memasuki ruang tengah rumah mewahnya.
"Umma??" Junho kemudian melihat jam tangannya, "Umma belum tidur?"
"Aku sengaja menunggumu."
"Menungguku?" Junho duduk dihadapan Miyoung. "Ada apa sampai menungguku?"
Ekspresi Miyoung tetap datar menatap putra semata wayangnya itu. "Sore tadi, seorang gadis datang dan ini gadis ketujuh yang mengaku telah mengandung anakmu!"
"Aigoo..." Junho tertawa geli, "...dan Umma percaya?? Umma, aku tidak sebejat itu..."
Miyoung menghela nafas panjang dan menunjukkan sebuah foto, "aku kenal pria dalam foto itu siapa!"
Mata sipit Junho melebar, "Umma!! Ini bohong! Ini rekayasa!" protesnya.
"CUKUP!!!" potong Miyoung. "Aku sudah lelah bahkan putus asa menghadapi ini semua! Aku malu pada mendiang ayah dan kakekmu! Aku sangat tidak becus mengurus anak dan cucu tunggal mereka."
"Umma, percayalah padaku, aku tidak pernah menyentuh gadis itu! Aku memang suka pesta dan bersenang-senang tapi..."
"CUKUP!!!" potong Miyoung dengan nada meninggi. "Cukup, Lee Junho! Kapan kau akan membuat umma mu ini hidup tenang?" seraya meletakkan telapak tangan kanannya didada, "kapan kau akan membuat umma mu ini tersenyum bangga? Aku benar-benar putus asa, memiliki satu-satunya putra tapi hanya bisa berfoya-foya dan membuat kekacaun. Aku tidak akan bisa tenang membiarkan apa yang sudah dirintis mendiang kakek mu dari nol jatuh ketangan pewaris tunggal seperti mu!"
"Um-umma..."
"Aku telah memutuskan, selama kau tidak berusaha berubah, maka kau tidak akan mendapatkan sepeser pun dari harta warisan kakek mu!"
"Umma??"
Miyoung tersenyum getir, "Aku tidak bisa menghentikan mu! Hanya ini yang bisa aku lakukan! Semoga kau belajar anak ku!"
"BRAK!!" Junho membanting pintu kamarnya. Ia berdiri berkacak pinggang menghela nafas meluapkan kekesalannya pada Sang Ibu. "Umma... Umma tega melakukan ini padaku? Apa salah jika aku bersenang-senang mengisi masa mudaku? Hagh! Baiklah! Kita lihat saja nanti! Aku pasti menang! Orang tua tidak akan menang dari anaknya!"
***
Miyoung tidak main-main dengan ucapannya. Keesokkan harinya ia memblokir semua akses yang diberikan Sang Kakek untuk Junho. Junho membanting pintu kantornya membuat Hyuri yang duduk diatas meja dan 'malaikat' (Dongwoon) yang berdiri didekat jendela kompak menatap padanya. Junho terlihat benar-benar marah karena semua akses padanya di blokir. Hanya tempat karaoke yang ia dirikan setahun yang lalu ini yang akan menghidupi Junho kini.
'Malaikat' (Dongwoon) menatap Hyuri, "bagaimana?"
"Aku pernah terlibat tawuran dengan anak buahnya, dia itu serakah, mau menggusur tanah kami!" Hyuri terlihat kesal.
"Jadi, kau mau tidak?"
"Jika aku berhasil apa Tuhan akan memberi ku kesempatan kedua?"
'Malaikat' (Dongwoon) mengangguk, "tapi kau hanya di beri waktu 40 hari"
"Empat puluh hari?? Apa aku bisa??"
"Berusahalah!" seraya menepuk pelan pundak Hyuri.
***
* SNSD-Baby Baby Baby *
Hyuri memutar otak memikirkan cara bagaimana agar ia bisa mengabulkan do'a Miyoung yaitu Junho berubah menjadi pemuda yang baik sesuai keinginannya. Hyuri mengikuti kemana pun Junho pergi mencoba mencari tahu bagaimana sosok pemuda itu sebenarnya. Mengikuti Junho hingga tujuh hari berlalu dan Hyuri belum menemukan cara yang menurutnya tepat. Hyuri duduk diayunan yang terletak di taman sejak satu jam yang lalu, ia diam dan pikirannya berkelana.
"Dia tidak jauh beda denganku... Ah~ itu menurutku, aku rasa sama-sama tidak ada yang kami takutkan..." gumam Hyuri sendiri. "Takut??" seolah mendapat sebuah ide, ia pun bergegas pergi.
***
"Junho~ssi" suara lembut seorang gadis menyentuh telinga Junho yang terlihat asik melamun menatap kepadatan lalu lintas dari balkon kantornya.
"Siapapun itu, pergilah! Berhenti membuat pengakuan jika kau hamil anakku, perlu kau tahu aku sudah jatuh miskin." Junho tanpa membalikkan badan atau mengalihkan pandangannya.
"Aku datang bukan untuk itu."
Junho merasa kesal, "aish..." membalikkan badannya. Mata sipit Junho melebar ketika mendapati sosok gadis yang tak pernah ia lihat sebelumnya itu sudah berdiri dengan manis jarak tiga langkah dari tempat ia berdiri. Gadis yang manis dengan memakai gaun putih selutut dan rambut panjang bergelombang berwarna hitam itu ia biarkan terurai begitu saja. "Siapa kau? Darimana kau masuk?" tanya Junho sambil mengamati sekitar.
"Aku, malaikat!"
"Apa?? Hagh...hahaha... Malaikat?? Kenapa kau tidak bersayap??" menertawakan gadis itu. "Untuk apa malaikat datang ke tempat karaoke? Melepas kepenatan?"
"Terserah, kau mau percaya atau tidak. Aku datang untuk..." diam sejenak. "...waktu mu, menikmati hidup di dunia ini hanya tinggal tiga puluh tiga hari, empat puluh hari tapi, kau mengabaikan keberadaan ku selama tujuh hari ini, jadi hanya itu waktu yang tersisa."
Mendengarnya bak tersambar petir di malam musim gugur yang mulai dingin. Junho tertegun di tempat ia berdiri. Namun logika itu masih menguasainya, "Kau mau aku percaya? Kenapa tidak kau katakan saja jika aku akan mati malam ini?"
Hyuri tersenyum tipis masih menatap teduh Junho yang tetap bergaya angkuh menutupi rasa shock yang menghampirinya. "Terserah padamu, kau mau percaya atau tidak."
Junho terdiam dan suasana jadi hening. "Kau..." Junho celingukkan mengamati sekitarnya, tidak ada siapapun kecuali suara desiran angin musim gugur yang berhembus mengelilinginya. Junho mengelus tengkuknya kemudian kembali masuk.
Junho membaringkan tubuh lelahnya diatas ranjang. Kata-kata gadis 'malaikat' tadi terus terniang ditelinganya. Junho terhenyak dan bangkit dari tidurnya. Junho mengusap wajah dengan kedua tangannya dan tidak bisa memungkiri ketakutannya.
"Apa benar dia seorang malaikat?" gumam Junho lirih.
"Masih tidak percaya?" suara gadis itu mengejutkan Junho.
"Kau??" Junho menoleh ke arah sumber suara. Gadis yang sama sudah berdiri melipat tangan menyandarkan punggungnya pada tembok. "Sejak kapan kau disana?! Bagaimana kau bisa masuk ke kamarku?"
"Sejak tujuh hari yang lalu aku berada di sekitar mu, kau tidak menyadarinya, bahkan aku harus mengulangi kata-kata ini."
Junho menelan ludah. "Baiklah, aku percaya jika kau malaikat," melirik Hyuri, "tapi jika kau malaikat, kenapa kau membocorkan perihal kematianku padaku? Bukankah itu rahasia Tuhan?"
Hyuri tersenyum tipis, "aku sudah menduganya, Lee Junho tidak akan mudah percaya pada bualanku ini."
"Ha?? Bualan??"
"Aku sudah mendapat perintah sejak tujuh hari yang lalu dan aku merasa kasihan padamu, karena itu aku membocorkan perihal kematianmu ini padamu."
"Kasihan??"
"Sejauh ini kebaikan apa yang sudah kau buat? Apa kau siap menghadap Tuhan dalam kondisi seperti ini?"
Punggung Junho terasa lemas, "tidak..." katanya sangat lirih.
"Lalu, apalagi yang kau tunggu? Kau masih punya waktu tiga puluh tiga hari untuk memperbaiki semua, atau kau lebih memilih kelak setelah mati, kau jadi arwah penasaran?"
Junho terlihat putus asa, "jadi benar hanya kurang empat puluh hari?"
"Tiga puluh tiga hari."
"Tidak bisakah aku meminta tenggang waktu?"
"Tiga puluh tiga hari, itu tenggang waktu yang kau miliki. Jika kau mau, aku bisa membantu mu."
"Katakan! Katakan apa yang harus aku lakukan?"
***
Junho berdiri di samping kanan Hyuri di pinggir jalan raya. Keduanya tampak mengati lalu lintas hari itu. Beberapa menit kemudian seorang lelaki buta datang hendak menyeberang.
"Kau siap??" tanya Hyuri.
"Huft~" Junho menghembuskan nafas panjang. "Iya, aku siap!" jawabnya dengan yakin.
"Baiklah, kita mulai dari hal yang kecil dulu. Eh, tapi kau ikhlas tidak??"
Junho menatap tajam ke arah Hyuri seolah berkata, 'kau meragukan aku?'
Hyuri tersenyum geli, senyuman tulus yang mampu membuat Junho tak berkedip ketika menatapnya karena terpesona. "Buktikan, jangan hanya bicara," perintah Hyuri seraya mendorong pelan lengan Junho.
Junho akhirnya membantu pria buta itu menyeberang jalan.
* SNSD - Baby Baby Baby *
Sejak setuju membantu, setiap hari Hyuri menemani Junho. Ia membuat daftar kebaikan yang harus dilakukan Junho, dari hal kecil sampai hal rumit seperti meminta ma'af pada orang-orang yang pernah disakiti Junho. Orang pertama yang harus Junho temui untuk meminta ma'af adalah ibu kandungnya sendiri, Miyoung. Junho meminta ma'af dengan tulus sampai ia menangis bersujud dan mencium kaki Sang Ibu. Miyoung mema'afkan Junho dan ikut menangis kemudian memeluk Junho.
Berikutnya, meminta ma'af pada orang-orang yang pernah disakiti Junho. Ini tantangan terberat bagi Junho, karena tembok gengsinya yang masih berdiri kokoh. Bukan hanya itu, kemungkinan Junho akan memperoleh ma'af juga sangat tipis. Namun Hyuri tak mau menyerah, ia terus memberi dukungan menyemangati Junho. Hasilnya, tak semuanya mulus, ada yang dengan ikhlas memberi ma'af tapi ada juga yang memaki. Junho jadi kebal menerima perlakuan keji itu, ia sadar jika dulu ia berbuat lebih parah dari yang ia terima kini.
Hari demi hari dijalani keduanya untuk bersama-sama berbuat kebaikan. Junho-Hyuri jadi akrab dan saling menopang satu sama lain. Dari keakraban itu Junho jadi tahu jika 'Malaikat' yang membantunya kini, dahulu juga mempunyai masa lalu yang buruk.
Hyuri menemani Junho yang duduk dibalik piano. Jari-jari Junho menari diatas tuts tuts piano. Junho meminta Hyuri duduk disampingnya. Hyuri menuruti dan duduk disamping kiri Junho. Jari-jari Junho kembali menari, kemudian ia menyanyikan lagu 'Angel-Westlife' untuk Hyuri.
"Suaramu sungguh merdu, kenapa tidak jadi penyanyi saja?" komentar Hyuri sa'at Junho menyelesaikan nyanyiannya.
"Jika aku jadi penyanyi, apa itu akan membuatku bertemu denganmu?"
"Entahlah, mungkin saja akan tetap seperti ini."
"Kenapa kau menemuiku setelah kau jadi malaikat? Kenapa kita bertemu sa'at ajalku sudah dekat?"
Hyuri terdiam sejenak, "takdir" sahutnya cepat, "siapa bisa menolak takdir?"
"Hari-hari terakhirku bersama mu, amat menyenangkan, aku merasa beruntung dan aku rasa, aku akan mati bahagia," menatap lekat Hyuri yang duduk dekat disampingnya. "Setelah nyawaku melayang, apa kita bisa bertemu lagi?"
"Aku tidak tahu, itu rahasia Tuhan."
"Boleh aku tahu apa penyebab kematianku?"
"Itu juga rahasia Tuhan!"
Junho terkekeh melihat ekspresi Hyuri, lalu ia meraih tubuh Hyuri dan mendekapnya erat. "Hanya sebentar saja, biarkan aku merasa tenang dengan memelukmu seperti ini," bisik Junho ditelinga Hyuri.
Ragu-ragu, Hyuri menggerakkan tangannya membalas pelukan hangat Junho. "Ma'afkan aku, tak seharusnya aku membuatmu ketakutan seperti ini,ma'afkan aku..."
Junho melepas pelukannya dan menatap Hyuri sedekat itu. Ia mengelus pelan pipi pucat Hyuri, "terima kasih, kau telah memelukku sebelum pada akhirnya nanti, kau akan mencabut nyawaku ini," tersenyum tulus pada Hyuri. Hyuri terharu dan hanya menjawabnya dengan anggukkan kepala. Junho kembali tersenyum masih meletakkan tangan kanannya dipipi kiri Hyuri. Perlahan Junho semakin mendekatkan wajahnya lalu mendaratkan kecupan hangatnya dibibir Hyuri.
***
"Bagaimana??" sambut Chanshik -Gong Chansik (Gongchan B1A4)- pada pemuda yang baru sampai itu.
Changhyun -Yoo Changhyun(Ricky Teentop)- menggelengkan kepalanya, "Hyuri masih koma," jawabnya lesu, "lalu bagaimana Nenek Baekmo?"
"Masih sama, terus menanyakan kapan Hyuri pulang," jawab Kyuhyun -Cho Kyuhyun)- "aku sudah kehabisan alasan," tambahnya.
"apa sebaiknya kita katakan saja yang sebenarnya terjadi?" sambung Kyungjae -Kim Kyungjae (Eli UKISS)-
"Kau mau membunuh Nenek Baekmo?" protes Changhyun.
"Lalu bagaimana baiknya? Kita tidak mungkin menutupinya terus, belum lagi biaya rumah sakit nanti!" Kyungjae terlihat frustasi.
"Apa kita menemuinya saja?" usul Chanshik.
"Siapa??" tanya Changhyun.
"Orang yang menabrak Hyuri malam itu," jawab Chanshik.
"Maksudmu Lee Junho?" sahut Kyuhyun.
Keempat pemuda member dari geng Thunder itu terlihat benar putus asa.
***
Junho berubah drastis. Junho yang gemar berfoya-foya kini gemar beramal. Junho yang angkuh dan congkak kini sangat ramah dan murah senyum juga gemar membantu sesama. Miyoung senang tapi juga heran melihat putra tunggalnya berubah drastis dalam waktu yang singkat.
"Ma'afkan aku, aku tidak akan bisa menikahmu, tapi jika bayi yang kau kandung itu benar adalah anakku, aku mohon rawat dia dengan baik, untukku, kau mau kan, Yoobin?" tanya Junho yang masih berdiri didepan pintu apartemen Yoobin yang terbuka. "Itu pesan terakhirku," tambahnya.
Yoobin melongo dibuatnya, "apa kau mabuk Lee Junho? Tiba-tiba datang dan meracau seperti itu!"
Junho memeluk Yoobin erat, "aku mohon ma'afkan aku Yoobin, aku mohon jangan gugurkan bayi kita."
Yoobin mendorong tubuh Junho, "dasar gila!" kemudian membanting pintu apartemennya.
Junho mematung didepan pintu dan menundukkan kepala.
"Kau yakin dia mengandung anakmu?" suara itu mengejutkan Junho.
"Malaikat??" seketika itu wajah Junho berbinar. Beberapa hari ini 'malaikat' penjaganya tidak muncul, Junho berpikir 'malaikat' marah usai ia menciumnya. "Kemana saja kau?" memegang kedua lengan Hyuri.
"Kau pikir tugasku hanya membantumu saja?"
"Aku pikir begitu, kau akan sering-sering menemani aku di sa'at-sa'at terakhirku."
"Tujuh hari lagi dan aku membawa tugas terakhir untukmu."
"Terakhir... Aku benci kata itu. Apakah ini berarti perpisahan kita??"
***
Junho berhenti didepan sebuah gerobak sederhana itu dan memperhatikan seorang nenek yang sibuk menata kue. "Ma'af, apa Anda Nyonya Kim Baekmo?" tanya Junho sopan.
Nenek itu menghentikan aktifitasnya dan menatap lembut Junho, "iya, apa kau mau membeli kue?? Kau pelanggan pertama pagi ini," seraya tersenyum tulus.
Chanshik, Kyungjae, Changhyun, dan Kyuhyun kompak berdiri melihat Baekmo datang ke rumah sakit bersama Junho. Changhyun terlihat emosi ketika melihat Junho, namun Kyuhyun menahannya.
"Nenek," sambut Chanshik, "ma'afkan kami, Nek."
"Dimana cucuku? Apa yang terjadi? Kenapa kalian berbohong padaku, ha?!" Baekmo seraya memukul pelan lengan Chanshik yang hanya diam menundukkan kepala. "Apa kalian membuat kekacauan lagi?"
"Tidak, Nek!" bantah Kyungjae.
"Lalu apa yang terjadi pada cucuku?"
"Malam itu kami mengejar seorang pencopet dan tiba-tiba..." Kyuhyun melirik Junho, "sebuah mobil kencang dan menabrak Hyuri tanpa ampun."
"Orang itu membiarkan Hyuri tergeletak begitu saja!" tambah Changhyun sambil menatap Junho penuh kebencian.
"Kondisi Hyuri sangat parah dan sampai sa'at ini belum sadarkan diri," Chanshik kembali bicara.
"Lebih baik Nenek melihatnya," Kyuhyun memberi jalan.
Junho mengikuti langkah Baekmo memasuki ruangan tempat Hyuri di rawat. Baekmo mempercepat langkah rentanya mendekati gadis yang terbaring koma itu. Junho berjalan pelan mendekat. Mata Junho terbelalak ketika ia sampai di dekat ranjang dan melihat wajah gadis itu dengan jelas. Tubuhnya terasa ringan tak bertulang seketika itu juga hingga hampir roboh. Gadis yang terbaring koma itu tak lain adalah malaikat yang membantunya 31 hari terakhir.
"Aku juga tidak suka kata terakhir, tapi setiap awal pasti ada akhir. Tugas terakhirmu, temuilah seorang nenek penjual kue, namanya Kim Baekmo. Cucu dari nenek itu mengalami koma, jika cucu dari Nenek Baekmo tidak selamat dari maut, maka kau harus menjaga nenek itu untuknya."
"Menjaganya? Tapi waktuku tidak banyak lagi!" protes Junho.
Hyuri tersenyum tulus, "itu tidak benar, kau akan punya banyak waktu untuknya, Lee Junho."
Junho menangis disudut kamarnya. Ia menyesali kebodohannya karena telah menabrak Hyuri malam itu. Ia mabuk dan melajukan mobilnya dengan kencang bahkan malam itu ia tidak menyadari jika ia telah menabrak seseorang. "Dia gadis yang baik, Tuhan... Dia gadis yang baik. Dia bahkan datang kembali untuk membantuku dan menyadarkan aku dari semua kesalahan yang telah aku buat. Tuhan, tidak bisakah Kau memberikan kami kesempatan kedua?"
***
Chanshik, Kyunjae, Changhyun sibuk melayani pelanggan yang membanjir sore itu. Kyuhyun bolak-balik ke dapur untuk mengusung kue. Hyuri tersenyum melihat keempat sahabatnya itu, lalu ia menunduk mengamati kaki kirinya yang mengalami cacat permanen. Ia kembali tersenyum menatap kakinya yang tidak bisa berjalan dengan sempurna lagi.
"Berapa tagihanku?" suara pemuda itu mengejutkan Hyuri yang duduk dibalik meja kasir.
"Ma'af, tapi Anda belum memesan apapun, Tuan." Hyuri tampak kebingungan.
"Kau tidak ingat aku?"
Hyuri mengamati wajah pemuda itu dan tampak berpikir, "ma'af, tapi saya benar-benar tidak tahu Anda siapa."
Pemuda itu tersenyum, "aku Junho, Lee Junho, dan aku berhutang banyak padamu tiga bulan yang lalu."
"Benarkah??"
"He'em, dan aku kembali untuk mulai membayarnya," seraya tersenyum tulus pada Hyuri, "aku akan menjagamu seperti kau menjagaku, malaikatku..." kata Junho dalam hati.
_______THE END_______
-shyUrtle-
mian kalo ceritanyanya ngga' nyambung,apalagi theme song-nya --'’
0 comments