Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

06:30

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
 
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-                  Song Hyu Ri (송휴리)
-                  Rosmary Magi
-                  Han Su Ri (한수리)
-                  Jung Shin Ae (정신애)
-                  Song Ha Mi (송하미)
-                  Lee Hye Rin (이혜린)
-                  Park Sung Rin (박선린)
-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.

...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini...?
***
    

Land  #19

                Hyerin merinding melihat sambutan penonton untuk  penampilan duet Snapdragon dan Clovis.

                “Bagaimana? Apa ini cukup memberi jawaban?” Hyuri menyela, membuyarkan kekaguman Hami dan teman-temannya yang sedang menatap panggung. “Gadis yang duduk memainkan kecapi itu adalah Butterfly Bronze Snapdragon Rosmary Magi,” Hyuri memperkenalkan member termuda dari Snapdargon itu.

                Hyerin bungkam. Hami pun sama. Tak ada yang bisa mereka katakan kini.

                “Ketenaran mereka di sini, tak cukup menjadi alasan untuk mereka bisa lolos tanpa audisi,” Jonghun menyela. “Bagaimanapun juga temanmu itu harus mengikuti aturan sesuai prosedur.”

                “Aku tak meminta Anda sekalian meloloskannya begitu saja. Kebijakan untuk ikut audisi itu sudah sangat sangat membantu kami. Aku mengundang Anda sekalian kemari hanya karena ada yang mempertanyakan apa kemahiran yang akan kalian tampilkan hingga kalian berani mengajukan diri untuk ikut menjadi pengisi acara Hwaseong Festival.”

                Hami menundukan kepala mendengar penjelasan Hyuri.

                “Karena tampaknya sangat tak meyakinkan maka aku berinisiatif memberi sedikit petunjuk. Itu saja. Agar kami tak dinilai main-main atau sengaja bunuh diri.”

                ‘Anak ini benar-benar frontal. Berani-beraninya ia memojokan kami seperti ini’. Hyerin hanya bisa menggerutu dalam hati.

                Hyuri kembali menyunggingkan senyum menatap satu per satu kaum borjuis yang duduk di depannya.


               
“Dan untuk musim semi yang akan segera datang dan berlalu tergantikan musim panas beberapa waktu nanti, Summer Sunshine,” kata Magi usai memberi sambutan singkat.

                Snapdragon kembali tampil membawakan Summer Sunshine-The Corrs. Magi bernyanyi dan sesekali bergoyang melakukan tarian yang ia ciptakan sendiri.
***

                “Melihatmu semalam dan kau seperti ini sama saja seperti melihat ulat dan kupu-kupu. Kenapa kau memilih berdandan bak ulat yang menggelikan ini saat ke sekolah?” Seungho tak bosannya membahas tentang pertunjukan yang ia tonton semalam. Kali ini Magi menjadi sasaran langsung wawancaranya.

                “Aku sedang dalam penyamaran. Berdandan seperti ini sejak masuk SMA,” terang Magi ringan.

                “Penyamaran...?” pekik Seungho.

                “Kau ini sebenarnya siapa?” tanya Jonghwan.

                “Rosamary Magi.”

                “Ck! Selalu itu yang ia katakan setiap kali ditanya ‘kau ini siapa sebenarnya?’ Tak ada jawaban lain.” Sahut Suri kesal.

                “Ya sudah birakan saja, Magi punya hak untuk bertindak sok misterius.” Bela Jonghwan.

                “Ey! Kau ini dipahak mana sih?” Suri bersungut kesal. Jonghwan tertawa geli melihatnya.

                “Persiapan kalian untuk nanti bagaimana?” tanya Seungho.

                “All clear! We’re ready to go!” jawab Suri.

                “Kira-kira Sunbaenim cantik itu akan ada di sana juga tidak ya?” Seungho seolah bicara sendiri.

                “Sunbaenim cantik itu siapa? Apa dia gadis pelompat gerbang itu?” tanya Magi dengan ekspresi penasaran.

                “Apa aku belum cerita tentang ini? Tentang gadis pelompat gerbang itu? Aku sudah menemukannya.” Seungho berubah antusias.

                “Oya...? Siapa dia Seungho, siapa?” Magi menirukan gaya bicara Sarah Sanderson.

                “Ya! Berhenti bertingkah menirukan trio Sanderson seperti itu!” protes Suri.

                Magi meringis menunjukan barisan giginya yang putih dan rapi. “Beri tahu kami siapa Onni cantik itu,” desak Magi.

                “Dia...” Seungho menatap satu per satu temannya—Magi, Hyuri, Jonghwan dan Suri yang benar menaruh perhatian padanya. Sepertinya mereka benar-benar ingin tahu siapa gadis misterius yang membuat Seungho benar jatuh hati. “Aku rasa dia adalah teman baik L.Joe Sunbaenim, Jung Shin Ae Sunbaenim.” Seungho dengan cepat.

                “Jung Shin Ae Sunbaenim...? Kau yakin itu?” Magi meragukan di setujui tatapan mata Hyuri, Jonghwan dan Suri yang mengisyaratkan pertanyaan yang sama.

                “Nee aku yakin. Ini semua berkat kekasihmu.”

                “Mwo...? Kekasihku...?” pekik Magi. “Ya! Siapa kekasihku? Ish! Kau ini jangan sembarangan bicara!”

                “Saat kau di bully, L.Joe Sunbaenim melindungimu dan Jung Shin Ae Sunbaenim turut terseret. Saat kita di gedung olah raga, di sanalah aku menemukannya.”

                “Bagaimana kau bisa seyakin itu?” tanya Suri.

                Seungho tersenyum lebar mengenang kejadian di gedung olah raga. “Saat ia hendak pergi, tiba-tiba ia jongkok membetulkan tali sepatunya. Posisi itu benar-benar sama dengan posisi usai ia melompat gerbang. Jantungku berdetub kencang menatapnya. Saat itu seolah ada yang berbisik jika dialah benar gadis pelompat gerbang yang aku cari.”

                “Woa! Daebak! Misteri terungkap dengan jalan sesimpel itu. Sang Penguasa Alam, rencana-Nya selalu tak terduga.” Suri menggeleng pelan.

                “Aku rasa aku harus berterima kasih pada kekasih Magi.”

                “Ya! Seungho-ya!” bentak Magi.

                “Wae...? Bukankah sudah banyak bukti?”

                “Bukti...?”

                “Aigo! Sudah berani berpelukan di depan umum masih mengelak,” Seungho menggelengkan kepala masih menatap Magi.

                “Ya! Siapa yang berpelukan? Itu tidak sengaja tahu! Eum, maksudku...”

                “Dia yang sengaja memelukmu?” potong Seungho. “Sudah akui saja kalau kalian pacaran. lalu jangan lupa bantu aku untuk bisa dekat dengan Jung Shin Ae Sunbaenim. Kau mau kan Magi? Kita kan teman baik.” Seungho merayu Magi.

                “Lakukan sendiri! Kau kan laki-laki! Dan perlu kau tahu. Aku tidak berpacaran dengan L.Joe Sunbaenim!” Magi menegaskan.

                “Belum...” sahut Suri.

                “Ya! Han Suri!” Magi beralih menatap kesal Suri yang terkikik geli.

                “Song Hyuri!”

                Semua langsung menoleh ke arah sumber suara yang meneriakan nama Hyuri. Semua tekejut terlebih Hyuri melihat Daehyun yang berjalan lengkap dengan senyum lebarnya. Daehyun mendekat dengan menenteng  sebuah tas keranjang di tangan kanannya.

                “Annyeong...” sapa Daehyun saat sampai di depan Hyuri dan teman-temannya.

                “Annyeong...” jawab Seungho, Magi, Jonghwan dan Suri kompak.

                “Song Hyuri, kau akan pergi sore ini kan? Mengikuti kegiatan club Foxglove. Ini untukmu.” Daehyun menyodorkan tas keranjang dari bambu di tangan kanannya pada Hyuri.

                Hyuri bengong menatap Daehyun.

                “Minuman ini akan berguna sekali di tempat dingin. Kau akan pergi ke pegunungan, di sana pasti lebih dingin dari di sini. Kau bisa membagi ini dengan teman-teman satu gengmu ini.”

                Hyuri masih mendongak tertegun menatap Daehyun. Suri menyikut Hyuri membawa kembali kesadaran gadis itu.

                “Tak baik menolak pemberian orang yang berniat baik padamu. Terima saja,” bisik Suri kemudian melempar senyuman pada Daehyun.

                “Gomawo,” Hyuri menerima tas keranjang dari bambu itu.

                Daehyun tersenyum puas. “Aku yakin kau telah mempersiapkan semua dengan baik. Semoga perjalananmu menyenangkan Song Hyuri.”
***

                Sungjoeng membantu Magi melakukan cek ulang pada keperluan yang harus dibawanya. Nichkhun diam saja memperhatikan Magi berkemas.

                Suri selesai berkemas dan mulai mengangkut tas ranselnya keluar kamar. Baro yang menunggu di ruang utama bergegas menaiki tangga membantu Suri menurunkan tas ranselnya yang terlihat begitu berat.

                Hyuri pun telah selesai. Ia berjalan pelan menyusuri koridor. Langkah Hyuri terhenti ketika sampai di ujung koridor. Myungsoo berdiri di sana entah menunggu siapa. Namun yang pasti yang melewati koridor ini hanyalah Suri dan Hyuri. Suri telah lebih dulu pergi. Hyuri yakin jika Myungsoo berdiri menunggunya. Hyuri kembali berjalan pelan dan berhenti di depan Myungsoo.

                “Masih begitu cerah untuk  terbangun,” sapa Hyuri pada Myungsoo.

                Myungsoo mengulurkan tangan kanannya yang membawa sebuah termos kecil. “Ini cukup untuk dua malam. Di sana pasti sangat dingin, pastikan dirimu untuk tetap hangat dan tolong jaga Nona. Aku menitipkan Nona padamu.” kata Myungsoo sambil mengulurkan tangan.

                Hyuri merasa senang dan terharu menerima perhatian Myungsoo yang terkenal arogan pada orang asing itu. “Gomawo,” kata Hyuri lirih sembari menerima termos kecil pemberian Myungsoo.

                “Tunggu!” Hyuri memegang tangan kiri Myungsoo ketika pemuda itu hendak pergi.

                Myungsoo kembali membalikan badan menghadap Hyuri. Hyuri tersenyum manis sambil mengulurkan tas keranjang dari bambu di tangan kanannya.

                “Kau bisa membaginya dengan yang lain. Seorang teman memberiku ini, tapi aku lebih suka minuman buatan Magi, jadi aku memilih meninggalkan ini untukmu.” Kata Hyuri dan Myungsoo meraih tas keranjang bambu itu. “Aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi nanti di hari Minggu. Annyeong...!” Hyuri melambaikan tangan dan berjalan cepat meninggalkan Myungsoo.

               
               
“Jangan lupa menghubungiku tiga kali sehari sesuai janji Nona. Dan ingat semua pesan-pesanku,” Sungjeong kembali mengingatkan Magi sembari memberikan tas Magi.

                “Nee,” Magi tersenyum pada keluarganya. “Kami berangkat. Sampai bertemu hari Minggu nanti!” Magi melambaikan tangan lalu pergi bersama Hyuri dan Suri.

                “Hah... inilah kehidupan yang sebenarnya. Kalian setuju kan?” tanya Baro.

                “Walau ia terlihat baik seperti itu, mencoba mengenal dunia luar lebih luas tapi tetap saja itu semua membuatku sangat khawatir. Bahkan lebih dari sebelumnya,” komentar Nichkhun.

                “Kita harus percaya padanya. Selama ini ia selalu memegang teguh apa yang ia katakan dan menepati apa yang ia janjikan. Ia selalu mempertimbangkan resiko dari setiap tindakan yang dia ambil. Harusnya kita sudah bisa melepasnya untuk mengenal dunia luar yang lebih luas demi kebaikan dan kemajuannya sendiri. Tapi tetap saja, walau aku memiliki pemikiran seperti ini, rasa khawatirku jauh lebih besar daripada rasa percayaku.” Jawab Sungjeong.

                “Ayo kita minum ini!” Myungsoo mengangkat tas keranjang bambu di tangan kanannya membuat Baro, Nichkhun dan Sungjeong kompak menoleh dan menatapnya heran. “Song Hyuri meninggalkan pemberian seorang temannya ini dan boleh membaginya dengan yang lain.” Imbuh Myungsoo.

                Sungjeong menyahut tas keranjang dari bambu di tangan Myungsoo. “Song Hyuri...? Membeli minuman mahal sebanyak ini...?” pekik Sungjeong mengangkat tas keranjang bambu di tangannya.

                “Aigo. Aku rasa ada masalah dengan telingamu,” olok Baro. “Myungsoo mengatakan ‘Song Hyuri meninggalkan pemberian seorang temannya ini dan boleh membaginya dengan yang lain’, apa itu kurang jelas?”

                “Aa...?” Sungjeong menurunkan tangannya dan terlihat bingung. “Ah, ini karena aku terlalu mengkhawatirkan Nona.”
***

                Hyuri, Magi dan Suri tiba di sekolah saat semua peserta kegiatan club Foxglove telah berkumpul dan siap berangkat. Hoya segera mendata trio Maehwa di daftar hadir peserta. Yonghwa, Seunghyun, Dongwoo dan Hyoseok menyambut Magi. Mengerumuni gadis berkepang dua itu.

                “Omo! Flower Season Boys juga ikut?” Suri melotot menemukan geng empat pria cantik dalam rombongan club Foxglove.

                “Hampir seluruh kegiatan club yang berbau travelling selalu mereka ikuti,” terang Dongwoo.

                “Mendapatkan tiket liburan yang murah bahkan gratis. Begitu cara mereka? Sama sekali tidak berkelas,” Magi menggelengkan kepala.

                “Hey, jaga bicaramu. Bukankah mereka itu benci sekali padamu. Bisa-bisa kau dihajar habis-habisan nanti,” sahut Hyoseok.

                “Atau malah mereka yang kuhajar habis-habisan,” balas Magi penuh percaya diri membuat semua teman dekatnya itu tertawa.

                “Semua, mohon naik. Kita akan segera berangkat!” seru Hoya.

                Semua naik ke dalam bus. Suri duduk bersama Jonghwan dan Hyuri bersama Seungho. Magi berdiri sambil mengamati bangku kosong dan siapakah yang mau menjadi rekan untuknya duduk bersama selama perjalanan.

                “Sini, duduk denganku.” Yonghwa yang baru naik menuntun Magi. Magi berdiri diam. Yonghwa membantu menaruh barang Magi di bagasi di atas tempat mereka duduk. “Kenapa? Duduklah di dekat jendela agar kau bisa menikmati indahnya perjalanan ini,” Yonghwa mempersilahkan Magi.

                “Aku tak bisa duduk di dekat jendela, itu membuat kepalaku pusing,” jawab Magi malu-malu.

                “Mwo...? Ah, baiklah. Aku yang duduk dekat jendela,” Yonghwa duduk lebih dulu.

                Magi tersenyum lebar dan menyusul duduk. “Gomawo, Sunbaenim,” bisiknya. “Jangan khawatir. Aku tak akan merepotkan. Saat bus ini mulai melaju, aku pun akan berangkat.”

                “Mwo...?” Yonghwa menatap tak paham pada Magi.

                “Aku akan tidur hehehe.”

                “Kau mabuk darat? Mabuk kendaraan?”

                “Anee. Nikmati saja perjalanannya,” Magi mulai bersiap tidur.

                Yonghwa menggeleng pelan dan membiarkan Magi mulai memejamkan mata bersiap untuk tidur.
***

                Mulai dari bus melaju Magi sudah tertidur. Yonghwa menyandarkan kepala Magi di bahunya agar gadis itu merasa nyaman tidur selama perjalanan. Suri terlihat menikmati perjalanan itu. Sambil mengobrol dengan Jonghwan sesekali ia memotret keluar jendela bus dengan kamera ponselnya. Sementara itu Hyuri yang duduk bersama Seungho tertidur. Kepala Hyuri jatuh menimpa bahu Seungho. Seungho tersenyum sendiri lalu membetulkan letak kepala Hyuri yang bersandar di bahunya.

                Dua jam perjalanan rombongan club Foxglove pun sampai di Juniper Botanical Garden.

                “Aigo... bahuku sakit karena harus menahan kepala Hyuri yang berat,” keluh Seungho saat turun dari bus.

                “Mianhae... lelah sekali hingga tertidur pulas.” Hyuri sungkan dan meminta maaf.

                “Aku juga tidur selama perjalanan,” Magi masih berada di atas bus melongok dari pintu belakang. “Beruntung aku duduk bersama Sunbaenim yang baik hati, Jung Yonghwa Sunbaenim!” Magi melompat turun. “Oh!” Magi terkejut mendapati L.Joe tersenyum manis berdiri di dekat bus menyambut para peserta yang datang.

                “Kalian yang terakhir?” sambut L.Joe.

                “Iya. Kami yang terakhir,” jawab Yonghwa.

                Pria di sebelah L.Joe membisikan sesuatu di telinga L.Joe. “Mwo...? Hah... mereka itu selalu saja membuat masalah.” L.Joe tampak kesal usai mendengar bisikan pria paruh baya itu. Ia kemudian menatap Yonghwa, Magi, Seunghyun, Dongwoo, Hyoseok, Jonghwan, Suri, Hyuri dan Seungho yang tersisa di dekat bus.

                “Mianhae ini jadi merepotkan,” Hoya datang menghampiri.

                “Bukan kau, tapi mereka dan kebetulan penuh. Mereka yang tersisa,” L.Joe masih terlihat kesal.

Sementara itu sembilan orang yang tersisa menatap L.Joe lalu Hoya dengan ekspresi penuh tanya. ‘Ada apa sebenarnya?’

“Mianhae, ini kesalahanku sebagai ketua. Karena geng Flower Season Boys itu ikut dan meminta penginapan yang ini itu jadinya hanya tersisa dua dua rumah singgah. Bangunan paling pojok. Dan kebetulan kalian paling akhir. Aku benar-benar minta maaf akan hal ini.” Hoya benar menyesal.

“Empat gemulai itu buat masalah lagi. Mereka tak jera juga,” gumam Suri sembari menggeleng pelan.

“Tak apa, kami akan menempatinya. Benar kan teman-teman?” tanya Yonghwa.

“Nee.” Jawab kesemuanya hampir bersamaan.

“Itu bangunannya...? Woa... pojok VIP pasti seru,” Magi berbinar menatap dua rumah singgah yang berada paling ujung menghadap perkebunan dan hanya dua bangunan berjejer itu yang berada di sana.

“Rumah singgah itu sebenarnya cukup untuk empat orang, tapi kalian akan menempatinya berenam. Apakah itu tak menjadi masalah? Berenam dalam satu rumah?” L.Joe menatap para pria.

“Jonghwan dan Seungho bisa tinggal bersama kami,” sahut Magi.

“Mwo...?” L.Joe melotot menatap Magi.

Suri menyikut Magi. “Auw!” pekik Magi. “Apayo!” protesnya. “Ya, pikiran kotor itu. Ck! Apa salahnya tinggal bersama? Hanya tinggal bersama! Seperti kita. Hapus pikiran kotormu.” Cerocos Magi meluruskan pernyataanya.

Suri dan Hyuri kompak menatap tajam pada Magi. Magi mengerucutkan bibirnya dan menundukan kepala. L.Joe mendengus pelan melihat tingkah Magi.

“Kalau begitu silahkan beristirahat,” Hoya mempersilahkan.

“Ah, lelah sekali! Yang paling pojok itu milik kami!” seru Magi menyusul Jonghwan dan Seungho yang berjalan lebih dulu.

Yonghwa turut pamit bersama ketiga rekannya menyusul lima hubae—junior mereka yang lebih dulu pergi. L,Joe dan Hoya masih berdiri berdampingan menatap peserta terakhir itu.

“Baru aku tahu kalo Yonghwa mengenal trio Maehwa itu,” kata Hoya seolah masih tak percaya trio Maehwa memiliki teman di Hwaseong Academy.

“Sebaiknya kau istirahat,” L.Joe merangkul Hoya dan pergi bersama.
***

Pagi-pagi Magi sudah dibuat sibuk dengan ponselnya. Suasana masih sangat sepi saat Magi keluar rumah singgah tempat ia tinggal di Juniper Botanical Garden. Magi mengangkat tinggi-tinggi ponselnya untuk mendapatkan sinyal agar bisa menelfon Sungjeong seperti yang ia janjikan sebelum berangkat.

“Aigo... di tempat ini benar-benar miskin sinyal,” keluh Magi masih menaikan tinggi-tinggi kanan kanannya yang memegang ponsel. “Ah, dingin sekali,” Magi yang keluar tanpa menggunakan baju hangatnya berlari kembali masuk ke dalam rumah singgah.

Magi kembali masuk. Ia naik ke atas meja dan berdiri di sana, namun sinyal tak kunjung muncul. Magi mengambil kursi dan menaikannya di atas meja lalu ia menaiki kursi itu. Magi tersenyum lebar jongkok di atas kursi yang ia naikan ke atas meja. Akhirnya ia menemukan sinyal yang ia cari-cari sejak ia membuka mata pagi ini. Magi segera menelfon Sungjeong memenuhi janjinya.

Magi tersenyum mengamati bayangannya di dalam cermin. Ia siap mengikuti kegiatan di hari pertama ini.

“Jangan lupa mengoleskan minyak kayu putih pada perut dan punggung Nona. Udara dingin sering kali mendatangkan masalah kecil untuk Nona,” tiba-tiba suara Sungjeong seolah muncul di atas kepala Magi.

Magi mendesah pelan lalu segera mengambil minyak kayu putih di dalam tasnya dan membalurkannya pada perut dan punggungnya sesuai saran Sungjeong. Setelah selesai ia bergegas keluar menyusul Hyuri dan Suri.
***

“Pagi! Tidur kalian nyenyak semalam?” sambut Dongwoo saat Hyuri, Suri dan Magi keluar.

“Nyenyak sekali. Kami tidur bersama,” Suri merangkul Hyuri.

Dongwoo menatap Magi. Begitu juga Yonghwa dan Seunghyun yang berada di luar bersama Dongwoo.

“Magi tak bisa tidur jika ada orang lain di kamarnya karena itu kami tak tidur bertiga,” jawab Suri.

“Kami tahu tentang itu,” Dongwoo masih menatap Magi.

“Nyamuk dimana-mana. Ah, mogi.” Magi cemberut. “Dan sinyal benar-benar payah di sini.”

“Kau dalam masalah besar,” Dongwoo menggeleng. “Aku paham bagaimana Nuna-mu itu.” Dongwoo menggeleng.

“Sunbaenim mengenal baik Magi?” sela Suri.

“Dia punya pengalaman buruk dengan onniku.”

“Dia itu wanita dengan nama aneh.” Kata Dongwoo kesal.

Hyuri dan Suri saling melempar pandangan lalu tersenyum bersama Magi.

“Hah, semalam dingin sekali,” keluh Seungho yang baru keluar bersama Jonghwan dan Hyoseok. “Kami tidur bertiga saja masih kedinginan.”

“Tidur merapat atau berpelukan satu sama lain efektif mengurangi dingin,” saran Magi.

“Mwo...? Ya! Itu menggelikan!” Seungho merasa geli mendengarnya.

“Dasar Seungho berotak mesum!” olok Magi.

“Mm-mwo...? Ya, Magi-ya!” Seungho bergegas menyusul Magi.


Magi berbaris mengantre untuk mengambil sarapan. Magi menelan ludah melihat teman-temannya mengambil segelas kopi panas. Asap yang mengepul dan aroma kopi yang menyengat benar-benar menggoda Magi. Gelas-gelas berisi kopi itu seolah melambai-lambai padanya. Merayu Magi. Magi menggigit bibirnya menatap rekan-rekannya yang mayoritas memilih kopi untuk menemani menu sarapan mereka.

Akhirnya Magi sampai di meja yang menyajikan minuman. Magi tersenyum lebar di depan deretan gelas berisi kopi panas mengepul. Benar menggoda Magi untuk mencicipinya. Tangan kanan Magi bergerak hendak mengambil segelas kopi panas.

“Ingat!  Hindarilah kopi! Apa pun jenis kopi itu, baik murni atau campuran! Apa pun yang berbau kopi, jangan sampai Nona menyentuhnya apalagi meminum atau memakannya. Walau hanya sedikit. Jangan melakukannya! Aku tak di sana jadi Nona harus benar-benar menjaga diri!” Sungjeong tiba-tiba muncul di samping Magi dan mengoceh.

Magi mendengus pelan sambil mengalihkan tangan kanannya mengambil segelas teh hangat. Usai memilih menu sarapan, Magi pun duduk bergabung dengan teman-temannya.
***

Usai sarapan seluruh anggota club Foxglove dikumpulkan untuk persiapan kegiatan hiking sebagai agenda kegiatan di hari pertama. Hoya membacakan peraturan dan tugas bagi anggota baru. Hoya membebaskan anggota baru untuk memilih kelompok mereka dengan anggota maksimal lima orang. Karena terasing dan nyaman dengan keempat temannya formasi  kelompok Magi tak berubah. Tetap berlima bersama Hyuri, Suri, Jonghwan dan Seungho. Masing-masing kelompok terlihat sibuk mempersiapkan perlengkapan masing-masing.

“Ash!” Magi mengamati tongkat kayu di tangannya.

“Kita...?” tanya Suri.

“Kayu Ash!” Magi melemparkan tongkat di tangannya pada Seungho. “Ular takut pada kayu itu. Di dalam hutan sana kita tidak tahu apa yang menanti kita, yang pasti ular aku rasa menjadi salah satunya.”

“Ini hanya hiking dan di sana hutan lindung kan? Ditambah lagi ada tim penjaga bagi kita,” sahut Kwanghee.

“Apa jumlahnya seimbang?” Magi membalikan badan menghadap Kwanghee. “Sebaiknya Sunbaenim gemulai tak meremehkan peralatan sederhana ini.” Magi menatap serius pada Kwanghee.

“Kami bukan anak SD yang harus membawa tongkat saat hiking. Kaja!” Kwanghee memimpin kelompoknya pergi.

“Mereka itu anggota? Sampai ikut hiking...” gumam Seungho.

“Semoga hal buruk tak menimpa mereka,” Suri sambil menggelengkan kepala.

“Busur! Panah! Kita bawa ini juga?” Magi menghampiri salah satu petugas yang hari ini akan menjaga kegiatan club Foxglove di hutan. “Ajushi, berikan satu padaku. Boleh kan? Satu busur dan beberapa anak panah untuk menemani satu tongkat Ash kami.”

L.Joe yang juga sibuk mempersiapkan perlengkapan untuk mengawal kegiatan club Foxglove hiking tersenyum mendengar permintaan Magi. “Berikan satu untuknya. Dia terbaik di kelas memanah,” sahut L.Joe.

Magi mengerutkan dahi menatap L.Joe yang tersenyum padanya. Salah satu petugas pria itu pun  memberikan satu busur dan lima anak panah kepada Magi.

“Kamsahamnida, Ajushi,” Magi membungkuk di depan petugas.

L.Joe masih memperhatikan lalu mengambil beberapa foto Magi.

“Aigo! Itu tindakan ilegal. Mengambil foto tanpa minta izin seperti itu.” Magi mengomentari tindakan L.Joe. L.Joe tersenyum geli mendengar dan melihat ekspresi Magi. “Baiklah. Anggap saja itu bayaran dari busur dan anak panah ini. Kamsahamnida Sunbaenim,” Magi membungkukan badan lalu kembali bertgabung dengan kelompoknya.


Magi kembali bergabung bersama kelompoknya. “Kalian siap? Jonghwan kamera?” Magi sedikit melotot menatap Jonghwan.

“Nee. Wae? Kau meragukan aku?” Jonghwan merasa tatapan Magi itu adalah ekspresi yang meragukan kemampuannya memotret.

“Anee.” Jawab Magi enteng.

“Aku akan jadi juru catat!” sahut Suri antusias.

“Baiklah! Power Rangers! Kita berangkat!” seru Magi penuh semangat.

“Power Rangers...?” Hyuri, Jonghwan, Seungho dan Suri hampir bersamaan.

“Ya! Power Rangers itu tiga laki-laki dan dua perempuan. Kita sebaliknya,” protes Seungho.

“Hyuri, kalian yakin dia perempuan?” celetuk Magi sembari melirik Hyuri.

“Mwo...? Ya, Magi! Kau pikir aku bukan perempuan?” protes Hyuri.

“Meragukan.”

“Mwo...? Ya! Awas, kau!” Hyuri mengejar Magi yang sedikit berlari mendahului menuju hutan.

Seungho, Suri dan Jonghwan tersenyum melihat tingkah kedua rekan mereka sembari berjalan menyusul. L.Joe dan tim terakhir yang ada bersamanya berjalan di belakang kelompok Magi yang menjadi kelompok paling akhir berangkat hiking. Bersama Hoya, L.Joe turut mengawal kegiatan hiking club Foxglove di hutan lindung di dekat Juniper Botanical Garden.
***

Satu per satu kelompok club Foxglove memasuki kawasan hutan lindung di dekat Juniper Botanical Garden. Masing-masing mulai berpencar dan mengerjakan tugas yang diberikan para senior yaitu mengumpulkan data sebanyak mungkin tanaman yang mereka tahu , memotretnya, menyebutkan ciri-ciri fisik dari tanaman itu, menyebutkan namanya dan mengulas manfaatnya untuk manusia.

Dengan memiliki Magi dalam kelompoknya, Hyuri dan Suri pun tenang. Sebagai adik Nichkhun yang seorang ahli botani pastilah Magi tahu banyak tentang beberapa tanaman. Dengan adanya Magi, kelompok ini pun tak begitu kesulitan dengan tugas yang diberikan senior mereka. Baru memasuki hutan, Magi sudah menuding beberapa tanaman herbal yang tumbuh liar di dalam hutan. Jonghwan memotretnya. Hyuri dan Seungho bertugas mengamati ciri fisik tanaman dan mengulasnya, sedang Suri bertugas mencatat. Usai Hyuri dan Seungho mengulas ciri fisik tanaman Magi menyebutkan fungsi tanaman herbal yang mereka temukan. Namun daripada membantu teman-temannya, Magi terlihat lebih sering sibuk sendiri dengan kamera digitalnya usai menunjuk tanaman yang harus diamati teman-temannya.

“Ya! Kenapa kau tak membantu kami mengamati?” protes Suri.

“Fungsi tanaman bisa kita bahas saat mengerjakan laporan itu kan. Lagi pula tugasku adalah penunjuk dan penjaga kalian.” Jawab Magi sambil sibuk memotret sekitarnya dengan kamera digital miliknya.

“Ish! Penjaga?”

“Walau kawasan ini adalah kawasan hutan lindung, bukan berarti semua aman. Hewan buas juga hidup liar di sini. Terlalu berbahaya jika salah jalan dan masuk terlalu dalam. Aku hanya khawatir pada babi hutan yang sering muncul dekat pemukiman.”

“Babi hutan...?” sahut Kwanghee yang kebetulan sedang melintas di dekat kelompok Magi berada.

Magi mengangguk. “Ketika bertemu babi hutan, mau diam atau berlari sama saja. Sama seperti manusia, babi hutan pun akan panik saat bertemu manusia. Diam atau bergerak mereka akan tetap menyerang. Jadi lebib baik berlari dan naik ke atas pohon. Itu aman. Babi hutan tak bisa memanjat. “Tapi saat ada di atas pohon kita harus waspada pada ular, ulat atau reptil pohon yang lainnya.”

Bukan hanya Kwanghee dan teman-temannya yang merasa ngeri mendengar penjelasan Magi, teman-teman Magi pun merasakan hal yang sama dan mulai was-was mengamati sekitar. Kwanghee dan kelompolnya segera pergi. Magi menyincingkan senyum melihat reaksi Kwanghee.

“Ya! Apa benar begitu cara babi hutan menyerang manusia? Dan cara menghindarinya benar seperti itu?” tanya Seungho.

“Aku pernah melihatnya di film. Jujur aku sendiri tak tahu pastinya bagaimana dan sedikit ngeri juga berada di tengah hutan begini,” jawab Magi.

“Aish! Anak ini!” Suri memukul pelan lengan Magi.

Magi terkekeh lalu tatapannnya tertuju pada sebuah pohon. “Oh! Itu Mistletoe!” tuding Magi yang bergegas mendekati pohon itu.

Seungho, Hyuri, Suri dan Jonghwan segera menyusul. Keempatnya heran melihat tingkah Magi. Kenapa gadis itu begini antusias sampai rela memanjat pohon besar itu?

Melihat momen itu L.Joe tak menyia-nyiakannya. Ia segera meraih kamera yang tergantung  di lehernya dan segera membidik Magi dan teman-temannya.

“Ya! Kenapa kau naik ke atas sana?” Seungho mendongak sambil bertanya pada Magi yang sudah berada di atas pohon.

Magi selesai memotret tumbuhan hijau yang menempel pada pohon besar dimana ia berada di atasnya kini. “Ini Mistletoe!” tudingnya pada tanaman yang baru ia potret.

“Mistletoe...?” tanya Hyuri tak paham.

“Mistletoe, dia tumbuhan yang hidup menempel pada pohon atau tanaman lain. Tapi dia bukan benalu. Dia selalu hijau sepanjang tahun,” terang Magi.

“Hanya karena itu kau menjadi heboh sendiri seperti itu?” tanya Suri.

“Ada yang mengatakan Mistletoe adalah makanan naga.”

“Dan kau suka naga hingga mengejar makanan naga sampai naik ke atas pohon seperti itu? Aigo...” Seungho menggelengkan kepala. “Ah, naga itu vegetarian? Apa ular ada yang vegetarian...?”

“Baboya!” Hyuri menepuk pelan lengan Seungho. “Namanya juga mitos. Cerita yang diturunkan dari mulut ke mulut. Mana mungkin Magi paham sedetail itu!”

“Dan menurut catatan pada beberapa cerita fantasi, Mistletoe juga digunakan untuk membuat Wand, tongkat sihir,” imbuh Magi.

“Sepertinya tak berkayu, apa benar merupakan salah satu bahan tongkat sihir?” Jonghwan meragukan pernyataan Magi.

“Itu menurut catatan cerita fantasi kan? Itu kenapa aku sampai naik ke atas pohon besar ini. Aku ingin melihat Mistletoe secara langsung. Menyentuhnya. Hebat bukan jika aku berfoto dengan makanan naga sekaligus bahan pembuatan Wand ini?”

“Dasar aneh!” olok Seungho.

“Kalian boleh mencium orang yang kalian sayangi dibawah  Mistletoe ini,” lanjut Magi membuat keempat rekannya kembali menatapnya penuh heran. “Di Amerika daun Mistletoe dijadikan hiasan natal dan digantung di pintu atau di atas pintu. Siapapun yang berdiri di bawahnya boleh mencium orang yang ia sayangi. Ini menjadi tradisi. Romantis bukan? Andai itu terjadi padaku. Seorang pangeran datang menghampiriku dan menciumku di bawah Mistletoe.”

“Aigo! Lekas turun! Jangan berkhayal terus. Tugas kita masih menunggu!” panggil Seungho.

Magi meringis lalu melompat turun dan melanjutkan perburuan bersama kelompoknya.
***

“Babi hutan? Ular? Reptil pohon? Hah! Dia itu berniat menakut-nakuti kita kan?” cerocos Kwanghee sambil memetik beberapa bunga liar. “Dan mengikuti hiking ini adalah salah satu pilihan bodoh yang kita ikuti. Seharusnya tinggal saja di rumah singgah.”

“Apa kau ingin mengisi perjalanan kali ini hanya dengan tidur di rumah singgah?” Kevin sembari mengarahkan handycam di tangannya ke sekitarnya.

“Peringatan Rosmary Magi aku rasa ada benarnya juga. Walau ini hutan lindung, bukan berarti aman bagi kita.” Ren ikut urun bicara.

“L.Joe Hyung sudah menyiapkan banyak bodyguard untuk mengawal kita.” Kevin selesai merekam dan baru menyadari keberadaan mereka berempat. ‘Dimana ini?’ batinnya.

Mendadak hening di sekitar geng Flower Season Boys berada. Yang terdengar hanya nyanyian alam di sekeliling mereka. Gesekan daun karena angin dan kicauan burung. Kwanghee dan Ren yang juga menyadari keberadaan mereka turut mematung di tempat mereka berdiri. Kevin, Kwanghee dan Ren saling melempar pandangan lalu melirik sekitar mereka yang sepi. Baru mereka sadari jika di tempat ini hanya ada mereka bertiga dan Taemin. Kevin dan Kwanghee segera merapat pada Ren. Sedang Taemin yang belum menyadari kepanikan ketiga rekannya masih sibuk mengamati sebuah tanaman perdu yang sedang berbunga indah. Kevin, Kwanghee dan Ren menatap Taemin yang jongkok di dekat sebuah pohon besar itu.

“Ya! Taemin-aa! Ayo kita pergi!” panggil Kwanghee dengan lirih.

“Kalian tahu apa nama bunga ini?” Taemin masih nyaman dalam posisinya. Sepertinya tanaman perdu berbunga ungu itu telah benar-benar membiusnya.

Kwanghee, Kevin dan Ren makin dirundung takut ketika mereka melihat semak-semak bergerak namun mereka tak bisa melihat apa yang membuat semak-semak itu bergerak. Ketiganya kembali saling memandang. Mereka mengingat hal yang sama. Apa yang dikatakan Magi tentang babi hutan. Kwanghee, Kevin dan Ren berubah pucat. Keringat mengucur di wajah mereka.

Taemin tersenyum dan mulai bergerak tuk berdiri. Tiba-tiba ada sesuatu yang melesat cepat, lewat tepat tak jauh di hadapan Taemin. Taemin terbelalak dan berdiri kaku. Jantungnya seolah terhenti seketika karena terkejut.

Kwanghee, Kevin dan Ren tak kalah terkejut melihatnya. Melihat anak panah yang melesat cepat dekat di depan Taemin. Mereka lalu kompak menoleh ke arah kiri.

“Ya! Baboya!? Kau berniat melukai Taemin?!” Kwanghee bersungut-sungut menatap Magi yang perlahan menurunkan busurnya.

“Woa...” gumam Seungho sambil menggelengkan kepala menatap sesuatu di depannya.

“Let’s make a barbecue,” Magi menirukan bagaimana Marry Sanderson berbicara.

Magi dan Seungho berjalan mendekati Taemin. Kwanghee, Kevin dan Ren yang masih tampak syok hanya menatap mereka. Barulah tiga member Flower Season Boys ini sadar pada apa yang sebenarnya terjadi. Mereka pun terkejut.

“Bukankah sudah kukatakan pada kalian, saat di dekat pohon waspadlah pada ular dan reptil pohon lainnya,”  kata Magi yang berdiri di depan Taemin dan menghadap pohon besar di samping kanan Taemin.

Tubuh Taemin masih gemetaran. Ia bungkam dan berdiri mematung dengan kepala tegak lurus menatap ke arah depan dimana ia menghadap. Wajahnya pucat. Perlahan ia menoleh ke arah kanan. Mata Taemin terbelalak, mulutnya ternganga menemukan seekor ular sedang melilit-lilit anak panah yang dilepaskan Magi dan menembus bagian di dekat kepala ular itu. Taemin gontai dan hampir terjatuh. Beruntung Seungho sigap menangkap tubuh Taemin.

“Kobra bisa bertumbuh jadi sebesar ini jika di hutan?” Magi mengamati ular yang berusaha lepas dari anak panah yang membuatnya tertahan pada batang pohon. “Aku tak yakin ini kobra. Seungho mana tongkatnya!” pinta Magi pada Seungho yang berdiri di samping Taemin.

Seungho memberikan tongkatnya. Magi memukul pelan kepala ular itu dengan tongkat pemberian Seungho. Seketika itu tubuh ular yang melilit-lilit anak panah menjadi lemas lalu tak bergerak lagi.

“Hah... maafkan aku ular yang malang. Kita harus menguburnya.” Kata Magi.

Semua diam di tempat mereka berdiri. Seungho dan Taemin kompak mundur. Menjauh dari Magi. Magi menatap Taemin. Wajah pemuda itu tampak sangat pucat. Magi merogoh tasnya dan mengambil sebotol air mineral dan memberikannya pada Taemin.

Magi meraih tangan Taemin.“Pergilah. Di sini kami yang akan urus,” kata Magi masih memegang tangan Taemin.

Hoya dan L.Joe tiba. L.Joe mengerutkan dahi melihat Magi memegang tangan Taemin. Ia cemburu.

“Ada apa?” tanya Hoya.

“Ular itu... Magi...” tuding Kwanghee pada ular di pohon.

“Ular itu hampir mematukku dan Magi memanahnya. Menyelamatkan aku,” sahut Taemin yang terlihat lebih tenang usai Magi memegang tangannya dan memberikan sebotol air mineral untuknya. Taemin berjalan mendekati Kwanghee dan bergabung kembali dengan geng Flower Season Boys. “Seperti itulah yang terjadi,” tutupnya meyakinkan Hoya.

L.Joe memperhatikan Taemin termasuk botol air mineral pemberian Magi yang ia genggam erat di tangan kanannya. “Bawa mereka pergi. Di sini aku yang urus,” bisik L.Joe pada Hoya.

“Baiklah.” Hoya setuju. “Ayo, kita kembali ke pos. Kalian butuh istirahat,” Hoya memimpin geng Flower Season Boys pergi.

Kwanghee, Kevin, dan Ren menyusul langkah Hoya. Sebelum pergi Taemin kembali menoleh menatap Magi yang kini berkumpul di dekat pohon dimana bangkai ular berada. Magi dan teman-temannya mengerumuni pohon itu. Taemin tersenyum manis lalu pergi menyusul ketiga temannya.

L.Joe makin merengut melihat sikap Taemin. Ia mendesah pelan dan berjalan mendekati kerumunan di dekat pohon.
***

“Ya! Kenapa kau terus meminta maaf pada ular itu?” protes Seungho.

“Aku telah membunuhnya,” sesal Magi.

“Kalau kau tak membunuh ular ini, dia bisa membunuh Taemin Sunbaenim. Tindakanmu benar,” Seungho berusaha menenangkan Magi.

”Menurut yang aku tahu, takdir kematian ular adalah jika mereka bertemu manusia. Aku rasa ini memang takdirnya. Kau tak perlu begitu menyesalinya,” Jonghwan ikut menenangkan.

“Aku harus menguburnya,” kata Magi membuat teman-temannya melotot padanya.

“Menguburnya...?” pekik Suri.

“Bagaimana caranya?” sambung Hyuri.

Magi menyincing lengan bajunya dan maju lebih dekat pada pohon. Seungho, Jonghwan, Suri dan Hyuri memilih mundur beberapa langkah agak menjauhi Magi. Magi menghembuskan napas cepat kemudian menancapkan tongkat Ash di atas tanah dan memutarnya. Tongkat kayu itu begerak cepat layaknya bor dan segera membentuk lubang di tanah. Seungho, Jonghwan, Suri dan Hyuri ternganga melihatnya. L.Joe yang baru sampai dekat di belakang mereka pun terkejut melihat apa yang di lakukan Magi. Bagaimana Magi melakukan hal itu? Tanya di benak mereka.

Magi menarik anak panah dari batang pohon dan membawa bangkai ular yang ia bunuh di atasnya lalu memasukannya ke dalam lubang yang telah buat sebelumnya. Magi mengubur bangkai ular yang telah ia letakan di dalam lubang yang ia buat. Menutupnya dengan tanah lalu menancapkan anak panah di atas kuburan ular itu.

“Kuburan ular malang yang dibunuh Magi,” kata Magi saat menancapkan anak panah di atas kuburan ular yang ia buat. Magi menghela napas lalu tatapannya tertuju pada tanaman perdu berbunga ungu yang letaknya dekat dari kuburan yang ia buat.

“Hyuri! Kau tahu ini apa?” tanya Magi pada Hyuri sembari menuding perdu cantik berbunga ungu itu. Magi menoleh dan baru menyadari keberadaan L.Joe di belakang keempat temannya. “Seunbaenim...?”

Seungho, Jonghwan, Suri dan Hyuri kompak menoleh. Mereka baru menyadari keberadaan L.Joe di belakang mereka.

L.Joe tersenyum manis. “Lychnis Viscaria atau lebih dikenal dengan nama Silence Viscaria,” L.Joe menyebutkan nama perdu berbunga ungu cantik itu.

“Jadi ini wujud aslinya?!” Hyuri segera jongkok mengamati tanaman perdu yang namanya menjadi nama julukan Hyuri dalam Chrysaor. “Baru aku tahu begini wujud aslinya.”

“Mwo...? Kau memakai namanya tapi kau tak mengenalinya? Kejam.” Suri menggeleng pelan.

“Kris yang memberikan nama itu untukku,” Hyuri membela diri.

Magi berdiri sambil mengibaskan kedua tangannya yang kotor oleh tanah usai mengubur ular yang ia bunuh. “Minta air untuk cuci tangan,” ucapnya sedikit manja menatap Seungho.

Seungho mengambil botol dalam tasnya namun botol itu kosong. “Yang terakhir kau berikan pada Taemin Sunbaenim,” ucap Seungho sembari menggoyang botol di tangan kanannya.

“Di dekat sini ada sungai,” sela L.Joe.

Semua menatap L.Joe.

“Aku yakin kalian akan senang di sana. Ayo, ikuti aku!” L.Joe berjalan memimpin.

Jonghwan dan Suri berjalan mengikuti L.Joe, lalu di susul Hyuri. Magi diam di tempat ia berdiri. Seungho merangkul Magi dan mengajaknya pergi menyusul teman-temannya.

10 menit kemudian rombongan ini sampai di sungai yang dijanjikan L.Joe. Semua dibuat terpesona ketika sampai. Sungai yang bening dan hening dengan pemandangan hutan yang asri di sekitarnya.

“Indahnya...” gumam Suri sambil melayangkan tatapan penuh kekaguman.

Magi tersenyum menatap sekitarnya. Kemudian ia bergegas menuju pinggiran sungai dan mencuci tangannya.

“Dingin tidak?” tanya Seungho berteriak pada Magi.

“Menyenangkan!” seru Magi sembari memainkan air di tepian sungai.

Seungho, Suri dan Jonghwan meletakan barang-barang mereka segera mendekati Magi dan turut bermain air di tepian sungai.

L.Joe tersenyum melihat Magi dan teman-temannya sambil memotret mereka sesekali. Hyuri yang berdiri di samping L.Joe juga tersenyum menatap sungai. Melihat teman-temannya asik bermain air.

“Ya! Hyuri-ya! Ayo kemari! Sangat menyenangkan di sini!” Seungho berteriak memanggil Hyuri.

“Jauh-jauh dari kota datang kemari, rugi jika kau tak mencoba sejuknya air pegunungan ini!” Jonghwan ikut berteriak mengiming-iming Hyuri.

Hyuri masih bertahan di tempat ia berdiri menatap teman-temannya yang kini telah benar-benar masuk ke sungai dan bermain air. “Tunggu aku, teman!” seru Hyuri sembari meletakan barang-barangnya lalu ia berlari mendekati teman-temannya. Masuk ke sungai dan turut bermain air.

L.Joe berjalan mendekat untuk memotret para junior yang asik bermain air. Melihat keceriaan kelompok Magi, L.Joe turut senang. Terlihat dari senyumnya yang terkembang lebar.
***

-------TBC--------

Keep on Fighting
                shytUrtle
 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews